You are on page 1of 24

PROPOSAL RISET

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN NYERI AKUT PADA NY.Y


DENGAN MASALAH POST OP APENDIKSITIS


Dosen Pembimbing :
Novita Setyowati, S.Kep, Ns.







Tingkat II B
Disusun oleh :

PRASETYO HADI W
2012-49-124


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI
2013/2014


ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................... 2
D. Manfaat ................................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Penyakit ........................................................................ 4
1. Definisi ........................................................................................... 4
2. Anatomi Fisiologi .......................................................................... 4
3. Etiologi ........................................................................................... 5
4. Patofisiologi ................................................................................... 6
5. Tanda dan Gejala............................................................................ 7
6. Klasifikasi ...................................................................................... 8
7. Komplikasi ..................................................................................... 8
8. Dampak Masalah ............................................................................ 9
9. Pemeriksaan penunjang ................................................................. 10
10. Penatalaksanaan ............................................................................. 10
11. Prognosis ........................................................................................ 12
B. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 12

BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 19
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 19
C. Subjek Penelitian .................................................................................. 19
D. Jenis Data ............................................................................................. 19
E. Teknik Pengambilan Data .................................................................... 19
F. Analisis Data ........................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 21


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan melaporkan
adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak
menyenangkan selama enam bulan atau kurang ( Lynda juall carpenito-moyet
). Setiap bagian dari saluran gastrointestinal bagian bawah yang sangat rentan
terhadap inflamasi akut yang disebabkan oleh infeksi akibat bakteri, virus atau
jamur. Salah satunya adalah apendiksitis..
Di indonesia sendiri apendiksitis merupakan penyakit urutan ke empat
terbanyak tahun 2006. Satu orang dari 15 orang pernah menderita apendiksitis
dalam hidupnya. Kelompok usia yang yang umumnya mengalami apendiksitis
yaitu pada usia antara 10 sampai 30 tahun. Insiden tertingginya terdapat pada
laki-laki usia 10-14 tahun dan wanita yang berusia 15-19 tahun (Siwati, 2010).
Penyakit apendiksitis ini dapat mengakibatkan peritonitis, proses
inflamasi yang juga dapat diakibatkan karena bedah abdomen (Brunner &
suddarth, 2001 : 1097). Dampak masalah yang mungkin muncul pada pasien
post operasi apendiktomi diantaranya adalah nyeri, risiko infeksi, risiko
kekurangan cairan dan kurangnya pengetahuan.
Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan
menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama
perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu
memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga
kebersihan diri serta lingkungannya. Upaya kuratif yaitu memberikan
2


perawatan luka operasi secara aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dan
mengadakan kaloborasi dengan profesi lain secara mandiri. Upaya rehabilitatif
yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan
keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi
tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan
penyakitnya serta perawatan dirumah setelah penderita pulang.

B. Perumusan Masalah
Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan Gangguan Nyeri Akut Pada
Ny.Y Dengan Masalah Post Op Apendiksitis ?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan
klien post appendiktomy secara komprehensif melalui pendekatan proses
keperawatan.
Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien post
appendiktomy.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada
klien post appendiktomy.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien post appendiktomy.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post
appendiktomy.
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien post
appendiktomy.
3


D. Manfaat
1. Intitusi
Hasil studi masalah keperawatan apendikitis ini semoga dapat
dimanfaatkan sebagai masukan penyempurnaan penanganan masalah
keperawat apendikitis di kampus Dharma Husada Kediri
2. Profesi
Hasil studi masalah keperawatan apendikitis ini semoga dapat
dijadikan sumbangan ataupun tambahan sebagai pengetahuan bagi profesi
keperawatan dalam asuhan keperawatan pada post op apendikitis.







4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Appendiks merupakan suatu bagian sepertoi kantong yang non
fungsional dan terletak di bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tapi banyak kasus
memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi
bila tidak di terawat, angka kematian cukup tinggi, di karenakan oleh
peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim,
Apendisitis,2007).
2. Anatomi Fisiologi
Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari
ujung inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut
yang menonjol pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa
panjang appendiks rata-rata 9 10 cm, terletak posteromedial caecum
kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis. Posisi appendiks bisa
retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis, memberikan gambaran klinis
yang tidak sama. Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus
vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri
appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus
torakalis x, karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar
umbilikus. Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri appendikularis
5


yang merupakan artei tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya
trombosis pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.
Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari yang bersifat basa
mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal
dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.
Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi
appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut
Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna
termasuk appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak
mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil
sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.
( R.Syamsu ; 1997)
3. Etiologi
Apendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh
obstruksi atau penyumbatan akibat:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid
b. Adanya fekalit dalam lumen apendiks
c. Tumor apendiks
d. Adanya benda asing seperti cacing askariasis
e. Erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan
makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat
6


menimbulkan apendiksitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra
sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional apendiks dan meningkatkan
pertumbuhan kuman flora pada kolon.
4. Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang
dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan
penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya
benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak
dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa
dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama
dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa
sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi
nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum
terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium
parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah,
keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini
disebut

7


dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah
akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang
berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi
akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis
abses. Pada anak anak karena omentum masih pendek dan tipis,
apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan
daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena
telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat.
Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang
timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).
5. Tanda dan Gejala
Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai
oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri
tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan
lepas mungkin akan dijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi
atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila
apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa
di daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya
dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi
menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau
ureter.Adanya kekekuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat
terjadi.
8


Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran
bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada
kuadran bawah kanan. Apabila apendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih
menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien
memburuk.
6. Klasifikasi
Appendisitis dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :
a. Appendisitis akut : yaitu peradangan yang terjadi pada umbai cacing
secara mendadak dan meluas melalui peritoneum parietal sehingga
timbul rasa sakit yang mendadak.
b. Appendisitis infiltrat peradangan umbai cacing yang melekat pada
dinding perut.
c. Appendisitis kronis peradangan appendiks yang terjadi secara
menahun yang merupakan kelanjutan appendiks infiltrat yang tidak
mendapat pengobatan dan perawatan intensif sehingga gejalanya
menghilang dan suatu saat akan timbul lagi gejala tersebut.
d. Appendisitis abses yaitu kelanjutan dari appendicitis kronis yang
kurang perawatannya dan kuman cukup ganas sehingga menimbulkan
abses.
7. Komplikasi
Komplikasi apendiksitis adalah sepsis yang dapat berkembang
menjadi : perforasi, abses, peritonitis. Perforasi secara umum terjadi 24
jam setelah nyeri. Gejala nyeri antara lain demam suhu 37,5
0
C38,5
0
C
atau lebih tinggi, penampilan toksik, meningkatnya nyeri, spasme otot
9


dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau
abses yang terlokalisasi ileus, demam, malaise, dan lekositosis. (Seymour,
2003).
8. Dampak Masalah
Individu dalam hal ini terjadi gangguan dari berbagai pola fungsi
kesehatan antara lain
a. Pola nutrisi dan metabolism
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi
akibatpembatasan pemasukan makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
b. Pola aktifitas dan latihan
Aktifitas klien biasanya terjadi pembatasan aktifitas akibat rasa
nyeri pada luka operasi sehinnga keperluan klien harus dibantu.
c. Pola tidur dan istirahat.
Klien akan mengalami gangguan kenyamanan dan pola tidur
karena rasa sakit (nyeri) akibat tindakan pembedahan.
d. Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur
akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan
mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh
anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.


10


e. Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan
gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan
tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
f. Pola Reproduksi seksual
Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah
pembedahan selama beberapa waktu.
g. Pola terhadap keluarga
Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak
harus ditanggung oleh keluarganya juga perasaan cemas keluarga
terhadap keadaan klien.
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah rutin akan menunjukan lekostosis ringan dan
hitung jenis bergeser kekiri pada perforasi terjadi lekositosis yang lebih
tinggi.
Pemeriksaan urine penting untuk membedakan appendicitis dengan
kelainan ginjal, kadang-kadang ditemukan lekosit pada urine penderita
appendicitis.
Pemeriksaan photo polos abdomen tidak menunjukan tanda pasti
appendicitis tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan
appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan. Adanya
fekolit merupakan hal ini sangat jarang ditemukan udara dibawah
diafragma menunjukan adanya perforaasi.
11


10. Penatalaksanaan
a. Appendisitis infiltrat.
Ukuran kurang dari 5 cm : operasi
Ukuran lebih dari 5 cm : konservatif (terapi obat obatan )
b. Appendisitis akut :Appendektomi.
c. Appendisitis perforasi :appendektomi perlaparatomi.
Penatalaksanaan Appendektomi.
1) Tindakan pre operative
Penderita dirawat, diberikan antibiotik dan kompres
untuk menurunkan suhu badan penderita. Bilas terlihat adanya
gangguan keseimbangan cairan maka segera diberikan cairan
parenteral Nacl 0,9 % sesuai dengan keadaan hidrasi, berikan
sedatif intramuskular. Daerah perut bawah dan pubis dibersihkan
dan dicukur. Premedikasi diberikan 30 menit sebelum rencana
dioperasi dilakukan diberikan petidin, sulfas atropin dan DBP.
2) Tindakan operatif Appendektomi.
3) Tindakan post operatif.
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan didalam. Syok hyperemi dan gangguan pernapasan
angkat sonde lambung bila penderita telah sadar sehingga
aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Kemudian baringkan
penderita pada posisi fowler penderita dapat dikatakan baik bila
dalam 2 jam tidak terjadi gangguan dan selama itu pasien puasa
bila tindakan operasi besar yaitu perforasi atau peritonitis umum
12


maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal,
kemudian berikan minum mulai 15 ml/ jam selama 4-5 jam lalu
naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan
saring dan berikutnya makanan lunak. Satu hari pasca bedah
penderita dianjuran untuk duduk tegak ditempat selama 2 x 30
menit. Hari kedua pasca bedah dapat berdiri dan duduk diluar
kamar hari ketujuh pasca bedah luka operasi dapat di angka dan
penderita boleh pulang.
Merawat luka post appendektomi dengan tehnik aseptik
dan anti septic untuk mencegah terjadinya infeksi.
11. Prognosis
Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya
baik.Kematian dapat terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih
dapat terjadi infeksi pada 30% kasus apendiks perforasi atau apendiks
gangrenosa

B. KONSEPASUHAN KEPERAWATAN
Dengan memberikan asuhan keperawatan perawat menggunakan
pendekatan proses keperawatan dengan melalui beberapa tahap yaitu :
Pengkajian:
a. Pengumpulan data
1. Anamnesa
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal
atau jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama orang
13


tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua,
agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan
utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien
seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah
masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah
mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes
mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya
uapaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya .
e. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,
alkohol dan kebiasaan olah raga (lama frekwensinya),
bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam
mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang
sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur
klien.
14


3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas
karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah
pembedahan.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita
tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam
masyarakat.penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan,
pearaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat
masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi
masalah.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan
bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama
sakit.




15


Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik:
1. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit
tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
2. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan
pada abdomen sebelah kanan bawah .
3. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna
pucat.
4. Torax dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan
biasanya normal (16 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing,
stridor.
5. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada
usus ditandai dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah
bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi supra pubis, periksa
apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih, keruh atau
hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak
ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.

16


6. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang
hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
b. Pemeriksaan Penunjang:
1. Pemeriksaan Laboratorium.
a. Darah. Ditemukan leukosit 10.000 18.0000 mn.
b. Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .
2. Pemeriksaan Radiologi:
BOF, Tampak distensi sekum pada appendisitis akut.
Analisa data.
Dari urarai diatas pengkajian kemudian data tersebut dikelompokkan
menjadi data subyektif dan data obyektif lalu dianalisa sehingga dapat ditarik
kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan
diagnosa keperawatan (lismidar, 1990).
Diagnosa Keperawatan.
Tahap akhir dari pengkajian adalah diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa data yang diperoleh dari
pengkajian data. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
post appendiktomy :
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan (
Ingnatavicius; 1991).
2. Potensial terjadi infeksi dengan invasi kuman pada luka operasi (
Doenges; 1989 ).
17


3. Kecemasan sehubungan dengan kurangnya informasi dari team kesehatan
akan penyembuhan penyakit ( Ingnatavicius; 1991 ).
Perencanaan
Dari diagnosa keperawatan diatas maka dapat disusun rencana
perawatan sesuai dengan prioritas masalah kesehatan, yaitu :
Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan :
Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam.
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan nyeri berkurang, tidak takut melakukan mobilisasi,
klien dapat istirahat dengan cukup.
Skala nyeri sedang
Rencana Tindakan :
a. Beri penjelasan pada klien tentang sebab dan akibat nyeri.
b. Ajarkan teknik relaksasi dan destraksi.
c. Bantu klien menentukan posisi yang nyaman bagi klien.
d. Rawat luka secara teratur daan aseptik.
Rasional :
a. Penjelasan yang benar membuat klien mengerti sehingga dapat diajak
bekerja sama.
b. Dapat mengurangi ketegangan atau mengalihkan perhatian klien agar
dapat mengurangi rasa nyeri.
c. Penderita sendiri yamg merasakan posisi yang lebih menyenangkan
sehingga mengurangi rasa nyeri.
18


d. Perawatan luka yang teratur dan aseptik dapat menghindari sekecil
mungkin invasi kuman pada luka operasi.
e. Analgesik dapat mengurangi rasa nyeri.
Pelaksanaan
Merupakan realisasi dan rencana tindakan keperawatan yang telah
diberikan pada klien.
Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir
dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang
diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitis adalah nyeri
terkontrol.
Dengan Tehnik distraksi yaitu dengan pengalihan dari fokus perhatian
terhadap nyeri ke stimulus yang lain,Teknik relaksasi yaitu dengansuatu
tekhnik merilekskan ketegangan otot yangdapat menunjang nyeriMetoda
pengobatan yang lain nyeri yaitu dapat dengan cara sistemik (oral, rectal,
transdermal, sublingual, subkutan, intramuscular, intravena atau perinfus).
Cara yang sering digunakan dan paling digemari ialah intramuscular
opioid.Metoda regional misalnya dengan epidural opioid atau intraspinal
opioid. Kadang- kadang digunakan metoda infiltrasi pada luka operasi
sebelum pembedahan selesai misalnya pada luka operasi usus buntu
(apendektomi).
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara
terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga
19


evaluasi tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang
dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan yang dilakukan sekaligus
disebut juga mengevaluasi tujuan jangka panjang.


19

BAB III
METODELOGI

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam membuat ASUHAN
KEPERAWATAN GANGGUAN NYERI AKUT PADA NY.Y DENGAN
MASALAH POST OP menggunakan Observasional diskriptif dengan
pendekatan studi kasus.

B. Tempat dan Waktu Penelitian
Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan praktek lapangan di RSUD
Soekandar mojosari pada tanggal 1 Februari

C. Subjek Penelitian
PADA NY.Y DENGAN MASALAH POST OP APENDIKSITIS

D. Jenis Data
Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan data primer dan
data sekunder.data primer meliputi hasil wawancara atau anamnese dan
observasi langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari rekam medik di
rumah sakit RSUD soekandar mojosari dan studi pustaka.

E. Teknik Pengambilan Data
Penulis menggunakan teknik dengan wawancara atau
anamnese,observasi langsung dan studi dokumentasi rekam medik.


20


F. Analisis Data
Dilakukan secara diskriptif menggunakan prinsip-prinsip manajemen
asuhan keperawatan.


21


DAFTAR PUSTAKA


Doenges, Marlynn, E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III, EGC,
Jakarta.

Linda Juan, 2000, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzzane. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah volume 2.
Jakarta: EGC

http://yoedhafahe.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pada-
apendiditis.htmlPostedin: 09.05 Yuda Hari Fajar Sukmo.(akses tanggal
08 April 20013 pukul:18.13 WIB.)

Barbara Engram, Askep Medikal Bedah, Volume 2,EGC,Jakarta

Anonim.http://www.wikipedia_bahasa_Indonesia_ensiklopedia_bebas/apendisitis
.html (diunduh tanggal 25Februari 2013 pkl. 19.43).

http://popilyuliaputri.blogspot.com/2013/03/v-
behaviorurldefaultvmlo.html.Posted by popil yulia at 00:10Saturday, 9
March 2013(akses Tanggal 16 April 2013pukul: 08.50 WIB)

You might also like