You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

Kuretase merupakan salah satu prosedur obstetrik dan ginekologi yang sering dilakukan baik untuk pengosongan sisa konsepsi dari kavum uteri akibat abortus ataupun untuk mengetahui kelainan perdarahan uterus pada kasus ginekologi.1 Kuretase adalah suatu tindakan medis yang dilakukan untuk

membersihkan sisa kehamilan, kematian janin usia kehamilan kurang dari 20 minggu, janin yang tidak berkembang, tidak ditemukan adanya janin sehingga yang berkembang hanya plasenta saja, perdarahan uterus disfungsional dan penegakan diagnosis suatu penyakit (mioma uteri, kanker endometrium).2,3 Berdasarkan hasil data yang diperoleh pada rekam medik di RSUD Syekh Yusuf, Gowa didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan angka kejadian kuretase. Pada tahun 2009, terdapat sekitar 201 orang yang dilakukan tindakan kuretase. Beberapa penyebab dilakukannya kuretase tersebut bermacam-macam,

diantaranya yaitu abortus inkomplit sekitar 79 orang, perdarahan pervaginam sekitar 48 orang, abortus inkomplit provokatus sekitar 9 orang, blighted ovum sekitar 9 orang, rest plasenta 8 orang, dan masih banyak penyebab lainnya seperti Perdarahan Uterus Abnormal (PUA), abortus insipien, missed abortion, molahidatisoda, dan lain-lain. Di antara kasus kebidanan yang paling banyak memerlukan kuret diantaranya adalah abortus. Menurut data WHO, abortus terjadi pada 10% dari seluruh kehamilan. Di inggris, setiap tahunnya ada 185.000 kasus induced abortion setiap tahun dan 11.500 kasus di skotlandia. Di Indonesia sendiri diperkirakan ada lima juta kehamilan pertahun, dimana 10-15% di antaranya atau sekitar 500.000-700.000 mengalami abortus tiap tahun dan frekuensinya meningkat setiap tahun. Tindakan kuretase juga dapat menimbulkan komplikasi diantaranya adalah perforasi dinding uterus, yang dapat memasuki rongga peritoneum, ke

ligamentum, atau ke kandung kemih. Mengingat begitu fatalnya komplikasi yang dapat terjadi akibat kuretase, maka makalah phantom ini akan membahas mengenai prosedur kuretase yang disesuaikan dengan Standar Operasional Prosedur di Indonesia, sehingga diharapkan angka kejadian komplikasi akibat kuretase dapat diminimalisir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kuretase Kuretase merupakan upaya untuk menyembuhkan rahim dari suatu gangguan tertentu atau untuk pemeriksaan terhadap lapisan dalam rahim. Kuretase adalah tindakan mengerok jaringan di lapisan dalam rahim.4 Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.5

2.2. Indikasi Kuretase Kuretase biasanya dilakukan untuk dua tujuan, yaitu:6 1. Diagnostik : jaringan endometrium untuk diagnosis histologi. 2. Terapeutik : pengangkatan jaringan plasenta setelah abortus atau melahirkan, mengangkat polip uterus atau endometrium hiperplastik. Indikasi kuretase: 1. Abortus inkomplit 7,8 a. Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu atau dengn berat janin kurang dari 500 gr, dengan masih ada sisa jaringan tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar. b. Tindakan kuretase harus dilaksanakan dengan hati-hati sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus.

2. Abortus septic 7,8 a. Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau awam). Abortus septic adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septicemia atau peritonitis) b. Ciri : perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut serta nyeri tekan, tampak lelah, panas tinggi, menggigil, tekanan darah turun dan leukositosis c. Tindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat diberikan. Pada saat tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika. 3. Sisa plasenta (pasca persalinan) 4. Sisa selaput ketuban 2.3. Jenis Kuretase6 2.3.1. Kuretase Besi Cara ini dapat dilakukan di bawah anesthesia umum atau blok paraservikal. Sebelumnya, uterus harus diukur dan ditentukan posisinya dengan pemeriksaan bimanual. Vagina dan serviks dibersihkan dengan larutan antiseptik. Serviks dipegang dengan sebuah tenakulum atau klem Jacob. Kavum uteri diukur dengan sonde uterus. Kanalis servikalis dikuretase dengan sebuah kuret endoserviks. Kanalis servikalis dilebarkan dengan dilator Hegar atau Pratt sampai ukuran yang cukup untuk dimasuki sebuah kuret dan forsep polip. Polip endometrium, bila ada dikeluarkan. Dinding uterus kemudian dikuret dengan cara yang sistematik dengan pengerokan ke arah bawah sepanjang dinding anterior, dinding sisi, dan dinding posterior. Sebuah kuret kecil mungkin berguna untuk area kornu. 2.3.2. Kuretase AVM

Kuretase jenis ini biasanya digunakan untuk mengeluarkan sisa jaringan plasenta setelah abortus inkomplet atau setelah persalinan. Dilakukan di bawah anesthesia umum, analgesik sistemik, atau anesthesia blok paraservikal. Infus oksitosin intravena dianjurkan. Vagina dan serviks dibersihkan dengan larutan antiseptik. Bibir serviks anterior dipegang dengan sebuah tenakulum. Masukkan kanul isap, lalu aspirasi darah dan jaringan yang ada.

Gambar 1. Kuret Hisap

Gambar 2. Prosedur kuretase 2.4. Langkah Klinik dalam Melakukan Kuretase9 2.4.1. Prosedur Kuretase pada Abortus Inkomplit9

LANGKAH/KEGIATAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK 1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda adalah petugas yang akan melakukan tindakan medik. 2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan Abortus Inkomplit 3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik yang telah diduga sebelumnya maupun tidak. 4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang penjelasan tersebut di atas. 5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan penjelasan ulang apabila ragu atau belum mengerti. 6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis, dengan mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan. 7. Masukkan lembar Persetuan Tindakan Medik yang telah diisi dan ditandatangani ke dalam catatan medik pasien. 8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa kelengkapannya, catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN A. PASIEN 9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun. 10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardipulmoner. 11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki, dan penutup perut bawah 12. Medikamentosa a. analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCl 0,5 mg/kg BB, tramadol 1-2 mg/kg BB) b. sedative (diazepam 10 mg) c. atropin sulfas 0,25 0,50 mg/m3 13. Larutan antiseptic (povidone iodine 10%)

14. Oksigen dengan regulator 15. Instrumen a. cunam tampon: 1 b. cunam peluru atau tenakulum: 1 c. klem ovum (foersier/ fenstrar dampt) lurus dan lengkung: 2 d. sendok kuret: 1 set e. penala kavum uteri (uterine sound/ sondage): 1 f. spikulum sims atau L dan kateter karet: 2 dan 1 g. tabung 5 ml dan jarum suntik B. PENOLONG (operator dan asisten) 16. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata pelindung: 3 set 17. Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang 18. Alas kaki (sepatu/boot karet): 3 pasang 19. Instrumen a. lampu sorot : 1 b. mangkok logam: 2 c. penampung darah dan jaringan: 1 PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN 20. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga ke siku dibawah air mengalir 21. Keringkan tangan dengan handuk DTT 22. Pakai baju dan alas kaki kamar ttindakan, masker, kaca mata pelindung 23. Pakai sarung tangan DTT/ stereo 24 pasien dengan posisi litotomi, pasangkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah, fiksasi dengan klem kain (ingat: sarung tangan tidak boleh menyentuh bagian yang tidak aman) TINDAKAN 25. Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan analgetika

melalui karet infuse (pethidin diberikan secara intramuskuler) 26. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sisihkan labium mayus kiri dan kanan ke lateral hingga tampak muara uretra. Masukkan kateter ke uretra dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan hingga 0,5 cm. pindahkan telunjuk kiri ke dinding denpan vagina (dasar uretra) dorong kateter (dengan tuntunan telunjuk kiri) hingga memasuki kandung kemih (keluar air kemih) 27. Setelah kandung kemih dikosongkan, lepaskan kateter, masukkan kedalam tempat yang tersedia. Buka introitas vagina dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan kedalam lumen vagina, pindahakan tangan kiri ke perut bawah (suprasimfisis) untuk memeriksa besar dan lengkung uterus, bukaan servik, jaringan yang terkumpul divagina atau terjepit di kanalis servik (pemeriksaaan dalam) 28. Celupkan tangan kanan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan darah atau jaringna yang melekay di sarung tangan, lepaskan sarung tangna secara terbalik. 29. Pakai sarung tangan DDT/steril yang baru 30. Pegang speculum sims L dengan tangan kanan, masukkan bilahnya secara vertical kedalam vagina, setelah itu putar kebawah

sehingga posisi bilah menjadi transversal 31. Minta asisten untuk menahan speculum bawah pada posisinya. 32. Dengan sedikit menarik speculum bawah (hingga lumen vagina tampak jelas) masukkan bilah speculum atas secara vertical kemudian putar dan tarik ke atas hingga jelas terlihat servik 33. Minta asisten untuk memegang speculum atas pada posisinya 34. Jepit kapas (yang telah dibasahi dengan larutan antiseptic) dengan cunam tampon, bersihkan jaringan dan darah dalam vagina tentukan bagian servik yang akan di jepit( posisi jam 11 dan 13) 35. Dengan tangan kanan, jepit servik dengan tenakulum, setelah

terjepit dengan baik, pegang gagang tenakulum dengan tangan kiri 36. Lakukan pemeriksaaan dalam dan lengkung uterus dengan penala (sondase) 37. Sementara tangan kiri menahan servik masukkan klem ovum yang sesuai dengan bukaan kanalis servik hingga menyentuh fundus uteri (keluarkan dulu jaringan yang tetahan pada kanalis 38. Lakukan pengambilan jaringan dengan jalan membuka dan menutup klem (dorong klem dalam keadaan terbuka hingga menyentuh fundus kemudian tutup dan tarik) pilih klem ovum yang mempunyai permukaan bulatan, halus dan rata, agar tidak melukai dinding dalan uterus 39. Keluarkan klem ovum jika dirasakan sudah tidak ada lagi jarinagn yang terjepit/keluar 40. Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk , masukkan ujung sendok kuret ( sesuai lengkung uterus) melalui kanalis servik kedalam uterus hingga menyentuh fundus 41. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam hingga bersih 42. Untuk diding kavum uteri yang berlawanan dengan lengkung kavum uteri, masukkan sendok kuret sesuai denagn lengkung uteri setelah mencapai fundus, putar gagang sendok 180 derajat baru dilakukan pengerokan 43. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen vagina bagian belakang 44. Lepaskan tenakulum 45. Lepaskan speculum atas dan bawah DEKONTAMINASI 46. Sebelum melepas sarung tangan, kumpulkan dan masukkan instrument kewadah yang berisi klorin 0,5% 47. Kumpulkan bahan habis pakai yang terkena darah atau cairan

10

tubuh pasien , masukkan ketempat sampah yang tersedia 48. Bubuhi benda-benda daklam kamar tindakan yang terkena cairan tubuh atau darah pasien dengan cairan klorin 0,5% 49. Bersihkan sarung tangan dari noda darah dan cairan tubuh pasien kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam cairan klorin 0,5% CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN 50. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir 51. Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih PERAWATAN PASCA TINDAKAN 52. Periksa kembali tanda vital pasien, segara lakukan tindakan instruksi apabila terjadi komplikasi/kelainan 53. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik, setelah cairan habis le[askan peralatan infus 54. Buat instruksi pegobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien 55. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan 56. Bersama petugas yang akan merawat pasien , jelaskan jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan laporkan kapada petugas tersebut bila ada keluhan/gangguan pasca tindakan 57. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjut ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan pascatindakan.

11

2.4.2. Prosedur Kuretase Pasca Persalinan9

LANGKAH/KEGIATAN PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK 1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda adalah petugas yang akan melakukan tindakan medik. 2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan 3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik yang telah diduga sebelumnya maupun tidak. 5. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas tentang penjelasan tersebut di atas. 5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan penjelasan ulang apabila ragu atau belum mengerti. 6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis, dengan mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan.

12

7. Masukkan lembar Persetuan Tindakan Medik yang telah diisi dan ditandatangani ke dalam catatan medik pasien. 8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa kelengkapannya, catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi. PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN A. PASIEN 9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun. 10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardipulmoner. 11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki, dan penutup perut bawah 12. Medikamentosa a. analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCl 0,5 mg/kg BB, tramadol 1-2 mg/kg BB) b. sedative (diazepam 10 mg) c. atropin sulfas 0,25 0,50 mg/m3 13. Larutan antiseptic (povidone iodine 10%) 14. Oksigen dengan regulator 15. Instrumen a. cunam tampon: 1 b. klem ovum (foersier/ fenstrar dampt) lurus dan lengkung: 2 c. sendok kuret: 1 set d. spikulum sims atau L dan kateter karet: 2 dan 1 e. tabung 5 ml dan jarum suntik B. PENOLONG (operator dan asisten) 16. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata pelindung: 3 set 17. Sarung tangan DTT/steril: 4 pasang 18. Alas kaki (sepatu/boot karet): 3 pasang 19. Instrumen a. lampu sorot : 1

13

b. mangkok logam: 2 c. penampung darah dan jaringan: 1 PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN 20. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga ke siku dibawah air mengalir 21. Keringkan tangan dengan handuk DTT 22. Pakai baju dan alas kaki kamar ttindakan, masker, kaca mata pelindung 23. Pakai sarung tangan DTT/ stereo 24 pasien dengan posisi litotomi, pasangkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah, fiksasi dengan klem kain (ingat: sarung tangan tidak boleh menyentuh bagian yang tidak aman) TINDAKAN 25. Instruksikan asisten untuk memberikan sedative dan analgetika 26. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sisihkan labium mayus kiri dan kanan ke lateral hingga tampak muara uretra. Masukkan kateter ke uretra dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan hingga 0,5 cm. pindahkan telunjuk kiri ke dinding denpan vagina (dasar uretra) dorong kateter (dengan tuntunan telunjuk kiri) hingga memasuki kandung kemih (keluar air kemih) 27. Setelah kandung kemih dikosongkan, lepaskan kateter, masukkan kedalam tempat yang tersedia. Buka introitas vagina dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan kedalam lumen vagina, pindahakan tangan kiri ke perut bawah (suprasimfisis) untuk memeriksa besar dan lengkung uterus, bukaan servik, jaringan yang terkumpul divagina atau terjepit di kanalis servik (pemeriksaaan dalam) 28. Celupkan tangan kanan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan darah atau jaringna yang melekay di sarung tangan, lepaskan sarung tangna secara terbalik.

14

29. Pakai sarung tangan DDT/steril yang baru 30. Pegang speculum sims L dengan tangan kanan, masukkan bilahnya secara vertical kedalam vagina, setelah itu putar kebawah

sehingga posisi bilah menjadi transversal. 31. Pasang speculum sims L berikutnya dengan jalan memasukkan billahnya secara vertical kemudian putar dan tarik ke atas sehingga porsio tampak dengan jelas 32. Minta asisten untuk menahan speculum atas dan bawah dan pertahankan posisinya 33. Dengan cunam tampon, ambil kapas yang telah dibasahi dengan larutan antiseptic, kemudian bersihkan lumen vagina dan porsio. Buang kapas, kembalikan cunam ke tempat semula 34. Ambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas porsio (perbatasan antara kuadran atas kiri dan kanan atau pada jam 12) 35. Setelah porsio terpegang dengan baik, lepaskan speculum atas 36. Pegang gagang cunam dengan tangan kiri, ambil sendok kuret pascapersalinan dengan tangan kanan, pegangn di antara ibu jari dan telunjuk (gagang sendok berada pada telapak tangan) kemudian masukkan hingga menyentuh fundus 37. Minta asisten untuk memegang gagang klem ovum, letakkan telapak tangan pada bagian atas fundus uteri (sehingga penolong dapat merasakan tersentuhnya fundus oleh ujung sendok kuret) - Memasukkan lengkung sendok kuret sesuai dengna lengkung kavum uteri kemudian lakukan pengerokan dinding uterus bagian depan searah jarum jam, secara sistematis. Keluarkan jaringan plasenta (dengan kuret) dari kavum uteri - Masukkan ujung sendok sesuai dengan lengkung kavum uteri, setelah sampai fundus, kemudian putar 180 derajat, lalu bersihkan dinding belakang uterus. Keluarkan jaringan yang ada. 38. Kembalikan sendok kuret ke tempat semula, gagang kelm ovum

15

dipegang kembali oleh operator. 39. Ambil kapas (dibasahi larutan antiseptic) dengan cunam tampon, bersihkan darah dan jaringa pada lumen vagina 40. Lepaskan jepitan klem ovum pada porsio 41. Lepaskan speculum bawah 42. Lepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong, dan sarung kaki masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5% 43. Bersihkan cemaran darah dan cairan tubuh dengan larutan antiseptil DEKONTAMINASI 44. Sebelum melepas sarung tangan, kumpulkan dan masukkan instrument kewadah yang berisi klorin 0,5% 45. Kumpulkan bahan habis pakai yang terkena darah atau cairan

tubuh pasien , masukkan ketempat sampah yang tersedia 46. Bubuhi benda-benda daklam kamar tindakan yang terkena cairan tubuh atau darah pasien dengan cairan klorin 0,5% 47. Bersihkan sarung tangan dari noda darah dan cairan tubuh pasien kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam cairan klorin 0,5% CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN 48. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir 49. Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih PERAWATAN PASCA TINDAKAN 50. Periksa kembali tanda vital pasien, segara lakukan tindakan instruksi apabila terjadi komplikasi/kelainan 51. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien cukup baik, setelah cairan habis le[askan peralatan infus 52. Buat instruksi pegobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien 53. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan

16

54. Bersama petugas yang akan merawat pasien , jelaskan jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan laporkan kapada petugas tersebut bila ada keluhan/gangguan pasca tindakan 55. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjut ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam catatan pascatindakan. 2.5. Komplikasi Tindakan Kuretase10 2.5.1. Perforasi Uterus Kuretase memungkinkan terjadinya perforasi uterus. Hal itu bisa terjadi karena pada saat hamil, dinding rahim sangat lunak, sehingga berisiko tinggi untuk terjadinya lubang akibat pengerokan sisa-sisa jaringan. Risiko terjadinya lubang pada rahim semakin besar bila kuretase dilakukam pada ibu yang hamil anggur. Sebab, ada tahapan yang harus dilakukan sebelum sampai pada tindakan keretase. Pada hamil anggur, perut ibu biasanya cukup besar. Usia tiga bulan saja biasanya sudah seperti enam bulan. Karena itu, sebelum kuretase dilakukan, dokter akan mengevakuasi posisi kehamilan menggunakan vacum lebih dulu, baru mengerok menggunakan sendok tajam untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan. 2.5.2. Infeksi Tindakan kuretase memungkinkan terjadinya infeksi, akibat adanya perlukaan. Tapi, dengan pengobatan yang tepat, infeksi itu biasanya cepat sembuh. 2.5.3. Sindrom Asherman Sindrom Asherman adalah terjadinya perlekatan pada lapisan dinding dalam rahim. Karena lengket, jaringan selaput lendir rahim tidak terbentuk lagi. Akibatnya, pasien tidak mengalami haid. Ini memang bisa terjadi, karena selaput lendir rahim terkikis habis saat tindakan kuretase. Tapi hal

17

itu masih bisa diatasi dengan pemberian obat, sehingga pasien bisa haid kembali.

2.5.4. Mual dan pusing Mual dan pusing bisa terjadi akibat pembiusan yang dilakukan. Tapi, kalau muntah pada saat pasien sedang tidak sadar diri, hal itu perlu diwaspadai. 2.5.5. Nyeri Rasa nyeri, terutama di perut bagian bawah, bisa timbul setelah tindakan kuretase dilakukan. Untuk menguranginya, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan pereda nyeri. Dan biasanya akan cepat hilang. 2.6. Teknik Pengeluaran Jaringan11 Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase. 1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus 2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90 untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut 3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk 4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.

18

BAB 3 KESIMPULAN

Kuretase bukan ditujukan untuk menggugurkan janin dalam kandungan. Kuretase adalah tindakan mengerok jaringan di lapisan dalam Rahim. Kuretase merupakan upaya untuk menyembuhkan rahim dari suatu gangguan tertentu atau untuk pemeriksaan terhadap lapisan dalam rahim.. Kuretase ini biasanya dilakukan dengan mempertimbangkan dua tujuan yaitu diagnostic dan terapetik. Beberapa kondisi dimana seorang wanita harus menjalani kuretase yaitu jiwa ibu terancam oleh kehamilan, perdarahan pascapersalinan, ada gangguan haid dan kehamilan bermasalah. Tanpa kuretase, justru bisa memperbesar gangguan pada alat reproduksi wanita, serta dapat menyebabkan kesulitan memiliki keturunan. Pada kondisi kehamilan, tindakan kuretase ini relatif aman dilakukan saat usia kehamilan baru menginjak trimester pertama. Sebab, pada saat itu risiko terjadinya efek samping sangat kecil. Tindakan kuretase ini memiliki beberapa jenis yaitu kuretase besi, kuretase AVM, beberapa jenis kuretase ini memiliki tehnik yang berbeda-beda. Biasanya jenis kuretase AVM digunakan untuk mengeluarkan sisa jaringan plasenta setelah abortus inkomplet atau setelah persalinan. Kuretase ini juga memiliki komplikasi seperti perforasi uterus, infeksi, Sindrom Sherman, mual muntah dan nyeri.

19

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta:Media Aesculapius. 2. http://www.betterhealth.vic.gov.au/dillationandcurretage/html, tanggal 21 Oktober 2012. 3. Cunningham FG.2005. Induction of labor in William Obstetric 22nd p536545. McGrawlHill Companies. 4. Anonim. 2008. Kuretase. Diunduh dari http://www.infodiakses

sehat.com/inside_level2.asp?artid=910&secid=13&intid=2, pada tanggal 21 Oktober 2012. 5. Saifuddin, A. B., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 6. Taber, B. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC. 7. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 8. Manjoer, A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta : 2002. 9. Saifuddin, AB. Dkk. 1997. Modul Safe Motherhood dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter di Indonesia. Jakarta: Konsorsium Ilmu Kesehatan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Kesehatan dan World Health Organization. 10. Anonim. 2012. Complication of Dilatation and Curettage. Diunduh dari http://www.nhs.uk/Conditions/Dilatation-and-curettage-

(DC)/Pages/Risks.aspx, pada tanggal 24 Oktober 2012. 11. Anonim. 2009. Seksio Sesaria dan Kuretase. Diunduh dari http://medicom.blogdetik.com/2009/03/07/seksio-sesarea-dankuretase/, pada tanggal 23 Oktober 2012.

20

You might also like