Professional Documents
Culture Documents
PAPER
Rhabdomyosarcoma
Disusun oleh:
Yiaw Yeong Huei
NIM: 080100275
Supervisor:
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
dr. Fithria Aldy, M. Ked (Oph), Sp.M selaku supervisor yang telah memberikan
arahan dalam penyelesaian makalah ini.
Judul makalah ini ialah mengenai Rhabdomyosarcoma. Adapun tujuan
penulisan makalah ini ialah untuk memberikan informasi mengenai berbagai hal
yang berhubungan dengan pengoobatan terhadap konjungtivitis alergi hingga
penerapannya di dalam klinis. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima segala bentuk kritikan yang
bersifat membangun dan saran-saran yang akhirnya dapat memberikan manfaat
bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2
2.1. Epidemiologi............................................................................... 2
2.2. Etiologi.................................................................................... 2
2.3. Patogenesis.............................................................................. 2
2.4. Manifestasi Klinis.................................................................... 3
2.5. Diagnosis..................................................................................... 4
2.6. Klasifikasi................................................................................... 6
2.7. Penatalaksanaan...................................................................... 6
2.8. Prognosis................................................................................. 7
BAB 3 KESIMPULAN ................................................................................. 8
3.1. Kesimpulan ................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9
LAMPIRAN
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rhabdomyosarcoma (RMS) adalah tumor orbital primer bersifat ganas
yang paling sering dijumpai pada anak-anak. Penyakit ini lebih sering dijumpai
pada usia 7 tahun. Tumor ini berkembang dari otot-otot voluntary dan akan
mempresentasikan sebuah gejala yakni proptosis yang bertumbuh dengan cepat.
Biasanya, akan teraba sebuah massa pada kuadran nasal superior. Diagnosa RMS
dilakukan berdasarkan dari hasil histopatologis dengan melakukan biopsy
terhadap area yang terlihat cross-striations of tumor cells. Antara tiga tipe
histopatologis yang sering dijumpai adalah embrional, alveolar (paling ganas),
dan pleomofik (prognosis yang paling baik). Dari pemeriksaan USG dan CT-scan,
terlihat tumor ini bertumbuh langsung pada otot-otot ekstraokular. Secara umum,
pengobatan untuk penyakit ini adalah kombinasi daripada radioterapi dan
kemoterapi. Angka survival RMS sangat tinggi, mencapai 90%, jika tumornya
sudah dipastikan bahwa organ yang terkena adalah mata saja. Pada kasus yang
tidak mampan dengan terapi medikamentosa maka eksenterasi orbita akan
diperlukan sebagai tindakan selanjutnya.1
Untuk
itulah
penulis
ingin
mengupas
lebih
dalam
mengenai
Rhabdomyosarcoma karena mata merupakan salah satu organ yang sering terkena
penyakit ini. Selain sebagai tugas ilmiah untuk memenuhi syarat menjalani
kegiatan kepanitraan senior (KKS) di departemen Ilmu Penyakit Mata RSUP Haji
Adam Malik Medan, telaah ini juga diharapkan untuk menambah ilmu pembaca,
khususnya mengenai Rhabdomyosarcoma.
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Epidemiologi
Dengan angka insidensi 4,6 dalam 1 juta anak pada usia 0-14 tahun, kira-
kira 5,8% daripada semua tumor padat malignant pada anak-anak, RMS
merupakan sarkoma jaringan lunak yang paling sering dijumpai. Jika
dibandingkan bersama tumor pada di luar kranial, RMS menduduki juara ketiga
sebagai penyakit neoplasma setelah neuroblastoma dan tumor Wilms. Laki-laki
didapati bahwa sedikit lebih sering mendapat penyakit ini daripada perempuan
(1,3-1,4: 1).2,3,4
2.2
Definisi
Rhabdomyosarcoma (RMS) adalah sebuah tumor ganas heterogen. Sel-sel
RMS berkembang dari jaringan mesoderm yang tidak diferensiasi dan secara
primer terjadi pada otot lurik tetapi juga boleh berasal dari jaringan yang biasanya
tidak mengandungi otot lurik, yakni kantong kemih.4,5
2.3
Patogenesis
Etiologi terjadinya RMS masih sedang ditelusuri. Faktor virus, genetik,
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
60% daripada semua kasus dan mempunyai prognosis yang sedang. Sebuah
variasi daripada bentuk embrional, tipe botryoid, sel tumor dan stroma edematos
memproyeksi pada kavitas badan seperti seikat anggur, sering dijumpai pada
vagina, uterus, kantung kemih, nasofaring dan bagian tengah pada kuping. 15%
kasus RMS merupakan tipe alveolar yang dikenali dengan translokasi kromosom
pada 2;13 atau 1;13. Sel tumor ini cenderung untuk tumbuh ke arah tengah
sehingga terdapat rongga bercelah yang mirip dengan alveoli. Tumor alveolar
lebih sering terjadi pada trunkus dan ekstremitas, karena itu tipe ini mempunyai
prognosis yang paling buruk. Tipe keempat adalah tipe pleomorfik (bentuk
dewasa) yang jarang
kasus.6
2.4
Manifestasi Klinis
Secara umum, RMS okular berasal dari bola mata, tetapi, kadang RMS ini boleh
mulai bertumbuh pada konjungtiva, kelopak mata, atau traktus uvea anterior.
Pasien yang menderita RMS okular datang dengan gejala proptosis (80-100%),
penggeseran lokasi bola mata (80%), blefaroptosis (30-50%), pembengkakan
konjungtiva dan kelopak mata (60%), massa yang dapat teraba (25%), dan
keluhan nyeri (10%). Onset untuk timbulnya keluhan dan gejala tersebut biasanya
terjadi dengan cepat. Pada pemeriksaan CT atau MRI menunjukkan sebuah massa
yang berbentuk ireguler tetapi mempunyai kepadatan massa yang beragam dan
berbatas jelas.7
Gejala klinis secara umum pada Rhabdomyosarcoma6
Regio
Kepala dan Leher
Gejala
Massa asimtomatis, terlihat seperti pembesaran
Orbita
kelenjar limfe
Proptosis, kemosis, paralisis okular, massa pada
Nasofaring
kelopak mata
Berdengkur, suara hidung, mimisan, rhinorrhea, nyeri
Sinus paranasal
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Kuping media
Larynx
Trunkus
Traktus biliary
Retroperineum
Kantung kemih/Prostat
Traktus genitalia wanita
vulva
Massa skrotum yang disertai rasa nyeri atau tanpa
Ekstremitas
nyeri
Massa tanpa nyeri, ukuran boleh sangat kecil tetapi
Metastase
hemoragik,
leukimia
2.5
Diagnosis
Sifat kecurigaan dari seseorang dokter sangat diperlukan untuk
mendiagnosis RMS secara dini. Pengamatan melalui mikroskop adalah tumor sel
biru bulat kecil, sama dengan penyakit seperti neuroblastoma, limfoma, dan
sarkoma Ewing. Diagnosis banding dipastikan berdasarkan lokasi terjadinya
penyakit. Diagnosis definitif tetap memerlukan hasil biopsi, gambaran sel pada
mikroskop, dan hasil daripada pewarnaan imunohistokimia.6
Lesi pada ekstremitas dapat dibandingkan sama hematoma atau
hemangioma, lesi pada mata sehingga terjadi proptosis boleh diobati sebagai
selulitis orbita, atau gejala obstruktif kantung kemih kadang diabaikan.6
Pemeriksaan CT atau MRI diperlukan untuk mengevaluasi lokasi tumor
primer. Jika dijumpai tanda dan gejala di daerah kepala dan leher, pemeriksaan
radiologi harus dilakukan untuk mengidentifikasi massa tumor dan sebagai
indikasi untuk erosi tulang. Untuk mengenal penyebaran intracranial dan
penglibatan tumor pada tulang atau erosi pada dasar tengkorak kepala boleh
dilakukan pemeriksaan CT atau MRI. Bagi tumor panggul dan abdominal,
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Klasifikasi
Banyak
informasi
terkini
tentang
diagnosis
dan
pengobatan
Penatalaksanaan
Pasien yang dilakukan reseksi tumor secara komplit mempunyai prognosis
yang paling baik. Tetapi, hampir semua RMS tidak dapat direseksi secara
sempurna. Pada operasi pertama, batas tumor harus diidentifikasi secara hati-hati
dan menelusuri penyakit regional atau penyakit metastase pada jaringan
sekitarnya. Penatalaksanaan berdasarkan lokasi tumor primer dan tingkat
penyakit. Kebanyakan pasien diberikan kemoterapi preoperasi untuk mengurangi
waktu operasi dan juga untuk melindungi organ vital, terutamanya traktus
genitorurina.6
Tumor Grup I diobati dengan eksisi lokal komplit diikuti dengan
kemoterapi untuk mengurangkan resiko terjadinya metastase selanjutnya. Tumor
Grup II (microscopic residual tumor) akan dilakukan operasi kemudian
dilanjutkan dengan iradiasi lokal dan kemoterapi sistemik. Pengobatan untuk
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
tumor Grup III (gross residual tumor) adalah kemoterapi sistemik, seterusnya
iradiasi, dan jika diperbolehkan, dilakukan operasi. Rabdomiosarkoma Grup IV
yang bersifat metastatik secara prinsip ditatalaksanakan dengan kemoterapi
sistemik dan iradiasi. Agen kemoterapeutik yang standard yakni vincristine,
dactinomycin, dan siklofosfamid.6
Pada bagian RMS orbita, RMS yang terlokalisir baik atau yang
encapsulated berukuran kecil harus dilakukan eksisi secara total apabila keadaan
pasien mengizinkan. Untuk tumor yang berukuran lebih besar atau bersifat lebih
invasive, kemoterapi dan radiasi tetap harus diberikan kepada pasien bersama
dengan terapi operasi. Eksenterasi orbita tidak lazim dilakukan pada pasien RMS.7
2.8
Prognosis
Faktor yang mempengaruhi prognosis penyakit ini termasuk tingkat, tipe
histologis, dan situs primer. Dari semua pasien dengan tumor yang boleh
dioperasi, 80-90% mempunyai jangka disease-free survival yang panjang. Jika
pada tumor yang tidak dapat dioperasi, beberapa lokasi mempunyai prognosis
yang baik yakni mata, sangat memungkinkan untuk sembuh. Kira-kira 70% pasien
dengan tumor yang tidak terbuang lengkap juga dapat mencapai jangka diseasefree survival yang panjang. Penderita dengan penyakit yang sudah menyebar
dengan luas mempunyai prognosis yang buruk; hanya 50% dapat mencapat
remisi, dan kurang daripada 50% tersebut dapat disembuhkan. Anak-anak dengan
usia yang lebih tua mempunyai prognosis yang lebih jelek jika dibandingkan sama
anak-anak yang usia lebih muda. Untuk semua pasien, pengawasan terhadap efek
lambat dari pengobatan kanker (seperti kegagalan pertumbuhan tulang akibat
radiasi, sterilisasi daripada siklofosfamid, dan malignant sekunder) adalah sangat
penting.6
Anak yang menderita RMS orbita memiliki prognosis yang sangat baik
untuk sembuh. Hasil daripada penelitian dengan 306 pasien tanpa ekstensi
parameningeal, penglibatan daerah kelenjar limfe atau penyakit metastasis jauh
menunjukkan 87% untuk angka kelangsungan hidup secara keseluruhan. Apabila
pengobatan telah selesai dengan lengkap, anak-anak yang terkena penyakit ini
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
harus dilakukan pemeriksaan mata yang komprehensif setiap 3-4 bulan pada tahap
awal, setiap 4-6 bulan untuk beberapa tahun kemudian, seterusnya setiap tahun
sekali, bersamaan dengan pemeriksaan CT atau MRI orbital, berdasarkan temuan
secara klinis.7,10
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 3
KESIMPULAN
Rhabdomyosarcoma (RMS) pertama kali disebutkan oleh Weber (1854)
yang mendeskripsikan lokasi lingual, tetapi sebuah definisi anatomohistologis
yang jelas dinyatakan oleh Stout (1946) yang telah mengenal perbedaan daripada
karakteristik pada tumor ini. RMS merupakan sarkoma jaringan lunak pediatrik
yang paling sering dijumpai. RMS dapat tumbuh secara multipel di beberapa
lokasi yang berbeda dimana 40% berasal dari daerah kepala dan leher, serta 10%
berkembang dari bola mata. Penyakit ini bersifat sangat invasive secara lokal dan
mempunyai propensitas yang tinggi terjadinya kekambuhan pada lokasi
penyakit.9,10,11
12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Samar K. 2007. Chapter 21: Disease of the Orbit. Essentials of
Ophthalmology, 4th ed. Current Books International, India. 366-7
2. Fan HC, Hung CH, Juan CH, et al. 2000. Rhabdomyosarcoma: A Case
Report. J Med Sci. Taiwan. 20(5): 237-44
3. Missaoui
N,
Landolsi
H,
Jaidene
L,
et
al.
2010.
Pediatric
S.
2006.
Pediatric
Rhabdomyosarcomas
and
S,
Burlea
M,
Miron
I,
et
al.
2013.
Childhood
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
14