You are on page 1of 16

BAB III PERANCANGAN SAFETY INSTRUMENTED SYSTEM (SIS) PADA KENDALI LEVEL AIR

3.1

Fungsi dan Cara Kerja Alat

a) Fungsi Alat Penerapan Safety Instrumented System pada kendali level air berfungsi sebagai pengamanan dalam proses pengendalian level air dimana set-point dari level air dan laju aliran air yang menjadi fokus utama dalam keamanan pengendalian level air PID. Alat yang dibuat akan memberikan alarm untuk memberikan informasi kepada operator bahwa proses pengendalian berada pada kondisi kritis dan memberikan aksi secara otomatis sehingga pada proses kendali bisa kembali pada kondisi yang aman. Dalam pengendalian level air yang menjadi fokus utama dari sistem adalah level dari ketinggian air pada sebuah couple tank dengan mengatur bukaan valve primer sehingga saat ketinggian air telah mencapai pada set-point yang ditentukan maka kendali proses tersebut akan mengatur bukaan valve primer sehingga debit air yang masuk pada couple tank adalah sama dengan debit air yang keluar. Dari pengaturan bukaan valve primer tersebut memiliki kemungkinan tutupan valve mencapai 100%, sehingga dengan kondisi pompa yang mensuplai air tetap pada kondisi aktif dapat menimbulkan tekanan hidrostatik pada pipa yang dilalui dan juga tekanan yang berlebih pada pompa. Pada saat itulah sistem yang dibuat bekerja dimana terdapat dua buah solenoid valve sekunder yang akan mensirkulasikan kembali laju aliran yang terhambat oleh tutupan valve primer. Sebuah sistem kendali PID dapat merespon gangguan dengan respon waktu yang cepat namun dengan sistem kendali PID yang dibuat sebelumnya dimana kendali level tersebut hanya mengontrol valve primer sehingga apabila diberi gangguan dengan bukaan dari keluaran couple tank yang sangat kecil maka volume air yang ada pada couple tank orde 2 akan mengalami kenaikan

level yang sangat cepat dan tidak bisa dikendalikan oleh kendali proses. Apabila set-point kondisi ketinggian High-High dari level ketinggian orde 2 terlewati maka akan mematikan pompa dan mengaktifkan solenoid valve sekunder tiga sampai ketinggian dari level air pada kondisi yang aman. b) Cara kerja :
PID Valve LT

FT

Solenoid Valve 1 Manual Valve

M
Solenoid Valve 2

Tangki Air
Solenoid Valve 3

Gambar 3.1 Diagram Blok Plant yang dibuat Setelah mengaktifkan sistem dengan menekan tombol START, sistem akan bekerja dengan dua variabel input yang diukur, yaitu laju aliran dan ketinggian air. Apabila set-point terlampaui maka sistem akan menyalakan alarm terlebih dahulu sebelum memberikan aksi secara otomatis. Laju aliran air diukur oleh sebuah sensor water flow meter yang menghasilkan output berupa gelombang kotak dengan nilai frekuensi yang menunjukkan besarnya debit air yang terukur. Frekuensi yang dihasilkan diukur oleh mikrontroller dan akan memberikan 5 kondisi output yang berbeda dimana ada kondisi laju aliran yaitu: sangat rendah, rendah, sedikit

rendah, normal dan tinggi. Kondisi sangat rendah akan mengaktifkan solenoid valve sekunder 1 dan 2, kondisi rendah akan mengaktifkan solenoid valve sekunder 2, kondisi sedikit rendah akan mengaktifkan solenoid valve sekunder 1, kondisi normal adalah kondisi aman yang harus dicapai setelah pengaktifan solenoid valve sekunder dan kondisi tinggi adalah kondisi dimana solenoid valve sekunder harus dimatikan sehingga suplai air menuju valve primer tidak terganggu. Ketinggian level air diukur oleh sebuah modul differential pressure yang akan menghasilkan tegangan dari tekanan yang ditimbulkan dari kenaikan level air. Pada ketinggian level air ini ditentukan 2 buah kondisi yaitu LowLow dan High-High. Kondisi Low-Low hanya akan memberikan alarm sebagai pemberitahuan kepada operator namun tidak memberikan aksi apapun karena pada kondisi ini dianggap tidak menimbulkan kecelakaan yang berbahaya pada lingkungan di sekitarnya. Pada kondisi High-High adalah kondisi ketinggian level air yang melebihi set-point sehingga kondisi ini akan mengaktifkan solenoid valve sekunder yang ke tiga dan mematikan pompa sampai kondisi ketinggian level air kembali pada kondisi pada setpoint normal. Sistem bisa di-nonaktifkan dengan menekan tombol STOP.

3.2 Aspek Perancangan Perancangan sistem ini memiliki beberapa aspek sebagai berikut: 1. Menentukan fungsi alat 2. Menentukan spesifikasi alat 3. Menentukan diagram blok sistem 4. Perancangan perangkat keras 5. Perancangan perangkat lunak 3.2.1 Prasyarat Sistem Alat

Pada tahap ini menjelaskan mengenai prasyarat dari sistem yang dibuat secara keseluruhan. Sistem yang dibuat ini diharapkan dapat berfungsi dengan baik dan bermanfaat bagi mahasiswa, karena sistem ini merupakan sebuah media pembelajaran tentang standar yang masih sangat jarang terdengar

mengenai standar keamanan dari sebuah instrumen kendali. Setelah sistem ini selesai dibuat, alat ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa dimana proses perancangan dari sebuah sistem keamanan yang sesuai dari sistem kendali. Rangkaian dan peralatan yang digunakan pada sistem ini meliputi rangkaian catu daya, sensor laju aliran air, sistem minimum ATMega16, driver relay, komparator LM324, dan pemipaan yang sesuai dengan kebutuhan sistem. Catu daya yang digunakan menggunakan input tegangan dari sebuah trafo, dimana nantinya tegangan akan diparalel ke dua buah dioda penyearah. Catu daya yang pertama menghasilkan keluaran tegangan konstan sebesar 5 VDC dan 8 VDC yang digunakan untuk rangkaian digital seperti ATMega 16, komparator, sensor water flow, driver relay input. Catu daya yang ke dua menghasilkan tegangan 24 VDC dan 18 VDC sebagai catu daya untuk solenoid valve, lampu indikator, driver relay output. Sensor laju aliran yang digunakan adalah sensor G1/2. Kelebihan dari sensor ini adalah bisa dipakai dalam waktu yang sangat lama, membutuhkan daya yang kecil, range debit aliran yang sesuai dengan kebutuhan, ukuran mekanik yang sesuai dengan pipa. Mikrokontroler yang digunakan dalam sistem ini adalah Sismin ATMega 16. Kapastitas memori maksimum yang dapat tersimpan pada mikrokontroler ini sebesar 4 KB dan memiliki xtal internal 8 MHz yang sesuai untuk pengukuran frekuensi dari sensor. Penggunaan PLC CPM1A yang berfungsi sebagai kendali pada alat ini dengan kelebihannya yaitu dengan pemrograman yang mudah dalam penentuan state flow-nya dan juga sudah banyak digunakan pada industri. 3.3 Dekomposisi Sistem Sistem dekomposisi adalah proses membagi sistem menjadi bagian-bagian sub sistem yang lebih kecil. Berikut beberapa sub sistem dalam perancangan alat yang dituangkan dalam diagram blok sistem dapat dilihat pada gambar 3.1.

LCD 16 x 2

Sensor Laju Aliran Air

Mikrokontroller

Driver Relay Input

Driver Relay Output NC

Pompa

Tranduser Differential Pressure

Komparator

Driver Relay Input

Driver Relay Output NO

Solenoid valve Sekunder 3

Lampu Indikator SWITCH START & STOP PLC CPM1A Solenoid Valve Sekunder 1

Solenoid Valve Sekunder 2

Gambar 3.2 Diagram Blok Sistem 1. Perancangan Catu Daya Catu daya yang dibutuhkan dalam perancangan adalah catu daya 5 Volt, 8 Volt, 18 Volt DC dan 24 Volt DC. Catu daya digunakan masing-masing oleh rangkaian komparator, driver relay input, driver relay output, solenoid valve, sensor laju aliran air dan mikrokontroller. 2. Perancangan Rangkaian Komparator Untuk rangkaian komparator dilakukan perhitungan antara R1 dan R2 dimana berfungsi sebagai pembagi tegangan yang menentukan besarnya tegangan input yang akan merubah kondisi output pada kondisi high. 3. Perancangan Atmega16 Perancangan mikrokontroller ini hanyalah sebagai pengukur frekuensi yang akan memberikan kondisi output yang berbeda berdasarkan program yang dibuat. 4. Perancangan Driver Relay Perancangan relay sebagai input harus memenuhi syarat dan berfungsi sebagai antarmuka rangkaian digital sebagai input yang harus memblok arus balik yang dihasilkan oleh koil relay sehingga tidak merusak rangkaian digital.

3.4

Spesifikasi Alat

Spesifikasi umum dari alat yang telah direalisasikan pada proyek akhir kali ini adalah sebagai berikut : 1. Dimensi 2. Tegangan input sistem 3. Tegangan catu daya Relay Output 4. Tegangan catu daya Indikator 5. Tegangan catu daya Solenoid Primer Sekunder 1 dan 2 6. Tegangan catu daya Solenoid Primer Sekunder 3 7. Catu daya komparator dan Relay Input 8. Catu daya sensor water flow meter 9. Debit Air Pompa 10. Range input sensor water flow meter 11. Output tranduser differential pressure 12. Diameter pipa : 18 Volt DC : 220 Volt AC : 5 Volt DC : 8 Volt DC : 5 liter / menit : 1 30 liter / menit : 0,2 Volt / mbar : 0,5 inch : 90cm x 60cm x 100cm : 220 Volt AC : 24 Volt DC : 24 Volt DC

3.5

Bahan dan Alat Perancangan Dalam menyelesaikan tugas akhir ini memerlukan bahan dan alat dalam

proses perancangan sehingga dapat mendukung terealisasinya spesifikasi awal yang telah ditentukan. 3.5.1 Bahan Perancangan Proyek Akhir ini bahan perancangan pendukung sebagai berikut: 1) Sensor laju aliran air yang digunakan untuk laju aliran pada pipa. 2) Mikrokontroller Atmega 16 yang digunakan sebagai pengukur frekuensi. 3) LM324 yang digunakan untuk komparator tegangan level ketinggian air. 4) Relay 5 Volt DC sebagai interface input rangkaian digital pada PLC dan relay 24 Volt sebagai driver output PLC untuk beban 220 Volt AC.

3.5.2

Alat Perancangan Tugas Akhir ini membutuhkan perangkat keras dan perangkat lunak

serta perangkat pendukung sebagai berikut: 1) Komputer yang memiliki spesifikasi cukup untuk menjalankan beberapa perangkat lunak yang mendukung proses perancangan dan implementasi sistem berbasis PLC system keamanan pada pengendalian ketinggian permukaan air. 2) Altium Designer merupakan software yang dipergunakan untuk merancang skematik dan layout PCB. 3) CX-Programmer merupakan software yang dipergunakan untuk pemrograman PLC. 4) Bascom-AVR merupakan software yang dipergunakan untuk

pemrograman mikrokontroller Atmega 16. 5) Katia merupakan software yang dipergunakan untuk pendisainan mekanik plant. 3.6 Metode Perancangan Pada tahap ini akan membahas mengenai metode-metode yang digunakan dalam merancang perangkat keras, perancangan perangkat elektronika, dan perancangan perangkat lunak, ada beberapa tahapan pokok dalam metode perancangan yang harus dilakukan yaitu : 1) Studi literatur mengenai Safety Instrumented System (SIS), Safety Integrity Level (SIL), komparator, sensor laju aliran air, relay. 2) Metode state diagram digunakan dalam proses perancangan pemrograman PLC sebagai logic solver. Dalam metode ini, perlu dilakukan penentuan jumlah state yang diinginkan dalam plant, alur dan kondisi sebagai syarat perpindahan pada setiap state-nya. 3.6.2 Perancangan Perangkat Keras Pada tahap ini akan dibahas mengenai perancangan perangkat keras sistem secara keseluruhan yang meliputi mekanik sistem, catu daya,

komparator, sistem minimum ATMega 16, driver relay input dan driver relay output. 3.6.2.1 Perancangan Mekanik

Pada perancangan mekanik ini terdiri dari beberapa poin utama yaitu couple tank dan pemipaannya, dan mekanik untuk keseluruhan sistem. Ada beberapa catatan penting dalam perancangan mekanik, yaitu: Pemipaan yang sesuai dimana fokus pensuplaian air harus menuju valve PID sehingga keberadaan solenoid valve sekunder tidak mengganggu suplai yang diberikan oleh pompa. Solenoid valve sekunder 1 harus memberikan keluaran air yang lebih kecil dari solenoid valve sekunder 2 sehingga didapatkan variasi bukaan yang sesuai pada beberapa kondisi untuk perubahan debit air. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi pada solenoid valve sekunder 1. Dengan disain couple tank yang dimiliki sebuah sistem kendali, perlu dilakukan penyesuaian dalam pemilihan spesifikasi pompa yaitu debit air yang disuplai.

Gambar 3.3 Mekanik Sistem

3.6.2.2

Perancangan Perangkat Elektronik Berikut adalah tahapan dalam perancangan perangkat elektronik

secara rinci : a. Pemilihan Kebutuhan Rangkaian Dari studi literatur yang telah dilakukan didapatkan kebutuhan rangkaian untuk pemenuhan setiap sub-sistem dari diagram blok yang telah dibuat. b. Pemilihan Komponen Setelah melakukan perancangan, maka untuk tahap berikutnya adalah pemilihan komponen. Pada tahap ini dilakukan seleksi

terhadap komponen-komponen yang akan dipakai. Pertimbangan dalam pemilihan komponen disesuaikan dengan kebutuhannya. c. Merangkai Rangkaian di Papan Percobaan Pada tahap ini, setelah memilih komponen yang akan dipakai maka dilakukan proses merangkai komponen padaprojectboard. Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa rangkaian dapat berfungsi sebelum dibuat ke dalam bentuk PCB. d. Perancangan PCB Pada tahap perancangan PCB, skematik beserta PCB-nya dibuat menggunakan software Altium Winter. Sebelum pembuatan PCB dilakukan pembuatan skematik rangkaian yang akan digunakan pada alat. Setelah skematik rangkaian dibuat, maka didapatkan layout PCB, yang kemudian akan dicetak. e. Pemeriksaan Hasil Cetakan PCB Setelah PCB selesai dibuat, maka hal pertama yang dilakukan adalah memeriksa jalur dan tata letak komponen. Beberapa hal yang dilakukan dalam pengecekan PCB yang sudah selesai dicetak adalah: Pengecekan terhadap jalur yang terputus atau short. Pengecekan terhadap arah komponen bila memang komponen tersebut polar dan sangat sensitif. Karena bila arah pemasangan komponen terbalik, maka akan menyebabkan kerusakan pada komponen, atau bahkan sistemnya f. Pemasangan Komponen Komponen dipasang pada PCB yang telah diperiksa menggunakan teknik penyolderan. Dalam proses penyolderan perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu : Peletakan komponen harus tepat. Penanganan komponen harus sesuai dengan ketentuan atau bila ada syarat khusus dari komponen tersebut. Selama melakukan penyolderan, ujung mata solder harus bersih.

Saat penyolderan dengan timah dilakukan, maka hendaknya tidak terlalu lama membiarkan mata solder berada dalam lelehan timah, karena akan merusak komponen.
U1 T2 220V AC 1 27V AC D2 Bridge1 C2 Cap Pol1 100pF C3 Cap 100pF IN OUT GND 3 2 R1 C1 Cap Pol1 100pF Res1 8.2K P4 1 2 LED 3 P1 1 2 Header 2 P2 1 2 Header 2 P3 1 2 Header 2

L7824CV

Trans

U2 1 C6 Cap Pol1 100pF C5 Cap 100pF IN

GND OUT GND 3 2 C4 Cap Pol1 100pF R2 Res1 6.7K P6 1 2 LED2 P7 1 2 Header 2 P8 1 2 Header 2 P9 1 2 Header 2

L7818CV

U3 12V C9 Cap Pol1 100pF D1 Bridge1 U4 12V C10 Cap Pol1 100pF 1 C12 Cap 100pF IN OUT GND 3 GND 2 C8 Cap 100pF 1 IN OUT GND 3 2

GND R3 Res1 C7 2.7k Cap Pol1 100pF P10 1 2 LED1 P11 1 2 Header 2 P12 1 2 Header 2 P13 1 2 Header 2

T1 220V AC

12V AC

L7809CV

Trans

R4 C11 Cap Pol1 100pF Res1 1K

P15 1 2 LED

P16 1 2 Header 2

P17 1 2 Header 2

P18 1 2 Header 2

L7805CV

GND

Gambar 3.4 Rangkaian Catu Daya


VCC K1 2 1 3 1 2 3 Header 3 5 Relay P2 1 2 3 Header 3 GND VCC GND K2 2 1 3 VCC R1 Res2 10K Q1 NPN

4 D1 Diode 1N4001

4 D2 Diode 1N4001 5 Relay P7 2 1 Header 2 GND GND VCC K3 2 1 3 R2 Res2 10K

1 2 3 Header 3

Q2 NPN

4 D3 Diode 1N4001 5 Relay R3 2 1 Header 2 GND GND Res2 10K

1 2 3 Header 3

Q3 NPN

Gambar 3.5 Rangkaian Driver Input


P1 P2 1 2 3 4 5 Header 5 GND GND K2 Relay-SPDT K1 Relay-SPDT 1 2 3 Header 3 P3 1 2 3 Header 3

GND P4 K3 Relay-SPDT 1 2 3 Header 3

GND P5 K4 Relay-SPDT 1 2 3 Header 3 GND

Gambar 3.6 Rangkaian Driver Output


U1 P5 1 2 3 4 5 6 7 8 Header 8 1 2 3 4 5 6 7 8 P7 1 2 3 4 5 6 7 8 Header 8 C1 Cap 22pF C4 Cap2 4.7uF 14 15 16 17 18 19 20 21 RESET 9 12 13 Y1 XTAL PB0 (XCK/T0) PB1 (T1) PB2 (AIN0/INT2) PB3 (AIN1/OC0) PB4 (SS) PB5 (MOSI) PB6 (MISO) PB7 (SCK) PD0 (RXD) PD1 (TXD) PD2 (INT0) PD3 (INT1) PD4 (OC1B) PD5 (OC1A) PD6 (ICP) PD7 (OC2) RESET XTAL2 XTAL1 ATmega16-16PC GND GND Cap 22pF P4 GND GND 1 2 3 Header 3 GND PA0 (ADC0) PA1 (ADC1) PA2 (ADC2) PA3 (ADC3) PA4 (ADC4) PA5 (ADC5) PA6 (ADC6) PA7 (ADC7) PC0 (SCL) PC1 (SDA) PC2 (TCK) PC3 (TMS) PC4 (TDO) PC5 (TDI) PC6 (TOSC1) PC7 (TOSC2) VCC AVCC AREF GND GND 40 39 38 37 36 35 34 33 22 23 24 25 26 27 28 29 10 30 32 31 11 P6 1 2 3 4 5 6 7 8 Header 8

PD B6 1 3 RESET 5 B8 7 B7 9 2 4 6 8 10

VCC

P8 1 2 3 4 5 6 7 8 Header 8 jumper

Header 5X2 GND VCC R2 Res1 4K7

VCC L1 Inductor 10uH

S1 SW-PB

C5

C2 Cap Pol2 100nF GND P? 1 2 Header 2

C3 Cap Pol2 100nF P3 GND U5 1 IN L7805ACV OUT GND 3 2 VCC 1 2 3 Header 3

GND

Gambar 3.7 Rangkaian Sistim Minimum Mikrokontrller ATMega 16

VCC 2 3 R1 10K

VCC 4 U1A LM324N 1 VCC P1 1 2 Header 2 GND

GND VCC 6 R2 10K 5

11 GND VCC 4 U1B LM324N 7

P3 1 2 3 4 5 Header 5 GND

P2 1 2 Header 2 GND 13 R3 10K 12 D 14 GND VCC GND VCC 4 U1D LM324N

GND VCC VCC 4 9 10 10K 11 C 8 U1C LM324N

GND

Gambar 3.8 Rangkaian Komparator 3.6.3 Perancangan Perangkat Lunak Pada tahap ini akan dibahas mengenai perancangan perangkat lunak sistem secara keseluruhan yang meliputi perancangan algoritma program dan state diagram dari alat yang dibuat. Perancangan algoritma program berguna untuk mempermudah dalam merealisasikan program dan menganalisa

kesalahan yang mungkin terjadi, sedangkan perancangan state diagram berguna untuk mempermudah alur program yang dibuat. Selain itu agar program yang telah dibuat dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga alat yang dibuat akan lebih baik lagi. 3.6.3.1 Diagram Alir

11 GND GND

11

Diagram alir (flowchart) merupakan program menu utama yang merupakan gambaran dari seluruh program yang akan dibuat. Diagram alir sistem secara keseluruhan meliputi inisialisasi, proses, eksekusi, dan pencabangan. Lebih jelasnya dapat dilihat bada Gambar 3.8 berikut ini.

Gambar 3.9 Diagram Alir Frekuensi Counter

Realisasi perangkat lunak adalah proses pembuatan perangkat lunak sesuai dengan diagram alir yang telah dibuat. Berikut adalah tahapan dalam realisasi perangkat lunak. a. Menentukan bahasa pemrograman yang dipakai adalah bahasa BASCOM (BASIC Compiler). b. Menentukan software yang digunakan untuk pemrograman adalah BASCOM (Basic Compiler) AVR versi Demo 1.11.8.7. c. Membuat dan menguji program berdasarkan diagram alir yang telah

dibuat dan mensimulasikannya pada sistem minimum ATmega 16. d. Men-download program ke dalam mikrokotroler ATmega16 menggunakan kabel USB downloader DT-HIQ. e. Menguji program pada alat yang telah dibuat. 3.6.3.2 Diagram State Flow Diagram state flow merupakan sebuah gambaran dimana alur program ladder yang dibuat berada pada kondisi tertentu dengan prasyarat yang ada sehingga memudahkan dalam perealisasian sebuah program ladder diagram.

Gambar 3.10 Diagram State Flow

Tabel 3.1 Alamat Input

No 1 2 3 4 5 6 7 8

Comment Start Stop flow_1 flow_2 flow_3 level_1 level_2 level_3

Alamat 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07

Keterangan Saklar ON Saklar OFF O/P flow 1 O/P flow 2 O/P flow 3 O/P level 1 O/P level 1 O/P level 1

Tabel 3.2 Kondisi output yang ditentukan dari sensor tranduse level
Kondisi Input

A Low Low Low

B High Low Low

C High High Low

D High High High

Level_1 Level_2 Level_3

Tabel 3.3 Kondisi output yang ditentukan dari sensor tranduse level

Kondisi Input flow_1 flow _2 flow _3

E Low Low Low

F High Low Low

G Low High Low

H Low Low High

I High Low High

J High High High

Tabel 3.4 Kondisi output dari setiap state


Kondisi

S1
Output

S2
OFF

S3
ON

S4
OFF

S5
OFF

S6
OFF

S7
ON

S8
OFF

Buzzer Indikator Low-Low Level Indikator

ON

ON

ON

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

ON

ON

High-High Level Indikator Pressure Solenoid Valve 1 Solenoid Valve 2 Solenoid Valve 3 Pompa (Normally Close) OFF OFF OFF OFF OFF OFF OFF ON OFF OFF ON OFF OFF OFF OFF OFF

OFF

OFF

OFF

ON

OFF

ON

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

ON

ON

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

OFF

ON

You might also like