You are on page 1of 34

BAB 1 PENDAHULUAN Morbilli, campak, measles, atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus

campak, yang umumnya menyerang anak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai 4 hari setelah munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet. Morbili merupakan penyakit infeksi virus menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalensi yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik. Morbili dapat menginfeksi semua orang yang rentan melalui rute udara. Morbili merupakan suatu virus RNA yang termasuk family Paramiksoviridae dengan genus morbilivirus. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa morbili

merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) dan saat ini masih disebut salah satu penyebab kematian pada anak. Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan terutama daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya dalam program imunisasi. Di daerah transmigrasi sering terjadi wabah dengan angka kematian yang tinggi. Di daerah perkotaan khusus, kasus campak tidak terlihat, kecuali dari laporan rumah sakit. Hal ini tidak berarti bahwa daerah urban terlepas dari campak. Daerah urban yang padat dan kumuh merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang

sangat menular seperti campak. Daerah semacam ini dapat merupakan sumber kejadian luar biasa penyakit campak. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), morbili menduduki urutan ke 5 dari 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan urutan ke-5 dari 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%). Di dunia secara global 10% dari semua penyebab kematian balita disebabkan oleh campak (kira-kira 800.000 kematian setiap tahun) . Pada tahun 2004 Indonesia diidentifikasikan sebagai satu dari lima negara dengan lebih dari satu juta anak yang tidak divaksinasi campak. Pada tahun tersebut, cakupan imunisasi rutin kurang lebih 70% dan dengan estimasi 30.000 anak meninggal karena komplikasi yang disebabkan oleh campak setiap tahunnya. Sebagai negara terbanyak populasinya keempat di dunia, pencapaian cakupan imunisasi di Indonesia adalah sebuah langkah penting untuk mencapai tujuan global guna menurunkan kematian akibat campak 90% .

BAB 2 LAPORAN KASUS Identitas Pasien Nama Umur : An. A : 9 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Suku Agama Alamat Pendidikan : Aceh : Islam : Desa Uteun Gelanggang, Dewantara : Sekolah Dasar

Tanggal Masuk : 11 Mei 2013 Tanggal Keluar : 16 Mei 2013 No. RM : 04-76-78

ANAMNESIS Kiriman dari Dengan diagnosa Aloanamnesa dengan Tanggal/ jam Keluhan Utama sakit (SMRS). Keluhan Tambahan : mual, muntah, batuk, pilek, mata merah dan beair : Pasien masuk dari IGD dengan keluhan : IGD : Morbili : Ibu kandung penderita : 11 mai 2013/ 15.00 WIB : Demam naik turun sejak 5 hari sebelum masuk rumah

Riwayat Penyakit Sekarang

demam tinggi sejak 5 hari SMRS. Demam muncul mendadak, sering naik pada

sore hari dan sedikit menurun pada pagi hari. Pasien telah menggunakan obat penurun panas, namun panasnya tak kunjung sembuh. Selain itu pasien juga mengalami mual, muntah, batuk, pilek, mata merah dan mata berair, serta riwayat kejang di sangkal ibu pasien. Pada hari ke-2 rawatan mucul ruam kemerahan pada kulit yang mula-mula timbul dari belakang telinga kemudian semakin meluas keseluruh tubuh. Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti

ini sebelumnya. Riwayat alergi obat (-), riwayat alergi makanan (-). Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga yang mengalami kejadian

serupa namun tetangga pasien mengalami hal yang sama seperti seperti pasien. Riwayat penggunaan obat tubuhnya panas. Riwayat kehamilan dan persalinan : Kehamilan Morbiditas kehamilan Perawatan antenatal Tidak ada Periksa rutin ke bidan
Trimester I = 1xsebulan Trimester II = 1xsebulan Trimester III = 2xsebulan

: pasien mengkonsumsi paracetamol sirup saat

Persalinan

Tempat kelahiran Penolong persalinan Cara persalinan Masa gestasi Keadaan bayi

Rumah bidan Bidan Spontan Cukup bulan


BBL = 3100

gram PBL = 48 cm Bayi segera menangis

Kesimpulan : riwayat kehamilan dan persalinan : baik


Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :

Pertumbuhan gigi I : usia 8 bulan (normal: 5 9 bulan) Psikomotor Tengkurap : usia 3 bulan (normal: 3 4 bulan) Duduk : usia 7 bulan (normal: 6 9 bulan) Berdiri : usia 9 bulan (normal: 9 12 bulan) Berjalan : Bicara : Membaca & menulis : Kesimpulan : riwayat pertumbuhan dan perkembangan: baik dan tidak ada keterlambatan psikomotor Riwayat imunisasi imunisasi Riwayat makanan Umur (bulan) 02 ASI / PASI Buah / Biskuit Bubur susu Nasi tim :Ibu menyatakan anaknya belum mendapatkan

24 46 68 8 10

Kesulitan makan : tidak ada Riwayat sosial lingkungan : Pasien tinggal bersama orang tuanya, terdapat ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup baik, terletak di daerah yang tidak terlalu padat penduduk. Keadaan lingkungan sekitar rumah pasien cukup bersih. Pemeriksaan Fisik a) Status Present Keadaan umum Kesadaran Heart Rate Respiratory Rate Temperatur Berat badan : Lemah : compos mentis : 72 kali/menit : 21 kali/menit : 38,3 C : 24 kg

b) Status General Kulit : Sawo matang, Ruam makulopapular di seluruh tubuh (+),

turgor kulit baik, cacar (-), sianosis (-), ikterus (-), edema (-), anemia (-) Kepala Mata : Rambut hitam, bulat, normocephali. : Konjungtiva hiperemis (+), konjunctiva anemis (-/-), sklera

tidak ikterik, pupil bulat isokhor 3 mm, refleks cahaya (+/+). Mata tidak cekung.

Hidung Telinga Mulut Bibir Lidah Gigi geligi Tonsil Faring Leher

: Sekret (+) : Sekret (-/-), membran timpani utuh, nyeri tekan mastoid (-/-) : bercak koplik (-), uvula letak di tengah, tidak hiperemis : Sianosis (-), pucat (- ) : Beslag (-), tremor (-) : Struktur gigi atas dan bawah normal, kariers (-). : Hiperemis (-) : Hiperemis (+) : Tidak terdapat kaku kuduk, vena jugularis tidak teraba pulsasi,

tekanan tidak meningkat, pembesaran kelenjar getah bening (-), massa (-). Thoraks : : Pergerakan dinding dada simetris : Massa (-), fremitus vokal simetris kanan dan kiri tidak

o Inspeksi o Palpasi meningkat. o Perkusi o Auskultasi Jantung :

: Sonor (+/+) : Vesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-)

o Inspeksi o Palpasi

: Ictus cordis tidak tampak : Ictus cordis teraba pada ICS V, 1 cm medial lineal

midclavicula sinistra. o Perkusi o Batas kanan o Batas kiri : Pekak : Linea parasternal dextra : 1 cm linea midclavicularis sinistra

o Batas atas o Auskultasi Abdomen :

: ICS III sinistra : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)

o Inspeksi o Palpasi o Perkusi o Auskultasi Genitalia Anus Ekstremitas

: Soepel, bentuk simetris : Hepar, lien, massa tidak teraba : Timpani (+), asites (-) : Bising usus (+) normal

: Tidak ada kelainan/cacat bawaan. : (+), tidak ada kelainan. : Sianosis (-/-), edema (-/-), ptechie (-/-)

Anggota gerak : Tidak ditemukan kelainan Otot : Tidak ditemukan kelainan

Pemeriksaan Neurologis Tanda rangsang meningeal : o Kaku kuduk o Brudzinski1 o Brudzinski2 o Kernig Reflek fisiologis : o Biceps o Triceps o Patela o Achiles : (+/ +) : (+/+) : (+/+) : (+/+) : (-) : (-) : (-) : (-)

Reflek patologis : o Babinski o Chadok o Openheim o Gordon o Schaefer Status Gizi BB sekarang = 24 kg BB ideal = 29 kg Kesimpulan : status gizi = BB sekarang x 100% = 82 % (gizi baik) BB ideal : (-/-) : (-/-) : (-/-) : (-/-) : (-/-)

Diagnosa Banding o Morbili o Demam Thypoid

Diagnosa Kerja : Morbili Penatalaksanaan o IVFD Ringer Lactat 15 tetes/menit o Ceftriaxone 500mg/12 jam o Ranitidine 1/2amp/12 jam o Ondancentron 1/2amp/12 jam o Paracetamol 3x1 cth o Ambroxol syr 2 cth

Rencana Pemeriksaan : darah rutin, widal test, IgG dan Ig M.

Prognosis : o Quo Ad Vitam o Quo Ad Fungsionum o Quo Ad Sanationum : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam

Resume Pasien masuk dari IGD dengan keluhan demam tinggi sejak 5 hari SMRS. Demam muncul mendadak, sering naik pada sore hari dan sedikit menurun pada pagi hari. Pasien telah menggunakan obat penurun panas, namun panasnya tak kunjung sembuh. Selain itu pasien juga mengalami mual, muntah, batuk, pilek, mata merah dan berair. Pada hari ke-2 rawatan mucul ruam kemerahan pada kulit yang mula-mula timbul dari belakang telinga kemudian semakin menyebar ke seluruh tubuh. Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, frekuensi jantung 72 kali/menit, frekuensi nafas 21 kali/menit, temperatur 38,3 C. Pada pemeriksaan tampak hidung sekret (+), faring hiperemis (+) dan pada kulit terdapat ruam di seluruh tubuh. Hasil pemeriksaan laboratorium : 12 Mei 2013 o Hemoglobin o Eritrosit o Lekosit o Hematokrit o MCV o MCH o MCHC o RDW : 11,,7 gr % : 4,5 x 106/mm3 : 7,2 x 103/mm3 : 34,9% : 77fl : 33,5 pg : 32,5 g % : 13,6%

10

o Trombosit o IgM o IgG o S.Typhi

: 136 x 103/mm3 : (-) : (-) : O 1/160 H 1/60 1/160 1/40 1/80

o S.Paratyphi A : 1/60 o S.Paratyphi B : 1/60 o S.Paratyphi C : 1/3160 o Gol. Darah Urine : Makroskopis : o Kekeruhan o Warna o Berat jenis o pH Mikroskopis o Eritrosit o Leukosit o Epitel :B

: Jernih : Kuning muda : 1,020 :5

: 5-10/LPB : 0-2/LPB : 2-5/LPK

Hari/Tanggal

Terapi

11

Sabtu/ 11 Mei 2013

(Hari ke-6 sejak demam) o Demam (+) o Mual dan muntah (+) o Batuk berdahak (+), dan pilek (+) o Nyeri perut (+) o Sakit kepala (+) o Mata merah dan berair (+) o BAB & BAK normal

KU : lemah RR : 35 x/i HR : 95 x/i T : 38,3C

Suspect Demam Tifoid

o IVFD Ringer Lactat 15 tetes/menit o Ceftriaxone 600mg/12 jam o Ranitidine amp/12 jam o Ondancentron amp/12 jam o Paracetamol Syr 3x1 Cth I o Ambroxol Syr 3x1 Cth I

Hari/Tanggal
Minggu/ 12 Mei 2013

S
(Hari ke-7 sejak demam) o Demam (+) o Mual dan muntah (+). o Batuk berdahak (+) dan pilek (+) o Nyeri perut (+) o Sakit kepala (+) o Mata merah dan berair (+) o BAB & BAK normal

O
KU : lemah RR : 32 x/i HR : 91 x/i T : 37,8C

A
Suspect Demam Tifoid

Terapi
o IVFD Ringer Lactat 15 tetes/menit o Ceftriaxone 600 mg /12 jam o Ranitidine amp /12 jam o Ondancentron amp/12 jam o Paracetamol Syr 3x1 Cth I o Ambroxol Syr 3x1 Cth I

Hari/Tanggal

Terapi

12

Senin/ 13 Mei 2013

(Hari ke-8 sejak demam) o Demam (-) o Batuk berdahak (+), pilek (+) o Ruam kemerahan muncul di belakang telinga menyebar ke seluruh tubuh (+) o Nyeri perut (+) o Mata merah dan berair (+) o BAB & BAK normal

KU : lemah RR : 28 x/i HR : 86 x/i T : 37,2C

Morbili

o IVFD Ringer Lactat 20 tetes/ menit o Cefotaxim 3x 100 mg o Ranitidine 3 x tablet o Paracetamol Syr 3x1 Cth I o Ambroxol Syr 3x1 Cth I o Vitamin A 1 x 1 Cap

13

Hari/Tanggal
Selasa/ 14 Mei 2013

S
(Hari ke-9 sejak demam) o Demam (-) o Batuk berdahak (+) dan pilek (+) o Ruam kemerahan mulai menghitam sebagian tubuh (+) o Mata merah dan berair (-) o BAB & BAK normal

O
KU : lemah RR : 25 x/i HR : 82 x/i T : 36C

A
Morbili

Terapi
o IVFD Ringer Lactat 20 tetes/ menit o Cefotaxim 3x 100 mg o Paracetamol Syr 3x1 Cth I o Ambroxol Syr 3x1 Cth I o Vitamin A 1 x 1 Cap

Hari/Tanggal
Rabu/ 15 Mei 2013

S
(Hari ke-10 sejak demam) o Demam (-) o Batuk berdahak (-), pilek (-) o Ruam mulai menghitam seluruh tubuh o Mata merah dan berair (-) o BAB & BAK normal

O
KU : lemah RR : 24 x/i HR : 82 x/i T : 36C

A
Morbili

Terapi
o IVFD Ringer Lactat 20 tetes/ menit o Cefotaxim 3x 100 mg o Paracetamol Syr 3x1 Cth I o Ambroxol Syr 3x1 Cth I

Hari/Tanggal

Terapi

14

Kamis/ 16 Mei 2013

(Hari ke-11 sejak demam) o Demam (-) o Batuk berdahak (+), dan pilek (-) o Ruam mulai menghilang o Mata merah dan berair (-) o BAB & BAK normal

KU : lemah RR : 23 x/i HR : 80 x/i T : 36C

Morbili

o Cefotaxim 3x100 mg o Paracetamol Syr 3x1 Cth I- (k/p)

PBJ

15

BAB 3 DISKUSI

3.1. Definisi Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium konvalensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik, yang umumnya menyerang anak-anak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai 4 hari setelah munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet. Campak, pada masa lalu dianggap sebagai suatu hal yang harus dialami oleh setiap anak, mereka beranggapan, bahwa penyakit Campak dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar, sehingga anak yang sakit Campak tidak perlu diobati. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam keluar semakin baik. Bahkan ada upaya dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam, dan ada pula kepercayaan bahwa penyakit Campak akan berbahaya bila ruam tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul dirongga tubuh lain seperti dalam tenggorokan, paru-paru, perut atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak napas atau diare yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit Campak sangat potensial untuk menimbulkan wabah, penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian imunisasi Campak. Tanpa imunisasi, 90% dari mereka yang mencapai usia 20 tahun pernah menderita Campak. Dengan cakupan Campak yang mencapai lebih dari 90% dan merata sampai ke tingkat desa diharapkan jumlah kasus campak akan menurun oleh karena terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity). 3.2. Etiologi Campak

16

Penyakit Campak disebabkan oleh virus Campak yang termasuk golongan paramyxovirus. Virus ini berbentuk bulat dengan tepi yang kasar dan begaris tengah 140 mm, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan protein, didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan sruktur heliks nukleoprotein yang berada dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai hemaglutinin.

Gambar 1. Virus Campak 3.2.1. Sifat Virus Virus Campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan yang kuat, apabila berada diluar tubuh manusia virus Campak akan mati. Virus Campak kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3 5 hari. Tanpa media protein virus Campak hanya dapat hidup selama 2 minggu dan hancur oleh sinar ultraviolet. Virus Campak termasuk mikroorganisme yang bersifat labile karena selubungnya terdiri dari lemak, pada suhu tertentu dapat mati dalam 20% selama 10 menit, dan 50% aseton dalam 30 menit. Sebelum dilarutkan, vaksin Campak disimpan dalam keadaan kering dan beku, relatif stabil dan dapat disimpan di freezer atau pada suhu lemari es (2-8C; 35,6-46,4F)

17

secara aman selama setahun atau lebih. Vaksin yang telah dipakai harus dibuang dan jangan dipakai ulang. 3.2.2 Cara Penularan Penyakit Campak Virus Campak ditularkan dari orang ke orang, manusia merupakan satu-satunya reservoir penyakit Campak. Virus Campak berada disekret nasofaring dan di dalam darah minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat setelah timbulnya ruam. Penularan terjadi melalui udara, kontak langsung dengan sekresi hidung atau tenggorokan dan jarang terjadi oleh kontak dengan benda-benda yang terkontaminasi dengan sekresi hidung dan tenggorokan. Penularan dapat terjadi antara 1 2 hari sebelumnya timbulnya gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Penularan virus Campak sangat efektif sehingga dengan virus yang sedikit sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. 3.3. Masa Inkubasi Penyakit Campak

Masa inkubasi berkisar antara 8 12 hari atau sampai 14 hari. 3.4. Epidemiologi Penyakit Campak Epidemiologi penyakit Campak mempelajari tentang frekuensi, penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 3.4.1. Distribusi Frekuensi Penyakit Campak a. Orang Campak adalah penyakit menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja. Puncak insiden penyakit adalah pada anak umur 5-14 tahun. Penyebaran penyakit Campak berdasarkan umur berbeda dari satu daerah dengan daerah lain, tergantung dari kepadatan penduduknya, terisolasi atau tidaknya daerah tersebut atau pada daerah urban yang berpenduduk padat transmisi virus

18

Campak sangat tinggi. b. Tempat Berdasarkan tempat penyebaran penyakit Campak berbeda, dimana daerah perkotaan siklus epidemi Campak terjadi setiap 2-4 tahun sekali, sedangkan di daerah pedesaan penyakit Campak jarang terjadi, tetapi bila sewaktu-waktu terdapat penyakit Campak maka serangan dapat bersifat wabah dan menyerang kelompok umur yang rentan. 3.4.2. Determinan Penyakit Campak Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya kasus Campak pada balita di suatu daerah adalah : a. Faktor Host 1. Status Imunisasi Balita yang tidak mendapat imunisasi Campak kemungkinan terkena penyakit Campak sangat besar. 2. Status Gizi Balita dengan status gizi kurang mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit Campak dari pada balita dengan gizi baik. b. Faktor Agent virus Campak yang termasuk golongan paramyxovirus. c. Faktor Environment Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan Desa terpencil, pedalaman, dan daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan khususnya imunisasi, daerah ini merupakan daerah rawan terhadap penularan

19

penyakit Campak. 3.5. Gejala Klinis Penyakit Campak dan Patogenesis

Penyakit campak dibagi dalam tiga stadium, yaitu: 3.5.1. Stadium Kataral atau Prodromal Biasanya berlangsung 4-5 hari, ditandai dengan panas, lesu, batuk-batuk dan mata merah. Pada akhir stadium, kadang-kadang timbul bercak Koplik`s (Koplik spot) pada mukosa pipi/daerah mulut, tetapi gejala khas ini tidak selalu dijumpai. Bercak Koplik ini berupa bercak putih kelabu, besarnya seujung jarum pentul yang dikelilingi daerah kemerahan. Koplik spot ini menentukan suatu diagnosa terhadap penyakit campak.

Gambar 2. Koplik spot 3.5.2. Stadium Erupsi Batuk pilek bertambah, suhu badan meningkat oleh karena panas tinggi, kadankadang anak kejang-kejang, disusul timbulnya rash (bercak merah yang spesifik), timbul setelah 3 7 hari demam. Rash timbul secara khusus yaitu mulai timbul di daerah belakang telinga, tengkuk, kemudian pipi, menjalar keseluruh muka, dan akhirnya ke badan. Timbul rasa gatal dan muka bengkak.

20

Gambar 3. Stadium Kataral zss 3.5.3. Stadium Konvalensi atau penyembuhan Erupsi (bercak-bercak) berkurang, meninggalkan bekas kecoklatan yang disebut hiperpigmentation, tetapi lama-lama akan hilang sendiri. panas badan menurun sampai normal bila tidak terjadi komplikasi.

Gambar 4. Stadium Konvalens

21

Skema Patogenesis Campak

Virus Morbili

Droplet Infection

Eksudat yang serius, proliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus Gangguan rasa nyaman: Suhu tubuh Resiko kurang volume cairan Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen Konjungtiva Radang Konjungtivitis Gangguan Perpepsi sensori

Reaksi Inflamasi : Demam, suhu naik, metabolisme naik, RR, IWL

Saluran cerna Terdapat bercak koplik berwarna kelabu dikelilingi eritema pada mukosa bukalis, berhadapan pada molar, palatum durum, mole Mulut pahit timbul Anorexia Gangguan kebutuhan nutrisi < kebutuhan Hygiene tdk dijaga dan (-) imunitas akn meluas pd saluran cerna bagian bawah Absorpsi turun Diare (BAB terus menerus) Iritasi

Saluran nafas Inflamasi saluran nafas atas; bercak koplik pada mukosa bukalis meluas ke jari trakeobronkial Batuk, Pilek, RR Bronchopneumonia Gangguan Pola nafas; bersihan jalan nafas

Kulit menonjol sekitar sebasea dan folikel rambut

Eritema membentuk makula papula di kulit normal

Rash, ruam pada daerah balik telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh, deskuamasi rasa gatal

Gangguan Istirahat Tidur

Gangguan Integritas Kulit

(-) Vol.Cairan elektrolit Gang.Integritas Kulit 22

3.6. Diagnosa Penyakit Campak

Diagnosa dapat ditegakkan dengan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. 1. Kasus Campak Klinis

Kasus Campak klinis adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh berbentuk macula popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38C atau lebih (terasa panas) dan disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata merah. 2. Kasus Campak Konfirmasi

Kasus Campak konfirmasi adalah kasus Campak klinis disertai salah satu kriteria yaitu: a. Pemeriksaaan laboratorium serologis (IgM positif) b. Kasus Campak yg mempunyai kontak langsung dengan kasus konfirmasi, dalam periode waktu 1 2 minggu. 3.7. Komplikasi Penyakit Campak

Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi. Hal yang tidak diinginkan adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita dan anak, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi seperti: Otitis media akut, Ensefalitis, Bronchopneumonia, dan Enteritis. 3.7.1. Bronchopneumonia Bronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia. Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan maka 23

Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein. 3.7.2. Otitis Media Akut Otitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi otitis media purulenta. 3.7.3. Ensefalitis

Ensefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi pada hari ke 4 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus Campak ke dalam otak. 3.7.4. Enteritis Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. 3.8. Pencegahan, penatalaksanaan dan Penanggulangan Campak 3.8.1. Pencegahan Campak a. Pencegahan Premordial Pencegahan premordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor predisposisi/resiko terhadap penyakit Campak. Sasaran dari pencegahan premordial adalah anak-anak yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit Campak. Edukasi kepada orang tua

24

anak sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan premordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan, konselling nutrisi dan penataan rumah yang baik. b. Pencegahan Primer Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok beresiko, yakni anak yang belum terkena Campak, tetapi berpotensi untuk terkena penyakit Campak. Pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut. 1. Penyuluhan Edukasi Campak adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai Campak. Disamping kepada penderita Campak, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien Campak adalah definisi penyakit Campak, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya Campak dan upaya-upaya menekan Campak, pengelolaan Campak secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi Campak. 2. Imunisasi Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9 15 bulan. Vaksin ini diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 ml. Vaksin campak tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan TBC yang tidak diobati, penderita leukemia.

25

Vaksin Campak dapat diberikan sebagai vaksin monovalen atau polivalen yaitu vaksin measles-mumps-rubella (MMR). vaksin monovalen diberikan pada bayi usia 9 bulan, sedangkan vaksin polivalen diberikan pada anak usia 15 bulan. Penting diperhatikan penyimpanan vaksin harus pada temperature antara 2C 8C atau 4C, vaksin tersebut harus dihindarkan dari sinar matahari. Mudah rusak oleh zat pengawet atau bahan kimia dan setelah dibuka hanya tahan 4 jam. c. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini Campak serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit. Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi dan pengelolaan Campak memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat. d. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit Campak. Dalam penyuluhan ini yang perlu di berikan informasi

26

mengenai : 1. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik 2. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan 3. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan hidup dengan komplikasi kronik. 3.8.2. Penatalaksanaan penyakit campak

suplemen nutrisi, antipiretik, antitusif, ekspektoran, antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder, antikonvulsi diberikan bila terjadi kejang, dan vitamin A. hiperpireksia, dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau adanya komplikasi.

o Pasien dirawat di ruang isolasi, tirah baring. o Vitamin A pada usia 6 bulan 1 tahun 100.000 UI oral
o pada usia >1 tahun 200.000 IU oral, apabila disertai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.

o Diet makanan, cukup cairan, kalori yang memadai, jenis makanan disesuaikan dengan tingkat kesadaran pasien dan ada-tidaknya komplikasi.

1. Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol - sulfametokzasol. 2. Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan kebutuhan untuk mengurangi oedema otak, di samping pemberian kortikosteroid, perlu dilakukan

27

koreksi elektrolit dan ganguan gas darah. 3. Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda.
4. Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.

3.9. Penanggulangan Campak

Word Health Organisation (WHO) mencanangkan beberapa tahapan dalam upaya eradikasi (pemberantasan) penyakit Campak dengan tekanan strategi yang berbeda-beda pada setiap tahap yaitu : a. Tahap Reduksi Tahap ini dibagi dalam 2 tahap: 1. Tahap Pengendalian Campak Pada tahap ini ditandai dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi Campak rutin dan upaya imunisasi tambahan di daerah dengan morbitas Campak yang tinggi. Daerah ini masih merupakan daerah endemis Campak, tetapi telah terjadi penurunan insiden dan kematian, dengan pola epidemiologi kasus Campak menunjukkan 2 puncak setiap tahun. 2. Tahap Pencegahan KLB Cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi 80% dan merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian, insidens Campak telah bergeser kepada umur yang lebih tua, dengan interval KLB antara 4-8 tahun.

28

b.

Tahap Eliminasi Cakupan imunisasi sangat tinggi 95% dan daerah-daerah dengan cakupan

imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya, kasus Campak sudah sangat jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai rentan (tidak terlindung) harus diselidiki dan diberikan imunisasi Campak. c. Tahap Eradikasi Strategi reduksi Campak tersebut adalah : a. Imunisasi rutin pada bayi 9 11 bulan b. Imunisasi tambahan (suplemen) 1. Catch up compaign : memberikan imunisasi Campak sekali saja pada anak SD kelas 1 s/d 6 tanpa memandang status imunisasi. 2. Selanjutnya untuk tahun berikutnya secara rutin diberikan imunisasi Campak pada murid kelas 1 SD (bersama dengan pemberian DPT ) pelaksanaan secara rutin dikenal dengan istilah BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) Campak. Tujuannya adalah mencegah KLB pada anak sekolah dan memutuskan rantai penularan dari anak sekolah kepada balita. 3. Crash program Campak : memberikan imunisasi Campak pada anak umur 6 bulan - > 5 tahun tanpa melihat status imunisasi di daerah risiko tinggi campak. 4. Ring vaksinasi : Imunisasi Campak diberikan dilokasi pemukiman di sekitar lokasi KLB dengan umur sasaran 6 bulan (umur kasus campak termuda) tanpa melihat status imunisasi. c. Surveilans (surveilan rutin, system kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa). d. Penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa

29

Setiap kejadian luar biasa harus diselidiki dan dilakukan penanggulangan secepatnya yang meliputi pengobatan simtomatis pada kasus, pengobatan dengan antibiotika bila terjadi komplikasi, pemberian vitamin A dosis tinggi, perbaikan gizi dan meningkatkan cakupan imunisasi campak/ring vaksinasi (program cepat, sweeping) pada desa-desa risiko tinggi.

3.10.

Prognosis

Baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi.

30

DAFTAR PUSTAKA

Wahab S, editor. Campak. Dalam: Nelson Ilmu Kesehatan Anak vol. 2. Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. h.1068-71. Poorwo SS, Garna H, Rezeki S, Irawan H. Campak. Dalam: Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi kedua. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. h.109-18. Parwati SB. Campak dalam perspektif perkembangan imunisasi dan diagnosis Pediatri pencegahan mutakhir I, CE IKA Unair, 2000 : 73-92.

31

Laporan Kasus

MORBILI
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu Penyakit Anak Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Malikussaleh Rumah Sakit Cut Meutia Aceh Utara

Oleh : Fitri Susianti, S.Ked NIM. 090610030 Pembimbing Dr., Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH RSU CUT MEUTIA ACEH UTARA 2013

32

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................ i Daftar Isi..................................................................................................................... ii PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1 LAPORAN KASUS .................................................................................................. 4 I. Identitas ....................................................................................................... 4 II. Anamnesis ................................................................................................. 4 III. Pemeriksaan Fisik .................................................................................... 8 IV. Pemeriksaan Laboratorium Sederhana .................................................... 14 V. Resume ...................................................................................................... 14 VI. Diagnosa ................................................................................................. 16 VII. Penatalaksanaan ...................................................................................... 17 VIII. Usulan Pemeriksaan .............................................................................. 17 IX. Prognosis .................................................................................................. 17 X. Pencegahan ................................................................................................ 18 XI. Follow Up ................................................................................................ 18 DISKUSI ................................................................................................................... 21 Definisi ........................................................................................................... 21 Epidemiologi .................................................................................................. 23 Patofisiologi ................................................................................................... 26 Faktor Risiko .................................................................................................. 31

33

Etiologi ........................................................................................................... 32 Diagnosis ........................................................................................................ 34 Diagnosis Banding ......................................................................................... 37 Klasifikasi Derajat Penyakit ........................................................................... 39 Komplikasi ..................................................................................................... 40 Penatalaksanaan ............................................................................................. 42 Prognosis ........................................................................................................ 51 PENUTUP ..................................................................................................... 52

Daftar Pustaka

ii

34

You might also like