You are on page 1of 24

PENYAKIT TROPIS PADA KEHAMILAN

SIFILIS

Dosen Pembimbing : Siti Khadijah M. Biomed

Oleh: kelompok 8 Fauza ilma Mia butika Sri wahyuni Lola aulya putri Yuliana Rita alriyani Ranti kurniati Melia lativa Millah arzhola Rini ramadhini Millah arzhola Trisna ulfa permana

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG PRODI D III KEBIDANAN BUKITTINGGI TAHUN AKADEMIK 2014/2015
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul INFEKSI MENULAS SEKSUAL (SIFILIS). Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis itu sendiri dan umunya bagi seluruh pihak yang mau membacanya. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Hj. Siti Khadijah S.SiT, M. Biomed , selaku dosen dan pembimbing mata kuliah Penyakit Tropis dalam Kehamilan 2. Teman-teman yang selalu setia mendukung tersusunnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik materi maupun teknis penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi langkah penyempurnaan makalah ini terima kasih.

Bukittinggi, 17 Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. Daftar Isi ......................................................................................................... BAB I : Pendahuluan 1.1.LatarBelakang .................................................................................... 4 1.2.Rumusan masalah............................................................................... 5 1.3.Tujuan Materi ..................................................................................... 5 Bab II : Pembahasan 2.1. Pengertian penyakit sifilis ................................................................. 6 2.2.Sejarah penyakit sifilis ....................................................................... 7 2.3. Insiden dari Penyakit Sifilis .............................................................. 9 2.4.Penyebab dan Cara Penularan Penyakit Sifilis ................................ 10 2.5.Gejala Klinis Penyakit Sifilis ........................................................... 11 2.6.Dampak Penyakit Sifilis Pada Ibu Hamil dan Janin ........................ 16 2.7.Pemeriksaan Diagnostik ................................................................... 17 2.8.Pencegahan Penyakit Sifilis ............................................................. 18 2.9. Pengobatan Penyakit Sifilis............................................................. 19 2.10.Komplikasi Penyakit Sifilis ........................................................... 21 2.11.Peran Bidan Dalam Pencegahan Penyakit Sifilis........................... 21 2.12.Gambar Untuk Penyakit Sifilis ...................................................... 22 Bab III : Penutup 3.1.Kesimpulan ...................................................................................... 23 3.2.Saran ................................................................................................. 23 Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Selama beberapa waktu, sifilis telah keluar dari pandangan, pikiran, dan memori, Tetapi insiden di dunia Barat sekarang telah bangkit lagi dan bisa sekali lagi menjadi masalah kesehatan utama. Perubahan ini telah mengikuti jumlah meningkat pesat manusia Immunodeficiency Virus (HIV) positif di seluruh dunia, bersama dengan kedatangan wisatawan kesehatan, ekonomi migran, pencari suaka, dan ketersediaan mudah murah perjalanan. Sama seperti sifilis tetapi menghilang sebagai sebuah entitas dalam memori kerja besar sebagian dokter anestesi, maka tiba-tiba muncul kembali sebagai kondisi yang ada pada wanita menyajikan operasi untuk SC. Gambar 1 menunjukkan perubahan kejadian sifilis di Inggris selama 10 tahun terakhir. Tinjauan ulang ini dimaksudkan menginformasikan untuk dokter anestesi merawat wanita dengansifilis. Di Amerika Serikat, sifilis yang lebih umum di kalangan orang-orang dari ras dan etnis minoritas. Prevalensi sifilis yang dilaporkan antara orang kulit hitam agak lebih tinggi daripada kelompok etnis lain. Namun demikian, tingkat ini telah menurun secara drastis dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2000-2003, sifilis menurun dari 12 kasus per 100.000 penduduk hingga 7,8 kasus per 100.000 penduduk pada kelompok etnis ini (McCalmont, 2009). Di Indonesia, pada beberapa puluh tahun yang lalu, nama PHS yang paling terkenal adalah Raja Singa, yang menjadi korban umunya adalah kaum dewasa, antara usia 19-35 tahun. Tetapi yang kini muncul dan lebih memprihatinkan adalah penderita penderita PHS bukan hanya orang-orang yang telah dewasa, tetapi dari kalangan remaja telah menjadi korbannya

I.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan sifilis?


4

2. Bagaimana sejarah penyakit sifilis? 3. Bagaimana Insiden penyakit sifilis? 4. Apa penyebab dan penyebaran penyakit sifilis? 5. Apa gejala klinis penyakit sifilis? 6. Apa dampak penyakitsifilis pada ibu hamil dan janin? 7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic penyakit sifilis? 8. Bagaimana pencegahan penyakit sifilis? 9. Apa pengeobatan untuk penyakit sifilis? 10. Bagamana pencegahan untuk penyakit sifilis? 11. Apa peran bidan dalam penanganan penyakit sifilis? 12. Bagaimana gambaran dari penyakits sifilis?

1.3. Tujuan a. Untuk mengetahui definisi sifilis b. Untuk mengetahui sejarah sifilis c. Untuk mengetahui insiden penyakit sifilis d. Untuk mengetahui penyebab dan penyebaran penyakit sifilis 13. Untuk mengetahui gejala klinis penyakit sifilis 14. Untuk mengatahui dampak penyakitsifilis pada ibu hamil dan janin 15. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostic penyakit sifilis 16. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit sifilis? 17. Untuk megetahui pengobatan penyakit sifilis 18. Untuk megetahui bagaimana cara pencegahan penyakit sifilis 19. Untuk mengatahui peran bidan dalam penaganan penyakit sifilis 20. Untuk megatahui bagaimana gambar dari penyakit sifilis

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Sifilis Sifilis merupakan salah satu jenis penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yakni bakteri yang berbentuk spiral (spirochaeta). Penyakit ini mempunyai beberapa sifat, yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronis, dapat menyerang hampir semua organ tubuh (seperti:sistem kardiovaskular,otak dan susunan saraf), dapat menyerupai macammacam penyakit, mempunyai masa laten,serta dapat kambuh kembali (rekuren). Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang dalam 4 tingkatan: Tingkat primer

Sifilis tingkat primer biasa ditandai dengan luka tunggal (chancre) dan bisa menjadi luka bergerombol. Waktu antara terinfeksi sifilis dengan waktu terlihatnya gejala pertama antara 10-90 hari,atau berkisar0- 3 bulan setelah terinfeksi. Chancre biasanya menetap, bundar, kecil dan tanpa rasa sakit. Kebanyakan chancre muncul pada penis, anus, dan rektum pada pria, sedangkan pada wanita pada vulva, leher rahim dan antara vagina dan anus (perineum). Selain itu dapat terbentuk di bibir, tangan, atau mata. Chancre akan hilang 3-6 minggu dan akan sembuh tanpa pengobatan. Tetapi bagaimanapun juga jika pengobatan sedini mungkin tidak dilakukan, maka infeksi akan berkembang ke tingkat sekunder.

Tingkat sekunder

Gejala klinis pada stadium ini biasanya terjadi 6 minggu setelah pecahnya Chancre atau selambat-lambatnya 6 bulan setelah infeksi. Gejala-gejala sifilis sekunder menyebabkan demam, pembengkakan kelenjar limfa, tenggorokan kering, rambut rontok, sakit kepala, kehilangan berat badan, sakit otot dan mudah

lelah serta muncul bintik-bintik merah/ruam pada kulit (rash) dan luka membran mukosa . Tanda-tanda gejala sifilis tingkat sekunder akan hilang dengan atau tanpa

pengobatan, namun tanpa pengobatan infeksi akan kembali berkembang menjadi masa laten dan kemungkinan ketingkat akhir. Tingkat Laten laten biasa disebut fase tenang yang terdapat antara hilangnya laten

Tingkat

gejala-gejala klinik sifilis sekunder dan tumbuh gejala tersier.Tingkat berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan

dorman.

Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Tingkat Tersier

Pada stadium tersier muncul kelainan-kelainan yang terjadi akibat reaksi alergi dari jaringan terhadap organisme yang berupa reaksi gumma. Kelainan yang terjadi berupa rusaknya organ dalam seperti otak, syaraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan persendian.

2.2 Sejarah Penyakit Sifilis Sifilis atau Raja Singa merupakan infeksi yang kronis, yang dapat menyerang semua alat-alat dalam badan dan dapat ditularkan dari ibu ke janin. Penyebabnya adalah Treponema Palidum, suatu kuman yang berbentuk sprial dan dapat bergerak dengan sangat lincah. Penyakit ini telah menjalar ke seluruh dunia dan menyerang berjuta-juta orang. Penyebarannya adalah melalui hubungan kelamin (sexual intercourse), dan banyak terdapat di kota-kota besar terutama kota-kota pelabuhan atau perdagangan. Walaupun sekarang insidensinya menurun, tetapi penyakit sifilis masih perlu mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena akibat yang timbul merupakan gejala sistemik yang sangat luas.

Asal Usul Penyakit Sifilis Terdapat banyak pendapat dan spekulasi tentang asal usul penyakit sifilis ini. Tetapi hanya ada dua teori utama yang menjelaskan asal-usul penyakit ini. Teori itu adalah : 1. Columbian atau New World Theory Sesuai dengan teori ini, penyakit ini belum dikenal di Eropa sebelum tahun 1942. Pada tahun ini Christopher Colombus melakukan suatu pelayaran bersejarah dengan melintasi lautan Atlantik. Para pelautnya dikatakan telah dijangkiti penyakit sifilis oleh wanita-wanita setempat di pulau Hispaniola di Hindia Barat. Pada pelayaran kembali ke Eropa penyakit ini terus berkembang dengan gejalagejala berupa bercak-bercak berwarna tembaga pada setiap penderita yang disebut sebagai Indian Measles. Sesudah tahun 1943 timbulah epidemi penyakit ini di seluruh Eropa.

2. Unitarian atau African Theory Menurut teori ini, penyakit ini sudah ada sejak berabad-abad sebelumnya. Penaykit ini kemudian menyebar dengan adanya perpindahan penduduk dan perdagangan budak kenegaraan Amerika. Dengan adanya perbedaan udara di Afrika yang panas dengan negara-negara Amerika yang berhawa dingin, maka kuman-kuman penyakit sifilis lalu menyesuaikan diri dengan perpindahan ke bagian badan yang panas yaitu di sekitar alat genital (kemaluan). Dan akibatnya penyakit ini lalu menjadi penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin.

Mengapa penyakit ini disebut sifilis ? Hal ini disebabkan karena adanya suatu sajak yang ditulis pada tahun 1530. Pengarangnya bernama FRACASTORO seorang dokter yang juga seorang ahli sajak yang hidup di Verona, Italia. Dia telah menerbitkan suatu sajak yang diberi nama sifilis, yang menceritakan pengembalaan babi yang bernama Sifilis yang mendapat amarah dari Dewa Apollo Sehingga dewa tersebut menjatuhkan hukuman berupa suatu penyakit yang sangat dahsyat sebagai hukumannya. Tanda-tanda mengenai penyakit yang

terdapat pada sajak tersebut dilukiskan sangat mirip dengan tanda-tanda penyakit baru yang saat ini sedang melanda negara Itali. Akibat tersebar luasnya di masyarakat, maka nama sifilis lalu diterapkan begitu saja pada penyakit baru tersebut dan nama tersebut tetap digunakan hingga sekarang.

Etilogi Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia

Spirochaetaceae dan genus Treponema. Bentuk seperti spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri empat dari delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk transfuse dapat hidup tujuh puluh dua jam. Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut : 1. Kontak langsung : 1. sexually tranmited diseases (STD) 2. non-sexually 3. Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke janin yang dikandungnya. 2. Transfusi : Syphilis d emblee, tanpa primer lesi 2.3 Insiden dari Penyakit Sifilis Data yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai 5.000 10.000 kasus per tahun. Sementara di Cina, menunjukkan jumlah kasus yang dilaporkan naik dari 0,2 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun 2005. Di Amerika Serikat,

dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki. Pola penularan yang mereka pantau sangat berubah dalam periode tahun 1998 hingga 2002. Bila di tahun 1990-an sifilis hanya terjadi pada kaum heteroseksual, sejak 2001 jumlah pria yang melakukan hubungan seks dengan sesama pria tercatat hampir 60 persen. Antara tahun 2000 hingga 2002 tim yang dipimpin Ciesielski juga mewawancarai mereka yang terkena sifilis. Hasilnya, lebih dari 14 persen kasus penularan sifilis terjadi melalui seks oral. Jumlah ini dlaporkan oleh 20 persen gay dan 7 persen pria dan wanita heteroseksual. Wanita tunasusila merupakan faktor risiko terbesar. Di USA 160 kasus merupakan kasus sifilis kongenital karena tidak menjalankan pemeriksaan antenatal yang adekuat. Hubungan seksual dengan penderita sifilis baik yang primer ataupun skunder mepunyai risiko 50% untuk menderita penyakit ini.

2.4 Penyebab dan Cara Penularan Penyakit Sifilis Penyebab penyakit ini adalah bakteri Treponema pallidum yang termasuk ordo spirochaetales, familia spirochaetaceae, dan genus treponema.Treponema pallidum berbentuk spiral, panjang 5-20 m, lebar 0,1-0,2 m,gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju. Sifilis dapat ditularkan dari penderita yang satu ke penderita lainnya melalui kontak langsung seperti transfusi darah,jarum suntik dan luka dimana apabila seseorang yang sehat menyentuh luka orang yang terinfeksi sifilis, maka beberapa bakteri Treponema pallidum kemungkinan besar akan masuk ke tubuh orang yang sehat tersebut, serta bisa juga melalui kontak seksual seperti vagina seks,anal seks,dan oral seks. Sifilis tidak dapat menyebar atau ditularkan melalui kontak dengan toilet, pegangan pintu, kolam renang, bak mandi, pakaian ganti maupun peralatan makan.

Sifilis dibagi menjadi 2 dilihat dari cara penularannya : Sifilis Kongenital (bawaan) :penyakit yang diperoleh bayi dari ibu yang telah terinfeksi sifilis,,dimana bakteri Treponema pallidium menembus plasenta dan masuk kedalam peredaran darah janin dan

10

menyebar ke seluruh jaringan.Kemudian berkembang biak kemudian menyebabkan respon peradangan selular yang akan merusak

janin.Kelaianan yang timbul dapat bersifat fatal sehingga dapat terjadi abortus atau lahir mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai tingkat kehidupan intra uteri maupun ekstra uteri. Sifilis kongenital yang muncul pada dua tahun pertama kehidupan anak disebut sifilis kongenital dini,dan yang muncul setelah itu disebut sifilis kongenital lanjut. Gejala dan tanda pada sifilis kongenital dini adalah sumbatan hidung,bercak pada mukosa,serta ruam makulopapular dan kandilomata lata. Sifilis Akuisita : merupakan penyakit yang didapat seseorang yang disebabkan karena melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang sudah terinfeks lebih dulu.Gejalanya adalah kelainan kulit berupa bercak kemerahan tetapi tidak gatal terutama ditelapak tangan dan kaki,ada pembesaran kelenjar getah bening diseluruh tubuh,dan bisa juga berupa kutil disekitar alat kelamin dan anus.

2.5 Gejala Klinis Penyakit Sifilis Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rata 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:

1.

Fase Primer. Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang

terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga bisa ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan atau bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita hanya memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang terbentuk beberapa ulkus. Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang dengan segera akan berubah menjadi suatu ulkus (luka

11

terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih yang sangat menular. Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa disertai nyeri. Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita tampak sehat secara keseluruhan.

2.

Fase Sekunder. Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam

waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi kabur. Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada tulang dan sendi yang disertai nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya protein ke dalam air kemih. Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice). Sejumlah kecil penderita mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian. Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di daerah kulit yang lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah ini sangat infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink kusam atau abu-abu. Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak gambaran seperti digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise), kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan anemia.

12

3.

Fase Laten. Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase

laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahuntahun atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksi kembali muncul .

4.

Fase Tersier. Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya. Gejala

bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok utama : 1) Sifilis tersier jinak. Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai organ; tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan meninggalkan jaringan parut. Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah pada kaki dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang juga bisa terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin memburuk di malam hari. 2) Sifilis kardiovaskuler. Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma aorta atau kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau kematian. 3) Neurosifilis. Sifilis pada sistem saraf terjadi pada sekitar 5% penderita yang tidak diobati. 3 jenis utama dari neurosifilis adalah neurosifilis meningovaskuler, neurosifilis paretik dan neurosifilis tabetik. a. Neurosifilis meningovaskuler. Merupakan suatu bentuk meningitis kronis. Gejala yang terjadi tergantung kepada bagian yang terkena, apakah otak saja atau otak dengan medulla spinalis:

13

Jika hanya otak yang terkena akan timbul sakit kepala, pusing, konsentrasi yang buruk, kelelahan dan kurang tenaga, sulit tidur, kaku kuduk, pandangan kabur, kelainan mental, kejang, pembengkakan saraf mata (papiledema), kelainan pupil, gangguan berbicara (afasia) dan kelumpuhan anggota gerak pada separuh badan. Jika menyerang otak dan medulla spinalis gejala berupa kesulitan dalam mengunyah, menelan dan berbicara; kelemahan dan penciutan otot bahu dan lengan; kelumpuhan disertai kejang otot (paralisa spastis); ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dan peradangan sebagian dari medulla spinalis yang menyebabkan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih serta kelumpuhan mendadak yang terjadi ketika otot dalam keadaan kendur (paralisa flasid).

b. Neurosifilis paretik. Juga disebut kelumpuhan menyeluruh pada orang gila. Berawal secara bertahap sebagai perubahan perilaku pada usia 40-50 tahun. Secara perlahan mereka mulai mengalami demensia. Gejalanya berupa kejang, kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan separuh badan yang bersifat sementara, mudah tersinggung, kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan ingatan, sakit kepala, sulit tidur, lelah, letargi, kemunduran dalam kebersihan diri dan kebiasaan berpakaian, perubahan suasana hati, lemah dan kurang tenaga, depresi, khayalan akan kebesaran dan penurunan persepsi.

c. Neurosifilis tabetik. Disebut juga tabes dorsalis. Merupakan suatu penyakit medulla spinalis yang progresif, yang timbul secara bertahap. Gejala awalnya berupa nyeri menusuk yang sangat hebat pada tungkai yang hilang-timbul secara tidak teratur. Penderita berjalan dengan goyah, terutama dalam keadaan gelap dan berjalan dengan kedua tungkai yang terpisah jauh, kadang sambil mengentakkan kakinya. Penderita tidak dapat merasa ketika kandung kemihnya penuh sehingga

14

pengendalian terhadap kandung kemih hilang dan sering mengalami infeksi saluran kemih. Bisa terjadi impotensi. Bibir, lidah, tangan dan seluruh tubuh penderita gemetaran. Tulisan tangannya miring dan tidak terbaca. Sebagian besar penderita berperawakan kurus dengan wajah yang memelas. Mereka mengalami kejang disertai nyeri di berbagai bagian tubuh, terutama lambung. Kejang lambung bisa menyebabkan muntah. Kejang yang sama juga terjadi pada rektum, kandung kemih dan pita suara. Rasa di kaki penderita berkurang, sehingga bisa terbentuk luka di telapak kakinya. Luka ini bisa menembus sangat dalam dan pada akhirnya sampai ke tulang di bawahnya. Karena rasa nyeri sudah hilang, maka sendi penderita bisa mengalami cedera.

5. Gejala sifilis kongenital (kelainan kongenital dini) a. Kelainan kongenital dini Makulopapular pada kulit Retinitis Terdapat tonjolan kecil pada mukosa Hepatosplenomegali Ikterus Limfadenopati Osteokondrosis Kordioretinitis Kelainan pada iris mata

b. Kelainan kongenital terlambat (lanjut) Gigi hutchinnson Gambaran mulberry pada gigi molar Keratitis intertinal Retaldasi mental Hidrosefalus

15

2.6 Dampak Penyakit Sifilis Pada Ibu Hamil dan Janin Penyebab : treponema pallidiumn yang dapat menembus plasenta setalah kehamilan 16 minggu, oleh karena itu ada baiknya melakukan pemeriksaan serologis sebelum hamil sehingga penggobatan dapat di terapkan sampai sembuh. Diagnisis penyakit ini tidak terlalu sukar karena terdapat luka pada daerah genetalia,mulut,atau tempat lainnya. Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam bentuk persalinan prematur atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentuk lues kongenitas (pempigus sifilitus,deskuamasi kulit telapak tangan dan kaki,terdapat kelainan pada mulut dan gigi). pengobatannya mudah dan sebaiknya diberikan bersama suami diobati penisilin injeksi,untuk wanita hamil trimester 1 di obati sedini mungkin untuk mencegah penularan janin.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti

ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan..Pemeriksaan fisik dilakukan di seluruh permukaan kulit, rambut dan kuku, pembengkakan kelenjar getah bening, selaput lendir mulut, daerah genitalia atau anogenitalia. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaan sediaan langsung dan serologis. Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan: 1) Tes penyaringan : VDRL (venereal disease research laboratory) atau RPR (rapid plasma reagin).

Tes penyaringan ini mudah dilakukan dan tidak mahal.Karena pemeriksaan ini kurang akurat maka perlu dilakukan tes beberapa kali untuk mendapat hasil yang akurat untuk menegakkan diagnose. 2) Pemeriksaan antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis

Pemeriksaan ini lebih akurat. Salah satu jenis dari pemeriksaan ini adalah tes FTA-ABS (fluorescent treponemal antibody absorption), yang digunakan untuk memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.

16

Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau mulut.

2.8 Pencegahan Penyakit Sifilis Cara paling meyakinkan untuk mencegah penularan sifilis tentu saja sama dengan cara mencegah penyakit menular seksual lainnya, yaitu berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama dan memiliki satu pasangan seksual tetap yang telah dites dan dinyatakan tidak terinfeksi. Menghindari alkohol dan obat-obat terlarang juga membantu mencegah penyebaran sifilis karena aktivitas tersebut meningkatkan perilaku seksual berisiko. Penting bagi pasangan untuk membicarakan secara terbuka mengenai statusnya akan HIV dan riwayat penyakit menular seksual lain sehingga langkah pencegahan dapat dilakukan. Luka pada alat kemaluan, seperti sifilis, dapat muncul pada pria dan wanita. Luka tersebut dapat muncul pada area yang terlindungi kondom maupun area yang tidak terlindungi. Penggunaan kondom lateks dengan benar dan konsisten dapat menurunkan risiko penularan sifilis, herpes genital dan syankroid, hanya bila area yang terinfeksi terlindungi. Pencegahan penularan 1. pada pasien yang terinfeksi sifilis harus berhenti melakukan aktivitas seksualnya sampai sifilisnya benar-benar sembuh (negatif terinfeksi sifilis). 2. 3. 4. 5. 6. Jangan berganti-ganti pasangan dalam melalukan hubungan seksual Pasien sifilis harus melakukan tes HIV pada saat didiagnosis sifilis. Pasien harus selalu memeriksakan diri setiap 3-6 bulan sekali setelah diterapi. Selalu menjaga kebersihan di daerah kelamin Dalam melalukan hubungan seksual hendaknya yang pria menggunakan kondom. 7. Setelah melakukan hubungan seksual baik pria maupun wanita mencuci tangan dengan air dan sabun hingga bersih.

17

8.

pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.

2.9 Pengobatan Penyakit Sifilis Pengobatan pada wanita hamil Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum hamil atau pada triwulan I untuk mencegah penularan terhadap janin. Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi wassermann dan VDRL, bila perlu diobati. Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pengobatan pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis didapat maupun sifilis kongenital. Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan kontraindikasi. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil belum ada data yang lengkap. Pengobatan sifilis pada kehamilan di bagi menjadi tiga, yaitu : 1) Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dri 2 tahun). Benzatin penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan IM, atau penisilin G prokain dalamaquadest 600.000 unit IM selama 10 hari. 2) Sifilis lanjut (lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama infeksi, sifilis kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis) Benzatin penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu, selama 3 x berturut-turut, atau dengan penisilin G prokain 600.000 unit IM setiap hari selama 21 hari. 3) Neurosifilis Bezidin penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil penisilin 2-4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin long acting, yaitu pemberian benzatin penisilin G 2,4

18

juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu, atau penisilin G prokain 2,4 juta unit IM + prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu. Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada pengobatan sifilis kongenital menurut CDC tahun 1998. pengobatan harus diberikan pada bayi : a) Menderita sifillis kongenital yang sesuai dengan gambaran klinik, laboratorium dan/radiologik, b) Mempunyai titer test nontreponema 4 kali dibanding ibunya c) Dilahirkan oleh ibu yang pengobatannya sebelum melahirkan tidak tercatat, tidak diketahui, tidak adekuat atau terjadi 30 hari sebelum persalinan. d) Dilahirkan oleh ibu seronegatif yang diduga menderita sifilis e) Titer pemeriksaan nontreponema meningkat 4 kali selama pengamatan. f) Hasil tes treponema tetap reaktif sampai anak berusia 15 bulan, atau g) Mempunyai antibodi spesifik IgM antitreponema. Selain itu, juga dipertimbangkan pengobatan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita sifilis dan diobati selama kehamilannya namun bayi tersebut selanjutnya tidak bisa diamati. Pengobatan sifilis kongenital tidak boleh ditunda dengan alasan menunggu diagnosis pasti secara klinis atau serologik. Dengan pengobatan dengan Aqueous penisilin bergantung 1 mingguusia bayi. Pada usia 1 minggu, diberikan tipa 12 jam, usia 4 minggu diberikan tiap 8 jam, dan setelah usia 4 minggu diberikan tipa 6 jam.2 2.10 Komplikasi Penyakit Sifilis Sifilis yang tidak diobati dengan serius dapat berakibat fatal yaiut dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, tumor, kebutaan, dan demensia. Ada beberapa kasus kerusakan otak akibat penyakit sifilis, salah satunya adalah Neurosifilis. Neurosifilis adalah infeksi otak atau sumsum tulang belakang yang terjadi pada orang yang memiliki sifilis namun tidak diobati selama bertahuntahun. Itulah mengapa semua jenis penyakit baik yang ringan apalagi yang berat
19

harus segera diobati. Jika tidak hanya akan menyebabkan penyakit lain yang lebih parah. Seperti Neurosifilis ini yang timbul akibat penyakit sifilis tidak segera diobati. Penyakit neurosifilis disebabkan oleh bakteri yang bernama Treponema pallidum, bakteri ini merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit sifilis. Neurosifilis biasanya terjadi sekitar 10 sampai 20 tahun setelah seseorang pertama terinfeksi sifilis, dan tidak segera diobati oleh penderitanya. Namun begitu, tidak semua orang yang memiliki sifilis akan mengembangkan komplikasi ini. sebab hanya penderita penyakit sifilis yang tidak diobatilah yang sering memiliki komplikasi penyakit neurosifilis ini. Ada lima bentuk yang berbeda dari neurosifilis sebagai akibat penyakit sifilis, diantaranya adalah: a. Asimtomatik (bentuk yang paling umum), artinya tanpa gejala. Dianggap asimtomatik jika Telah pulih dari penyakit dan tidak lagi memiliki gejala, Memiliki penyakit tetapi tidak memiliki gejala. b. Paresis Umum, gangguan fungsi mental yang disebabkan oleh kerusakan otak. Terjadi antara 3 30 tahun setelah mendapatkan penyakit sifilis. Penderita dapat mengalami perubahan kepribadian atau suasana hati. c. Meningeal neurosyphilis. Terjadi antara beberapa minggu pertama hingga beberapa tahun pertama setelah mengidap penyakit sifilis. Penderita mengalami sakit kepala, leher kaku, mual, dan muntah. Terkadang juga mengalami kehilangan penglihatan atau pendengaran. d. Meningovascular, menyebabkan gejala yang sama seperti sifilis meningeal tetapi individu yang terkena dampak juga mengalami stroke. Bentuk neurosifilis ini dapat terjadi dalam beberapa bulan pertama sampai beberapa tahun setelah infeksi. e. Tabes dorsalis, komplikasi akibat penyakit sifilis yang tidak diobati yang melibatkan kelemahan otot dan sensasi yang abnormal (mati rasa dan kesemutan). Ditandai oleh nyeri pada tungkai atau perut, kegagalan koordinasi otot, dan gangguan kandung kemih.

20

Tanda-tanda

lainnya

penyakit

neurosifilis

akibat

penyakit

sifilis

diantaranya adalah kehilangan penglihatan, hilangnya refleks dan hilangnya rasa getaran, cara berjalan buruk, dan gangguan keseimbangan. Tabes dorsalis dapat terjadi 5-50 tahun setelah infeksi sifilis awal. Komplikasi Pada Janin Dan Bayi Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus premature. Bayi dengan sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang, gigi, penglihatan, pendengaran, gangguan mental dan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, setiap wanita hamil sangat dianjurkan untuk memeriksakan kesehatan janin yang dikandungnya. Karena pengobatan yang cepat dan tepat dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari ibu ke janin. Komplikasi Terhadap Ibu a. Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung b. Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar, pucat, keabu-abuan dan licin c. Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin d. Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran prematur dan

menimbulkan cacat.

2.11 Peran Bidan Dalam Pencegahan Penyakit Sifilis Sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat mengobati penyakit sifilis,sehingga akan lebih baik bila dilakukan tindakan pencegahan. Karena keberadaan bidan dinilai lebih dekat atau berada diantara masyarakat umum,maka sangat diharapkan bidan dapat membantu dalam proses pencegahan penyakit menular seksual ini yakni sifilis.Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan seorang bidan dalam proses pencegahan penyakit sifilis,yakni dikenal dengan istilah 4 JANGAN: 9. Jangan melakukan :hubungan intim secara anal,oral ataupun vaginal dengan berganti-ganti pasien.

21

10. Jangan Lupa :Gunakan kondom ,bila harus berhubungan intim dengan seseorang yang belum pasti merupakan pasangan kita,atau bagi para pekerja seks. 11. Jangan Menerima :kontak atau transfusi darah yang tidak steril atau tanpa screen (penyaringan) darah. 12. Jangan pernah mau :memakai jarum suntik secara bergantian. 13. Memberikan konseling pada pasangan suami istri untuk setia pada pasangannya artinya hanya melakukan hubungan seksual dengan satu pasangan dan tidak ada yang lain. 14. Memberikan penyuluhan pada remaja tentang bahaya pergaulan bebas karena dapat menjurus pada obat-obatan terlarang,minuman keras,bahkan seks bebas dan kecenderungan berganti-ganti pasangan yang akan menyebabbkan terjadinya infeksi penyakit menular seksual diantaranya adalah sifilis. 15. Pemeriksaan darah pada ibu hamil melalui STS (Serological Test for Syphilis) untuk menghindari terjadinya congenital sifilis.

2.12 Gambar Untuk Penyakit Sifilis

22

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS). Lesi sifilis bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan lesi bisa dipastikan hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual. Dapat menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di dalam kandungan melalui plasenta. Pada Sifilis Kongenital terjadi pada bulan ke-4 kehamilan. Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta.

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rata 3-4 minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan jantung, kerusakan otak maupun kematian. Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan yaitu fase primer, sekunder, laten dan tersier.

Penularan karena mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis kongenital jarang sekali terjadi, transfusi darah dari darah penderita sifilis, transplasenta, melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap penyakit sifilis.

Pengobatannya dapat diberikan antibiotik pilihan yaitu Penisilin selain itu juga diberikan eritromisin kerena tidak mempengaruhi janinnya. 3.2 Saran Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang positif dan membangun, guna penyusunan makalah kami berikutnya agar dapat tersusun lebih baik lagi.

23

DAFTAR PUSTAKA
Muchtar, Rustam. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC Manuaba, Ida Bagus. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC Pawiroharjo, Sarwono.1998. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Rabe, Thomas. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta : Hipokrates Ratna, Eni, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Komuitas. Yogyakarta : Nuha Medika Syaifudin, A.B. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarata : Yayasan Bina Pustaka Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

24

You might also like