You are on page 1of 25

INDERA RASA KULIT

Penyusun:
1. M. Asyharul Huda 021311133042
2. Anindya Tenri P. 021311133064
3. Mentari Zaurasari 021311133068
4. Yessy Andriani F. 021311133070
5. Ria Vivi W. 021311133071
6. Siti Mawardah 021311133075

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
2014


1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan eksteroresepor yaitu reseptor yang sensitif terhadap tubuh
dan terletak pada atau di dekat permukaan tubuh serta berespon terhadap rangan
eksterna atau luar. Selain itu kulit juga merupakan reseptor yang paling luas dan
paling pertama menerima informasi dari lingkungan: misalnya sentuhan, nyeri,
tekanan, panas, dan dingin. Di bawah ini setidaknya terdapat lima reseptor yang
menerima informasi berbeda tersebut:
a. Ruffini : peka terhadap rangsang suhu panas.
b. Krause : peka terhadap rangasang suhu dingin.
c. Paccini : peka terhadap rangsang tekanan..
d. Meissner : peka terhadap rangsang sentuhan.
e. Ujung saraf bebas : peka terhadap rasa sakit atau nyeri.
Kerja kelima sel saraf tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga tipe
reseptor, yaitu mekanoreseptor (meisner dan paccini), termoreseptor (ruffini dan
krause), dan reseptor rasa sakit atau nyeri (ujung saraf bebas).
Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi menjadi dua
golongan menurut phylogenesisnya, jalur-jalur saraf spinalnya, dan daerah
integrasi pada korteks serebri.
Golongan pertama, yaitu paleo-sensibilities. Golongan ini meliputi raa-
rasa primitif atau rasa-rasa vital, yaitu rasa raba, tekan, nyeri, dingin dan panas.
Saraf-saraf afferen dari rasa-rasa ini bersinap dengan interneuron-interneuron,
kemudian akan bersinap lagi dengan motor-motor neuron dari medula spinalis,
thalamus, dan korteks serebri melalui traktus spinothalamikus. Terdapat dua jalur
yang tergabung dalam sistem ini, yaitu traktus spinotalamikus lateral dan traktus
spinotalamikus anterior. Traktus spinotalamikus lateral berfungsi membawa
sensasi nyeri dan suhu, sedangkan traktus spinotalamikus anterior berfungsi
membawa sensasi raba dan tekanan ringan.
Golongan kedua adalah gnostic atau neo-sensibilities. Golongan ini
meliputi rasa-rasa yang diferensiasikan. Saraf-saraf afferen dari rasa-rasa ini
menghantarkan impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui traktus
dorsospinalis ke daerah sensoris di dalam korteks serebri setelah diintegrasikan
seperlunya.
1.2 Masalah
Sebagai seorang dokter gigi, mekanisme sensoris merupakan salah satu hal
yang harus diketahui. Hal ini berhubungan dengan kepekaan seorang pasien
terhadap rasa panas, dingin, tekan, raba, dan nyeri yang seringkali mucul ketika
seorang dokter gigi melakukan perlakuan medis. Oleh sebab itu, hal ini perlu
diketahui oleh seorang dokter gigi.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kepekaan seseorang terhadap rasa-rasa primitif
maupun diferensial.
2. Mengetahui kepadatan titik-titik reseptor di berbagai tempat di
kulit.
3. Mengetahui kemampuan seseorang untuk membedakan kekuatan
rangsan rasa-rasa pada umumnya
4. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rasa nyeri
pada seseorang.

2. METODE KERJA
2.1 Alat
1. Penggaris
2. Stempel
3. Kerucut kuningan
4. Aesthesiometer
5. Jarum
6. Pensil
7. Jangka
8. Kotak timbangan
9. Beban 5 g dan 10 g
10. Kertas penggosok
11. Benda dengan bentuk berbeda (lingkaran, persegi, persegi, kubus
dengan lingkaran lebar ditengahnya, kubus dengan lingkaran kecil
ditengahnya)
12. Alat Hardy-Wolff
13. Spidol
14. Stopwatch

2.2 Bahan
1. Air es 4C
2. Air panas 40C
3. Air dengan suhu kamar (air PDAM) 25C
4. Alkohol
5. Balsem
6. Anestetica topical

2.3 Tata Kerja
2.3.1 Mekanisme Sensoris
2.3.1.1PALEO-SENSIBILITIES
2.3.1.1.1Rasa-rasa panas dan dingin (A)
1. Sediakan 3 buah bak yang masing-masing berisi:
1. Air es 4C
2. Air panas 40C
3. Air dengan suhu kamar (air PDAM) 25C
2. Masukkan telumjuk kanan ke dalam air es dan telunjuk kiri
ke dalam air 40C
3. Kemudian segera masukkan kedua telunjuk saudara ke dalam
bak ketiga yang berisi air dengan suhu kamar.
4. Catat dan terangkan perasaan yang saudara alami.
2.3.1.1.2 Rasa panas dan dingin (B)
1. Tempelkan punggung tangan saudara kurang lebih 10 cm di
depan mulut dan tiuplah kulit tangan tersebut perlahan-lahan.
Catatlah apa yang anda alami.
2. Basahilah pinggung tangan tersebut dengan air terlebih dahulu,
kemudian tiuplah seperti percobaan diatas. Catat apa yang
dialami.
3. Olesi punggung dengan alkohol terlebih dahulu, kemudian
tiuplah lagi.

2.3.1.1.3 Reaksi-reaksi di kulit
1. Menandai telapak tangan menggunakan stempel, kemudian
meletakkannya di atas meja. Menutup mata orang coba.
2. Menyelidiki titik-titik panas yang ada di telapak tangan dengan
menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam air panas
dengan suhu 50
o
C (sebelum diletakkan di telapak tangan,
kerucut tersebut dikeringkan dengan handuk).
3. Menandai titik-titik tersebut.
4. Menyelidiki titik-titik dingin yang ada di telapak tangan
dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam
air es 4
o
C (sebelum diletakkan di telapak tangan, kerucut
dikeringkan dengan handuk). Menandai titik-titik tersebut.
5. Menyelidiki kepadatan resptor nyeri pada daerah telapak
tangan dengan menggunakan ujung pensil.
6. Mengulangi percobaan nomor 2 dan 4 pada daerah lengan
bawah, kuduk, dan pipi.

2.3.1.2 NEO SENSIBILITIES
2.3.1.2.1 Lokalisasi rasa tekan
1. Tutuplah mata orang percobaan, kemudian tekanlah ujung
pensil dengan kuat pada ujung jarinya.
2. Suruhlah orang percobaan menunjukkan dengan pensil tempat
yang telah dirangsang itu. Tentukan jarak antara titik
rangsangan dengan titik yang ditunjuk oleh orang coba dalam
millimeter.
3. Ulangi percobaan tersebut tiga kali dan tentukan jarak rata-
ratanya.
4. Lakukan percobaan tersebut untuk daerah-daerah telapak
tangan, lengan bawah lengan atas, pipi dan kuduk.

2.3.1.2.2 Diskriminasi rasa tekan (Two Points Discrimination)
1. Tutuplah mata orang percobaan, kemudian letakkanlah kedua
ujung sebuah jangka secara serentak (simultant) pada ujung
jarinya.
2. Ambillah mula-mula jarak ujung jangka yang kecil sehingga
orang percobaan belum dapat membedakan dua titik;
kemudian perbesarlah jarak kedua ujung jangka setiap kali
dengan 2 mm, sehingga tepat dapat dibedakan dua titi oleh
orang percobaan.
3. Ulangi percobaan ini dengan jarak ujung jangka yang besar
dahulu, kemudian dikecilkan setiap kali dengan 2 mm sampai
ambang diskriminasi. Ambillah jarak rata-rata dari tindakan no.
2 dan 3.
4. Lakukan percobaan no. 1 s/d 3, tetapi sekarang dengan
menekankan kedua ujung jangka scara berturut-turut
(successif).
5. Tentukan dengan cara-cara tersebut di atas ambang
diskriminasi dua titik untuk daerah-daerah kuduk, bibir dan
pipi. Catatlah yang saudara alami.

2.3.1.2.3 Diskriminasi kekuatan rangsangan (Hukum Weber-
Fechner)
1. Tutuplah mata orang percobaan dan letakkan tangannya di
atas meja dengan telapak tangannya menghadap ke atas
2. Letakkan kotak timbangan dengan bebean 5 g di dalamnya
pada ujung-ujung jarinya.
3. Tambahkan setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu
beban sampai orang percobaan tepat membedakan tambahan
berat. Catatlah berat permulaan (+ kotak timbangan) dan
berat terakhir itu
4. Lakukan no. 2 dan 3 dengan beban mula-mula di dalam kotak
berturut-turut 10 g, 50g, dan 100 g.

2.3.1.2.4 Kemampuan diskriminasi
1. Suruhlah orang percobaan meraba kertas penggosok yang
berbeda derajat kekasarannya dengan ujung jarinya dalam
keadaan mata tertutup.
2. Ulangi percobaan tersebut pada lengan bawah.

2.3.1.2.5 Kemaanmpuan diskriminasi bentuk
1. Dengan mata tertutup suruhlah orang percobaan memegang
benda-benda kecil yang tersedia dalam berbagai bentuk dan
suruhlah menyebutkan bentuk benda-benda tersebut
(lingkaran, empat persegi panjang, segititga, bulat, lonjong
dll.)
2. Ulangi percobaan tersebut dengan lengan bawahnya.

2.3.2 Rasa Nyeri Kulit dan Otot
2.3.2.1 Perlakuan pertama
1. Buatlah lingkaran suatu daerah kecil di kulit lengan bawah
kemudian letakkan sinar dari diafragma alat Harydy-Wolff
10cm dari daerah kulit tersebut.
2. Lakukan penyinaran dengan kekuatan radiasi yang rendah
selama 10 detik. Untukitu haruslah diatur rheostat.
3. Catatlah angka yang ditunjuk rheostat dan lama penyinaran
dalam detik. Ini merupakan nilai ambang rasa nyeri orang
percobaan.
4. Lakukan tindakan no. 3 dengan setiap kali menggeser tombol
rheostat, sampai orang percobaan merasa nyeri seperti ditusuk-
tusuk.
5. Hitamkan daerah lingkaran yang dibuat tadi, lakukan hal yang
sama pada lengan bawah. Ulangi tindakan no. 1 s.d. 4.

2.3.2.2 Pengalihan perhatian
1. Ulangi tindakan no. 1 s.d. 4 pada perlakuan pertama, tetapi
sekarang dengan mengalihkan perhatian orang percobaan. Hal
ini dapat dilaksanakan dengan menyuruh orang coba membaca
buku, mengajak bicara, atau cara-cara pengalihan perhatian
lain yang serupa.

2.3.2.3 Hiperaemia
1. Gosoklah kulit yang telah dihitamkan itu dengan balsem yang
telah tersedia, kemudian ulangi no. 1 s.d. 4 perlakuan pertama
tersebut.
2. Catatlah hasil-hasil yang didapat.

1. Anestetika topikal
1. Oleskan kulit yang telah dihitamkan itu dengan anestetika
topical (Benzokain) yang telah tersedia, kemudian ulangi
tindakan no. 1 s.d. 4 perlakuan pertama tersebut.

3. HASIL PERCOBAAN
3.1 Mekanisme Sensoris
3.1.1 PALEO-SENSIBILITIES
3.1.1.1 Rasa dingin dan panas (A)

Tabel 3.1 Tabel hasil percobaan 3.1.1.1
Air es 4 C Air panas 4 C Air Suhu kamar
25 C
Telunjuk kanan Dingin Dingin
Telunjuk kiri - Panas Bagian luar
dingin, dalam
panas
Telunjuk kanan
kiri
Dingin Panas Terasa dingin
Rasa sensasi lain Nyeri - -

3.1.1.2 Rasa dingin dan panas (B)
Tabel 3.2 Hasil Percobaan 3.1.1.2
Area Perlakuan Punggung tangan
Ditiup antara 10 cm di depan mulut Panas
Ditiup setelah dibasahi air Dingin
Diberi setelah diberi alkohol Panas

3.1.1.3 Reaksi-reaksi di kulit
Tabel 3.3 Hasil percobaan 3.1.1.3
Telapak Tangan Lengan Bawah Pipi Kuduk
Panas
x x

x

x x
x x
x



x


x x x
x

Dingin
x x

x

x
x x
x

x
x x
x


X


Nyeri








x x









Gambar 3.1 Hasil percobaan reaksi-reaksi di kulit

3.1.2 NEO-SENSIBILITIES
3.1.2.1 Lokalisasi rasa tekan
Tabel 3.4 Hasil percobaan 3.1.2.1
Nomor
Ujung
Jari
(mm)
Telapak
Tangan
(mm)
Lengan
Bawah
(mm)
Lengan
Atas
(mm)
Pipi
(mm)
Kuduk
(mm)
I 5 7 9 20 12 21
II 0 5 16 20 8 20
III 3 9 28 22 9 19
Rata-rata 2,67 7 17,6 20,6 9,6 20






3.1.2.2 Diskriminasi rasa tekan (Two Points Discrimination)
Tabel 3.5 Hasil Praktikum Diskriminasi Rasa Tekan dari Dekat ke Jauh
Jarak
Ujung Jari Kuduk Bibir Pipi
Simultant Successif Simultant Successif Simultant Successif Simultant Successif
1
mm
1 2 1 1 1 2 1 1
2
mm
2 2 2 2 2 1 2 2
4
mm
2 2 1 1 1 2 2 2
6
mm
2 2 1 1 1 2 2 2
8
mm
2 2 1 1 1 2 2 2

Tabel 3.6 Hasil Praktikum Diskriminasi Rasa Tekan dari Jauh ke Dekat

Jarak
Ujung Jari Kuduk Bibir Pipi
Simultant Successif Simultant Successif Simultant Successif Simultant Successif
8
mm
2 2 1 1 2 2 2 2
6
mm
2 2 1 1 2 2 1 2
4
mm
2 2 1 1 2 2 1 2
2
mm
1 2 1 1 2 1 1 2
1
mm
1 2 1 1 2 1 1 2
3.1.2.3 Diskriminasi kekuatan rangsangan (Hukum Weber-
Fechner)
Tabel 3.7 Hasil percobaan Diskriminasi kekuatan rangsangan
Nomor Beban
1 5 gram + 10 gram + 10 gram + 10 gram + 20 gram
2 10 gram + 20 gram +20 gram + 10 gram
3 50 gram + 20 gram
4 60 gram + 20 gram

3.1.2.4 Kemampuan diskriminasi
Tabel 3.8 Hasil percobaan 3.1.2.4
Ujung Jari Lengan Bawah
Kertas Gosok Kasar Lebih Kasar Kasar
Kertas Gosok Halus Halus Halus

3.1.2.5 Kemampuan diskriminasi bentuk
Tabel 3.9 Hasil percobaan 3.1.2.5
Bentuk objek Telapak tangan Lengan bawah









3.2 Rasa Nyeri Kulit dan Otot
Tabel 3.10 Hasil percobaan rasa nyeri kulit dan otot
No. Perlakuan
Tegangan
Listrik
Lengan Kiri
Waktu
Lengan
Kanan
1 Lingkaran (normal) 100 mv 48 s
2 Lingkaran yang dihitamkan 100 mv 42 s
3
Lingkaran yang dihitamkan mengalihkan
perhatian
100 mv 54 s
4
Lingkaran yangdihitamkan kondisi
hiperemia (+Balsem)
80 mv 35 s
5
Lingkaran yang dihitamkan kondisi
teranestesi (+ anestetika topikal)
140 mv 67 s

Grafik 3.1 Grafik percobaan rasa nyeri kulit dan otot

0
20
40
60
80
100
120
140
160
waktu
Tegangan listrik
4. PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil
4.1.1 Mekanisme Sensoris
4.1.1.1 Paleo-Sensoris
4.1.1.1.1 Rasa-rasa panas dan dingin (A)
Saat telunjuk di celupkan ke dalam air dingin, maka terasa dingin. Karena
pada saat tersebut melepaskan kalor, tetapi pada saat di masukkan ke dalam air
dengan suhu kamar masih terasa dingin karena kemungkinan, saat itu tidak ada
kalor yang diserap, maka keadaan masih saja tetap terasa dingin. Tetapi tidak
sedingin saat dicelupkan ke dalam air es.
Saat telunjuk di celupkan ke dalam air panas, maka akan terasa panas, karena
terjadi penyerapan kalor pada lingkungannya. Setelah dicelupkan suhu yang ada
pada air dan udara berbeda, pada saat itu akan mengikuti lingkungannya. Maka
akan terjadi penyerapan kalor. Saat di masukkan ke dalam air dengan suhu kamar
bagian luar terasa dingin karena terjadi pelepasan kalor, namun bagian dalam
masih terasa panas, karena mungkin masih ada kalor yang di tersisa.

4.1.1.1.2 Rasa-rasa panas dan dingin (B)
Saat punggung tangan ditiup akan terasa panas, hal ini disebabkan karena
meniupkan udara dari dalam mulut dan tertekan antara mulut dengan punggung
tangan. Udara dari dalam mulut sendiri bersifat hangat, maka akan menyebabkan
rasa panas.
Saat punggung tangan ditup setelah dibasahi air, maka akan terasa dingin,
udara yang ditiup dapat mengurangi penguapan air. Untuk menguapkan air
diperlukan kalor dari kulit punggung tangan, sehingga panas dari punggung
tangan akan menghilang shingga suhu punggung tangan akan menurun.
Saat punggung tangan ditiup setelah dibasahi alkohol, pada mulanya akan
terasa dingin karena alkohol menguap sangat cepat , dengan cepat pula punggung
tangan akan kehilangan panasnya, namun setelah itu, karena alkohol menguap
begitu cepat akan terjadi perubahan suhu pula, sehingga menyebabkan punggung
tangan terasa panas.

4.1.1.1.3 Reaksi-reaksi di kulit
Setelah melakukan percobaan ini dapat diketahui bahwa kulit memiliki
jumlah dan penyebaran reseptor penerima rangsang pada kulit tidak merata.
Berdasarkan percobaan ini, dapat dibuktikan bahwa kepadatan titik reseptor rasa
diberbagai tempat dikulit tidak sama.
Pada percobaan menggunakan air panas, dapat dibandingkan bahwa dari
kotak-kotak berjumlah sembilan yang telah diberikan pada daerah telapak tangan,
lengan bawah, pipi, dan kuduk, diketahui bahwa telapak tangan dan pipi lebih
peka dibandingkan lengan bawah dan kuduk. Hal ini disebabkan karena kepadatan
titik-titik reseptor pada telapak tangan dan pipi terhadap panas lebih padat
dibandingkan lengan bawah dan kuduk sehingga telapak tangan dan pipi lebih
peka.
Kepekaan yang berbeda ini juga dirasakan saat tubuh diberi air dingin. Pada
pemberian air dingin terhadap daerah telapak tangan, lengan bawah, pipi, dan
kuduk, menunjukkan bahwa telapak tangan dan kuduk lebih peka dibandingkan
dengan lengan bawah dan kuduk. Hal ini dapat dijelaskan karena kepadatan titik
reseptor pada telapak tangan dan kuduk terhadap dingin lebih padat pada daerah
tersebut.
Pada percobaan nyeri, kepadatan titik-titik reseptor nyeri pada daerah telapak
tangan, lengan bawah, pipi, dan kuduk, memiliki tingkat kepadatan yang hampir
sama. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.3 bahwa kepadatan yang dimiliki hampir
sama.

4.1.1.2 Neo-Sensoris
4.1.1.2.1 Lokalisasi rasa tekan
Pada praktikum ini, kedua mata orang coba ditutup kemudian ujung pensil
ditekan dengan kuat pada ujung jari. Lalu, orang coba diminta untuk
menunjukkan titik rangsangan tersebut dengan menggunakan ujung pensil.
Percobaan dilakukan di beberapa tempat seperti ujung jari, telapak tangan, lengan
bawah, lengan atas, pipi dan kuduk. Rata-Rata jarak yang didapat antara lain, 2,6 ;
7 ; 17,6 ; 20,6 ; 9,6 ; 20.
Perbendaan antara lokasi penekanan dan lokasi yang ditunjuk orang coba
dipengaruhi oleh lapangan reseptif yang berada di bawah bagian tengah ujung
pensil tempat rangsangan paling kuat segera terangsang, namun lapangan reseptif
yang berada disekitarnya juga terangsang, walaupun dengan tingkat yang lebih
rendah karena lapangan-lapangan tersebut tidak perlu terdistorsi. Saat informasi
dari serat-serat aferen yang terangsang secara marginal di bagian tepi daerah
rangsangan ini sampai ke korteks, lokalisasi ujung pensil akan menjadi kabur. Hal
ini yang menyebabkan pada percobaan ini terdapat jarak antara tempat
ditekankannya pensil dan tempat yang ditunjuk oleh orang coba.
Berdasarkan rata-rata pada hasil percobaan yang telah kita lakukan bagian
yang paling peka terhadap rasa tekan adalah pada ujung jari. Hal ini ditunjukan
dengan hasil rata-rata pada daerah ujung jari yang paling kecil yaitu sebesar 2,6
mm. Hal ini dikarenakan reseptor badan meissner terdapat di daerah tubuh tidak
berambut serta ujung jari. Lokalisasi rasa tekan secara otomatis dipengaruhi oleh
reseptor tersebut.

4.1.1.2.2 Diskriminasi rasa tekan
Apabila dua titik yang ditekankan oleh sebuah jangka yang ditempelkan ke
permukaan kulit memiliki lapangan perspektif yang berbeda maka akan dirasakan
2 titik yang terpisah. Sebaliknya, jika dua titik pada jangka yang ditekankan
memiliki lapangan perspektif yang sama maka akan dianggap sebagai satu titik.
Percobaan ini memiliki nilai ambang dua titik, dimana meskipun menggunakan
cara simultan atau serentak jika melewati nilai ambang dua titik maka orang coba
akan merasakan bahwa ada dua titik yang ada. Saat menggunakan cara successif
orang akan lebih merasakan bahwa dua titik, karena jangka ditekankan ke
permukaan kulit secara bergantian tidak bersama. Sebaliknya, jika menggunakan
cara simultan orang akan merasakan satu titik, namun jika jaraknya sudah
melewati ambang dua titil maka tetap akan dirasakan dua titik. Hal ini terlihat
seperti percobaan yang dilakukan pada ujung jari dan pipi pada percobaan
diskriminasi dari dekat ke jauh bahwa nilai ambang 2 titiknya sebesar 2 mm. Pada
percobaan jaun ke dekat dapat dilihat bahwa daerah ujung jari, kuduk, bibir dan
pipi merasakan satu titik setelah melewati 4 mm. Jika dibandingkan dengan
successif, orang coba lebih banyak merasakan dua titik.

4.1.1.2.3 Kemampuan diskriminasi
Semakin kecil lapangan reseptifnya maka semakin tinggi ketajamannya atau
kemampuan mendiskriminasikannya. Hal ini dapat dilihat dari percobaan ini
bahwa pada ujung jari lebih peka dibandingkan dengan lengan bawah karena
memiliki lebih banyak persarafan.

4.1.1.2.4 Kemampuan kekuatan rangsangan (Hukum Weber-
Frechner)
Pada percobaan yang dilakukan sesuai dengan hukum Weber-Frechner. Saat
orang coba melakukan percobaan ini ia harus mengenali kenaikan berat benda
pada kotak penimbang. Saat awal orang coba belum dapat mengenali kenaikan
beban yang ada pada kotak penimbang. Namun setelah ditambahkan beberapa
beban lagi, orang coba mengerti penambahan beban yang diberikan. Pada
percobaan selanjutnya orang coba dapat mengerti penambahan yang diberikan
pada kotak penimbangnya.

4.1.1.2.5 Kemampuan diskriminasi bentuk
Telapak tangan memiliki lapangan reseptif yang lebih kecil dibandingkan
pada lengan bawah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil percobaan ini bahwa
orang coba menebak bentuk lebih banyak saat benda diletakkan di telapak tangan
dibandingkan dengan pada lengan bawah.

4.1.2 Rasa Nyeri Kulit dan Otot
Rasa nyeri yang timbul dengan perlakuan yang berbeda juga akan
memberikan hasil yang berbeda pula. Pada perlakuan pertama tangan orang coba
akan diberi gambar lingkaran. Orang coba akan mendekatkan tangannya ke depan
alat Hardy-Wolff sejauh 10 cm. Pada perlakuan pertama orang coba akan
merasakan nyeri secara normal.
Pada percobaan kedua lingkaran yang ada di tangan orang coba
dihitamkan. Waktu yang dimiliki percobaan kedua ini lebih cepat dibandingkan
perlakuan pertama. Hal ini disebabkan karena lingkaran yang dihitamkan pada
tangan orang coba akan menyerap panas yang ditimbulkan oleh alat Hardy-Wolff
tersebut sehingga orang coba akan merasakan nyeri lebih cepat karena nilai
ambang yang dimilikinya menurun.
Pada percobaan ketiga, orang coba dialihkan perhatiannya. Pengalihan
perhatian ini berhubungan dengan emosi orang coba. Saat percobaan tersebut
orang coba dialihkan perhatiannya dengan diajak bercanda. Pengalihan yang
seperti ini akan menyebabkan orang coba merasa senang. Perasaan senang ini
akan menyebabkan nilai ambang rasa nyeri meningkat. Oleh sebab itu, waktu
yang dibutuhkan orang coba untuk merasakan nyeri lebih lama dibandingkan
percobaan pertama dan kedua.
Pada percobaan keempat, lingkaran yang telah dihitamkan tersebut akan
diberikan balsem sehingga orang coba akan mengalami hiperaemia. Balsem akan
menyebabkan orang coba mengalami depolarisasi. Hal ini akan menurunkan nilai
ambang rasa nyeri orang coba. Sehingga saat ditambahkan sedikit saja rangsangan
dari alat Hardy-Wolff maka akan mencapai nilai ambang nyeri. Oleh karena itu
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai nilai ambang nyeri lebih cepat
dibandingkan dengan percobaan yang lainnya.
Pada percobaan terakhir, waktu yang dibutuhkan oleh orang coba untuk
merasakan nyeri lebih lama. Hal ini pada kondisi teranestesi, sistem analgesia
akan memblok sinyal nyeri pada tempat masuknya ke medulla spinalis sehingga
menyebabkan nilai ambang yang dimiliki orang coba meningkat.

4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan
4.2.1 Mekanisme Sensoris
4.2.1.1 Rasa panas dan dingin
Pada percobaan dengan alkohol atau ether pada kulit mula-mula
ditimbulkan perasaan dingin dahulu kemudian disusul dengan
perasaan panas, bagaimana bagaimana bisa terjadi?
Setelah punggung tangan dibasahi dengan alkohol lalu dalam jarak 10 cm ditiup
maka akan terasa dingin kemudian panas. Hal ini disebabkan karena alkohol akan
menyerap energi panas tubuh dan energi panas itu digunakan untuk mengubah
face cair alkohol menjadi uap dan menguapkan alkohol ke udara luar. Alkohol
yang dioleskan pada tubuh akan dengan cepat menguap. Saat proses penguapan,
tubuh akan melepaskan energi panas yang dimiliki untuk penguapan tersebut,
namun penguapan alkohol yang sangat cepat mengakibatkan perubahan suhu
sehingga menyebabkan tangan terasa panas.

Apakah rasa panas atau dingin itu dirasakan terus menerus?
Rsa panas dan dingin yang dirasakan oleh tubuh saat mencelupkan tangannya ke
dalam air panas ataupun air dingin tidak akan dirasakan secara terus menerus. Hal
ini disebabkan karena indera suhu berespons terhadap perubahan suhu. Bila
dengan tiba-tiba reseptor dingin mengalami penurunan suhu, maka mula-mula
reseptor akan terangsang dengan kuat sekali, namun selama beberapa detik
pertama rangsangan ini dengan cepat akan memudar dan selama 30 menit atau
lebih berikutnya secara progresif akan melambat. Ini berarti, bila suhu kulit secara
aktif menurun, maka orang itu akan merasa lebih dingin daripada bila suhu itu
tetap tingginya. Sebaliknya bila suhu secara aktif naik maka orang itu akan
merasa lebih hangat daripada bila suhu tetap konstan. Dengan kata lain reseptor
akan mengalami adaptasi.

4.2.1.2 Reaksi-reaksi di kulit
Dibagian manakah dari masing-masing rasa itu yang terdapat?
Telapak tangan adalah salah satu daerah kulit yang paling sering
mendapatkan rangsangan sehingga daerah ini menjadi sangat sensitif.
Ujung saraf bebas adalah yang paling banyak ditemui persebarannya.
Karena serat saraf sensoris banyak yang berakhir sebagai ujung saraf bebas. Hal
ini mengakibatkan hampir di seluruh daerah kulit peka terhadap rasa nyeri atau
sakit. Berbeda dengan paccini, mereka banyak ditemukan di daerah lapis retikuler
dermis, terutama di bawah ujung-ujung jari. Sehingga daerah ini peka terhadap
tekanan. Namun badan paccini hanya berespon terhadap perubahan cepat dalam
tekanan, dan tidak dalam tekanan yang berkepanjangan. Badan meissner terdapat
pada papila dermis tertentu pada daerah kulit yang terutama sensitif ---telapak
tangan, telapak kaki, ujung jari tangan dan kaki, bibir, dan genitalia externa.
Telah dijelaskan pula bahwa kulit sebagai alat indra yang peka rangsang
memiliki jumlah dan penyebaran reseptor penerima rangsang pada kulit tidak
merata. Pada hasil percobaan di atas juga terbukti bahwa masing-masing daerah di
kulit memiliki kepekaan yang berbeda. Misal, daerah yang peka terhadap rasa
panas (ruffini) adalah telapak tangan dan pipi. Daerah yang peka terhadap rasa
dingin (krause) adalah telapak tangan dan kuduk. Daerah yang peka terhadap rasa
nyeri adalah hampir semua memiliki kepadatan yang hampir sama. Karena
reseptor rasa nyeri hampir tersebar merata di seluruh daerah kulit.
4.2.1.3 Diskriminasi rasa tekan
Adakah perbedaan diskriminasi bila ujung-ujung jangka ditekan
secara simultant dan successif ?
Ada perbedaan ditekan secara simultant (serentak) dan secara succesif
(berturut-turut). Apabila dilakukan secara simultant, perasaan akan 2 titik lebih
kecil atau sedikit disbanding dengan yang dilakukan secara successif, meskipun
jarak yang dibuat lebih cukup kecil, masih bisa terasa sebagai 2 titik.
Apabila dua titik dari sebuah jangka yang ditempelkan ke permukaan kulit
yang memiliki dua lapangan reseptif yang berbeda maka akan dirasakan sebagai
dua titik yang terpisah sedangkan apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif
yang sama keduanya akan dirasakan satu titik.
4.2.1.4 Diskriminasi kekuatan rangan (Hukum Weber-Frechner)
Bagaimana bunyi hukum Weber-Fechner?
Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsang rasa-rasa, pada
umumnya tidak tergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan
tersebut, tetapi pada perbedaan relatifnya.
Dapatkah hukum ini diperlihatkan dengan percobaan
tersebut di atas?
Hukum ini dapat diperlihatkkan dengan percobaan tersebut.
Menurut hukum Weber-Fechner sensor perasa memiliki pengaruh
langsung pada perilaku. Pada reaksi sensor perasa akan ditemukan dua macam
perilaku. Bergantung pada kondisi organ dansifat perangsangnya, maka
dampaknya mungkin menjadi semakin bertambah atau makin berkurang
dalam kepekaannya. Pada hasil percobaan didapatkan bahwa sebuah rangsang /
stimulus yang didapatkan akan lebih rendah daripada rangsang / stimulus yang
diberikan sehingga beban akan terasa lebih ringan dari beban asalnya.
4.2.1.5 Kemampuan diskriminasi
Bagaimana daya pembedaannya?
Terdapat perbedaan pada tingkat kekasarannya. Setiap neuron sensorik
berespon terhadap informasi sensorik hanya dalam daerah terbatas dipermukaan
kulit sekitarnya, daerah ini dinamakan lapangan reseptif (receptive field). Semakin
bekecil lapangan reseptif di suatu daerah, semakin besar ketajaman (acuity) atau
kemampuan diskriminatifnya. Jika membandingkan diskriminatif taktif pada
ujung jari dengan lengan bawah, informasi akan didapatkan lebih akurat dengan
jari yang memiliki banyak persarafan karena lapangan-lapangan reseptif yang
dibagian tersebut kecil, setiap neuron memberi sinyal mengenai sebagian kecil
permukaan benda. Sebaliknya, kulit di atas lengan bawah dipersarafioleh lebih
sedikit ujung saraf dengan lapangan reseptif yang lebih luas. Perbedaan-perbedaan
halus di dalam satu lapangan resptifbesar tidak dapat diketahui. Pada
korrepresentatif korteks atas berbagai bagian tubuh yang tampak terdistorsi pada
homunkulus sensorik, berkaitan erat dengan kepadatan persarafan, lebih banyak
permukaan korteks yang dijatahkan untukmenerima masukan sensorik dari saerah
dengan lapangan reseptif kecil dan, dengan demikian, kemampuan diskriminatif
taktildaerah tersebut juga lebih besar.




Gambarlah jalur jalur rasa-rasa sensoris : raba, tekan, nyeri, panas
dan dingin

Input Signaling transduction
STIMULUS RECEPTOR SENSORIC
afferent


SENSORIC AREA ASOSIATION
Cortex cerebri NERVE

PERCEPTION MOTORIC AREA MOTORIC
Cortex cerebri NERVE
efferent

RESPONS output EFECTOR

4.2.2 Rasa Nyeri Kulit dan Otot
Terangkan hasil-hasil yang saudara dapatkan dari ketiga percobaan
rasa nyeri kulit dan otot
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang dimaksudkan untuk
menimbulkan kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Tidak
seperti modalitas somatosensorik lain, nyeri disertai oleh respons perilaku
termotivasi untuk menyebabkan seorang individu bereaksi dengan cara
memindahkan stimulus nyeri dan reaksi emosi. Juga tidak seperti sensasi yang
lain, persepsi subjektif terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh pengalaman di masa
lalu atau sekarang.
Seseorang akan merasa nyeri jika rangan yang ia terima melebihi batas
ambang rasa nyeri. Nilai ambang rasa nyeri adalah besarnya rangsangan terkecil
yang dapat menimbulkan rasa nyeri.
Pada percobaan pertama dimana orang coba hanya menggambarkan
lingkaran di tangannya, ia akan memiliki nilai ambang rasa nyeri yang normal.
Kemudian pada percobaan selanjutnya ketika lingkaran tersebut dihitamkan orang
coba akan mengalami penurunan nilai ambang rasa nyerinya menurun. Hal ini
disebabkan karena orang coba menyerap kalor dari alat tersebut sehingga waktu
yang dibutuhkan orang coba untuk merasakan nyeri lebih cepat dibandingkan
yang pertama.
Nilai ambang rasa nyeri juga berhubungan dengan emosi seseorang. Jika
saat dialihkan perhatiannya ia mendapatkan sesuatu yang menyenangkan
(rewards) maka nilai ambang rasa nyeri akan meningkat. Sebaliknya jika
seseorang dialihkan perhatiannya dan mendapatkan hukuman (punishment) maka
nilai ambang rasa nyeri akan menurun. Pada percobaan ini orang coba dialihkan
perhatian dengan mengajak bicara orang coba yang menimbulkan rasa senang.
Oleh karena itu orang coba akan merasakan rewards. Hal ini akan menyebabkan
sistem limbik merangsang pengeluaran endorfin yang akan menjadi
neurotransmitter analgesik. Zat tersebut kemudian akan dikeluarkan dari jalur
analgesik desendens dan berikatan dengan reseptor opiat di ujung prasinaps aferen.
Pengikatan ini menekan pengeluaran substansi P, salah satu neurotransmitter yang
dikeluarkan dari ujung-ujung aferen nyeri, sehingga terjadi penghambatan
terhadap penyaluran rasa nyeri.
Balsem yang diberikan pada lingkaran hitam yang berada pada orang coba
akan menyebabkan terjadinya penyerapan panas. Penyerapan panas tersebut akan
akan menyebabkan terjadinya depolarisasi. Hal ini menyebabkan nilai ambang
rasa nyeri yang dimiliki oleh orang coba menurun sehingga saat diberikan
rangsangan sedikit saja dengan menggunakan alat Hardy-Wolff maka akan
mencapai nilai ambang rasa nyeri. Oleh sebab itu, waktu yang dibutuhkan oleh
orang coba untuk merasa nyeri lebih cepat.
Pada saat kondisi teranestesi, nilai ambang rasa nyeri yang dimiliki oleh
seseorang akan meningkat. Hal ini disebabkan karena sistem analgesia dapat
memblok sinyal nyeri pada tempat masuknya ke medula spinalis. Sistem ini juga
dapat memblok sebagian besar refleks-refleks medula spinalis yang timbul akibat
nyeri. Sistem analgesia ini juga dapat menghambat penjalaran rasa nyeri pada
beberapa titik dalam jaras nyeri , khususnya nuklei retikula dalam batang otak dan
nuklei intralaminar.



























DAFTAR PUSTAKA

1. CAHYA, SURYANA (2012) TRAINER DISPENSER HOT AND COOL
UNIT PROYEK AKHIR. Other thesis, UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2. Barrett, K. E , Barman, S. M, Boitano, S, & Brooks,H. L. Ganongs
Review of Medical Physiology. 23rd edn, USA: The McGraw-Hill
Companies; 2010: 177.
3. Guyton & Hall.Textbook of Medical Physiology, 11st. Jakarta : EGC;
2007: 585, 594.
4. Sherwood, L. Human Physiologi: From Cells to Systems, 7th edn, USA:
Yolanda Cossio; 2010: 191-192.
5. Sloane, Ethel. Anatomi dan fisisologi. Jakarta:EGC; 2003.
6. Fawcett, Don W. Buku ajar histologi. Jakarta:EGC; 2002

You might also like