You are on page 1of 59

2002

http. www.kalbe.co.id/cdk

136. International Standard Serial Number: 0125 – 913X

Kesehatan Kerja Daftar isi :


2. Editorial
4. English Summary
Artikel
5. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dan Sistim Rujukan – Astrid
Sulistomo
8. Poliklinik Perusahaan sebagai Salah Satu Subsistem Upaya
Kesehatan di Perusahaan – Sudi Astono
12. Penyakit akibat Kerja di Rumah Sakit dan Pencegahannya –
Aryawan Wichaksana
16. Peran Ergonomi dalam Pencegahan Sindrom Carpal Tunnel
akibat Kerja – Aryawan Wichaksana, Kartiena A. Darmadi
20. Ergonomi bagi Pekerja Sektor Informal – Fikry Effendi
24. Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida bagi Kesehatan
Pekerja – Aryawan Wichaksana, Sudi Astono, Kholidah
Hanum
29. Pendidikan Formal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kerja –
Astrid Sulistomo
33. Peranan Perawatan Kesehatan Masyarakat dalam Kesehatan
dan Keselamatan Kerja – Ambar W. Roestam
38. Pengaruh Lingkungan Kerja Panas terhadap Kristalisasi Asam
Urat Urin pada Pekerja di Binatu, Dapur Utama dan Restoran
Hotel X, Jakarta – Dewi Sumaryani Soemarko
43. Penyakit Kulit di Kalangan Tenaga Kerja Industri Plywood di
Propinsi Kalimantan Selatan – Sudi Astono, Herliani Sudarja

45. Penatalaksanaan Mutakhir dan Komprehensif Ketergantungan


Napza – Al Bachri Husin

51. Kegiatan Ilmiah


53. Kapsul
54. Internet untuk Dokter
CDK dapat diperoleh cuma-cuma melalui 55. Produk Baru
MedRep Grup PT. Kalbe Farma, ATAU 56. RPPIK
dengan mengganti ongkos Rp. 10.000,-/eks
Industrialisasi merupakan sebagian dari proses modernisasi yang
terus berjalan seiring dengan kemajuan dan kesejahteraan hidup umat
manusia; tetapi seperti halnya dengan semua proses, di samping sisi
menguntungkan, tentu ada sisi yang merugikan; dalam hal ini masalah
perubahan lingkungan yang memberikan dampak terhadap kehidupan,
munculnya penyakit yang berkaitan dengan situasi kerja dan masalah
limbah industri yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat di
sekelilingnya.
Artikel dalam terbitan Cermin Dunia Kedokteran kali ini akan mem-
bicarakan hal-hal tersebut, termasuk usaha-usaha kalangan kesehatan
untuk lebih siap dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin
timbul, antara lain melalui pendidikan dan peningkatan pengetahuan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
Pada edisi ini kami terbitkan juga artikel dr. Al Bachri Husin
mengenai masalah Napza, yang karena kesibukan pengarangnya, tidak
bisa terbit bersama artikel lainnya pada edisi terdahulu; semoga artikel
ini dapat lebih menambah wawasan Sejawat mengenai masalah Napza.
Selamat membaca,

Redaksi

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


2003

International Standard Serial Number: 0125 – 913X

KETUA PENGARAH REDAKSI KEHORMATAN


Prof. Dr Oen L.H. MSc
– Prof. DR. Sumarmo Poorwo Soedarmo – Prof. Dr. R. Budhi Darmojo
PEMIMPIN UMUM Staf Ahli Menteri Kesehatan, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam
Dr. Erik Tapan Departemen Kesehatan RI, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Jakarta. Semarang.
KETUA PENYUNTING
Dr. Budi Riyanto W.
– Prof. Drg. Siti Wuryan A. Prayitno – Prof. DR. Hendro Kusnoto Drg.,Sp.Ort
PELAKSANA SKM, MScD, PhD. Laboratorium Ortodonti
Sriwidodo WS. Bagian Periodontologi, Fakultas Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti,
Universitas Indonesia, Jakarta Jakarta
TATA USAHA
Dodi Sumarna
ALAMAT REDAKSI – DR. Arini Setiawati
Majalah Cermin Dunia Kedokteran, Gedung Enseval, Bagian Farmakologi
Jl. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
10510, P.O. Box 3117 Jkt. Telp. (021)4208171 Jakarta
E-mail : cdk@kalbe.co.id
Website : http://www.kalbe.co.id/cdk
DEWAN REDAKSI
NOMOR IJIN
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976
Tanggal 3 Juli 1976
– Dr. Boenjamin Setiawan Ph.D – Prof. Dr. Sjahbanar Soebianto
PENERBIT Zahir MSc.
Grup PT Kalbe Farma
PENCETAK http://www.kalbe.co.id/cdk
PT Temprint
PETUNJUK UNTUK PENULIS

Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan yang jelas. Bila
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk menghindari ke-
bidang tersebut. mungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan pe-
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus munculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
untuk diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila pernah dibahas atau Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted to
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan me- Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9).
ngenai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Contoh:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan 1. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang London: William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia 2. Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading micro-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak organisms. Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic phy-
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus siology: Mechanisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974;457-72.
disertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para 3. Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
pembaca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan Dunia Kedokt. l990; 64: 7-10.
abstrak dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau
abstrak berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. lebih, sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran, Gedung
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Enseval, JI. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 P.O.
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto disertai/atau dalam Box 3117 Jakarta. Tlp. (021) 4208171. E-mail : redaksiCDK@yahoo.com
bentuk disket program MS Word. Nama (para) pe-ngarang ditulis lengkap, Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat bekerjanya. Tabel/ secara tertulis.
skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelasnya dengan Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai
tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor sesuai dengan dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis


dan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga/bagian
tempat kerja si penulis. Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 3
English Summary

EFFECTS OF CARBONMONOXIDE ache, vertigo, nausea, vomiting, workers in South Kalimantan. It was
(CO) ON HEALTH syncope until coma and death. found that 696 (35%) among them
The chronic effect was mainly have some kind of skin diseases.
Aryawan Wichaksana, Sudi on the central nervous system, The most prevalent was tinea
Astono, Kholidah Hanum causing Parkinsonism, dementia pedis (248 – 35,6%), followed by
and psychosis. contact dermatitis (148 – 21,3%)
Postgraduate Fellow in Occupational and allergic dermatitis (74 – 10,6%).
Medicine, Faculty of Medicine, Cermin Dunia Kedokt. 2002; 136: 24-8
These skin diseases were mostly
University of Indonesia, Jakarta brw
found among log pond workers
SKIN DISEASES AMONG PLYWOOD (50,59%),followed by boiler workers
CO gas exerts its harmful effects
INDUSTRY WORKERS IN SOUTH (50%) and hot press workers
through its binding with haemo-
KALIMANTAN (47,6%).
globin (Hb) to form COHb. This
binding diminished the oxygen Sudi Astono, Herliana Sudarja Cermin Dunia Kedokt.2002;136:43-4
binding capacity of haemoglobin; brw
as a consequence, there is no Postgraduate Fellow in Occupational
Medicine, Faculty of Medicine,
oxygen in the circulation, resulting
University of Indonesia, Jakarta
in tissue anoxia.
Depending on the CO level, the The survey was done in 1998-
symptoms range from light head- 1999, on 2000 plywood industry

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


Artikel
ANALISIS

Diagnosis Penyakit
Akibat Kerja dan Sistem Rujukan
Astrid Sulistomo
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

LATAR BELAKANG proses industri masih tercatat sebanyak 3000 jenis, namun pada
Dalam masa Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, yang tahun 1993 sudah tercatat 50.000 jenis bahan kimia yang di-
disebut juga sebagai era industrialisasi, salah satu fokus utama gunakan dalam proses industri; sehingga kemungkinan seorang
pembangunan adalah pengembangan Sumber Daya Manusia. tenaga kerja terpajan bahan kimia yang mengakibatkan penya-
Tenaga kerja merupakan segmen populasi yang menjadi sangat kit akibat kerja semakin besar. Di lain pihak efek terhadap
penting dalam era ini, sehubungan dengan produktivitas kesehatan manusia baru diketahui untuk beberapa ratus bahan
industri. Sehingga dengan demikian penyelenggaraan program kimia.
kesehatan dan keselamatan kerja yang bertujuan untuk me- Hal ini telah lama disadari oleh pemerintah Indonesia,
wujudkan produktivitas kerja yang optimal serta melindungi sehingga dibuat peraturan perundangan yang mengatur pelak-
tenaga kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan sanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Program Keselamat-
keselamatannya, menjadi sangat penting. an dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu unsur perlin-
Perkembangan angkatan kerja di Indonesia di sektor dungan tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin ke-
formal pada 25 tahun terakhir ini sangat pesat. Pada tahun 1971 selamatan dan kesehatan para pekerja dan menjamin agar
masih tercatat jumlah angkatan kerja sekitar 27,5 juta yang sumber-sumber produksi digunakan secara aman dan efisien
pada tahun 1993 telah bertambah menjadi 73,9 juta. Jumlah serta menjamin kelancaran proses produksi yang merupakan
perusahaan di sektor formal (yang diperkirakan hanya men- faktor penting dalam meningkatkan produksi dan produktivitas.
cakup 26% dari seluruh industri), yang pada tahun 1971 masih
tercatat sebanyak 23.000 pada tahun 1993 telah mengalami
peningkatan menjadi 147.842. Diperkirakan bahwa baik jumlah PERMASALAHAN
perusahaan maupun angkatan kerja di sektor formal akan me- Insidens Penyakit Akibat Kerja maupun kematian yang
ningkat terus dengan pesat, terutama dalam menyongsong era berhubungan dengan pekerjaan belum diketahui, kecuali di be-
globalisasi pada tahun 2005 nanti. berapa negara maju tertentu.
Perkembangan di sektor industri tersebut, menuntut du- Hal ini terutama disebabkan oleh karena:
kungan penggunaan teknologi maju dan peralatan canggih, • Sulit untuk menghubungkan suatu penyakit dengan pe-
yang antara lain juga membawa konsekwensi digunakannya nyebab tertentu.
berbagai bahan kimia dalam proses produksi. Penggunaan • Kurangnya informasi mengenai prevalensi pajanan pada
teknologi dan peralatan canggih tersebut di satu pihak akan populasi tenaga kerja.
memberikan kemudahan dalam proses produksi dan me- • Besarnya biaya yang diperlukan untuk mendapatkan data
ningkatkan produktivitas, namun di lain pihak penggunaan yang akurat dan menganalisanya.
teknologi maju cenderung untuk menimbulkan risiko bahaya • Hanya sebagian kecil bahan kimia yang digunakan dalam
kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang lebih besar, ter- industri telah yang diketahui efeknya terhadap kesehatan
utama bila ketrampilan tenaga kerja masih rendah, seperti manusia.
keadaan di Indonesia ini, yang sebagian besar (74%) tenaga • Di dalam masyarakat masalah Penyakit Akibat Kerja
kerjanya masih berpendidikan Sekolah Dasar saja. belum merupakan prioritas.
Pada tahun 1971 misalnya pemakaian bahan kimia dalam Kegagalan untuk mengenal dan memahami Penyakit

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 6


Akibat Kerja merupakan suatu masalah yang cukup Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara
mengkhawatirkan, karena berdampak : kerja
- Tenaga kerja dirugikan secara material karena tidak men- 5. Golongan psikososial
dapatkan Jamsostek yang menjadi haknya. Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.
- Tidak dilakukan pengendalian yang adekuat di perusahaan.
- Terjadi kecacadan dan kematian akibat kerja, karena tidak DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
dilakukan penanganan penyakit akibat kerja sejak dini. Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada
Walaupun di Indonesia telah diberlakukan UU wajib me- individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk
lapor penyakit akibat kerja, serta UU mengenai Jamsostek dan mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasi-
yang didukung pula oleh SK Presiden mengenai Penyakit nya secara tepat.
Akibat Kerja, sejak tahun 1978 baru 3 Penyakit Akibat Kerja Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang
didiagnosis dan dilaporkan. Sedangkan di negara-negara maju, dapat digunakan sebagai pedoman:
dengan pengendalian di tempat kerja yang lebih baik, setiap 1. Tentukan Diagnosis klinisnya
tahun dilaporkan ribuan penyakit akibat kerja; di Amerika Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu,
Serikat misalnya Kanker Akibat Kerja saja setiap tahun ter- dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada,
diagnosis sekitar 17.200 kasus (4% dari insidens kanker pada seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penya-
umumnya). kit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan
Hal tersebut di atas pada umumnya disebabkan oleh karena lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan
para dokter kurang mendapatkan pendidikan untuk mendiag- pekerjaan atau tidak.
nosis penyakit akibat kerja, mereka tidak dilatih untuk mengerti 2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama
proses-proses industri, toksisitas bahan-bahan kimia, serta tidak ini
dididik dalam epidemiologi dan permasalahan hukum maupun Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang
etika yang khusus untuk kedokteran kerja. tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu
penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan
DEFINISI PENYAKIT AKIBAT KERJA anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan teliti, yang mencakup:
oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan - Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilaku-
kerja. kan oleh penderita secara khronologis
Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan pe- - Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan
nyakit yang artifisial atau man made disease. - Bahan yang diproduksi
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja: - Materi (bahan baku) yang digunakan
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya - Jumlah pajanannya
Pneumoconiosis. - Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, - Pola waktu terjadinya gejala
misalnya Karsinoma Bronkhogenik. - Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab mengalami gejala serupa)
di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bron- - Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang
khitis khronis. digunakan (MSDS, label, dan sebagainya)
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi 3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menye-
yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma. babkan penyakit tersebut
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan
FAKTOR PENYEBAB yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami me-
Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, nyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan
tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal
lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit
disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,
dikelompokkan dalam 5 golongan: perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan
1. Golongan fisik sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsen-
Suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang trasi, jumlah, lama, dan sebagainya).
sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik. 4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar
2. Golongan kimiawi untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut
Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, mau- Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada ke-
pun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk adaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di
debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut. tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan
3. Golongan biologis membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat
Bakteri, virus atau jamur menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
4. Golongan fisiologis 5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin

7 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


dapat mempengaruhi untuk keperluan menegakkan diagnosis klinis, perawatan dan
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun pengobatannya. Tergantung pada kasus yang dihadapi, dapat
riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanan- dimanfaatkan Rumah Sakit tipe C, B maupun A sesuai dengan
nya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan kebutuhan, seperti pada penyakit lain pada umumnya.
serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Untuk rujukan b) dan c) masih perlu dikembangkan suatu
Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat sistem, yang melibatkan pihak Depnaker, Depkes dan Univer-
keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sitas, serta pihak-pihak lainnya yang terkait, baik di tingkat
sensitif terhadap pajanan yang dialami. daerah maupun nasional untuk dapat mengatasi masalah-
6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan pe- masalah kesehatan yang dihadapi oleh perusahaan. Bila sudah
nyebab penyakit dikembangkan Klinik-klinik Kedokteran Kerja secara khusus di
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab Rumah Sakit-Rumah Sakit, seperti yang direncanakan akan
penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang di- segera dikembangkan di RSCM-FKUI, ketiga sistem rujukan di
ketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demi- atas dapat diwujudkan dalam satu wadah.
kian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk Suatu Klinik Kedokteran Kerja diharapkan untuk dapat :
menyingkirkan penyebab di tempat kerja. • mengidentifikasi faktor risiko Penyakit Akibat Kerja pada
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pasien
pekerjaannya • membuat konfirmasi apakah merupakan penyakit akibat
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat kerja
suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang • membantu menanggulangi permasalahan yang ditimbulkan
memiliki dasar ilmiah. penyakit akibat kerja
Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerja- • melakukan tindak-lanjut di lapangan/tempat kerja
an merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang- • memberikan rekomendasi preventif, kuratif dan rehabilitatif
kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah penyakit akibat kerja
ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegak- • melakukan pencatatan dan pelaporan Penyakit Akibat Kerja
kan diagnosis. • melakukan studi epidemiologis bila diperlukan
Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab
suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa
PENUTUP
adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit Penegakan diagnosis Penyakit Akibat Kerja masih me-
tersebut pada saat ini.
rupakan masalah di Indonesia. Diperlukan minat dan penge-
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu ke-
tahuan yang khusus untuk dapat menegakkan diagnosis Pe-
adaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang nyakit Akibat Kerja. Untuk mengatasi masalah tersebut, selain
sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/
perlu ditingkatkan pendidikan bagi dokter dalam bidang ke-
pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.
dokteran kerja, juga perlu dikembangkan suatu sistem rujukan,
Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk mene-
baik di tingkat nasional maupun daerah. Dikembangkannya
gakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahu-
klinik-klinik Kedokteran Kerja di Indonesia dapat membantu
an yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat
permasalahan yang dihadapi.
baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di
tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.
KEPUSTAKAAN
SISTEM RUJUKAN
Untuk pengelolaan mapun untuk mendiagnosis Penyakit 1. Swarsono, Yudo. Pidato Sambutan pada pembukaan Occupational Health
Akibat Kerja, sering tenaga medis maupun sarana di perusaha- and Safety Seminar, Depnaker dan Worksafe Australia. Jakarta, 16 Mei
1995.
an tidak memadai. Sehingga perlu dikembangkan suatu sistem 2. Soekarno. Peraturan Per-undang-undangan di Bidang Kesehatan Kerja di
rujukan. Indonesia. Seminar dan Muker I DKKI, Jakarta, November 1993.
Sistem rujukan yang perlu dikembangkan meliputi: 3. Batubara C. Peranan Jaminan Sosial dalam Pencegahan Penyakit Akibat
a) Rujukan kasus untuk menegakkan diagnosis klinis maupun Kerja. MKI 1992; 42(2).
4. Suma’mur PK. Berbagai Jenis Penyakit Akibat Kerja dan Tata Cara
untuk perawatan dan pengobatan Pencegahannya. MKI 1992; 42(2).
b) Rujukan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap 5. Bratawidjaja, K. Diagnosa dan Penatalaksanaan Penyakit Akibat Kerja.
(kepustakaan) mengenai efek toksik bahan kimia, penelitian- Seminar dan Muker I DKKI, Jakarta, November 1993.
penelitian yang telah dilakukan dan sebagainya. 6. Djodjevic D. International List of Occupational Diseases. Encyclopaedia
of Occupational Health and Safety, vol. 2 ed. 3, ILO 1983.
c) Rujukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi 7. Garabrant, DH. Introduction to Occupational Diseases. Lecture Notes,
di perusahaan. September 1993.

Revenge converts a little right into a great wrong


Saat ini sistem rujukan yang telah dikembangkan adalah

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 8


OPINI

Poliklinik Perusahaan
sebagai Salah Satu Subsistem
Upaya Kesehatan di Perusahaan
Sudi Astono
Staf Balai Hiperkes Departemen Tenaga Kerja RI, Semarang

PENDAHULUAN 2. Dilaksanakan oleh pihak di luar perusahaan:


Setiap perusahaan selalu mempunyai target untuk men- a) Sistem asuransi misalnya Jamsostek
dapatkan keuntungan dengan cara memproduksi barang mau- b) Perusahaan jasa pelayanan kesehatan tenaga kerja
pun jasa yang dapat dipasarkan. Agar keuntungan dapat diper- c) Fasilitas kesehatan umum (puskesmas, rumah sakit, balai
oleh maka salah satu syarat yang penting adalah proses pengobatan dan lain-lain)
produksi harus produktif dan efisien. Selain itu produk yang Di antara sistem pelayanan kesehatan tersebut di atas poli-
dihasilkan juga harus dapat diterima oleh pasar, dengan kata klinik perusahaan merupakan salah satu pilihan yang tepat.
lain produk harus mempunyai daya saing yang tinggi. Poliklinik Perusahaan dapat menjadi salah satu sub sistim dari
Untuk menjalankan perusahaan secara produktif dan manajemen K3 di perusahaan sehingga dua aspek yaitu pela-
efisien sangat tegantung pada manajemen perusahaan tersebut. yanan kesehatan tenaga kerja dan pengelolaan lingkungan kerja
Salah satu bidang yang harus dikelola dengan baik adalah dapat dilakukan bersama. Berbeda dengan sistem pelayanan
kesehatan dan keselamatan kerja yang sering disebut dengan kesehatan yang dilakukan oleh pihak luar yang hanya mene-
K3. Manajemen K3 mengelola tenaga kerja sebagai sumber kankan aspek pelayanan kesehatan tenaga kerja khususnya segi
daya manusia dan infra struktur serta alat-alat produksi sebagai kuratifnya.
sumber daya fisik perusahaan. Tenaga kerja yang sehat dan Sesuai undang-undang yang berlaku (Permenakertrans
sarana kerja yang terpelihara dengan baik merupakan salah satu No.: Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja),
faktor penting untuk mendukung produktivitas perusahaan. Di poliklinik perusahaan sebagai salah satu bentuk Pelayanan
sisi lain pelaksanaan sistem manajemen K3 merupakan tuntut- Kese-hatan Kerja harus di bawah tanggung jawab seorang
an global untuk memenuhi standar-standar nasional maupun dokter yang telah memenuhi persyaratan yang antara lain telah
internasional yang berlaku. Dalam hal ini pemerintah melalui mengikuti pelatihan hiperkes bagi dokter perusahaan.
Departemen Tenaga Kerja mengeluarkan Peraturan Menteri Demikian juga paramedis di poliklinik perusahaan diwajibkan
tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengikuti pelatihan hiperkes bagi paramedis perusahaan. Hal
(Per. No. 5/Men/1996). ini dimaksudkan agar poliklinik perusahaan dapat melakukan
Salah satu upaya dalam rangka menjamin kesehatan tenaga pencegahan dan pengobatan penyakit umum dan penyakit
kerja secara optimal adalah dengan memberikan pelayanan ke- akibat kerja. Poliklinik perusahaan harus melaksanakan aspek
sehatan sebaik mungkin terhadap tenaga kerja disertai penge- promotif, preventif, kuratif serta rehabilitatif sesuai kondisi dan
lolaan lingkungan dan peralatan kerja yang baik. Karena tidak karakteristik perusahaan.
dapat disangkal bahwa kesehatan tenaga kerja sangat dipeng- Aspek promotif dan preventif dapat menekan angka kece-
aruhi oleh sistem pelayanan kesehatan yang diberikan dan kon- lakaan dan penyakit akibat kerja, sedang aspek kuratif dan
disi tempat kerja serta cara atau proses kerja yang dihadapi rehabilitatif dapat menangani kecelakaan dan penyakit akibat
tenaga kerja. kerja tersebut secara cepat tepat sehingga kapasitas kerjanya
Ada beberapa sistem pelayanan kesehatan terhadap tenaga dapat dipulihkan atau dioptimalkan.
kerja antara lain yaitu: Fungsi poliklinik perusahaan tidak akan maksimal sesuai
1. Poliklinik sendiri yang diharapkan tanpa adanya dukungan atau kaitan langsung
a) Berdiri sendiri dari manajemen perusahaan dan kerjasama dengan subsistem
b) Gabungan dari dua perusahaan atau lebih lain dalam kerangka pelaksanaan manajemen K3 secara kese-

9 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


luruhan di perusahaan. Upaya kesehatan preventif di perusahaan sangat penting
karena sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan yang
FUNGSI DAN PERANAN POLIKLINIK PERUSAHAAN berkaitan dengan kualitas produk dan produktivitas perusahaan.
Fungsi dan peranan poliklinik perusahaan adalah men- Dari segi ekonomi juga akan menghemat keuangan perusahaan
jalankan Pelayanan Kesehatan Kerja, seperti tertuang dalam karena upaya preventif tidak hanya akan menekan angka
Permenakertran No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan kejadian penyakit dan cidera di tempat kerja tetapi juga angka
Kesehatan Kerja. kecelakaan kerja. Sedangkan penyakit, cidera dan kecelakaan
Disebutkan bahwa Pelayanan Kesehatan Kerja adalah suatu kerja memerlukan biaya yang tidak ringan untuk mengatasinya
usaha kesehatan dengan tujuan: dan di sisi lain produktivitas perusahaan akan terganggu.
1. Memberikan bantuan terhadap tenaga kerja dalam penye- Upaya preventif antara lain meliputi:
suaian diri baik fisik maupun mental terutama dalam penye- 1) Pemeriksaan kesehatan awal (sebelum bekerja) terhadap
suaian dengan pekerjaannya. calon tenaga kerja.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kese- Tujuannya:
hatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerjanya. a. Memperoleh tenaga kerja dengan tingkat kesehatan yang
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan ke- setinggi-tingginya.
mampuan fisik tenaga kerja. b. Tenaga kerja yang cocok/sesuai dengan pekerjaannya.
4. Memberikan pengobatan, perawatan dan rehabilitasi ter- c. Menghindari tenaga kerja dengan penyakit menular.
hadap tenaga kerja yang menderita sakit. d. Mempunyai data kesehatan semua tenaga kerja sewaktu
Tugas pokok Pelayanan Kesehatan Kerja meliputi: mulai bekerja.
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan ber- Pemeriksaan Kesehatan Awal meliputi:
kala dan pemeriksaan kesehatan khusus. a. Pemeriksaan Fisik lengkap
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan b. Tes Kesegaran Jasmani
terhadap tenaga kerja. c. Rontgen paru-paru bila perlu
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja. d. Laboratorium rutin
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair. e. Untuk pekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan
5. Pembinaan dan pengawasan terhadap perlengkapan kese- sesuai kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan
hatan kerja. timbul.
6. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan 2) Pemeriksaan kesehatan berkala pada semua karyawan
penyakit akibat kerja. Tujuan:
7. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) a. Mempertahankan tingkat kesehatan karyawan sesudah
8. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk dalam pekerjaannya.
petugas P3K. b. Deteksi dini gangguan kesehatan akibat pekerjaannya.
9. Memberikan nasihat mengenai perencanaan dan pem- Pemeriksaan Kesehatan Berkala meliputi:
buatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diper- a. Pemeriksaan Fisik lengkap
lukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja. b. Tes Kesegaran Jasmani
10. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau pe- c. Rontgen paru-paru bila perlu
nyakit akibat kerja. d. Laboratorium rutin
11. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang e. Pemeriksaan lain sesuai keperluan
mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatannya. 3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
12. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan Tujuan:
kerja kepada perusahaan. a. Menilai pengaruh pekerjaan tertentu terhadap karyawan
Agar fungsi dan peranan poliklinik perusahaan optimal atau golongan-golongan karyawan tertentu.
maka: b. Menentukan ada tidaknya gangguan kesehatan pada tenaga
(1) Pengurus wajib memberikan kebebasan profesional kepada kerja yang diduga menderita gangguan kesehatan.
dokter yang menjalankan Pelayanan Kesehatan Kerja. c. Memantau tenaga kerja tertentu yang berisiko tinggi ter-
(2) Dokter dan tenaga kesehatan dalam melaksanakan Pela- hadap gangguan kesehatan akibat pekerjaan misalnya: Karya-
yanan Kesehatan Kerja bebas memasuki tempat-tempat kerja wan usia lebih dari 40 tahun, karyawan pasca kecelakaan atau
untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan sakit yang memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu, tenaga
keterangan-keterangan yang diperlukan. kerja wanita, tenaga kerja cacat serta tenaga kerja usia muda
(3) Dokter yang ditunjuk dan menjalankan Pelayanan Kese- yang melakukan pekerjaan tertentu.
hatan Kerja disyaratkan: 4) Melaporkan adanya penyakit akibat kerja yang ditemukan.
a. Memahami peraturan perundang-undangan keselamatan 5) Penempatan atau pemindahan tenaga kerja pada tempat
dan kesehatan kerja khususnya di bidang kesehatan kerja. kerja yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
b. Memenuhi persyaratan profesional yang disahkan oleh 6) Membuat laporan bulanan penyakit.
instansi yang berwenang. 7) Pemantauan dan pengendalian lingkungan kerja dan alat-
UPAYA POLIKLINIK PERUSAHAAN alat produksi
Upaya Preventif 8) Pemberian menu makanan sesuai kebutuhan kalori dan zat

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 10


gizi Sumber Daya Manusia atau di bawah tanggung jawab per-
sonalia.
Upaya Promotif Poliklinik perusahaan berada di bawah tanggung jawab
1. Pendidikan dan latihan tentang K3 seorang dokter perusahaan yang telah ditunjuk oleh perusahaan
Dilakukan secara berkala dengan materi disesuaikan de- dengan persyaratan tertentu. Dokter penanggung jawab ini
ngan kondisi perusahaan. membawahi beberapa dokter lain serta paramedis dan pegawai
2. Safety talk poliklinik perusahaan lainnya.
Diberikan oleh seorang supervisor atau ketua regu setiap Untuk melaksanakan sistem manajemen K3 di perusahaan
akan memulai pekerjaan. Ini dilakukan terutama pada tempat dengan baik maka diperlukan keterpaduan antara subsistem-
atau jenis pekerjaan dengan risiko kecelakaan kerja yang subsistem yang ada misalnya:
tinggi. 1. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
2. Personalia
Upaya Kuratif 3. Human Resource Development (HRD)
1. Pemberian P3K secara baik 4. Departemen Health and Safety
Pelayanan P3K dilaksanakan secara langsung maupun 5. Supervisor
tidak langsung. Secara langsung poliklinik perusahaan mem- 6. Departemen Quality Control
berikan pelayanan P3K terhadap karyawan yang dibawa ke 7. Auditor internal
poliklinik. Secara tidak langsung poliklinik harus memberikan 8. Ahli K3 perusahaan
pelatihan P3K terhadap beberapa atau semua karyawan agar
segera dapat memberikan pertolongan P3K kepada teman yang PERMASALAHAN
mengalami kecelakaan kerja. Hal-hal yang dibicarakan di atas adalah yang seharusnya
2. Pengobatan tenaga kerja yang sakit atau sebaiknya dilaksanakan. Namun kenyataan di lapangan
Pengobatan dilakukan secara komprehensif dengan se- masih banyak yang terjadi sebaliknya. Sebagai contoh sering
dapat mungkin mencari kausanya. Pengobatan dilakukan ter- terjadi bahwa dokter perusahaan hanya bekerja di poliklinik
hadap karyawan yang berkunjung ke poliklinik maupun karya- perusahaan terutama berupa kuratif penyakit umum saja, se-
wan yang dideteksi menderita sakit pada waktu pemeriksaan dangkan upaya kesehatan kerja yang sebenarnya lebih penting
berkala atau pemeriksaan khusus. tidak dilaksanakannya.
Hal seperti itu sangat merugikan bukan hanya bagi karya-
Upaya Rehabilitatif wan tetapi juga bagi perusahaan. Karena tindakan kuratif sifat-
Upaya rehabilitatif dilakukan dengan tujuan pengobatan nya sangat parsial sehingga kemungkinan besar karyawan yang
yang dilakukan lebih tuntas dengan mengembalikan atau meng- menderita penyakit akibat kerja dianggap atau ditangani se-
optimalkan fungsi atau kemampuan yang masih ada. Rehabili- bagaimana penyakit umum di masyarakat. Penyakit tersebut
tasi yang dapat dilakukan antara lain berupa: tidak mendapat penanganan yang tepat dan banyak mengguna-
1. Pemberian protese atau orthose kan biaya pengobatan secara tidak efektif.
2. Fisioterapi Di sisi lain, pihak perusahaan sering belum menyadari
3. Konsultasi psikologis sepenuhnya akan pentingnya program Kesehatan dan Kese-
4. Dan lain sebagainya lamatan Kerja (K3). Sehingga pembentukan poliklinik perusa-
Selain hal-hal tersebut di atas poliklinik perusahaan juga haan hanya sekedar untuk menjamin bahwa pekerja yang sakit
harus dapat menganalisis permasalahan K3 di perusahaan dan atau cedera akan mendapat pengobatan. Belum disadari bahwa
mendiskusikannya dengan departemen terkait untuk dirumus- program kesehatan kerja mempunyai andil yang cukup besar
kan solusinya dan dilaporkan ke pihak top manajemen agar terhadap kinerja karyawan dan produktifitas perusahaannya.
ditindak lanjuti. Dengan asumsi seperti itu maka perusahaan merekrut dokter
Pola penyakit tenaga kerja di suatu perusahaan akan ber- hanya ditempatkan di poliklinik untuk melayani karyawan yang
beda dengan penyakit pada masyarakat umum. Tiap-tiap jenis berobat tanpa diberi wewenang atau dilibatkan dalam manaje-
perusahaan juga akan berbeda pola penyakitnya tergantung men atu program K3 di perusahaan.
potensi bahaya di tempat kerjanya. Untuk itu diperlukan pe- Perusahaan sering menganggap bahwa pelaksanaan prog-
ngetahuan kesehatan kerja agar dalam mengelola poliklinik ram K3 terutama aspek preventifnya memerlukan banyak biaya
perusahaan menggunakan pendekatan yang tepat sesuai kondisi dan tidak ada kontribusi yang berarti bagi produktivitas peru-
dan karakteristik lingkungan kerja yang ditangani. sahaan. Dengan kata lain perusahaan masih banyak yang belum
mempunyai komitmen yang kuat untuk melaksanakan program
STRUKTUR ORGANISASI K3 karena belum menyadari sepenuhnya bahwa program K3
Poliklinik perusahaan merupakan salah satu subsistem sangat menguntungkan perusahaan secara keseluruhan baik
dalam suatu sistem manajemen perusahaan. Keberadaannya dari aspek kesejahteraan karyawan, lingkungan hidup, produk-
dapat merupakan subsistem yang tidak langsung berada di tivitas perusahaan, daya saing perusahaan dan kelangsungan
bawah top manajemen perusahaan tetapi merupakan subsistem hidup perusahaan.
dari sub sistem lain misalnya: Departemen Keselamatan dan Pembinaan di bidang K3 belum optimal dan penegakan
Kesehatan Kerja (Safety and Health Department), Departemen hukum masih lemah (dalam hal ini oleh aparat Depnaker),

11 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


sehingga masalah K3 belum menjadi isu penting dibanding Kesehatan dan Keselamatan Kerja (PermenNakerTransKop no.
masalah ketenagakerjaan lain misalnya masalah upah, kesejah- Per 01/Men/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi
teraan, pemutusan hubungan kerja dan lain-lain. Belum disa- Dokter Perusahaan), serta mampu meyakinkan manajemen pe-
dari sepenuhnya bahwa masalah K3 sebenarnya merupakan rusahaan bahwa program K3 akan menguntungkan perusahaan
investasi sumberdaya manusia yang penting untuk meningkat- dalam jangka panjang,
kan produktivitas dan untuk menjaga kelangsungan usaha. 4. Penegakan hukum di bidang K3, khususnya oleh pegawai
Peran serta dari para pakar, praktisi, akademisi dan aso- pengawas ketenagakerjaan (aparat Depnaker),
siasi serta lembaga swadaya masyarakat yang bergelut di 5. Harus menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah
bidang K3 masih sangat kurang. Asosiasi atau organisasi (Depnaker) sebagai pembina, perusahaan sebagai pemilik mo-
bidang K3 yang sudah ada belum kuat sehingga belum bisa dal yang ingin mendapatkan untung dan tenaga kerja sebagai
berperan secara optimal. sumber daya dan mitra perusahaan.

KESIMPULAN
USULAN PEMECAHAN MASALAH Poliklinik perusahaan sebagai subsistem pelayanan kese-
Diperlukan komitmen yang tinggi baik dari pihak peru- hatan merupakan sarana strategis untuk melaksanakan program
sahaan, dokter perusahaan maupun seluruh karyawan yang ada. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam rangka mening-
Perusahaan harus mau mencari dokter perusahaan yang telah katkan produktivitas perusahaan. Agar poliklinik perusahaan
memenuhi syarat untuk diberi wewenang yang cukup dalam dapat berfungsi secara optimal maka harus didukung oleh peran
menangani permasalahan kesehatan di tempat kerja. Perusaha- yang optimal dari:
an harus membuat departemen yang menangani masalah kese- 1. Dokter dan paramedis perusahaan
hatan di tempat kerja yang kedudukannya sejajar atau sama 2. Manajemen perusahaan
pentingnya dengan departemen lain misalnya sebagai Depar- 3. Aparat penegak hukum (pegawai pengawas ketenagakerja-
temen K3 (Safety and Health Department). an) dari Depnaker
Program kesehatan kerja terutama upaya preventif hendak- 4. Peran aktif dari masyarakat industri (tenaga kerja, serikat
nya jangan dipandang sesaat yang tampaknya memerlukan pekerja, Asosiasi K3) dan kelompok masyarakat lainnya misal-
banyak biaya tanpa ada kontribusi terhadap produktifitas peru- nya LSM.
sahaan. Upaya preventif harus dipandang secara menyeluruh,
sebagai komponen penting dalam meningkatkan produktifitas, KEPUSTAKAAN
meningkatkan daya saing dan mempertahankan kelangsungan 1. Danakusuma M. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Ko-
perusahaan. munitas. Jakarta: Yayasan Penerbitan IDI. 1996.
Secara ringkas untuk memberdayakan fungsi poliklinik 2. Permenaker No. Per 05/Men/1996. Sistem Manajemen Keselamatan dan
perusahaan khususnya dan pelayanan kesehatan kerja pada Kesehatan Kerja. Jakarta. Departemen Tenaja Kerja RI. 1996.
3. Soeripto. Penerapan Hiperkes di Perusahaan. Pusat Hiperkes dan Kese-
umumnya, maka: lamatan Kerja. Jakarta. Departemen Tenaja Kerja RI. 1996.
1. Setiap perusahaan harus membangun komitmen yang kuat 4. Sumamur PK. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:
dalam bidang K3, PT. Toko Gunung Agung. 1996.
2. Para pakar, akademisi, praktisi dan organisasi di bidang 5. Yanri Z, Harjani S, Yusuf M. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehat-
an Kerja. Departemen Tenaga Kerja RI. Jakarta: PT. Citratama Bangun
Hiperkes dan K3 harus lebih proaktif, Mandiri. 1999.

When the law is uncertain, there is no law

3. Dokter Perusahaan yang bekerja di perusahaan harus


bertugas dan atau bertanggung jawab atas Higiene Perusahaan,

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 12


OPINI

Penyakit Akibat Kerja


di Rumah Sakit
dan Pencegahannya
Aryawan Wichaksana
Staf Medik Rumah Sakit Al Kamal Jakarta

ABSTRAK

Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit akibat
pajanan berbagai bahan berbahaya biologik, kimia, fisik di dalam lingkungan rumah
sakit sendiri. Diperlukan pencegahan berupa upaya kesehatan dan keselamatan kerja di
rumah sakit (K3RS) yang telah didukung perangkat hukum, guna mewujudkan
produktivitas kerja optimal.

Kata kunci : Pajanan bahan berbahaya, tenaga kesehatan, K3RS.

PENDAHULUAN pemberian akreditasi rumah sakit di Indonesia oleh Depkessos


Citra masyarakat bahwa rumah sakit adalah tempat yang RI.
sangat bersih sudah berlangsung lama, sehingga tenaga kerja-
nya tidak akan terserang penyakit karena tempat kerjanya yang Dasar Hukum(3)
bersih dan tahu seluk beluk penyakit. Menjadi hal sulit diper- Pelaksanaan upaya K3RS dilandasi oleh perangkat hukum
caya masyarakat jika tenaga kesehatan sakit, apalagi dokter sebagai berikut :
jatuh sakit. Data tahun 1994 dari Bureau of Labor Statistic di 1. UU No. 14 Tahun 1969, tentang ketentuan Pokok Tenaga
Amerika Serikat menyatakan dari 5 juta warganya yang bekerja Kerja, yang menyatakan bahwa, tiap tenaga kerja berhak men-
di rumah sakit, 40% di antaranya adalah dokter, perawat, dapat perlidungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pe-
apoteker serta para asistennya. Sebuah kelompok tenaga kerja meliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
yang mempunyai risiko besar terpajan bahan-bahan berbahaya martabat manusia dan moral agama.
di rumah sakit(1). 2. UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja, yang
Rumah sakit masa kini, layaknya sebuah industri mem- menyatakan bahwa keselamatan kerja dilaksanakan dalam se-
punyai beragam persoalan tenaga kerja yang rumit dengan ber- gala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan
bagai risiko terkena penyakit akibat kerja sesuai jenis peker- air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan
jaannya. Seiring kemajuan teknologi kedokteran, ditemukannya Republik Indonesia.
penyakit baru (HIV), serta kemunculan penyakit lama (TB) 3. UU No. 23 Tahun 1992 pasal 23, menyatakan bahwa Ke-
menjadikan rumah sakit tidak lagi menjadi tempat teraman sehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produk-
untuk bekerja(2). Bila dipandang sebagai sebuah industri, se- tivitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja meliputi pelayanan
patutnya upaya kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat ke-
(K3RS) (Occupational Health and Safety Program) tidak di- sehatan kerja. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan
lihat sebagai barang mahal, tapi seharusnya menjadi nilai tam- kesehatan kerja.
bah bagi organisasi rumah sakit itu sendiri. Menjadi sangat 4. UU No. 25 Tahun 1997, tentang Ketenaga Kerjaan, pasal
tepat bila upaya K3RS merupakan salah satu bidang penilaian 108 yang menegaskan kembali bahwa, setiap pekerja mem-

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 13


punyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan digunakan dalam waktu 24 jam, agar tidak kehilangan sifat
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan pelakuan yang antimikrobanya(4).
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta agama. 3. Gizi (penyiapan makanan)
5. Rekomendasi ILO/WHO Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela,
Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban botulism dari bahan mentah ikan, daging dan sayuran(4,5). Pen-
setiap negara untuk merumuskan, melaksanakan dan meng- cegahan terpenting di bagian ini adalah tangan bersih dan
evaluasi kebijakan nasionalnya di bidang kesehatan dan menggunakan alat bersih. Kulkas penyimpanan bahan makanan
keselamatan kerja serta lingkungan kerja. mentah yang sudah dibersihkan diatur suhunya dan kebersihan-
Pengelolaan K3RS menjadi percontohan pengembangan nya agar bakteri atau jamur tidak sempat berkembang biak.
sistim pengelolaan K3 di seluruh sarana kesehatan di tanah air, Memasak yang benar-benar matang akan membunuh salmo-
mengingat rumah sakit adalah sarana kesehatan yang memiliki nela. Petugas yang sedang menderita gangguan gastrointestinal
banyak kerawanan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit diliburkan dan diobati sampai sembuh.
akibat kerja bagi tenaga kerjanya(3). Rumah sakit juga ber- 4. Farmasi
kemungkinan besar menjadi tempat berkembang biaknya Apoteker yang berkomunikasi dengan pasien kanker dapat
sumber penyakit dan berkumpulnya bahan-bahan berbahaya terpajan obat anti neoplastik.
biologik, kimia dan fisik (biologic, chemical and physical 5. Sterilisasi
hazards) yang setiap saat dapat kontak dengan tenaga kerja, Gas etilen oksida (ethylene oxide) sering digunakan
pasien, keluarga pasien dan pengunjung(1-5). sebagai gas sterilisasi alat medis. Menjadi berbahaya bila
sistem pembuangan sterilisasi rusak/macet, sehingga uap gas
PENYAKIT AKIBAT KERJA DI RUMAH SAKIT ini terhirup petugas. Etilen oksida merupakan gas tidak ber-
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja, warna, mudah terbakar dan meledak bila mencapai konsentrasi
baik medis(1,2,5) dan non medis(3,4). 3% di udara(1,5). Efek etilen oksida bersifat mutagenik, sito-
Tenaga non medis genik, karsinogenik pada hewan percobaan(1,2,4). Efek toksik
1. Pencucian (laundry) utama pada traktus respiratorius dan saran pada pajanan dosis
Petugas pengumpul, pencuci dan distribusi kembali linen tinggi, akan menyebabkan katarak(6). Petugas hamil dilarang
kotor yang digunakan pasien, akan terpajan mikroorganisme bekerja di ruangan ini. Ruangan sebaiknya dibuka setelah
patogen secara tetap. Untuk menghindari pajanan tetap ter- selesai sterilisasi alat.
sebut, petugas cuci harus melakukan: 6. Laboratorium
a) Semua linen kotor disatukan dalam kantong plastik, Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri, antara
disimpan secara hati-hati. Sesampai di ruang cuci, linen kotor lain TB dan virus Hepatitis B. Petugas harus menjaga kese-
langsung dituang dari kantong (tidak dipegang tangan) lang- hatan dan kebersihan pribadi untuk mencegah tertular penyakit,
sung ke dalam mesin cuci kosong, tidak bercampur dengan serta selalu memakai sarung tangan karet pada saat bekerja.
cucian lain. Mencuci tangan setiap akan memulai dan setelah bekerja,
b) Kantong plastik pengumpul linen kotor sebaiknya diberi mengenakan jas laboratorium, yang harus selalu ditinggal di
tanda atau terpisah, misalnya kantong plastik linen pasien dalam laboratorium.
berisiko tinggi seperti penderita Hepatitis, AIDS terpisah 7. Petugas Radiologi
dengan pasien lain. Petugas sortir linen bersih, juga harus Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di
memperhatikan kebersihan diri, karena dapat menjadi sumber lingkungan rumah sakit dan usaha penanggulangannya sudah
infeksi. Petugas cuci harus memakai sarung tangan karet dilakukan. Rumah sakit sebaiknya mempunyai petugas yang
sebagai pencegahan dasar penyebaran infeksi. Petugas cuci bertanggung jawab (safety officer) atas keamanan daerah se-
dapat menderita dermatitis kontak akibat deterjen dan bahan kitar radiasi dan perlindungan bagi petugasnya. Petugas hamil
kimia lain untuk cuci. Dapat pula terpajan mikroorganisme sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini masih diperdebat-
yang terbawa aerosol (di rumah sakit maju)(4). kan(2,5).
2. Rumah tangga (Housekeeping)
Petugas kebersihan mempunyai risiko terbesar terpajan Tenaga Medis
bahan biologi berbahaya (biohazard). Kontak dengan alat 1. Perawat
medis sekali pakai (disposable equipment) seperti jarum suntik Setiap hari kontak langsung dengan pasien dalam waktu
bekas, selang infus bekas. Membersihkan seluruh ruangan cukup lama (6-8 jam/hari), sehingga selalu terpajan mikro-
rumah sakit dapat meningkatkan faktor terkena infeksi. organisme patogen. Dapat menjadi pembawa infeksi dari satu
Mengepel lantai tidaklah membasmi mikroorganisme, pasien ke pasien lain, atau ke perawat lainnya. Harus sangat
kebanyakan hanya memindahkan debu dan bahan kimia dari berhati-hati (bersama apoteker) bila menyiapkan dan memberi-
satu ke tempat lain di rumah sakit(4). Sehingga bila saat kan obat-obatan antineoplastik pada pasien kanker. Selalu men-
mengepel lantai tidak benar, maka debu yang ditumpangi cuci tangan setelah melayani pasien, melepas masker dan kap
mikroorganisme patogen bertebaran di udara, dapat (topi perawat) bila memasuki ruangan istirahat atau ruangan
menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Debu sebaiknya makan bersama. Abortus spontan, lahir prematur dan lahir mati
dihisap dengan vacuum cleaner. Desinfektan pembersih lantai sering dialami perawat yang bertugas di ruang rawat inap/
yang sudah diencerkan dengan air di dalam ember pel harus bangsal perawatan(2,4,5). Menurut hasil penelitian di Cleveland

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


Clinic Hospital(2) dan 22 RS di Ohio (1993-1996)(7) di Amerika dan keselamatan kerja, yang dilaksanakan dalam waktu ber-
Serikat, terbanyak ditemukan cedera sprain dan strain pada samaan.
perawat. Nyeri pinggang (back injuries) merupakan keluhan 1. Kesehatan Kerja
terbanyak dari cedera tersebut(1,4,7) dan lebih banyak menimpa Pelayanan : Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
perawat wanita(7). Penyebabnya ditengarai adalah seringnya Tujuan : Mendapatkan tenaga kerja berstatus kesehatan op-
kerja otot statik, seperti mengangkat pasien dan kerja bergilir timal dengan gizi baik, semangat kerja tinggi sehingga efisien
(work shift)(7). Bagaimana kerja bergilir mempengaruhi nyeri dan produktif.
punggung, perlu diteliti lebih lanjut(7). Kegiatan :
2. Dokter - Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala pada tenaga kerja
Dokter dapat tertular dan menularkan penyakit pada tertentu.
pasiennya. Penyakit yang sering menular kepada dokter adalah - Imunisasi Hepatitis B, bagi tenaga kerja yang sering ber-
TB, Hepatitis B, HIV, Rubella(2,4,5), Cytomegalovirus(2), Hepa- hubungan dengan cairan tubuh, seperti perawat yang mema-
titis C(5). Adler, 1973, meneliti 271 orang dokter rumah sakit sang infus, transfusi darah.
California, hasil tes tuberkulin kulit pertama semuanya negatif. - Pengobatan tenaga kerja yang sakit, untuk menghentikan
2 tahun kemudian, 15 orang dokter memberikan hasil tes positif perjalanan penyakit dan komplikasinya.
dan 2 orang dokter menderita TB aktif. Terpajan bahan kimia 2. Kesehatan Kerja
berbahaya dosis rendah (low level) dapat terjadi di dalam pe- Tujuan : Menghindari atau memperkecil kecelakaan kerja di
layanan sehari-hari. Di kamar operasi, dokter dan perawat tempat kerja karena ketidaktahuan atau kurang mengerti peng-
dapat terpajan gas anestesi nitrous oxide dan halotan yang gunaan alat kerja serta risiko bahaya yang menyertainya.
mudah menguap, merembes menembus masker, dapat pula Kegiatan :
akibat hembusan nafas pasien yang sedang operasi. Pajanan - Latihan kerja yang aman, latihan penggunaan alat kerja
kronisnya dapat menyebabkan gangguan somatik, berupa sakit dan alat pelindung diri (APD).
kepala, mual sampai gangguan susunan saraf pusat (SSP), - Komunikasi, dengan cara pertemuan singkat sebelum be-
fertilitas bertambah dan gangguan kehamilan(1,2,5). Sarung kerja (safety talk), pemasangan poster mengenai keselamatan
tangan karet yang sedang dipakai dapat robek, apalagi yang kerja.
sering digunakan sehingga sering disterilkan. Sebuah penelitian - Pengawasan dan monitoring dengan alat terhadap bahan
di Amerika Serikat tentang mekanisme robeknya sarung tangan berbahaya secara berkala ruangan kerja dan lingkungan kerja
karet dan terjadinya cedera tajam pada 2292 operasi selama 3 yang dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang
bulan, menemukan 92% robeknya sarung tangan akibat tidak berlaku.
rangkap dua, dan 8% karena sebab tidak diketahui. Dari 70 - Sistem perlindungan bahaya kebakaran di rumah sakit,
cedera tajam yang terjadi, 0,7% akibat jarum, 10% akibat dengan merencanakan pintu keluar darurat, sistem peringatan
skalpel dan 23% akibat cedera lain(9). Pada penyelidikan bahaya (alarm system), sumber air terdekat, perawatan alat
pasangan suami-istri dokter yang bekerja di rumah sakit yang pemadam kebakaran.
sama, menemukan tingginya kejadian abortus spontan. Di-
tengarai bahwa penyebabnya adalah stres psikologis tingkat KESIMPULAN
tinggi yang berkepanjangan(2). Rumah sakit tidak lagi menjadi tempat aman bagi tenaga
3. Dokter Gigi kerjanya, karena banyak berkumpul bahan berbahaya biologik,
Penelitian pada tenaga kesehatan gigi di Singapura kimia dan fisik yang setiap saat dapat terpajan kepada tenaga
menemukan, tingginya kadar HBs Ag dan anti HBC para kerjanya. Sebelum timbul penyakit akibat kerja dan penyakit
dokter gigi dibandingkan dengan tenaga kesehatan gigi lainnya. yang berhubungan dengan kerja diperlukan upaya pencegahan
Diduga penularan ini melalui pajanan air ludah pasien(9). berupa program K3RS.
Penyakit infeksi akibat kerja lainnya adalah TB, AIDS(2-9).
Penggunaan sarung tangan karet dan masker sangat berarti
dalam upaya pencegahan. Pajanan kronis merkuri dapat terjadi
melalui amalgam, bahan yang biasa digunakan menambal
lubang gigi (dental fillings)(1,2,5). Pajanan dosis rendah
komponen merkuri dapat menyebabkan kelelahan, lesu,
anoreksia berkepanjangan dan gangguan gastrointestinal(1,2,5). KEPUSTAKAAN
Gejala ini disebut micromericuralism(5). Tremor adalah utama 1. Peronne JM. Doctors, Nurses, and Dentists. In: Greenberg MI, Hamilton
keracunan kronis merkuri. Saat ini sudah banyak terdapat RJ, Phillips SD, eds. Occupational, Industrial and Environmental Toxico-
bahan pengganti amalgam, bahan non merkuri, seperti glass logy: Occupational Toxicology. St. Louis: Mosby-Year Book Inc, 1997;
ionomer cement atau resin composite, sehingga penyakit kerja 61-5.
2. Lowenthal G. Occupational Health Programs in Clinic and Hospitals. In:
akibat pajanan kronis merkuri amalgam tinggal kenangan. Zenz C, Dickerson OB, Horvath EP eds. Occupational Medicine:
Nyeri pinggang juga sering dikeluhkan sebagai akibat posisi Selected Work Categories of Concern. 3rd ed. St. Louis: Mosby-Year
kerja tubuh yang kurang ergonomis. Book Inc, 1994; 875-80.
3. Kebijakan Depkes Dalam Upaya Kesehatan Kerja. Lokakarya Hasil
Pencegahan dan Pengendalian Ujicoba buku pedoman UKK bagi pedagang makanan jajanan, pengrajin
batu kapur dan pengrajin sepatu. Jakarta, 20 Juli 1999.
Upaya K3RS dibagi dalam 2 bidang, yaitu kesehatan kerja

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 15


4. Miller AL, Volk CS. Occupational Exposure to Biohazards. In : Plog. 1999. 492-98.
BA, ed. Fundamentals of Industrial Hygiene: Biological Hazards, 3rd ed. 7. Khunder SA, Schaub EA Bisesi MS, Krabill ZT. Injuries and Illness
United States of American: National Safety Council, 1998; 341-3. Among Hospital Workers in Ohio. A study worker’s Compensation
5. Gantz NM. Infections Agents. In: Levy BS, Wegman DH, eds. Claims from 1993 to 1996. JOEM, 41; 1999: 53-8.
Occupational Health Recognizing Preventing Work-related Disease: 8. Hallak KM. Schenk M. Neale AN. Evaluation of Two step Tuber Culin
Hazardous Work Place Exposures. 3rd ed. Boston : Little, Brown and skin test in Health Care Worker’s at in Inner City Medical Center. JOEM,
Company, 1995; 335-67. 41: 5; 1999: 393-5.
6. Sobaszek A. Hache JC et all. Working Conditions and Health Effects of 9. Kuswadji S. Penyakit akibat kerja pada dokter, dokter gigi, perawat dan
Ethylene Oxide Exposures at Hospital Sterilization Sites. JOEM; 41: 6 : tenaga kesehatan lainnya. JDKI, 2; 6; 1994: 37-40.

KALENDER KEGIATAN ILMIAH


No. Waktu Kegiatan Ilmiah Tempat dan Sekretariat
1. 2 – 4 Agustus PIT VII Ilmu Penyakit Dalam FKUI Sahid Jaya Hotel Jakarta
Sekretariat:
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
Jl Salemba Raya no. 6, Jakarta 10430
Telp. 021-330956 ; Facs. : 021-3914830
E-mail : ipdfkui@pacific.net.id ; http://www.interna.fk.ui.ac.id/
2. 18 – 20 Agustus The 2nd Asean Conference on Medical Science Hotel Tiara, Medan
(ACMS) Sekretariat:
FK USU
Jl Dr. Mansur 5 Medan 20155, Indonesia
Tel: +62-61-8211045; 8226069
Fax: +62-61-8216264.
E-mail: acms_2002@yahoo.com ; http://www.fkusu.net
3. 5 – 7 September PIT Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Hotel Millennium, Jakarta
Medik Indonesia (PERDOSRI) Sekretariat:
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo
Telp. 021- 390 7561 ; Fac. : 021- 391 5593
4. 13 – 14 September PIT Farmakologi II Hotel Millenium Sirih, Jakarta
Sekretariat:
Bagian Farmakologi dan Terapeutika FKUI/
RSUPN Cipto Mangunkusumo
Telp. : 021 – 330 481; Fac: 021 - 392 0947
5. 4 – 6 Oktober Temu Ilmiah Reumatologi Hotel Sahid, Jakarta
Sekretariat:
SubBagian Reumatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo
Telp. : 021-330 166 ; Fac: 021- 336 736
E-mail: reumatik@indosat.net.id
6. 7 Oktober PIT Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia Sanglah, Bali
(PERAPI) E-mail : perapi@perapi.com
8 – 11 Oktober 8th International Congress of Oriental Society of Hotel Discovery Kartika Plaza, Bali
Aesthetic Plastic Surgery (OSAPS) 2002 Sekretariat:
SubBagian Bedah Plastik-Rekonstruksi FKUI/
RSUPN Cipto Mangunkusumo
Telp. : 021-3190 6838 ; Fac: 021 – 3190 6838
E-mail : osaps2002@cbn.net.id, globalmedica@link.net.id
7. 18 – 20 Oktober PIT PERNEFRI 2002 Shangrila Surabaya
Sekretariat:
Sub Bagian Ginjal Hipertensi
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,Jakarta. Telp. 021-3149208
8. 23 – 26 Oktober Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Medan
Kulit Indonesia (PERDOSKI) Sekretariat:
SMF Penyakit Kulit dan Kelamin
RSU Dr Pirngadi
Telp. : 061 – 455 1641 ; Facs.: 061 - 45564

Informasi detail dan update, bisa diperoleh di http://www.kalbe .co.id

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Peran Ergonomi
dalam Pencegahan
Sindrom Carpal Tunnel Akibat Kerja
Aryawan Wichaksana, Kartiena A. Darmadi
PPS K3 Hiperkes Medis Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta

ABSTRAK

Berbagai data kepustakaan di AS menulis bahwa Sindrom Carpal Tunnel salah


satu kelainan akibat kerja kelompok extremitas atas atau yang dikenal dengan sebutan
Cumulative Trauma Disorders (CTDs) mempunyai dampak merugikan dunia industri.
Sindrom ini dapat dicegah dengan aplikasi ergonomi, ilmu yang mencakup interaksi
antara pekerja dengan sistim kerja untuk menciptakan lingkungan kerja sehat dan
selamat.

Kata kunci : Sindrom Carpal Tunnel, pengendalian faktor risiko, ergonomi.

PENDAHULUAN melampaui kapasitas6.


Istilah ergonomi pertama kali digunakan oleh sekelompok Pemerintah AS mendefinisikan CTDs sebagai rasa nyeri pada
ilmuwan Inggris di tahun 19501, yang berasal dari kata Yunani, sistim muskulo skeletal extremitas atas yang diyakini ber-
yaitu ergos = kerja, nomos = norma, aturan.1-4. hubungan dengan kegiatan kerja7. Cedera dapat mengenai otot,
Ergonomi adalah pendekatan multidisiplin ilmu pengetahuan tendon, ligamen, saraf, pembuluh darah di leher, bahu, lengan,
guna menserasikan alat, sistim kerja (meliputi organisasi dan siku, pergelangan dan jari tangan. Cedera berupa radang dan
lingkungan kerja) terhadap kemampuan kebolehan dan keter- rasa nyeri, sehingga mengurangi kemampuan gerak disertai
batasan manusia sebagai pekerja, sehingga tercapai kondisi dan kelainan khas bagian extremitas atas tersebut5, 6, 9 – 14.
lingkungan kerja yang sehat, selamat 1-4 dan manusiawi5 untuk NIOSH (The National Institute for Occupational Safety and
menghasilkan produktivitas setinggi-tingginya1,2. Health) di tahun 1990, memperkirakan 15% - 20% pekerja
Tahun 1984, OSHA (Occupational Safety and Health Amerika berisiko menderita CTDs. The National Safety
Administration) Amerika Serikat menyatakan bahwa, prinsip- Council (NSC) melaporkan, kurang lebih 960.000 kasus CTDs
prinsip ergonomi sangat penting untuk mencegah terjadinya di kalangan pekerja Amerika tahun 199214. Di tahun 2000
Cummulative Trauma Disoders (CTDs)4-11. pemerintah AS memperkirakan akan terjadi cedera akibat kerja
Nama lain CTDs adalah overuse syndrome, Musculo pada 50% pekerja setiap tahun dengan menghabiskan 50 sen
Skeletal Disorders (MSDs) atau Repetitive Strain Injuri- dolar setiap GNPnya untuk perawatan cedera tersebut8. Catatan
es(RSIs)6,8,10, Work-related Upper Extremity Disorders Bureau of Labor Statistics (BLS) 1992, menunjukkan bahkan
(UEDs)10-11. dari seluruh kasus CTDs yang dilaporkan, separuhnya di
CTDs bukanlah diagnosis klinis5,6,7 melainkan rasa nyeri diagnosis sebagai Sindrom Carpal Tunnel (SCT)15.
karena kumpulan cedera pada sistim muskuloskeletal extre- OSHA Office of Ergonomic Support menghitung jumlah
mitas atas akibat gerakan kerja biomekanika berulang-ulang uang kompensasi yang dibayar perusahaan kepada pekerja

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 17


penderita CTDs di tahun 1988, berkisar 33%-40% dari total
uang kompensasi penyakit akibat kerja8. Tahun 1992, US
Departemen of Labor, Office of Workers Compensation Prog-
rams (OWCP) membayar kompensasi untuk 8.147 kasus Gambar 217. Telapak tangan (palmar)
(4,4%) CTDs dari 185.927 kasus yang diajukan16. Liberty
Mutual untuk CTDs di tahun yang sama mencatat uang
kompensasi 4% dari total kompensasi16.
Biaya pengobatan CTDs rata-rata 10 kali lebih besar
dibandingkan kasus lain, dengan rata-rata kehilangan 5 hari
kerja7–9. Penderita SCT memerlukan biaya pengobatan ter-
banyak di antara kelompok CTDs, serta menyebabkan ke-
hilangan 25 hari kerja7-9,15-16. Kasus SCT sangat mempengaruhi
kondisi sosial ekonomi industri akibat kehilangan hari kerja,
produktivitas menurun dan menyebabkan penurunan keuntung-
an perusahaan karena harus membayar kompensasi.

SINDROM CARPAL TUNNEL


Pergelangan tangan mempunyai struktur anatomi yang
rumit dan aktif17. Carpal Tunnel yang mirip terowongan berada Gambar 318. Carpal Tunnel
di pergelangan tangan, dibentuk 8 tulang carpal dan flexor
retinaculum atau ligamentum carpal transversalis18–23.
77

Keterangan :
os pisiformis
m. palmaris longus Gambar 43. Deviasi pergelangan tangan
tuberculum FL. carpi radialis
m. abd. poll long
a. radialis
Patofisiologi Sindrom Carpal Tunnel
n. medianus
FL. digit superf 1) Gerakan berulang 2) Tekanan 3) Sikap kerja 4) Getaran 5) Sarung
FL. carpi ulnaris kontraksi mekanik kaku dan aneh setempat tangan
FL. Retinaculum sangat kuat sempit,
Gambar 217 dingin6,10

Gambar 1 18Pergelangan tangan/palmar

Radang tendon pada sendi, bursae


menekan N. Medianus
Telapak tangan (palmar).
Di dalam tunnel (terowongan) ini lewat atau tersusun
secara rapat flexor digitorum profunda dan superficialis, flexor
digitorum longus dan N. medianus.
Nyeri Kelemahan Gangguan Fisik

Gambar 59

1) Gerakan berulang dengan kontraksi sangat kuat.


Gerakan berulang apalagi dilakukan sangat kuat menim-
bulkan pembengkakan sarung tendon21,24,25 menimbulkan te-
kanan pada tendon pergelangan tangan3,6,7,9,10,17,20,21. Kegagalan
memulihkan tekanan menyebabkan peradangan sebagai reaksi

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


jaringan terhadap cedera10. Peradangan meliputi tendon, sarung 8. Operator komputer
tendon, perlekatan tendon pada sendi dan bursae yang disebut
tendosynovitis3,15,19,20,24. ERGONOMI PENCEGAHAN
Selain itu gerakan tersebut meregangkan dan memanjang- Perencanaan ergonomi untuk menurunkan kejadian Sin-
kan tendon, menekan mikrostruktur dan merobek amat halus, drom Carpal Tunnel yang dianggap sebagai epidemi industri,
serat tendon dapat tergelincir dari perlekatannya24. pertama kali dibuat oleh OSHA untuk industri kemasan daging
Tekanan di dalam tunnel meningkat; n. medianus lebih beku, yang ternyata berkembang luas menjadi acuan dasar
tertekan, lalu menjadi iskemik3,6-17-22,24. ergonomi industri di seluruh AS17. Kegiatan ini akan berhasil
2) Tekanan mekanik pada tendon akibat kontraksi muskulus baik, bila sebelumnya dilakukan pengumpulan data untuk
yang kuat, sering akibat penggunaan perkakas tangan yang mengenali dan mengukur luasnya masalah. Pengumpulan data
keras bertepi tajam, atau karena pegangan perkakas pendek3. gangguan muskuloskeletal pekerja dengan formulir pertanyaan
Makin kuat perkakas digunakan akan makin kuat pula di- akan mengenali kejadian yang tidak pernah dilaporkan, selan-
pegangnya, yang menyebabkan tekanan mekanik makin besar jutnya dilakukan analisis pekerjaan (job analysis) sehingga
menekan jaringan lunak palmar tangan3,10 yang akhirnya me- penyelia (supervisor) dan pekerja akan mencari cara bekerja
nekan ramus superficialis n. medianus3,6,22. yang lebih aman dan tepat guna. Analisis pekerjaan akan
3) Sikap kerja kaku dan aneh mendapatkan unsur tekanan (stress factors), pekerja akan men-
Menimbulkan tekanan mekanik muskuler3,6,9,22, menyebab- dapatkan masukan tentang risiko tinggi pekerjaan, beban peker-
kan kontraksi muskuler dosis rendah (low level) berke- jaan, bekerjanya lebih aman, gerakan kerja tubuh, tersedianya
panjangan9, meningkatkan tekanan intramuskuler, dapat meng- alat bantu kerja, perkakas yang lulus seleksi dan alat pelindung
hambat aliran darah ke dalam sel muskuler3,9,17. Hal ini memicu diri (APD)4,7,8,17.
nyeri lokal kronik9,10 Untuk mencegah terjadinya SCT, telah dibuat panduan
4) Getaran lokal berfrekuensi bebas menjalar ke pergelangan siasat pencegahan dengan mengendalikan unsur risiko penye-
tangan dari perkakas keras seperti gerinda, chainsaw, pneu- bab SCT oleh Silverstein, Fine dan Amstrong6,17. Pengen-
matic hammer, vibrator (sering dipakai membongkar-perbaikan daliannya sebagai berikut :3,6,9,17
jalan). Getaran ini merangsang kontraksi tendon, mengurangi a. Gerakan berulang (Repetitive)
kelenturan29,19,15,25, mencederai saraf perifer, menyebabkan 1. gunakan bantuan mekanis atau dengan otomatisasi mesin,
mati rasa jari-jari atau mengurangi sensasi tangan sebagai misalnya dalam pengemasan barang, gunakan lebih banyak
akibat konstriksi vaskuler atau vasospasme mikrosirkulasi ke bantuan alat daripada tangan.
saraf perifer26,27. Cedera mikroskopik, mikrosikulasi, arterio- 2. analisa pekerjaan, untuk mengurangi gerakan yang tidak
sklerosis lokal menyebabkan pembengkakan lokal berisi cairan perlu.
dan fibrin yang menekan n. medianus27. 3. rotasi pekerjaan dengan gerakan yang berbeda.
5) Sarung tangan karet sempit akan menekan jaringan lunak 4. mengurangi lembur (over time) atau upah rangsangan
pergelangan tangan9,15. (incentives)
5. rancang perkakas sesuai tangan yang digunakan, kanan
Gejala Klinik atau kidal.
Diawali dengan gangguan sensasi rasa, seperti parestesia, b. Gerakan sangat kuat (Forceful)
mati rasa (numbness), sensasi rasa geli (tingling) pada ibu jari, 1. kurangi berat atau ukuran perkakas yang digunakan agar
telunjuk dan jari tengah (persarafan n. medianus)5,6,9-11,15,17,19- sesuai dengan kekuatan normal tangan
24,28,29
. Timbul nyeri pada jari-jari tersebut, dapat terjadi nyeri 2. gunakan perkakas yang bergaya berat di telapak atau geng-
pada tangan21 dan telapak tangan22. Mati rasa dan sensasi geli gaman tangan agar beban menyebar ke otot dan persendian,
makin menjadi pada saat mengetuk, memeras, menggerakkan gunakan perkakas yang kurang memerlukan pergerakan per-
pergelangan tangan15,29. Nyeri bertambah hebat pada malam gelangan tangan.
hari sehingga terbangun dari tidur malam (nocturnal pain)5,6,9- 3. Jangan menggunakan perkakas yang licin, perkakas yang
11,15,17,19-24,28,29
. Kadang pula pergelangan tangan serasa diikat gerakannya menyentak, atau perkakas yang banyak memelintir.
ketat (tightness) dan kaku gerak (clumsiness)28. Selanjutnya c. Sikap tubuh yang kaku
kekuatan tangan menurun, kaku dan terjadi atrofi 1. Sesuaikan jenis pekerjaan dengan pekerja
thenar5,6,17,22,24,29. 2. Hindari gerakan abduksi (fleksi ke depan) 30-400, fleksi
Pekerjaan yang Berisiko Menyebabkan Sindrom Carpal siku atau ekstensi >200, hindari gerakan yang sering memutar
Tunnel5,6,9,10,19,23,27. leher.
1. Penjahit, pekerja garmen 3. Posisi pergelangan tangan harus selalu netral, dengan
2. Pengemasan makanan beku, pengepakan barang membuat pekerjaan lebih mudah dijangkau.
3. Pekerja pabrik mobil dan pesawat terbang d. Tekanan mekanis
4. Juru tulis, juru ketik, penyortir surat 1. Mengalasi atau memberi bantalan pada pegangan perkakas
5. Jagal, jagal daging beku yang digunakan, panjangkan atau lebarkan pegangan perkakas
6. Tukang kayu, tukang cuci pakaian sehingga cocok dengan genggaman, agar tekanan mekanis me-
7. Pengecor logam rata ke permukaan tangan.
2. Jangan memegang bagian perkakas yang bertepi tajam.

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 19


e. Pengendalian getaran of Musculo Skeletal Disorders and Cumulative Trauma Disorders in the
Workplace. J Occup Environ Med. 1999 : 41 : 833-35, 43-44.
1. Gunakan isolator (alat peredam) vibrator
2. Hindari penggunaan perkakas pemutar yang kuat
Menuurut NIOSH, terpenting dalam ergonomi pencegahan 9. Fine LJ, Silverstein BA. Work-Related Disoreders of the Neck and Upper
SCT adalah pengendalian sikap tubuh, gerakan berulang, When drink goes in
Extremitiyes. Musculo Skeletal Disorders.In : Levy BS, Wegman DH.
meredam getaran, rotasi pekerja21. editors. Occupational Health. Reeognizing and Preventing Work-Related
Disease and Injury. 4th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins ;
f. Penggunaan sarung tangan 2000. p. 516-31.
1. Pergunakan yang sesuai ukuran tangan, dan melindungi 10. Cherniack M. Upper Extremity Disorders. Musculo Skeletal Disoreders.
bagian tangan yang memerlukan, misalnya untuk melindungi In : Rosentock L, Cullen MR. editors. Text Book of Clinical Occupa-
jari, gunakan cellotape jari saja, jangan sarung tangan. Sarung tional and Environmental Medicine. Philadelphia : WB Saunders Com-
pany : 1994. p. 376-82
tangan memerlukan gerakan lebih kuat, mengurangi sensasi 11. Pransky G, Feurstein M, Himmelstein J, Katz JN, Vickers Lahti M,
raba, memerlukan ruang lebih besar sehingga dapat terjepit Measuring Functional Outcomes in work-related Upper Extremity
dibagian mesin yang bergerak. Function Scale. J. Occup Environ Med : 1997 ; 39 : 1195-97.
2. Mengurangi dingin bila bekerja dilingkungan dingin, 12. Feuerstein M, Huang GD, Haufler AJ, Miller JK. Development of a
Screen for Prediting Clinical Outcomes in Patients with work-related
seperti pengemasan atau penyimpanan daging beku. Upper Extremity Disorders. J Occup Environ Med ; 2000 : 42 : 749-50.
13. Feurstein M, Amstrong T, Hickey P, Lincoln A. Computer Keyboard
KESIMPULAN Force and Upper Extremity Symptoms. J Occup Environ Med. 1997 ; 39 :
Telah dibahas salah satu jenis Cummulative Trauma 1144-45.
14. Pransky G, Benyamin K, Himmelstein J, Mundt K, Morgan W, Feurstein
Disorders (CTDs) yaitu Sindrom Carpal Tunnel, salah satu M. et all. Work-related Upper Extremity Disorders : Prospective
kelainan extremitas pada pergelangan tangan akibat kerja yang Evaluation of Clinical and Functional Outcomes. J Occup Environ Med.
mempunyai dampak merugikan bagi pekerja, perusahaan dan 1999 ; 41 : 884-85.
produktivitas secara nasional. Untuk mencegah terjadinya SCT, 15. Pransky G, Longs R, Hammer K, Schulz LA, Himmel Steim J, Fauke J,
Screening for Carpal Tunnel Syndrome in the Workplace. An. Analysis of
dilakukan pencegahan berupa tindakan ergonomi, yang dapat Portable Nerve Conduction Device. J Occup Environ Med. 1997 ; 39 :
dibuktikan dengan berkurangnya jumlah uang kompensasi yang 727-29.
dibayar perusahaan dari tahun 1988 ke tahun 1992. Tindakan 16. Feurstein M, Miller VL, Burrel LM, Berger R. Occupational Upper
yang memerlukan dukungan organisasi, yang melibatkan Extremity Disorders in the Federal Workforce. Prevalence. Health Care
Expenditures and Pattern of Work Disability. J Occup Environ Med.
seluruh jaringan kerja dari manajemen, penyelia, dan pekerja, 1998; 40 : 546-47, 51-54.
sehingga tercipta pandangan bahwa ergonomi adalah bagian 17. Buckle P. Ergonomic Stressor Related to Neurological Disorders of the
tak terpisahkan dari organisasi perusahaan. Upper Limbs. In : Bleecker ML, editor. Occupational Neurology and
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menyongsong Clinical Neurology. Baltomore : Williams & Wilkins ; 1994. p. 253-59.
18. Grant JCB. editor. An Atlas of Anatomy. 6th ed. Baltimore : the Williams
era pembangunan industrialisasi di Indonesia. & Wilkins Co. 1972. Fig. 66, 1, 68, 1, 84.
19. Weeks JL, Levy BS, Wagner GR. (eds.) Carpal Tunnel Syndrome. Part 2
: Occupational Disease and Injuries. Washington : American Public
Health Association. 1991. p. 194-201.
20. Allampalam K, Chakraborty J, Bose KK, Robinson J. Explant Culture,
Immunofloureseence and Electron Microscopic Study of Flexor
Retinaculum in Carpal Tunnel Syndrome. J Occup Environ Med. 1996 ;
38 : 164-65.
21. National Institute of Occupational and Safety NIOSH Facts. Carpal
KEPUSTAKAAN Tunnel Syndrome. Document//705001. 1997. June. http :
//www.cdc.gov/niosh/ctsfs.html.
1. Kroemer KHE. Ergonomics. In : Plog BA, ed. Fundamental of Industrial 22. Bleecker ML. Clinical Presentation and Treatment of Nerve Entrapment
Hygiene. 3 rd ed. USA. National Safety Council. 1998. p. 283-85. Occuring in the Workplace. In : Occupational Neurology and Clinical
2. Manuaba IB. Ergonomi Kesehatan Kerja dan Penanggulangan Neurotoxicology. Baltimore : Williams & Wilkins : 1994. p. 269-74.
Kebakaran. Dalam : Bunga Rampai Ergonomi Vol.1 Denpasar: Program 23. Hooglund FT. Byl NN. Carpal Tunnel Syndrome Injuries of the Elbow,
Studi Ergonomi-Fisiologi Kerja Universitas Udayana. 1998. hal.20-32. Wrist and Hand. Musculo Skeletal Injuries. In : La Dou J. editor.
3. Sanders MS, Mc Cormick EJ. eds. Hand Tools and Devices. Human Occupational & Environmental Medicine. 2nd ed. Stanford : Applleton &
Factors in Engineering and Design 7th ed. Singapore : Mc Graw-Hill Lange. 1997. p. 75-6.
International Editions. 1993 p. 384-90. 24. Checkosky CM, Bolano Wiski SJ, Cohen SJ. Assessment of Vibrotactile
4. Budnick LD Human Factors in Occupational Medicine. J Occup Med. Sensitivity in Patients With Carpal Tunnel Syndrome. J Occup Environ
1993; 35 : 587-89. Med. 1996 ; 38 : 593-95.
5. Lauring W, Vedder J. Overview Ergonomics. In : Stellman JM. editor. 25. Gross AS, Louis DS, Carr KA, Weiss SA. Carpal Tunnel Syndrome : A
Encyclopaedia of Occupational Helth and Safety. 4th ed. 1998. Geneva : Clinicopathology Study. J Occup Environ Med. 1995 ; 37 : 437-41,
International Labour Organization. p. 292. 26. Pelmear PL, Wills M. Input Vibration and Hand-Arm Vibration
6. Endil M, Dickerson OB, Glaekin E. Cumulative Trauma Disorders of the Syndrome. J Occup Environ Med. 1997 ; 39 : 1092-94.
Upper Etremity. In : Zenz C, Dickerson OB, Horvath EP. Editors. 27. Nordstrom DL, Vierkant RA, Destefano F, Layde PM. Risk Factors for
Occupational Medicine. 3rd ed. St.Louis : Mosby-Year Book Inc. 1994. p. Carpal Tunnel Syndrome a General Population Occup and Environ Med.
48-61. 1997 ; 54 : 734-37.
7. Melhorn JM The Impact of Workplace Screening on the Occurrence of 28. Keniston RC, Nathan PA, Leklem JA, Lockwood RS. Vitamin B6,
Cumulative Trauma Disorders and Worker’s Compensation Claims. Vitamin C and Carpal Tunnel Syndrome. J Occup Environ Med. 1997 ;
J. Occup Environ Med. 1999 : 41 : 84-90. 39 : 949-57.
8. Melhorn JM, Wilkinson L, Gardner P, Horst WD, Silkey B. An Outcome 29. Banta CA. A Prospective, Non Randomized Study of Iontophoresis,
Study on Occupational Medicine Intervention Program for the Reduction Wrist Splinting and Anti Inflammatory Medication in the Treatment of

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


Early Mild Carpal Tunnel Syndrome. J. Occup Environ Med. 1994; 36: 166-68.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Ergonomi Bagi Pekerja


Sektor Informal
Fikry Effendi
Staf Bagian Ilmu Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN berjumlah 101 juta orang, dimana sebagian besar angkatan


Pembangunan Nasional yang telah dan akan dilaksanakan kerja ini (70-80%) berada di sektor informal. Semua industri,
saat ini, dilakukan melalui penerapan ilmu pengetahuan dan baik formal maupun informal diharapkan untuk dapat menerap-
teknologi maju dan telah mampu menghasilkan peluang kerja kan K3. Yang dimaksud dengan industri informal adalah ke-
sehingga diharapkan dapat meningkatkan status sosial ekonomi giatan ekonomi tradisional, usaha-usaha di luar sektor modern/
dan kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Hal ini akan ber- formal yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
hasil jika pelbagai risiko yang akan mempengaruhi kehidupan - Sederhana
para pekerja, keluarga dan masyarakat dapat diantisipasi. Pel- - Skala usaha relatif kecil
bagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit - Umumnya belum terorganisisr secara baik
akibat kerja (PAK), penyakit yang berhubungan dengan pe- Menurut M. Mikhew (ICHOIS 1997), gambaran umum
kerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan ke- industri sektor informal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
cacatan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh 1. Timbulnya risiko bahaya pekerjaan yang tinggi.
semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses 2. Keterbatasan sumber daya dalam mengubah lingkungan
kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai kerja dan menentukan tentang pelayanan kesehatan kerja yang
pendekatan ergonomik. adekuat
Istilah ergonomi (ergonomics) berasal dari ergo (Yunani 3. Rendahnya kesadaran terhadap faktor-faktor fisiko kese-
lama, yang berarti kerja), dalam hal ini pengertian yang dipakai hatan kerja.
cukup luas termasuk faktor lingkungan kerja dan metode kerja. 4. Kondisi pekerjaan yang tidak ergonomis, kerja fisik yang
International Labour Organization (ILO) mendefinisikan berat dan jam kerja yang panjang.
ergonomi sebagai berikut: Ergonomi ialah penerapan ilmu bio- 5. Pembagian kerja distruktur yang beraneka ragam dan
logi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai rendahnya pengawasan manajemen serta pencegahan bahaya-
penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara bahaya pekerjaan.
optimum dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan 6. Anggota keluarga sering kali terpajan bahaya-bahaya aki-
kesejahteraan. bat pekerjaan.
Menyongsong era globalisasi, dalam rapat kerja ISO on 7. Masalah perlindungan lingkungan tidak terpecahkan
Occupational and Safety Management System di Geneva pada dengan baik.
tanggal 5-6 September 1996 telah diputuskan tentang penerap- 8. Kurangnya pemeliharaan kesehatan, jaminan keamanan,
an secara internasional progam Keselamatan dan Kesehatan sosial (asuransi kesehatan) dan fasilitas kesejahteraan.
Kerja (K3) sebagai salah satu syarat dalam standar inter- Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui pene-
nasional yang berkaitan dengan perdagangan bebas. rapan ergonomi, diharapkan dapat meningkatkan mutu kehi-
Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung dupan kerja (Quality of Working Life), dan hal ini berakibat
amat pesat, baik industri formal maupun industri di rumah pada peningkatan produktifitas kerja dan penurunan prelavensi
tangga, pertanian, perdagangan dan perkebunan. Hal ini akan penyakit akibat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
menimbulkan lapangan kerja baru dan menyerap tambahan Interaksi ini akan berjalan dengan baik bila ketiga komponen
angkatan kerja baru yang diperkirakan untuk tahun 2001 ini tersebut dipersiapkan dengan baik dan saling menunjang. Mi-

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 21


salnya menyesuaikan ukuran peralatan kerja dengan postur statis. Dimensi tubuh manusia sangat bervariasi antara satu
tubuh pekerja dan menilai kelancaran gerakan tubuh pekerja. orang dengan orang lainnya, antara laki-laki dan perempuan
Dalam penerapan ergonomi akan dipelajari cara-cara dan antara beberapa suku bangsa.
penyesuaian pekerjaan, alat kerja dan lingkungan kerja dengan Beberapa posisi yang penting untuk penerapan ergonomi
manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan di tempat kerja adalah sebagai berikut :
manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia - Posisi berdiri
dan pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi badan berdiri, tinggi
dan produktifitas kerja. bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
- Posisi duduk
PENGENALAN MASALAH ERGONOMI Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk
umumnya disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian antara lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak
pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk per- kaki.
alatan kerja. Penerapan antropometri dalam ergonomi menuntut adanya
Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pen- suatu data antropometri tenaga kerja yang mewakili tenaga
dekatan, yaitu kerja baik laki-laki maupun wanita. Pada penyajian data antro-
1. Pendekatif kuratif pometri akan diketengahkan nilai rata-rata, simpang baku, dan
Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau standar deviasi. Rentang nilai dan penyajian data dalam bentuk
sedang berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi/perbaikan/ persentil.
modifikasi dari proses yang sedang/sudah berjalan. Sasaran Perancangan tempat kerja yang cocok untuk pekerja yang
kegiatan ini adalah kondisi kerja dan lingkungan kerja dan terbesar dan yang terkecil tidak selalu berhasil, untuk itu diusa-
dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait hakan memenuhi persyaratan buat mayoritas. Biasanya di-
dengan proses kerja yang sedang berlangsung. lakukan pada Confidence Interval (CI) 90% atau 95%.
2. Pendekatan konseptual Bila rata-rata ( X ) dan standar deviasi (SD) diketahui, maka :
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini CI 95% = X ± 1.95 SD
akan sangat efektif dan efisien bila dilakukan pada saat pe- CI 90% = X ± 1.65 SD
rencanaan. Bila berkaitan dengan teknologi, maka sejak proses Bila yang digunakan ukuran persentil yang mencakup 90%
pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip ergonomi sudah dari populasi pekerja (CI 90%), maka batas yang digunakan
seyogyanya dimanfaatkan bersama-sama dengan kajian lain adalah 5 dan 95 persentil yang sama dengan X ± 1.65 SD.
yang juga diperlukan, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial Nilai cacat.
budaya, hemat akan energi dan melestarikan lingkungan. Pen- a. MMT 0 → kehilangan fungsi 100%
dekatan holistik ini dikenal dengan pendekatan Teknologi b. MMT 1 → kehilangan fungsi 80%
Tepat Guna (Manuaba, 1997). Jika dikaitkan dengan penyedia- c. MMT 2 → kehilangan fungsi 60%
an lapangan kerja, pendekatan ergonomi secara konseptual
d. MMT 3 → kehilangan fungsi 40%
dilakukan sejak awal perencanaan dengan mengetahui kemam-
e. MMT 4 → kehilangan fungsi 20%
puan adaptasi pekerja sehingga dalam proses kerja selanjutnya,
pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki. f. MMT 5 → kehilangan fungsi 0%
Fleksor : Memperkecil sudut di antara 2 bagian rangka dalam
DIMENSI ANTROPOMETRI bidang sagital.
Salah satu faktor pembatas kinerja tenaga kerja adalah Extensor : Memperbesar sudut di antara 2 bagian rangka dalam
tiadanya keserasian ukuran, bentuk sarana dan prasarana kerja bidang sagital.
terhadap tenaga kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut Rotator : Gerak sekeliling sumbu panjang bagian rangka atau
diperlukan data antropometri tenaga kerja sebagai acuan dasar sekeliling sumbu yang hampir berhimpit dengan sumbu
disain sarana dan prasarana kerja. Antropometri sebagai salah panjang itu.
satu disiplin ilmu yang digunakan dalam ergonomi memegang Abduktor : Menjauhkan bagian rangka dari bidang tengah
peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana badan.
kerja. Adduktor : Mendekatkan bagian rangka dari bidang tengah
Data Antropometri digunakan untuk macam-macam keper- badan.
luan. Pada kedokteran kehakiman, salah satu fungsi antro- Pengenalan permasalahan ergonomi di tempat kerja perlu
pometri adalah untuk identifikasi. Di sektor ketenaga kerjaan mempertimbangkan beberapa aspek (bidang kajian ergonomi),
peranan antropometri cukup dominan dalam menentukan efek- yaitu :
tifitas dan efisiensi peralatan dan fasilitas kerja. Bagi seorang 1. Anatomi dan gerak
ahli ergonomi, antropometri merupakan salah satu perangkat Terdapat 2 (dua) hal penting yang berhubungan, yakni :
untuk mendapatkan hasil akhir berupa hubungan yang harmo- a. Antropometris
nis antara manusia dan peralatan kerja. Dikenal dua macam Dimensi Antropometris dipengaruhi oleh :
antropometri, yakni antropometri statis dan antropometri di- - Jenis kelamin
namis. Pada umumnya berkaitan dengan rancang bangun sara- - Perbedaan bangsa
na dan prasarana kerja cukup digunakan data-data antropometri - Sifat/hal-hal yang diturunkan

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


- Kebiasaan yang berbeda prolapsus ani ataupun hernia, dll.
b. Biomekanik kerja
Misalnya dalam hal penerapan ilmu gaya antara lain sikap
duduk/berdiri yang tidak/kurang melelahkan karena posisi yang
benar dan ukuran peralatan yang telah diperhitungkan.
2. Fisiologi
Dibagi menjadi :
- Fisiologi lingkungan kerja
a. Berhubungan dengan kenyamanan
b. Pengamanan terhadap potential hazards, ruang gerak yang
memadai
- Fisiologi kerja
3. Psikologi
Rasa aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapat-
kan oleh tenaga kerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan
kerja (cahaya, ventilasi, posisi kerja dll.) tidak menimbulkan
stress pada pekerja.
4. Rekayasa dan teknologi antara lain :
- Merupakan kiat-kiat untuk melakukan disain peralatan
yang sesuai dengan ukuran tubuh dan batasan-batasan per-
gerakan manusia.
- Memindahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya
sehingga lebih efisien dan lebih produktif, untuk itu diperlukan
disain mesin yang sesuai dengan operatornya.
- Memberi rasa aman terhadap pekerjaannya.
5. Penginderaan
- Kemampuan kelima indra manusia menangkap isyarat-
isyarat yang datang dari luar.

APLIKASI ERGONOMI
1. Posisi duduk/bekerja dengan duduk, ada beberapa per-
syaratan :
− Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
− Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
− Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuas-
kan.
2. Posisi bekerja dengan berdiri :
Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung
yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua kaki.
3. Proses bekerja
Ukuran yang benar akan memudahkan seseorang dalam
melakukan pekerjaannya, tetapi sangat disayangkan akibat pos-
tur tubuh yang berbeda, perlu pemecahan masalah terutama di
negara-negara berkembang yang menggunakan peralatan
import sehingga perlu disesuaikan kembali, misalnya tempat
kerja yang harus dilakukan dengan berdiri sebaiknya ditambah-
kan bangku panjang setinggi 10-25 cm agar orang dapat
bekerja sesuai dengan tinggi meja dan tidak melelahkan.
4. Penampilan tempat kerja
Mungkin akan menjadi baik dan lengkap bila disertai
petunjuk-petunjuk berupa gambar-gambar yang mudah diingat,
mudah dilihat setiap saat.
5. Mengangkat beban
Terutama di negara berkembang mengangkat beban adalah
pekerjaan yang lazim dan sering dilakukan tanpa dipikirkan
efek negatifnya, antara lain : kerusakan tulang punggung, ke-
lainan bentuk otot karena pekerjaan tertentu, prolapsus uteri,

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 23


Penggulangan permasalahan ergonomi di setiap jenis pe- PENANGGULANGAN PERMASALAHAN ERGONOMI
kerjaan dapat dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pe-
bagaimana proses kerja dan posisi kerjanya. mecahan masalah, dimana tahap awal adalah identifikasi masa-
Di bawah ini akan diuraikan masalah ergonomi yang dapat lah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan
timbul akibat ketidaksesuaian antara pekerja dan pekerjaannya: mengumpulkan sebanyak mungkin informasi.
Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah;
Perajin Kerupuk masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu.
Pekerjaan membuat kerupuk menggunakan bahan baku : Setelah analisis dikerjakan, maka satu atau dua alternatif inter-
tepung tapioka, kanji, bahan tambahan pewarna dan penyedap. vensi harus diusulkan.
Hasil produksinya berupa kerupuk yang siap dimakan. Pada pengenalan/rekognisi telah dinyatakan adanya 3 hal
Proses dan posisi kerja: yang harus diperhatikan, ketiganya berinteraksi dalam penerap-
a. Pembuatan adonan kerupuk an ergonomi dan fokus utama adalah pada sumber daya manu-
Tepung tapioka dalam karung seberat 50 kg diangkat sia (human centered design) :
berdua dari tempat penampungan ke tempat pembuatan adonan 1. Kesehatan mental dan fisik harus diperhatikan untuk
yang berjarak 2-8 meter. Bahan baku tersebut diaduk rata diperbaiki sehinggga didapatkan tenaga kerja yang sehat fisik,
secara mekanis selama 3-5 menit atau secara manual selama 7- rohani dan sosial yang memungkinkan mereka hidup produktif
10 menit. Selanjutnya adonan tersebut diuleni kembali secara baik secara sosial maupun ekonomi.
manual selama 2 menit untuk mendapatkan adonan homogen. 2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan
Posisi kerja : proses menguleni adonan dilakukan sambil ber- pemeriksaan antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan
diri dengan meja kerja permanen setinggi 70 cm yang terbuat otot.
dari ubin/kayu dan berat adonan 6-8 Kg. 3. Lingkungan tempat kerja
b. Pencetakan - Harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh
Selanjutnya adoanan yang sudah homogen tersebut dimasukkan dan anggota badan sehingga dapat bergerak secara leluasa dan
ke dalam pencetak dan di mampatkan secara mekanis atau ma- efisien.
nual dan didapat keluaran berupa benang-benang adonan - Dapat menimbulkan rasa aman dan tidak menimbulkan
setebal 1 mm dari lobang pencetak, benang-benang adonan di- stres lingkungan.
tampung pada pencetak kerupuk sambil diputar-putar sehingga 4. Pembebanan kerja fisik
didapat bentuk yang bulat. Selama bekerja, kebutuhan akan peredaran darah dapat
Posisi kerja : pekerjaan pencetakan dilakukan sambil duduk meningkat sepuluh sampai dua puluh kali. Meningkatnya per-
di lantai. edaran darah pada otot-otot yang bekerja, memaksa jantung
c. Pengkukusan untuk memompa darah lebih banyak.
Kerupuk mentah tersebut segera dimatangkan dengan cara Kerja otot dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
pengkukusan selama 5-10 menit dan setelah matang dipindah kerja otot dinamik (ritmik) dan kerja otot statik (sikap). Kedua
satu persatu dengan cara menjepit dengan jari-jari tangan ke bentuk kerja otot tersebut dapat diuraikan sebagai berkut:
tempat yang lebih besar untuk dijemur di luar ruangan. - Kerja otot dinamik, ditandai dengan kontraksi bergantian
Pemindahan ke luar ruangan dilakukan dengan mengangkat yang berirama dan ekstensi, ketegangan dan istirahat.
tampah tersebut tinggi-tinggi dengan kedua tangan.
Posisi kerja : pekerjaan memindahkan kerupuk setelah selesai
dikukus dilakukan pada posisi duduk di lantai/jongkok.
d. Penjemuran
Kerupuk dijemur. Setelah kering ditampung dalam keranjang
plastik dengan berat per keranjang 17-20 kg untuk disimpan
sementara menunggu untuk digoreng.
Posisi kerja : berdiri dengan tempat jemuran (para-para) yang
terlalu rendah.
e. Penggorengan
Kerupuk kering dalam keranjang dipindah ke tempat peng-
gorengan yang berjarak 10-12 meter. Proses penggorengan ke-
rupuk dilakukan dalam 2 tahap, dengan minyak dingin dilan-
jutkan dengan minyak panas.
Posisi kerja : proses penggorengan dilakukan dengan posisi
berdiri dengan 2 penggorengan dan tinggi wajan 70 cm; selesai
digoreng kerupuk dikemas dalam kaleng besar. Aliran udara di
bagian ini kurang baik.
f. Pengemasan
Posisi kerja : proses pengemasan dalam posisi berdiri mem-
bungkuk
- Kerja otot statik, ditandai oleh kontraksi otot yang lama

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


yang biasanya sesuai dengan sikap tubuh. Tidak dianjurkan
untuk meneruskan kerja otot statik dalam jangka lama karena
akan timbul rasa nyeri dan memaksa tenaga kerja untuk
berhenti.
5. Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat
duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan
tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran
tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan me-
mungkinkan dkilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan.
Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum
area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. Agar tinggi optimum
ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak
vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah men-
datar dan lengan atas vertikal. Tinggi siku pada laki-laki
misalnya 100 cm dan pada wanita misalnya 95 cm, maka tinggi
meja kerja bagi laki-laki adalah antara 90-95 cm dan bagi
wanita adalah antara 85-90 cm.

KEPUSTAKAAN

1. Kroemer KHE, Grandjean E. Muscular work. ed. Fitting the Task to


Human. A Textbook of Occupational Ergonomics. 5th ed. London : Tay
lor & Francis Ltd. Reprinted 2000; p. 1-16.
2. Sanders MS, Mc Cormick EJ. ed. Workplace Design. Human Factors in
Engineering and Design. 7th ed. Singapore : Mc Graw-Hill International.
Ed. 1993; p. 415-52.
3. Jeyaratman J. Occupational Health in National Development. In :
Jeyaratman J. Chia KS. ed. Singapore : World Scientific. 1994.
4. Grady-vandenNieuwhoer JH. Designing for Specific Groups.
Ergonomics. In : Stellman JH. ed. Encyclopedia of Occupational Health
and Safety. 4th ed. Vol I. Geneva : ILO. 1998; p. 29-75.
5. Bond BM. Occupational Health Services for Small Bussinesses and Other
Small Employee Groups. In : Zenz C, Dickerson OB, Hovarth EP, eds.
Occupational Medicine. 3rd St. Louis : Mosby – Year Book Inc. 1994; p.
1079-87.

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 25


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Dampak Keracunan
Gas Karbon Monoksida
Bagi Kesehatan Pekerja
Aryawan Wichaksana, Sudi Astono, Kholidah Hanum
PPS Hiperkes Medis, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

ABSTRAK

Keracunan gas CO akan menimbulkan hipoksia jaringan tubuh karena kurangnya


oksigen di dalam aliran darah, akibatnya pasokan oksigen darah ke jaringan tubuh juga
berkurang. Kejadian ini disebabkan ikatan gas CO dengan Hemoglobin memben-tuk
karboksi hemoglobin (COHb) yang 200-300 kali lebih kuat dibandingkan ikatan
oksigen dengan Hb, sehingga oksigen terdesak dan lepas dari ikatannya dengan Hb.
Hipoksia ini mengganggu sistim kardiovaskuler, karena daya kontraksi miokar-
dium menurun, mengganggu sistim neurologi dengan timbulnya gejala Parkinsonisme
(Parkinsonism), dan gangguan nafas.

Kata kunci: Keracunan gas CO, COHb, hipoksia jaringan, kontraktil miokardium me-
nurun dan Parkinsonism.

PENDAHULUAN Gejala klinis awal keracunan gas CO tidak khas, me-


Keracunan gas karbon monoksida (Carbon Monoxide)/ nyerupai banyak gejala penyakit lain, seperti sakit kepala, mual
gas CO [kode penyakit T. 58 ICD-10 tahun 1992] menyebab- dan pening, gejala seperti flu(5,6,9) kadang pula didiag-nosis
kan hipoksia jaringan tubuh(1-19) sehingga membahayakan sebagai sindrom viral(4). Karena itu lebih banyak kasus tidak
kesehatan manusia. Kejadian ini pertama kali dilaporkan oleh dilaporkan akibat tidak dikenali/tidak terdiagnosis diban-
Claude Bernard(5). Di Amerika Serikat, gas CO merupakan dingkan yang berhasil ditangani(6,8).
penyebab tersering keracunan di dunia industri(6,7,8). Diper- Dengan kejadian seperti di atas maka adalah kewajiban
kirakan terjadi 3500-3800 kematian dan 10.000 kematian dokter ahli okupasi di Indonesia untuk mampu mengenali dan
akibat keracunan gas CO setiap tahunnya(8). menangani keracunan gas CO, mengingat dampak buruknya
Gas CO dihasilkan dari proses pembakaran tidak sem- bagi kesehatan pekerja yang dapat menurunkan produktivitas
purna bahan organik, baik dalam alur pengolahan hasil jadi produksi.
industri/occupational, ataupun proses di alam lingkungan/
environment(1,6-9). Industri menyumbang kira-kira 20% dari KARAKTERISTIK GAS CO
total gas CO yang ada(5), antara lain dari gas emisi mesin pem- Gas tidak berwarna, tidak berbau(5-9,12); merupakan salah
bakar dalam (internal engine) yang menggunakan bahan bakar satu gas pencemar udara penting di lapisan bawah atmosfer(3).
berkarbon, dari peleburan baja dan besi, generator disel(6-10). Keberadaannya dilingkungan bekerja tidak segera diketahui
Sedangkan dari lingkungan berasal dari asap rokok (kira-kira karena sifat tersebut. Bila terdapat dalam jumlah konsentrasi
4% dari total gas CO di udara)(3), asap knalpot mobil di jalan cukup besar, gas ini akan bersifat racun (Chemical asphy-
raya yang sibuk dan peristiwa kebakaran(5,6,11). xiant)(8,9).

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


Selain dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna di luar
tubuh, gas CO juga dihasilkan dalam jumlah kecil (kurang dari
0,5%)(4,5) dari katabolisme normal cincin protoporfirin hemog-
lobin di dalam tubuh dan tidak toksik bagi tubuh(4-6,9,13-15).

CO2 + Water Vapor CO2 + Water Vaper + CO

O2 O2
Fire Fire
O2 O2 O2

Complete Incomplete
Combustion Combustion
Gambar 2. Kurva Penguraian Oksigen(4).
Gambar 1. Proses pembakaran yang menghasilkan gas
CO(1). Pembentukan COHb menyebabkan Hb mengikat oksigen
Dikutip dari : School of Medicine. Carbon Monoxide Head
Quarter, 1999.
lebih ketat. Kurva penguraian oksigen bergeser kekiri, berarti
tekanan oksigen jaringan berada pada tingkat terendah.
PATOFISIOLOGI KERACUNAN GAS CO Tekanan oksigen menggambarkan jumlah oksigen di dalam
Gas CO masuk ke paru-paru inhalasi, mengalir ke alveo-li, jaringan.
terus masuk ke aliran darah(4,7,8). Gas CO dengan segera
Tabel 1. Efek pajanan gas CO(7)
mengikat hemoglobin di tempat yang sama dengan tempat
oksigen mengikat hemoglobin, untuk membentuk karboksi
Konsentrasi rata-rata Konsentrasi COHb
hemoglobin (COHb)(1-4,6,11-19). Ikatan COHb bersifat dapat 8 jam (ppm) di dalam darah (%)
Gejala
pulih/reversible(6,7).
25 – 50 2,5 – 5 Tidak ada gejala
Mekanisme kerja gas CO di dalam darah: Aliran darah meningkat
1. Segera bersaing dengan oksigen untuk mengikat hemog- 50 – 100 5 – 10
sakit kepala ringan
lobin. Kekuatan ikatannya 200-300 kali lebih kuat diban- Tegang daerah dahi,
dingkan oksigen(4-6,9). Akibatnya, oksigen terdesak dan lepas 100 – 250 10 – 20 sakit kepala, penglihat-
dari hemoglobin sehingga pasokan oksigen oleh darah ke an agak terganggu
Sakit kepala sedang,
jaringan tubuh berkurang, timbul hipoksia jaringan(1-19). berdenyut-denyut, dahi
2. COHb mencampuri interaksi protein heme, menyebabkan 250 – 450 20 – 30
(throbbing temple),
kurva penguraian HbO2 bergeser kekiri (Haldane effect). wajah merah dan mual
Akibatnya terjadi pengurangan pelepasan oksigen dari darah ke Sakit kepala berat,
vertigo, mual, muntah,
jaringan tubuh(4,5,6). 450 – 650 30 – 40 lemas, mudah terganggu
Proses terpenting dari keracunan gas CO terhadap sel pingsan pada saat
adalah rusaknya metabolisme rantai pernafasan mitokon- bekerja
dria(5,6,14,15,19), menghambat komplek enzim sitokrom oksidase Seperti di atas, lebih
650 – 1000 40 – 50 berat, mudah pingsan
a3(5,6) sehingga oksidasi mitokondria untuk menghasilkan dan jatuh
Adenosine Tri Posfat (ATP) berkurang(5,15). Koma, hipotensi, kadang
Ekskresi gas CO terutama melalui respirasi, dimetabolis- 1000 – 1500 50 – 60
disertai kejang,
me menjadi karbon dioksida (CO2)(1,3,5), tidak lebih dari 1%(5). pernafasan Cheyne-
Stokes
Koma dengan kejang,
Batas pajanan gas CO dalam 8 jam kerja/hari atau 48 penekanan pernafasan
jam/minggu. 1500 – 2500 60 – 70 dan fungsi jantung,
Permissive Exposure Limit (PEL) OSHA : 35 ppm TWA mungkin terjadi
Recommended Exposure Limit (REL) NIOSH : 50 ppm TWA kematian
Denyut nadi lemah,
Treshold Limit Value (TLV) ACGIH : 25 ppm TWA 2500 – 4000 70 – 80 pernafasan lambat, gagal
Menurut OSHA di Amerika Serikat, pekerja dapat men- hemodinamik, kematian
toleransi pajanan hingga 100 ppm/8 jam/hari. Protokol HOME,
menyebutkan bila terpajan > 36 ppm/8 jam/hari sudah harus Dikutip dari: Cardiovascular Disorders. Occupational Disorders by System.
dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja. Semua pintu dan Theriault GP. In: Occupational Health Recognizing Pre-
venting Work-related Disease. 1995. p.565.
tempat bekerja harus dibuka(16).

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 25


Pekerjaan risiko tinggi terpajan gas CO. 30%(1).
1. Operator peleburan/tungku api.
Gambar 3. Akibat pajanan gas CO pada sistim Kardio-vaskuler(7).
2. Pekerja bengkel.
3. Anggota Pemadam Kebakaran yang telah selesai mema- CARBON MONOXIDE
damkan kebakaran.
4. Pekerja yang menggunakan bahan pelarut Metil Klorida, di
pengolahan kayu furniture, pabrik fiber sintetis, plastik, Carboxyhemoglobin

pembuatan film foto, bahan cat.


Bila terpajan secara inhalasi akan dimetabolisme di hepar Decreased O2 content
menjadi gas CO(4,9,17).
5. Polisi lalu lintas di jalan raya yang padat akibat gas buang-
Shift in
an knalpot motor dan mobil. O2 dissociation curve

Decreased delivery of
DAMPAK BAGI KESEHATAN PEKERJA O2 to tissues
Darah normal mengandung 20 vol % oksigen, sebesar 18
vol % mengikat hemoglobin dan 2 vol % larut di dalam Coronary
artery
plasma. Dari 18 vol % oksigen tersebut, otak/sistim neurologi disease Increased: Decreased ventricular Decreased maximal
Tissues O2 extraction fibrillation threshold exercise capacity
menerima bagian 6,1 vol % dan jantung/sistim kardiovaskular Peripheral Cardiac output
arterial Coronary blood flow
mendapat 11,0 vol % oksigen. Sehingga pada keracunan gas occlusive Peripheral arterial
blood flow
CO yang menyebabkan hipoksia jaringan, kedua sistim organ disease Sudden death
ini terganggu lebih awal dan menerima dampak buruk yang
berat(5). Gejala klinik yang timbul, tergantung derajat pajanan Claudication Angina or
myocardial infarction
gas CO, aktivitas fisik saat menerima pajanan dan kondisi ke-
sehatan pekerja sebelumnya(5,8,9,11).
Dikutip dari: Cardiovascular Toxicology. In: Occupational &
1) Gangguan Kardio-Vaskuler. Environmental Medicine. J. LaDou (editor), 1997. P. 331.
Patogenesis
Gas CO yang berada di jaringan ekstravaskuler (10-15%) 2) Komplikasi Neurologi.
mengikat mioglobin, sitokrom P 450 dan enzim sitokrom Otak sangat peka dengan keracunan gas CO, karena me-
oksidase a3 mitokondria miokardium(5,6) menyebabkan hasil nyebabkan hipoksia serebral(5,9,11). Kerusakan otak terlokali-sir,
oksidasi mitokondria berupa ATP (Adenosin Tri Posfat) ber- yaitu pada daerah gray matter, globus pallidus basal gang-
kurang(5,16). ATP merupakan bahan sangat penting bagi ak- lia(8,19), hippocampus, white matter,(2,5,8,9,11,19) substansia nigra
tivitas neuron dan miokardium, sehingga daya kontraktil mio- dan cortex(11). Lesi white matter berupa demielinisasi, akibat-
kardium menurun, terjadi hipotensi, aritmia ventrikuler dan nya pengiriman besi nonheme dari aksonal terganggu, terjadi-
dapat terjadi mati mendadak (sudden death)(5,6,8,9). lah penumpukan besi di talamus, putamen dan kauda(19).
Pada keadaan normal, miokardium menghasilkan asam
piruvat dan asam laktat sebagai hasil oksidasi sirkulasi ko- Patogenesis
roner. Bila kadar COHb mencapai 10%, miokardium gagal Keracunan gas CO pada susunan saraf pusat dapat me-
melepas kedua asam ini karena daya kontraktil menurun, nyebabkan Parkinsonisme, yaitu gejala mirip penyakit Parkin-
sebagai akibat gangguan produksi ATP, terjadi asidosis son(7,8,19), yaitu terjadi tremor, kekakuan, bradikinesia dan cara
laktat(4,11). berjalan yang tidak stabil. Teori terjadinya adalah akibat ter-
Pada saat hipoksia jaringan tubuh, jantung harus lebih ganggunya sel output, sejenis sel di dalam globus pallidus
banyak memasok darah dengan meningkatkan denyut dan basal ganglia, terjadi hiper intensitas simetri bilateral pada
curah jantung (cardiac output)(5,8,9,14). Arteri koroner harus globus pallidus akibat hipoksia atau kekurangan energi pada
lebih banyak mengirim oksigen ke jantung, mengurangi ke- basal ganglia(5,8) dan terjadi hispotensi sistemik(19). Gas CO
butuhan otak sehingga otak dapat mengalami iskemi sere- juga mengganggu metabolisme neurotransmitter dopamin,
belum(5,6,11). yang berperan penting pada sistim transmiter katekolamin
Pekerja penderita penyakit koroner (CAD) akan lebih (chatecolaminergic system), sehingga kerjanya terlambat, ter-
cepat mengalami hipoksia, lebih mudah mengalami serangan jadilah gerakan kaku dan bradikinesia(7,8). Selain dopamin ter-
angina, terjadi peningkatan depresi gelombang ST walau dapat epinefrin, yang bekerja sama di dalam sistem trans-miter
dengan pajanan dosis rendah gas CO(1). Efek hemodinamik katekolamin, suatu sistem terpenting bagi komunikasi antar
beragam, tersering adalah takikardi dan hipotensi(1,8,9,14). Infark bagian otak(8).
miokard dapat terjadi bila saat terpajan gas CO sedang bekerja Keracunan gas CO juga mengganggu neurotransmitter
berat(1,2,8,9). Kardiomiopati dengan pembesaran jantung dan lain, seperti serotonin, asam amino gaba butirat (GABA), yang
Congestive Heart Failure (CHF) sering dialami pekerja yang pada percobaan binatang berkorelasi dengan penyim-pangan
menerima pajanan kronis gas CO berkonsentrasi lebih dari perangai(7).

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


Gejala Klinik. Untuk pajanan gas CO konsentrasi tinggi > 100 ppm,
Keracunan ringan pembentukan COHb di dalam darah berhubungan dengan kon-
Sakit kepala berdenyut di pelipis yang khas, akibat ref- sentrasi CO inhalasi, lama pajanan dan ventilasi permenit.
leks vasodilatasi jaringan SSP yang hipoksia(7,8).
Keracunan berat Dengan rumus Coburn and Foster(9):
Tremor tidak menetap, korea, spastik, distonia, kekakuan % COHb = CO udara x KT
dan bradikinesia (gerakan pelan yang tidak normal)(5,11,19). CO udara = Konsentrasi udara gas CO dalam ppm.
Gagal fungsi pengertian (cognitive impairment), gangguan K = Konstanta, tergantung aktivitas fisik (ventilasi/menit)
keseimbangan, gangguan fungsi penglihatan dan pendengar- 0,018 pada saat istirahat (ventilasi 6 liter/menit)
an, koma dan kematian(3,5,11,19). 0,048 pada kerja ringan (ventilasi 18 liter/menit)
T = Waktu dalam jam
Keracunan akut
Kematian segera, karena edema menyeluruh jaringan Untuk mengukur COHb di dalam darah setelah pajanan
otak(3,5,11,19). singkat gas CO konsentrasi tinggi, dapat diperkirakan dengan
Long term-sequele hubungan linier model Coburn-Foster-Kane equation(1):
Gangguan neuropsikiatri, berupa dementia, psikosis dan
manik depresi. Efek lambat ini berhubungan dengan lesi white % COHb = {3.317 x 10-5} {ppm CO}1.03 {RMV} {t}
matter hipotesanya adalah berubahnya fungsi membran akibat
pajanan terus-menerus(11). ppm CO = Konsentrasi udara CO di dalam paru-paru
RMV = Respiratory Minute Volume, volume udara nafas
Dapat timbul pada awal keracunan atau beberapa hari- dalam Liter/menit.
minggu setelah masa penyembuhan(9,11). T = Waktu pajanan dalam menit.
Kerusakan ini merupakan hasil kombinasi keadaan hipoksia,
hipoperfusi, vasodilatasi dan edema serebral yang menyebab- Laboratorium
kan penurunan pasokan dan penggunaan glukosa, sehingga 1) Mengukur kadar COHb di dalam darah sesegera mungkin,
timbul asidosis setempat(11). untuk menetapkan diagnosis keracunan gas CO. Contoh darah
dapat diambil dari darah arteri atau vena, diukur dengan
Tabel 2. Gejala Neurologi akibat keracunan gas CO di tempat bekerja
spektrometer [CO-Oximeter](1,5,8,9,16).
2) Mengukur kadar COHb udara ekspirasi. Walau kurang
Toksin Neuroanatomi Sindrom Gejala akurat, sangat menolong di lapangan, misalnya memeriksa
Tremor, rigidity, kadar COHb petugas pemadam kebakaran setelah memadam-
bradykinesia, gait kan api(8,9). Diukur dengan cara khromatografi, udara perna-
Globus instability(2,9,19) pasan ditampung di dalam kantong, dan kadar CO ditentukan
pallidus basal Apathetic mask-like
Gas ganglia(8,9,17,19) facial expression(3,4), dengan detektor, perubahan ionisasi sesudah hidralasi katalik
CO Extra Parkinsonism(8,9,17-19) dementia, amnesia, dengan Tomethane.
pyramidal disorientation,
motor irritability, DIAGNOSIS(4)
pathways(17) distractibility(3)
Diduga berhubungan 1) Gejala klinis membaik dengan pemberian udara segar.
dengan neuropati(9) 2) Tidak ada gejala infeksi (demam, adenopati).
3) Kadar COHb di dalam darah > 10%(1-18).
3) Komplikasi Paru. 4) Mencari gejala yang sama pada anggota keluarga, teman
Pada keracunan berat gas CO, akan terjadi edema paru dan sekerja(4).
perdarahan; edema dapat sebagai akibat targanggunya fungsi
ventrikel kiri atau langsung sebagai akibat hipoksia parenkhim TATA LAKSANA(1-19)
paru-paru(11); dapat terjadi gagal napas(4). Gejala yang lebih 1) Pindahkan dari sumber pajanan gas CO.
ringan berupa dispneu, takhipneu dan nafas pendek(13). 2) Pemberian oksigen 100%, merupakan hal yang mendasar
dengan masker karet yang ketat, atau menggunakan endo-
MONITORING BIOLOGIS tracheal tube pada pekerja yang tidak sadar agar oksigen benar-
Saturasi COHb tergantung faktor yang mempengaruhi benar masuk, yang akan mengurangi waktu paruh (half life)
penggabungan, penguraian dan ekskresi gas CO. Pada suhu ikatan COHb secara perlahan-lahan, sehingga memper-baiki
tubuh dan pH normal, daya ikat COHb 200-300 kali lebih kuat hipoksia jaringan.
daripada ikatan oksigen dengan hemoglobin. Pada tekanan 3) Terapi hiperbarik, dengan oksigen bertekanan 3 atmosfer
parsial gas CO 1/220 (rata-rata) tekanan partial O2, atau 1% yang akan cepat sekali memperpendek waktu paruh COHb.
gas CO di udara, maka keseimbangan darah akan 50% Hb Masih diperdebatkan mengenai indikasinya.
diikat gas CO dan 50% diikat O2; ikatan Hb dengan gas CO
terutama tergantung pada tekanan parsial gas CO di dalam PENCEGAHAN
udara inspirasi dan ventilasi udara permenit. Penguraian ter- 1) Menyempurnakan proses pembakaran dengan selalu me-
gantung pada aliran darah paru, ventilasi alveolar dan tekanan melihara fungsi mesin pembakar.
partial O2 di dalam alveoli(6,8,13). 2) Ventilasi yang baik pada tempat bekerja.

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 27


3) Mengukur keberadaan gas CO secara teratur di lingkungan Medicine. 3rd ed. St. Louis: Mosby Year Book Inc; 1994: 447-52.
7. Theriault GP. Cardiovascular Disorders. Occupational Disorders by
bekerja. System. In: Levy BS, Wegman DH. Editors. Occupational Recognizing
Preventing Work-related Disease. 3rd ed. Boston: Little, Brown and Co.
PROGNOSIS 1995: 563-66.
1) Pada keracunan ringan akan dapat pulih dalam waktu 8. Fine LJ, Rosenstock L. Cardiovascular Disorders. Evaluation and
minggu-bulan. Treatment. In: Rosenstock L, Cullen MR. Editors. Textbook of Clinical
wnd Environmental Medicine. Philadelphia: WB Saunders Co. 1994: 389-
2) Pada keracunan berat, bila tidak terjadi kematian akan 93.
meninggalkan sekuele neuropsikiatri(1-19). 9. Benowitz NL. Cardiovascular Toxicology. Occupational Illness. In: La
Dou J. editor. Occupational and Environmental Medicine. International 2nd
SARAN ed. Stamford: a Lange Medical Book. 1997: 328-32.
1) Selalu mengukur keberadaan gas CO di lingkungan kerja. 10. Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Methylene Chloride
Toxicity. Enviromental Medicine. Am. Fam Physician. 1993; 47: 1159-66.
2) Pemeriksaan kadar COHb pekerja pemadam kebakaran 11. Di Maio DJ, Di Maio VJ. Editors. Carbon Monoxide Poisoning. In:
setelah bekerja memadamkan kebakaran, jika kadar COHb di Forensic Pathology. Boca Raton: CRC Press. 1993: 347-54.
dalam darah > 10% (lihat tabel 1) sebaiknya pekerja tersebut 12. Beckett SW. Carbon Monoxide. Hazards in The Work place and Envi-
diberi oksigen murni sampai keluhan menghilang. ronment. In: Rosenstock L, Cullen MR, editors. Textbook of Clinical
Occupational and Environmental Medicine. Philadelphia: WB Saun-ders
Co. 1994: 838-41.
13. Lu FC. editor. Efek Toksik. Prinsip Umum Toksikologi. Dalam: Toksi-
KEPUSTAKAAN kologi dasar, Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Risiko. edisi kedua.
Jakarta. UI-Press. 1995: 48-51.
1. School of Medicine. Carbon Monoxide Headquarter. Wayne State 14. Hung OL, Shih D. Firefighter. Occupational Toxicology. In: Greeberg MI,
University; 1999. Hamilton RJ, Phillip SD. editors Occupational, Industrial and
2. Jones AL, Volans G. Carbon Monoxide Poisoning. Recent Advances Environmental Toxicology. St. Louis: Mosby-Year Book Inc. 1997: 113-
Management of self poisoning. Br Med J. 1999; 319: 1414-17. 18.
3. Bleecker ML. Clinical Presentation of Selected Neurotoxic Com-pounds. 15. Glantz SA, Parmley WW. Passive Smoking and Heart Disease: Mecha-
In: Bleecker ML, Harsen JA, editors. Occupational Neurology and nism and Heart Disease. JAMA. 1995; 273: 1047-53.
Clinical. Neurotoxicology. Baltimore: Williams & Wilkins. 1994; 211: 16. Carbon Monoxide Analyst Protocol (cited 1999 Sept 9). p. 12. From:
207-08. HOME http://home.att.net/-cobuster 1/coprotocol.htm.
4. Kales SN. Carbon Monoxide Intoxciation. Am. Fam Phlysisician 1993; 17. Soden KJ. Marras G, Amsel J. Carboxyhemoglobin Levels in Methyle-ne
48: 1100-04. Chloride Exposed Employees. JOEM. 1996; 38: 367-71.
5. Chale SN. Carbon Monoxide Poisoning. Environmental Toxins. In: 18. Bos N, Fair T, Grassick P, Vanderkuck R. editors Occupational Health. In:
Viccelio P. editor. Handbook of Medical Toxicology. 1st ed. Boston: Workplace Health and Safety HANDBOOK. 3rd ed. South Brisbane:
Little, Brown and Co. 1993: 639-46. Safework College of Work place Health and Safety. 1995: 47-52.
6. Kindwall EP. Carbon Monoxide. The Chemical Occupational Environ- 19. Mancall EL. General editor. Continuum Lifelong learningin Neurology.
ment. In: Zenz Carl, Dickerson OB, Hovart EP. Editors. Occupational Neurotoxicology Part A. 1999; 5; 2: 91-3.

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


OPINI

Pendidikan Formal
Sumber Daya Manusia
Kesehatan Kerja
Astrid Sulistomo
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN Kesehatan Kerja. Sejalan dengan kemajuan teknologi dan pem-


Sebagian besar anggota masyarakat menghabiskan seper- bangunan di Indonesia, sektor industri telah berkembang
tiga dari kehidupan masa dewasanya di tempat kerja, untuk dengan pesat. Berbagai ragam industri, mulai dari industri
secara aktif ikut berperan dalam pengembangan dan peningkat- non-formal di rumah tanggga, pertanian, perdagangan, per-
an kesejahteraan mereka sendiri, keluarga dan bangsanya. kebunan, sampai industri formal yang berskala raksasa ber-
Pekerjaan dapat mempunyai dampak positif maupun negatif munculan.
terhadap tenaga kerjanya. Pada keadaan optimal, pekerjaan Menyongsong era globalisasi, Indonesia tidak terhindar
memberikan peluang untuk mendapatkan penghasilan untuk dari Standar Internasional ISO 18000 apabila produk yang
memenuhi kebutuhan hidup dan juga mempunyai dampak po- dihasilkan ingin dijual di pasar bebas. ISO merupakan suatu
sitif terhadap kesejahteraan dan kesehatan yang meliputi aspek keputusan rapat kerja ISO on Occupational Health and Safety
sosial, psikologis dan fisik. Namun di lain pihak masih banyak Management di Geneva pada tanggal 5- 6 September 1996.
pekerjaan yang kondisi dan lingkungan kerjanya dapat meng- Dalam rapat kerja tersebut diputuskan tentang penerapan seca-
ganggu kesehatan tenaga kerjanya, sehingga dengan demikian ra intemasional Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
menurunkan kesejahteraan, kemampuan kerjanya, bahkan ha- (K3), sebagai salah satu syarat yang berkaitan dengan per-
rapan hidupnya. dagangan bebas, bagi semua jenis industri. Sampai dengan
Berbeda dengan anggota masyarakat lainnya, para pekerja bulan Mei 1996, sebanyak 157.987 perusahaan telah terdaftar
seringkali dihadapkan pada pajanan atau beban kerja yang ber- di Indonesia, dengan rincian 13.381 perusahaan dengan tenaga
bahaya terhadap kesehatannya, sehingga para pekerja mem- kerja 100 orang atau lebih, 11.310 perusahaan dengan tenaga
punyai potensi untuk mengalami gangguan kesehatan yang kerja 50-99 orang, 19.325 perusahaan dengan tenaga kerja
penanganannya memerlukan upaya-upaya khusus, baik di tem- 25-49 orang, 116.025 perusahaan dengan tenaga kerja 25 orang
pat kerjanya maupun dalam memberikan pelayanan kesehatan. atau kurang. Diantaranya lebih dari 30.000 industri yang meng-
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan hasilkan barang ekspor. Angka-angka tersebut belum men-
seringkali tidak dapat disembuhkan, menyebabkan kecacadan, cakup industri atau tenaga kerja di sektor informal. Jumlah
bahkan dapat menyebabkan kematian, sehingga prinsip utama tenaga kerja yang terserap di sektor industri selama Repelita V
dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerja adalah sebanyak 8.583.000 atau 10,7% total angkatan kerja yang ada
melakukan upaya untuk mengetahui potensi bahaya dari setiap di Indonesia. Dalam Pembangunan Jangka Panjang II (PJP II)
jenis pekerjaan dan melakukan upaya-upaya pencegahan ter- sasaran pokok pembangunan ketenaga kerjaan adalah ter-
hadap gangguan kesehatan. ciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang
Pajanan yang dialami di tempat kerja sangat beraneka memadai untuk menyerap tambahan angkatan kerja baru.
ragam, mulai dari bahan kimiawi yang pada saat ini sudah Angkatan kerja pada tahun 2000 diperkirakan berjumlah 101
mencapai ±100 jenis, bahan fisik mulai dari panas, bising juta orang yang meningkat terus sehingga menjadi 148 juta
sampai ke radiasi ionik sampai ke pajanan psikologis, akibat orang pada akhir PJP II. Krisis ekonomi yang berkepanjangan
stress yang makin berat di tempat kerja. Sehingga upaya untuk di Indonesia telah mengubah beberapa prediksi mengenai te-
melakukan upaya-upaya pencegahan memerlukan keahlian dari naga kerja maupun industri, namun bila keadaan ekonomi di
tenaga profesi yang terlibat dalam program Keselamatan dan Indonesia pulih kembali, diperkirakan jumlah tenaga kerja

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 29


akan segera meningkat sesuai dengan prediksi semula. pok maupun individu
Perkembangan yang pesat di sektor industri yang diikuti 4. Pendidikan dan pelatihan
dengan pengembangan yang pesat pula pada angkatan kerja di 5. Surveilans
Indonesia, ternyata tidak diikuti dengan pengembangan sumber 6. Pengobatan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan
daya manusia yang ahli dalam bidang keselamatan dan kese- 7. Pertolongan pertama pada kecelakaan
hatan kerja. 8. Upaya rehabilitasi
9. Penelitian mengenai penyebab gangguan kesehatan
PERMASALAHAN 10. Konseling
Sampai saat ini di Indonesia belum ada data yang akurat
mengenai besarnya masalah kesehatan kerja atau penyakit PELAKSANAAN PROGRAM
karena hubungan kerja. Meskipun menurut Surat Keputusan Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja
Republik Indonesia nomor 22 tahun 1993 telah dikenal adanya tidak dapat dilakukan oleh satu profesi tertentu, tetapi me-
31 penyakit yang timbul karena hubungan kerja, tetapi data merlukan kerja sama tim.
yang berdasarkan laporan sejak tahun 1987 baru 2 penyakit Tim inti yang bertanggung jawab untuk menangani
karena hubungan kerja yang terdiagnosis, yaitu asthma kerja masalah keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari tenaga
dan dermatosis akibat kerja. Sedangkan di negara maju seperti dan profesi sebagai berikut:
Amerika Serikat, diperkirakan setiap tahun terjadi kurang lebih 1) Ahli Keselamatan Kerja (Safety Engineer)
390.000 penyakit karena hubungan kerja dengan kurang lebih • Meneliti kecelakaan dan keadaan berbahaya sebagai dasar
20 juta kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. untuk mengembangkan prosedur kerja untuk mencegah ke-
Meskipun yang dilaporkan masih jauh dibawah angka-angka celakaan.
tersebut. Di negara yang sedang berkembang, seperti Indo- • Mencari dan menyebarluaskan informasi mengenai pence-
nesia, diperkirakan risiko untuk terkena penyakit yang ber- gahan kecelakaan dan mengembangkan sistem monitoring dan
hubungan dengan pekerjaan lebih tinggi, antara lain karena: pemeliharaan dan efektifitas upaya pengendalian.
− tingkat pendidikan para pekerjanya lebih rendah 2) Ahli Higiene Industri (Industrial Hygienist)
− kurangnya pengetahuan mengenai proses kerja dan • Melakukan investigasi dan monitoring lingkungan kerja ter-
pajanan hadap pajanan kimiawi dan fisik.
− kurangnya pelatihan untuk kerja 3) Dokter Ahli/Spesialis Kedokteran Okupasi (Occupa-
− para pekerja tidak mengeluh mengenai kondisi kerjanya tional Medicine Physician)
karena takut kehilangan pekerjaan • Pertangggung jawab untuk menyelenggarakan aspek medis
− masih tingginya angka penyakit infeksi dan malnutrisi dari program kesehatan kerja
− masih belum jelasnya sistem pelaporan • Memberi rekomendasi terhadap kebijaksanaan mengenai
Hal tersebut diperberat dengan kurangnya pula sarana dan pengendalian lingkungan
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan profesional • Memberi informasi mengenai kejadian kecelakaan kerja
untuk melaksanakan program K3 dan khususnya untuk men- kepada ahli Keselamatan Kerja
diagnosis, mengelola dan mencegah penyakit yang berhubung- • Memberi informasi mengenai kejadian penyakit yang ber-
an dengan pekerjaan. Selain itu dukungan oleh manajemen hubungan dengan pekerjaan kepada ahli higiene industri.
perusahaan masih jauh dari optimal, sehingga partisipasi aktif 4) Perawat Kesehatan Kerja (Occupational Health Nurse)
dari seluruh tenaga kerja belum tercapai. Seringkali perawat kesehatan kerja merupakan satu-satu-
nya tenaga K3 yang berada di suatu perusahaan, sehingga
KESEHATAN KERJA peranan perawat menjadi sangat penting. Namun di perusahaan
Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam Ilmu Kesehat- besar yang memiliki tenaga profesi K3 yang lebih lengkap,
an/Ilmu Kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar peranan perawat terutama adalah:
pekerja, komunitas pekerja memperolah derajat kesehatan se- • Membantu menyelenggarakan program kesehatan kerja
tinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial dengan • Melakukan administrasi umum.
usaha-usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, ter- • Memelihara sarana pelayanan kesehatan
hadap penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibat- 5) Ahli Manajemen Kesehatan Kerja
kan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta ter- Mengelola program Kesehatan Kerja dengan melakukan
hadap penyakit umum. koordinasi dengan tim agar efektif dan efisien.
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan maupun Tidak semua industri/perusahaan harus memiliki tim inti
kecelakaan akibat kerja, pada umumnya dapat dicegah bila yang terdiri dari ke 5 profesi di atas. Tergantung pada besar,
potensi bahayanya dapat dikenal sejak dini dan dilakukan jenis dan lokasi industri, sebuah perusahaan bisa mempekerja-
upaya pengendalian. kan satu tim yang lengkap, satu/ lebih jenis profesi saja atau
Dengan demikian pelayanan kesehatan kerja antara lain tidak memiliki tim tersendiri, namun dapat memanfaatkan
terdiri dari: profesi tertentu bila dibutuhkan. Selain tim inti di atas tim K3
1. Upaya promosi kesehatan sering memerlukan bantuan tenaga teknis sebagai berikut: ahli
2. Pengendalian lingkungan kerja audiologi, ahli ergonomi, tenaga fisioterapi, tenaga occu-
3. Pemeriksaan dan pelayanan kesehatan, baik secara kelom- pational therapy, para spesialis klinik, ahli psikologi, tenaga

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


pendidik, ahli hukum, ahli epidemiologi dan tenaga sosial/ nyelenggarakan program magister bagi tenaga dokter dalam
rehabilitasi. bidang hiperkes medis. Program Studi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja merupakan salah satu bidang Kajian yang
PROGRAM PENDIDIKAN FORMAL DALAM diselenggarakan oleh Program Pascasarjana UI dan memiliki
KESEHATAN KERJA kekhususan, yaitu Hiperkes Medis yang diselenggarakan oleh
Dibandingkan dengan jumlah lembaga pendidikan tinggi Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI dan berlangsung
yang ada di dunia intemasional, maupun di Indonesia, lembaga selama 2 tahun (4 semeter) dengan +48 SKS. Pada akhir masa
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan bagi profesi pendidikannya peserta harus melakukan suatu penelitian dan
dalam bidang K3, khususnya kesehatan kerja masih sangat menulis tesis.
terbatas. Untuk menampung peminat dokter-dokter yang telah/
Pada umumnya tingkat pendidikan bagi tenaga profesi di sedang bekerja dan sulit meninggalkan pekerjaannya untuk
bidang kesehatan kerja adalah pada tingkat pascasarjana (S2) waktu yang cukup panjang, pada tahun 1996 telah dikembang-
dengan lama pendidikan antara 2-3 tahun, tergantung apakah kan program khusus, yaitu waktu pendidikannya hanya selama
waktu praktek dimasukkan dalam masa pendidikan formal atau hari Jumat dan Sabtu dengan SKS yang sama. Pada waktu yang
tidak. Di Amerika Serikat pada tahun 70’an The National bersamaan, untuk menampung minat yang lebih kearah
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) didiri- aplikasi ketrampilan medis daripada penelitian dibuka pula
kan dan mendapat tanggung jawab untuk mengembangkan jalur pemagangan, yang terdiri dari pemagangan di klinik
program pendidikan dan menyelenggarakan penelitian dalam maupun di industri formal dan non-formal, bagi peserta yang
bidang kedokteran okupasi. Karena langkanya program pen- tidak melakukan penelitian.
didikan bagi dokter, perawat ahli higiene industri dan profesi Pada tahun 1998, bersama-sama dengan CHS, telah pula
lainnya, NIOSH mendirikan pusat-pusat pendidikan (Educa- dikembangkan katalog program pendidikan spesialis Kedokter-
tional Resource Center) di 32 Universitas yang tersebar di 14 an Okupasi, yang penyelenggaraannya akan segera dilaksana-
negara bagian. NIOSH mengembangkan pula katalog pen- kan oleh FKUI. Program ini berlangsung selama 3 tahun dan
didikannya. mencakup ±70 SKS. Balai Hiperkes Departemen Tenaga
Kerja, bekerja sama dengan Edith Cowan University, Perth
1) Dokter Ahli/Spesialis Kedokteran Okupasi Australia telah menyelenggarakan suatu program pendidikan
Untuk dapat memberikan pelayanan kedokteran okupasi jarak jauh, bagi dokter-dokter yang sudah bekerja.
secara lengkap, seorang dokter tidak cukup hanya merupakan
seorang klinisi yang baik. Berbeda dengan dokter ahli/spesialis 2) Perawat Kesehatan Kerja
lainnya, yang pada umumnya menunggu kedatangan pasien ke Sama dengan pendidikan bagi dokter ahli dalam bidang
kliniknya yang mempunyai keluhan, seorang dokter okupasi kesehatan kerja, pendidikan bagi perawat kesehatan kerja juga
pada umumnya berhadapan dengan populasi pekerja yang pada berlangsung selama kurang lebih 2 tahun dan lebih membahas
dasarnya sehat dan harus berupaya untuk mencegah timbulnya aspek keperawatan dalam kesehatan kerja.
penyakit. Hal ini memerlukan seorang dokter dengan keahlian Program pendidikan ini belum diselenggarakan di Indo-
khusus. nesia, namun pada saat ini sedang dipersiapkan ini oleh
Program pendidikan bagi dokter ahli ini dikembangkan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
bersama dengan Perhimpunan Dokter Ahli The American
Occupational Medicine Association (AOMA) dan mencakup 3) Ahli Higiene Industri
aspek administratif dan klinis dari kedokteran okupasi, bio- Pada umumnya latar belakang pendidikan dari seorang ahli
statistik dan epidemiologi, kesehatan lingkungan, higiene in- higiene insustri adalah dari bidang teknik atau ilmu dasar
dustri, toksikologi industri, sanitasi industri, hukum dan namun tidak tertutup kemungkinan bagi dokter, perawat atau
undang-undang , etika dan pengelolaan mutu lingkungan. Gelar ahli fisiologi untuk mengikuti pendidikan formal dalam bidang
yang diraih pada akhir pendidikan adalah MPH (Master of ini. Pendidikan pada umumnya juga berlangsung 2 tahun.
Public Health) dalam Kedokteran Okupasi. Banyak lembaga pendidikan tinggi menyelenggarakan pen-
Mengingat bahwa banyak dokter mempunyai minat di didikan ini bersamaan dengan pendidikan ahli keselamatan
bidang ini telah bekerja di perusahaan/industri, seringkali tidak kerja.
mungkin bagi dokter tersebut untuk meninggalkan pekerjaan-
nya untuk mengikuti program pendidikan; maka ada beberapa HAMBATAN DALAM PENYELENGGARAAN PEN-
Universitas yang menyelenggarakan program khusus, seperti di DIDIKAN FORMAL
University of Michigan dengan program On Job On Campus, 1) Minat untuk mengikuti program ini belum seperti apa yang
yaitu dengan mengikuti program pendidikan selama 3 hari diharapkan, hal ini antara lain disebabkan karena:
penuh pada akhir minggu sekali seminggu, selama 2 tahun dan • Belum jelasnya pemanfaatan tenaga ahli ini, baik oleh
Medical College of Wisconsin, yang menyelenggarakan sektor pemerintah maupun sektor swasta/industri.
program jarak jauh dengan mengembangkan modul-modul • Terbatasnya dana untuk melakukan promosi untuk bidang
computer. ini.
Di Indonesia, sejak tahun 1987 Universitas Indonesia • Terbatasnya kemampuan finansial calon peserta untuk
bekerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja, telah me- mengikuti program pendidikan.

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 31


2) Terbatasnya sarana dan fasilitas untuk melaksanakan pen- Penyelenggaraan pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan,
didikan dengan mengikuti perkembangan mutakhir. perlu ditunjang oleh pihak penyelenggara.program K3 (Depar-
3) Untuk beberapa jenis tenaga profesi dalam Kesehatan Kerja temen Tenaga Kerja) maupun oleh perkumpulan-perkumpulan
belum ada program pendidikannya di Indonesia. profesi yang bersangkutan, baik berupa pemikiran, tenaga
4) Terbatasnya tenaga pengajar dalam bidang ini. maupun dana dan sarana.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Kebutuhan akan tenaga profesional dalam bidang Kese-
lamatan dan Kesehatan Kerja makin meningkat, sejalan dengan
perkembangan yang pesat dalam bidang industri dan akan
KEPUSTAKAAN
segera datangnya era globalisasi, Indonesia harus dapat meng-
ikuti persaingan. Tenaga profesional dalam K3 memerlukan 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
keahlian khusus, yang hanya bisa dicapai secara optimal Tinggi, Katalog Program Studi Ilmu Kedokteran Okupasi, 1998.
dengan pendidikan formal. Seperti juga di dunia internasional 2. Levy BS, Wegman DH. Occupational Health: Recognizing and Pre-
venting Work Related Disease, 3rd edition. Little, Brown and Co.
pendidikan dalam bidang ini masih sangat terbatas, termasuk di Boston/NewYork/Toronto/London ;1995.
Indonesia. Agar pendidikan formal bagi seluruh tenaga profesi 3. Lagrange, Lou. Introduction to Occupational Medicine. A Guide. Edith
K3 dapat terlaksana seperti apa yang diharapkan, perlu dibuat Cowan University. Perth, 1995.
kesepakatan mengenai jenis-jenis tenaga profesi K3 yang 4. McCunney, Robert J. Handbook of Occupational Medicine. Little Brown
Co. Boston/Toronto, 1988.
dibutuhkan, dibuat standar mengenai tingkat keahlian K3 yang 5. Newkirk, William L. Occupational Helath Services. American Hospital
diperlukan oleh suatu perusahaan, perlu ada pengakuan dari Association, 1993.
pihak pemerintah maupun profesi agar dapat dimanfaatkan 6. WHO. Global Strategy on Occupational Helath for All - The Way to
secara optimal. Health at Work. Geneva, 1995.

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


OPINI

Peranan Perawatan
Kesehatan Masyarakat dalam
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Ambar W Roestam
Wakil Ketua Departemen Pembinaan Pelayanan Keperawatan Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN Ilmu Keperawatan. Pemahaman tentang Kesehatan dan Kese-


Pada dekade belakangan ini perkembangan dunia industri lamatan Kerjanyapun jadi berbeda-beda. Dengan demikian di
berjalan dengan pesat, demikian juga tuntutan terhadap kualifi- Indonesia terdapat beberapa jenis kualifikasi perawat yang
kasi pekerjaannya serta pelayanan kesehatan pada kelompok bekerja di perusahaan.
pekerja di industri. Konsep pelayanan kesehatan kerja bagi Apapun kualifikasi perawat kesehatan (masyarakat/
pekerja juga mengalami kemajuan yang pesat seiring dengan kesehatan kerja) peranan yang bisa dikembangkan tetap meng-
perkembangan dunia industri. acu pada ruang lingkup pelayanan Kesehatan dan Keselamatan
Perusahaan adalah tempat bertemunya dua pihak yang ber- Kerja. Dengan demikian, apa saja peranan perawat kesehatan
kepentingan. Di satu pihak owner mengusahakan keuntungan masyarakat (dalam hal ini perawat kesehatan kerja) dalam
dan efisiensi sebesar mungkin, di lain pihak tenaga kerja mem- kesehatan dan keselamatan kerja ?
perjuangkan kesejahteraan termasuk kesehatan dan keluarga
mereka. Di Indonesia, pemerintah membantu kelompok kedua PENGERTIAN
dengan memberlakukan peraturan dan perundangan. Undang- Perawat yang bekerja di perusahaan selain mempunyai
undang yang memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja pengetahuan dasar keperawatan ia juga mempunyai aspek-
adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan aspek khusus dalam tugas mereka. Karena itu dikembangkan
Kerja dan Permenaker No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayan- spesialisasi perawatan yang disebut dengan perawatan kesehat-
an Kesehatan Kerja. an kerja (occuptional health nursing).
Pelayanan Kesehatan Kerja umumnya dilakukan oleh dok- Perawatan yang bekerja di perusahaan selain harus mahir
ter dan/atau perawat. Perawat yang bekerja di perusahaan dalam perawatan, ia juga harus mempunyai pengetahuan yang
merupakan perawat kesehatan masyarakat yang bekerja dalam cukup tentang penyakit-penyakit akibat kerja, mengetahui cara-
komunitas pekerja dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan cara pencegahan, diagnosis dini dan usaha-usaha lain dalam
yang berhubungan dengan tempat kerja dan berfokus pada memberantas penyakit akibat kerja. ia juga harus mengetahui
keselamatan kerja, serta menggunakan prinsip-prinsip pence- faktor-faktor yang menyebabkan hubungan kerja yang kurang
gahan dan pengendalian efek yang merugikan selama interaksi baik, berkurangnya gairah kerja, serta hal-hal lain. Tugas utama
pekerja dengan tempat kerja. atau pekerjaan utama seorang perawat di perusahaan adalah
Dokter atau perawat yang menyelenggarakan pelayanan melakukan promosi kesehatan dan keselamatan kerja.
kesehatan kerja seharusnya mendapatkan pendidikan tambahan Berikut ini akan dibahas mengenai peranan keperawatan
atau sekurang-kurangnya pelatihan khusus dalam bidang kese- kesehatan kerja.
hatan. Berbeda dengan profesi dokter yang mendapatkan pendi- Pengertian Perawatan Kesehatan Kerja (Occupational
dikan dasar kedokteran di perguruan tinggi, pendidikan pera- Health Nursing) merupakan cabang dari perawatan kesehatan
watan di Indonesia masih mengenal berbagai tingkatan dari masyarakat, yang memberikan pelayanan pada tenaga kerja
Sekolah Perawat Kesehatan, Akademi Perawatan dan Fakultas atau kelompok tenaga kerja. Pelayanan berfokus pada promosi,

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 33


proteksi, dan pemulihan kesehatan naker dalam hubungannya − Mengelola penatalaksanaan penyakit umum dan penyakit
dengan keselamatan dan lingkungan kerja yang sehat. Pelayan- akibat kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan serta
an keperawatan kesehatan kerja bersifat otonom dan inde- masalah kesehatan primer di perusahaan.
penden dalam menentukan penatalaksanaan keperawatan − Melaksanakan evaluasi kesehatan dan kecelakaan kerja
bidang kesehatan kerja. (AAOHN-American Association of − Konsultasi dengan pihak manajemen dan pihak lain yang
Occupational Health Nursing, 1994) diperlukan
Sehubungan dengan definisi ini, maka standar pelayanan − Mengelola pelayanan kesehatan, termasuk merencanakan,
keperawatan kesehatan kerja juga diformulasikan. Sebagai mengembangkan dan menganalisa program, pembiayaan, staff-
pemberi pelayanan yang berhubungan dengan bidang kesehatan ing serta administrasi umum.
dan keselamatan kerja maka mudah dipahami bahwa seseorang Apabila dikembangkan lebih lanjut maka peranan perawat
perawat harus bekerja sama dengan bidang-bidang lain yaitu kesehatan kerja, mencakup tugas fungsional sebagai berikut :
misalnya dokter, ahli higine perusahaan, ergonomi, psikolog, 1) Clinician direct care
ahli gizi dan lain-lainnya. Fungsi seorang perawat di perusaha- − Menilai kebutuhan kesehatan pekerja, membuat diagnoss
an sebenarnya sangat bergantung pada kebijakan perusahaan (Dx) keperawatan, merencanakan dan melaksanakan serta
dalam hal luasnya ruang lingkup upaya kesejahteraan dan mengevaluasi dampak intervensi.
keselamatan kerja. Ada kalanya perusahaan hanya mempunyai − Memberikan pelayanan kesehatan yang berhubungan
seorang perawat fulltime saja untuk upaya kesehatan dan dengan pencegahan, mempertahankan serta memperbaiki masa-
keselamatan kerjanya. Dalam keadaan seperti ini maka peran lah kesehatan.
seorang perawat sangat besar, dan harus mampu bekerja tim 2) Coordinator
dengan multidisiplin lain :
− Melakukan fungsi administrasi
Community health care − Pelayanan dengan titik berat pencapaian kualitas pe-
Provider / specialist ayanan yang cost-effective.
3) Single nurse service
Insurance carrier Union − Menilai kesehatan dan keselamatan
Safety profesional OCCUPATIONAL Personel − Pengembangan program penilaian
HEALTH NURSE 4) Health promotion specialist
− Fungsi administrasi
Industrial Hygienist Worker
− Pengembangan dan analysis program
Occupational Supervisor/ 5) Manager/administrator
Medicine manager 6) Corporate director
7) Consultant
PERANAN PERAWAT KESEHATAN KERJA 8) Educator
Perusahaan dimana perawat bekerja, saat ini mengalami Di dalam menjalankan fungsinya maka seorang perawat
kemajuan tehnologi yang cukup dramatik, demikian juga pe- kesehatan kerja melakukan dua kelompok pekerjaan yang
ranan perawat kesehatan kerja menjadi makin beragam dan besar:
komplek. Seringkali perawat bekerja sama dengan berbagai 1. Penatalaksanaan kasus
profesi, tenaga kerja dan pihak pengelola perusahaan, maka 2. Penatalaksanaan program
peran seseorang perawat adalah bekerja sama dengan mereka 1) Peranan perawat kesehatan kerja pada penatalaksanaan
dalam hal mengidentifikasi kebutuhan kesehatan, memilih kasus adalah dalam menerapkan proses perawatan dan prinsip-
prioritas hal yang harus diintervensi, mengembangkan dan m- prinsip kesehatan masyarakat pada pekerja dan tempat kerja.
elaksanakan program serta melakukan evaluasi. Dengan kata lain penatalaksanaan kasus adalah penerapan
Posisi perawat kesehatan kerja disini unik dan merupakan standar pelayanan klinis keperawatan pada tenaga kerja.
posisi perawat seringkali lebih dekat dan lebih akrab dengan Berbeda dengan dokter yang melakukan analisa untuk
pekerja-pekerja dibandingkan dengan dokter, perawat lebih mendapatkan diagnosia klinis, maka perawat kesehatan kerja
sering (daripada dokter) melayani penyakit-penyakit dan kece- diharapkan mampu membuat diagnosis keperawatan (box).
lakaan kecil. Dengan demikian seorang perawat harus bisa
melakukan pelayanan yang holistik dan komprehensive dalam Nursing Diagnosis :
memberikan pelayanan kesehatan. Di bawah ini pelayanan Clinical judgement about a client’s responses to actual or protential health and
safety condistions or need. Nursing diag-nosis provide the basis for planning
yang secara umum diselenggarakan oleh perawat : and implementing care.
− Meyakinkan bahwa perusahaan memenuhi peraturan dan Occupational health nursing diagnoses, include :
perundangan (but not limited) to :

− Mengembangkan progran surveilance kesehatan Client health status
− Workforce morbidity
− Melakukan konseling − Population at risk
− Melakukan koordinasi untuk kegiatan promosi kesehatan − Workplace hazards
& fitnes
− Melakukan penilaian bahaya potensial kesehatan dan Menyadari bahwa tugas dan peran perawat yang kompleks,
keselamatan di tempat kerja

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


di Amerika telah dikembangkan standar pelayanan klinis 3) Tertiary prevention
bidang kesehatan kerja (the Standards of Clinical Nursing ¾ Rehabilitation
Practice and the Professional Practice Standards – AAOHN, ¾ Restoration
1994) : ¾ Return to work
− Penilaian secara sistematis status kesehatan klien Di bawah ini adalah contoh-contoh dari Pelayanan Ke-
− Melakukan analisa data yang dikumpulkan untuk mene- sehatan dan Keselamatan Kerja :
gakkan diagnosis keperawatan • Pemeriksaan Kesehatan :
− Mengidentifikasi tujuan spesifik keperawatan yang di- - Preplacement
harapkan - Periodic, mandatory, voluntary
− Mengembangkan rencana keperawatan yang komprehensif - Transfer
dan memformulasikan tindakan intervensi yang dilakukan pada - Retirement/termination
setiap tingkat pencegahan serta terapi untuk mencapai tujuan - Executive
perawatan - Health risk appraisal
− Melaksanakan intervensi untuk mempromosikan kesehat- • Preventive health screening with education
an, pencegahan penyakit dan kecelakaan, memfasilitasi pemu- • Employee assistant program
lihan yang kesemuanya dipandu dengan rencana keperawatan • Lifestyle classes : Smoking cessation, weight control,
(renpra) stress management, physical fitness, dll.
− Secara sistimatis membuat evaluasi berkesinambungan • Rehabilitation
terhadap respons klien dan kemajuan-kemajuan mencapai • Treatment of illness and injury
tujuan yang ditetapkan. • Primary health care for workers and dependents
2) Sedangkan peranan perawat pada Pengembangan, Pelaks- • Fitting of protective equipment
anaan dan Evaluasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja • Worker safety and health education related to occupational
adalah penerapan fungsi-fungsi administrasi pada program- hazard
program kesehatan dan keselamatan kerja. • Job analysis and design
Ruang lingkup peranan perawat dalam hal ini adalah : • Prenatal and Postnatal care
a) Pengembangan program meliputi : • Medical self-help and consumerism classess
1) Assessment • Safety audits and accident investigation
− data
• Plant surveys and environmental monitoring
− worker related assessment
• Worker compensation
− environmental assessment • Risk management, loss control
− workplace assessment
• Emergencies preparedness
− assessment tools
• Preretirement counselling
2) Perencanaan program
− SWOT analysis KETRAMPILAN DAN KOMPETENSI
− Identifikasi sumber daya (P, F, E, S, Fas) Melihat peranan perawat kesehatan kerja di atas, maka
− Pengembangan tujuan tingkat kompetensi perawat kesehatan masyarakat menjadi
b) Implementasi program sedikit berbeda dengan perawat klinik. Beberapa kemampuan
Mengikuti rencana dan tahapan lain perlu dimiliki oleh perawat kesehatan kerja.
c) Evaluasi program Meskipun perawatan emergensi dan kedaruratan medik
− evaluasi proses penting dikuasai oleh perawat kesehatan kerja, saat ini dan saat
− QA : structure, process dan outcome yang akan datang lebih mementingkan pendekatan proaktif
− methods dengan tujuan pencegahan penyakit akibat kerja, kecelakaan/
− cost-effective & cost benefit program cedera serta promosi kesehatan. Dengan demikian seorang
Program yang dikembangkan oleh Tim Kesehatan dan Ke- perawat kesehatan kerja harus mempunyai ketrampilan untuk
selamatan Kerja ini harus selalu mengacu pada prinsip-prinsip mengenal dan mengevaluasi bahaya potensial kesehatan di
kesehatan dan keselamatan kerja, yang berfokus utama pada tempat kerja, demikian juga dengan bahaya nyata yang terjadi
pencegahan. Tingkat pencegahan yang dianut dalam pengem- di tempat kerja.
bangan program K3 adalah : Ketrampilan management, pengetahuan terhadap toksiko-
1) Primary prevention logi, ergonomi, epidemiologi, kesehatan lingkungan, kesela-
¾ Health promotion matan serta cara penyuluhan merupakan ketrampilan yang
¾ Disease prevention essential yang perlu dimiliki.
¾ Non-occuptional program Di bawah ini contoh-contoh area kompetensi seorang
2) Secondary prevention perawat kesehatan kerja :
¾ Early diagnosis
¾ Early treatment intervention Manajemen dan administrasi
¾ Limit disability − Penatalaksanaan keuangan

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 35


− Penggajian − Mempunyai pengetahuan tentang pengendalian engine-
− Mengembangkan program dan tujuan akhir ering, administrasi serta alat pelindung diri untuk pencegahan
− Menyelenggarakan pelayanan komprehensive beserta bahaya.
seluruh programnya
− Mengetahui kebutuhan perusahaan dan karyawannya Tanggung jawab hukum dan etika
− Menulis laporan − Mengetahui peraturan dan perundangan yang berlaku
− Melakukan audit dan penjaminan mutu − Pengetahuan terhadap standar keperawatan dan tanggung
− Menangani kompensasi karyawan jawab profesi yang berlaku (legal-practice)
− Negosiasi − Dan lain-lainnya
− Koordinasi dengan lain-lain profesi − Mengetahui legal-practice
Asuhan keperawatan − The client-nurse relationship
− Melaksanakan proses perawatan Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa peranan pe-
− Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan dan rawat dalam kesehatan kerja sangatlah bermakna; namun
pelayanan kesehatan primer melihat pemberdayaan tenaga keperawatan di perusahaan,
− Melakukan assessment phisik sampai saat ini belum terlihat menjadi prioritas dalam rangka
− Melakukan anamnesa peningkatan produktivitas di perusahaan.Oleh karena itu
Mengapa perlu kiranya dikaji konsep perawatan kesehatan
− Melakukan testing medis
kerja, peran dan tanggung jawab serta ketrampilan dan kom-
− Melaksanakan immunisasi sesuai protokol petensi yang ada, serta situasi perawatan kesehatan kerja di
− Respon terhadap hal-hal yang emergensi Indonesia. Profesi perawat dalam menghadapi era globalisasi
− Pengetahuan tentang issues kesehatan kelihatannya masih harus dipersiapkan dengan baik.
Konsultasi
− Menjadi nara sumber bagi perusahaan dan karyawan ter- SITUASI PERAWATAN KESEHATAN KERJA DI
hadap issu-issu yang berhubungan dengan kesehatan INDONESIA
− Mempunyai pengetahuan yang luas tentang kesehatan Sampai Oktober 1998 tercatat sebanyak 2.813 orang pe-
masyarakat dan prinsip-prinsip kesehatan dan keselamatan rawat yang dimiliki Departemen Tenaga Kerja yang bekerja di
kerja perusahaan. Untuk memelihara keilmuan dan keanggotaan
tenaga perawat kesehatan kerja diharapkan berpatisipasi dalam
Penyuluhan kesehatan suatu ikatan profesi. Ikatan Perawat Hiperkes Indonesia resmi
− Mengenai hubungan perbedaan budaya dengan status didirikan pada 23 s/d 26 Maret 1970. Saat ini keanggotaannya
kesehatan mencapai jumlah seperti angka perawat di atas. Namun
− Menggunakan cara komunikasi yang efektif pada pekerja kegiatan assosiasi ini bagi anggotanya kurang menjadi jaminan
maupun manajemen perusahaan dalam upaya peningkatan kemampuan/kompetensi.
− Membuat presentasi yang efektif Latar belakang pendidikan perawat saat ini masih berbeda-
− Menggunakan tehnik-tehnik interpersonal komunikasi beda antara lulusan SPK, D3 sampai S1 Keperawatan.
− Memberikan pembelajaran orang dewasa dan prinsip- Pendidikan formal Keperawatan Kesehatan Kerja (Occupa-
prinsip penyuluhan kesehatan tional Health Nursing) saat ini belum ada di Indonesia, tetapi
− Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, dan ada yang telah mengikuti pendidikan Kesehatan dan Kese-
mengevaluasi program-program yang dilakukan. lamatan Kerja, baik tingkat D3, S1 maupun S2 / S3 di dalam
maupun di luar negeri.
Penelitian Peranan perawat kesehatan kerja di perusahaan secara
umum mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kepe-
− Mampu mengembangkan dan melaksanakan suatu survey
rawatan. Biasanya perawat ini bekerja sama dengan dokter
− Mampu secara sistematis mengumpulkan data, mengana-
dalam menjalankan program-program upaya kesehatan dan
lisa serta membuat intretasi data dari sumber-sumber yang
keselamatan kerja. Saat ini banyak perusahaan hanya mem-
berbeda
pekerjakan seseorang perawat untuk melakukan upaya kese-
− Mengenal kecenderungan dari tingkat kesehatan setiap hatan kerja karena secara umum mereka mengikuti Jamsostek
departemen pada alur perusahaan tempat bekerja. yang juga menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja.
Kompetensi perawat di perusahaan belum bisa memadai.
Kesehatan dan lingkungan kerja Dari pengalaman penulis selama dalam mengadakan plant-
− Mempunyai pengetahuan tentang alur dan proses produksi survey bersama mahasiswa dapat dikatakan peranan perawat di
di perusahaan perusahaan masih menganut paham perawat di klinik, yaitu
− Mampu mengidentifikasi paparan yang ada pada tempat bersifat kuratif. Penyelenggaraan keselamatan kerja dilakukan
kerja oleh P2K3 tanpa campur tangannya. Bahkan ada perawat yang
− Mampu membuat rekomendasi yang tepat dan sasaran bekerja di pabrik tersebut belum pernah melihat ke dalam
yang tepat dalam mengendalikan bahaya potensial pabrik tersebut, apalagi mengetahui proses produksi. Sebagian

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


besar dari perawat yang telah mendapat pelatihan tentang 3. Semua tempat kerja perkantoran dan industri tidak me-
kesehatan dan keselamatan kerja selama 2 minggu di Hiperkes nimbulkan radiasi
belum menunjukkan perbedaan dibandingkan yang belum 4. Terbentuknya institusi pembina kesehatan dan keselamatan
mendapatkan pelatihan. kerja.
Dalam menghadapi era globalisasi, profesi perawat kese- 5. Menurunnya tingkat paparan pestisida di lingkungan kerja
hatan kerja belum melakukan antisipasi persaingan yang bakal dan industri, serta tercapainya tempat pengelolaan pestisida
timbul. Namun ada rencana dari Fakultas Keperawatan untuk (TP2) yang memenuhi syarat : 100%
mengembangkan profesi ini dalam perguruan tinggi. Depar- 6. Meningkatnya pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja
temen Tenaga Kerja masih menggunakan pola memberikan paripurna.
latihan kepada perawat selama 2 minggu. Sedangkan Depar- 7. Terpenuhinya persyaratan kesehatan kerja diberbagai jenis
temen Kesehatan, mempersiapkan perawat yang bekerja di pekerjaan
puskesmas untuk penanganan tenaga kerja. Tampaknya belum 8. Meningkatnya kemandirian hidup sehat pekerja dan
ada yang bisa menjawab tantangan perawatan kesehatan kerja membudayakan Norma Sehat dalam bekerja
di era globalisasi mendatang. 9. Meningkatkan profesionalisme para pembina, pelaksana,
penggerak dan pendukung program kesehatan dan keselamatan
TANTANGAN DAN PELUANG PERAWAT KESEHAT- kerja.
AN KERJA 10. Tegaknya hukum dan terlaksananya sistem informasi
Perawat kesehatan masyarakat dan perawat kesehatan kesehatan dan keselamatan kerja.
kerja sangat berpeluang untuk berkontribusi terhadap ter- Berdasarkan hal di atas dan melihat kegiatan yang akan
capainya INDONESIA SEHAT Tahun 2001. dikembangkan, peranan perawat dalam kesehatan dan kese-
Program kesehatan unggulan adalah : lamatan kerja terlihat akan sangat aktif, mengingat bahwa
1. Program kebijakan pembiayaan kesehatan dan hukum hampir pada seluruh kegiatan melibatkan tenaga keperawatan
kesehatan kesehatan kerja. Sebuah tantangan yang perlu disikapi secara
2. Program perbaikan gizi serius oleh profesi. Tantangan lain adalah pada globalisasi,
3. Program pencegahan penyakit menular termasuk immuni- semua tenaga kesehatan dan keselamatan kerja perlu mendapat
sasi sertifiksi, termasuk perawat kesehatan kerja. Ini yang harus
4. Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan dikembangkan oleh assosiasi perawat kesehatan kerja sebagai
mental sebuah profesi yang mandiri.
5. Program lingkungan pemukiman, air dan udara sehat KESIMPULAN
6. Program kesehatan keluarga, kes produksi dan KB Peranan perawat pada program Kesehatan dan Kese-
7. Program keselamatan dan kesehatan kerja lamatan Kerja bisa dikatakan sangat bermakna, mengingat
8. Program anti tembakau, alkohol dan madat tugas fungsional perawat dalam K3 begitu luas. Bisa dikatakan
9. Program pengawasan obat, bahan berbahaya dan makanan bahwa fokus utama perawatan kesehatan kerja adalah kese-
10. Program pencegahan kecelakaan dan rudapaksa termasuk hatan dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja dengan pene-
keselamatan lalu lintas. kanan pada pencegahan terjadinya penyakit dan cidera. Hal ini
senada dengan tujuan K3.
PENJABARAN DARI PROGRAM KESEHATAN DAN Hanya saja perawatan kesehatan kerja di Indonesia belum
KESELAMATAN KERJA OLEH DEPKES RI : seperti yang diharapkan. Hal ini terjadi/antara lain karena per-
Bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan di kembangan yang sangat pesat dari industri di Indonesia dan
tempat kerja perkantoran dan industri sehingga para karyawan perkembangan fasilitas pendidikan di bidang kesehatan dan
tempat kerja perkantoran da industri serta masyarakat sekitar keselamatan kerja yang ada di Indonesia. Pengaruh lain adalah
terhindar dari penyakit akibat kerja, kecelakaan dan pen- hambatan jenjang pendidikan dasar perawat yang berbeda-
cemaran lingkungan. beda. Peranan profesi dalam mengembangkan tingkat profesi-
onalisme belum terlihat bermakna.
Sasaran Program Untuk menjaga mutu profesionalisme, sudah saatnya kita
1. Semua industri yang menghasilkan limbah telah dapat semua memikirkan upaya yang perlu dilakukan. Salah satunya
mengolah limbahnya dengan aman dan sehat diharapkan organisasi profesi meningkatkan peranannya dalam
2. 75% dari tempat kerja perkantoran dan industri tidak membina dan memantau anggotanya, serta menerus aktif dalam
menimbulkan bising yang mengganggu meningkatkan kemampuan dan ketrampilan anggotanya.

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 37


HASIL PENELITIAN

Pengaruh Lingkungan Kerja Panas


terhadap Kristalisasi Asam Urat Urin
pada Pekerja di Binatu, Dapur Utama
dan Restoran Hotel X, Jakarta
Dewi Sumaryani Soemarko
Sub Bagian Kedokteran Okupasi, Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN kan di kalangan pekerja, khususnya di bagian binatu, dapur


Untuk meningkatkan produktivitas kerja, ada beberapa utama dan dapur restoran hotel "X" yang memang selalu ter-
faktor yang harus diperhatikan. Salah satu faktor yang dinilai papar panas.Data klinik perusahaan tersebut pada tahun 1994
berperan cukup penting adalah lingkungan kerja; secara umum mencatat 20% pekerja mengeluh sama seperti pada penelitian
dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja yang nyaman diharap- Borghi. Data klinik ini juga mencatat 28,8% pekerja yang
kan dapat meningkatkan produktivitas. bekerja di lingkungan panas urinnya mengandung kristal asam
Salah satu faktor yang mempengaruhi kenyamanan ling- urat.
kungan kerja adalah suhu lingkungan kerja. Jika suhu terlalu Diharapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bukan
tinggi, yang disebut dengan lingkungan kerja panas, selain saja untuk mencegah kelainan fungsi ginjal pada pekerja, tetapi
mengganggu kenyamanan, juga mempengaruhi keseimbangan juga untuk meningkatkan produktivitas para pekerja.
cairan dan elektrolit tubuh; jika jumlah cairan dan elektrolit
yang masuk tidak cukup, produksi urin akan menurun dan TUJUAN
kepekatan urin meningkat (hipersatu-rasi/superaturasi). Keada- 1. Mengetahui prevalensi kristal asam urat urin di kalangan
an ini bila berlangsung cukup lama dapat mendorong ter- pekerja Hotel "X" yang bekerja di lingkungan panas yaitu bagi-
bentuknya antara lain kristal dan batu asam urat di saluran an binatu, dapur utama dan dapur restoran.
kemih. 2. Mengetahui faktor-faktor risiko lain untuk terbentuknya
Penelitian Borghi pada pekerja pabrik gelas yang terpapar kristal asam urat urin di kalangan para pekerja.
panas dengan suhu 29 - 310 WBGT di lingkungan kerja selama 3. Mengetahui model (algoritma) terjadinya kristal asam urat
lebih dari 5 tahun menemukan batu asam urat di saluran kemih urin pada pekerja di lingkungan panas.
pada sekitar 38,8% pekerja yang mengeluh pegal atau nyeri di
daerah pinggang dan/atau rasa panas atau sakit saat buang air METODOLOGI
kecil. Disain penelitian adalah kros seksional (survai analitik)
Batu asam urat di saluran kemih akan menimbulkan be- dengan analisis kasus kontrol. Hasiljadi (outcome) utama pada
berapa masalah; selain rasa nyeri, bila berlangsung lama serta penelitian ini adalah kristal asam urat urin positif dan negatif;
tidak ditangani secara seksama, dapat menjadi salah satu faktor disain survai analitik digunakan karena kristal asam urat urin
penyebab gangguan fungsi ginjal. Akibatnya selain merugikan positif bukan merupakan penyakit fatal. Selain itu saat pem-
pekerja, juga perusahaan secara keseluruhan; produktivitas bentukan kristal asam urat urin tidak jelas.
kerja akan menurun, dan biaya kesehatan pekerja akan me- Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Oktober 1996 di
ningkat. Hotel "X" Jakarta.
Populasi penelitian adalah semua tenaga kerja yang be-
PERMASALAHAN kerja di lingkungan kerja panas yaitu bagian binatu, dapur
Untuk menyadarkan semua pihak tentang bahaya ling- utama dan dapur restoran Hotel "X" masing-masing 64 orang,
kungan kerja panas ini, banyak hal yang harus dilakukan; salah 166 orang dan 29 orang
satu di antaranya yang cukup penting adalah menyajikan data Untuk keperluan data analisis dengan pendekatan kasus
yang akurat mengenai kejadian bahaya yang dimaksud. kontrol maka jumlah sampel yang diambil disesuaikan dengan
Penelitian ini dilakukan untuki menyajikan data tersebut. jumlah sampel kasus kontrol. Survai terdahulu di Hotel "X"
Sesuai dengan kemudahan yang tersedia, penelitian ini dilaku- pada tahun 1994 terhadap 185 orang pekerja dengan perincian

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


130 orang bekerja di lingkungan panas dan 55 orang bekerja di dengan lingkungan panas sudah mulai melambat.(3)
lingkungan sejuk, ditemukan 28% tenaga kerja yang bekerja di Pada penelitian ini para pekerja kebanyakan dari suku
lingkungan panas kristal asam urat urinnya positif, sedangkan Jawa (47,6%), disusul oleh suku Sunda 32,5%, dan suku
di lingkungan kerja sejuk, hanya 11% yang asam urat urinnya Betawi 8,7%.
positif. Jenis pekerjaan sebagian besar adalah cook (tukang masak)
Dari data tersebut maka jumlah kasus dan kontrol untuk 51,9%, laundry (binatu) 21,9% dan staf/ steward 26,2%. Hal
memperkirakan risiko terjadinya kristal asam urat pada pekerja ini sesuai dengan pendidikan sebagian besar responden, yaitu
di lingkungan kerja panas, minimal 162 orang yakni 54 kasus SLTA yang sesuai dengan kualifikasi pekerjaannya.
dan 108 kontrol.Sampel awal diambil dari total populasi pe- Kristal asam urat urin positif terbanyak terdapat pada 48
kerja di bagian binatu, dapur utama, dan dapur restoran sebesar pekerja (51,6%) yang bekerja sebagai cook, disusul oleh pe-
259 orang. Kemudian diambil sampel yang memenuhi kriteria kerja di bagian laundry (31,2%). Ini menggambarkan bahwa di
inklusi sampai batas akhir waktu pengumpulan sampel. Pe- lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan sumber panas,
ngumpulan data dilakukan dengan: dalam hal ini kompor/oven dan mesin-mesin laundry, pekerja-
1. Wawancara di tempat menggunakan kuesioner yang telah nya banyak mengalami pembentukan kristal asam urat dalam
disusun secara khusus; meliputi : urinnya (1,3,4,5,6,7,9,19).
a. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan ginjal seperti Jenis pekerjaan berhubungan secara statistik dengan ter-
hipertensi, diabetes melitus, gout, hepatitis/penyakit hati, jadinya kristal asam urat urin (p=0,003); artinya jenis pekerjaan
rematik/artritis dan batu saluran kemih. mempengaruhi risiko terjadinya kristal asam urat urin; jenis
b. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan kristal pekerjaan cook (tukang masak) dan laundry (binatu) sangat erat
asam urat urin seperti jenis pekerjaan, lama kerja, lamanya hubungannya dengan alat/mesin yang menghasilkan panas;
paparan, pekerjaan sebelumnya, kebiasaan makan, kebiasaan akibatnya secara tidak langsung akan mempengaruhi kese-
minum minuman tertentu dengan lama dan frekuensi me- imbangan cairan tubuh dan sistim pemekatan urin.
minumnya, kebiasaan minum obat-obatan dengan lama me- Pekerja di bagian laundry mempunyai risiko 431 kali lebih
makainya, keringat selama bekerja, kebiasaan buang air kecil besar dibandingkan dengan pekerja steward/staf.Demikian juga
selama 8 jam bekerja, kebiasaan berolahraga dan kendaraan dengan cook, jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan
yang digunakan untuk ke kantor. steward/staf mempunyai risiko 1,9 kali lebih besar untuk mem-
2. Pemeriksaan lingkungan tempat kerja punyai kristal asam urat dalam urin; pekerjaan yang ber-
Dilakukan pengukuran tekanan panas berdasarkan indeks hubungan dengan sumber panas mempunyai risiko pembentuk-
WBGT (Wet Bulb Globe Temperature) di lingkungan tempat an kristal asam urat urin yang lebih besar.
kerja dengan menggunakan beberapa alat ukur sebagai berikut :
Tabel 1. Karakteristik demografi, dan kebiasaan olah raga terhadap
a. Termometer globe, digunakan untuk mengukur suhu globe
risiko terjadinya kristal asam urat urin
(suhu radiasi).
b. Termometer udara kering, digunakan untuk mengukur Kristal asam urat
suhu kering udara. Faktor Risiko Positif (N=93) Negatif (N=113) OR 95% CI Nilai P
c. Termometer basah alami, digunakan untuk mengukur suhu n % n %
Umur 0,083
basah alami.
20-29 tahun 8 8,6 6 5,3 1,00*
3. Pemeriksaan fisik 30-39 tahun 32 24,4 56 49,6 0,43 0,12-1,52
Pemeriksaan yang dilakukan adalah yang berhubungan 40-56 tahun 53 57,0 51 45,1 0,78 0,22-2,71
dengan tanda-tanda dehidrasi seperti penimbangan berat badan Pendidikan 0,475
SD, SLTP* 21 22,6 20 17,7 1,00*
sebelum kerja dan sesudah kerja, turgor kulit, tekanan darah,
SLTA+ 64 68,8 84 74,3 0,73 0,34-1,53
frekuensi nadi, suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, juga Akad, PT+ 8 8,6 9 8,0 0,85 0,24-3,03
pemeriksaan fisik lain. Suku Bangsa 0,453
4. Pemeriksaan laboratorium Jawa 43 46,2 55 48,7 1,00*
Sunda 28 30,1 39 34,5 0,92 0,47-1,81
Meliputi pemeriksaan urin rutin dan pemeriksaan asam urat
Betawi 8 8,6 10 8,8 1,02 0,33-3,42
darah secara bersamaan. Lain-lain 4 15,1 9 8,0 1,99 0,72-5,57
Jenis pekerjaan 0,003
HASIL DAN DISKUSI Staf/Steward 16 17,2 38 33,6 1,00*
Cook 48 51,6 59 52,2 1,93 0,91- 4,13
Semua pekerja yang dianalisis adalah laki-laki sesuai
Laundry 29 31,2 16 14,2 4,31 1,71-11,01
dengan penelitian Borghi (1994). Kebiasaan 0,147
Ternyata pada 93 dari 206 pekerja (45,2%) kristal asam olah raga
urat dalam urinnya positif, berarti prevalensi kristal asam urat Tidak pernah 65 69,9 68 60,2 1,00*
Ya 28 30,1 45 39,8 0,65 0,36-1,17
pada penelitian ini adalah 45,2%. Angka ini lebih tinggi dari
hasil penelitian Borghi (38,8%); mungkin karena populasi * Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
* Grup pembanding dasar
penelitian yang berbeda.(1) + Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Usia pekerja sebagian besar (50,5%) lebih dari 40 tahun. + Akademi, Perguruan Tinggi
Ini sesuai dengan lama mereka bekerja, yaitu lebih dari 15
tahun. Pada usia tersebut ketahanan tubuh untuk beradaptasi Pada penelitian ini keadaan dehidrasi tidak terbukti mem-

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 39


punyai hubungan bermakna dengan terjadinya kristal asam urat Tabel 3. Kebiasaan minum terhadap risiko terjadinya kristal asam urat
urin.
urin. Ini bertentangan dengan hasil penelitian Borghi; ini
mungkin disebabkan oleh perbedaan disain penelitian; peneliti- Kristal Asam urat
an Borghi menggunakan kasus kontrol, sedangkan penelitian Positif Negatif
ini menggunakan metode kros seksional. Variabel OR 95% CI Nilai P
(N=93) (N=113)
Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis hubungan an- n % n %
tara faktor lingkungan tempat kerja (lingkungan kerja panas, 1. Minum air putih 0.420
jenis pekerjaan dan lama kerja) dengan keadaan dehidrasi. Hal Tidak pernah 2 2.2 1 0.9 1.00*
1-4 Gelas 15 16.1 20 17.7 2.67 0.16-52.49
serupa juga tidak dilakukan untuk faktor kebiasaan makan dan 5-9 Gelas 37 39.8 21 38.1 1.08 0.07-32.22
minum dan kebiasaan olah raga, penyakit yang pernah/sedang 10-14 Gelas 26 27.9 26 24.8 2,15 0,14-64,07
diderita dan kebiasaan minum obat-obatan dengan keadaan 15-25 Gelas 13 18,3 31 18,5 4,77 0,30-46,72
supersaturasi urin Alasannya adalah pada penelitian ini dilaku- 2. Minum teh/kopi 0.070
Tidak pernah 17 19,2 14 12,3 1,00* 1,00
kan analisis pendekatan kasus kontrol sehingga perlu diketahui 1-4 Gelas 73 78,5 99 87,9 0,61 0,26-1,40
faktor-faktor yang mempengaruhi hasiljadi penelitian, tanpa 5 Gelas + 3 3,3 0 0,0 NA NA
perlu mengetahui terlebih dahulu apakah faktor risiko tersebut 3. Minum jus jeruk 0,541
mempunyai hubungan bermakna dengan variabel antara, dalam Tidak pernah 72 77.4 89 78.8 1.00* 1.00
1-4 Gelas 20 21.5 24 21.2 0.61 0.26 - 1.40
hal ini keadaan dehidrasi dan keadaan supersaturasi urin. 5+ 1 1.1 0 0 NA NA
4. Minum alkohol 0,547
Tidak pernah 89 95.7 106 93.8 1.00* 1.00
Tabel 2. Keadaan dehidrasi dan selisih cairan terhadap risiko terjadinya 1-3 Gelas 4 4.3 7 6.2 1.47 0.37-6.20
kristal asam urat urin
* Grup pembanding dasar NA = tidak dihitung
Kristal Asam urat
Variabel Positif (N=93) Negatif (N=113) OR 95% CI Nilai P Dilihat dari lama bekerja di bagian yang sama, ditemukan
n % n % hampir 30%nya (76 dari 206 responden) bekerja antara 15-19
Keadaan dehidrasi 0,470
0,00 kg(BB tidak turun) 13 13,9 20 17,7 1,00*
tahun, disusul dengan yang bekerja antara 10-14 tahun (55 dari
0,01 kg+(BB turun) 80 86,1 93 82,3 1,32 0,58-1,38 206 orang). Dari data ini dapat disimpulkan bahwa lama
Selisih intake cairan bekerja erat hubungannya dengan sebaran umur pekerja, yang
dengan jumlah urin 8 jam 0,123 sebagian besar berusia di atas 40 tahun.
1 cc+(cukup cairan) 85 91,4 109 96,5 1,00*
<0 cc (kurang cairan) 8 8,6 4 3,5 0,39 0,11-1,34 Paparan panas selama 8 jam perhari atau 40 jam per-
minggu dialami oleh sebagian besar pekerja (95 orang dari 206
responden). Hal ini sangat mungkin mengingat kebanyakan
* Grup pembanding dasar bekerja sebagai tukang masak (cook), sehingga paparan dengan
panas akan terjadi dan akan berlangsung terus selama yang
Kebiasaan minum dapat dilihat pada tabel 3. Kebiasaan bersangkutan bekerja (8 jam per hari atau 40 jam per minggu).
minum air putih, teh/kopi, jus jeruk maupun minuman yang Pada umumnya tukang masak jarang atau boleh dikatakan tidak
beralkohol ternyata tidak ada yang mempunyai hubungan pernah meninggalkan tempat kerja sebelum jam kerja habis.
bermakna dengan kristalisasi urin (p> 0,05). Artinya kebiasaan Dari 93 pekerja yang kristal asam uratnya positif, 44 orang
minum pada penelitian ini tidak terbukti berengaruh terhadap (47,3%) terpapar panas 8 jam perhari atau 40 jam per minggu,
terjadinya kristal asam urat urin. Tetapi kebiasaan minum bila dibandingkan dengan pekerja yang kristal asam uratnya
teh/kopi harus dipertimbangkan sebagai faktor confounding negatif, ternyata dengan paparan panas 2-6 jam per hari atau
karena mempunyai nilai p = 0,07. Secara fisiologis, jika sese- 10-30 jam per minggu jumlah pekerja dengan kristal asam urat
orang minum dalam jumlah yang cukup ( 1,5 -2 liter sehari) negatif cenderung lebih sedikit, tetapi pada pekerja yang ter-
maka tidak akan terjadi keadaan kekurangan cairan (dehidrasi), papar panas 8 jam sehari atau 40 jam per minggu jumlahnya
sehingga pH urin juga tak akan menjadi asam, dengan catatan meningkat. Hal ini terjadi karena pada pekerja-pekerja dengan
jika makanan yang dimakan dalam keadaan seimbang, dan hal paparan panas 2-6 jam sehari mekanisme aklimatisasi sebagai
ini akan mencegah kristalisasi asam urat urin yang disebabkan usaha tubuh untuk menyesuaikan diri terhadap suhu lingkungan
oleh pH urin yang asam.(9,10,11) yang panas. Dengan terjadi proses aklimatisasi
Lingkungan kerja dalam hal ini adalah lingkungan kerja Keadaan lingkungan kerja dengan risiko terjadinya kristal asam
panas, yang diukur berdasarkan WBGT (Wet Bulb Globe Tem- urat urin ternyata berhubungan secara statistik (p=0,002). Ini
perature) dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu lingkungan dapat dimengerti karena suhu lingkungan yang panas akan
kerja dengan suhu panas (29-31 WBGT) dan lingkungan kerja menyebabkan usaha mendinginkan tubuh, antara lain dengan
dengan suhu normal (24-27 WBGT). Hasil analisis menunjuk- jalan mengeluarkan keringat dan meningkatkan penguapan me-
kan sebagian besar responden (149 dari 206 responden) bekerja lalui paru-paru. Pengeluaran cairan yang relatif banyak akan
di lingkungan kerja panas, dan 50% di antaranya mengandung mempengaruhi keseimbangan cairan di dalam tubuh; cairan
kristal asam urat dalam urinnya. Sedangkan pada pekerja yang tubuh akan berkurang (dehidrasi), disusul dengan pemekatan
bekerja di lingkungan suhu normal, 60% tidak mempunyai urin, sehingga akan terjadi keadaan supersaturasi urin. Keadaan
kristal asam urat dalam urinnya ( tabel 4). ini akan mempengaruhi ion-ion dalam urin, sehingga mem-

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


permudah kristalisasi.9,10,11,12 Risiko terbentuknya kristal asam pekerja yang selalu terpapar panas selama bekerja, sudah
urat pada pekerja di lingkungan suhu panas (29-31 WBGT) mempunyai sistim aklimatisasi yang baik, tidak terlalu banyak
2,74 kali lebih besar daripada pekerja di lingkungan suhu kehilangan cairan, urinpun tidak menjadi hipersaturasi sehing-
normal (24-27 WBGT), sehingga kemungkinan mereka meng- ga pembentukan kristal jarang terjadi. Atau dapat pula pekerja-
idap batu saluran kemih secara tak langsung juga besar. Hasil pekerja tersebut sudah mengantisipasi keadaan dengan minum
penelitian ini ternyata hampir sama dengan hal yang ditemukan cairan sebanyak mungkin selama bekerja; di lain pihak,
oleh Black Lock yang menyatakan bahwa insiden batu saluran kelompok pekerja yang hanya terpapar panas 2-6 jam sehari
kemih berhubungan dengan lingkungan kerja yang panas.9,10,11 atau 10-30 jam seminggu seringkali melupakan hal-hal di
atas3,4,6,7.
Tabel 4. Lingkungan tempat kerja terhadap risiko terjadinya kristal
asam urat urin (Analisa kasus kontrol menggunakan program
Tabel 5. Hasil pemeriksaan darah dan urin terhadap risiko terjadinya
SPSS 10)
kristal asam urat urin
Kristal Asam urat
Kristal Asam urat
Variabel Positif Negatif OR 95% Cl Nilai P Variabel Nilai P
Positif (N=93) Negatif (N=113) OR 95% CI
N N n % N %
Lingkungan kerja 0,002
Suhu normal 16 41 1,00* Kadar asam urat 0,040
Suhu panas 77 72 2.74 1,35-5,61 darah
Lama bekerja 0,021 < 7,0 mg/dl 78 83,8 105 92,9 1,00*
<9 tahun 22 37 1,00* 7,1 mg/dl + 15 16,2 8 7,1 2,52 0,95-6,89
10-14 tahun 23 32 1,21 0,53-2,75
15-19 tahun 17 27 1,06 0,44-2,56 pH urin 0,113
20 tahun + 31 17 3,07 1,29-7,35 < 6,0 89 95,7 112 99,1 1,00*
Papar panas per hari 0,002 6,1 + 4 4,3 1 0,9 0,19 0,02-1,80
Tidak pernah 16 41 1,00*
2-6 jam 33 21 4,03 1,69-9,70 BJ urin
8 jam 44 51 2,21 1,03-4,76 < 1,030 93 100 113 100 tidak
Paparan panas 0,002 1,030 + 0 0 0 0 NA NA dapat
per mgg dinilai
Tidak pernah 16 41 1,00*
10-30 jam 33 21 4,03 1,69-9,70 Grup pembanding dasar NA= tidak dapat dihitung
40 jam 44 51 2,21 1,03-4,76
Jenis pekerjaan 0,003
Staf/steward 16 38 1,00* Dari tabel 5, dapat dilihat kadar asam urat darah ber-
Cook 48 59 1,93 0,91-4,31 hubungan bermakna dengan terjadinya kristal asam urat urin
Laundry 29 16 4,31 1,71-11,01 (p=0,04). Jika dibandingkan dengan pekerja yang kadar asam
urat darahnya kurang dari 7,1 mg/dl, maka pekerja dengan
Lama bekerja di bagian tersebut mempunyai hubungan kadar asam urat darah lebih dari 7,1 mg/dl mempunyai risiko
bermakna dengan pembentukan kristal asam urat (p=0,021). Ini 2,5 kali lebih tinggi untuk mengandung kristal asam urat dalam
dapat dimengerti; seperti halnya dengan lingkungan kerja yang urinnya. Hal ini dapat dipahami mengingat asam urat yang ber-
panas, makin lama seseorang bekerja di lingkungan yang lebihan akan dikeluarkan melalui urin, sehingga asam urat urin
panas, makin mungkin terbentuk kristal asam urat dalam urin- berlebihan akan menyebabkan supersaturasi urin, sehingga
nya. Risiko terjadinya kristal asam urat pada pekerja yang akan mempermudah kristalisasi asam urat dalam urin.11,12
bekerja antara 10-14 tahun 1,21 kali lebih besar dibandingkan
dengan pada pekerja yang bekerja kurang dari 9 tahun. Untuk KESIMPULAN
pekerja yang bekerja antara 15-19 tahun risikonya 1,06 kali, 1. Prevalensi kristal asam urat urin pada pekerja di bagian
sedangkan pada yang sudah bekerja lebih dari 20 tahun binatu dan dapur di Hotel X adalah 45,15 %
riskonya lebih besar, 3,07 kali. Artinya makin lama bekerja di 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kristal asam
lingkungan bersuhu panas, risiko pembentukan batu asam urat urat urin adalah :
akan makin besar; Hal ini sama dengan kesimpulan Borghi a. Jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan staf/steward,
(1994) yang mengatakan lama bekerja seseorang di tempat maka dengan jenis pekerjaan laundry mempunyai risiko
panas berpengaruh terhadap terjadinya batu asam urat 1 pembentukan kristal asam urat urin 4,3 kali lebih tinggi
Paparan panas/hari pada pekerja berhubungan bemakna (OR=4,31; CI: 0,29-0,73)
dengan terjadinya kristal asam urat urin (p=0,002); makin lama b. Jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak terpapar
pekerja tersebut terpapar makin mungkin terbentuk kristal asam panas, maka dengan pekerja yang terpapar panas 2-6 jam
urat di dalam urin. Risiko terjadinya kristal asam urat urin pada sehari mempunyai risiko pembentukan kristal asam urat
pekerja yang terpapar panas 2-6 jam sehari dan 10-30 jam urin 4 kali lebih tinggi (OR=4,03; CI : 1,66 -9,70)
seminggu ternyata 4,03 kali dibandingkan dengan pekerja yang c. Jika dibandingkan dengan pekerja yang lama kerjanya 1-9
tak terpapar panas; tetapi risiko pekerja yang terpapar panas tahun, maka pekerja yang lama kerjanya 20-33 tahun
selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu 2,21 kali dibanding- mempunyai risiko pembentukan kristal asam urat urin 3
kan dengan pekerja yang tak terpapar panas. Artinya mungkin kali lebih tinggi (OR=3,07; CI: 1,27-7,35)

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 41


Tabel 6. Perhitungan multivariat dengan metoda enter untuk model 1,2 3. Model yang ditemukan pada penelitian ini adalah Model 5.
dan 3
Pekerja di lingkungan bersuhu panas (29-31 WBGT) mem-
Nilai G punyai risiko mengandung kristal asam urat urin 8,5 kali lebih
Variabel ORa 95% CI LRS besar jika dibandingkan dengan pekerja di lingkungan bersuhu
Nilai P
Model 1 : 11,514 normal (24-27 WBGT). Risiko ini sudah disesuaikan dengan
Lingkungan suhu panas 2,73* faktor-faktor lama bekerja, kadar asam urat darah lebih dari 7,1
(29-31 WBGT)
Model 2 :
mg/dl dan adanya interaksi antara lingkungan suhu panas
Lingkungan suhu panas dengan lama bekerja.
(29-31 WBGT) 2,81 1,39-5,66 20,648 G=18,268
Lama kerja 10-14 tahun 0,90 0,40-1,97 (df=3) P< 0,001
Lama kerja 15-19 tahun 0,80 0,35-1,88
Lama kerja 20-33 tahun 2,52 1,11-5,71
KEPUSTAKAAN
ORa = Odd Ratio suaian menurut model yang bersangkutan, kecuali untuk
1. Borghi L, Moschi T, Amato F, Novarini A, Romeli A, Cigala F. Hot
model 1
Occupation and Nephrolithiasis. J Urol. (Dec) 1993; 150: 1757-60.
LRS = Likelihood Ratio Statistic
2. Widarto. Tekanan panas dan cara penilaiannya. Jakarta: Penataran Dokter
G = Goodness of fit = 2 kali perbedaan deviasi
Hiperkes. Sep 1990.
• = Odd Ratio kasar
3. Suma'mur PK. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. CV
Haji Mas Agung. Cet. 7. 1991
Tabel 7. Perhitungan multivariat dengan metoda enter untuk model 1, 2, 4. Soeripto. Iklim kerja panas. Diktat pengajaran Program K3. Tidak
4 dan 5 dipublikasikan.
5. Guyton AC. Physiology. Fifth ed. Phil: Saunders Co. 1976. Ch 1.
Nilai G 6. Ganong. Physiology. Ed ke 9. Jakarta : Lange EGC, 1980.
Variabel ORa 95% Cl LRS
Nilai P 7. Guyton AC. Cairan Tubuh.Dalam: Physiology. Fifth ed. Phil: Saunders
Model 1 : Company. 1976.
Lingkungan suhu panas 11,514 8. Laurence UA. The Bantam Medical Dictionary. Bantam Books NY; John
(29-31 WBGT) 2,74*
Wiley and Sons. January 1981; 108
Model 2 :
9. Drach WG. Urinary Lithiasis: Etiology, Diagnosis, and Medical
Lingkungan suhu panas
Treatment . Campbell's Urology. Sixth ed. Philadelphia; WB Saunders
(29-31 WBGT) 2,81 1,39-5,56 20,648 G=18,268
Lama kerja 10-14 tahun 0,90 0,40-1,97 (df=3) P < 0,001 Company, 1982: 3 - 58
Lama kerja 15-19 tahun 0,80 0,35-1,88 10. Rahardjo JP . Batu Saluran Kencing. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit
Lama kerja 20-33 tahun 2,52 1,11-5,71 FKUI. 1993: 2: 331
Model 4 : 11. Williams ID, Chisholm DG. Scientific Foundation of Urology. Renal
Lingkungan suhu panas 3,26 1,57-6,75 25,801 G=8,586 Disorders. Infection and Calculi. London: William Heinemann.
Lama kerja 10-14 tahun 0,74 0,33-1,69 (df=4) 0,10>P>0,05 12. Rous NS. Stone Diseases: Diagnosis and Treatment. Orlando Florida
Lama kerja 15-19 tahun 0,73 0,31-1,72 USA: Harcourt Brace Jovanovich Publishers : 1987: 109-121
Lama kerja 20-33 tahun 2,17 0,94-5,02
Kadar asam urar >7,1 mg/dl 3,07 1,13-8,34 Lampiran .
Model 5 : Tujuan pemilihan model ini adalah untuk melakukan antisipasi . Pada
Lingkungan suhu panas 8,49 2,36-30,58 34,301 G=1,00 penelitian ini dilakukan pemilihan model untuk mengetahui faktor-faktor risiko
Lama kerja 10-14 tahun 5,73 1,01-32,24 (df=7) 0,05>p>0,01
yang mempengaruhi pembentukan kristal asam urat urin.
Lama kerja 15-19 tahun 0,58 0,05-6,30
Pada tabel 6 dapat dilihat faktor risiko lingkungan kerja suhu panas
Lama kerja 20-33 tahun 5,83 1,44-34,36
dengan menambahkan risiko lama kerja , ternyata ada perbedaan bermakna
Suhu panas • Lama 10-14 tahun 0,07 0,01-0,52
antara model 2 dengan model 1. Jadi model 2 dapat diterima sebagai model
Suhu panas • Lama 15-19 tahun 1,01 0,07-13,23
alternatif.
Suhu panas • Lama 20-33 tahun 0,24 0,04-1,58
Kadar asam urar >7,1 mg/dl 2,76 1,001-7,61 Sedangkan pada tabel 7 dapat dilihat dengan menambahkan faktor risiko
lama kerja dan kadar asam urat > 7,1 mg/dl ternyata ada perbedaan bermakna
ORa = Odd Ratio suaian menurut model yang bersangkutan, kecuali untuk antara model 2 dengan model 4. Jadi model 4 dapat dipikirkan sebagai model
model 1 alternatif, karena nilai p antara 0,10 dan 0,05.
LRS = Likelihood Ratio Statistic Dengan menambahkan faktor risiko risiko lama kerja dan kadar asam urat
G = Goodness of fit = 2 kali perbedaan devians > 7,1 mg/dl, variabel interaksi antara lingkungan kerja suhu panas dengan lama
kerja, ada perbedaan bermakna antara model 5 dengan model 4. Jadi model 5
• = Odd Ratio kasar
dapat dipikirkan sebagai model alternatif,
Setelah mempertimbangkan ada 3 model alternatif, yaitu model 2, 4 dan
d. Jika dibandingkan dengan pekerja di lingkungan bersuhu 5, maka dinilai Odd ratio untuk faktor risiko lingkungan kerja suhu panas pada
normal (24-27 WBGT), maka pekerja di lingkungan ber- masing-masing model. Dapat dikatakan bahwa model 5 mempunyai nilai Odd
suhu panas ( 29-31 WBGT) mempunyai risiko pembentuk- ratio lingkungan panas yang terbesar. Artinya gabungan faktor-faktor risiko
lama kerja, kadar asam urat > 7,1 mg/dl dan faktor interaksi lingkungan suhu
an kristal asam urat urin 2,9 kali lebih tinggi (OR=2,74;
panas dengan lama kerja, meningkatkan odd ratio lingkungan kerja suhu panas
CI: 1,35-5,61) dari 2.74 menjadi 8,49 kali. Disini dapat dilihat dengan adanya penambahan
e. Jika dibandingkan dengan pekerja dengan kadar asam urat faktor lama kerja, kadar asam urat > 7,1 mg/dl dan interaksi lingkungan kerja
darah kurang dari 7,1 mg/dl, maka pekerja dengan kadar panas-lama kerja, maka risiko pekerja di lingkungan panas akan naik menjadi
8,4 kali jika dibandingkan dengan pekerja di lingkungan suhu normal.
asam urat darah lebih dari 7,1 mg/dl mempunyai risiko
Jadi model 5 dianggap paling sesuai dengan data yang ada. Dengan mem-
pembentukan kristal asam urat urin 2,5 kali lebih tinggi perhatikan faktor-faktor tersebut, maka dapat diantisipasi tindakan yang harus
(OR=2,52; CI ; 1,02- 6,25) dilakukan terhadap pekerja tersebut.

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


HASIL PENELITIAN

Penyakit Kulit
di Kalangan Tenaga Kerja
Industri Plywood
di Propinsi Kalimantan Selatan
Sudi Astono, Herliani Sudarja
Peserta Program Pasca Sarjana Hiperkes Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN kinan terjadinya kecelakaan kerja. Di negara maju dengan


Kalimantan Selatan adalah salah satu propinsi di Negara penerapan higiene perusahaan dan higiene perorangan tenaga
Kesatuan Republik Indonesia yang mempunyai hutan tropis kerja yang sudah lebih baik masih ditemukan penyakit kulit
cukup luas, sehingga kaya akan salah satu sumber daya akibat kerja dengan prevalensi 1% - 2%. Angka ini merupakan
alamnya yang berupa kayu. Karena kayu dan hasil olahannya 40% dari seluruh penyakit akibat kerja. Penyakit kulit akibat
sangat dibutuhkan di dalam menunjang kehidupan manusia, kerja ini sebagian besar (80%) berupa dermatitis kontak.
maka bertumbuhanlah industri pengolahan kayu terutama
industri plywood untuk kebutuhan dalam dan luar negeri di METODE PENELITIAN
Kalimantan Selatan. Industri ini mendatangkan devisa cukup Penelitian dilakukan dari tahun 1998-1999, terhadap 2000
besar serta menyerap ribuan tenaga kerja. sampel tenaga kerja dari 30.000 tenaga kerja industri plywood,
Proses produksi plywood ini menggunakan bahan kimia yang ada se-Kalimantan Selatan. Menggunakan teknik wawan-
dan mengeluarkan banyak debu kayu, yang keduanya merupa- cara untuk mengisi kuesioner, pemeriksaan fisik dan klinis
kan faktor berbahaya bagi kesehatan tenaga kerja, antara lain tenaga kerja serta pemeriksaan lingkungan kerja perusahaan.
dapat menyebabkan penyakit kulit seperti dermatitis kontak. Variabel data sampel berupa;
Secara definisi yang dimaksud dermatosis akibat kerja 1. Status kesehatan kulit, yang dinyatakan dengan sehat atau
adalah penyakit kulit ;yang didapat di tempat kerja akibat faktor menderita penyakit kulit.
penyebab yang ada di lingkungan kerja, yang secara klinis telah Diagnosis penyakit kulit akibat kerja didasarkan adanya
diketahui hubungan sebab akibatnya. riwayat penyakit kulit, jenis dan lokasi kerjanya, gambaran
Jenis DAK yang sudah diketahui yaitu: klinis, identifikasi bahan penyebab dan patch test (local
1. Dermatitis kontak: - Dermatitis kontak alergi dan derma- eczematous reactions) untuk kasus yang dicurigai sebagai der-
titis kontak iritan. matitis kontak.
2. Dermatitis kontak foto: - Dermatitis kontak foto alergi dan 2. Pengukuran lingkungan kerja.
dermatitis kontak foto iritan. Terhadap, a. konsentrasi debu kayu di udara (mg/m3)
3. Akne. b. kosentrasi amoniak dan formaldehid di udara
4. Dermatomikosis. (ppm)
5. Kelainan pigmentasi kulit, berupa hiperpigmentasi dan c. suhu lingkungan kerja (°C)
hipopigmentasi. 3. Umur dan lama kerja dari tenaga kerja bersangkutan
6. Neoplasma kulit. (tahun).

PERMASALAHAN
Menurut catatan Kanwil Depnaker Kal Sel, kurang lebih HASIL
30.000-an tenaga kerja yang bergelut di bidang industri Dari hasil yang didapat, tenaga kerja yang menderita
plywood. Tenaga kerja ini di lingkungan kerjanya terpajan debu penyakit kulit sebanyak 696 orang (35%), terbanyak di bagian
kayu dan bahan kimia. Laporan salah satu poliklinik perusaha- logpond, boiler, dan hot press. Tenaga kerja di bagian logpond
an plywood menyatakan 10% tenaga kerjanya menderita pe- kebanyakan menderita tinea pedis dan dermatitis kontak,
nyakit kulit. Penyakit kulit ini sangat mengganggu kenyamanan sedangkan tinea pedis kebanyakan diderita tenaga kerja di
dan konsentrasi bekerja sehingga dapat memperbesar kemung- bagian dryer dan boiler (Tabel 1 s/d 4).

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 43


air kulit, sehingga kulit mudah retak, menimbulkan dermatitis.
Tabel 1. Tenaga kerja yang menderita penyakit kulit
Zat alergik mempengaruhi kulit melalui jalur imunologis,
Tenaga kerja Jumlah % limfosit terangsang untuk membentuk mediator yang meng-
Sehat 1304 65 akibatkan dermatitis. Dermatitis kontak foto, kejadiannya ham-
Sakit kulit 696 35
Jumlah 2.000 100
pir sama hanya memerlukan bantuan sinar matahari. Akne
sering disebabkan senyawa klor yang menyumbat muara folikel
Tabel 2. Jenis penyakit kulit tenaga kerja rambut dan muara kelenjar keringat sehingga retensi produksi-
nya disertai pembentukan keratin yang mengakibatkan ter-
Jenis Penyakit Kulit Jumlah %
Dermatitis alergi 74 10,6
bentuknya komedo. Dermatomikosis akibat kerja dapat
Dermatitis kontak 148 21,3 memberi gambaran klinis berupa dermatofitosis seperti tinea
Tinea pedis 248 35,6 pedis dan non dermatofitosis akibat kerja seperti tinea versi-
Tinea cruris 83 11,9 kolor, yang ditemukan 3,3% di dalam penelitian ini. Kelainan
Tinea corporis 40 5,7
Tinea versikolor 22 3,2
pigmentasi sering disebabkan monobenzil eter hidrokuinon di
Mililaria 61 8,5 pabrik karet. Kanker kulit terjadi karena pajanan kronis sinar
Acne 3 0,4 ultra violet, radiasi ionisasi dan shale oil.
Paronikia 3 0,4 Dalam penelitian ini, penyakit kulit yang ditemukan dapat
Folikulitis 13 1,9
Urtikaria 3 0,4
dinyatakan sebagai dermatosis akibat kerja, karena didukung
Jumlah 696 100 oleh faktor penyebabnya berupa: 1. Faktor kimia, debu ber-
bagai jenis kayu, formaldehid sebagai bahan campuran lem
Tabel 3. Penderita penyakit kulit berdasarkan lokasi kerja (glue) dan uap amoniak yang dibuktikan dengan hasil peme-
Jumlah sampel Menderita riksaan lingkungan kerja, 2. Faktor fisik, berupa lingkungan
Lokasi Kerja %
(orang) penyakit kulit kerja yang panas dan lembab, 3. Riwayat perjalanan penyakit
Log pond 57 29 50,59 yang membaik bila tenaga kerja libur atau istirahat dan
Rotary 180 68 37,8
Dryer 181 71 39,2 kambuh/bertambah parah bila bekerja lagi.
Corvener 471 146 31,0 Di lokasi logpond tenaga kerja kontak langsung dengan
Glue spreader 128 48 37,5 kayu di sungai, sedangkan di bagian boiler dan di hot press
Hot press 82 39 47,6 debu kayu sangat banyak serta udaranya yang panas dan
Sizer 62 17 27,4
Finishing 582 190 32,6 lembab. Insiden DAK di Indonesia belum diketahui, mungkin
Boiler 16 8 50,0 karena laporan perusahaan mengenai DAK tidak ada atau tidak
Mekanik 99 37 37,4 lengkap karena berbagai sebab atau ada anggapan bahwa DAK
Kantor 142 43 30,3 merupakan penyakit ringan serta sulit menentukan derajat
Jumlah 2.000 696
kecacatannya guna perhitungan kompensasi.
Tabel 4. Jenis penyakit kulit terbanyak berdasarkan lokasi kerja
KESIMPULAN
Jenis penyakit kulit
Lokasi Kerja N Tinea pedis Dermatitis kontak Tinea cruris
Telah ditemukan 35% dermatosis akibat kerja pada 2.000
Jml % Jml % Jml % sampel tenaga kerja industri plywood di Kalimantan Selatan.
Log pond 57 12 21 7 12 1 2 Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui insidennya
Rotary 180 24 13 11 6 8 4 di industri kayu Indonesia serta di industri lainnya. Hasil ini
Dryer 181 32 18 13 7 10 6 diharapkan sangat bermanfaat di dalam menentukan kebijakan
Corvener 471 69 15 29 6 9 2
Glue spreader 128 13 10 7 5 4 3 perusahaan yang bersangkutan dan pemerintah di bidang
Hot press 82 11 13 12 14 3 4 kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Sizer 62 6 10 2 3 0 0
Finishing 582 61 11 38 7 24 4
Boiler 16 1 6 0 0 1 6 KEPUSTAKAAN
Mekanik 99 11 11 6 6 5 5
Kantor 142 9 6 4 3 7 5 1. Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Jumlah 2.000 248 148 83 Kelamin, edisi I. Jakarta. FKUI. 1987.
2. Stanley L, David W, Janella K. Adequacy of Sample Size In Health
Studies. Dalam : terjemahan. Dibyo P, Hari K. Yogjakarta. Gajah Mada
PEMBAHASAN University Press. 1997.
Penyakit kulit akibat kerja atau dermatosis akibat kerja 3. Marks JG Jr, Joseph FF Jr. Prevention of poison ivy and poison oak
(DAK) di luar negeri merupakan yang tertinggi di antara allergic contact dermatitis by quaternium-18 bentonite. J of Am Acad of
Dermatol. 1995: 33 : 212-6.
penyakit-penyakit akibat kerja lainnya. Tahun 1973 di 4. Retno WS. Disertasi: Prediksi Klinis Dermatitis Kontak - tangan pada
California, Amerika Serikat ditemukan 40,6% penyakit akibat pekerja dengan kondisi diatesis atopi kulit. Program Paska Sarjana
kerja merupakan DAK. Biro statistik tenaga kerja Amerika Universitas Indonesia. Jakarta. 1999.
Serikat mendapatkan angka 1,5% dari seluruh tenaga kerja 5. Bigby ME, Arndt KA, Coopman SA. Skin Disorder. In: Levy BS,
Wegman DH, editors. Occupational Health. Recognizing and Preventive
yang terdaftar menderita DAK. Work - Related Disease and Injury. 4th ed. Philadelphia: Lippincott
Dermatosis tersering adalah dermatitis kontak, yang pada Williams and Wilkins; 2000. p. 545-46.
penelitian ini didapatkan sebesar 21,3% (terbanyak ke dua). Zat 6. Balai Hiperkes Kanwil Depnaker Propinsi Kalimantan Selatan. Laporan
iritan akan merusak kulit dengan cara mengurangi kandungan Program Pengawasan Perusahaan Plywood, Banjarmasin. 1999.

44 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Penatalaksanaan Mutakhir
dan Komprehensif
Ketergantungan Napza
Al Bachri Husin
Direktur Pengawasan Napza, Badan POM, Jakarta

PENDAHULUAN (Catatan : Pengertian penatalaksanaan mutakhir dalam ju-


Masalah penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika, dul makalah ini dapat diartikan sebagai sesuatu yang relatif
psikotropika dan zat adiktif lain (selanjutnya disebut napza) baru dalam dunia kedokteran, sedang komprehensif bermakna
merupakan problema kompleks yang penatalaksanaannya me- adanya kerjasama yang saling berkait sesuai dengan ke-
libatkan banyak bidang keilmuan (medik dan non-medik). ilmuannya masing-masing.
Penatalaksanaan seseorang dengan ketergantungan napza me-
rupakan suatu proses panjang yang memakan waktu relatif KONSEP DASAR PENATALAKSANAAN
cukup lama dan melibatkan banyak profesi dan para- Dalam bidang kedokteran, penatalaksanaan bermakna tera-
profesi(onal). Dalam makalah ini, penulis hanya memfokuskan pi dan tindakan-tindakan yang berkait dengannya. Umumnya
pembahasan pada penatalaksanaan medik-kedokteran. tujuan terapi ketergantungan napza adalah sebagai berikut:
Intervensi medik dalam penatalaksanaan ketergantungan 1. Abstinensia atau penghentian total penggunaan napza.
napza juga mempunyai keterbatasan. Ruang lingkup kerja Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal, namun sebagian besar
profesi medis yang relatif terbatas (sebagian hanya bekerja di pasien tidak mampu atau tidak bermotivasi untuk mencapai
klinik, rumah sakit atau di tempat praktek), kurangnya SDM sasaran ini, terutama pasien-pasien pengguna awal. Usaha
yang berpengalaman dan profesional dalam bidang adiksi, tidak pasien untuk mempertahankan abstinensia tersebut dapat di-
adanya jejaring rujukan yang mapan merupakan beberapa dukung dengan meminimasi efek-efek yang langsung ataupun
faktor penghambat. Di samping itu, juga cukup banyak faktor- tidak langsung akibat penggunaan napza. Sedangkan sebagian
faktor luar yang mengganggu proses pemulihan pasien, misal- pasien lain memang telah sungguh-sungguh abstinen terhadap
nya: dukungan keluarga dan/atau kelompok sebaya yang tidak salah satu napza, tetapi kemudian beralih menggunakan jenis
selamanya positif, tawaran pengedar, kepatuhan pasien pada napza yang lain.
program terapi medik, dan lain-lainnya. Umumnya faktor- 2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps.
faktor tersebut di luar kendali medik. Tujuan utamanya adalah mencegah relaps. Bila pasien pernah
Napza terdiri atas berbagai macam zat yang mempunyai menggunakan satu kali saja setelah abstinensia, maka ia disebut
efek berbeda-beda; berdasarkan pengaruhnya pada tubuh dan “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya, dan ia memang telah
perilaku digolongkan atas: dibekali keterampilan untuk mencegah pengulangan peng-
− Depresan seperti: opioida gunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk
− Sedatif-hipnotik: diazepam selalu abstinen. Program pelatihan ketrampilan mencegah
− Stimulansia: amfetamin, metamfetamin relaps (relapse prevention program), terapi perilaku kognitif
− Halusinogenik: LSD, mushroom, kanabinoid. (cognitive behavior therapy), opiate antagonist maintenance
Zat adiktif tersebut mempengaruhi otak dan selanjutnya therapy dengan naltrexone merupakan beberapa alternatif untuk
menimbulkan perubahan yang berbeda-beda atas perilaku mencapai tujuan terapi jenis ini.
manusia, oleh karena itu penatalaksanan medisnya juga ber- 3. Memperbaiki fungsi psikologi, dan fungsi adaptasi sosial.
beda-beda tergantung pada simptomatologinya. Umumnya Dalam kelompok ini, abstinensia bukan merupakan sasaran
yang digunakan sebagai pegangan baku, adalah terapi dan utama. Terapi rumatan metadon, syringe exchange program
penatalaksanaan medik untuk ketergantungan opioida. merupakan pilihan untuk mencapai tujuan terapi jenis ini.

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 45


Terapi medik ketergantungan napza merupakan kombinasi zat-zat ilegal
psikofarmakoterapi dan terapi perilaku(1). Meskipun telah di- − Mempersiapkan proses lanjutan yang dikaitkan dengan
pahami bahwa banyak faktor yang terlibat dalam terapi ke- modalitas terapi lainnya seperti therapeutic community atau
tergantungan zat (termasuk faktor problema psikososial yang berbagai jenis terapi rumatan lain
sangat kompleks), narnun upaya penyembuhan ketergantungan − Menentukan dan memeriksa komplikasi fisik dan mental,
napza dalam konteks medik tetap selalu diupayakan. serta mempersiapkan perencanaan terapi jangka panjang, se-
Seperti diketahui, terapi medik ketergantungan napza ter- perti HIV/AIDS, TB pulmonum, hepatitis.
diri atas dua fase berikut: Berdasarkan lamanya proses berlangsung, terapi detoksi-
− Detoksifikasi fikasi dibagi atas:
− Rumatan (maintenance, pemeliharaan, perawatan). − Detoksifikasi jangka panjang (3-4 minggu) seperti dengan
Kedua bentuk fase terapi ini merupakan suatu proses ber- menggunakan metadon
kesinambungan, runtut, dan tidak dapat berdiri sendiri. − Detoksifikasi jangka sedang (3-5 hari) : naltrekson, mida-
zolam, klonidin
Farmakoterapi : − Detoksifikasi cepat (6 jam sampai 2 had): rapid detox
Manfaat farmakoterapi terhadap pasien ketergantungan Variasi dan pilihan terapi detoksifikasi napza cukup
napza adalah untuk : banyak. Di Indonesia, sebagian dokter/psikiater masih meng-
1. Medikasi untuk menghadapi intoksikasi dan sindrom putus gunakan terapi detoksifikasi opioida konservatif seperti peng-
zat. Misalnya adalah penggunaan metadon dan klonidin untuk gunaan obat simptomatik (analgetika, anti-insomnia, dan lain-
sindrom putus opioida, klordiazepoksid untuk sindrom putus nya). Bahkan beberapa psikiater masih menggunakan berbagai
alkohol. bentuk neuroleptika dosis tinggi, yang di negara maju sudah
2. Medikasi untuk mengurangi efek memperkuat (reinforcing lama ditinggalkan.
effect) dari zat yang disalahgunakan. Misalnya pemberian Metadon: adalah substitusi opioida yang merupakan pilih-
antagonis opioida seperti naltrekson dapat memblok/meng- an utama dalam terapi detoksifikasi opioida secara gradual(2).
hambat pengaruh fisiologi dan subyektif dari pemberian Proses detoksifikasi berlangsung relatif lama (>21 hari) Selama
opioida berikutnya. Pada kasus lain, gejala-gejala abstinensia proses terapi detoksifikasi metadon berlangsung, angka relaps
yang dicetuskan oleh penggunaan antagonis opioida, misalnya dapat ditekan. Setelah detoksifikasi berhasil, kemudian dilan-
nalokson, dianggap sebagai provocative test untuk mengetahui jutkan dengan terapi rumatan : Methadone Maintenance Treat-
adanya penggunaan opioida. ment Program.
3. Medikasi untuk mengendalikan gejala-gejala klinis seperti Klonidin: adalah suatu central alpha-2-adrenergic re-
− anti agresi (haloperidol, fluphenazine, chlorpromazine) ceptor agonist, yang digunakan dalam terapi hipertensi. Klo-
− anti anxietas (diazepam, lorazepam) nidin mengurangi lepasnya noradrenalin dengan mengikatnya
− anti halusinasi (trifluoperazine, thioridazine) pada pre-synaptic alpha2 receptor di daerah locus cereleus,
− anti insomnia (estazolam, triazolam) dengan demikian mengurangi gejala-gejala putus opioida(2).
4. Terapi substitusi agonis, seperti metadon, klordiazepoksid Karena terbatasnya substitusi opioida lain di Indonesia, bebe-
5. Medikasi untuk menyembuhkan komorbiditas mediko- rapa dokter (termasuk penulis) telah menggunakan kombinasi
psikiatri. klonidin, kodein dan papaverin untuk terapi detoksifikasi.
6. Terapi terhadap overdosis: seperti pemberian nalokson Klonidin digunakan dalam kombinasi untuk mengurangi gejala
untuk pasien overdosis opioida pada pengguna IDU (Injecting putus opioida ringan seperti: menguap, keringat dingin, air
Drug User), mata dan lainnya. Clocopa method tersebut dapat digunakan
7. Mengatur keseimbangan cairan: air dan elektrolit untuk berobat jalan maupun rawat inap.
8. Antibiotika: infeksi akibat komplikasi TB pulmonum, he- Namun karena klonidin sendiri tidak dapat memperpendek
patitis dan infeksi sekunder karena HIV/AIDS masa detoksifikasi, maka diperlukan kombinasi dengan naltrek-
9. Terapi untuk gangguan ekstrapiramidal. son. Naltrekson adalah suatu senyawa antagonis opioida. Cara
tersebut dikenal dengan nama Clontrex Method yang dapat
TERAPI DETOKSIFIKASI dilakukan untuk pasien berobat jalan maupun pasien rawat
Detoksifikasi merupakan langkah awal proses terapi keter- inap. Umumnya program detox dengan cara Clontrex method
gantungan opioida dan merupakan intervensi medik jangka ini berlangsung selama 3-5 hari dan kemudian diikuti dengan
singkat. Seperti telah disebutkan di atas, terapi detoksifikasi terapi rumatan : Opamat-ED Program.
tidak dapat berdiri sendiri dan harus diikuti oleh terapi rumatan. Lofeksidin dan Guanfasin: Lofeksidin adalah analog
Bila terapi detoksifikasi diselenggarakan secara tunggal, misal- klonidin tetapi mempunyai keuntungan bermakna karena tidak
nya hanya berobat jalan saja, maka kemungkinan relaps lebih banyak mempengaruhi tekanan darah (Washton et al 1982).
besar dari 90 %. Guanfasin adalah senyawa alpha-2 adrenergic agonist yang
Tujuan terapi detoksifikasi opioida adalah juga mempunyai kemampuan untuk mengurangi gejala putus
− Untuk mengurangi, meringankan, atau meredakan keparah- opioida.
an gejala-gejala putus opioida Buprenorfin: adalah suatu senyawa yang berkerja ganda
− Untuk mengurangi keinginan, tuntutan dan kebutuhan sebagai agonis dan antagonis pada reseptor opioida. Gejala
pasien untuk "mengobati dirinya sendiri" dengan menggunakan putus opioida pada terapi buprenorfin sangat ringan dan hilang

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


dalam sehari setelah pemberian buprenorfin sublingual. Pem- yang bertanggung jawab dalam teknik terapi rapid detox ini
berian buprenorfin juga digunakan sebagai awal dari terapi adalah psikiater dan ahli dokter ahli anestesia. Istilah "rapid
kombinasi Clontrex Method. detox" rasanya kurang tepat, narnun sudah sangat populer se-
Midazolam-Naltrekson: kombinasi midazolam-naltrekson hingga sukar diganti. Istilah yang tepat adalah "rapid anta-
juga telah digunakan untuk memperpendek waktu terapi detok- gonist induction" yang kemudian diikuti dengan terapi nal-
sifikasi. Selama dalam pengaruh sedasi midazolam intravena, trekson.
pasien diberi nalokson intravena, suatu antagonis opioida. Teknik rapid detox pertama kali berasal dari Loimer dari
Bagian Psikiatri University Hospital of Vienna, Austria (first
TERAPI RUMATAN published technique in details, 1988). Dalam laporannya ia
Terapi rumatan ketergantungan opioida bertujuan antara menggunakan 6 kasus ketergantungan heroin berusia antara
lain untuk : 21-28 tahun. Penemuan rapid detox tersebut kemudian diikuti
− Mencegah atau mengurangi terjadinya craving terhadap oleh Brewer (1989) di Stapleford Centre di London. Dalam
opioida perkembangan berikutnya rapid detox telah berkembang secara
− Mencegah relaps (menggunakan zat adiktif kembali). luas di berbagai institusi dan klinik di Amerika Serikat dan
− Restrukturisasi kepribadian Eropa. Beberapa institusi dan klinik tersebut berkembang pesat
− Memperbaiki fungsi fisiologi organ yang telah rusak akibat di Eropa dan mengadakan konferensi setiap tahun, menerbitkan
penggunaan opioida berbagai karya kedokteran ilmiah; sebagian lagi mengembang-
Tujuan farmakoterapi rumatan pasca detoksifikasi adalah kannya secara komersial seperti yang dilakukan oleh suatu
− Menambah holding power untuk pasien yang berobat jalan kelompok "Spanish-Israeli CITA group" yang secara kurang
sehingga menekan biaya pengobatan etis mencoba mematenkan prosedur yang dilakukannya(6).
− Menciptakan suatu window of opportunity sehingga pasien Usaha-usaha mereka telah berhasil masuk ke Indonesia.
dapat menerima intervensi psikososial selama terapi rumatan Sebutan untuk teknik rapid detox dalam berbagai literatur
dan mengurangi risiko(3). berbeda-beda, narnun mempunyai makna yang hampir mirip,
− Mempersiapkan kehidupan yang produktif selama meng- antara lain adalah: Ultra-rapid opiate detoxification, Rapid
gunakan terapi rumatan Opiate Detoxification under general Anesthesia (RODA) -
Methadone: adalah suatu substitusi opioida yang bersifat Vienna Method, Rapidly Accelarated Narcotic Detoxification
agonis dan long-acting. (RAND) - Addiction Medical Group Inc. (AMGI), Ultra Rapid
Sejak tahun 1960an di Amerika dan Eropa, penggunaan Detoxification with Anesthesia (UROD) - NIDA, Antagonist
metadon dianggap sebagai terapi baku untuk pasien keter- Assisted Abstinence (A3) Detoxification - Dr. Lance L. Goober-
gantungan opioida. Klinik-klinik Metadon berkembang di be- man, Treatment Accelerated Neuro-regulation of Opiate De-
berapa tempat dengan berbagai variasi program. pendency - Dr. Waismann.
Beberapa kelemahan terapi metadon: harus datang ke Rapid detox dilakukan atas pasien dalam keadaan di bawah
fasilitas kesehatan sekurang-kurangnya sekali sehari, terjadinya pengaruh anestesia umum; dalam keadaan itu diberikan
overdosis, ketergantungan metadon, dan kemungkinan terjadi- sejumlah besar antagonis opioida sehingga memblokade semua
nya peredaran ilegal metadon. Dewasa ini dikembangkan suatu reseptor yang ada dalam otak dan tubuh pasien.
bentuk derivat metadon, levacethylmethadol, yang mempunyai Dengan masuknya antagonis opioida, semua opioida yang
masa aksi lebih lama (72 jam) sehingga pasien tidak perlu tiap semula ada di dalam tubuh dipindahkan, sehingga mem-
hari datang ke fasilitas kesehatan. presipitasi timbulnya gejala putus opioida sementara pasien
Buprenorfin: dapat juga digunakan untuk terapi rumatan. sedang asyik tertidur nyenyak karena pengaruh anestesia
Seperti levacethylmethadol, hanya diberikan 2 atau 3 kali umum; pasien tentu saja tidak mengalami gejala putus obat
dalam seminggu karena masa aksinya yang panjang. Karena yang terjadi, bahkan bermimpi tentang kejadian itu juga tidak.
kemungkinan penyalahgunaan, kombinasi buprenorfin dan Gejala-gejala putus opioida umumnya adalah nausea,
naltrekson juga telah dipelajari dan dicoba untuk terapi keter- muntah, diare, kejang-kejang kecil, nafas lambat atau cepat,
gantungan opioida. kram otot, sakit dan ngilu pada sendi dan otot, tegang, me-
Disulfiram, Disulfiram & Behaviour Therapy: Disul- rinding, air mata keluar, menguap, demam, berkeringat, depresi
firam, suatu alcohol antabuse yang diketemukan di Denmark umum, insomnia dan gejala-gejala sedih lainnya; gejala-gejala
tahun 1948. Disulfiram sangat efektif jika diberikan kepada tersebut muncul selama beberapa jam, kemudian berhenti.
pasien ketergantungan alkohol secara ambulatory di bawah Umumnya prosedur rapid detox berlangsung selama 4-6 jam di
supervisi(4). Disulfiram dibuat sebagai tablet buih yang mudah ruang ICU, sehingga pasien memerlukan perawatan sekurang-
larut dalam air, sehingga mudah diminum. Terapi disulfiram kurangnya selama satu hari. Beberapa rumah sakit di Indonesia
tanpa pemantauan hasilnya kurang menguntungkan(5). Hasil memfalisitasi perawatan di VIP selama satu sampai tiga hari.
yang memuaskan justru diperoleh melalui kombinasi disulfiram Keuntungan-keuntungan rapid detox antara lain : waktu
dengan terapi perilaku kognitif. detoksifikasi singkat, terhindarnya rasa sakit atau rasa tidak
menyenangkan lainnya selama masa detoksifikasi, cepat masuk
MODIFIKASI LAIN ke fase rehabilitasi untuk mengikuti suatu program pemulihan
Ultra rapid detoxification: Rapid detox adalah kombinasi jangka panjang atau dapat menghemat waktu agar dapat di-
antara prosedur terapi detoksifikasi dengan anestesia; karena itu manfaatkan untuk segera bekerja atau keperluan keluarga lain.

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 47


Stadium 1: Pre-Rapid Detox hambatan klinis bermakna. Menurut pengalaman kami ketika
− Pemilihan pasien dengan indikasi ketat (ketergantungan awal awal melakukan Rapid Detox adalah akibat persiapan
opioida, bermotivasi tinggi, penggunaan opioida yang sering) pasien yang belum sempurna (diare sebagai gejala putus
− Konfirmasi terhadap kemungkinan pasien menggunakan opioida terjadi begitu hebat ketika selesai anestesia umum, dan
program hanya untuk abstinensia opioida jangka pendek dapat menimbulkan dehidrasi).
− Pasien bersedia mengikuti pemeriksaan jangka panjang/ Teknik Rapid Detox hanya sebuah langkah awal dalam
aftercare setelah detoksifikasi proses panjang terapi ketergantungan opioida.Untuk mencapai
− Memastikan bahwa pasien (dan atau keluarganya) dapat status bebas opioida sebelum penggunaan naltrekson, teknik
menerima risiko medik dan memahami informed consent rapid detox dapat digunakan untuk membantu transisi cepat
− Pemeriksaan: darah rutin, skrining napza dalam urine, menuju terapi rumatan naltrekson.
EKG, Rontgen foto thorax Kita kutip suatu tulisan berikut : "Although the success rate
− Melakukan pemeriksaan latar belakang sosial, psikologi with Rapid Detox is actually 100 %, this is only detoxification.
dan klinis secara detail The real marker of patient success is how they are doing at 6
months, 1 year ...Patient sobriety is based on the most im-
− Kepada pasien dijelaskan tentang perlunya terapi rumatan
portant elements of a recovery program-- rehabilitation and
menggunakan naltrekson; naltrekson mengurangi craving;
selain itu naltrekson dapat mem-blok reseptor opioida sehingga aftercare", AMGI, 1998
menghambat pasien mengalami high atau gifting. Dengan Beberapa zat yang digunakan dalam rapid detox adalah :
menggunakan anestesia pasien secara cepat dibawa ke kondisi − Klonidin Oral/IV mengurangi gejala withdrawal
persiapan menggunakan naltrekson.
− Midazolam IV hipnotik
− Wawancara Pre-Rapid Detox harus disertai dengan pe-
− Ondansetron IV anti muntah-mual
nandatanganan kontrak dan rencana terapi mendatang.
− Nalokson IV menduduki reseptor opioida
− Naltrekson Oral antagonis/terapi rumatan
Stadium 2: Rapid Detox plus Anesthesia
− Oktreotid IV/SC mencegah komplikasi intestinal
Sesudah selesai stadium 1, ahli anestesia di ICU mulai me-
− Propofol IV anestetik
lakukan anestesia umum sehingga pasien masuk dalam stadium
"tidur", selama prosedur detoksifikasi berlangsung. Pada sta- − Dextrose 5 % Infus cegah hipoglikemia
dium ini diberikan nalokson, naltrekson dan juga klonidin − Haloperidol IM anti-agresi
dalam jumiah yang cukup untuk menginduksi terjadinya gejala-
gejala putus opioida secara cepat. OutPatient Intensive Program: Terapi konvensional
Setelah gejala-gejala putus opioida selesai sempurna, untuk pasien ketergantungan napza yang berobat jalan dapat
pasien diperkenankan bangun; umumnya antara 4-6 jam sejak dilakukan secara individual maupun kelompok. OPI-Program
terapi dimulai. Ketika bangun tidur pasien sudah tidak didisain dengan variasi yang sangat luas, ada yang sepanjang
merasakan sama sekali fisik yang "tergantung" dan siap dengan hari selama 6-7 hari seminggu. Sebagian lagi menyediakan
cepat untuk mulai mengikuti program rehabilitasi. hanya 2-3 jam contact hours sehari selama 5-7 hari seminggu.
Program dibuat dengan struktur ketat, termasuk di dalamnya:
Stadium 3: Program Setengah Hari ketrampilan meningkatkan sosialisasi, pertemuan yang bersifat
Sebagian besar pasien mulai menjalani stadium 2 pada pagi vokasional dan didaktik, edukasi moral dan spiritual atau religi,
hari pertama dan kemudian diperkenankan keluar rumah sakit the 12-step recovery program.
pada pagi hari ke dua. Stadium 3 dimulai pada hari ke dua dan Dual Diagnosis Treatment Program: Dual diagnosis
kemudian dilanjutkan pada hari ke tiga dan ke empat. adalah istilah klinis untuk penyebutan diagnosis ganda atau
Struktur komponen inti stadium 3 adalah: multipel pada pasien ketergantungan napza yang juga
− Evaluasi medis menderita gangguan psikiatrik lain secara independen. Banyak
penelitian yang menyebutkan bahwa prevalensi gangguan
− Review isyu-isyu tentang naltrekson
psikiatri pada pasien dengan ketergantungan napza jauh lebih
− Penilaian dengan Addiction Severity Index dan rekomen-
tinggi bila dibandingkan dengan populasi umum. Pasien dengan
dasi intervensi
kombinasi gangguan psikiatrik dan ketergantungan napza
Komponen tambahan lainnya sebagai introduksi sebelum
membutuhkan terapi khusus guna mempersiapkan dirinya
benar-benar memasuki terapi antara lain
dalam program pemulihan yang sesuai dan adekuat. Terapi
− Konseling individual kelompok yang dilakukan oleh para pasien dengan dual
− Konseling kelompok diagnosis disebut dengan double trouble meeting. Pertemuan
− Relapse Prevention Training atau Craving Coping Skill tersebut antara lain bersifat edukasi guna memahami manfaat
− Cognitive Behavioural Therapy obat yang digunakan untuk menyembuhkan gangguan
− Sessi edukasional misal tentang reproduksi dan HIV/AIDS psikiatrinya.
− The 12 Step Recovery Program Residential Treatment: adalah suatu bentuk terapi pasien
− Terapi Ko-dependensi ketergantungan napza yang ditempatkan dalam suatu institusi
tertutup. Ada bermacam-macam modifikasi residential treat-
Umumnya proses rapid detox itu sendiri tidak mempunyai ment antara lain:

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


− Hospital Based Program: program dengan struktur ketat perilaku relaps sejak tahun 1985 (Marlatt and Gordon). Tujuan
dibuat oleh pimpinan RS bersama stafnya. Umumnya skedul RPT adalah mendidik seseorang bagaimana mencapai suatu
baku dibuat setiap minggu, termasuk suatu pertemuan dengan lifestyle yang seimbang dan mencegah pola kebiasaan yang
pimpinan RS. Elemen terapi: psikoterapi individual, konseling tidak sehat.
kelompok dan The 12-step Recovery Program. Lamanya Pasien dibimbing untuk mengenali high risk situation -
tinggal di RS 1-3 bulan. situasi tertentu yang dapat menjadi ancaman terhadap kendali
− Psychiatric Hospital: program sangat erat kaitannya diri pasien dan dapat meningkatkan risiko relaps(10). Ada
dengan skedul konvensional fasilitas psikiatri. Umumnya ele- beberapa situasi yang tergolong high risk ; yaitu: status emosio-
men terapi: psikofarmaka, psikoterapi berorientasi dinamik- nal yang negatif (35% dari sampel relaps), konflik interpersonal
analitik. Sangat bermanfaat untuk pasien ketergantungan napza (16% dari sampel relaps) dan tekanan sosial (20% dari sampel).
yang menunjukkan gangguan jiwa berat. Strategi RPT terdiri dari tiga kategori berikut: skill
Cognitive Behavior Therapy (Terapi Perilaku Kognitif - training, cognitive refraining dan lifestyle intervention.
sering disingkat dengan CBT), merupakan terapi yang paling Cue-exposure Therapy (CE-Therapy): Pada pasien ke-
sering digunakan terhadap pasien ketergantungan napza(7,8). tergantungan opioida dipaparkan sejumlah alat-alat atau situasi
CBT terhadap pasien ketergantungan napza pasca detoksifikasi yang mendatangkan timbulnya craving. Dalam proses terapi
dilakukan sebanyak 12-20 sessi seminggu sekali, didasarkan selama 20 jam (dibagi atas beberapa sessi) pada pasien
kepada social learning theories dengan analisis fungsional dan diperagakan alat-alat atau situasi tersebut, untuk menurunkan
latihan ketrampilan terhadap pasien-pasien ketergantungan gejala-gejala craving(11). Pasien dirawat selama 3 minggu se-
napza. CBT dapat juga diberikan dalam bentuk terapi kelompok bagai pasien rawat inap. Bentuk lain dari CETherapy adalah
atau terapi perorangan. extinction therapy.
CBT dirintis pertama kali oleh Albert Ellis dan Aron Beck Banyak studi yang menggunakan CE-Therapy terhadap
sejak tahun 1963 khusus untuk pasien psikiatri dengan ganggu- pasien ketergantungan opioida. CE-Therapy pada pasien yang
an depresi dan cemas. Beck mulai melakukan terapi CBT untuk sedang menjalani detoksifikasi dibandingkan dengan kontrol
pasien ketergantungan kokain sejak tahun 1993, kemudian menunjukkan bahwa CE-Therapy dan CE-Therapy plus cogni-
dimodifikasi oleh Caroll (1999). CBT terhadap pasien dengan tive aversion strategy menurunkan craving cukup bermakna(12).
ketergantungan opioda di Indonesia, sejauh ini belum dilakukan Namun suatu studi kontrol lain tidak menghasilkan perbedaan
lebih intensif. hasil antara CE-Therapy saja dengan kelompok kontrol pada
CBT merupakan terapi berjangka singkat, sepadan dengan follow-up pasien ketergantungan opioida(13). Suatu penelitian
sebagian besar program klinis, berstruktur dan berorientasi meta-analisis atas 41 studi dengan komparasi berbagai zat adik-
pada sasaran(7). tif, menunjukkan paradigma cue reactivity mempunyai makna
CBT untuk pasien ketergantungan napza merupakan kom- klinis di masa-masa mendatang(14).
binasi dari beberapa bentuk terapi lain seperti prinsip-prinsip Opiate Antagonist Maintenance Treatment Program:
dari RPT dan CE-Therapy, dan kemudian diberikan berbagai Farmakoterapi rumatan pasca detox dilakukan dengan meng-
tugas rumah di luar sessi. CBT terdiri dari 12 sessi @ 2 jam. gunakan Naltrekson. Program terapi tersebut dikenal dengan
Beberapa guidelines yang diberikan oleh Beck adalah : istilah OpamatED (Opiate Antagonist Maintenance Therapy)
1. Don't fire with fire yang merupakan kombinasi antara farmakoterapi dan konseling
2. Maintain honesty kelompok. Naltrekson adalah suatu potent competitive anta-
3. Remain focused on the goals of treatment gonist pada reseptor opioida µ.;karena itu naltrekson sangat
4. Remain focused on the patient's redeeming qualities baik digunakan untuk pasien-pasien non-dependent opioid
5. Disarm the patient with genuine humility and empathy abuser (misalnya pada beberapa orang yang dengan mudah
6. Confront, but use diplomacy. menyelesaikan proses detoksifikasi-nya). Opamat-ED dimulai
Drug Abuse Counseling (DAC): adalah suatu bentuk seketika setelah pasien berhasil menyelesaikan terapi rapid
pelayanan terapi yang difokuskan untuk mengidentifikasi detox atau setelah 1-2 minggu abstinensia pada terapi detoxi-
kebutuhan spesifik sesaat. Umumnya bersifat lebih eksternal fikasi konvensional. Tujuan terapi adalah untuk mengurangi
dan bukan merupakan proses intra-psikik(9). DAC umumnya risiko relaps dan mecegah terjadinya ketergantungan fisik
dilakukan oleh ex-addicts yang telah clean and sober dan men- kembali.
dapatkan pendidikan khusus sebagai konselor adiksi sekurang- Banyak cara pemberian dosis harian naltrekson, antara lain
kurangnya selama setahun. 50 mg setiap hari atau dosis 100 mg/100 mg/150 mg dalam
Relapse Prevention Training (RPT): RPT adalah prog- waktu 3 kali seminggu, disarankan sekurang-kurangnya selama
ram kendali diri yang didisain untuk meng-edukasi seseorang satu tahun. Angka drop-out nya cukup tinggi. Namun sangat
yang berusaha mengubah perilakunya, bagaimana meng- besar manfaatnya bagi pasien yang mempunyai motivasi tinggi,
antisipasi dan mengatasi problema relaps(10). dukungan keluarga yang kuat serta berkarir dalam pekerjaan.
RPT adalah suatu program psiko-edukasi yang meng- No Smoking Clinic: adalah suatu klinik yang digunakan
gabungkan prosedur latihan ketrampilan perilaku dengan teknik untuk membantu adiksi nikotin (perokok) menghentikan ke-
intervensi kognitif. Prinsip utamanya adalah berdasarkan social biasaannya. Beberapa zat yang digunakan sebagai replacement
leaming theory. Sebagian ahli dalam bidang ketergantungan zat therapy antara lain: nicotine patch, nicotine gum, zyban.
telah melakukan sejumlah penelitian yang berkait dengan Co-Dependency Therapy: berdasarkan fakta yang menun-

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 49


jukkan bahwa penyalahgunaan dan ketergantungan napza angka transmisi HIV menunjukkan penurunan tajam berkait
merupakan "family disease" dan semua anggota keluarga dengan cara ini. Tempat-tempat tersebut antara lain: shooting
memerlukan pertolongan. CDTherapy dipandu oleh seorang gallery dan injection rooms (Bern, Basel), tolerance zones
ahli psikologi, psikiater atau seorang konselor adiksi. Filosofi (Geneva), platform zero (Rotterdam) yang diawasi oleh polisi,
yang paling sering digunakan dalam CDTherapy adalah The-12 Narcosala (Madrid), Needle Park (Zurich) dan banyak tempat
Step Recovery Program(15). CD-therapy dapat dilakukan dalam lain di Eropa dan Amerika.
berbagai bentuk seperti : Kawasan Bebas Asap Rokok: merupakan lokasi atau
− Terapi kelompok atau terbatas: beberapa orang anggota gedung-gedung di mana orang tidak diperkenankan merokok.
keluarga berkumpul bersama dengan anggota keluarga lainnya Ruangan-ruangan tersebut senantiasa disterilkan dari asap
atau hanya terdiri dari semua anggota keluarga dari satu pasien rokok sehingga menghindarkan second-hand smokers (meng-
saja. inhalasi asap rokok orang lain). Cara ini telah dijalankan di
− Pasien rawat inap atau rawat jalan. banyak tempat di Jakarta (gedung-gedung, mal dan restoran).
CD-Therapy harus dibedakan dengan Family Therapy atau
Terapi Keluarga(16), Spouse Therapy, Konseling Keluarga(17).

HARM REDUCTION PROGRAM


Harm reduction adalah suatu kebijakan atau program yang
ditujukan untuk menurunkan konsekuensi kesehatan, sosial dan
KEPUSTAKAAN
ekonomi yang merugikan akibat penggunaan zat adiktif tanpa
kewajiban abstinensia dari penggunaan zat(18). Di Indonesia, 1. Leshner A. NIDA Notes. Rockville, Md, 1999; Volume 3.
pendekatan konsep harm reduction masih kontroversial karena 2. Best SE, Oliveto AH, Konsten TR. Opioid Addiction: recent advances in
belum dapat diterima masyarakat luas. Namun transmisi HIV/ detoxification and maintenance therapy. CNS Drugs Oct, 1996; 6(4);301-
14.
AIDS, hepatitis dan TB pulmonum di kalangan IDUs cukup 3. Kleber HD. Overview of Drug Addiction Treatment, NIDA, Rockville,
memprihatinkan akhir-akhir ini. Md, 1999.
Karakteristik utama prinsip-prinsip harm reduction adalah: 4. Heather N. Disulfiram treatment for alcohol problems: is it effective and,
pragmatis (memandang sesuatu berdasarkan azas manfaatnya if so, why? In: Brewer, C (ed) : Treatment Options in Addiction. Medical
Management of Alcohol and Opiate Abuse Gaskell, London (UK) :, 1993.
saja), nilai-nilai humanistik, hanya berfokus pada masalah 5. Azrin NH. Disulfiram and behaviour therapy: a social-biochemical model
harms, penyeimbangan pengeluaran dan keuntungan, serta of alcohol abuse and treatment. In: Brewer, C (ed) : Treatment Options in
memprioritaskan sasaran antara. Addiction. Medical Management of Alcohol and Opiate Abuse. Gaskell,
Syringe Exchange Program, availabilitas jarum suntik: London (UK), 1993.
6. Brewer C, Rezae H, Bailey C. Opioid withdrawal and naltrexone in-
tersedianya tempat penukaran jarum suntik bekas dengan yang duction in 48-72 hours with minimal drop-out, using a modification of
steril atau tersedianya jarum suntik tanpa penukaran me- the naltrexone-clonidine technique. Br J Psychiatry, 1988; 153: 340-43.
rupakan beberapa bentuk pendekatan harm reduction. Di be- 7. Caroll KM. Cognitive Behavioral Treatments of Drug Addiction, NIDA,
berapa negara telah lama dilakukan, seperti di Geneva, Zurich, Rockville, USA: 1998.
8. Beck AT. Cognitive Therapy of Substance Abuse, 1999.
Amsterdam dan di banyak tempat di Amerika. Di Jakarta dan 9. Woody GE, O'Brien CP, McLellan AT, Mintz J. Psychotherapy for opiate
Denpasar telah diselenggarakan projek percontohan sejak addiction: some preliminary results. Ann N Y Acad Sciences, 1981; 362:
beberapa tahun yang lalu. 91-100.
Methadone Maintenance Treatment Program: sejak 10. Marlatt GA, George WH. Relapse prevention: Introduction and overview
of the model. Br J Addict, 1984; 79: 261-73.
tahun 60an di Amerika, dikembangkan MMTP sebagai suatu 11. Childress AR, McLellan AT, O'Brien CP. Abstinent opiate abusers ex-
cara untuk mengurangi angka kriminalitas, sosialisasi dan in- hibit conditioned withdrawal and reductions in both through extinction.
feksi HIV/AIDS. Di Nederland, MMTP mempunyai tiga tujuan Br J Addict Oct, 1986; 81(5): 655-60.
yaitu: membangun kontak dengan pengguna heroin, men- 12. Powell J, Graw J, Bradley B. Subjective craving for opiates: evaluation of
a cue exposure protocol for use with detioxified opiate addicts. Br J Clin
stabilisasi pengguna heroin, melakukan detoksifikasi dan meng- Psychol. (Feb) 1993; 32 (Pt I) : 39-53.
hentikan kebiasaannya. Dengan MMTP, kebiasaan menyuntik 13. Dawe S, Powell J, Richards D, et al. Does post-withdrawal cue exposure
diubah menjadi penggunaan metadon oral. Di Australia, Eropa improve outcome in opiate addiction? A controlled trial. Addiction 1993;
dan United Kingdom, metadon dapat diperoleh melalui dokter 88(9): 1233-45.
14. Carter BL, Tiffany ST. Meta-analysis of cue-reactivity in addiction
terlatih yang bekerja di klinik-klinik terbatas atau melalui bus research. Addiction Mar, 1999; 94(3): 327-40.
yang disediakan. Beberapa sebutan untuk MMTP antara lain: 15. Wegscheider-Cruse S, Cruse JR. Understanding Codependency. Health
opioid replacement therapy ; opioid substitution therapy. Communications, Inc. Deerfield Beach, Florida (USA): 1990.
Education, Outreach Program and Bleach Kits: suatu 16. Stanton MD, Todd TC et al. The Family Therapy of Drug Abuse and
Addiction. Guilford, New York (USA): 1982.
program edukasi membersihkan jarum suntik yang sudah di- 17. Lewis JA, Dana RQ, Blevins GA. Substance Abuse Counseling. An
pakai dengan menyediakan detergen untuk mensuci-hamakan Individual Approach. Pacific Grove, California (USA): Brooks/Cole Pub
jarum bekas. Co, 1994.
Tolerance Areas: adalah suatu tempat di mana seseorang 18. Buning E. Presentation at panel on defining harm reduction, Fifth
International Conference on the Reduction of Drug-related Harm,
diperkenankan untuk melakukan kebiasaan menggunakan Toronto: 1993.
heroin melalui suntikan tanpa mendapat hukuman. Cara 19. Kleber HD, Gold MS, Riodan CE. The use of clonidine in detoxification
tersebut memerlukan koordinasi yang ketat. Di banyak negara from opiates. Bull Narc, 1981; 32: 1-10.

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


Kegiatan Ilmiah
Simposium Penatalaksanaan OMSK
Demo Operasi Mastoidektomi dan Timpanoplasti

Bertempat di RS THT-Bedah Proklamasi Jl. Proklamasi Penyusunan konsep panduan ini, menurut Dr Damayanti
Jakarta, pada Sabtu 1 Juni 2002, telah diadakan Simposium dan telah dilaksanakan secara bertahap melalui berbagai seminar
Demo Operasi Mastoidektomi & Timpanoplasti. Simposium dan pertemuan-pertemuan. Untuk setiap topik ditunjuk pe-
yang diberi judul Penatalaksanaan Baku Otitis Media Supuratif nyusun konsep utama dan khusus untuk panduan OMSK ini,
Kronis tersebut dihadiri sekitar 200 dokter spesialis/umum dan PP PERHATI-KL menunjuk tim khusus dari Kelompok Studi
undangan lainnya. Dalam sambutannya Ketua Panitia acara ini, Otologi PERHATI KL yang diketuai Dr Helmi Sp THT.
Dr Zainul A. Djafaar, Sp THT menjelaskan bahwa Otitis Media
Supuratif Kronik merupakan salah satu penyakit infeksi kronis Patogenesa dan Diagnosa OMSK
di bidang THT yang masih sering menimbulkan ketulian dan Patogenesa
kematian. Sebagian besar OMSK bermula dari infeksi akut Pembicara pertama dalam seminar yang diadakan di Aula
telinga tengah atau Otitis Media Akuta, yang sering terjadi Rumah Sakit lantai 3, adalah Dr Zainul A Djaafar, Sp THT.
pada bayi dan anak. Apabila infeksi ini tidak mendapat peng- mempresentasikan makalah dengan judul “Patogenesis dan
obatan yang cepat dan tepat maka akan berlanjut menjadi Diagnosa Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)”. Menurut
OMSK pada anak dan dewasa. Pada kesempatan ini turut diper- Direktur Medis RS THT itu, jika para dokter mengenal pato-
kenalkan salah satu preparat obat tetes telinga yang diproduksi genesa penyakit ini, akan dapat dicegah atau dikurangi ke-
oleh Kalbe Farma, Tarivid, berdasarkan lisensi Daichi Pharma- mungkinan terjadinya OMSK pada anak, sehingga angka ke-
ceutical, Jepang. jadian penyakit ini pada anak dan dewasa dapat ditekan (seperti
diketahui insidens OMSK di Indonesia adalah 3% atau sekitar
Sambutan Ketum PP PERHATI-KL 6,6 juta penduduk, CDK 134, red). Patogenesis OMSK se-
Menurut sambutan dari Dr. Damayanti Soetjipto, Sp. THT, bagian besar bermula dari Otitis Media yang penyebabnya
Ketua Umum PP PERHATI KL (Perhimpunan Dokter Spe- multifaktor antara lain infeksi, gangguan fungsi tuba, alergi,
sialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher kekebalan tubuh menurun, lingkungan dan social ekonomi.
Indonesia), kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka sosialisasi Infeksi dapat disebabkan oleh virus dan bakteri. Kemungkinan
panduan penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronik. Selain penyebab terpenting anak mendapat infeksi telinga tengah,
di Jakarta, kegiatan ini juga dilaksanakan di Medan, 7 – 8 Juni menurut dokter yang juga merangkap ketua panitia acara ter-
2002 dan berlanjut di kota-kota lain di Jawa, Kalimantan dan sebut, adalah struktur tuba anak berbeda dengan struktur tuba
Sulawesi. pada orang dewasa. Selain itu kekebalan tubuh yang belum ber-
kembang sempurna pada anak-anak sehingga bila terjadi
Peranan Panduan infeksi jalan napas atas, otitis media merupakan komplikasi
Panduan ini akan mempunyai peran penting dan diharap- yang sering terjadi.
kan dapat dipergunakan secara nasional. Adapun peran pandu-
an ini antara lain: Diagnosa
1. Pegangan bagi para dokter spesialis THT, baik yang Dari patogenesa di atas, terlihat bahwa perlu ditegakkan diag-
bekerja secara individu, maupun yang bekerja di rumah sakit nosa yang tepat sebelum pengobatan dilaksanakan pada pasien
pendidikan dan non pendidikan di seluruh Indonesia. Juga bisa dengan OMSK. Alloanamnesa ataupun autoanamnesa berupa
dijadikan panduan bagi para dokter umum dan spesialis lainnya keluar cairan dari telinga atau telinga berair tanpa melihat
yang terkait. Ini dimaksudkan agar semuanya dapat melaksana- perforasi beserta letaknya atau aktif tidaknya sekret yang
kan pelayanan kesehatan bidang THT secara optimal khusus- keluar, akan sangat membantu menentukan tepat tidaknya
nya dalam penatalaksanaan OMSK. pengobatan yang diberikan.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan di bidang THT di se- Prinsip pengobatan OMSK tipe Benigna adalah konservatif.
luruh Indonesia secara sama rata sesuai kemajuan IPTEKDOK Namun jika sekret tetap ada atau telinga tidak bisa kering atau
dan kemajuan di negara lain. Hal ini mengingat kita sedang perforasi menetap, perlu dipikirkan tindakan operasi untuk
memasuki era globalisasi dan AFTA 2003, dimana pelayanan menghentikan proses infeksi serta mencegah terjadinya gang-
kesehatan akan mengalami globalisasi disamping kemungkinan guan pendengaran dan komplikasi lainnya yang lebih berat.
masuknya tenaga dokter asing di Indonesia. Sedangkan untuk penatalaksanaan OMSK tipe berbahaya
3. Melindungi hak para konsumen penerima jasa kesehatan adalah tindakan operasi.
dan hak dokter sebagai pemberi jasa dalam melakukan tugas Pengobatan konservatif atau medikamentosa adalah peng-
sehari-hari. obatan sementara sebelum operasi dapat dilakukan.

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 51


Untuk menegakkan diagnosa yang tepat diperlukan beberapa Dosis yang dianjurkan adalah:
alat pemeriksaan antara lain: lampu kepala yang cukup baik, - Dewasa : 2 x 6 - 10 tetes, dan dibiarkan/jangan dibersihkan
corong telinga, alat pembersih sekret telinga, alat penghisap telinga, selama kurang lebih 10 menit
secret, otoskop dan mikroskop - Anak-anak: 2 x 3 - 5 tetes, selama kurang lebih 10 menit.
Lampu kepala, alat pembersih sekret telinga atau alat peng- Peringatan
hisap sekret sangat diperlukan dalam menegakkan diagnosis Obat tetes telinga Tarivid Otic Solution, dipergunakan
OMSK yang aktif dan kemudian diikuti dengan penggunaan dalam waktu 2 minggu hingga 4 minggu. Obat ini tidak boleh
otoskop untuk melihat lebih jelas lokasi perforasi, kondisi dipakai lebih dari 4 minggu. Jika setelah pemberian obat tetap
remnant membran timpani dan kavum timpani. Tidak jarang belum didapatkan perbaikan yang berarti, maka perlu diper-
pula diagnosa yang tepat tentang tipe OMSK, baru dapat timbangkan untuk melakukan tindakan operatif.
ditegakkan dengan bantuan mikroskop.
Demo operasi
Panduan Penatalaksanaan OMSK di Indonesia Tepat pukul 12:00 WIB siang dilakukan demo operasi
Informasi mengenai Panduan Penatalaksanaan OMSK di Mastoidektomi dan Timpanoplasti yang berlangsung lebih
Indonesia disampaikan oleh Dr Helmi Sp THT, yang sekaligus kurang 4 jam dilaksanakan oleh dr Zainul dan dr Helmi. [SIM]
bersama-sama dengan dr Zainul A. Djaafar Sp THT menyusun
panduan tersebut. Menurut Dr Helmi, panduan ini masih SIMPOSIUM LAIN
bersifat sementara, sehingga panduan yang baku akan diterbit- Simposium lain, selengkapnya bisa diakses di
kan setelah memperoleh masukan dari hasil sosialisasi nanti di http://www.kalbe.co.id >> News/Articles >> Seminar :
beberapa kota di Indonesia. Untuk itulah sangat diharapkan
pelbagai tanggapan dari para teman sejawat baik dokter spe- Temu Ilmiah Geriatri 2002,, Jakarta, 25 - 26 Mei 2002
sialis maupun dokter umum. Beberapa hal yang prinsip yang Semakin meningkatnya usia harapan hidup menghasilkan
sempat terlontar dalam pemaparan tersebut adalah: peningkatan jumlah usia lanjut. Banyak yang belum menyadari
a. Diagnosa OMSK harus disertai dengan diagnosa kemam- bahwa pada saat ini, populasi penduduk usia lanjut di Indonesia
puan pendengaran (test audiogram). adalah sekitar 20 juta orang. Pada tahun 2020 mendatang -
b. Dalam masa tenang, tidak dianjurkan penggunaan anti- dibanding 30 tahun sebelumnya, 1990-, menurut perhitungan
biotika profilaksis. yang dilakukan oleh WHO, peningkatan penduduk usia lanjut
c. Penyebab utama dari OMSK adalah Pseudomonas aeru- di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia yaitu sekitar 414
ginosa. Kebanyakan Ps. aeuroginosa (gram negatif) sudah tidak persen. Jika tidak diantisipasi saat ini, maka hal tersebut bisa
sensitif terhadap antibiotika klasik seperti: penisilin, amoksilin, menjadi bencana di masa depan.
eritromisin, tetrasiklin dan kloramfenikol..
d. Bila diketahui penyebabnya bukanlah kuman anaerob, The 2nd Jakarta Nephrology & Hipertension Course, 17-18
maka penggunaan antibiotika golongan flourokuinolon adalah Mei 2002
obat yang tepat. Patogenesis terjadinya aterosklerosis pada hipertensi me-
e. Untuk kuman anaerob bisa menggunakan metronidazole, libatkan 3 mekanisme, yaitu pulsative flow (menyebabkan
clindamycin, dan kloramfenikol. arteri menjadi kaku), endothelial injury dan bertambahnya sel
otot polos pembuluh darah. Demikian dikatakan dr MS
Penggunaan obat topikal Markum SpPD KGH dari Sub Bagian Ginjal Hipertensi Bagian
Penggunaan obat-obat topikal harus hati-hati karena se- Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Dr Cipto Mangun-
bagian besar obat topikal seperti gentamicin, neomicin, kusumo. Pernyataan tersebut diucapkan pada saat membawa-
soframicin, bahkan kloramfenikol bersifat ototoksik bila kan makalahnya dengan judul "Hipertensi, Dislipidemia dan
merembes ke telinga dalam melalui venestra rotundum atau Aterosklerosis" dalam acara yang digelar selama dua hari di
venestra ovale. Secara umum, penatalaksanaan OMSK tetap Hotel Borobudur Jakarta.
harus melihat kasus per kasus
Seminar Masa Depan Industri Farmaseutikal, PRJ, 16 Mei
Penggunaan Ofloxacin Topikal 2002
Dalam sesi terakhir diinformasikan mengenai obat topikal Masa depan, dengan segala kondisi kelebihan dan keter-
yang non ototoksik, golongan flourokuinolon, Ofloxacin. batasan di Indonesia, selayaknya industri farmasi lebih mem-
Ofloxacin dipasarkan di Indonesia oleh Kalbe Farma dengan perhatikan Herbal Medicine/Traditional Medicine/Com-
nama dagang Tarivid, Otic Solution berdasarkan lisensi Daiichi plimentary Medicine. Demikian dikatakan Ibu Mawarwati
Pharmaceutical Co. LTD dari Jepang.. Berbeda dengan di Djamaluddin Dipl. Pharm, dalam salah satu seminar yang
negara barat, kemasan ofloxacin yang beredar saat ini, hanya 3 diselenggarakan di Gedung Pusat Niaga lt. VI, Kemayoran
mg / ml (0,3%). Jakarta.

52 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


Kapsul
BOLEHKAH SESEORANG YANG SAKIT,
TERBANG (NAIK PESAWAT TERBANG) ?
Mungkin anda pernah menghadapi masalah di atas; tabel berikut ini mudah-mudahan dapat
membantu anda :

KATEGORI KONTRAINDIKASI

Umum Harapan hidup rendah/kecil


Penyakit menular
Gangguan tingkah laku yang belum stabil

Kardiovaskular Infark miokard dalam 3 minggu sebelumnya


Angina tak stabil (unstable angina)
Operasi bypass koroner dalam 2 minggu sebelumnya
Payah jantung belum terkompensasi
Aritmia tak terkontrol

Pernapasan Infeksi paru menular


Tekanan oksigen parsial arterial < 70 mmHg di permukaan laut tanpa
suplemen oksigen
Eksaserbasi penyakit paru obstruktif/restriktif
Efusi pleura berat
Pneumothorax dalam 3 minggu sebelumnya

Neurologik Gangguan peredaran darah otak (stroke) dalam 2 minggu


sebelumnya
Serangan (seizures) tak terkontrol

Bedah Pembedahan gastrointestinal, toraks, THT atau neurologik dalam


2 minggu sebelumnya

Kehamilan Lebih dari 35 minggu


Kehamilan bermasalah

Pediatrik Sampai usia 1 minggu

Lain-lain Anemia berat (Hb kurang dari 8,5 g/dl)


Krisis sickle cell
Penyakit akibat dekompresi (decompression sickness)

N. Engl. J. Med. 2002; 346: 1069


Brw

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 53


INTERNET UNTUK DOKTER
PORTAL KESEHATAN / KEDOKTERAN
Sudahkah teman sejawat mulai berinternet? Agar tidak ter- efektif (yang berarti mengurangi pemborosan, baik pulsa telepon mau-
lambat, khusus pada edisi ini membahas pelbagai tips dan trik jika pun pulsa ISP), maka di website Kalbe Farma tersedia pelbagai fasi-
Anda mulai berinternet. Tentunya masih banyak teknik-teknik lain litas untuk memulai berinternet.
yang mungkin secara pribadi bisa Anda temukan sendiri sesuai Dalam website Kalbe Farma (http://www.kalbe.co.id) tersedia
dengan situasi dan kondisi di mana Anda berada. berbagai berita, baik berita kedokteran maupun kesehatan setiap hari
diperbaharui, minimal satu hari satu jenis berita. Di samping itu juga,
Anda bisa selalu memonitor agenda kegiatan simposium kedokteran/
Internet adalah rimba raya informasi kesehatan untuk para dokter maupun untuk kaum awam. Selain agen-
Memasuki dunia internet, bagaikan memasuki suatu rimba raya da, reportase singkat mengenai acara tersebut juga akan disertakan.
yang sangat luas. Anda akan masuk ke suatu daerah yang tidak ber- Fasilitas lain yang bisa diperoleh di situs Kalbe Farma:
batas. Jangan heran bahwa suatu saat Anda bisa saja tersesat di tempat - Search engines
yang tidak Anda inginkan (atau malah di tempat yang tidak Anda per- Jika informasi yang tersedia tidak diperoleh di website Kalbe Farma,
kirakan sebelumnya). Apalagi dengan kemajuan bahasa pemograman Anda bisa menggunakan Multipel Search Engine (AltaVista, Excite,
saat ini. Bisa saja, tiba-tiba, tanpa sepengetahuan atau kehendak Anda, Google, Hotbot, Infoseek, Lycos, Search-Indonesia, Yahoo) yang
bisa terbuka suatu halaman –penawaran misalnya. terletak di sebelah kiri bawah dari website Kalbe Farma (yang diberi
Dengan sendirinya, jika sampai tersesat ke suatu halaman yang huruf tebal, adalah mesin pencari yang sering digunakan untuk men-
mungkin tidak berguna bagi Anda, itu berarti pemborosan waktu cari pelbagai informasi yang diperlukan baik di luar negeri maupun di
termasuk juga pemborosan pulsa (Rp) Anda. Apalagi jika akses inter- dalam negeri).
netnya lambat. Berikut disampaikan beberapa tips dan trik yang patut - Forum
diperhatikan jika berinternet. Forum merupakan media tukar menukar informasi dalam website
1. Alangkah baiknya sebelum berinternet, membuat catatan yang Kalbe Farma.
berisi daftar informasi yang ingin dicari misalnya mengenai penyakit - Live Conference/chatting (Interactive)
maag, penelitian terbaru reumatik, kanker nasofaring, dll. Sesuai dengan jadwal yang ditentukan, Anda bisa bergabung dengan
2. Mulailah selalu berinternet dari suatu tempat yang khusus berisi rekan-rekan Anda dari seluruh dunia untuk secara bersama-sama
informasi sesuai dengan minat dan tujuan Anda berinternet. membahas atau berdiskusi mengenai suatu topik yang telah di-
3. Bukalah browser Anda setidak-tidaknya lebih dari satu halaman tentukan.
(bisa 2 atau 3 halaman) agar waktu menunggu Anda tidak terbuang - Link
sia-sia. Pembukaan lebih dari satu halaman tidak berpengaruh secara Link berisi situs-situs kesehatan / kedokteran terpercaya dari seluruh
bermakna (dibandingkan keuntungan yang diperoleh) terhadap ke- dunia (termasuk Indonesia), serta umum digunakan dalam mencari
cepatan akses Anda ke suatu situs/halaman. artikel / journal ilmiah.
4. Jika PC yang digunakan adalah PC bersama (kantor, RS, warnet
bahkan dalam satu keluarga sekalipun), sempatkanlah untuk selalu Set your Homepage at http://www.kalbe.co.id
menghapus riwayat kunjungan Anda. Pada Internet Explorer, caranya: Agar tidak perlu selalu mengetikkan URL Kalbe Farma :
Tools>>Internet Option>>Clear History (pada Tab General). http:www.kalbe.co.id, maka telah tersedia feature khusus untuk men-
5. Carilah selalu (dari teman sejawat lainnya) informasi mengenai jadikan website Kalbe Farma sebagai homepage. Yang perlu dilaku-
situs yang terpercaya dan terlengkap. Makin luas daftar ‘contekan’ kan hanyalah mengklik tulisan ‘set as your homepage’ yang terletak
Anda, makin cepat Anda berinternet. di sebelah kiri atas dari halaman pertama website Kalbe Farma.
Jawablah “Yes” atas pertanyaan yang ditanyakan: Would you like to
Portal Kalbe Farma set your Homepage at ‘http://www.kalbe.co.id/’?
Dalam rangka membantu para dokter agar bisa secara efisien dan Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di edisi berikutnya.

54 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002


Produk Baru

Zofredal®
KOMPOSISI • Penggunaan risperidone pada penderita dengan riwayat
ZOFREDAL 1 mg mengandung risperidone 1 mg penyakit kardiovaskuler harus dilakukan secara hati-hati
ZOFREDAL 2 mg mengandung risperidone 2 mg • Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui
ZOFREDAL 3 mg mengandung risperidone 3 mg belum diketahui dengan pasti

MEKANISME KERJA EFEK SAMPING


Risperidone merupakan antagonis selektif monoaminergik Pada sejumlah penelitian, risperidone umumnya merupakan
dengan afinitas kuat terhadap reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) antipsikotik yang terbukti efektif dan aman serta dapat di-
dan dopamin tipe 2 (D2) yang memberikan efek antipsikotik. toleransi dengan baik oleh penderita.
Efek samping yang agak sering dilaporkan antara lain agitasi,
INDIKASI akatisia, hiperkinesia, pusing, mengantuk, mual dan muntah.
Schizophrenia akut dan kronik yang disertai dengan gejala
positif (seperti halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, INTERAKSI OBAT
permusuhan, kecurigaan) dan/atau gejala negatif (seperti • Alkohol dan obat-obat yang bekerja secara sentral dapat
menarik diri secara sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga memperkuat efek depresi pada susunan saraf pusat
efektif mengurangi gejala efektif yang berhubungan dengan • Risperidone dapat meningkatkan efek hipotensi pada obat-
schizophrenia. obatan antihipertensi
• Risperidone dapat mengantagonis efek levodopa dan
DOSIS DAN CARA PEMAKAIAN agonis dopamin lainnya
Hari pertama : 2 x 1 mg
Hari kedua : 2 x 2 mg KEMASAN
Hari ketiga : 2 x 3 mg ZOFREDAL 1 mg, Dus berisi 3 trip @ 10 tablet salut selaput
Dosis pemeliharaan : 2 x 2 – 4 mg/hari ZOFREDAL 2 mg, Dus berisi 3 trip @ 10 tablet salut selaput
Dosis maksimum : 2 x 8 mg/hari ZOFREDAL 3 mg, Dus berisi 3 trip @ 10 tablet salut selaput
PERINGATAN DAN PERHATIAN
• Hentikan pemberian risperidone bila terjadi ‘Neuroleptic
Malignant Syndrome’ (dengan manifestasi klinis hiperpireksia,
rigiditas, perubahan status mental, fungsi saraf otonom tidak
stabil) dan ‘Tardive Diskinesia’ (timbul gerakan diskinetik, PT. KALBE FARMA, Tbk
involunter, dan irreversible) Gedung Enseval Jl. Letejen Suprapto, Jakarta 10510
• Dosis sebaiknya dikurangi bila terjadi hipotensi ortostatik, PO Box 3105 JAK, Jakarta-Indonesia
pusing atau bila diberikan pada penderita geriatri dan gangguan Telp.: (021) 428 73888. Fax (021) 428 73680
fungsi hati/ginjal Home Page: http://www.kalbe.co.id

When the law is uncertain, there is no law

Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002 55


Ruang
Penyegar dan Penambah
Ilmu Kedokteran
Dapatkah saudara menjawab
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini?

1. Dermatitis kontak terutama diderita oleh : 5. Sindrom carpal tunnel mengenai saraf :
a) Petugas laundry a) n. aksilaris
b) Petugas kebersihan (housekeeping) b) n. radialis
c) Petugas dapur/gizi c) n. medianus
d) Petugas farmasi d) n. ulnaris
e) Petugas laboratorium e) n. tibialis
2. Hepatitis B merupakan faktor risiko terutama oleh : 6. Gas yang sering dipakai untuk sterilisasi :
a) Petugas laundry a) Oksigen
b) Petugas kebersihan (housekeeping) b) Karbondioksida
c) Petugas dapur/gizi c) Metilenoksid
d) Petugas farmasi d) Etilendioksid
e) Petugas laboratorium e) Asetilen
3. Salmonelosis merupakan faktor risiko terutama di 7. Gejala awal keracunan gas CO muncul jika kadar COHb
kalangan : mencapai :
a) Petugas laundry a)2,5%
b) Petugas kebersihan (housekeeping) b) 5%
c) Petugas dapur/gizi c)10%
d) Petugas farmasi d)15%
e) Petugas laboratorium e)20%
4. Para dokter gigi berisiko tinggi tertular: 8. Obat antineoplastik dapat memperbesar risiko :
a) Hepatitis a) Diare
b) Salmonelosis b) Dermatitis
c) Tifoid c) Sindrom carpal tunnel
d) Dermatitis kontak d) Abortus
e) Asma a) Asma

JAWABAN RPPIK :
1. A 2. E 3. C 4. A
5. C 6. D 7. B 8. D

Behavior is miror in which each one shows his image


(Goethe)

56 Cermin Dunia Kedokteran No. 136, 2002

You might also like