You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gastroenteritis akut merupakan peradangan pada lambung dan usus yang ditandai dengan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir. (Suratun, 2010) Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama yang menjadi masalah kesehatan masyasakat di Indonesia karena memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi. Diperkirakan terdapat antara 20-50 kejadian diare per 100 penduduk setahunnya. Kematian terutama disebabkan karena penderita mengalami dehidrasi berat. Antara 70-80% penderita terdapat pada mereka dibawah 5 tahun. Data Departemen Kesehatan menunjukan, diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi dibawah 5 tahun atau balita di Indonesia, setelah radang paru ata pneumonia (Makara, Kesehatan, Vol.14, No.1, Juni 2010). Etiologi gastroenteritis akut menurut World Gastroenterology Organisation global guideslines 2005 dibagi 4 : bakteri, virus, parasit dan non-infeksi. Bakteri yang paling sering menyebabkan diare akut ini adalah : Escherichia coli pathogen, Shigella sp., Salmonella sp.,Vibrio cholera, Pseudomonas sp.,

Staphylococcus aureus, Streptococcus sp., Klabsiella sp. . Virus : rotavirus, adenovirus, Norwalk virus, CMV. Parasit: Entamoeba histolitica, Giardia lamblia. Cacing:Ascaris lumbricoides, cacing tambang. Fungus:kandida/moniliasis. Selain itu, dapat disebabkan oleh non-infeksi : imunodefisiensi (hipogamaglobulinemia), terapi obat antibiotik, kemoterapi, antasida. (Anggraini. Wenny. 2008) Pengobatan gastroenteritis akut dengan menggunakan obat antidiare dapat menimbulkan beberapa efek samping yang cukup berat yaitu: mulut kering, mual muntah, impaksi feses(tidak dapat buang air besar), konstipasi, alergi, fecalith dll. Oleh karena itu, sekarang

sedang banyak dikembangkan obat-obatan herbal yangdapat dijadikan pengobatan alternatif untuk mengatasi diare. Beberapa diantaranya adalah daun jambu biji dan daun sirih. (Dalimarta, S., 2000) Daun jambu biji memiliki kandungan kimia : tanin, eugenol, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin, polifenol dan vitamin. Kandungan eugenol ini lah yang mempunyai efek antiseptik/antibakteri. Daun jambu biji ini juga sudah teruji secara klinis bermanfaat sebagai antidiare.( Dalimarta, S., 2000)Daun sirih memiliki kandungan kimia : minyak atsiri, hydroxychavicol, chavicol, chavibetol,

allylpyrocatechol, cineole, caryophyllene, cadinene, estragol, terpennena, phenyl propane, tannin, diastase, gula, pati dan eugenol. Kandungan eugenol pada daun sirih ini diduga mempunyai efek antiseptic/antibakteri yang dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk diare. Memang belum ada uji klinis mengenai efek antidiare dari daun sirih. Oleh karena itu dibutuhkan pengujian terhadap efek daun sirih tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengenal lebih dalam tentang pembahasan Gastroentritis dari segi defenisi, gambaran klinis, faktor- faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Gastroentritis maupun terapinya. Sehingga dapat dilakukan penanganan yang lebih tepat dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Gastroentritis Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh berbagai entrogen termasuk bakteri, virus, dan parasit, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin yang ditandai dengan muntah muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. 2.2. Epidemiologi Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), insidensi diare di Indonesia pada tahun 2000 adalah 301 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,5 episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Cause Specific Death Rate(CSDR) diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Di negara yang sedang berkembang, insiden yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. 2.3. Etiologi Lebih dari 90% kasus diare akut adalah disebabkan oleh agen infeksius. Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; infeksi bakteri seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya; infeksi parasit seperti cacing (Ascaris, Trichiuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur

(Candida albicans). Diare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi namun tetap sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi. DiIndonesia, penyebab utama diare adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba histolytica (Depkes RI, 2000).

2.5 Patogenesis Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah: Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan

hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah

2.6. Manifestasi klinis Mula- mula pasien cengeng, gelisah suhu tubuh biasanya menigkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada. Kemudian timbul diare tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja semakin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu, anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan terjadi semakin lama semakin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare Gejala muntah dapat timbul sebelum/sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun- ubun besar menjadi cekung ( pada bayi). Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi: Dehidrasi ringan : kehilangan cairan kurang dari 5% dari berat badan a. Haus, sadar, ubun- ubun normal b. TD normal, RR normal, nadi normal, status mental normal c. Turgor normal d. Mukosa sedikit kering e. Urin sedikit Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 5-9% dari berat badan a. Haus meningkat b. Nadi cepat dan lemah, TD normal, RR cepat c. Turgor menurun d. Membran mukosa kering e. Ubun- ubun normal

f. Status mental normal sampai lesu Dehidrasi berat : kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan a. Kesadaran menurun,takikardi, lemas,ekstremitas dingin b. Nadi cepat dan lemah, TD menurun c. Haus meningkat d. Tidak ada BAK e. nUbun- ubun cekung Pemerikasaan fisik. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat. Pemeriksaan sistematik : - Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan. - Perkusi : adanya distensi abdomen. - Palpasi : Turgor kulit kurang elastis. - Auskultasi : terdengarnya bising usus.

2.7. Faktor- faktor yang mempengaruhi diare 2.7.1.Faktor Infeksi Faktor infeksi penyebab diare dapat dibagi dalam infeksi parenteral dan infeksi enteral. Dinegara berkembang, campak yang disertai dengan diare merupakan faktor yang sangat penting pada morbiditas dan mortalitas anak. Walaupun mekanisme

sinergetik antara campak dan diare pada anak belum diketahui, diperkirakan kemungkinan virus campak sebagai penyebab diare secara enteropatogen. Sampai beberapa tahun yang lalu kuman kuman patogen hanya dapat diidentifikasi 25% dari tinjapenderita diare akut. Pada saat ini dengan menggunakan teknik yang baru, tenaga laboratorium yang berpengalaman dapat mengidentifikasikan pada sekitar 75% kasusu yang datang kesarana kesehatan dan pada sekitar 50% kasus ringan di masyarakat. Penyebab utama timbulnya diare pada anak adalah golongan virus, bakteri, parasit. Rotavirus merupakan penyebab utama diare pada anak. 2.7.2.Faktor Umur Pengaruh usia tampak jelas pada manifestasi diare. Komplikasi lebih banyak terjadi pada umur dibawah 2 bulan secara bermakna, dan makin muda usia bayi semakin lama kesembuhan diarenya. 2.7.3.Faktor Status Gizi Pada penderita malnutrisi serangan diare terjadi lebih sering dan lebih lama. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin semakin sering dan berat diare yang diderita 2.7.4. Faktor Lingkungan Sebagian besar penularan penyakit diare adalah melalui makanan, kotoran. Dalam hal mengukur kemampuan penularan penyakit disamping tergantung jumlah dan kekuatan penyebab penyakit, juga tergantung dari kemampuan lingkungan untuk menghidupinya, serta mengembangkan kuman penyebab penyakit diare. Sehingga dapat dikatakan bahwa penularan penyakit diare merupakan hasil dari hubungan antara faktor jumlah kuman yang disekresi , kemampuan kuman hidup dilingkungan dan dosis kuman yangf menimbulkan infeksi, disamping ketahan pejamu untuk menghadapi mikroba tadi.

2.8. Diagnosa Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya, disertai pemeriksaan penunjang. 2.9. Pemeriksaan penunjang 2.9.1.Pemeriksaan laboratorium. - Pemeriksaan tinja. - Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan. - Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal. 2.92 .Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik. 2.10. Diagnosa Banding Gastroentritis a.Disentri basiler b. kolera c. Shigellosis 2.11. Penatalaksanaan Dasar pengobatan diare adalah: a. Pemberian Cairan (rehidrasi awal dan rumat) b. Dietetik (pemberian makanan)

c.

Obat-obatan.

a. Pemberian cairan - GE Tanpa Dehidrasi Pemberian cairan lebih banyak dari biasanya secara oral untuk mencegah terjadinya dehidrasi. - GE Dengan Dehidrasi Ringan Sedang Oralit sebanyak 75 cc/KgBB diberi dalam masa 4 jam. Jika ada hal yang menyebabkan kegagalan diberikan RL secara intra vena. - GE Dengan Dehidrasi Berat RL secara intra vena sebanyak 100 cc/KgBB dalam waktu 3 6 jam. Usia < 1 tahun : 30 cc/KgBB/1 jam. Dilanjutkan 70 cc/KgBB/5 jam Usia > 1 tahun : 30 cc/KgBB/30 menit Dilanjutkan 70 cc/KgBB/2 1/2 jam Setelah rehidrasi tercapai dilanjutkan dengan pemberian cairan rumatan berdasarkan Holidays sgar, yaitu: pemberian cairan secara oral dapat

BB < 10 Kg : 100 ml/KgBB/hari. BB 10 20 Kg : 1000 ml + (BB 10) x 50 ml/hari BB > 20 Kg : 1500 ml + (BB 20) x 20 ml/hari b. Dietetik (pemberian makanan) Pemberian makanan dilakukan segera setelah rehidrasi tercapai. Bayi usia < 4 bulan (belum mendapatkan makanan padat) : - ASI - PASI yang sesuai jika ASI tidak ada Bayi usia > 4 bulan (sudah mendapatkan makanan padat)
c. Obat-obatan: - Antibiotik bila ada indikasi - Antifungi bila ada indikasi - Simptomatik: - Antipiretik - Antikonvulsai

2.12. Komplikasi Komplikasi yang sering timbul pada diare berupa : Dehidrasi ( ringan, sedang, berat ) Renjatan hipovolemik. Hipokalemia Hipoglikemia Malnutrisi energi protein. Karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami kelaparan. Kejang

2.13. Prognosis Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bias lebih tinggi didapatkan pada anak- anakl dengan keadaan malnutrisi energi protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnitrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat- zat gizi esensial tubuh.

STATUS ORANG SAKIT I. ANAMNESIS PRIBADI OS Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku Alamat Tanggal Masuk Berat Badan Masuk : M. Rizky Aditya : 1 tahun : Laki- laki : Islam : Banten : Gg. Pancasila : 12-05-2013 : 6,5 Kg

II.

ANAMNESIS ORANG TUA OS Ayah Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Perkawinan Alamat Penyakit : : : : : : : Amirullah 25 tahun SMP Wiraswasta Kawin Gg. Pancasila _ _ Ibu Lisnawati 25 tahun SD IRT Kawin

III.

RIWAYAT KELAHIRAN OS Tanggal lahir Tempat lahir Kelahiran Berat badan lahir Panjang badan lahir Ditolong oleh : 10-12-2011 : RSUDS Lubuk Pakam : SC : 2600gr : 48 cm : Dokter

IV. PERKEMBANGAN FISIK 0-3 bulan 4-6 bulan 7-12 bulan 1 tahun-sekarang : lahir menangis kuat : Miring kekanan dan kekiri, ngoceh-ngoceh : Duduk dan merangkak : Belajar berdiri dan berjalan

V.

ANAMNESIS MAKANAN 0-4 bulan 5-6 bulan 7-12 bulan 1 tahun- sekarang buahan : Asi : Asi : Asi + bubur tim : Asi + bubur tim + nasi biasa + sayur-sayuran + buah -

VI.

RIWAYAT IMUNISASI BCG DPT POLIO CAMPAK ::::-

HEPATITIS B KESAN

: 1x : Belum lengkap

VII. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA OS

: Kejang

VIII. KETERANGAN MENGENAI SAUDARA OS

:-

IX.

ANAMNESIS PENYAKIT Keluhan utama Telaah : Mencret : Os datang ke IGD dengan keadaan lemas dan sudah BAB 3x air lebih banyak dari ampas. Mencret dialami tadi pagi. Keluhan tambahan RPO RPT :::-

X.

PEMERIKSAAN FISIK 1. Status present KU/KP/KG Sensorium HR RR BB masuk Temperatur Cyanosis Anemia Dyspnoe Edema Ikterus : sedang / sedang / sedang : Compos Mentis : 120 x/ menit : 36 x/ menit : 6,5 kg : 37, 9 oC :::::-

2. Status lokalisata A. Kepala Rambut Mata Hidung Telinga Mulut : Lurus, tidak mudah dicabut : Pupil isokor kanan = kiri, reflek cahaya (+) : Sekret (-) : Dalam batas normal : Bibir kering

B. Leher

: Dalam batas normal

C. Thorax Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Simetris fusiformis : Stem fremitus kanan=kiri : Sonor : Suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)

D. Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Simetris : Dalam batas normal : Timpani : Peristaltik (+)

E. Ekstremitas Superior Inferior : Dalam batas normal : Dalam batas normal

F. Genitalia

: Dalam batas normal

XI.

STATUS NEUROLOGI 1. Syaraf otak 2. Sistem motorik Pertumbuhan otot Neuromuscular Involunter movement 3. Koordinasi 4. Sensibilitas :::::::-

XII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. Darah rutin : WBC HGB RBC HCT PLT LED : 14,8 x 10^3 /L : 12,3 g/dL : 4,74 x 10^6 / L : 33,5 % : 431 x 10^3 / L : 15 mm / jam

Natrium ( Na ) Kalium ( K ) Calsium ( Ca )

: 101 mg / l : 3,4 mg / l : 118 mg / l

KGD

: 148 mg%

2. Feces

: mikroskopis a.warma : kuning b.lendir : negative c.darah : negative

a.amoeba ; negative b.telur cacing : negatif 3. Urine 4. Pemeriksaan radiologi : TDP ; COR baik

XIII. RESUME Seorang anak perempuan berusia 7 tahun datang ke IGD Deli Serdang Lubuk Pakam pada tanggal 02 Mei 2013 pukul 22.30 wib, dengan keadaan kejang. Kejang dialami 15 menit. Os mengalami kekauan didaerah mulut dan rahang, otot leher tegang. Dari pemeriksaan fisik : mulut : kaku membuka mulut ( trismus ) dan ada luka di bibir karena digigit Os. Kedua rahang kaku, otot leher tegang, perut keras seperti papan. XIV. DIAGNOSA BANDING 1. Gastroentritis 2. Disentri basiler 3. Kolera XV. DIAGNOSA KERJA Gastroentritis

XVI. PENATALAKSANAAN RL ( mikro) 150 gtt/ menit dalam 4 jam kalau BAK jam ( 25 gtt/ menit) Ceftriaxone 350 ml/ 12 jam PCT syr 4 x Enystin drop 3 x 0,8 cc Ambroxol pediatric 2 x2 cc Susu bebelac fl

XVII. PROGNOSA Baik

FOLLOW UP PASIEN KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LUBUK PAKAM TGL : 12 MEI 2013 S: kejang 1x dengan durasi 15 menit, telinga berair, mulut sulit dibuka, bibir luka karena digigit, pinggang sakit, perut keras, demam (+) S: Kejang (+), telinga berair, mulut masih sulit dibuka, bibir luka karena digigit, pinggang masih sakit, perut keras mulai berkurang, lemas, demam (+) O: HR : 120x/menit RR : 36x/menit T : 37,1 o C B : 20 kg A: Gastroentritis P: RL ( mikro) 150 gtt/ menit A: Gastroentritis P: RL ( mikro) 150 gtt/ menit O: HR : 100x/menit RR : 28x/menit T : 37,8 oC B : 20 kg TGL : 13 MEI 2013

dalam 4 jam kalau BAK jam ( 25 gtt/ menit)

dalam 4 jam kalau BAK jam ( 25 gtt/ menit)

Ceftriaxone 350 ml/ 12 jam PCT syr 4 x Enystin drop 3 x 0,8 cc Ambroxol pediatric 2 x2 cc Susu bebelac fl .

Ceftriaxone 350 ml/ 12 jam PCT syr 4 x Enystin drop 3 x 0,8 cc Ambroxol pediatric 2 x2 cc Susu bebelac fl

TGL : 14 MEI 2013 S: Lemas, Kejang (-), demam (-), telinga berair (-), sakit perut (-) O: HR : 104x/menit RR : 32x/menit T : 37,3 o C B : 20 kg A: Gastroentritis P: A: S:

TGL : 15 MEI 2013

Lemas, kejang (-), demam (-), batuk (+). O: HR : 120x/menit RR : 36x/menit T : 37 oC B : 20 kg

Gastroentritis P:

RL 25 gtt/ menit Ceftriaxone 350 ml/ 12 jam PCT syr 4 x Enystin drop 3 x 0,8 cc

RL 25 gtt/ menit Ceftriaxone 350 ml/ 12 jam PCT syr 4 x Enystin drop 3 x 0,8 cc

Ambroxol pediatric 2 x2 cc Susu bebelac fl

Ambroxol pediatric 2 x2 cc Susu bebelac fl

TGL : 16 MEI 2013 S: Batuk berdahak, nyeri dibagian dada sebelah kiri O: HR : 120x/menit RR : 36x/menit T : 36,9 C B : 20 kg A: Gastroentritis P: RL 25 gtt/ menit Ceftriaxone 350 ml/ 12 jam PCT syr 4 x Enystin drop 3 x 0,8 cc Ambroxol pediatric 2 x2 cc Susu bebelac fl A:
o

TGL : 17 MEI 2013 S: Batuk (+), nyeri (-)

O: HR : 108x/menit RR : 30x/menit T : 36,5 oC B : 20 kg

Gastroentritis P: RL 25 gtt/ menit Ceftriaxone 350 ml/ 12 jam PCT syr 4 x Enystin drop 3 x 0,8 cc Ambroxol pediatric 2 x2 cc Susu bebelac fl

TGL : 18 MEI 2013 S: Batuk berdahak (+) O: HR : 120x/menit RR : 40x/menit T : 36,6 o C B : 20 kg A: Gastroentritis P: L Zinc 1 x 5 ml Elkanal 2 x 5 ml

You might also like