Professional Documents
Culture Documents
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
BENTUK/TIPE KOROSI
1. Uniform / general corrosion Merata 25%
2
2. G l ik / bi
Galvanik / bimetal corrosion
l i
Lokal 25%
3. Crevice Corrosion (korosi celah)
4. Pitting Corrosion (korosi sumuran)
5. Intergranular Corrosion (korosi batas butir)
6. Selective Leaching
NO, DEA
Multivariabel 50%
7. Errosion Corrosion
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
8. Stress Corrosion
Uniform / General Corrosion
Korosi jenis ini yang paling sering, umum dijumpai. Korosi ini
dikontrol oleh reaksi kimia atau elektrokimia antara
permukaan logam dengan media korosifnya.
k l d di k if
Pengurangan berat / ketebalan logam terjadi merata pada
seluruh permukaan logam Jenis korosi ini tidak berbahaya
seluruh permukaan logam. Jenis korosi ini tidak berbahaya.
Korosi merata
Tebal awal
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Tebal
setelah
korosi
Korosi uniform dapat dikurangi dengan :
1. Pemilihan material yang tepat (semakin murni bahan
semakin tahan korosi).
2. Pelapisan
3. Penambahan inhibitor (media elektrolit)
4. Penambahan elemen paduan pada logam (lihat 1)
5. Proteksi katodik
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Galvanik / bimetal corrosion
Bila dua logam yang berbeda saling kontak dan berada pada
media/larutan yang konduktif dan korosif maka akan timbul
media/larutan yang konduktif dan korosif maka akan timbul
“beda potensial” yang menyebabkan terjadinya aliran arus listrik
i atau perpindahan elektron.
Gambar dibawah menunjukkan prinsip dasar dari korosi galvanik.
Sebuah elektroda seng (anoda) dan elektroda tembaga (katoda).
Keduanya bisa teroksidasi
Keduanya bisa teroksidasi
Zno Æ Zn2+ + 2e‐
NO, DEA
Cuo Æ Cu2+
2 + 2e‐
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Keduanya teroksidasi tetapi tingkat oksidasi Zn lebih besar dari
pada Cu sehingga bila keduanya dihubungkan akan terjadi beda
pada Cu, sehingga bila keduanya dihubungkan akan terjadi beda
potensial sebesar 1,1 volt. Elektroda Cu menerima elektron dari
elektroda Zn, sehingga Zn sebagai Anoda (terkorosi)
Proses terjadinya korosi galvanik
‐1,1 v
V e‐
e‐
Zn Cu
Cuo Æ Cu2+ + 2e
+ 2e‐
Zno Æ Zn2+ + 2e‐
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Zn2+ Cu+
EMF (Seri Galvanik)
EMF (Seri Galvanik)
Beda potensial elektrik diatas merupakan salah satu faktor terpenting yang
Beda potensial elektrik diatas merupakan salah satu faktor terpenting yang
mempengaruhi korosi bimetal (galvanik).
Potensial ini disebut juga EMF (Electro Motif Force) yang mana timbulnya EMF
tersebut akibat dari sifat kimia bahan
tersebut akibat dari sifat kimia bahan.
Besarnya EMF dari tiap – tiap bahan diukur relatif terhadap EMF hidrogen
(H2/H+) yang nilainya = 0 volt.
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Menentukan besarnya EMF relatif terhadap Hidrogen
Gas Hidrogen
g
P= 1 atm, v
T= 298 K
Pt M
Asam Sulfat
NO, DEA
[H+] = 1 M
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Metal Sulfat
[M+] = 1 M
Deret
Potensial Baku
Potensial Baku
SHE
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
NO, DEA
Pengaruh Lingkungan thd korosi galvanik
Lingkungan media korosif sangat mempengaruhi proses korosi bimetal. Pada Fe
– Zn ; Zn (anodik) dan Fe (katodik) berlangsung pada media yang lembab.
Sebaliknya Zn (katodik) dan Fe (anodik) berlangsung pada media air 180oF.
Korosi galvanik juga bisa terjadi dimedia udara dan laju korosi tergantung dari
humidity relatifnya.
Dilingkungan yang sangat kering, korosi galvanik tidak terjadi karena tidak ada
elektrolit yang mengantar arus.
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Pengaruh Jarak pada Korosi Galvanik
Laju korosi galvanik paling besar terjadi didekat
sambungan. Korosi turun sebagai fungsi kenaikan
j kt h d
jarak terhadap sambungan
b
Pengaruh
g Luas ppada Korosi Galvanik
Elektroda kecil (anoda) : density arus besar korosi
tinggi
Katoda besar (luas) : anoda kecil korosi tinggi
NO, DEA
C
Cu C
Cu F
Fe F
Fe
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Fe Cu
Fe Cu
BAIK TIDAK BAIK
PENGENDALIAN KOROSI GALVANIK
• Pilih material yang mempunyai selisih EMF yang kecil
(berdekatan pada seri galvanik)
• Hindari anoda dengan luas kecil dan katoda dengan luas
Hindari anoda dengan luas kecil dan katoda dengan luas
besar.
• Anoda dan Katoda pisahkan dengan bahan isolator.
• Coating
• Tambahi inhibitor (zat penghambat) pada media korosif.
• Hindari sambungan ulir untuk penyambungan dua
Hindari sambungan ulir untuk penyambungan dua
material yang selisih EMFnya besar.
NO, DEA
• Buat anoda yang gampang diganti dan mempunyai beda
potensial kecil thd yang dilindungi, agar awet.
i l k il hd dili d i
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
• Beri logam ketiga yang memiliki EMF yang kecil
K
Keuntungan sistem galvanik
i l ik
• Pipa air
Pipa air
Fe Zn
Zn : ‐ 0,76 volt
NO, DEA
Sn : ‐ 0,14 volt
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Fe : ‐0,44 volt Fe : ‐ 0,44 volt
BAIK
JELEK
Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Merupakan salah satu jenis korosi lokal.
Merupakan salah satu jenis korosi lokal
Korosi ini disebabkan oleh adanya sejumlah
kecil sekali larutan yang ter‐stagnasi
kecil sekali larutan yang ter stagnasi (diam),
(diam)
karena adanya hole, gasket.
Sambungan penyebab timbulnya “celah”,
NO, DEA
sehingga korosi ini sering juga disebut korosi
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
deposit, korosi retakan, korosi packing, korosi
interface, korosi tapal kuda dan korosi garis
air, korosi pasak.
Faktor penyebab crevice corrosion
• Faktor lingkungan
Faktor lingkungan
Adanya pasir, debu yang bisa menimbulkan deposit
membuat terjadinya stagnasi larutan sehingga
timbul korosi celah, adanya retakan, adanya beda
konsentrasi oksigen lokal,dll
Misalnya : Stainless steel 18 – 8 yang dipilih karet
NO, DEA
dan dicelup dalam air laut bisa terpotong pada
dan dicelup dalam air laut bisa terpotong pada
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
bagian yang ada karetnya karena korosi celah.
Konsentrasi
oksigen sekitar
g
tinggi
Konsentrasi oksigen
5 100 mikron
5‐100 mikron di l h
dicelah rendah
d h
Mekanisme
Korosi terjadi karena
∆ konsentrasi
oksigen lokal atau ∆
ion logam lokal
antara
t celahl h dan
d
sekitarnya, shg korosi
NO, DEA
ini sering disebut
“concentration cell
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Corrosion”
Tahap – tahap terjadinya crevice corrosion
NO, DEA
H+ dan Cl‐ menurunkan pH larutan
Korosii celah
l h ini
i i bersifat
b if autokatalitik
k li ik artinya
i b i reaksi
begitu k i awall terjadi,
j di
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
•
sel – sel tidak lagi bergantung pada keadaan luar.
Menghindari korosi celah
• Gunakan sambungan las.
• Tutup sambungan non welded dengan las atau solder.
• Hindari zona stagnasi.
• Periksa secara intensif dan periodik zone celah – celah.
Periksa secara intensif dan periodik zone celah – celah
• Gunakan media korosif (larutan) yang uniform.
• Hindari packing yang basah.
• Gunakan gasket yang solid
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Pitting Corrosion (korosi sumuran)
• Korosi lokal
• Menyerang pada logam yang :
p p g y
‐ selaput pelindungnya robek secara mekanik.
‐ Memiliki tegangan konsentrasi lokal.
‐ Memiliki konsentrasi kimia heterogen (inklusi,
segregasi , presipitasi)
NO, DEA
• Sulit dibedakan dengan korosi celah.
‐ korosi celah dipicu oleh beda konsentrasi O
k l hd l hb d k
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
2
‐ korosi sumuran dipicu oleh faktor metalurgi
Mekanisme pembentukan sumuran
G b bi tik i
Gambar bintik air
1. Mula‐mula
terjadi korosi
merata
merata
2. Daerah
sentral
kekurangan
kekurangan
O2 karena
jarak diffusi
O2 2 lebih
lebih
panjang Æ
NO, DEA
anoda Æ
terjadi
j
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
pelarutan M+
ditengah titik
air Æ terjadi
karat dipusat
berbentuk
cincin
• Dipengaruhi oleh Temperatur, kadar
Molibdenum (Mo)
• Dinyatakan dalam CPT (Critical Pitting
Dinyatakan dalam CPT (Critical Pitting
Temperatur), yang nilainya merupakan
fungsi dari kadar Cr, Mo.
fungsi dari kadar Cr, Mo.
• SS Duplex memiliki kadar Mo tinggi
sehingga CPT nya tinggi pula
sehingga CPT nya tinggi pula.
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
• Contoh
– Pada
Pada baja lunak (mild steel) sering kali terjadi terjadi inklusi
baja lunak (mild steel) sering kali terjadi terjadi inklusi
Mangaan Sulfida (Katodik) sehingga daerah disekitarnya menjadi
anodik
– Baja Cold‐worked, tidak memiliki lapisan pelindung oksida
Baja Cold worked tidak memiliki lapisan pelindung oksida
sehingga lebih mudah terserang korosi pitting (sumuran)
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Korosi Erosi
Korosi Erosi
Penyebab :
– Turbulensi
– Partikel dalam aliran
– Peronggaan/Kavitasi
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Turbulensi aliran
disebabkan oleh :
NO, DEA
• Celah
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
• Endapan
seal
Ada perubahann drastis diameter pipa
ÆFluida turbulen Æ Erosi
Celah
Ada celah, endapan (deposit)
ÆFl id turbulen
ÆFluida t b l Æ Erosi
E i
Peronggaan (Kavitasi)
Kavitasi disebabkan oleh pecahnya
gelembung
l b uap dipermukaan
di k l
logam,
mekanismenya :
1. Fluida menerjang permukaan logam
2. Tekanan hidrodinamika lokal turun
3
3. Ti b l gelembung
Timbul l b di
dipermukaan
k l
logam
4. Aksi mekanik, misalnya adanya putaran, menyebabkan tekanan
NO, DEA
hidrodinamik lokal naik
5. Gelembungg ppecah, timbul
, ggaya
y tekan yyang besar
g pada p
p permuk. Logam
g
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
6. Terjadi deformasi plastik pada logam
contoh
Bila permukaan logam kasar maka korosi erosi semakin dasyat.
dasyat
• Baling – baling
• Propeller
• Impeller
I ll
• Wet liner
Pencegahan
• Permukaan
P k k
komponen Æ halus
h l
• Pemilihan Bahan
NO, DEA
‐ Stellite (Co, Cr, W, Fe, C)
‐ Stainless Steel 304
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Bila permukaan logam kasar maka korosi erosi semakin dasyat.
Contoh :
Baling‐baling, propeller, impeller, wet liner
Pencegahan
‐Permukaan komponen Æ halus
‐ Pemilihan bahan tahan erosi : Stellite (Co,W,Cr,Fe‐C)
Stainless Steel 304
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Korosi Batas Butir (Intergranular
C
Corrosion)
i )
• Korosi ini sering disebut : Intergranular Attact (IGA),
g g ( ),
Intergranular Corr (IGC)
• Mekanisme korosi Batas butir pada baja Æ Orientasi
k l f k Æ daerah tidak stabil dg enersi
kristalografi Acak Æ d h d k bld
tinggi Æ mudah terkorosi intergranular/BB
• Korosi BB sering dijumpai pada Stainless steel
Korosi BB sering dijumpai pada Stainless steel
Austenitik
NO, DEA
p , p p
• SS tahan terhadap korosi merata, tetapi pada
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
temperatur tertentu yaitu temperatur sensitis (450‐
800 der C), SS sangat rentan terhadap korosi BB
Batas butir
Prisipitasi Karbida
Daerah miskin Kromium Cr23C6
kromium
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
BAJA (Fe – C)
OKSIDA BESI
O2
BAJA
NO, DEA
osksigen mudah terdifusi melalui oksida besi
osksigen mudah terdifusi melalui oksida besi
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
BAJA TAHAN KARAT(Fe–Cr‐Ni‐C)
O2
BAJA TAHAN KARAT
Oksigen terhambat untuk berdifusi melewati oksida chromium.
NO, DEA
Oksida Chromium:
• Compact
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
• Adherence
• Density Tinggi
NON ‐ SENSITIS
Laju Korosi (mg/cm‐2h‐1)
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
0
10 102 103 [P] ppm
PENGARUH KADAR P PADA BAJA TERHADAP
LAJU KOROSI
Laju Korosi (mg/cm‐2h‐1)
2 Generale
corrosion
0
10 102 103 104 105 [Si]
NO, DEA
ppm
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Fe – Cr 14% – Ni 1% ‐ C 0,004%
PENGARUH KADAR Si PADA BAJA TERHADAP
PENGARUH KADAR Si PADA BAJA TERHADAP
LAJU KOROSI
BAJA TAHAN KARAT DALAM KONDISI SENSITIF
ÎBerada pada temperatur sensitisasi Æ terjadi presipitasi karbida
kromium pada batas butir
ÎBerada pada temperatur dibawah atau diatas range temperatur
ÎBerada pada temperatur dibawah atau diatas range temperatur
sensitisisasi Æ ada kemungkinan terjadi segregasi dari unsur ikutan.
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
PRESIPITASI KARBIDA BIASANYA TERJADI PADA:
• Sebuah operasi pengelasan
p p g
• Pendinginan pada temperatur yang tinggi (1050 – 1200oC)
dengan laju yang terlalu rendah.
• Komposisi kimia baja (kadar C tinggi)
• Adanya timbunan kerak yang menjadi isolasi panas pada baja
yang dioperasikan pada temperatur diatas temperatur
yang dioperasikan pada temperatur diatas temperatur
sensitisasi.
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
SKEMA MEKANISME SENSITISASI PADA PENGELASAN BAJA
SKEMA MEKANISME SENSITISASI PADA PENGELASAN BAJA
Korosi batas butir Korosi batas butir
(zona sensitif) (zona sensitif)
NO, DEA
800o
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
C
∆T
450o
X’ C X
SKEMA PERLAKUAN PANAS SENSITISASI PADA BAJA
Temperatur
900OC
>900 di Quenching
850OC γ
γ + Cr 23C6
Temperatur
p
Sensitisasi
Slow
400OC
Rapid
γ γ + Cr 23C6
Cr 23C6
γ + Cr 23C6
NO, DEA
Waktu
γ γ γ
γ
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
γ
γ γ γ Cr 23C6
Cr 23C6
γ γ
γ
γ
SENSITIS
Cr 18%
Cr 18%
PADA TEMPERATUR SENSITIF
NO, DEA
Î Cr didekat batas butir bereaksi
dengan C menjadi Cr23C6 lalu
dengan C menjadi Cr lal
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
bergerak menuju tempat yang
energinya tinggi (tidak stabil) ke
batas butir
Cr = 18 %
Cr 18 %
daerah miskin Cr (Cr
Cr 23C6 (karbida
depleted zone Cr = 7
chromium Cr = 56 –
– 12%)
70%
Cr = 18 %
Cr = 18 %
Cr < 18 ≈ 7 %
batas butir
batas butir
18% Cr
%
12% Cr
7% Cr
X Y
Cr 23C6
Cr 23C6
zona miskin zona miskin
chrom chrom
skema dechromisasi di sekitar batas butir
Skema yang menggambarkan modifikasi komposisi kimia dan struktur yang
memicu korosi batas butir
memicu korosi batas butir
Segregasi Presipitasi
γ γ γ
γ
γ Si
γ γ
P γ γ Cr
γ S
γ
Keadaan non sensitis Keadaan sensitis
PERBANDINGAN KURVA ELEKTROKIMIA BAJA TAHAN KARAT NON SENSITIS PADA
TEMPERATUR YANG SAMA TETAPI WAKTU PENAHANAN BERBEDA 0,3 – 1000
JAM
j(mA/cm2)
Fe‐18Cr‐9Ni‐0,006C
103
H2SO4 ‐ 2N
102
101
1000 jam
NO, DEA
10O 1 jam non sensitis
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
10‐1
0,3 jam
I DOMAIN II
DOMAIN I H2SO4 ‐ 2N
[Cr]
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
DOMAIN III
E
PENGARUH KADAR Cr PADA KURVA POLARISASI ANODIK
FeCrNi
NOBLE
+1900
+1500
+1000
potensial
3,5%Cr
((mV/H)
7,4%Cr
+700
p
11,7%Cr
NO, DEA
+300
16,1%Cr
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
0
‐100 19,2%Cr
ACTIVE 10‐2 10‐1 101 102 103 104 105 106 107
µA/cm2
Profil konsentrasi Cr disekitar batas butir baja tahan karat austenitik
j
yang diperoleh dengan mikroskop transmisi elektron (TEM)
Komposisi Nominal
1,10 Fe
69,6
1,00
Perubahan Konsentrasi
NO, DEA
1,00
18 4
18,4
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
0,90
Cr
0 80
0,80
900 0,01%Cr
0,08%Cr
800 0 06%C
0,06%Cr
ur sensitisasii
0,04%Cr
700
Temperatu
Presipitasi
0,02%Cr
600
NO, DEA
0,01%Cr
Tidak terjadi
Tidak terjadi
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
500
presipitasi
450
1. Memperpanjang waktu penahanan pada proses
p p j g p p p
homogenisasi, sehingga konsentrasi Cr merata disetiap titik.
2. Menurunkan kandungan karbon.
3. Menambahkan unsur yang memiliki afinitas tinggi terhadap
karbon (Ti, Nb).
4
4. Menambahkan unsur pembentuk fase α
Menambahkan unsur pembentuk fase α.
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Catatan
1. Batas butir peka terhadap korosi batas butir karena:
2. Serangan korosi batas butir bisa terjadi pada baja tahan
karat dalam keadaan sensitis dan non sensitis.
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Selective leaching = de‐alloying
Demetallification : Pengurangan
g g elemen logam
g
tertentu dalam paduan. Contoh :
‐ dezincification
‐ denickelification
‐ dealuminification
NO, DEA
‐ destannification
‐ etc.
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Kuningan
g ((brass))
NO, DEA
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
• Brass
Brass 70/30 (yellow brass)
70/30 (yellow brass)
bentuk pipa Æ berada di air laut Æ separo tebal terserang
dezinfication
dezinfication
NO, DEA
kenaikan kadar Zn Æ menaikkan korosi karena Zn lebih
anodik dibanding Cu
g
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Mekanisme korosi :
1. Brass terlarut
2 Zn terlarut di media
2. Zn terlarut di media
3. Cu tetap menempel pada Brass
P d
Paduansuper
Proses oksidasi paduan super adalah proses
selective leaching
Cr oxyde
FeNiCrAlY
NO, DEA
Al oxyde
Prof. Dr. Ir. SULISTIJON
Stress Corrosion Cracking SCC
1. Ada
1 Ada internal stress
internal stress
2. Ada media lingkungan korosif