You are on page 1of 60

PREDIKSI KEBUTUHAN DAYA TAMPUNG (TPA) SUKOSARI JUMANTONO KARANGANYAR PADA TAHUN 2015 TUGAS AKHIR

Disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program DIII Infrastruktur Perkotaan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

OLEH :

MARDIANA ANGGAR KUSUMA NIM: I 8706034

PROGRAM D3 INFRASTRUKTUR PERKOTAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i

LEMBAR PERSETUJUAN

PREDIKSI KEBUTUHAN DAYA TAMPUNG (TPA) SUKOSARI JUMANTONO KARANGANYAR PADA TAHUN 2015 TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program D-III Infrastruktur Perkotaan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik - Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh:

Mardiana Anggar Kusuma NIM : I 8706034

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji pendadaran D-III Infrastruktur Perkotaan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Dosen Pembimbing

Ir. Sulastoro RI, MSi NIP. 19521105 198601 1 001

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PREDIKSI KEBUTUHAN DAYA TAMPUNG (TPA) SUKOSARI JUMANTONO KARANGANYAR PADA TAHUN 2015
TUGAS AKHIR Dikerjaan oleh: MARDIANA ANGGAR KUSUMA I 8706034 Dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Pendadaran Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan diterima dengan memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Ahli Madya. Pada hari: Senin 15 Februari 2010 Dipertahankan di depan Tim Penguji: 1. Ir. Sulastoro RI, M.Si NIP. 19521105 198601 001 2. Ir. Susilowati, M.Si NIP. 19480610 198503 2 001 Ir. Koosdaryani S, MT. NIP. 19541127 198601 2 001 Disahkan, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS .. . ..

3.

Disahkan, Ketua Program D-III Teknik Jurusan Teknik Sipil UNS

Ir. Bambang Santosa, M.T. NIP. 19590823 198601 1 001

Ir. Slamet Prayitno, M.T. NIP. 19531227 198601 1 001 Mengetahui, Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, M.T. NIP. 19561112 198403 2 007

iii

MOTO

kegagalan bukan akhir dari suatu perjuangan tetapi kegagalan adalah awal dari suatu keberhasilan jangan bilang tidak bisa sebelum dicoba Teriring doa di setiap langkah demi hidup yang lebih baik Berusahalah untuk selalu menyenangkan orang tua dengan kemampuan yang kamu miliki Apa yang telah kamu mulai selesaiakanlah, jangan pantang menyerah Semoga kita semua menuju kesuksesan dan tidak lupa kita Bersyukur kepada Tuhan YME

- amien -

iv

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini ku persembahkan untuk:

Ayah dan kakakku tercinta yang telah mendukung sepenuhnya pendidikanku Keluarga besar Trah Semito Teman-temanku D-III Infrastruktur Perkotaan angkatan 2006, 2007 dan 2008

ABSTRAK

Mardiana Anggar Kusuma, 2010. Prediksi Kebutuhan Daya Tampung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukosari di Kabupaten Karanganyar Pada Tahun 2015. Pertumbuhan penduduk dan arus urbanisasi penduduk Indonesia sangatlah pesat. Pertumbuhan penduduk tersebut akan selalu berhubungan dengan perubahan jumlah sampah. Sampah tersebut bila tidak ditangani secara tepat akan menimbulkan permasalahan yang cukup serius pada lingkungan. Salah satu tempat pengolahan sampah adalah di TPA. Di kabupaten Karanganyar TPA berada di Kecamatan Jumantono dengan nama TPA Sukosari. TPA Sukosari saat ini menggunakan sistem open dumping untuk pengolahan sampah. Sistem open dumping ini sangat tidak dianjurkan karena dapat menghabiskan lahan, dan jika timbunan sampah sudah melebihi kapasitas daya tampung (over load), dikhawatirkan dapat menyebabkan longsor. Oleh karena itu perlu diprediksikan jumlah sampah yang akan ditampung TPA pada tahun tertentu. Data atau informasi yang digunakan adalah data yang berasal dari TPA Sukosari dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Karanganyar. Metode pengolahan data menggunakan perhitungan secara manual yaitu dengan rumus regresi linier untuk memprediksi jumlah sampah yang masuk di TPA Sukosari pada tahun 2009-2015. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh bahwa pertambahan dan pengurangan jumlah sampah tiap tahun dipengaruhi oleh perubahan jumlah penduduk dan produksi sampah tiap penduduk per tahun, daya tampung TPA Sukosari hingga tahun 2015 adalah 340.207,5 m3, dengan catatan tanah hasil galian lubang untuk menampung sampah digunakan untuk menimbun sampah kembali dan pada tahun 2015 TPA Sukosari belum kelebihan muatan (over load) dengan sisa daya tampung sebesar 17.792,5 m3 dengan tinggi timbulan sampah 9,5 m. Kata kunci: Over load,Open dumping

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan baik

Dengan adanya laporan Tugas Akhir ini, kami berharap semoga laporan ini berguna bagi para pembaca dalam memprediksi daya tampung TPA, serta dapat menambah pengetahuan secara teori yang diperoleh di bangku kuliah, menambah wawasan serta pengalaman kerja di lapangan secara langsung.

Atas bimbingan, saran, arahan dan segala sesuatu yang bermanfaat dalam penyusunan tugas akhir ini, kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Sulastoro RI, MSi selaku Pembimbing Tugas Akhir. 2. Bapak Wibowo ST, DEA selaku Pembimbing Akademik. 3. Teman-teman seperjuangan D3 Infrastruktur Perkotaan 06, Terimaksih atas semuanya. 4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman serta masih kurangnya pemahaman yang kami miliki sehingga dalam penyusunan laporan ini banyak kekurangan, maka kami berharap dengan segala kerendahan hati untuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya

Surakarta, Februari 2010

Penulis

vii

DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... HALAMAN MOTO ...................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR TABEL ......................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1.2. Batasan Masalah ................................................................................. 1.3. Rumusan Masalah ............................................................................. 1.4. Manfaat ............................................................................................... 1 2 2 3 i ii iii iv v vi vii viii x xi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 2.1.1. Pengertian Sampah .................................................................. 2.1.2. Macam Sampah ........................................................................ 2.1.3. Sumber dan Komposisi Sampah ............................................... 2.1.3.1. Sumber Sampah............................................................ 2.1.3.2. Komposisi Sampah ....................................................... 2.1.4. Pengelolaan Sampah ................................................................. 2.1.4.1. Pewadahan .................................................................... 2.1.4.2. Pengumpulan ................................................................ 2.1.4.3. Pemindahan .................................................................. 2.1.4.4. Pengangkutan ............................................................... ix 4 4 5 7 7 8 9 9 11 13 14

2.1.4.5. Pembuangan Akhir ....................................................... 2.1.5. Produksi Bersih dan Prinsip 4R ................................................ 2.2. Dasar Teori .......................................................................................... 2.2.1. Prediksi Jumlah Penduduk ........................................................ 2.2.2. Prediksi Jumlah Sampah ........................................................... 2.2.3. Kapasitas Daya Tampung TPA.................................................

17 31 33 33 33 34

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Survey .................................................................. 3.2. Obyek Survey ..................................................................................... 3.3. Langkah-langkah Survey .................................................................... 3.3.1. Permohonan Ijin ....................................................................... 3.3.2. Mencari Data atau Informasi ................................................... 3.3.3. Mengolah Data ......................................................................... 3.3.4. Penyusunan Laporan ................................................................ 35 35 35 35 36 36 37

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data ............................................................................. 4.2. Pengolahan Data ................................................................................. 4.2.1. Prediksi Jumlah Penduduk Kab. Karanganyar Tahun 2015 ..... 4.2.2. Prediksi Jumlah Sampah Kab. Karanganyar Tahun 2015 ........ 4.2.3. Kapasitas Daya Tampung TPA................................................. 38 41 41 43 47

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan dan Saran ......................................................................... Penutup............................................................................................................. Daftar Pustaka ................................................................................................. Lampiran 48 49 50

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Tempat Sampah B3 ..................................................................... Gambar 2.2 Depo ............................................................................................ Gambar 2.3 Kontainer ..................................................................................... Gambar 2.4 Diagram Alur Pengelolaan Sampah Mulai Dari Sumber Sampah Sampai dengan TPA ................................................................. Gambar 3.1 Diagran Alir Analisis Data .......................................................... Gambar 4.1 Gerobak Manual/Dorong ............................................................ Gambar 4.2 Bak Penampungan Air Lindi ...................................................... Gambar 4.3 Diagram Pencar Jumlah Penduduk dengan Jumlah Sampah Pada Tahun 2003 Sampai dengan Tahun 2008 ................................. 46 31 37 39 40 7 16 17

Gambar 4.1 Grafik Garis Linier Jumlah Penduduk dengan Jumlah Sampah Pada Tahun 2015 ............................................................................... 46

xi

DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Jumlah Sampah yang Masuk di TPA Sukosari Tahun 2003 Sampai dengan Tahun 2008 ........................................................................ Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kab. Karanganyar Tahun 2003 Sampai dengan Tahun 2008 .................................................................................... Tabel 4.3 Pertambahan Penduduk Kab. Karanganyar .................................... Tabel 4.4 Jumlah Sampah dan Jumlah Penduduk Kab. Karanganyar dari Tahun 2003 Sampai dengan Tahun 2008 ................................................... Tabel 4.5 Jumlah Sampah dari Tahun 2003 Sampai dengan Tahun 2008 ...... 43 45 38 42 38

xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini pertumbuhan dan arus urbanisasi penduduk Indonesia sangatlah pesat. Pertumbuhan penduduk tersebut akan selalu diikuti dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan sandang, pangan maupun papan. Pada kenyataannya ketiga unsur pokok tersebut tidak digunakan untuk jangka waktu yang lama, baik itu karena rusak atau memang sudah tidak layak digunakan lagi. Sisa-sisa pemakaian itulah yang dalam kehidupan sehari-hari kita sebut dengan sampah.

Di kota-kota besar, sampah dapat menimbulkan permasalahan yang cukup serius bila tidak ditangani dengan tepat. Sampah-sampah tersebut dapat merusak keseimbangan lingkungan karena dapat mencemari ekosistem tanah, air dan udara. Salah satu cara penanganan sampah tersebut adalah dengan membuang atau mengumpulkan sampah pada suatu tempat tertentu dan dalam jumlah banyak yang pada umumnya disebut dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sehingga tidak mengganggu aktivitas masyarakat di kota besar tersebut.

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Laju perkembangan yang baik di Kabupaten Karanganyar, akan timbul pula beberapa permasalahan baik masalah terbatasnya lahan sampai masalah sosial budaya dan masalah kesehatan lingkungan yang memerlukan perhatian sejalan dengan perkembangan itu sendiri, sehingga perlu pembangunan berwawasan lingkungan hingga terwujud lingkungan yang sehat, aman dan nyaman.

Disamping pesatnya perkembangan fisik, pesatnya perkembangan penduduk akan membawa konsekwensi timbulnya permasalahan pula, salah satunya timbulnya

13

sampah yang semakin banyak dan sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan lingkungan perkotaan atau lingkungan permukiman.

Untuk mewujudkan kota yang bersih, perlu penanganan persampahan mulai dari penyapuan atau pengumpulan sampah, pengangkutan sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke (TPA)

Sampah yang diangkut ke TPA tidak didiamkan begitu saja, melainkan harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan baik pencemaran udara, air maupun pencemaran tanah.

Di kabupaten Karanganyar, sampah-sampah dari masyarakat sebagian besar dikumpulkan terlebih dahulu di TPS, yang sudah disediakan pemerintah daerah, setelah itu baru diangkut ke TPA Sukosari, yang berjarak 5 km dari pusat Kabupaten Karanganyar.

1.2 Batasan Masalah Karena terbatasnya waktu pembuatan Tugas Akhir, maka perlu adanya batasanbatasan dalam: 1. Waktu pengambilan data, data (sample) yang diambil hanya data pemasukan sampah selama 6 tahun yaitu mulai dari tahun 2003 s/d 2008. 2. Pencarian/pengambilan data, di lokasi TPA Sukosari dan Dinas Catatan Sipil Kab. Karanganyar.

1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah: 1. Berapakah prediksi jumlah penduduk Kab. Karanganyar pada tahun 2015? 2. Berapakah prediksi jumlah sampah yang masuk di TPA Sukosari dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2015? 3. Bagaimankah daya tampung sampah di TPA Sukosari apakah sudah melebihi kapasitas daya tampungnya?

23

1.4 Manfaat Manfaat penulisan Tugas Akhir (TA) ini ditujukan untuk berbagai pihak, diantaranya: 1. Bagi peneliti Peneliti dapat mengetahui kondisi kelayakan TPA Sukosari. 2. Bagi petugas/pengawas Hasil penelitian ini dapat lebih meyakinkan petugas di TPA Sukosari agar lebih memperhatikan kondisi lahan pembuangan sehingga dapat lebih berhati-hati dalam bekerja. 3. Bagi pemerintah Bahan masukan pemerintah daerah, khususnya Dinas Pekerjaan Umum Kab. Karanganyar agar lebih memperhatikan lagi kondisi lahan TPA Sukosari, sehingga dapat segera mengantisipasi keterbatasan daya tampung. 4. Bagi masyarakat a. Informasi pada masyarakat tentang permasalahan pengelolaan sampah sejak pewadahan sampai TPA. b. Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih serius dalam mengelola sampah atau bahkan meminimalkan produksi sampah.

33

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah adalah limbah padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola supaya tidak membahayakan bagi lingkungan dan melindungi investasi pembangunan (Budi Utomo dan Sulastoro, 1999). Pada dasarnya sampah tersebut merupakan sisi dari segala aktivitas yang dilakukan manusia dan hewan. Awalnya sampah yang dibuang tersebut bukan merupakan masalah yang berarti, tapi pada masa sekarang ini permasalahan limbah padat telah melampaui ambang batas toleransi lingkungan dan telah mencemari air, udara dan tanah. Permasalahan sampah yang sedang dihadapi di kota-kota pada saat ini adalah terutama pada sistem pengelolaannya. Berdasarkan data BPS tahun 2000, dari 384 kota yang menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut ke TPA adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar sebesar 37,6 %, yang dibuang ke sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3 % (Infrastruktur Indonesia Sebelum, Selama dan Pasca Krisis, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas, Oktober 2002). Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah semakin pesatnya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan semakin tinggi, kendaraan pengangkut yang jumlah maupun kondisinya kurang memadai serta sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan.

444

Besarnya timbulan sampah tersebut jika tidak ditangani dengan tepat akan menyebabkan permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk kota. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular baik penyakit kulit maupun gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus sungai karena terhalang sampah yang dibuang ke sungai. Selain sistem pengelolaan, masalah lain yang sering timbul adalah mengenai biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan. Kegiatan atau aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengelolaan sampah yang baik. Penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman (Soeryani et al dalam Lilis Sulistyorini, 2005).

2.1.2 Macam Sampah Menurut Budi Utomo dan Sulastoro (1999) macam sampah digolongkan menjadi dua, yaitu: A. Berdasarkan jenisnya sampah dapat dipilahkan menjadi 3 macam yaitu: 1. Sampah yang mudah membusuk (garbage) Sampah ini terdiri atas bahan-bahan organik, antara lain sisa makanan, sisa sayuran, sisa buah-buahan, yang kemudian sering disebut dengan sampah basah. 2. Sampah yang tak dapat/sukar membusuk (rubbish) Sampah jenis ini terdiri atas bahan organik maupun anorganik, misalnya pecahan botol, kaca, besi, sisa bahan bangunan, yang kemudian disebut dengan sampah kering. Kelompok rubbish ini dapat dipilahkan menjadi 2, yaitu: a. Yang dapat dibakar (combustible rubbish) Contoh: kertas, plastik, kayu, kulit, tekstil, karet. b. Yang tidak dapat dibakar (non combustible rubbish) Sampah ini juga dapat dikelompokkan menjadi:

1. Metalic rubbish, misalnya sampah besi, timah, seng, alumunium dan lain-lain. 2. Non metalic rubbish, misalnya pecahan botol, gelas, tembikar, kaca dan lain-lain. 3. Sampah yang berbentuk partikel halus (ashes and residues) Sampah yang berasal dari sisa pembakaran kayu, batubara, arang dan sisa pembakaran lain dari semua fasilitas yang ada di rumah, toko, instansi dan industri yang digunakan untuk tujuan memasak, memanggang ataupun membakar. Contoh: bubuk yang berasal dari material, abu api. B. Berdasarkan teknik pengelolaan dan jenis pemanfaatannya sampah dapat dibedakan menjadi: 1. Sampah yang dapat dimanfaatkan kembali Contoh: dibuat pupuk kompos, makanan ternak, bubur kertas. 2. Sampah yang dapat dibakar/digunakan untuk bahan bakar Contoh: untuk briket, untuk biogas. 3. Harus dibuang karena pertimbangan ekonomis atau berbahaya Contoh: sampah B3. Sampah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Berikut contoh Gambar 2.1 Tempat Sampah B3.

Gambar 2.1 Tempat Sampah B3 2.1.3 Sumber dan Komposisi Sampah 2.1.3.1 Sumber Sampah Menurut Budi Utomo dan Sulastoro (1999). Sumber/asal sampah dapat dipilahkan menjadi 7 macam, yaitu: A. Daerah pemukiman/rumah tangga Umumnya merupakan sampah basah/organik. B. Daerah komersial Meliputi sampah yang berasal dari pasar, pertokoan, restoran. Umumnya dominan sampah organik. C. Daerah institusional Terdiri atas sampah yang berasal dari perkantoran, sekolah, tempat ibadah dan lain-lain.Umumnya merupakan sampah kering. D. Daerah terbuka Antara lain sampah yang berasal dari pembersihan jalan, trotoar, taman dan lain-lain.Umumnya merupakan sampah organik dan debu. E. Daerah industri Yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa kegiatan industri, sangat tergantung kepada jenis industrinya. F. Daerah pembangunan, pemugaran dan pembongkaran

Semua bahan yang berasal dari kegiatan tersebut, dapat berupa pecahan bata, kayu, besi, dan lain-lain. G. Rumah sakit/poliklinik Sampah di lokasi ini dapat berasal dari sampah kantor, sampah bekas operasi, pembalut, dan lain-lain.

2.1.3.2 Komposisi Sampah Komposisi sampah bervariasi untuk setiap daerah dan setiap waktu tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhi produksi sampah antara lain: 1. Jumlah penduduk dan kepadatannya Semakin bertambah jumlah penduduk maka akan bertambah pula jumlah sampah yang dihasilkan, sedangkan daerah yang padat penduduknya akan sulit mencari ruang pembuangan sampah sehingga memerlukan pengelolaan sampah yang baik. 2. Tingkat aktivitas Banyak sedikitnya aktivitas mempengaruhi jumlah dan jenis sampah yang dihasilkan. Misalnya, sampah sisa masakan yang dihasilkan di restoran berbeda dengan sampah sisa masakan yang dihasilkan di rumah tangga baik dari segi jumlah maupun jenis. 3. Pola hidup atau tingkat sosial ekonomi Perbedaan barang yang dikonsumsi dan pola hidup tiap-tiap manusia mempengaruhi jumlah dan jenis sampah yang dihasilkan. Misalnya, sisa buangan keluarga pejabat berbeda dengan sisa buangan keluarga buruh tani. 4. Letak geografi Daerah pegunungan yang sebagian besar penduduknya bercocok tanam, sampah yang dibuang sebagian besar berbeda dengan sampah yang dibuang penduduk di daerah pantai yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan. 5. Iklim Perbedaan iklim tiap-tiap daerah mempengaruhi jenis dan jumlah sampah yang dihasilkan.

6. Musim Pergantian musim yang ada di suatu negara dapat mempengaruhi jumlah dan jenis sampah. Misalnya, pada saat musim gugur banyak daun tumbuhan yang rontok sehingga banyak sampah yang timbul akibat daun tumbuhan yang berguguran tersebut. 7. Kemajuan teknologi Sampah pembungkus makanan yang dulu hanya menggunakan daun pisang kini banyak menggunakan plastik/kertas pembungkus.

2.1.4 Pengelolaan Sampah Menurut Budi Utomo dan Sulastoro (1999) kegiatan pengelolaan sampah meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir.

2.1.4.1 Pewadahan Pewadahan adalah proses pertama kali yaitu dengan cara menampung sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut, dibuang ke TPS atau ke TPA. A. Tujuan Pewadahan Proses pewadahan mempunyai tujuan antara lain: 1. Sampah tidak berserakan, sehingga lingkungan bersih, sehat dan mempunyai nilai estetika yang baik. 2. Memudahkan pengangkutan ke tempat selanjutnya. B. Tempat Pewadahan Syarat-syarat tempat yang digunakan untuk tempat pewadahan yang baik yaitu: 1. Wadah harus awet dan tahan air. 2. Harus ekonomis, sehingga terjangkau oleh masyarakat umum. 3. Mudah diperoleh atau dibuat. 4. Mempunyai sifat ringan dan mudah diangkut.

10

Dalam kehidupan sehari-hari macam wadah yang dapat kita temukan antara lain kantong kertas/plastik, tong plastik/fiberglass, kontainer besi, bak tembok, dan lain-lain. C. Pola Pewadahan Pola pewadahan sampah dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu: 1. Pola individual Pola dimana wadah yang digunakan menampung sampah dari masing-masing sumber sampah. Maka dari itu wadah yang digunakan harus: a. Mudah diambil. b. Ditempatkan di halaman muka bila timbulan sampah kecil (rumah tangga). c. Ditempatkan di halaman belakang bila timbulan sampah besar (rumah sakit, hotel, restoran, dan lain-lain). 2. Pola komunal Pola dimana wadah sampah yang digunakan dapat menampung sampah lebih dari satu sumber sampah. Maka dari itu wadah yang harus digunakan harus: a. Ditempatkan di lokasi khusus. b. Tidak di tepi jalan protokol. c. Dekat dengan sumber sampah terdekat. d. Tidak mengganggu sarana umum. D. Penempatan, Pengisian dan Pengosongan Wadah Untuk proses ini dibagi menjadi 3 kelompok berdasar pengguna wadah, yaitu: 1. Wadah untuk individual rumah tangga a. Wadah ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau penghuni dan petugas. b. Sampah dibuang ke dalam wadah oleh pemilik sumber sampah. c. Pengosongan wadah dilakukan oleh petugas. d. Wadah yang sudah kosong dikembalikan ke tempat semula. e. Secara periodik wadah dicuci atau dibersihkan. 2. Wadah untuk komunal perkotaan a. Wadah ditempatkan di depan tanpa mengganggu pejalan kaki.

11

b. Sampah yang dibuang ke dalam wadah sebaiknya dalam keadaan terbungkus plastik. c. Wadah komunal dikosongkan oleh petugas. 3. Wadah untuk pejalan kaki Wadah untuk pejalan kaki sebaiknya ditempatkan di tempat yang strategis misalnya di terminal, tempat rekreasi, daerah pertokoan dan lain-lain.

2.1.4.2 Pengumpulan Pengertian proses pengumpulan sampah ke TPA tediri dari 4 macam sesuai dengan pola pengumpulan yang digunakan, yaitu: A. Individual langsung Penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari masing-masing sumber sampah dan diangkut langsung ke TPA tanpa melalui proses pemindahan. Syarat-syarat agar cara ini dapat terlaksana antara lain: 1. Bila alat pengumpul yang digunakan tidak menggunakan mesin, topografi harus datar. 2. Kondisi jalan harus lebar, sehingga operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya. 3. Kondisi dan jumlah alat memungkinkan. 4. Jumlah timbunan sampah besar, lebih dari 0,5 m3/ hari. B. Individual tidak langsung Proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari masingmasing sumber sampah dan diangkut ke TPA melalui proses pemindahan dengan menggunakan sarana pengangkut. Syarat-syarat agar cara ini dapat terlaksana antara lain: 1. Adanya lokasi pemindahan. 2. Bila alat yang digunakan untuk memindahkan non-mesin, topografi harus datar.

12

3. Lebar jalan atau gang memungkinkan dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan. 4. Adanya penjadwalan yang selaras antara pengumpulan dan pengangkutan. C. Komunal langsung Proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari masingmasing titik pewadahan komunal, langsung diangkut menuju TPA tanpa melalui proses pemindahan. Syarat-syarat agar cara ini dapat terlaksana antara lain: 1. Peran serta masyarakat tinggi. 2. Wadah komunal dirancang sesuai dengan kondisi, ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasinya mudah dijangkau oleh truk. 3. Untuk daerah khusus berbukit, maka lokasi wadah komunal diletakkan di dekat jalan masuk. D. Komunal tidak langsung Proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari masingmasing titik pewadahan komunal ke lokasi pemindahan dengan menggunakan gerobak, kemudian diangkut ke TPA dengan truk. Syarat-syarat agar cara ini dapat terlaksana antara lain: 1. Peran serta masyarakat tinggi. 2. Wadah komunal ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengumpul. 3. Adanya lokasi pemindahan. 4. Apabila alat pengumpul non-mesin, maka topografi harus datar. 5. Lebar jalan memungkinkan dilalui tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya. 6. Sesuai untuk kota besar dengan pertumbuhan tinggi. Dalam memilih pola pengumpulan tergantung kepada: 1. Sistem pelayanan yang diperlukan masyarakat. 2. Keadaan topografi setempat. 3. Kepadatan penduduk. 4. Karakteristik fisik sampah.

13

5. Peraturan yang berlaku. 6. Kebiasaan masyarakat setempat.

2.1.4.3 Pemindahan Pemindahan adalah tahap-tahap memindahkan sampah hasil pengumpulan alat angkut ke lokasi pemindahan sampah, berfungsi sebagai tempat bertemunya alat pengumpul dengan alat pengangkut (truk). Dalam proses ini diklasifikasikan menjadi 2 macam yaitu: A.Berdasarkan prosesnya pemindahan diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: 1. Pemindahan tidak langsung Pembuangan sampah dari alat pengumpul ke lokasi pemindahan, baru kemudian dipindah ke truk pengangkut. Pemindahan jenis ini biasanya dihindari oleh ahli persampahan karena: a. Proses tidak higienis/sehat. b. Membutuhkan waktu lebih lama karena melalui 2 tahap. c. Membutuhkan ruang yang lebih besar. 2. Pemindahan langsung Sampah dari pengumpulan dipindahkan ke dalam suatu wadah yang nantinya ikut dibawa oleh alat pengangkut. Wadah ini berupa kontainer berkapasitas 5-10 m3 yang diangkut ke atas truk secara hidrolik. B. Berdasarkan penempatan dan pertemuan antara peralatan pengumpul dengan alat pengangkut dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: 1. Terpusat Memusatkan lokasi pemindahan ke satu tempat sehingga sampah hasil pengumpulan dengan sistem tidak langsung akan dipindahkan ke lokasi ini, armada pengangkutan juga akan mengambil sampah dari lokasi ini. Sistem terpusat dapat berjalan efektif jika: a. Letak sumber sampah sifatnya terpusat. b. Jarak lokasi pemindahan ke titik sumber sampah relatif sama. c. Tersedianya lahan untuk lokasi pemindahan.

14

d. Daerah cakupan operasi pengumpulan luas atau timbulan sampahnya tinggi. Kendala untuk sistem terpusat adalah: a. Bila lokasi sumber sampah memanjang. b. Perlu adanya jaminan bahwa lokasi pemindahan dapat terus berfungsi baik. c. Tertutup alternatif bagi pembuangan sementara di tempat lain. d. Tidak sesuai untuk daerah yang padat. 2. Tersebar Penempatan lokasi pemindahan sampah disesuaikan dengan tingkat timbunan sampah di pusat sumber sampah. Sistem tersebar dapat berjalan efektif jika: a. Daerah operasi memanjang. b. Sulit mendapatkan lahan untuk lokasi pemindahan. c. Timbulan sampah mempunyai kapasitas relatif kecil. Kendala untuk sistem tersebar adalah pengendalian kerja/pelaksanaan sangat sulit. Kriteria yang harus diperhatikan untuk pemilihan lokasi pemindahan sampah adalah: a. Memenuhi peruntukan fasilitas ruang prasarana kota b. Terletak sedapat mungkin di tengah kawasan pelayanan yang direncanakan. c. Ketersediaan ruang cukup memadai. d. Aksesbilitas yang memadai. e. Bila daerah berbukit dan berlembah, dipilih lokasi yang rendah. f. Terdapat ruang antara lokasi pemindahan dengan perumahan.

2.1.4.4 Pengangkutan Pengangkutan adalah proses memindahkan sampah dari TPS ke TPA, sehingga TPS pada daerah pelayanan menjadi bersih dari sampah.

15

Untuk menunjang kelancaran proses pengangkutan, tempat untuk proses pengangkutan harus disesuaikan dengan proses pengumpulan, sehingga perlu ditentukan titik pengangkutan dan pengumpulan. Dalam menentukan titik pengumpulan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: A. Lebar jalan minimal 5 meter agar cukup untuk parkir truk dan lalu lintas kendaraan yang lain. B. Untuk pemukiman padat dapat ditentukan dengan interval sekitar 100 meter dan bersifat komunal. C. Volume sampah pada lokasi tersebut berkisar antara 1-3 m3, ditentukan berdasarkan kondisi lingkungan, ruangan yang tersedia dan komposisinya. D. Tidak ada metode pasti untuk menentukan titik pengumpulan yang optimal, tapi dapat dilakukan uji coba dan evaluasi setiap 3 bulan dan kemudian 1 tahun. Penentuan titik pengangkutan dan pengumpulan menentukan segi efisiensi operasi, terutama dalam segi efisiensi waktu. Semakin sedikit titik pengangkutan dan pengumpulan maka semakin sedikit pula waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan pengumpul atau pengangkut untuk melaksanakan operasinya. Banyak sedikitnya waktu yang dibutuhkan untuk proses pengangkutan dan pengumpulan dapat dihitung berdasarkan 3 elemen waktu yaitu: 1. Waktu menunggu Waktu yang digunakan petugas gerobak untuk menunggu kedatangan truk pengangkut. 2. Waktu pemuatan Waktu yang diperlukan untuk memuat sampah ke dalam truk hingga penuh. 3. Waktu pengangkutan Waktu yang diperlukan untuk mengangkut sampah dari titik transfer ke TPA. Salah satu contoh proses pengangkutan adalah pengangkutan sampah dari sistem pengumpulan sampah ke transfer depo. 1. Kendaraan angkutan langsung keluar dari pool langsung menuju ke stasiun pemindahan/transfer depo untuk mengangkut sampah langsung ke TPA.

16

2. Dari TPA kendaraan kembali ke stasiun pemindahan/transfer depo untuk mengambil rit berikutnya. Depo adalah tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang meliputi satu kelurahan kurang lebih 30.000 warga, dengan daya tampung sampah sekitar 150 meter kubik. Untuk lebih jelas gambar Depo dapat dilihat pada Gambar 2.2 sebagai berikut.

Gambar 2.2 Depo Ada 2 alternatif yang ditempuh: 1. Tanpa kontainer. 2. Selalu membawa kontainer. Kontaner biasanya terletak di pinggir jalan di sebuah lokasi pemukiman dan memiliki volume kurang lebih 6-10 meter kubik, berbentuk sebuah bak penampungan besi. Untuk lebih jelas gambar container dapat dilihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut.

17

Gambar 2.3 Kontainer Peralatan lain yang digunakan untuk mengangkut sampah antara lain: 1. Truk biasa. 2. Dump truck. 3. Compactor truck. 4. Arm roll truck. 5. Multi loader truck. 6. Transfer trailer.

2.1.4.5 Pembuangan Akhir Pembuangan akhir adalah proses terakhir dimana semua sampah dari seluruh titik pengumpulan dibuang/dikumpulkan. Tujuan pembuangan akhir ini adalah untuk memusnahkan sampah di suatu TPA dengan proses/sistem tertentu sehingga tidak/seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar baik setelah dilakukan pengolahan maupun tanpa diolah. A. Sistem Pengolahan Sampah di TPA Ada beberapa macam sistem pengolahan sampah di TPA, antara lain: 1. Pemadatan (bail press) Sistem bail press atau bala press sebenarnya bukan merupakan sistem pengolahan langsung terhadap sampah, melainkan lebih kepada tindakan

18

persiapan yang dilakukan terhadap sampah untuk memudahkan proses selanjutnya. Teknologi utama pemrosesan sampah dengan cara ini adalah mesin yang berfungsi memadatkan dan membentuk sampah menjadi bola (bal). BALA sebenarnya adalah nama sebuah perusahaan Swedia, yang pabriknya berlokasi di Nossebro dekat Gothenburg. Di Indonesia tempat pembuangan yang sudah menerapkan sistem ini adalah Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bojong. Di TPST Bojong sampah yang dibawa truk dari Jakarta dituang ke bak penampungan di ruang tertutup, lalu sampah tersebut dipisahkan antara sampah basah organik dan sampah kering non-organik. Untuk sampah basah organik akan digunakan untuk bahan membuat kompos, sedangkan sampah non-organik akan masuk ke konveyor (ban berjalan). Saat ban bergerak pekerja memilah sampah berharga yang bisa didaur ulang. Sampah yang bisa terbakar masuk ke mesin pembakaran bertemperatur tinggi (incinerator). Sisa yang tidak mungkin diolah baru masuk ke mesin bala press. Mesin bala press akan memadatkan dan mengemas sampah dalam bentuk bal-bal bulat. Bal-bal sampah akan dibungkus plastik film berwarna putih yang tahan lama, kedap udara dan tidak tembus air. Bulatan berdiameter 1,2 meter itu lalu ditimbun dan ditutup tanah. Dalam waktu 25 tahun bukit sampah bisa ditanami dan dimanfaatkan (Deffan Purnama dan Fitrio, 2004). Ada dua jenis mesin yang dapat digunakan untuk pengolahan sampah sistem bala press ini. Pertama, mobile baler. Jenis mesin bala pres ini dapat mengolah sampah dalam bal sebanyak 12-15 bal per jam. Kedua, mobile baler tornado. Mesin ini dapat mengolah sampah dalan bentuk bal sebanyak 20-25 bal per jam. Untuk lebih jelasnya proses pembentukan/pengepresan bala dengan mesin bala press adalah sebagai berikut: 1. Material dimasukkan ke dalam ruang pembentukan bola sampah sampai dicapai tekanan penuh. 2. Untuk mempertahankan bentuk bola yang ada, jaring atau dimasukkan ke dalam ruang pembentukan bola. plastik film

19

3. Ruang pembentukan bola terbuka dan bola sampah yang ada dipindahkan ke unit pembungkusan. 4. Sementara bola sampah dibungkus lengan pembentuk bola akan kembali ke posisi awal, siap untuk menjalankan proses baru. 5. Bola-bola yang dibungkus kini masuk ke konventor. Proses berjalan 2-3 menit dan sepenuhnya dijalankan oleh komputer. Keunggulan sistem bala press ini adalah tidak ada pencemaran limbah cair, karena cairan dari hasil pengepresan akan dibawa ke tempat pembuangan tinja, selain itu tidak akan menimbulkan gas beracun karena sampah yang telah dipres dibungkus dengan plastik yang tidak tembus cahaya serta kedap udara dan air sehingga bisa menghindari proses biologis. Karena kedap air dan udara sampah tersebut tidak menimbulkan bau sehingga tidak mengundang lalat karena daya penciumannya tidak dapat menembus plastik pembungkus tersebut.

Pencemaran terhadap air tanah juga tidak akan terjadi karena sampah langsung diolah ke dalam mesin, yang pasti prinsip sistem ini adalah tidak ada penumpukan sampah dan tidak menimbulkan bau. 2. Lahan urugan terbuka (open dumping) Open dumping adalah salah satu sistem penanganan sampah yang paling sederhana yaitu sampah ditimbun di areal tertentu secara terus menerus tanpa ditimbun dengan tanah penutup (penimbunan secara terbuka). Pembuangan sistem open dumping sangat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu akan menimbulkan leacheate di dalam lapisan timbunan dan seterusnya akan merembes kelapisan tanah di bawahnya. Leacheate ini sangat merusak dan dapat menimbulkan bau tidak enak, selain itu dapat menjadi tempat pembiakan bibit penyakit seperti lalat dan tikus. Meskipun menimbulkan dampak negatif sistem ini masih banyak digunakan di kota-kota di Indonesia. Menurut data yang diperoleh dari JICA and PT. Arconin, dari 46 kota di Indonesia 33 diantaranya masih menggunakan sistem open dumping ini, termasuk kota Surakarta, mungkin dikarenakan biaya operasionalnya yang murah dan pengoperasian yang relatif mudah.

20

Tapi sekarang, ada baiknya pemerintah daerah kota setempat mulai berpikir untuk mengganti sistem open dumping ini, karena menurut sumber yang didapat dari Media Indonesia, tanggal 22 Januari 2008 menyebutkan bahwa akan dibuat Undang-Undang Pengelolaan Sampah dan sekarang rancangan undang-undangya telah dibuat, jika Rancangan Undang-Undang Pengelolaan Sampah (RUU Sampah) itu disahkan, open dumping tanpa pemrosesan akan dihilangkan dan sistem sanitary landfill akan berlaku secara ketat. Pemerintah daerah diberi waktu 5 tahun untuk mengganti sistem open dumping ke sistem sanitary landfill. Asisten Deputi urusan Pengembangan Peraturan Perundang-undangan dan Perjanjian Internasional di Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) Yazid Nurhuda menyebutkan sanksi yang berlaku bagi kelalaian open dumping masih akan diatur lewat peraturan daerah (perda) setelah RUU Sampah diberlakukan. Larangan yang nantinya akan diatur dengan perda mencakup pembuangan sampah tidak pada tempatnya, mencampur sampah dengan B3 (bahan berbahaya dan beracun), membakar sampah dan open dumping. Keempat hal ini dinyatakan ilegal. 3. Lahan urugan terkendali Prinsip pembuangan akhir ini yaitu lahan urug terbuka sementara, dengan selalu dikompaksi/pemadatan sampah setebal 60 cm dan diurug dengan tanah lapisan kedap setebal 15-30 cm dalam setiap periode 7 hari berturut-turut. 4. Lahan urugan saniter (sanitary landfill) Sistem ini ada 4 metode, yaitu: a. Medan urugan penyehatan (area fill) Metode ini sampah dibongkar lalu ditimbun di permukaan tanah dan diratakan dengan buldoser, dipadatkan 5 kali jalan sampai membentuk satu lapisan sampah padat setebal 60 cm. Proses ini berlanjut sampai menghasilkan 4 lapisan sampah sehingga kita akan mendapatkan 240 cm (2,4 m) sampah yang terkompaksi (terpadatkan), baru kemudian diurug dengan tanah urug dan dipadatkan juga dengan buldoser sebanyak 5 kali jalan hingga mencapai tebal 15 cm. Lapisan tanah terkompaksi disebut

21

dengan urugan harian atau daily cover dan timbunan sampah setebal 2,4 m tersebut disebut sel. Jika sudah mencapai operasi selama 3 bulan maka tebal lapisan urugan dibuat setebal 60 cm. Untuk melepas gas-gas akibat proses dekomposisi anaerobik dari bahanbahan organik yang ada dalam sel maka pada setiap jarak atau luas tertentu perlu diberikan fasilitas ventilasi dengan cara dari dasar penimbunan sel diletakkan pipa PVC dengan diameter lingkaran 20 cm, dan diisi dengan koral/kerikil sehingga pada setiap tingkatan timbunan pipa diangkat dan batu koral akan tertinggal sebagai media porus untuk melepas gas. Akhirnya pada lapisan teratas perlu dibuat ventilasi seperti halnya septic tank. Gas yang keluar dari timbunan tersebut terdiri dari 50% gas methane dan 50 % lagi gas carbon dioxide. Gas buangan yang paling berbahaya adalah gas methan, gas ini dapat meledak jika bercampur dengan oxygen. Selain gas dari timbunan akan menghasilkan air sampah yang disebut leacheate. Untuk mengatasi hal ini pada saat menimbun sampah kemiringan sampah sebaiknya diatur, agar air sampah dapat mengalir di saluran drainase yang menuju kolam oksidasi untuk menetralkan air sampah tersebut. Jika tidak dinetralkan air sampah tersebut sangat berbahaya sebab di dalam air sampah tersebut terkandung bahan-bahan berbahaya seperti metal, larutan kimia dan bahan-bahan lain yang dapat mengkontaminasi air tanah. b. Lereng urug penyehatan (slope/ramp fill) Prosesnya sama seperti area fill, bedanya proses pengurugan dan pelapisan dari bawah ke atas sehingga mencapai tinggi teratas. c. Gali urug trench fill Prinsipnya sama dengan area fill, bedanya sampah dimasukkan ke dalam galian/parit yang sudah disediakan terlabih dahulu. Metode ini diterapkan bila lapisan tanah relatif dalam. d. Canyon, rit, quarry fill

22

Prinsipnya sama dengan area fill, bedanya untuk metode ini digali di suatu lembah. 5. Pembakaran (incineratting) Proses pemusnahan sampah dengan sistem ini adalah dengan cara pembakaran sampah dengan menggunakan mesin yang disebut incinerator. Proses ini memerlukan biaya yang sangat besar untuk membeli dan membangun unit pembakaran sampah tersebut. Untuk sebuah mesin incinerator dengan kapasitas pembakaran sampah 3000 ton/hari memerlukan investasi 4,3 triliun (Pakar Sanitary Landfill pada Kelompok Konstruksi Habitat Buatan, P3 Teknologi Lingkungan BPPT, Dipl.Ing.Ir. HMHB Hengky Sutanto, MSc). Selain itu untuk diterapkan di Indonesia, pada saat ini teknologi incinerator masih sulit diterapkan dan termasuk teknologi yang mahal, mengingat persentasi sampah terbesar di Indonesia adalah sampah organik atau sampah basah dengan kandungan air yang tinggi sehingga memerlukan proses pengeringan terlebih dahulu kemudian baru bisa dibakar, karena mesin incinerator sebenarnya tidak bisa membakar sampah basah. Ditinjau dari sudut hasil akhir yang dicapai dalam upaya pemusnahan sampahnya, proses ini memang mempunyai tingkat ekfitivitas tinggi. Sampahsampah yang akan dimusnahkan, dikumpulkan dalam jumlah tertentu sesuai dengan kapasitas mesin incinerator yang digunakan. Sampah yang telah siap dibakar dimasukkan ke dalam mesin tersebut dan dilakukan proses penghancuran dengan menggunakan api yang disemburkan dengan tekanan yang sangat tinggi sehingga hampir bisa dipastikan semua sampah yang dimasukkan akan hancur manjadi abu. Namun permasalahan menggunakan sistem ini, selain membutuhkan biaya yang besar jika tidak disertai dengan sistem kontrol udara yang memadai akan mengganggu lingkungan yaitu adanya polusi udara akibat asap pembakaran yang dihasilkan mesin tesebut. Pengeluaran debu yang berlebihan pun akan menyebabkan gangguan di tempat kerja, debu-debu tersebut dapat menghalangi pandangan para pekerja, selain itu

23

pada temperatur di atas 1800 F, lelehan dari beberapa metal yang ikut masuk akan mempercepat kerusakan tungku. Pemerintah di negara-negara maju yang telah menggunakan mesin ini antara lain Singapura dan Jepang telah mempertimbangkan kembali penggunaan incinerator karena faktor pencemaran udara yang dihasilkan, selain itu karena sifat dari sistem ini adalah pemusnahan secara total maka tidak bisa diharapkan sebuah turunan dari proses tersebut yang mempunyai nilai ekonomis. Masa pengembalian nilai investasi yang ditanamkan pada sistem ini membutuhkan waktu yang lama, karena pemasukan yang diperoleh pada investasi incinerator ini hanya dari tipping fee atau biaya pemusnahan sampah saja. 6. Pengkomposan (composting) Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied dalam Lilis Sulistyorini, 2005). Sampah di kota bisa juga digunakan sebagai kompos dengan catatan bahwa sebelum diproses menjadi kompos sampah kota harus terlebih dahulu dipilahpilah, sampah yang rubbish harus dipisahkan terlebih dahulu. Jadi yang di manfaatkan menjadi kompos hanya sampah jenis garbage saja (Wied dalam Lilis Sulistyorini, 2005). Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Proses pembusukan dan penghancuran sampah menjadi kompos terjadi secara alamiah sehingga proses pembusukan dan penghancuran tidak merata, selain itu pada proses pembusukan yang terjadi secara alamiah ini suhu yang dapat dicapai hanya berkisar pada 40C, maka bakteri patogen yang terkandung dalam sampah belum musnah. Baktreri patogen pada umumnya akan mati pada suhu kurang

24

lebih 90-95C. Kedua hal ini menyebabkan volume atau bagian yang bernilai sebagai pupuk hanya sebagian kecil saja dari volume kompos keseluruhan. Dengan kata lain efektivitasnya sebagai pupuk dibandingkan dengan volumenya tidak sepadan, maka dari itu sebenarnya kompos lebih tepat jika disebut dengan media tanaman atau tanah yang diperkaya dengan nutrisi. Menurut Lilis Sulistyorini (2005), kompos dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran tanaman buah-buahan maupun tanaman padi di sawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan di atas permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah tersebut dapat dipertahankan atau dapat ditingkatkan. Apalagi untuk kondisi sampah yang baru dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka maka kesuburan tanah akan menurun, oleh karena itu untuk mengembalikan atau mempercepat kesuburan tanah maka tanah tersebut harus ditambahkan kompos. Untuk membuat kompos harus diperhatikan beberapa hal yaitu bahan dan faktor-faktor pembuatan kompos, karena hal tersebut dapat menentukan baik tidaknya proses pengkomposan. Bahan baku pembuatan kompos dikategorikan sebagai bahan baku utama dan bahan baku tambahan. a. Bahan Baku Utama Bahan baku utama yaitu bahan baku yang wajib digunakan dalam proses pengkomposan, dengan total komposisi minimum 50 % dari total berat seluruh bahan baku. Bahan baku utama berupa sampah segar dari kawasan perkotaan yaitu : 1. Sampah organik dari pasar induk dan pasar tradisional di kawasan perkotaan. 2. Sampah organik dari kompleks permukiman di kawasan perkotaan. 3. Sampah organik dari pertamanan kota dan sapuan jalan. 4. Sampah organik lainnya yang berasal dari wilayah perkotaan. 5. Limbah rumah pemotongan hewan, yang terletak di dalam kota, berupa isi perut yang tidak digunakan, sisa-sisa pakan dan kotoran ternak.

25

Bahan baku hasil penambangan dari TPA tidak diperkenankan untuk digunakan sebagai bahan baku kompos atau sebagai produk kompos, jika bahan baku kompos masih banyak mengandung materi anorganik, bahan tersebut harus dipilah terlebih dahulu sebelum dikomposkan. b. Bahan baku tambahan Bahan baku tambahan yaitu bahan baku selain bahan baku utama, yang lazimnya tidak dibuang ke TPA, antara lain berupa : 1. Limbah padat organik pertanian Bahan-bahan segar dari kawasan pertanian, antara lain jerami padi, daun kekacangan, sisa sesayuran, pucuk tebu, sabut kelapa, daging buah kakao, kulit biji kopi, serta sisa tanaman pertanian dan perkebunan lainnya. 2. Limbah padat organik industri pertanian dan perkebunan Sisa-sisa bahan baku atau bahan olahan dari industri pengolah produk pertanian, antara lain sekam padi, kulit kacang, ampas sagu atau aren, ampas tebu, ampas tahu, sabut kelapa, serbuk gergaji, serutan kayu, dan sebagainya. 3. Limbah padat organik dari industri lain Sisa-sisa bahan organik dari industri selain pertanian dan perkebunan yang memiliki kecepatan penguraian (dekomposisi) sama dengan kecepatan penguraian limbah organik industri pertanian dan kehutanan yang tidak mengandung unsur logam berat dan residu bahan berbahaya & beracun (B3). 4. Limbah padat organik peternakan Dapat berupa kotoran ayam petelor dan ayam pedaging, kotoran sapi, kerbau, kotoran kambing, domba, dan sebagainya. Pengkomposan adalah proses penguraian materi organik oleh mikroorganisme secara aerobik dalam kondisi yang terkendali menjadi produk stabil seperti humus. Pengkomposan merupakan proses biologis yang laju prosesnya sejalan dengan aktivitas mikroba. Sedangkan kecepatan aktivitas tersebut sangat tergantung pada faktor lingkungan yang mendukung kehidupannya. Jika

26

kondisi lingkungan semakin mendekati kondisi optimum yang dibutuhkan oleh mikroba maka aktivitas mikroba semakin tinggi sehingga proses pengkomposan semakin cepat. Begitu pula sebaliknya apabila kondisi lingkungan jauh dari kondisi optimumnya maka kecepatan proses penguraian semakin lambat atau bahkan berhenti sama sekali. Oleh karena itu faktor lingkungan pendukung kehidupan mikroba merupakan kunci keberhasilan proses pengkomposan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengkomposan antara lain rasio C/N, kelembaban, aerasi, temperatur, keasaman, ukuran partikel, ukuran tumpukan. a. Rasio C/N Proses penguraian akan berjalan dengan baik apabila seluruh unsur-unsur yang diperlukan mikroba cukup tersedia di dalam sampah. Nitrogen (N) dan karbon (C) merupakan unsur utama yang penting. Karbon merupakan sumber energi bagi mikroba, sedangkan nitrogen dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pembentukan sel-sel tubuhnya. Seperti proses penguraian biologis lainnya, salah satu keseimbangan penting dalam proses pengkomposan adalah rasio karbon dan nitrogen. Karbon sebagian hilang sebagai CO2 dan terdapat didalam sel mikroba dalam konsentrasi yang lebih besar dibandingkan dengan nitrogen. Rasio C/N yang optimum adalah 30:1. Kisaran rasio C/N yang masih baik untuk proses pengkomposan adalah 20-40. Jika rasio C/N terlalu tinggi proses pengkomposan akan berjalan lambat. Jika terlalu kecil, unsur N akan banyak dilepas ke lingkungan. Rasio C/N yang optimal dapat dicapai dengan cara mencampur bahan baku kompos dengan bahan baku kompos lainnya pada saat sebelum proses penumpukan atau pada saat penumpukan awal. Umumnya sampah kota rasio C/N-nya sudah cukup optimal. b. Kelembaban atau Kadar Air Air merupakan kebutuhan utama semua makluk hidup termasuk

mikroorganisme. Apabila kandungan air pada tumpukan bahan terlalu rendah maka aktivitas mikroba menjadi lambat. Dalam keadaan kadar air yang tinggi, ruang antar partikel di dalam sampah menjadi penuh dengan air,

27

sehingga aliran udara dalam tumpukan terhambat. Akibatnya tumpukan sampah yang sedang dikomposkan menjadi kekurangan oksigen sehingga prosesnya berubah menjadi anaerobik/pembusukan. Aktivitas mikroba akan menjadi lambat apabila kadar air kurang dari 45 %. Kondisi optimal kadar air tumpukan limbah padat yang sedang dalam proses pengkomposan adalah 50-60 %. Manipulasi kadar air sampah yang dikomposkan merupakan salah satu pengendalian proses pengkomposan yang penting yaitu dengan cara penyiraman air (bila material terlalu kering) atau dengan penambahan material penyerap air (bila material terlalu basah). c. Aerasi Proses pengkomposan berlangsung pada kondisi aerobik, sehingga ketersediaan udara merupakan hal yang mutlak. Jumlah oksigen yang cukup, diperlukan oleh mikroba untuk menguraikan sampah. Aerasi terjadi ketika tumpukan dibalik atau melalui injeksi udara, atau terjadi secara alami dari udara luar yang masuk ke dalam tumpukan. Pembalikan tumpukan merupakan proses yang sangat penting dalam pengkomposan sehingga harus dilakukan secara teratur. d. Temperatur Proses penguraian sampah oleh mikroba menghasilkan energi dalam bentuk panas. Panas ini sebagian akan tersimpan dalam tumpukan dan sebagian akan terpakai oleh proses penguapan. Panas yang terperangkap dalam tumpukan akan menaikkan temperatur tumpukan. Biasanya temperatur tumpukan berada di atas 55C (fase aktif atau termofilik) pada dua minggu pertama. Selanjutnya temperatur secara gradual menurun sejalan dengan menurunnya aktivitas mikroba dalam menguraikan material sampah sampai mendekati temperatur ruang (fase mesofilik atau pematangan). e. Tingkat Keasaman (pH) Pada awal proses pengkomposan pH cenderung menurun karena

pembentukan asam organik sederhana. Beberapa hari kemudian pH akan

28

naik sampai agak basa, akibat adanya penguraian protein dan pelepasan amonia. Keadaan awal terlalu asam dapat mengakibatkan kegagalan tumpukan untuk menjadi panas. Upaya yang paling bijaksana untuk menghindari kondisi tersebut adalah memberikan perhatian penuh pada saat pencampuran bahan, sehingga kandungan air dan aerasi dalam kondisi yang optimal. Kondisi optimum pH adalah 7 atau mulai dari 5 sampai 8. f. Faktor Lain Faktor lain yang mempengaruhi proses pengkomposan adalah ukuran tumpukan dan ukuran partikel. Ukuran tumpukan akan berpengaruh terhadap temperatur dan aerasi. Semakin besar tumpukan, panas yang terperangkap dalam tumpukan semakin besar sehingga temperatur tumpukan semakin tinggi. Sedangkan untuk aerasi, maka semakin besar tumpukan, aerasi akan semakin jelek sehingga proses pengkomposan semakin lambat atau cenderung terjadi proses yang anaerobik. Untuk aerasi alami maka ukuran maksimal tumpukan adalah panjangnya bebas. Ukuran partikel akan berpengaruh terhadap aerasi dan luas permukaan partikel yang diuraikan mikroba. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas permukaan yang tersedia untuk diuraikan oleh mikroba sehingga proses pengkomposan dapat lebih cepat. Akan tetapi partikel yang terlalu kecil dan mengumpul dengan ketat sehingga ruang antar partikel menjadi kecil dan sempit akan mencegah aliran udara kedalam tumpukan kompos dan aliran karbondioksida keluar. Hal ini mengarah pada proses dekomposisi yang anaerob sehingga tidak dikehendaki. Jika ukuran partikelnya amat besar luas permukaan untuk operasi mikroba amat kurang sehingga proses pengkomposan berjalan lambat. Ukuran sampah organik kota umumnya sudah cukup optimal untuk dikomposkan sehingga tidak perlu dicacah lagi. Material sampah yang perlu dicacah umumnya adalah sampah dari pertamanan yang terdiri atas ranting-ranting pohon. Selain ukuran tumpukan dan partikel, faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah perlindungan tinggi 1,5 meter, lebar 3 meter sedangkan

29

tumpukan yang sedang dikomposkan dari siraman air hujan dan panas matahari secara langsung yaitu dengan cara memberi naungan atau penutup. Jika tidak ternaungi proses pengkomposan menjadi sulit dikendalikan karena akan menjadi sangat basah ketika terjadi hujan dan menjadi kering ketika musim kemarau. B. Pemilihan Lokasi TPA Menurut Budi Utomo dan Sulastoro (1999). Pemilihan lokasi TPA harus mempertimbangkan beberapa hal antara lain: 1. Kebutuhan lokasi a. Luas. b. Volume tampungan, dipengaruhi oleh jumlah penduduk, jenis penghasil timbulan, tingkat pemadatan. 2. Pertimbangan hidrologi dan klimatologi a. Curah hujan. b. Karateristik aliran air. c. Evaporasi/penguapan. d. Gerakan air tanah. e. Karateristik angin. 3. Pertimbangan geologinya a. Bentang alam. b. Jenis tanah dan batuan, mempengaruhi pemanfaatan sebagai tanah penutup. 4. Pertimbangan lingkungan Suatu TPA berdampak terhadap lingkungan sekitarnya, baik dampak positif maupun negatif. Yang harus diupayakan adalah mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif. Untuk keperluan perlindungan lingkungan, maka TPA dengan volume tampungan tertentu wajib dilengkapi dengan studi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Linkungan). Wajib AMDAL harus dilakukan apabila TPA dengan proses incinerator lebih besar sama dengan 800

30

ton/ha, control dan sanitary land fill lebih besar sama dengan 800 ton/ha atau open dumping lebih besar sama dengan 80 ton/ha. 5. Pertimbangan reklamasi Rencana pemanfaatan kembali TPA setelah habis masa pakainya, misalnya sebagai taman, lapangan hijau, hutan kota dan lain-lain. 6. Pertimbangan umum lokasi yang ideal a. Jarak lokasi TPA terhadap lokasi pemukiman dan sarananya harus cukup aman untuk mencegah dampak negatif yaitu pencemaran udara dan air. Jarak umum dari pusat pelayanan sekitar 10 km. b. Jarak TPA terhadap sumber timbunan sampah tidak cukup jauh untuk menghemat biaya transportasi. c. Lokasi TPA pada daerah yang kondisi lapisannya kedap air. d. Lokasi TPA harus terletak pada daerah yang bebas banjir. e. Volume yang ditampung sebaiknya mampu menampung sampai 5-10 tahun. f. Pemilihan TPA harus mempertimbangkan tata ruang kota pada masa yang akan datang. Untuk lebih jelasnya proses pengelolaan sampah dari sumber sampah hingga ke TPA dapat dilihat di Gambar 2.4 pada halaman berikut:

31

Sumber Sampah Individual Pewadahan Pengumpulan Langsung Tidak langsung Pemindahan Komunal

Pengangkutan

TPA Gambar 2.4 Diagram Alur Pengelolaan Sampah Mulai dari Sumber Sampah Sampai dengan TPA.

2.1.5 Produksi Bersih dan Prinsip 4R Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian misalnya dengan menerapkan prinsip 4R yaitu: 1. Reduce (mengurangi) Sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan, seperti:

32

a. Membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong plastik pembungkus barang belanja. b. Membeli kemasan isi ulang untuk shampo dan sabun daripada membeli botol baru setiap kali habis. c. Membeli susu, makanan kering, deterjen dan lain-lain dalam paket yang besar daripada membeli beberapa paket kecil untuk volume yang sama. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan. 2. Reuse (memakai kembali) Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum barang tersebut menjadi sampah. Misalnya: a. Memanfaatkan botol-botol bekas untuk wadah. b. Memanfaatkan kantong plastik bekas kemasan belanja untuk pembungkus. c. Memanfaatkan pakaian atau kain-kain bekas untuk kerajinan tangan, perangkat pembersih (lap), maupun berbagai keperluan lainnya. 3. Recycle (mendaur ulang) Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. Material yang dapat didaur ulang: a. Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi; baik yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal. b. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis (minyak atau plastik). c. Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi rangka beton. d. Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember.

33

4. Replace (mengganti) Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong kresek kita dengan keranjang bila berbelanja.

2.2 Dasar Teori 2.2.1 Prediksi Jumlah Penduduk Prediksi jumlah penduduk adalah memperkirakan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang dengan mengacu pada pertumbuhan jumlah penduduk pada tahun-tahun yang sebelumnya. Untuk memprediksikan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang digunakan rumus metode persamaan geometrik, yaitu: (Uswatun Khasanah, 2004).

Pn = Pa (1+r)n ............................................................... (2.1)


Dengan: Pn = Jumlah penduduk pada tahun n proyeksi, Pa = Jumlah penduduk pada tahun awal proyeksi, r = Rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun (%),

n = Selang waktu proyeksi (tahun).

2.2.2 Prediksi Jumlah Sampah Prediksi jumlah sampah adalah memperkirakan jumlah sampah pada tahun yang akan datang dengan mengacu pada pertambahan jumlah sampah pada tahun-tahun yang sebelumnya. Untuk memprediksikan jumlah sampah pada tahun yang akan datang digunakan Regresi linier, yaitu: (Sudjana, 1975) A=
( Yi )( X i2 ) ( X i )( X i Yi ) n X i2 ( X i ) 2

B=

n X i Yi ( X i )( Yi ) n X i2 ( X i ) 2

34

Dengan :

X i = Jumlah penduduk Yi = Jumlah sampah

Y= A+BX(2.2)

2.2.3 Kapasitas Daya Tampung TPA Kapasitas daya tampung TPA adalah besarnya volume (sampah + tanah timbunan) yang dapat ditampung suatu TPA atau usaha yang telah dilakukan TPA dalam menampung volume (sampah + tanah timbunan) sesuai dengan volume lahan TPA yang direncanakan untuk tempat penimbunan sampah tersebut. Untuk menghitung volume rencana digunakan rumus. Kapasitas daya tampung TPA = L TPA x t rencana ....................................... (2.3) Dengan: L t rencana = Luas lahan TPA yang tersedia, = tinggi timbunan yang direncanakan.

BAB 3 METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Survey Lokasi survey dilakukan di (TPA) Sukosari dan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Karanganyar. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2009.

3.2. Obyek Survey Obyek survey adalah: 1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Karanganyar. 2. Jumlah Sampah yang masuk di TPA Sukosari. 3. Daya tampung TPA Sukosari.

3.3. Langkah-langkah Survey Survey ini dilakukan secara bertahap, langkah-langkah survey ini adalah: 1. Permohonan ijin. 2. Mencari data atau informasi. 3. Mengolah data. 4. Penyusunan laporan.

3.4. Permohonan Ijin Permohonan ijin ditujukan kepada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karanganyar untuk mendapatkan ijin pengambilan data di TPA Sukosari, sedangkan untuk pengambilan data di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Karanganyar permohonan ijin melalui Badan Kesbang Pol Linmas Kabupaten Karanganyar untuk mendapatkan rujukan kepada Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil.

356

36

3.5. Mencari Data atau Informasi A. Tahap persiapan Tahap ini dimaksudkan untuk mempermudah jalannya survey, seperti pengumpulan data, analisis dan penyusunan laporan. Tahap persiapan meliputi: 1. Studi Pustaka Studi pustaka dimaksudkan untuk mendapatkan arahan dan wawasan sehingga mempermudah dalam pengumpulan data, analisis data maupun dalam penyusunan hasil penelitian. 2. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui dimana lokasi atau tempat dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan dalam

penyusunan laporan. B. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data yang dimiliki oleh TPA Sukosari serta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. 1) Data dari TPA Sukosari meliputi jumlah sampah pertahun mulai dari tahun 2003-2008, umur rencana TPA, luas lahan TPA serta sarana dan prasarana yang ada di TPA. 2) Dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil diperoleh data jumlah penduduk pertahun mulai dari tahun 2003-2008.

3.3.1. Mengolah Data Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut. Pada tahap mengolah atau menganalisis data dilakukan dengan menghitung data yang ada dengan rumus yang sesuai.

37

Hasil dari suatu pengolahan data digunakan kembali untuk menganalisis data yang lainnya dan berlanjut seterusnya sampai mendapatkan hasil akhir tentang prediksi daya tampung sampah di Sukosari pada tahun 2015. Adapun urutan dalam analisis data dapat dilihat pada diagram alir berikut:

Mulai Data Jumlah Penduduk

Data Pemasukan Sampah

Pertambahan Jumlah Sampah

Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Prediksi Jumlah Sampah Prediksi Daya Tampung TPA

Prediksi Jumlah Penduduk

Kesimpulan Gambar 3.1 Diagram Alir Analisis Data

3.3.2. Penyusunan Laporan Seluruh data atau informasi yang telah terkumpul kemudian diolah atau dianalisis untuk mendapatkan hasil akhir mengenai kondisi TPA Sukosari pada tahun 2015.

BAB 4

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data Dari instansi terkait diperoleh data sebagai berikut: 1. Jumlah sampah yang masuk di TPA Sukosari pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 adalah seperti pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Jumlah sampah yang masuk di TPA Sukosari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 No. 1 2 3 4 5 6 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah Sampah yang Masuk (ton) 25.000 26.000 26.000 26.500 35.000 39.000

Sumber : DPU dan LLAJ (Subdin Kebersihan Tata Kota) Kab.Karanganyar 2. Jumlah Penduduk Kab.Karanganyar pada tahun 2003 sampai dengan

tahun 2008 adalah seperti Tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Jumlah penduduk Kab. Karanganyar tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 No. 1 2 Tahun 2003 2004 Jumlah (orang) 823.203 830.640 Lanjutan

38

39

3 4 5 6

2005 2006 2007 2008

838.182 844.634 851.366 857.485

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Karanganyar 3. Sarana pengumpul sampah adalah sebagai berikut: Gerobak manual/dorong Gerobak manual/dorong adalah alat pengumpul sampah rumah tangga yang cara kerjanya ditarik oleh tenaga manusia. Kelebihan sarana ini adalah pengoperasiannya mudah dan perawatannya relatif murah. Adapun kelemahan sarana ini adalah kinerja pengumpulan sampah relatif lebih lambat dan kapasitas pengangkutan sampah tergantung dari kemampuan penarik gerobak. Untuk lebih jelas gambar gerobak manual/dorong dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut.

Gambar 4.1 Gerobak Manual/Dorong 4. Sarana pengangkutan sampah: a. Truk sampah b. Dump truck c. Arm roll truck d. Compactor truck 5. TPA Sukosari : 1 buah : 5 buah : 5 buah : 2 buah

40

a. Luas TPA b. Umur rencana

: 3,58 Ha : 8 tahun

Sukosari dirintis dan dibangun secara bertahap mulai Tahun 1993/1994 c. Alat berat yang ada: 1. Beqoe Loader 2. Bulldozer 3. Excavator d. Sarana pendukung 1. Arm roll 1buah, dump truck 1buah, truk bak kayu 1 buah. 2. Bak penampung air lindi, bak pembuat kompos. Timbunan sampah pada TPA umumnya berbentuk gunungan yang terbentuk dari sampah berusia lama dan sampah baru yang dibuang tiap hari. Dengan adanya proses alam (pembusukan oleh bakteri aerob dan bakteri anaerob), hujan, air dari sampah organik dan proses lainnya, maka akan terbentuk cairan yang akan merembes keluar dari dasar timbunan ini. Cairan ini dinamakan lindi atau leachate. Untuk lebih jelas gambar bak penampungan air lindi dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut. : 1 buah : 1 buah : 1 buah

Gambar 4.2 Bak Penampungan Air Lindi 3. Tempat cucian dan tower air.

41

4. Kantor. e. Kegiatan di TPA 5. Kegiatan pemulung 6. Pengkomposan 7. Opendumping

4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Prediksi Jumlah Penduduk Kab. Karanganyar Tahun 2015 Dalam memprediksi jumlah penduduk Kab. Karanganyar pada tahun 2015 menggunakan metode persamaan geometrik (2.1) sebagai berikut: (Uswatun Khasanah, 2004). Pn = Pa (1+r)n(2.1)

1. Mencari pertumbuhan penduduk tiap tahun a. Tahun 2003-2004 (X1) = =


JumlahPend udukTahun2004 JumlahPend udukTahun2003 x 100% JumlahPend udukTahun2003 830.640 823.203 x100% 823.203

= 0,903% b. Tahun 2004-2005 (X2) =


JumlahPend udukTahun2005 JumlahPend udukTahun2004 x 100% JumlahPend udukTahun2004

838.182 830.640 x100% 830.640

= 0,907% c. Tahun 2005-2006 (X3) =


JumlahPend udukTahun2006 JumlahPend uduk 2005 x 100% JumlahPend udukTahun2005

42

844.634 838.182 x100% 838.182

= 0,769% d. Tahun 2006-2007 (X4) = =


JumlahPend udukTahun2007 JumlahPend udukTahun2006 x 100% JumlahPend udukTahun2006 851.366 844.634 x100% 844.634

= 0,797% e. Tahun 2007-2008 (X5) = =


JumlahPend udukTahun2008 JumlahPend udukTahun2007 x 100% JumlahPend udukTahun2007
857.485 851.366 x100% 851.366

= 0,718 % Untuk lebih jelasnya perhitungan di atas dirangkum dalam Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Pertambahan penduduk Kab. Karanganyar Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 JUMLAH 2. Mencari r (rata-rata pertambahan sampah pertahun) Jumlah Penduduk (orang) 823.203 830.640 838.182 844.634 851.366 857.485 orang 7.437 7.542 6.452 6.732 6.119 34.282 Pertambahan % 0,903 0,907 0,769 0,797 0,718 4,094

43

r=

X1 X 2 X 3 X 4 X 5 n 1 0,903 0,907 0,769 0,797 0,718 6 1


4,094 0,819 % 5

r= r=

3. Mencari prediksi jumlah penduduk pada tahun 2015 P2015= P2008 (1+r)7 = 857.485 (1+0,00819)7 = 907.870 orang Jadi prediksi jumlah penduduk Kab. Karanganyar pada tahun 2015 adalah 907.870 orang.

4.2.2 Prediksi Jumlah Sampah Kab. Karanganyar Tahun 2015 Dalam memprediksi jumlah sampah yang masuk di TPA Sukosari pada tahun 2015 menggunakan Regresi linier (2.2) (Sudjana, 1975). Dari hasil survey didapat data sebagai berikut:

Tabel 4.4 Jumlah sampah dan jumlah penduduk Kab. Karanganyar dari Tahun 2003 sampai dengan tahun 2008
No 1 2 3 4 5 6
x y

x 677.663.179.209 689.962.809.600 702.49.065.124 713.406.593.956 724.824.065.956 735.280.525.225 149.591.973.000

xy 20.580.075.000 21.596.640.000 21.792.732.000 22.382.801.000 29.797.810.000 33.441.915.000 4.243.686.239.070

823.203 830.640 838.182 844.634 851.366 857.485


5.045.510

25.000 26.000 26.000 26.500 35.000 39.000


177.500

Dengan rumus sebagai berikut:

44

A=

( Yi )( X i2 ) ( X i )( X i Yi ) n X i2 ( X i ) 2

B=

n X i Yi ( X i )( Yi ) n X i2 ( X i ) 2

A=

(177.500)(149.591.973.000) - (5.045.510)(4.243.686.239.070) 6(149.591.973.000) - (5.045.510) 2

= -305.986 B=

6(4.243.686.239.070) - (5.045.510)(177.500) 6(149.591.973.000) - (5.045.510) 2

= 0.399 Y= A+BX Y= -305.986+0.399X

Mencari prediksi jumlah sampah dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015.
2009=

Y= -305.986+0.399X

= -305.986+(0.399)(864.508) = 38.952,692 ton


2010=

Y= -305.986+0.399X

= -305.986+(0.399)(871.588) = 41.777,612 ton


20011=

Y= -305.986+0.399X

= -305.986+(0.399)(878.727) = 44.626,073 ton


2012=

Y= -305.986+0.399X

= -305.986+(0.399)(885.923) = 47.497,277 ton


2013=

Y= -305.986+0.399X

= -305.986+(0.399)(893.179) = 50.392,421 ton


2014=

Y= -305.986+0.399X

45

= -305.986+(0.399)(900.494) = 53.311,106 ton


2015=

Y= -305.986+0.399X

= -305.986+(0.399)(907.870) = 56.254,13 ton Untuk lebih jelasnya, perhitungan di atas dirangkum dalam Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Jumlah Sampah dari Tahun 2003 sampai dengan tahun 2015 No. Tahun Jumlah sampah (ton) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 25.000 26.000 26.000 26.500 35.000 39.000 38.952,692 41.777,612 44.626,073 47.497,277 50.392,421 53.311,106 56.254,13

510.311,308

Jadi prediksi jumlah sampah yang masuk ke TPA Sukosari dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2015 adalah 510.311,308 ton.

46

45000 40000 35000 Jumlah sampah 30000 y = 0,399x - 305.986

25000
20000 15000 10000 5000 0 820000 830000 840000 850000 Jumlah penduduk 860000

Gambar 4.1 Diagram Pencar Jumlah Penduduk dengan Jumlah Sampah pada Tahun 2003 sampai dengan Tahun 2008 Setelah mendapatkan diagram pencar jumlah penduduk dengan jumlah sampah pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2008, kemudian Grafik diagram linier jumlah penduduk dengan jumlah sampah pada tahun 2015 seperti pada Gambar 4.2 berikut ini:
60000
55000 50000 45000 Jumlah sampah y = 0,399x - 305.986

56254.13

40000
35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 800000 820000 840000 860000 880000 900000 920000

Jumlah penduduk

907870 pada th 2015 t

Gambar 4.2 Grafik Garis Linier Jumlah Penduduk dengan Jumlah Sampah pada Tahun 2015

47

4.2.3 Kapasitas Daya Tampung TPA Luas lahan TPA Tinggi timbunan rencana Umur rencana Faktor padat Volume daya tampung TPA yang direncanakan = 3,58 Ha = 35.800 m2 = 10 m = 25 tahun = 1,5 ton/m3 = 35.800 m2 x 10 m = 358.000 m3 Jadi daya tampung yang direncanakan TPA Sukosari untuk 25 tahun mulai dari tahun 1994 adalah 358.000 m3. Kapasitas daya tampung hingga tahun 2015 adalah: Kapasitas daya tampung tahun 2003- 2015 = Sampah Tahun 2003-2015 = 510.311,308 ton =

510.311,308 1,5

= 340.207,5 m3 Tinggi timbunan pada tahun 2015 =


340.207,5 35.800

= 9,5 m Sisa daya tampung pada tahun 2015 = 358.000 m3 - 340.207,5 m3 = 17.792,5 m3 Jadi, dari awal umur rencana hingga tahun 2015 yang akan datang, diprediksikan kapasitas daya tampung TPA Sukosari adalah sebesar 340.207,5 m3, sehingga sampai tahun 2015 TPA Sukosari belum kelebihan muatan (over load) dengan sisa daya tampung sebesar 17.792,5 m3 dengan tinggi timbunan 9,5 meter.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Prediksi jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah 907.870 orang. 2. Prediksi jumlah sampah yang masuk di TPA Sukosari dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 510.311,308 ton. 3. Daya tampung TPA Sukosari pada tahun 2015 adalah sebesar 340.207,5 m3, Dari akhir umur rencana pada tahun 2003 hingga tahun 2015 belum kelebihan muatan (over load) dengan sisa sebesar 17.792,5 m3 dari daya tampung rencana dan tinggi timbunan 9,5 m.

5.2 Saran 1. Setiap orang sebaiknya mulai dari sekarang berusaha untuk mengurangi produktivitas sampah, mulai belajar untuk mendaur ulang sampah, memanfaatkan kembali barang-barang yang tidak terpakai dan mengganti barang sekali pakai dengan barang yang lebih tahan lama dengan menerapkan sistem 4R, yaitu refuse, reduce, recycle dan replace. 2. Mengingat umur rencana TPA akan habis ada baiknya pihak TPA Sukosari mulai mencari lahan baru dan menggunakan sistem pengolahan sampah yang lebih baik lagi, misalnya dengan sistem pembakaran sampah menggunakan mesin incinerator.

48

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2000. BPS. Anonim.2004.Infrastruktur Indonesia Sebelum, Selama dan Pasca

Krisis.Deputi Bidan Sarana dan Prasarana Bappenas. Anonim.2004.Landfills.http://www.bra.org/landfills.html. Anonim.2008.Tempat Pengolahan Sampah Akhir Reuseable Sanitarty Landfill. http://www.bppt.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1 567&Itemid=30 Anonim.2008.Media Indonesia Arianto Wibowo & Darwin T Djajawinata.Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu.http://www.kkppi.go.id/papbook/Penanganan%20sampah%20 perkotaan %20 terpadu.pdf Budi Utomo dan Sulastoro.1999.BPK. Rekayasa Penyehatan.UNS.Surakarta. Deffan Purnama dan Fitrio. 2004. Mengenal Teknologi Ballapress di TPST Bojong.http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/11/25/nrs,20041 125-02,id.html. Hengky Sutanto.Pakar Sanitary Landfill Pada Kelompok Konstruksi Buatan.P3 Teknologi Lingkungan BPPT. Hermas Efendi Prabowo.2004.Mengenal Pengolahan Sampah Sistem Balla Press.http://64.203.71.11/kompas-cetak/0401/26/metro/819787.htm Lilis Sulistyorini.2005.Pengelolaan Sampah dengan Menjadikanya Kompos. journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-08.pdf Sudjana.1975.Metoda Statistika.Tarsito Uswatun Khasanah.2004.Prediksi Kebutuhan Air Bersih Serta Analisis Penurunan Tekanan di Pipa Distribusi Demak.UNS.Surakarta. Utama PDAM Kabupaten

50

You might also like