You are on page 1of 20

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 2 STATUS PASIEN ............................................................................................................ 3


I. Identitas ................................................................................................................................. 3 II. Anamnesis ............................................................................................................................ 3 III. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................................. 4 IV. Pemeriksaan penunjang .................................................................................................... 6 V. Diagnosis pre-operatif ......................................................................................................... 7 VI. Tatalaksana ........................................................................................................................ 8

PEMBAHASAN ............................................................................................................. 16 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20 ! !

PENDAHULUAN
! Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas!! Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar 46% di mana 75% ada diatas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. Tatalaksana pada tumor jaringan lunak adalah ekstirpasi yang dilakukan dibawah anestesi, baik lokal/regional/umum. Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan, pemberian bantuan hidup dasar, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan penyakit menahun. Anestesi yang ideal adalah tercapainya anestesi yang meliputi hipnotik/sedasi, analgesi dan relaksasi otot. Terdapat 3 macam anestesi, yaitu anestesi lokal, regional, dan umum. Anestesi umum yaitu keadaan ketidaksadaran yang reversibel yang disebabkan oleh zat anestesi, disertai hilangnya sensasi sakit pada seluruh tubuh. Facemask atau sungkup muka merupakan sebuah alat sederhana dan non-invasif untuk menghantarkan baik oksigen atau gas-gas anestesi. Sungkup memiliki banyak kegunaan, seringkali digunakan untuk ventilasi pada pasien tidak sadar serta digunakan untuk resusitasi. Selain itu sungkup muka dapat digunakan untuk induksi dan rumatan dari anestesi umum.

STATUS PASIEN
I. Identitas
Nama Jenis kelamin Tempat/tanggal lahir Umur Alamat Agama Kebangsaan Status Pekerjaan Penjamin No. Rekam medis : Ny. S : Perempuan : Wonogiri, 10/07/1959 : 53 tahun : Kp. Rawa badak, Cipedak-Jagaraksa : Islam : Indonesia : Menikah : Ibu rumah tangga : Umum : 31 47 26

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 April 2013 di RUMKITAL Marinir Cilandak. Keluhan Utama Pasien datang dengan keluhan teraba benjolan pada paha kanan selama kurang lebih 2 tahun. Riwayat Penyakit Sekarang Dua tahun yang lalu, pasien merasa adanya benjolan pada paha kanan yang tidak nyeri. Benjolan teraba lunak dan berukuran kurang lebih 2x2cm. Pasien tidak berobat dan tidak menganggap hal yang serius. Benjolan hanya diberikan minyak kayu putih dan balsem. Benjolan hanya teraba pada paha kanan, dan tidak teraba pada anggota tubuh lainnya. Satu tahun yang lalu pasien merasa benjolannya semakin membesar namun tidak ada keluhan nyeri ataupun lainnya. Benjolan hanya dirasa pada paha kanan s aja. Namun lama- kelamaan benjolan tersebut menimbulkan ketidaknyamanan

apabila pasien menggerakkan tungkai bawah dan pasien kurang nyaman dengan adanya benjolan tersebut, sehingga pasien memutuskan untuk ke dokter dan setuju untuk dilakukan tindakan. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak memiliki keluhan yang serupa sebelumnya. ataupun Pasien tidak memiliki tekanan darah tinggi, kencing manis, alergi terhadap obat lainnya, riwayat asma, dan sebagainya. Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak memiliki keluhan yang serupa, keluarga pasien dalam keadaan yang sehat. Riwayat Sosial dan Ekonomi Pasien sekarang sudah tidak bekerja, pasien hanya mengurus pekerjaan rumah tangga. Riwayat Gaya Hidup Pasien tidak merokok, tidak suka minum-minuman beralkohol, pasien berolahraga, pasien makan-makanan yang sehat dan teratur. jarang

III. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 25 April 2013 di RUMKITAL Marinir Cilandak. Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tanda-tanda vital Tekanan darah Laju nafas : 130/70 mmHg : 20x/menit : Pasien tampak sakit ringan : compos mentis

Nadi Suhu Antropometri Berat badan Tinggi badan Status Lokalis Kepala Mata

: 72x/menit, teraba kuat dan isi penuh : 36.4 C, diukur dengan termometer aksilla : 56 kg : 158 cm

: Normosefal, rambut tersebar merata, wajah simetris : Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, kornea jernih, pupil isokor 2mm/2mm, reflek cahaya langsung dan tidak langsung +/+

Leher

: Kelenjar getah bening tidak teraba, tiroid dalam batas normal.

Hidung

: Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, tidak ada sekret, terlihat konka inferior dalam batas normal.

Mulut Tenggorokan Thoraks Paru-paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: Bibir tidak kering, tidak sianosis, lidah dan mukosa baik. : tonsil T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis : bentuk thoraks normal, pernafasan simetris

: Gerak nafas simetris, tidak tampak retraksi : Taktil femitus positif pada seluruh lapang paru : Sonor pada seluruh lapang paru. Batas paru hati ICS 5, dan batas paru lambung ICS 6 : Suara nafas vesikular pada seluruh lapag paru, tidak ditemukan mengi atau ronkhi.

Jantung Detak jantung : Normokardia

Iktus kordis Batas jantung

: Tidak tampak : Batas kanan ICS II-IV garis para sternalis kanan Batas kiri ICS II-V garis mid kalvikula kiri Batas atas ICS III garis para sternalis kanan

Auskultasi

: Bunyi jantung dasar S1, S2 murni dengan irama regular, bising dan gallop tidak ditemukan.

Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi Ekstrimitas Regio Look Feel Move : Bentuk abdomen cembung : Supel, nyeri tekan negatif, hepar dan lien tidak teraba. : timpani pada seluruh regio : Bisin usus positif normal. : akral hangat : Pada regio femoral lateral 1/3 distal dextra : tampak benjolan sebesar sekitar diameter 5 cm, tidak ditemukan eritem, hematom. : Nyeri tekan -, batas tidak tegas, bentuk bulat tidak teratur, konsitensi lunak-kenyal, mobile +. : ROM tidak terbatas

IV. Pemeriksaan penunjang


Laboratorium Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Pemeriksaan laboratorium Ny. S 25/04/2013 Jenis pemeriksaan Darah rutin Hemoglobin Hematokri Leukosit 10.5 g/dl 35 % 7.700/ul 12-16 g/dl 37 - 54% 5.000-10.000/ul Hasil Nilai rujukan

Trombosit Pembekuan Masa pembekuan/CT Masa perdarahan/BT Glukosa sewaktu Ureum darah Kreatinin darah

535.000/ul

150.000-400.000/ul

3 Menit 2 Menit 117 mg/dl 28 mg% 1.04 mg/dl

2 - 6 menit 1 - 3 menit < 200 mg/dl 20 - 50 mg% 0.8 - 1.1 mg/dl

EKG

V. Diagnosis pre-operatif

Soft tissue tumor pada regio femoral lateral 1/3 distal dextra

VI. Tatalaksana
Tanggal Operasi Diagnosa pra-bedah Keadaan umum pra bedah ASA Macam operasi Ahli bedah Ahli Anestesi Lama operasi Lama Anestesi ! Rencana Anestesi 1. Persiapan Operasi a. Persetujuan operasi tertulis ( + ) b. Puasa > 6 jam c. Pasang IV line d. Premedikasi di OK 2. Jenis Anestesi 3. Teknik Anestesi 4. Posisi 5. Pernafasan 6. Premedikasi 7. Induksi 8. Medikasi 9. Maintenance 10. 11. 12. Cairan Monitoring : General anestesi :General anestesi menggunakan facemask : supine : spontan-assisted respiration : Midazolam 2.5 mg : Propofol 100 mg : Fentanyl 25 mcg, ondansentron 4mg, ketorolak 30 mg : N2O/O2 = 1.5L/2L, Halothane 1.5 vol% : RL 500 ml : Tanda vital selama operasi tiap 5 menit, kedalaman : ASA 1 : Ekstirpasi : dr. Hendrasto, SpB : dr. Eka, SpAn : 5 menit : 25 menit : 25/04/2013 : Soft tissue tumor pada regio femoral lateral 1/3 distal dextra

anestesi, cairan, perdarahan, dan produksi urin. Perawatan pasca anestesi di ruang pulih sadar.

Tindakan Anestesi 1. Di ruang persiapan a. Cek persetujuan operasi dan identitas penderita b. Pemeriksaan tanda-tanda vital c. Lama puasa > 6 jam d. Cek obat dan alat anestesi e. Posisi terlentang f. Pakaian pasien diganti pakaian operasi g. Infus RL 2. Di ruang operasi a. Jam 14.20 pasien masuk kamar operasi, manset dan monitor dipasang, premedikasi injeksi Midazolam 2.5 mg. b. Jam 14.30 dilakukan induksi dengan propofol 100 mg, segera kepala diekstensikan, face mask didekatkan pada hidung dengan O2 4 l/menit kurang lebih 5 menit. Setelah reflek bulu mata menghilang. Mengalirkan N2O:O2 = 1.5 L:2 L permenit. c. Jam 14.35 dialirkan agent anestesi rumatan berupa Halothane 1.5 vol %, injeksi ondancetron 4 mg, fentanyl 25 mcg. d. Jam 14.40 operasi dimulai dan tanda vital dimonitor tiap 5 menit. e. Jam 14.45 Injeksi ketorolac 30 mg dan infus RL II 500 cc. Jam 14.45 operasi selesai pasien dipindah ke ruang recovery Laporan monitor anestesi Jam "#$%& 14.30 14.35 14.40 14.45 14.50 Tensi 120/70 120/66 102/45 98/47 100/59 90/40 Nadi SaO2 Keterangan Masuk ruang operasi, infuse RL 500cc, '()*+,'!! -'./012/3!%$&!34!56!./(!78*91+,'4*(/,'!#:;75 80 74 60 62 99% 100% 100% 100% 99% 5()*+,'!78171<12!"==!34>!N2O:O2 = 1.5 L:2 L! Halothane 1.5%volume, injeksi ondancetron 4 mg, fentanyl 25 mcg. operasi dimulai RL II 500 cc, injeksi ketorolac 30 mg Operasi selesai Observasi diruang pemulihan 84x/m 99%

Instruksi pasca anestesi Pasien dirawat di pav Bugenvil dalam posisi supine, oksigen 2 liter/menit, awasi respirasi, nadi, tensi tiap 10 menit. Setelah sadar, pasien di rawat di bangsal sesuai dengan bagian operator. Bila aldrette skor > 8 tanpa nilai 0, dipindah ke bangsal. Setelah pasien sadar, pasien dipindahkan ke ruangan bangsal. 1. 2. 3. 4. Awasi keadaan umum, perdarahan tiap 5 menit selama 2 jam post operasi. Cek darah rutin & elektrolit dan dikoreksi bila perlu Bila tidak ada mual, tidak ada muntah, bising usus (+), boleh makan dan minum secara bertahap Bila nyeri bertambah, konsultasi ke bagian anestesi.

VII. Tinjauan Pustaka Penggunaan Facemask Dalam Anesthesia Pendahuluan Facemask telah digunakan sejak anesthesia pertama kali digunakan dan tetap menjadi peralatan yang penting. Facemask menawarkan metode yang simpel dan non-ivasif untuk memasukkan oksigen dan gas-gas anesthesi lain dan juga digunakan untuk induksi dan maintenance dari anesthesi umum.1 Digunakan juga untuk memberikan ventilasi pada pasien tidak sadar sehingga memiliki peran yang penting untuk resusitasi. Beberapa penggunaan dari facemask :1 1. Pre-oksigenasi sebelum induksi anesthesi 2. Induksi secara inhalasi dari anesthesi 3. Ventilasi Bag-Mask (BMV) sebelum intubasi 4. Maintenance dari anesthesi 5. BMV selama resusitasi 6. ventilasi non-invasif pada gagal nafas. Tipe-Tipe Face Mask Tipe yang pertama dari facemask adalah "open" face mask(sungkup) seperti mask Hudson yang biasa digunakan untuk suplementasi oksigen(gambar 1). Face mask ini

tidak membutuhkan kuncian yang ketat pada wajah pasien dan sering terdapat lubang tambahan pada sungkup untuk membiarkan gas-gas yang tidak terpakai untuk keluar. Sungkup ini tidak dapat digunakan untuk memventilasi pasien atau memasukan gas-gas yang tidak stabil. Pada lingkungan tertentu tipe dari sungkup dapat digunakan untuk mensuplai oksigen pada pasien dengan ventilasi spontan selama anesthesi intravena atau sedasi dan banyak digunakan pada area "recovery".1,2

Gambar 1. Sungkup muka Hudson

! Sungkup "closed" didesain untuk membuat kuncian yang ketat disekitar mulut dan hidung pasien. Bentuk ini juga memungkinkan memasukkan dari agen-agen yang tidak stabil dan jika dibutuhkan untuk pasien yang diventilasi dengan tekanan positif. Sungkup jenis ini banyak digunakan pada saat resusitasi dan anesthesi umum. Banyak desain dari sungkup ini telah dideskripsikan, dan semua tersusun dari sebuah rim, tubuh dan konektor (gambar 2). Rim bersifat lembut dan terisi udara, memungkinkan kuncian pada wajah pasien. Beberapa model memiliki valve pengisian untuk memungkinkan untuk pengaturan tekanan di dalam rim (gambar 2). Bagian tubuh (body) lebih padat dan dapat terbentuk dari plastik, neoprene atau karet. Pada kasus-kasus tertentu, terdapat juga kawat yang dapat membuat lebih kaku yang dapat memungkinkan sungkup lebih sesuai pada wajah pasien. Konektor merupakan plastik keras atau logam dan memiliki diameter standar 22 mm.1,2

Banyak sungkup sekarang terbuat dari plastik transparan yang memiliki keuntukngan dalam visualisasi dari warna kulit, fogging dan tanda-tanda regurgitasi. Sebagai tambahan, banyak sungkup juga memiliki cincin plastik atau logam dengan kait yang memungkinkan melekat lebih baik.1 Volume internal dari sungkup termasuk dalam rongga mati (dead space). Pada orang dewasa, hal ini secara relatif tidak signifikan tetapi pada neonatus dapat merupakan 30% dari volume tidal. Sungkup telah dikembangkan untuk meminimalisasi rongga mati untuk penggunaan pediatrik dan berbagai macam desain digunakan pada hari ini. (gambar 3).1,2

Gambar 3. Sungkup untuk pediatrik

Teknik Mengggunakan Sungkup (Face Mask) Tujuan dalam penggunaan sungkup anestetik untuk memastikan penutupan yang sempurna antara sungkup dan wajah pasien yang meminimalisasi tekanan yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak.1,3 Pertama, penting sekali untuk memilih ukuran yang tepat untuk pasien. Sungkup tersebut seharusnya berada pada bagian jembatan hidung pasien dengan garis batas atas segaris dengan pupil. Bagian sisi seharusnya terkunci pada sisi lateral dari lipatan nasolabial dengan bagian bawah dari sungkup ditempatkan pada bagian bawah bibir dan dagu. Pada pasien yang bangun sungkup dipertahankan pada posisi ini dengan tangan atau dengan tali yang dikaitkan di belakang kepala pasien. Ukuran standar yang tersedia untuk dewasa. ukuran 3-4 akan cukup pada kebanyakan wanita dan 4 atau 5 cocok untuk kebanyakan pria.1,3,4 Ketika pasien tidak sadar jalan napas harus dipertahankan terbuka seambil mempertahankan kuncian. Sangat krusial untuk memastikan jalan napas tetap terjaga sementara gas diaplikasikan di bawah tekanan positif dapat meningkatkan resiko aspirasi

karena insuflasi lambung. Cara paling efektif untuk menjaga jalan napas adalah melakukan teknik jaw thrust. Teknik ini dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan.1,3,4 Jaw thrust One-handed technique (satu tangan) 1. Menempatkan ukuran sungkup yang tepat pada hidung dan mulut 2. Menggunakan tangan yang tidak dominan pada posisi untuk sungkup, menahan body dari sungkup diantara ibu jari dan jari telunjuk 3. Gunakan tiga jari yang sisa untuk menopang dagu, dengan jari kelingking mengait pada di belakang angulus mandibularis. 4. Angkat mandibula ke atas, ke arah sungkup yang terpasang untuk menciptakan kuncian yang kedap udara. 5. Sedikit ekstensi kepala dapat meningkatkan patensi jalan napas 6. Ventilasi pasien dengan tangan dominan dengan meremas bag. 7. Secara kontinyu menilai adekuasi dari teknik dengan mengobservasi gerakan dada secara bilateral, mendengar apakah adanya kebocoran udara dan menilai tanda-tanda ventilasi yang tidak adekuat.(tabel 2)

!
Gambar 4. Teknik satu tangan

Tabel 2. Tanda ventilasi sungkup tidak adekuat 1. ekspansi dada yang buruk 2. suara napas yang kecil atau tidak ada 3. terdapat suara udara yang bocor 4. terdapat insuflasi gaster 5. Sianosis, saturasi <92% 6. Konsekuensi hemodinamik dengan hipoksemi atau hiperkarbia (takikardia, hiper atau hipotensi)-tanda-tanda akhir.

Keuntungan menggunakan teknik satu tangan adalah memungkinkan dengan satu orang memungkinkan melakukan dua kerjaan sekaligus yaitu mempertahankan sungkup yang kedap udara dengan tangan yang satu bebas untuk melakukan ventilasi. Untuk tambahan, cukup melelahkan untuk mempertahankan posisi ini dalam waktu yang panjang dan juga menyulitkan bagi orang dengan tangan yang kecil untuk mencapai sudut dari dagu.1,5 Teknik dua tangan Sama seperti satu tangan, tujuannya adalah untuk memastikan kuncian yang komplit dari sungkup dan wajah pasien dan mempertahankan patensi jalan napas. Terdapat dua pendekatan utama untuk teknik ini (gambar 5). Cara yang dilakukan sama dengan teknik satu tangan dengan tangan yang lainnya melakukan posisi yang sama dengan tangan yang satu. 2,5 Ventilasi sungkup yang sulit Pemasangan sungkup tidak selalu mudah. Rata-rata insiden terjadinya ventilasi sungkup sulit adalah sekitar 5% dan faktor pasien terdapat dalam tabel 3.
Gambar 5. Teknik dua tangan

Ventilasi yang susah atau tidak adekuat harus diidentifikasikan dini. Tanda-tanda yang muncul adalah kurangnya gerakan dada, terdaat kebocoran udara, sianosis, desaturasi atau deteriorasi hemodinamik. Problem dan solusi terdapat dalam tabel 4.1

Penggunaan jalan naas orrofaringeal (Guedel) dapat secara signifikan meningkatkan patensi jalan napas dan banyak anesthesis menggunakan secara rutin untuk ventilasi singkup pada pasien tidak sadar. Nasofaringeal airway dapat juga digunakan di mana orofaringeal airway tidak dapat digunakan. Penggunaan supraglotik airway ini mengurangi insiden BMV sulit hingga kurang dari 0,5%.6,7 Pasien dengan usia tua lebih cenderung memiliki jaringan lunak penyokong yang kurang baik karena kurangnya kolagen dengan usia dan oleh sebab itu membuat kuncian yang adekuat menjadi sulit. Jika menggunakan teknik satu tangan, keboocoran udara dapat dilihat pada pipi yang kontralateral. Pada keadaan ini, teknik dua tangan lebih baik untuk digunakan. Pada pasien dengan gigi yang telah banyak tanggal (edentulous) studi yang telah dilakukan adalah menempatkan bagian bawah dari sungkuup di atas bibir bagian bawah, dengan ini mengurangi kebocoran udara dari pipi.1,2,6,7 Pasien dengan adanya rambut-rambut wajah dapat membuat kesulitan untuk membuat sungkup yang kedap udara meskipun tidak ada masalah pada jalan napas. Beberapa teknik yang dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengaplikasikan jel di

bawah rim dari sungkup atau menggunakan air-tight dressing di atas rambut pada wajah dengan lubang untuk mulut. 1,2, Ventilasi Face Mask selama anesthesi umum Penggunaan face mask untuk maintenance dari anesthesi umum sangat umum dilakukan, khususnya pada operasi yang singkat atau di mana alternatif lain tidak dapat dilakukan. Beberapa teknik dapat dilihat di bawah ini.5,6,7 Memungkinkan pasien untuk bernapas secara spontan memiliki banyak keuntungan terutama pada prosedur yang panjang. Meskipun dengan teknik yang baik, terdapat juga kemungkinan terjadinya insuflasi gaster saat menggunakan ventilasi tekanan positif yang meningkatkan resiko refluks gaster, biasanya tekanan di atas 20 cm H20. Mempertahankan kekedapan udara dari sungkup dan menjaga jalan napas tetap terbuka untuk waktu yang panjang sangat melelahkan. Untuk mengatasi hal ini sungkup dapat dipertahankan pada posisinya dengan menggunakan tali atau dengan menggunakan orofaringeal atau nasofaringeal airway untuk mempertahakan patensi dari jaan napas. Ketika menggunakan sirkuit yang menggunakan gas bertekanan tinggi seperti pada mesin Boyle atau sistem sirkulasi, valve tekanan yang dapat diatur memungkinan terjadinya konversi dari ventilasi spontan menjadi ventilasi tekanan positif. Memastikan valve terbuka saat ventilasi spontan dapat mengurangi insuflasi gaster. !

PEMBAHASAN
! Pada pasien dari dilakukannya anamnesis, pemenriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien digolonkan sebagai ASA I. Pasien sehat secara fisik, organic maupun biokimia. Tidak ditemukan adanya faktor-faktor yanag dapat mengganggu proses anesthesia selama pembedahan dilakukan. Seperti biasa pada pasien dengan bius umum, yang harus diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya regurgitasi dan aspirasi dari isi lambung yang dapat berakibat sangat fatal.

Tindakan premedikasi sendiri, yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesia bertujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia diantaranya untuk meredakan kecemasan dan ketakutan, memperlancar induksi anestesia, mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus, meminimalkan jumlah obat anestetik, mengurangi mual-muntah pasca bedah,menciptakan amnesia, mengurangi isi cairan lambung, mengurangi refleks yang membahayakan.Alasan pemilihan penggunaan golongan midazolam sebagai agen anestesi antara lain karena tidak mengganggu pola tidur, lebih aman jika terjadi overdosis, tidak menginduksi interaksi buruk pada metabolisme enzim obat, tidak menginduksi enzim hepar, pilihan utama sebagai anti ansietas, paling cepat diinaktifkan dibandingkan benzodiazepin lain pada penggunaan intravena untuk memperoleh efek cepat. Pasien kemudian diinduksi dengan menggunakan propofol 100 mg. Propofol merupakan obat induksi anestesi cepat, yang didistribusikan dan dieliminasikan dengan cepat. Propofol diberikan dengan dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untuk anestesi intravena total 4-12 mg/Kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0,2 mg/Kg. Efek samping propofol pada sistem pernafasan adanya depresi pernapasan, apneu, bronkospasme, dan laringospasme. Pada susunan saraf pusat adanya sakit kepala, pusing, euforia, kebingungan, gerakan klonik-mioklonik, epistotonus, mual, muntah. Pada daerah penyuntikan dapat terjadi nyeri. Setelah dilakukan induksi dan pasien telah ternduksi, terlihat dari refleks bulu mata yang hilang, Sungkup ditempatkan pada wajah pasien dagu ditahan dan sedikit di tarik ke belakang, tujuaannya adalah untuk menjaga jalan napas agar tetap dapat dialiri udara dengan lancar. Pada mesin anesthesi diairkan gas N2O sebanyak 1,5 liter per menit dibandingkan O2 sebanyak 2 liper per menit dan halothan 1,5% volume sebagai rumatan anesthesi. Pada pasien ini diberikan maintenance O2 + N2O + Halothan. Oksigen diberikan untuk mencukupi oksigen jaringan. Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%, gas ini bersifat sebagai anestetik lemah tetapi analgetiknya kuat. Cairan yang diberikan berupa RL dengan perhitungan sebagai berikut Rumatan (2ml/kg) 2x56 kg= 112cc/jam

Cairan jam I

Pengganti puasa (rumatan x lama puasa) 2x 56 kgx 6= 672 cc S.O= 56 x 4(operasi ringan)=224 = 1/2 PP +S.O+Rumatan = 336+224+112 = 672 cc

Cairan jam II dan III

= 1/4 pp+S.O+Rumatan = 504 cc/jam

Selama pembedahan berlangsung pasien juga diberikan injeksi Ondancentron sebanyak 4 mg untuk mengurangi mual dan muntah pasca bedah. Selain itu diberikan juga Fentanyl sebanyak 25 mcg sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit yang timbul akibat pembedahan. Sesaat sebelum operasi berakhir, pasien juga diberikan injeksi ketorolac sebanyak 30 mg sebagai analgetik atau penghilang nyeri. Setelah operasi selesai pasien dibawa ke!Recovery Room!(RR). Di ruang inilah pasien yang telah mendapat anesthesia umum dan regional dipantau perkembangan untuk pemulihan. Tujuan RR terletak berdekatan dengan!ruang operasi!sehingga apabila terjadi suatu kondisi yang memerlukan pembedahan ulang tidak akan mengalami kesulitan. Pada saat di RR, dilakukan monitoring!seperti!di saturasi oksigen, dan denyut nadi hingga kondisi stabil. Jika pasien gelisah harus diteliti apakah karena kesakitan atau karena hipoksia (TD turun, nadi cepat , misalnya karena hipovolemik).!Bila kesakitan harus diberikan analgetik seperti petidin 15-25 mg IV, tetapi kalau gelisah karena hipoksia harus diobati sebabnya, misalnya dengan menambah cairan elektrolit ( RL ), koloid ( dextran), darah.!Oksigen!selalu diberikan sebelum pasien sadar penuh. Pasien hendaknya jangan dikirim ke ruangan sebelem sadar, tenang, reflek jalan nafas sudah aktif, tekanan darah, nadi dalam batas normal. Pasien dapat keluar dari RR apabila sudah mencapai!skor Lockherte/Aldrete!lebih dari tujuh. Sedangkan pada pasien diatas, didapatkan skornya 9. Skor 9 didapatkan dari 1. Pasien dapat bernapas secara dalam (skor 2) 2. Saturasi O2 diatas 92% (skor 2) 3. Kesadaran pasien dapat berespon dengan panggilan meskipun belum sadar penuh (skor 1) 4. Tekanan darah yang diukur kurang lebih 20 mmHg dari pre-op (skor 2)

5. Pasien dapat menggerakkan 4 ekstrimitas (skor 2) Dengan skor 9 ini, pasien telah dapat dipindahkan dari ruang recovery ke ruangan perawatan yaitu bangsal bugenvil RSMC sebelum dapat pulang ke rumah. !

DAFTAR PUSTAKA
! 1. B. Nicholas, N. Anna. Using a Facemask During Anaesthesia. Update in Anaesthesia. United Kingdom. Anaesthesiologist.org; 2009: 1-9 2. Moyle J, Davey A Wards. Anaesthetic Equipment, 4th Ed. Edited by Ward C. WB Saunders Company Ltd; 1998: 139-145. 3. Latief, S.A., Suryadi, K.A., Dachlan, R. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta: FK UI 4. Miller, RD. Millers Anesthesia. 6th ed. Philadelphia, Pa: Elsevier Churchill Livingstone; 2005:1617-25. 5. Dachlan, R dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta : bagian Anesteiologi dan terapi Intensif. FK UI 6. Racine S, Solis A. Face Mask Ventilation in Edentulous Patients. Anesthesiology 2010; 112: 1190 3. 7. Morgan E, Mikhail MS, Clinical Anesthesiology, Prentice Hall International Inc, Connecticut,1996

You might also like