You are on page 1of 10

7.

7.1 Arsitektur Jaringan HSDPA

HSDPA

Arsitektur UTRAN (UMTS Terrestrial Radio Access Network) dibangun oleh satu atau beberapa Radio Network System (RNS) yang terhubung pada Core Network (CN). RNS dapat dibagi menjadi dua entity, yaitu Radio Network Controller (RNC) dan Node B atau base station seperti pada gambar.

Gambar 7.1 Arsitektur UTRAN Node B pada HSDPA tidak hanya terdiri atas layer fisik, terdapat juga MAC (MediumAccess Control) layer seperti terlihat pada gambar 2.2. MAC-hs merupakan entity MAC yang menangani transport channel HS-DSCH. MAC-hs memiliki peran dalam fungsi retransmisi ARQ (Automatic Repeat Request) dan Scheduling dalam menangani prioritas paket . Dengan adanya MAC layer pada node B, maka proses retransmisi dapat terjadi lebih cepat dan delay untuk men-decode paket dapat berkurang karena round-trip retransmisi yang lebih pendek yaitu sebesar 2 ms.

Gambar 7.2 Arsitektur Protokol HSDPA Walaupun fungsi MAC layer ditambahkan di node B, RNC pada HSDPA masih melakukan fungsi RLC (Radio Link Control) seperti pada protokol WCDMA. Pada kasus tertentu, yaitu dimana batas maksimum retransmisi oleh physical layer telah dicapai, proses retransmisi akan ditangani oleh layer RLC di RNC.

7.2

Spesifikasi HSDPA

Tabel 7.1 Spesifikai HSDPA Spesifikasi Standard Band Frekuensi LebarKanal KecepatanPuncak / Bit Rate Multiple Akses Duplexing Modulasi data HSDPA 3GPP release 5 850/900MHz & 1.8/1.9/2.1 GHz 5MHz Downlink: 3.6-14.4 Mbps Uplink: 384Kbps W-CDMA/TDMA FDD Uplink : QPSK Downlink: 16QAM ,QPSK

7.3

Kanalisasi

Untuk mengimplementasikan HSDPA, kanal-kanal baru yang ditambahkan pada platform WCDMA antara lain: High Speed Downlink Shared Channel (HS-DSCH), High Speed Shared Control Channel (HS-SCCH), dan Uplink High Speed Dedicated Physical Control Channel (HS-DPCCH).

Gambar 7.3 Struktur Kanal HSDPA HS-DSCH (High Speed Downlink Shared Channel) HS-DSCH merupakan transport channel arah downlink yang dapat digunakan untuk mengirim paket data oleh beberapa user dalam satu cell. Transmission Time Interval (TTI) pada HS-DSCH sebesar 2 ms lebih pendek jika dibandingkan dengan TTI sebesar 10, 20, 40, atau 80 ms yang digunakan pada channel-channel sejenis sebelumnya. HS-DSCH dapat dipetakan sebagai HS-PSDSCH atau HS-SCCH tergantung dari kebutuhannya apakah untuk data atau signaling. HS-PDSCH (High Speed Physical Downlink Shared Channel) HS-PDSCH merupakan kanal transport fisik untuk user data arah downlink. Tiap timeslot memiliki panjang 2 ms dengan 2560 chips. Tiap subframe HS-PDSCH menunjukkan satu kode kanal dengan fixed spreading factor (SF) =16. Subframe HS-DSCH hanya berisi

paket data dan tidak mengandung sinyal pilot, TPC ataupun TFCI. Teknlogi HSDPA mendukung transmisi kode jamak, sehingga tiap user bisa menggunakan lebih dari satu kode tergantung kemampuan user tersebut. HSDPA menggunakan dua model modulasi, yaitu: QPSK yang sebelumnya juga telah digunakan oleh kanal DCH release 99 dan modulasi 16QAM. HS-SCCH (High Speed Shared Control Channel) HS-SCCH membawa informasi signaling yang diperlukan bagi HS-DSCH. Informasi itu berisi Channelization code set dan skema modulasi yag menunjukkan kode-kode paralel HSDSCH yang diminta UE dan jenis modulasi yang dipakai (QPSK atau 16 QAM). Dengan informasi yang dibawa HS-SCCH ini, UE dapat menggunakan waktu yang tepat untuk menerima HS-DSCH dan dapat menggunakan kode kode yang benar agar data dapat diterima dengan sukses. BTS mampu mengirim 4 s/d 32 HS-SCCH per sel dan setiap UE bisa memonitor s/d 4 HS-SCCH.

Gambar 7.4 Struktur Frame HS-SCCH HS-DPCCH (Uplink High Speed Dedicated Physical Control Channel) Selain berasosiasi dengan HS-SCCH, HS-DSCH juga berasosiasi dengan satu dedicated physical control channel pada arah uplink, yakni HS-DPCCH. HS-DPCCH bertanggung jawab dalam proses uplink yaitu pengiriman ACK (acknowledgement) dan NACK (negative acknowledgement) untuk memberitahu status suatu paket data yang diterima serta CQI (Channel Quality Indicator). Kanal HS-DPCCH merupakan kanal signaling arah uplink.

Gambar 7.5 Struktur frame HS-DPCCH

7.4

Hybrid Automatic Repeat Request (HARQ)

Hybrid ARQ merupakan varian dari metode error control ARQ yang memberikan kinerja yang lebih baik dari ARQ yang biasa terutama sekali pada kanal wireless. Hybrid ARQ merupakan penggabungan metode Forward Error Control (FEC) dan Automatic Repeat Request (ARQ). Satu entity (kesatuan HARQ) menangani satu user. Tiap satu entity HARQ mendukung beberapa proses HARQ secara parallel.Berdasarkan skema diatas fungsi HARQ ada 2 yaitu: First Rate Matching Untuk mencocokkan jumlah bit keluaran turbo encoder dengan jumlah bit di UE soft buffering capability (virtual IR buffer). Second Rate Maching Untuk mencocokkan jumlah bit keluaran first matching dengan jumlah bit pada channel bits. Pada proses retransmisi bit parity yang ditambahkan akan berbeda-beda pada setiap pengirimannya dimana hal ini dikontrol oleh parameter RV (redudancy version). Metode Hybrid ARQ sendiri ada 2 jenis yaitu: 1. Chase Combining Bentuk paling sederhana dari skema Hybrid ARQ dapat ditunjukkan oleh metode Chase Combining. Pada paket data retransmisi identik (sama) dengan paket data yang pertama kali dikirim. Pada chase combining paket data awal yang terdapat error tidak dibuang namun tetap disimpan, setelah paket data baru yang identik dengan paket lama dikirim barulah kemudian digabung untuk kemudian di decoding. Metode chase combining juga dikenal dengan tipe III HARQ dengan satu RV (redundancy version)

Gambar 7.6Chase combining Scheme 2. Incremental Redundancy Incremental Redundancy adalah teknik lain dari H-ARQ, dimana pada proses retransmisi akan ditambahkan bit-bit redundant pada paket. Sehingga paket data yang dikirimkan ulang lebih tahan terhadap noise dan memperkecil terjadinya error. Ketika terdapat error di pengiriman pertama, maka penerima akan mengirimkan negativeacknowledgement (NACK). Pengirim akan mengirimkan ulang paket data dimana paket data yang dikirim adalah bit-bit redundant sehingga komponen bitnya berbeda dari pengiriman awal. Pengiriman bit-bit tersebut dikontrol oleh RV (redundant version).

Gambar 7.7 Incremental Redundancy Scheme

7.5

Fast Scheduling

Perubahan dasar yang dilakukan adalah penjadwalan pada node B. Tiga cara penjadwalan dipakai dalam system HSDPA yaitu: a. Round robin (RR), penjadwalan RR bekerja berdasarkan posisi antrian, first in first out (FIFO).pengguna tetap dijadwal walaupun kondisi kanalburuk. b. Maximum C/I, algoritma kanal maksimum C/Imenjadwal UE ketika memiliki nilai SIR (signalto interference ratio) tertinggi diantara UE laindalam suatu sel. kurang fair karena menyebabkan hampir setengah pengguna sel tidak memperoleh layanan yang cukup. c. Proportional Fairness (PF) or R[n]/Rav, PF merupakan bentuk kompromi antara RR dan maksimum C/I. Hasilnya setiap pengguna dilayani saat kondisi kanal mendukung.

7.6

Modulasi

HSDPA menggunakan modulasi QPSK atau 16 QAM pada arah downlink. HSDPA sudah mengadopsi teknologi AMC (Adaptive Modulation and Coding) artinya dapat memilih modulasi mana yang akan digunakan sesuai kondisi kanal. Jika kanal baik akan menggunakan modulasi 16QAM sebaliknya jika kondisi kanal buruk menggunakan QPSK. Hal ini karena QPSK lebih tahan terhadap noise atau gangguan.

7.7

Adaptive Modulation And Coding (AMC)

Adaptive Modulation And Coding (AMC) merupakanteknologi utama yang menyebabkan HSDPA mencapaidata rate jauh lebih besar dari system sebelumnya.Hasilnya dapat meningkatkan throughput rata-rata karena level Modulation and coding scheme (MCS) yangdiberikan semakin tinggi sesuai kondisi yang diinginkanpengguna. Untuk mendapatkan throughput maksimal digunakan 16QAM dengan turbo code R=3/4. jika kondisi kanal buruk digunakan QPSK dengan turbo code R=1/4serta kombinasi skema modulasi dan coding di antara kondisi tersebut

7.8.

Handover

Perpindahan UE antarsel pada sistem CDMA pada umumnya menggunakan prosedur soft handover. Akan tetapi HSDPA menggunakan cara yang lebih cepat dengan hard handover dengan

teknologi yang disebut FCS (Fast Cell Selection). FCS bekerja dengan memantau level SIR seluruh Node B dalam jangkauan UE lalu diarahkan pada Node B yang dapat memberikan SIR lebih tinggi (power CPICH yang lebih tinggi). Aktivitas downlink hanya dapat dilakukan pada satu Node B. Jika terdapat Node B yang memberikan level SIR yang lebih tinggi pada daerah perpindahan, seharusnya RNC yang bertanggung jawab melakukan proses handover. Dengan FCS, maka dilakukan internode handover ke Node B yang baru. Hal ini bertujuan untuk menurunkan delay dalam prosedur handover.

7.9

IMS

Konsep IMS adalah memberikan layanan internet di mana pun dan kapan pun menggunakan teknologi seluler. Pada sisi lain, jaringan seluler juga membrikan layanan dengan jangkauan yang luas, yang termasuk layanan interent yang paling sukses seperti pengiriman pesan instan. Kenyataannya, pengguna seluler mana pun dapat mengakses internet menggunakan koneksi data dan dengan cara ini layanan internet dapat tersedia. Lalu kenapa kita memerlukan IMS? Bagi operator, IMS mengambil konsep arsitektur berlapis lebih jauh dengan mendefinisikan arsitektur horizontal, di mana fungsi umum seperti OSS dan pelayanan dapat digunakan pada banyak aplikasi. Arsitektur horizontal pada IMS juga menyediakan interoperabilitas dan roaming, dan mampu mengontrol bearer sebagai pembawa informasi, termasuk pembebanan dan keamanan jaringan. IMS mengintegrasikan layanan suara dan data, sementara mengadopsi keunggulan-keunggulan teknologi MobileIndonesia.net| Sharing Knowledge, Sharing Information 3 pada sisi IT-nya. Dengan demikian IMS menjadi kunci menuju konvergensi jaringan tetap dan bergerak (Fixed-Mobile Convergence). Oleh karena alasan ini, IMS banyak ditawarkan para vendor sebagai solusi jaringan untuk operator yang menyelenggarakan bisnis layanan multimedia sekaligus untuk jaringan bergrak dan tetap.

Gambar 7.8 Arsitektur jaringan IMS IMS mampu mengirimkan layanan lebih berstandarisasi, dan terstruktur yang merupakan ciri khas kebanyakan arsitektur berlapis. Pada saat yang sama, IMS menyediakan arsitektur yang mampu menyederhanakan dan mempercepat penciptaan layanan dan proses aktivasi dan administrasi layanan (provisioning), sekaligus tetap mendukung layanan dari jaringan eksisting.

7.10

Data Routing

7.11

Fast Cell Selection

Dengan menggunakan Fast Cell Selection, perangkat user akan mengindikasi sel mana yang terbaik, yang harus melayani pada downlink dan signaling pada uplink. Ketika beberapa sel kemungkinan beranggota beberapa set yang aktif, hanya satu dari mereka yang mengirimkan setiap saat, untuk mengurangi interferensi dan meningkatkan kapasitas sistem HSDPA yang mempunyai penjadwalan signalling pada Node B, dengan demikian identitas dan jumlah paketnya dapat diketahui juga. Hal ini mengakibatkan masalah sinkronisasi pada penyediaan sel baru ketika sel yang baru tersebut terdapat pada Node B yang lain.

Intra-node Fast Cell Selection

Salah satu pendekatan untuk masalah ini adalah dengan membatasi Fast Cell Selection ke Node B, yaitu FCS yang aktif di dalam sel-sel dari satu Node B. Dalam hal ini ponsel akan dibatasi dalam memilih sel yang disediakan Node B yang sedang aktif. Setiap perubahan dalam sel aktif yang tidak dalam Node B sekarang, bahkan untuk anggota set aktif akan memerlukan campur tangan dari Radio Network Controller. Hal ini terjadi pada proses handover, dengan demikian masalah sinkronisasi antrian dapat lebih mudah dilakukan dengan komunikasi melalui antarmuka jaringan.

Inter-node Fast Cell Selection

Dalam hal ini mekanisme Fast Cell Selection memperbolehkan semua sel dari semua Node B dalam satu set . Dengan jadwal pemindahan ke Node B maka ada suatu kebutuhan pendistribusian antrian jika konsep yang digunakan set aktif non-singular (penyebaran anggota sel di beberapa node) dipertahankan, maka manajemen antrian sangat dibutuhkan. . Fast Cell Selection meningkatkan troughput dan residu FER (frame error rate) untuk UE (User Equipment) di wilayah multi coverage. Hal ini karena UE di wilayah multi coverage memiliki saluran yang lebih lemah untuk setiap sel yang disediakan dibandingkan dengan UE yang lebih dekat dengan sel yang disediakan.Dengan FCS, UE memiliki kesempatan untuk memilih link yang lebih baik untuk salah satu sel yang dijadwalkan. Tanpa FCS akan diperlukan waktu lebih lama untuk UE dengan link yang lemah menyelesaikan packet call dan lebih lama dalam memutuskan kontrol saluran yang akan menghasilkan biaya yang lebih tinggi dan menurunkan kapasitas sistem. Fast Cell Selection telah dibahas mengenai kompleksitas terkait skema yang melibatkan internode B fast cell selection. Fast Cell Selection bermanfaat terutama untuk pengguna pada perbatasan sel. Sebuah penerapan secara bertahap dilakukan, dan Fast Cell Selection dapat dikategorikan sebagai salah satu solusi yang diinginkan dilihat dari manfaatnya, terlihat pada simulasi yang pada awalnya hanya mengimplementasikan intra-node B yang selanjutnya berpotensi menggabungkan inter-node B bergantung pada manfaat yang diperoleh dari skema tersebut.

7.12

Spreading Factor

Alokasi kode yang berhubungan dengan masalah bagaimana kode yang berbeda dialokasikan untuk berbagai hubungan. Kode kanalisasi yang digunakan untuk menyebarkan adalah Orthogonal Variable Spreading Factor (OVSF) yang menjaga orthogonalitas antara kanal fisik pengguna. Kode OVSF dapat dilihat pada gambar 1. Setiap level pada diagram pohon kode tersebut dideskripsikan sebagai CSF, code number. , dimana spreading factor (SF) berkisar antara 4-512 untuk chip rate dari 4.096 Mcps.

Gambar 7.9 Diagram pohon generasi kode OVSF

Dalam aplikasinya, UE yang berbeda dapat meminta berbagai jenis layanan dengan rate transmisi yang berbeda. Setiap UE dapat memiliki kemampuan untuk menggunakan lebih dari satu kode untuk mendukung kecepatan data yang berbeda. Oleh karena itu, kriteria utama untuk alokasi kode adalah manfaatnya. Manfaat tersebut didefinisikan sebagai perbandingan bandwidth yang digunakan dengan bandwidth keseluruhan. Sebuah skema alokasi kode yang menjaga kode SF mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk menyediakan pemanfaatan yang lebih efektif.
Sebagai contoh , C4 dan 1 ( C8, 1, C8, 3 ) adalah kode yang tersedia dari BS yang dihasilkan dari dua skema alokasi kode yang berbeda. C4 , 1 ( yang setara dengan kode C8, 1 dan C8, 2 ) dapat mendukung tingkat simbol hingga 1024 kbps. ( C8, 1, C8, 3 ) juga dapat mendukung tingkat simbol sama dengan C4, tidak dengan 1. Namun hanya C4, 1 yang dapat mendukung request hingga 1024 kbps hanya dengan menggunakan satu kode. Pada kasus ini kode SF yang lebih kecil daripada yang terakhir, yang akan menghasilkan penggunaan yang lebih efektif. Kode OVSF adalah sumber daya berharga dalam sistem CDMA. Tujuan dari alokasi kode adalah untuk mendukung pengguna sebanyak mungkin.

7.13

Multiple Access

Sistem HSDPA merupakan bagian dari WCDMA/UMTS . Hal ini dikembangkan oleh Program Kemitraan 3G , yang terdiri dari jaringan selular inti evolusi yang termasuk dalam jaringan komunikasi GSM di seluruh dunia . WCDMA memiliki dua mode : Frequency Division Duplex ( FDD ) : Membedakan pengguna dengan menggunakan kode dan frekuensi . Satu frekuensi digunakan untuk uplink , sementara yang lain digunakan untuk downlink . Time Division Duplex ( TDD ) : Membedakan pengguna dengan menggunakan kode , frekuensi dan waktu , dimana frekuensi yang sama digunakan untuk kedua uplink dan downlink. Meskipun WCDMA dirancang untuk beroperasi pada jaringan inti evolusi GSM, namun WCDMA menggunakan code division multiple access ( CDMA ) untuk antarmuka udara . Bahkan sebagian besar sistem 3G beroperasi menggunakan CDMA , sedangkan yang tersisa menggunakantime division multiple access ( TDMA ) . Modus TDD WCDMA menggunakan kombinasi dari TDMA dan CDMA .

CDMA memungkinkan beberapa pengguna untuk berbagi saluran pada saat yang sama , sementara TDMA memungkinkan pengguna untuk berbagi saluran yang sama dengan membagi ke dalam slot waktu yang berbeda . CDMA menawarkan manfaat keanekaragaman multipath dan soft handoff. Sebagai teknologi dengan medium udara, WCDMA mampu meningkatkan bandwidth sinyal . CDMA melakukannya dengan modulasi baseband setiap simbol dengan biner atau tanda kuartener dengan tingkat yang jauh lebih tinggi dari simbol data asli .

7.14

Bit rate

Struktur rangkadalam modeTDDsangat fleksibel[3], sangatpenting bahwastruktur rangkayang umumdapatdigunakan. Demikian hasilsimulasidari berbagai pihakdapatdengan mudahdibandingkan. Hal ini pentinguntuk baiktingkat simulasilink dansimulasitingkat sistem. Kontribusi inimengusulkanHSDPAsederhanastruktur rangkauntuk modeTDD. Satu frame radio terdiri dari 15 slot waktu,masing-masing dialokasikan untuk baik uplink maupun downlink. Dengan fleksibilitas tersebut , slot waktu yang lebih dapat dialokasikanuntuk downlink untuk lalu lintas asimetris di HSDPA. Juga, dalam konfigurasi setidaknya satu slot waktu harusdialokasikan untuk downlink dan setidaknya satu slot waktu yang harus dialokasikan untuk uplink .Untuk throughput data yang lebih tinggi , burst tipe 2 diasumsikan dalam mode HSDPA TDD . Mengingat jumlah 12 kalislot dalam bingkai radio yang digunakan untuk HSDPA , 12 slot waktu dapat membentuk bingkai HSDPA tunggal . Tapi itu akan mencegahcepatfast adaptive seleksiMCS. Kerangka HSDPA 4 - slot waktu dengan struktur yang ditunjukkan pada Gambar 1 , Durasi bingkai HSDPA adalah 2.67ms. Slot uplink antara frame HSDPA dapat digunakan untuk pengukuran kualitas saluran, ARQ feedback dari UE dan setiap uplink lainnya. Struktur rangka tersebut memungkinkan seleksi MCS dengan pengeluaran yang wajar . Hal ini sebanding dengan digunakan 5 timeslot frame HSDPA yang sering digunakan dalam mode FDD Tabel 1 menunjukkan bit informasi per frame dan datarate untuk skema MCS yang berbeda.

Gambar 7.10 konfigurasi frame CDMA pada mode TDD

Tabel 7.2 informasi bit rate pada panjang frame HSDPA 2,67 ms

Struktur rangkaHSDPAdalam modeTDD. Hal ini dapat digunakansebagaisimulasiumumuntuk memudahkanperbandingantingkatlink dansimulasitingkat sistemhasildariberbagai pihak.

Referensi: Hayatul Husna,Tugas Akhir:ANALISA METODE ERROR CONTROL HYBRID ARQ PADA SISTEMHSDPA,Bandung 2008 3GPP TS 25.213, v 2.1.0, Spreading and modulation (FDD), 1999-4.

You might also like