You are on page 1of 43

BAYIKU LAHIR KECIL STEP 1 APGAR score : metode sederhana untu menilai kondisi bayi sesaat setelah lahir

r ( di nilai dimenit 1, 5, 10 menit pertama ) o A=appearance : warna kulit o P= pulse=: denyut nadi o G= Grimce : respon refleks fisiologi o A=Activity: kekuatan tonus otot o R=Respiration : pernafasaan o 7-10 normal o 4-6agak rendah derajat asfiksianya ( asfiksia sedang ) o 0-3asfiksia berat o APGAR apakah di pakai pada semua bayi ? Skor Ballard dan Dubowitz: yang di pakai Dubowitz baru Ballard. o Ballard :metode yang digunakan unuk menilai maturitas fisik bayi yang baru lahir ( dilihat genitalianya , warna kulit dst ) o Dubowitz: Untuk menilai masa gestasi dengan menggabungkan penilaian fisik ( dan neurologis ( di lihat dari posturnya < posisi lahirnya >,tanda selendang < gerak tangannya menyeruai selendang>, )

Score Ballard Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik.Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia

1. Penilaian Maturitas Neuromuskular a. Postur Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan saat otot diregangkan (Gambar II.3). Ketika pematangan berlangsung,berangsur-angsur janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif

ekstensor tidak mendapat perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.

b. Square Window Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jarijari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan berturutturut > 90 , 90 , 60 , 45 , 30 , dan 0 (Gambar II.4).

c. Arm Recoil Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 , Skor 2: fleksi parsial 110-140, Skor 3: fleksi parsial 90-100 , dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh (Gambar II.5).

d. Popliteal Angle Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu interpretasi. Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi (Gambar II.6).

e. Scarf Sign Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher

(-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4) (Gambar II.7).

f. Heel to Ear Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4) (Gambar II.8).

2. Penilaian Maturitas Fisik a. Kulit Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecah-pecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen.

b. Lanugo Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dimulai dari punggung bagian bawah.

Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo yang sangat banyak. Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi (Gambar II.9).

c. Permukaan Plantar Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis tertentu. Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di tabel (Gambar II.10).

d. Payudara Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papila Montgomery (Gambar II.11). Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter.

e. Mata/Telinga

Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga ketika dilepaskan ke posisi semulanya (Gambar II.12).

Pada bayi prematur daun telinga biasanya akan tetap terlipat ketika dilepaskan. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebara akan menempel erat satu sama lain (Gambar II.13). Dengan bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya. Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stres intrauterin dan faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra.

f. Genital (Pria) Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae (Gambar II.14) . Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring. Pada cryptorchidismus scrotum pada sisi yang terkena kosong, hipoplastik, dengan rugae yang lebih sedikit jika dibandingkan sisi yang sehat atau sesuai dengan usia kehamilan yang sama.

g. Genital (wanita) Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45o dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora. Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar (Gambar II.15). Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora cenderung kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.

SUMBER : http://blogs.unpad.ac.id/maryati/files/2011/01/Ballard-Score.pdf Score Dubowitz

Resusitasi : pemulihan kehidupan yang tampak meninggal (memulihkan kembali jantung dan paru setelah henti jantung ) tindakannya meliputi pemberian nafas buatan dan massage jantung

Indikasi dilakukan resusitasi nafas < 30x/menit, caranya dengan melihat gerakan dada , pernafasan turun bisa karena ada cairan , bisa karena obat yang menyebabkan fetal distress ( contoh obat MgSO4) Denyut jantung < 100x/menit , caranya dihitung 1 menit utuh, 6 detik x 10 Warna kulit : o Biru = sianosis sentral ( pada mukosa ): di berikan O2, o Sianosis perifer ( pada ekstremitas ) : tanpa o2 Hyalin membrane disease : respiratory distress syndrome penyebab tersering pada gagal nafas pada bayi premature , ditandai dengan Perbedaan dissmature sama premature ?? o Prematuritas murni Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK) o Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu.Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) Buku Ilmu Kesehatan Anak, jilid 3, FK UI

a. Prematuritas murni BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm Masa gestasi < 37 minggu Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis,telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun. Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna b. Dismaturitas Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada, Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis

Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat Tali pusat berwarna kuning kehijauan

Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC. Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. Gaffar, Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC. Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2.Bandung : FKU Padjadjaran. Shelov, Steven P dan Hannemann, Robert E. 2004. Panduan Lengkap Perawatan Bayi Dan Balita. The American Academy Of Pediatrics.Jakarta : ARCAN.

Kurva Lubschenko dan Nelhause : contoh kurvnya Kurva Lubschenko : kurva yang menhubungkan BB bayi sama massa gestasi , KURVA LUBCHENCO

Sumber: Wiknjosastro H.,2008. Ilmu Kebidanan.Jakarta: 2008 Pertumbuhan janin untuk suatu masa gestasi dikatakan baik kalau berat badannya sesuai untuk berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Pertumbuhan janin normal kalu berat badannya terletak antar persentil ke-10 dan persentil ke-90. Bila terletak dibawah persentil ke-10 disebut kecil untuk masa

kehamilan (KMK), sedangkan bila terletak diantara persentil ke-90 disebut sesuai untuk masa kehamilan (SMK) atau bayi normal.

Sumber : buku ajar IKA jilid 3 oleh staf pengajar IKA FK UI Askfisia : gagal nafas keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan merupakan tanda kegawatdarutan pada bayi baru lahir Beda neonatus sama infant ?

STEP 7 1. Proses timbulnya asfiksia ? Kemungkinan bayi tersebut pada paru2nya kurang matang sehinnga surfactan yang di hasilkan sedikit karena yang dihasilkan sedikit paru2nya tidak dapat berkembang akibatnya terjadi kolaps pada alveoli dan berakhir hipoksia Kolaps atelektasis hipoksemia asidosis penurunan tekan darah ke paru karena transudasi timbul gangguan pembentukan surfactan terjadi siklus berulang dari atelektasis Proses pembentukan surfactan ? Bedanya asidosis metabolik dengan asidosis respiratory ? a. Faktor ibu

Hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibat.


Kejadian ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anastesi dalam.

Gangguan aliran darah uterus. Hal ini menyebabkan kurangnya


pengaliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan : Gangguan kontraksi uterus (Hipotoni/Tetani uterus akibat penyakit atau obat) - Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan - Hipertensi mendadak pada penyakit Eklampsia dll. b. Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misal : solusio plasenta, perdarahan plasenta dll. c. Faktor Fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dengan janin. Gangguan ini dapat ditemukan pada tali pusat menumbang, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dll d. Faktor Neonatus Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, a. Pemakaian obat anestesia/analgetika yg berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin. b. Trauma yg terjadi pada saat persalinan, misal : perdarahan c. Kelainan kongenital pada bayi, misal : Hernia Diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru, dll.
(Buku Ilmu Kesehatan Anak, jilid 3, Staf pengajar FK UI hal 1072-1073 )

intrakranial.

PATOFISIOLOGI Asfiksia yg terjadi dimulai dengan suatu periode apneu disertai dgn penurunan frekuensi jantung, selanjutnya bayi akan

memperlihatkan usaha bernafas yg kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apneu kedua. Pada tingkat ini ditemukan bradikardia dan penurunan tekanan darah. Selain itu terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam basa pd tubuh bayi. Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, bila berlanjut akan terjadi proses metabolisme anaerobik yg berupa glikolisis glikogen tubuh, shg sumber glikogen tubuh, terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Asam organik yg terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan timbulnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yg disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu : a) hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung b) terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan, termasuk otot jantung shg menimbulkan kelemahan jantung c) pengisian udara alveolus yg kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru shg sirkulasi darah ke paru dan juga ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskular yg terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak yg akan menimbulkan kematian. Perubahan yg penting dalam tubuh selama proses asfiksia dan

hubungannya dengan gambaran klinis : a) menurunnya tekanan O2 darah b) meningginya tekanan CO2 darah c) menurunnya PH (akibat asidosis respiratorik dan metabolik) d) dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolisme anaerobik e) terjadinya perubahan sistem kardiovaskular. (Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3, FKUI, 1985)

2. Mengapa bayinya mengalami asfiksia setelah dilakukan resusitasi, dengan APGAR score 6-7-8 ? APGAR score 6 : pada menit pertama maknanya asfiksia sedang APGAR score 7 : pada menit 5 maknanya normal APGAR score 8 : pada menit 10 maknanya normal Kesimpulan APGAR score baik Apgar Score merupakan alat untuk menilai kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi lima variabel yaitu frekuensi jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (colour), dan reaksi terhadap rangsangan (respon to stimuli), setiap penilaian diberi angka 0, 1 dan 2. Apgar score dilakukan pada: a. 1 menit kelahiran, yaitu untuk memberi kesempatan pada perubahan. b. Menit ke-5 bayi untuk memulai

Prosedur penilaian Apgar score Pastikan Pencahayaan baik Catat waktu kelahiran, nilai Apgar pad 1 menit pertama dengan cepat dan stimultan, jumlahkan hasilnya. Lakukan tindakan dengan cepat dan tepat sesuai dengan hasilnya. Ulangi pada menit ke-5 Ulangi pada menit ke-10 Dokumentasikan hasil dan lakukan tindakan yang sesuai.

Lima kriteria Skor Apgar: Nilai 0 Nilai 1 warna kulit tubuh normal merah Warna kulit seluruhnya muda, biru tetapi tangan dan kaki kebiruan (akrosianosis) Denyut jantung tidak ada tidak ada Respons refleks respons terhadap stimulasi lemah/tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse warna kulit tubuh, tangan, dan kaki normal merah muda, tidak ada sianosis Appearance Nilai 2 Akronim

meringis/menangis meringis/bersin/batuk lemah ketika distimulasi saat stimulasi saluran Grimace napas

Tonus otot

sedikit gerakan

bergerak aktif

Activity

Pernapasan

tidak ada

lemah atau tidak teratur

menangis kuat, pernapasan baik dan Respiration teratur

Penanganan Bayi Baru Lahir Berdasasrkan NILAI APGAR Nilai APGAR 5 Menit Pertama

Penaganan

Tempatkan ditempat hangat dengan lampu

sebagai sumber penghangat 0-3


Pemberian oksigen. Resusitasi Stimulasi rujuk

Tempatkan dalam tempat yang hangat. Pemberiak oksigen Stimulasi taktil

4-6

7-10

Dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan bayi

normal.

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami

kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.

Ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab nilai APGAR yang rendah pada bayi baru lahir, di antaranya adalah: 1) Persalinan yang terlalu cepat. Hipoksia (kekurangan oksigen) dapat terjadi pada persalinan yang terlalu cepat oleh karena kontraksi yang terlalu kuat atau trauma pada kepala bayi. 2) Terjerat tali pusat. Umum dikenal dengan nuchal cord, di mana tali pusat (plasenta/ari-ari) melilit pada leher janin (baik sekali waktu atau beberapa kali) dan mengganggu aliran darah, maka hipoksia bisa terjadi karena lilitan ini. 3) Prolaps tali pusat. Kondisi yang terjadi ketika tali pusat mendahului fetus keluar dari rahim. Kondisi ini adalah kedarutan obstetri yang membahayakan kehidupan janin. Namun prolaps tali pusat adalah kasus yang jarang. Ketika fetus juga akan ikut lahir, sering kali menekan tali pusat dan menimbulkan hipoksia. 4) Plasenta previa (placenta preavia). Merupakan kondisi kelainan obstretri di mana tali pusat terhubung pada dinding rahim yang letaknya dekat atau menutup leher rahim. Hal ini meningkatkan risiko perdarahan antepartum (vaginal), yang berujung juga pada hipoksia bagi janin. 5) Aspirasi mekonium. Jika mekonium di ada dalam paru-paru fetus, maka bisa terjadi permasalahan pernapasan. Hal ini dikenal juga sebagai Sindrom Aspirasi Mekonium. 6) Beberapa sebab lain bisa berupa obat-obatan yang dikonsumsi ibu sebelum persalinan, dan bayi preterm (prematur). SUMBER : Sumarah, SSiT, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya

3. Bagaimana cara adaptasi intra uterin dan ekstra uterin ? perbedaan pernafasan bayi lahir dan bayi belum lahir ? Intrauterine Lingkungan fisik Suhu luar Gizi Cairan Pada umumnya tetap Ekstrauterine Udara Berubah ubah pada bahan dan saluran

Tergantung pada zat zat Tergantung gizi yang terdapat dalam tersedianya darah ibu makanan kemampuan cerna

Penyediaan oksigen

Berasal dari ibu ke janin Berasal dari paru paru

melalui plasenta Pengeluaran metabolism hasil Dikeluarkan ke

ke pembuluh paru paru sistem Dikeluarkan melalui paru paru, kulit, ginjal, dan saluran pencernaan

peredaran darah ibu

Stimulasi sensoris

Terutama kinestetik atau Bermacam vibrasi stimuli

macam

(Tumbuh Kembang Anak, Soetjiningsih) Fisiologi sistem respirasi, kardiovaskuler ,gastrointestinal; dll A. System pernafasan : Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan metabolisme anaerobik. Rangsangan untuk gerakan yang pertama : a. Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melewati jalan lahir b. Penurunan paO2 dan kenaikan paCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus koratikus c. Rangsangan dingin didaerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan. d. Refleks deflasi Hering Breur Selama ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu inspiratory gasp Respirasi pada masa neonatus terutama diafragmatik dan abdominal dan biasanya masih tidak teratur dalam hal frekuensi an dalamnya pernafasan Setelah paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sam dengan pada orang dewasa, tetapi oleh karena bronkiolus relatif kecil, mudah terjadi air trapping.

B. System peredaran darah : Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian ke duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriil dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan, yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan pula karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik), duktus arteriosis berobliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5 liter/menit/m2. aliran darah sistemik pada hari pertama rendah , yaitu 1.96 liter.menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3.54 liter/menit/m2) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg. C. System gastrointestinal :

Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa Enzim dalam traktus digestivus biasnya sudah terdapat pada neonatus, kecuali amilase pankreas Aktifitas enzim proteolitik pada neonatus dengan berat badan lahir 4000gr besarnya 6 kali aktifitas enzim tersebut pada neonatus dengan berat badan lahir 1000gr Aktifitas lipase telah ditemukan pada fetus 7-8 bulan Pada bayi prematur, aktifitas lipase masih kurang bila dibandingkan dengan bayi cukup bulan D. System endokrin : Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu. Pada waktu bayi baru lahir, kadang-kadang hormone tersebut masih berfungsi, misalnya dapat dilihat pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan. Kadang-kadang dapat dilihat gejala withdrawal, misalnya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid dari bayi perempuan. Kelenjar adrenal pada waktu lahir relative lebih besar bila dibandingkan dengan orang dewasa (0,2% dari berat badan dibandingkan dengan 0,1% dari berat badan pada orang dewasa) Kelenjar tiroid sudah sempurna terbentuk sewaktu lahir dan sudah mulai berfungsi sejak beberapa bulan sebelum lahir. E. Hati Kenaikan kadar protein Penurunan kadar lemak dan glikogen Enzim hati blm bgtu aktif, misalnya enzim dehidrogenase UDPG dan transferase glukoronil srg kurang shg neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis Detoksifikasi jg blum sempurna, pemberian kloramfenikol dng dosis >50mg/kgBB/hari dpt menimbulkan gray baby syndrome F. Metabolisme

Pd jam2 pertama, energi didapatkan dari pembakaran karbohidrat Pd hari ke dua energi berasal dari pembakaran lemak Stlah mendapat susu pd hari ke enam, energi 60% didapatkan dr lemak dan 40% dr karbohidrat G. Keseimbangan asam basa pH darah saat lahir rendah krn glikolisis anaerobik H. SSP Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikal Mielinisasi tjd setelah bayi berumur 2bulan I. Imunoglobulin Pd neonatus tdk terdapat sel plasma pd sumsum tulang dan lamina propria ileum dan apendiks Pd bayi baru lahir, hanya tdp globulin gama G, yaitu imunologi dr ibu yg didapat mell plasenta krn berat molekulnya kecil Ig dlm colostrum berguna sbg proteksi lokal dlm traktus digestivus, misalnya utk strain E.coli Buku Ilmu Kesehatan Anak, jilid 3, FK UI 4. Langkah langkah dalam melakukanresusitasi ?

Segera setelah lahir dilakukan penilaian pada semua bayi dengan menjawab pertanyaan berikut (Dharmasetiawani, 2008): - Apakah kehamilan cukup bulan? - Apakah air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi mekonium? - Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis? - Apakah tonus otot bayi baik? Bila salah satu pertanyaan dijawab tidak, maka hal yang harus dilakukan adalah (Dharmasetiawani, 2008): Melakukan langkah awal resusitasi yang terdiri dari tindakan berurutan sebagai berikut: Menghangatkan bayi di bawah pemancar panas atau lampu Memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi Mengisap lendir dari mulut kemudian hidung Mengeringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah dengan yang kering.

Memposisikan kembali kepala bayi Menilai bayi

Apabila bayi tidak bernapas, maka dilakukan Ventilasi Tekanan Positip (VTP) dengan memakai balon dan sungkup dengan kecepatan 20-30 kali selama 30 detik. Menilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung. Bila belum bernapas dan denyut jantung kurang dari 60 x/menit, maka VTP dilanjutkan dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik Menilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung Apabila denyut jantung < 60 x/menit, epinefrin diberikan dan lanjutkan VTP dan kompresi dada Apabila denyut jantung > 60 x/menit kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan Pemasangan endotracheal tube bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi (dilakukan oleh tenaga yang sudah terampil)

Kondisi apa saja yg memerlukan resusitasi pada neonatus? 1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior. 2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya 3. Kerusakan neurologis 4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi 5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya. 5. Apasajakah yang perlu di perhatikan saat bayi lahir ? Segera setelah lahir dilakukan penilaian pada semua bayi dengan menjawab pertanyaan berikut (Dharmasetiawani, 2008): - Apakah kehamilan cukup bulan? - Apakah air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi mekonium? - Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis? - Apakah tonus otot bayi baik? 6. Mengapa bayi tidak langsung menanggis ? Bayi tidak langsung menangis

Towel (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari: Faktor ibu Hipoksia ibu. Hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam. Gangguan aliran darah uterus. Gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan Hipertensi pada penyakit eklampsia, dll. Faktor plasenta Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, perdarahan plasenta, dll. Faktor fetus Kompresi umbilicus akan menyebabkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain.

Faktor neonatus Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu: Pemakaian obat anesteia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intracranial Kelainan congenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru, dll. Sumber : (Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, vol. 3, 1985, FK UI. Hal. 10721073)

7. Apa hubungan KPD degan bayi sekarang ?

8. Apa Hubungannya kelahiran bayi 35 minggu?

9. Apa makna dari BBL 1900 ? Bayi berat lahir rendah , kurva apa yang dipakai ? Tafsiran maturitas neonates :

10. Mengapa pada pemeriksaan foto thoraks HMD grade 1 ? Cari reaksinya ? RESPIRATORY DISTRES SYNDROME (RDS) ATAU HYALINE MEMBRANE DISEASE (HMD) A. Definisi Sindrom Distres Pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyaline membrane disease (HMD). (Suryadi dan Yuliani, 2001). HMD adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA. B. Patofisiologi Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.

Hipoksia akan menyebabkan terjadinya : 1. Oksigenasi jaringan menurun menyebabkan metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic sehingga terjadi asidosis metabolic. 2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris menyebabkan transudasi kedalam alveoli sehingga terbentuk fibrin. Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantung, penurunan aliran darah keparu, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis. Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar. C. Komplikasi Pneumothorax Pneumomediastinum Pulmonary intestinal dysplasia Bronchopulmonary dysplasia (BPD) Patent ductus arteriosus (PDA) Hipotensi Menurunnya pengeluaran urine Asidosis Hiponatremi Hipernatrium Hipokalemi Hipoglikemi Disseminated intravascular coagulation (DIC) Kejang Intraventricular hemorrhage Retinopathy pada premature Infeksi sekunder D. Etiologi Defesiensi atau kekurangan surfaktan. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio sesaria. Gangguan traktus respiratorius : Hyaline membrane disease (HMD). Berhubungan dengan kurangnya masa gestasi (bayi prematur) Transient tachypnoe of the newborn (TTN). Paru-paru terisi cairan, sering terjadi pada bayi Caesar karena dadanya tidak mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga menghambat pengeluaran cairan dari dalam paru. Infeksi (pneumonia) Sindroma aspirasi Hipoplasia paru Hipertensi pulmonal Kelainan congenital (choanal atresia, hernia diagfragma,pieer robin sindroma) Pleural effusion Kelumpuhan saraf frenikus Luar traktus respiratoris: Kelainan jantung congenital, kelainan metabolic, darah dan SSP.

E. Manifestasi Klinis Pernafasan cepat (tachynea) Retraksi (takiran) dada (suprastenal, substernal, intercostals) Pernfasan terlahat paradoks Cuping hidung Apnea Murmur Sianosis pusat

F. Pemeriksaan Diagnostik Foto rontsen: menunjukan adanya atelektasis Analisa gas darah: analisis gas darah arteri dengan PaO2 kurang dari 50 mmHg dan PCO2 diatas 60 mmHg Imatur lecithin / sphingomyolin (L / S): esitin/spingomielin rasio 2:1 mengindikasikan bahwa paru sudah matur G. Penatalaksanaan Terapiutik Pemberian oksigen Pertahankan nutrisi adekuat Pertahankan suhu lingkungan netral Diet 60 kcal/kg per hari ( sesuaikan dengan protocol yang ada) dengan asam amino yang mrncukupi untuk mencegah katabolisme protein dan ketoasidosis endogenous Pertahankan PO2 dalam batas normal 11. Mengapa bayinya di rawat di bangsal bayi dengan resiko tinggi ? BBL , Ada riwayat asfiksia 12. Adakah indikasi dan KI IMD pada bayi tsb ( mendapat ASI dari orogastric ) ? IMD pada bayi tsb tidak di anjurkan , tapi bayi tsb tetap di berikan ASI Manfaat ASI ? 13. Prognosis ( pertumbuhan dan perkembangan ) bayi kedepan ?

periode pertumbuhan dan perkembangan janin : Periode embrionik a. Organnya sudah mulai terbentuk . bila ada gangguan bisa menyebabkan kelainan kongenital . misal obat thalidomide fokomeli Periode janin dini b. Organ tubuh masih berfungsi tapi immature, biasanya rentan abortus Periode janin akhir c. Pertumbuhan sudah maksimal dan cepat . biasanya kalau ada gangguan bisa BBLR , asfiksi , infeksi Periode part uterin

d. Janin sudah lahir , sudah siap hidup . bahaya = hipoksi , infeksi , trauma saat melahirkan Periode neonatal e. Sudah beradaptasi dengan ekstrauterin

FASE - FASE PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA Berikut fase perkembangan manusia menurut Robert Hafigurst (1972) : 1. Fase perkembangan bayi dan kanak-kanak: Secara kronologis (menurut urutan waktu), masa bayi (infancy atau babyhood) berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun. Sedangkan masa kanak- kanak yaitu ketika usia kira-kira mulai 2 tahun sampai dengan 5 tahun atau sering disebut masa balita (bawah lima tahun) 2. Fase perkembangan anak-anak (late childhood) berlangsung pada usia 6 sampai 12 tahun.

Dengan ciri-ciri utama sebagai berikut: - memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok Sebaya. - Keadaan fisik yang memungkinkan yang mendorong anak untuk memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan; ketrampilan jasmani. - Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, symbol, dan, komunikasi yang luas. 3. Fase perkembangan Remaja. Masa remaja (adolescence) adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, yaitu mulai usia 11 tahun atau 12 tahun. Biasanya wanita lebih cepat memasuki masa remaja dibandingkan dengan laki-laki. Menurut sebagian ahli psikologi masa remaja terdiri atas sub-sub masa perkembangan sebagai berikut: - Subperkembangan prepuber selama kurang lebih dua tahun sebelum masa puber. - Subperkembangan puber selama dua setengah sampai tigasetengah tahun. - Subperkembangan post-puber, yakni saat perkembangan biologis sudah lambat tapi masih berlangsung pada bagian organ tertentu. Saat ini merupakan akhir masa puber yang mulai menampakkan tanda-tanda kedewasaan. Seseorang yang telah memasuki masa puber ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : Ciri masa puber Laki laki Perempuan

Skunder Payudara dan pinggul membesar Tumbuh rambut pada bagian tertentu Meningkatnya emosi Ciri primer adalah ciri yang pasti dialami oleh seseorang yang memasuki masa remaja Ciri skunder adalah ciri yang dapat terjadi atau mungkin tidak terjadi pada seseorang yang masuk masa pubertas Seorang perempuan yang sudah tidak lagi mengalami menstruasi karena usia sudah tua disebut monopouse

Primer Skunnder Mimpi basah Tumbuh jakun Tumbuh rambut pada bagian tertentu Suara sedikit berat Dada terlihat bidang

Primer Mengalami menstruasi

4. Fase Perkembangan Dewasa Masa dewasa awal (early adhulthood) ialah fase perkembangan saat seorang remaja mulai memasuki usia dewasa, yakni usia 21-40 tahun 5. Fase perkembangan setengah baya Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung antara usia 40 sampai 60 tahun. Di saat usia 40 tahun seseorang mengalami pubertas kedua karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional/mudah marah dan bahkan jatuh cinta lagi. 6. Fase perkembangan usia tua Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan manusia. Usia ini berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya nafas terkhir (akhir hayat). Mereka yang menginjak usia 60 tahun keatas yang dalam istilah psikologi disebut senescence (masa tua) biasanya ditandai dengan perubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot. Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan Sedangkan menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh. Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu : 1. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. 2. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi : a. Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal) b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal). Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi : - Lingkungan biologis Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon. - Faktor fisik Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi. - Faktor psikososial Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari, Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak, selain sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. - Faktor keluarga dan adat istiadat Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam keluarga seperti apad masyarakat tradisonal masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain.

Adapun tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan balita usia 1-2 tahun, diantaranya : Dari 12-18 bulan : 1. Anak sudah bisa berjalan sendiri tanpa pegangan dan menjelajahi rumah serta sekeliling rumah 2. Mulai dapat menyusun 2 atau 3 kotak 3. Belajar melempar, menangkap dan menendang bola 4. Mulai dapat mengatakan 5 sampai 10 kata 5. Dapat bertepuk tangan dan minum dari cangkir ataumug tanpa tumpah 6. Mampu memperlihatkan perasaannya seperti rasa cemburu dan rasa bersaing Dari 18-24 bulan : 1. Anak sudah bisa melompat dengan dua kaki 2. Naik dan turun tangga 3. Mampu menyusun 6 kotak ke atas 4. Anak dapat berjalan mundur sedikitnya 4-5 langkah 5. Mampu mengenali gambar-gambar yang diperlihatkan padanya 6. Menggambar garis di kertas atau tanah/pasir 7. Mampu menyusun dua kata 8. Belajar makan sendiri 9. Menaruh minat atau meniru apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar 10. Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka 11. Mampu menunjukan dan menyebutkan bagian tubuh dengan benar 12. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil.

Pertumbuhan dan perkembangan janin dimulai sejak terjadinya konsepsi. Kehamilan akan berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan atau 40 minggu terhitung dari hari pertama haid terakhir. Perubahan-perubahan dan organogenesis terjadi pada berbagai periode kehamilan. Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi 3 tahapan penting yaitu: tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak terbentuk dalam pertumbuhan; embrio (mudigah) antara umur 3-5 minggu dan sudah tampak rancangan bentuk alat-alat tubuh; janin (fetus) di atas usia 5 minggu dan sudah berbentuk manusia. Perubahan-perubahan dan organogenesis pada periode kehamilan. Bulan ke-0 Sperma membuahi ovum, membelah, masuk di uterus dan menempel pada hari ke-11

Gambar 1. Zigot Minggu ke-4/ Bulan ke-1 Bagian tubuh embrio yang pertama muncul akan menjadi tulang belakang, otak, dan saraf tulang belakang. Jantung, sirkulasi darah dan pencernaan juga sudah terbentuk.

Gambar 2. Janin 4 minggu Minggu ke-8/ Bulan ke-2 Panjang janin 250 mm. Jantung mulai memompa darah. Raut muka dan bagian utama otak dapat terlihat. Terbentuk telinga, tulang dan otot di bawah kulit yang tipis.

Gambar 3. Janin 8 minggu Minggu ke-12/ Bulan ke-3 Panjang janin 7-9 cm. Tinggi rahim di atas simpisis (tulang kemaluan). Embrio menjadi janin. Denyut jantung terlihat pada USG. Mulai ada gerakan. Sudah ada pusat tulang, kuku, ginjal mulai memproduksi urin.

Gambar 4. Janin 12 minggu Minggu ke-16/ Bulan ke-4 Panjang janin 10-17 cm. Berat janin 100 gram. Tinggi rahim setengah atas simpisis pubis. Sistem muskuloskeletal sudah matang, sistem saraf mulai melakukan kontrol. Pembuluh darah berkembang cepat. Tangan janin dapat menggenggam. Kaki menendang aktif. Pankreas memproduksi insulin. Kelamin luar sudah dapat ditentukan jenisnya.

Gambar 5. Janin 16 minggu Minggu ke-20/ Bulan ke-5

Panjang janin 18-27 cm. Berat janin 300 gram. Tinggi rahim setinggi pusat. Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan menjaga minyak pada kulit. Terbentuk alis, bulu mata, dan rambut. Janin membuat jadwal teratur tidur, menelan dan menendang.

Gambar 6. Janin 20 minggu Minggu ke-24/ Bulan ke-6 Panjang janin 28-34 cm. Berat rahim 600 gram. Tinggi rahim di atas pusat. Kerangka berkembang cepat. Berkembangnya sistem pernafasan.

Gambar 7. Janin 24 minggu Minggu ke-28/ Bulan ke-7 Panjang janin 35-38 cm. Berat rahim 1000 gram. Tinggi rahim antara pertengahan pusat prosessus xifodeus. Janin bisa bernafas, menelan dan mengatur suhu. Terbentuk surfaktan dalam paru-paru. Mata mulai membuka dan menutup. Bentuk janin dua pertiga bentuk saat lahir.

Gambar 8. Janin 28 minggu Minggu ke-32/ Bulan ke-8 Panjang janin 42,5 cm. Berat rahim 1700 gram. Tinggi rahim dua pertiga di atas pusat. Simpanan lemak berkembang di bawah kulit. Janin mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor. Kulit merah dan gerak aktif.

Gambar 9. Janin 32 minggu Minggu ke-36/ Bulan ke-9 Panjang janin 46 cm. Berat rahim 2500 gram. Tinggi rahim setinggi prosessus xifodeus. Kulit penuh lemak, organ sudah sempurna.

Gambar 10. Janin 36 minggu

Minggu ke-40/ Bulan ke-10 Panjang janin 50 cm. Berat rahim 3000 gram. Tinggi rahim dua jari bawah prossesus xifodeus. Kepala janin masuk PAP (pintu atas panggul), kuku panjang, testis telah turun. Kulit halus hampir tidak ada lanugo.

Gambar 11. Janin 40 minggu Referensi Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III. Jakarta. Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Yogyakarta: Fitramaya. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC Neil, W.R. 2001. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat. Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC. Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika Prognosis bayi bblr Dikatakan BBLR jika Berat bayi < 2500 gr Masalah BKB dan BBLR : Ketidakstabilan suhu BKB sulit mempertahankan suhu, karena : - Peningkayan hilangnya panas - <<< lemak sub kutan - Rasio luas permukaan terhadap BB yang besar - Produksi panas ber<<< akibat lemak cokelat yang tidak memadai dan ketidakmampuan untuk menggigil Kesulitan pernapasan - Penyakit Membren Hialin defisiensi surfaktan paru - Resiko aspirasi reflek batuk, reflek menghisap, reflek menelan masih <<< - Thoraks yang dapat menekiy dan otot bantu respirasi masih lemah - Pernapasan yang periodik dan apnea Kelainan GIT dan nutrisi

- Reflek hisap dan telan masih buruk terutama bayi < 34 bulan Imaturitas hati Imaturitas ginjal Imaturitas imunologis Kelainan neurologis Kelainan kardiovaskuler Kelainann hematologis Metabolisme - Hi[okalsemia - Hipoglikemia atau hiperglikemia

You might also like