You are on page 1of 38

1

LAPORAN PRATIKUM
KIMIA BAHAN ALAM II

ISOLASI SENYAWA METABOLIT
BATANG PULAI ( ALSTONIA SCHOLARIS )

Oleh :
KELOMPOK 3B (GENAP)
SANDRY EKA SAPUTRI
NOVITA DEWI
RIZKA PRATIWI
SHOFIATUL
TITIS SULASTI NINGSIH
SARI KURNIA SISKA
YENLY FEBRISYAH
RATIH KUSUMA

Pembimbing:
Dosen : Dr. Emrizal,Msi.,Apt
Asisten :


LABORATURIUM KIMIA BAHAN ALAM
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
PEKANBARU JANUARI 2014
2

BAB I
PENDAHULUAN

Pulai (Alstonia sp) banyak manfaatnya untuk pengobatan. Terutama dari kulit dan
daunnya. Hal ini disebabkan karena banyak kandungan kimia dari kulit dan daun Pulai yang
antara lain Kulit kayunya mengandung alkaloida ditanin, ekitamin (ditamin), ekitanin,
ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin dan triperpen. Daun mengandung
pikrinin. Bunga Pulai mengandung asam ursolat dan lupeol.
Dasar hal inilah pulai mulai diteliti lagi untuk didapatkan senyawa-senyawa yang
bermanfaat untuk dasar yang senyawa secara farkologis, efek terapi dan toksisitasnya.
Langkah awal pertama sebelum melakukan idetifikasi senyawa metabolit sekunder
pada tumbuhan yang akan diteliti yang ada didalamnya, secara umum hal pertama yang harus
dilakukan adalah menentukan golongan senyawa metabolit sekunder, kemudian baru
menentukan jenis senyawanya.golongan metabolit sekunder biasanya dapat ditentukan
dengan uji pendahuluan seperti uji warna, penentuan kelarutan, harga Rf atau berdasarkan ciri
spektrum UV-nya.
Identifikasi senyawa batang Pulai berlaku dengan cara mulai mengekstrak dengan
mengunakan pelarut yang universal yaitu metanol atau etanol, dilakukan pemisahan in vacuo
dan fraksinasi sesuai dengan kepolarannya dengan pelarut yang sesuai, melakukan
Kromotografi Lapis Tipis (KLT) pada fraksi tersebut setelah didapat dilakukan fraksinasi dan
mecari fraksinasi kolom yang terpilih dan terakhir melakukan pemurnian senyawa isolasi.






3

BAB II
PELAKSANAAN KERJA
2.1. Tujuan Pratikum
Tujuan dari proses ekstraksi ini adalah untuk mengetahui prinsip-prinsip ekstraksi dan
sekaligus untuk mengekstrak kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam sampel
tumbuhan.
Mengeteahui prinsip-prinsip pemisahan dengan penurunan tekanan dan sekaligus
mengentalkan ekstrak cair sampel hasil proses ekstraksi
Memahami prinsip-prinsip dalam pelaksanaan proses fraksinasi ekstrak kental yang
betujuan untuk menyederhanankan komponen-komponen senywa kimia yang terdapat
dalam ekstrak berdasarkan tingkat kepolaran pelarut
Mengetahui pemakaian kromatografi lapisan tipis untuk pemisahan komponen
komponen dalam senyawa atau campuran.
Mencari harga Rf dari beberapa komponen pada sistem fasa diam dan fasa gerak.
Untuk mengetahui fasa gerak (eluen) yang cocok dan bagus untuk memisahkan
komponen komponen dalam suatu senyawa atau campuran.
Memisahkan dan mengidentifikasi senywa kimia dari fraksi yang memberikan pola
KLT yang baik pada percobaan sebelumnya dengan kromotografi kolom
Memahami dan mendeteksi hasil pemisahan dari teknik kromotografi kolom yang
berdasarkan pada perbedaan kepolaran pelarut
Memahami bagaiman cara pemurnian senyawa kimia dari bahan alam, terutama
setelah dilakukan pemisahan secara kromotografi kolom

2.2. Tinjauan Pustaka
A. Pulai (Alstonia sp)
Pulai (Alstonia sp) memiliki sekitar 40 60 species yang tersebar di daratan tropika
dan sub tropika Afrika, Amerika Tengah, Asia Bagian Selatan, Polynesia dan New South
Wales, Quensland dan Australia Bagian Utara, serta beberapa species di daratan Malaisyia.
Klasifikasi dari Pulai (Alstonia sp) adalah sebagai berikut :
4

Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Family : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Dari banyaknya jenis Pulai (Alstonia sp) yang berjumlah sekitar 40 60 tersebut
diantaranya A. macrophylla, A. angustiloba, A. angustifolia, A. spatulata, A. elliptica, A.
oblongifolia, A. pneumatophora, A. scholaris, A. costaca dan lain-lain. Namun demikian
hanya akan dijelaskan beberapa jenis saja karena keterbatasan data dan literatur yang
diperoleh. Jenis atau species yang akan dijelaskan adalah Alstonia pneumatophora, Alstonia
spatulata, dan Alstonia scholaris.

Alstonia pneumatophora Back. Ex don Berger
Nama daerah dari Alstonia pneumatophora secara umum adalah Pulai Putih. Tumbuhan
ini tersebar biasanya di hutan rawa gambut, dengan kondisi tanah berpasir dekat dengan
pantai, hutan rawa, serta dekat dengan sungai besar.Untuk daerah di wilayah Sumatera
biasanya disebut dengan Basung. Pulai dari jenis ini penyebarannya banyak dijumpai di
Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manfaat/Kegunaan Kayu komersial yang disebut dengan kayu pulai ini cocok untuk : Ukiran,
pembuatan peti, kayu lapis. Sedangkan getahnya bisa digunakan sebagai obat penyakit kulit
dan kulitnya sendiri mengandung alkaloid untuk obat.
Alstonia spatulata Blume
Jenis dari tumbuhan ini memiliki nama padanan Alstonia cuneata Wallich ex G. Don.,
Alstonia cochinchinensis Piere ex Pitard. Secara umum nama daerah dari jenis ini adalah
Lame Bodas. Sedangkan kalau di Sumatera namanya biasa disebut dengan Pulai Gabus. Pulai
jenis ini tumbuh di daerah rawa atau tergenang air, di tepi aliran sungai, pada gley humus
atau aluvial yang kaya pasir. Umumnya tumbuh dibawah 300 m dpl. Sering ditemukan pada
hutan sekunder atau vegetasi semak belukar. Penyebarannya di Sumatera, Bangka, Jawa
Barat, dan Kalimantan.
5

Manfaat/Kegunaan dari kayu jenis Alstonia spatulata ini sama dengan jenis Alstonia
pneumatophora yaitu untuk peti, papan tulis, kayu lapis, ukiran, pensil, dan perkakas rumah
tangga.

Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Memiliki nama sinonim dengan Echites scholaris L., Echites pala Ham.,
Tabernaemontana alternitifolia Burn. Toleran terhadap berbagai macam tanah dan habitat,
dijumpai sebagai tanaman kecil yang tumbuh di atas karang atau bagian tajuk dari hutan
primer dan sekunder. Banyak dijumpai di dataran rendah/pesisir dengan curah hujan tahunan
1000-3800 mm. Juga dijumpai pada ketinggian diatas 1000 m dpl. Salah satu sifat adalah
dapat tumbuh di atas tanah dangkal. Tidak tumbuhya tanaman ini pada sebaran alami yang
suhunya kurang dari 8C, yang menunjukkan jenis ini tidak tahan udara dingin. Nama
daerahnya secara umum adalah Pulai Gading. Tersebar luas di Asia Pasifik mulai India dan
Sri Lanka sampai daratan Asia Tenggara dan China Selatan, seluruh Malaysia hingga
Australia Utara dan Kepulauan Solomon. Di Indonesia sendiri tersebar luas terutama
Sumatera, Kalimantan dan Jawa Barat.
Manfaat/Kegunaan Kayunya tidak awet, hanya memungkinkan untuk konstuksi ringan di
dalam ruangan, atau untuk industri pulp dan kertas, serta digunakan terutama untuk papan
tulis sekolah, sehingga dinamakan scholaris.

Selain itu, sebenarnya pohon Pulai ini banyak manfaatnya untuk pengobatan. Terutama
dari kulit dan daunnya. Hal ini disebabkan karena banyak kandungan kimia dari kulit dan
daun Pulai yang antara lain :
Kulit kayu : mengandung alkaloida ditanin, ekitamin (ditamin), ekitanin, ekitamidin,
alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin dan triperpen.Daun : mengandung pikrinin. Sedang-
kan bunga Pulai mengandung asam ursolat dan lupeol.Kulit kayu dapat untuk mengatasi :
Demam, malaria, limpa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, kurang nafsu makan, perut
kembung, sakit perut, kolik, kencing manis, tenakan darah tinggi, wasir, anemia, gangguan
haid, rematik akut. Daun dapat untuk mengatasi : Borok, bisul, perempuan setelah melahirkan
(nifas), beri-beri dan payudara bengkak karena bendungan ASI.
6


B. Ekstraksi Bahan Alam

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari
ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahanmassakomponen zat padat ke dalam
pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk
ke dalam pelarut.

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi:
a. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam
kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang
sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
b. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya
alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini
bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang
dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal
ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa
kimia tertentu.
c. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan
biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali
membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan
sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian
ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi
penggunaan obat tradisional.
d. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun.
Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah
untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada
penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi
khusus.

7

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif
akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel
dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat
aktif di dalam dan di luar sel.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organik.
Proses ekstraksi dapat berlangsung pada:
Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.
Ekstraksi cair-cair atau dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi jenis ini
merupakan proses yang umum digunakan dalam skala laboratorium maupun skala
industri.
Leaching, adalah proses pemisahan kimia yang bertujuan untuk memisahkan
suatu senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.
Penyiapan bahan yang akan diekstrak dan plarut Selektivitas Pelarat hanya boleh
melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi.
Dalam praktik,terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya
lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu
larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi
dengan menggunakan pelarut kedua. Kelarutan Pelarut sedapat mungkin memiliki
kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit). Kemampuan
tidak saling bercampur Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara
terbatas) larut dalam bahan ekstraksi. Kerapatan Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat
mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran
(pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus
dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam ekstraktor sentrifugal).
Reaktivitas Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponenkornponen bahan ekstarksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya
reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.
Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan
8

dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan. Titik didih Karena ekstrak dan pelarut
biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit
kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop.Ditinjau
dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak
terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
Syarat pelarut yang digunakan :
Selektif
Stabil secara fisik dan kimia
Ekonomis
Keamanan
Ramah lingkungan
Cairan pelarut dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk senyawa
kandungan berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan
dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya. Ekstrak hanya mengandung sebagian besar
senyawa kandungan yang diinginkan.

Metode Ekstraksi
a) Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen
kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya
antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari
yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai
tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.


9

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
Modifikasi maserasi melingkar
Modifikasi maserasi digesti
Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat
Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya,
cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses
maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang
diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

b) Prinsip Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan
yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara
sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut
menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara
efisien.
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3
jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut,
cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai
keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat
cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.



10

c) Prinsip Soxhletasi
Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.

Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi.
Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka
teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain
dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan
dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokletasi.

Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil
yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini
telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari.
Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang
tidak diinginkan.

Metoda sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan
diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi
ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah
sokletasi.

Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan, sehingga
uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan membasahi sampel, secara teratur
pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang
akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi
yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila
suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat, maka
dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Syarat syarat pelarut yang
digunakan dalam proses sokletasi :
1. Pelarut yang mudah menguap
11

Contoh : heksan, eter, petroleum eter, metil klorida dan alkohol
2. Titik didih pelarut rendah.
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.

Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut pelarut organik
dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana, eter,
petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa senyawa trepenoid dan lipid
lipid, kemudian dilanjutkan dengan alkohol dan etil asetat untuk memisahkan senyawa
senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini seringkali tidak. menghasilkan
pemisahan yang sempurna dari senyawa senyawa yang diekstraksi.

Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang sedang
berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus dihindarkan
dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa dalam sampel
akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan
menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak
alami lagi.
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat
aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh
cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di
KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.
12



Dibanding dengan metode destilasi, metoda sokletasi ini lebih efisien karena pelarut
organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang kali, waktu yang
digunakan lebih efisien dan pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau
perkolasi.Sokletasi dihentikan apabila :
Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi.
Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi.
Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.

Keunggulan dan Kelemahan Sokletasi
Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
Proses sokletasi berlangsung cepat.
Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.

Kelemahan sokletasi
Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak
atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.
Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi meyer,
Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap
(Anonim, 2011).
13


d) Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang
akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada
pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel
yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya adalah
membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.

e) Prinsip Destilasi Uap Air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu
berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel
sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak
menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan
melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong
pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap
(esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari
simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang
mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

f) Prinsip Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang
dipercepatoleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10 C di
bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan
bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung
dalam labu alas bulat penampung.
14


g) Prinsip Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2
fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase
pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai
dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

h) Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan
oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik
mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia
tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda
berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

i) Prinsip Penampakan Noda
a. Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya
interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng.
Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan
energi.


15

b. Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara
sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda
tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan
oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang
karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

c. Pereaksi Semprot H
2
SO
4
10%
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H
2
SO
4
10% adalah berdasarkan
kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari
zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih
panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

C. Proses Pemisahan in vacuo
Beberapa teknik pemekatan ekstrak cair ini ada beberapa cara namun mempunyai
prinsip yang sama yaitu dengan pemisahan antara pelarut dengan senyawa yang telah ditarik
kedalamnya. Teknik yang paling umum digunakan adalah teknik penguapan. Namun,
umumnya pelarut yang digunakan mempunyai titik didih yang cukup tinggi sehingga ada
kemungkinan rusaknya senyawa-senyawa yang termolabil disebabkan oleh adanya panas.
Untuk menghindari hal ini terjadi, maka penguapan dilakukan dengan teknik vakum yang
dapat menurunkan titik ddih pelarut beberapa derajat dibawah titik ddh normalnya.
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat dapat
dilakukan dengan cara menurunkan tekanan udara didalam alat penguapan atau oleh putaran
dari labu alas bulat. Teknik ini dapat mengakibatkan cairan penyari dapat menguap 5-10 c
dibawah titik didih normal pelarutnyadisebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Hal
ini sesuai dengan hukum kekekalan gas yaitu PV=n RT. Dalam hal ini tekanan berbanding
lurus dengan suhu. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik
ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murn yang
ditampung dalam labu alas bulat penampung.
16

Teknik pemisahan dengan penurunan tekanan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan menggunakan destilasi vakum atau dengan menggunakan alat rotary evaporator
(rotavor).
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu: (1) evaporasiyang
berarti proses penguapan yang terjadi secara alami (2) evaporasi yang dimaknaidengan proses
penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalamsuatu peralatan. Evaporasi
dapat diartikan sebagai proses penguapan daripada liquid(cairan) dengan penambahan panas
atau dapat juga didefinisikan sebagai evaporasiadalah peristiwa menguapnya pelarut dari
campuran yang terdiri atas zat terlarutyang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah
menguap. Dalam kebanyakanproses evaporasi, pelarutnya adalah air. Tujuan dari evaporasi
adalah memekatkankonsentrasi larutan sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi yang
lebihtinggi. . Panas dapat disuplai dengan berbagai cara, diantaranya secara alami
danpenambahan steam. Evaporasi diadasarkan pada proses pendidihan secara intensifyaitu
(1) pemberian panas ke dalam cairan, (2) pembentukan gelembung-gelembung(bubbles)
akibat uap, (3) pemisahan uap dari cairan, dan (4) mengkondensasikanuapnya. Evaporasi atau
penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahankalor ke dalam zat cair mendidih.
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkansebagian dari pelarut pada titik didihnya,
sehingga diperoleh larutan zat cair pekatyang konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk
pada evaporasi biasanya hanyaterdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa campuran
umumnya tidakdiadakan usaha untuk memisahkan komponenkomponennya.Dalam evaporasi
zatcair pekat merupakan produk yang dipentingkan, sedangkan uapnya
biasanyadikondensasikan dan dibuang.Disinilah letak perbedaan antara evaporasi dan
distilasi.Perlu diperhatikan, bahwa penguapan dapat terjadi karena adanyapemanasan
menggunakan hot plate yang dibantu dengan penurunan tekanan padalabu alas bulat
sampel yang dipercepat dengan pemutaran pada labu alas bulatsampel. Dengan bantuan
pompa vakum yang mengalirkan air dingin (es) dari suatuwadah kedalam kondensor dan
dikeluarkan lagi oleh kondensor kepada wadahnyalagi dan dimasukkan lagi dan seterusnya,
karena proses ini berjalan secara kontinyu.sehingga ketika uap dari pelarut mengenai dinding-
dinding kondensor, maka pelarutini akan mengalami yang proses yg dinamakan proses
kondensasi, yaitu proses yangmengalami perubahan fasa dari fasa gas ke fasa cair. Adapun
demikian, prosespenguapan ini dilakukan hingga diperoleh pelarut yang sudah tidak menetes
lagipada labu alas bulat penampung dan juga bisa dilihat dengan semakin kentalnya zatyang
17

ada pada labu alas bulat sampel dan terbentuk gelembung-gelembung pecahpada permukaan
zatnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaporasi :
1. Temperatur steam, disesuaikan dengan bahan yang akan dievaporasi karenabahan yang
tidak tahan suhu yang tinggi tentunya akan membentuk kerak padakolom evaporator
sehingga akan mempengaruhi perpindahan panas dari steam kebahan tersebut.
2. Tekanan operasi, mempengaruhi proses penguapan pelarut disampingtemperatur.
3. Laju alir umpan, bila laju alir umpan terlalu kecil proses kurang effisien dan jugabila
terlalu besar,sehingga untuk suatu proses laju alir umpan diusahakan adalah lajuyang dapat
menghasilkan proses yang optimal.
4. Sifat fisik dan kimia umpan.
5. Luas permukaan kontak antara umpan dan media pemanas (panjang dan jumlah
tube).
6. Laju alir steam
7. Laju air pendingin (kondenser).
Salah satu alat yang sering digunakan dari berbagai evaporator yaitu Rotaryevaporator
diamana alat ini merupakan alat yang biasa digunakan di laboratoriumkimia untuk
mengefisienkan dan mempercepat pemisahan pelarut dari suatu larutan.
Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga tekanan akan menurun danpelarut
akan menguap dibawah titik didihnya alat ini bekerja seperti alat destilasi.Pemanasan pada
alat ini menggunakan penangas air yang dibantu dengan rotavaporakan memutar labu yang
berisi sampel oleh rotavapor sehingga pemanasan akanlebih merata. Selain itu, penurunan
tekanan diberikan ketika labu yang berisi sampeldiputar menyebabkan penguapan lebih
cepat.Dengan adanya pemutaran labu makapenguapan pun menjadi lebih cepat terjadi.
Pompa vakum digunakan untukmenguapkan larutan agar naik ke kondensor yang selanjutnya
akan diubah kembalike dalam bentuk cair.
Labu disimpan dalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian dari volume labualas bulat
yang digunakan setelah itu waterbath dipanaskan dan mengusahakansuhu yang digunakan
18

dalam pemanasan disesuaikan dengan suhu pelarut yangdigunakan.Setelah suhu tercapai,
labu alas bulat dipasang dengan kuat pada ujungrotor yang menghubungkan dengan
kondensor.Aliran air pendingin dan pompavakum dijalankan, kemudian tombol rotar diputar
dengan kecepatan yang diinginkan.
Cara Penyimpanan
Rotary evaporator biasanya disimpan di laboratorium instrumen.Sebaiknya rotaryevaporator
disimpan di meja atau tempat yang permanen untuk menghindari adanyaguncangan yang
dapat merusak alat.Selain itu, rotary evaporator lebih baik disimpandi tempat yang tidak
terlalu panas atau tidak terlalu lembap.
Cara Perawatan
Perawatan rotary evaporator terdapat bermacam-macam.Perawatan pada pendinginyaitu air
yg digunakan air aquabides untuk mencegah kerusakan pendingin akibatterjadinya perkaratan
pada bagian dalam alat.Aquabides tersebut juga harus digantisecara berkala, misalnya jika
sering digunakan diganti setiap 2 minggu sekali.
Perawatan pada alat gelas sama seperti peralatan gelas yang lain, yaitu disimpandalam
keadaan yang bersih dan kering disimpan di tempat yang memiliki temperature ruangan.
Penangas air dirawat dengan cara mengganti air secara berkala, misalnyajika sering
digunakan dua kali dlam seminggu. Selain itu, ada baiknya setiap alatyang memiliki saklar
tersendiri. Penangas air untuk saklar penangas air, pendinginuntuk saklar pendingin, begitu
juga seterusnya.
B. Bagian-bagian alat beserta fungsinya
Adapun bagian-bagian dari alat yang digunakan dalam proses rotaryevaporator yaitu sebagai
berikut
a. Water bath
Water bath merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan sampel dengan suhuyang
dapat diatur sesuai kebutuhan. Dalam water bath terdapat bagian-bagian Yaitutampilan alat
yang berfungsi untuk
1. Yaitu Layar penampil suhu
19

2. Tombol Up/Down untuk menaik turunkan suhu
3. Tombol untuk mengatur suhu
Dalam hal ini juga ada hot plate yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan
waterbeath.
b. Kondensor
Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk mendinginkan uap pelarut yangtelah
menguap. Dalam hal ini kondensor yang digunakan berbentuk spiral agar uappelarut dapat
dikondensasikan dan proses kondensasi berjalan dengan lancar. Didalam kondensor juga
terdapat selang-selang kecil yang berfungsi sebagai tempatmengalir keluar uap gas yang tidak
dapat terkondensasikan atau sering disebut gasliar/gas buang.
Kondensor juga memiliki lubang yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya airdari
mesin pendingin seperti terlihat pada gambar d ibawah ini
c. Mesin pendingin
Mesin pendingin berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mendinginkan airyang akan
dipompakan ke kondensor. Di atas alat ini terdapat dua selang yangberfungsi sebagai tempat
masuk dan keluarnya air dari mesin pendingin kekondensor seperti terlihat pada gambar di
bawah ini
d. Pompa vakum
Pompa vakum yaitu alat yang digunakan untuk mengatur tekanan dalam labu,sehingga
mempermudah penguapan sampel.
C. Cara pengoperasian alat evaporator
Cara menggunakan alat ini harus sesuai dengan prosedur yang ada dimana langkahyang
pertama yaitu :
1. Menghidupkan alat, semua kabel disambungkan ke dalam saklar masing-masing.Pertama
pendingin dihidupkan dengan menekan tombol On/Off untuk power danOn/Off untuk vakum,
ditunggu beberapa saat hingga temperatur menunjukkantemperatur standar yaitu 25 C.
20

Temperatur kemudian diatur dengan cara menekantombol set kemudian mengatur suhu sesuai
dengan yang diinginkan denganmenekan tombol Up/Down.
2. Setelah suhu diatur, pasanglah labu sampel pada rotor penggerak dan labudestilat. Untuk
memudahkan dalam melepas labu dioleskan vaselin pada bagianpenghubung kedua benda,
digunakan juga klip untuk memperkuat sambungan.Penangas air dinyalakan dengan menekan
tombol On/Off dan suhu diatur denganmenekan tombol set dan Up/Down untuk mengatur
suhunya sesuai dengan yangdiinginkan. Rotavapor dinyalakan dengan menekan tombol
On/Off dan kecepatanberputarnya diatur sesuai keinginan dengan memutar knop
pemutar.Kemudian,pompa vakum dinyalakan.Begitu pula untuk cara mematikan alat ini
langkah-langkah yang dilakukan yaituharus berurutan sesuai prosedur.
1. matikan pompa vakum dengan menekan tombol On/Off. Setelah itu, matikanpenangas air
dengan perlahan-lahan menurunkan suhu penangas air secarabertahap.
2. matikan rotavapor dengan menurunkan kecepatannya hingga rotor berhentiberputar.
3. matikan pendingin dengan mengenbalikan suhu pendingin kembali ke suhustandar
kemudian matikan dengan menekan tombol On/Off untuk power dan On/Offuntuk pompa.
Biarkan semua sampel yang telah dipisahkan turun ke dalam labudestilat.Kemudian labu
destilat dan labu yang berisi sampel dilepaskan darisambungan dengan kondensor.



D. Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat,
cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi
perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot dari
tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan
akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter,
aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam
resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diekstraksi dengan
pelarut organik (Adijuwana dan Nur 1989).
Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan
dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat ditentukan dari
21

nilai konstanta dielektrik pelarut. Empat tahapan fraksinasi bertingkat dengan menggunakan
empat macam pelarut yaitu:
1. Fraksinasi n-heksan
2. Fraksinasi etil asetat
3. Fraksinasi butanol

4. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS EKSTRAK & FRAKSI
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan
perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya
akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan
menahan komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen
campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan
komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. ( Imam Haqiqi,
Sohibul,2008 )

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi
juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun
cuplikannya.

KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik
seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.
KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang
diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi
senyawa murni skala kecil. ( Anggraeni, Megawati,2009 )

Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi. Pemilihan
teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan
dipisahkan. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi
cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase
diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-
komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. ( Anggraeni, Megawati,2009 )

22

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel
silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra
violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini
biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau
pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning.

a) Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan warna yang
merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.

Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis :
Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes
pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada
garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan
menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk /
tinta ikut naik ke atas.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan pada sebuah gelas
kimia bertutup berisa pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan
bahwa batas pelarut berada dibawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk
menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia
terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia
biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh
dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.

Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda
dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak dari
perbedaan bercak warna.

b) Perhitungan nilai Rf
Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh
dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul.
23

Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh
oleh bercak warna masing-masing.

Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas
kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses
penguapan.

Pengukuran berlangsung sebagai berikut :
Nilai Rf untuk setiap warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh
dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul.
Pengukuran ini didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang
ditempuh oleh bercak warna masing-masing.

Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas
kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses
penguapan.Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rf =




c) Mengidentifikasi senyawa-senyawa
Dimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui senyawanya.Caranya: Setetes
campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil
yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping
tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam
pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M
dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.


E. KROMATOGRAFI KOLOM

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase
diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).
24

Bila fase diam berupa zat padat yang aktif, maka dikenal istilah kromatografi
penyerapan (adsorption chromatography). Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik
ini disebut kromatografi pembagian (partition chromatography).
Fasa diam:
Berupa adsorben yang tidak boleh larut Dalam fasa gerak, ukuran partikel fasa diam
harus seragam.
Contoh: alumunium, silicagel, arang, bauksit, magnesium karbonat, talk, pati, dan selulosa.
Fasagerak:
Dapat berupa pelarut tunggal atau Campuran beberapa pelarut dengan komposisi
tertentu. Pelarut dapat merupakan pelarut polar dan Pelarut nonpolar.
Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan
menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut.
Keempat teknik kromatografi itu adalah :
Kromatografi Kertas (KKt), Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Gas Cair (KGC)
dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan dan
keatsirian senyawa yang akan dipisah. KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan
tumbuhan yang mudah larut dalam air (karbohidrat, asam amino dan senyawa fenolat), KLT
merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut lipid (lipid, steroid,
karotenoid, kinon sederhana dan klorofil), KGC penggunannya terutama untuk senyawa atsiri
(asam lemak, mono- dan seskuiterpen, hidrokarbon dan senyawa belerang), cara lain yaitu
KCKT, dapat memisahkan kandungan yang keatsiriannya kecil. KCKT adalah suatu metode
yang menggabungkan keefisienan kolom dan kecepatan analisis.
Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai beberapa metode isolasi serta
penggunaan kromatografi kolom baik kolom konvensional maupun kolom vakum.

KROMATOGRAFI KOLOM
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak
digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam
jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering
digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Cara pembuatannya ada dua
macam :
25

1. Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapas
kemudian ditambahkan cairan pengelusi.
2. Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi
yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom
secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka.
Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan
mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang
terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik.
Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom
sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta
cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi.
Kromatografi Kolom Isap :
Suction Colomn
Isolasi komponen kimia dalam jumlah yang banyak, berdasarkan absorpsi dan partisi,
dimana kolom diisi dengan fase diam divakumkan dengan suatu pompa vakum agar eluen
dapat turun mengelusi komponen kimia yang selanjutnya keluar sebagai fraksi-fraksi
Rapid-Sigel
Isolasi komponen kimia dalam jumlah yang sedikit berdasarkan absorpsi dan partisi, dimana
kolom diisi dengan fase diam divakumkan dengan suatu pompa vakum agar eluen dapat turun
mengelusi komponen kimia yang selanjutnya keluar sebagai fraksi-fraksi.
Press Colomn
Kromatografi kolom sederhana di mana fase gerak bergerak dengan
cepat karena penggunaan tekanan positif dari tabung nitrogren. Udara yang ditekan
mengandung O2 dan uap air yang dapat menyebabkan peruraian produk dari ekstrak dan
berubah saat pemisahan kromatografi.
Keterbatasan kromatografi kolom-terbuka klasik ialah sebagai berikut :
a. Pemisahan lambat
b. Penjerapan linarut yang tidak bolak-balik
c. Tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil.

Kombinasi antara kromatografi kolom kering dan kromatografi cair vakum memiliki
kelebihan dimana laju pengelusian lebih tinggi dan memperpendek waktu kontak linarut
dengan penjerap. Untuk kolom gaya tarik bumi yang memakai penjerap berukuran 60-230
26

mesh (63-250 m), umumnya laju aliran sekitar 10-20 mL/cm2 penampang kolom/jam.
Untuk partikel yang lebih kecil dari 200 mesh
diperlukan semacam pemompaan atau sistem bertekanan. Kemudian laju dapat ditingkatkan
sampai 2 mL atau lebih setiap menitnya, atau sampai batas sistem tekanan.

Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama dibandingkan dengan
kolom konvensional yaitu :
1. Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding dengan kolom
konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan
alir fase gerak lebih lambat (10-100l/menit)
2. Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung
dengan spectrometer massa
3. Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas missal sampel klinis
Kerugian KCV (Kromatogravi Vakum Cair) :
1. Membutuhkan waktu yang cukup lama
2. Sampel yang dapat digunakan terbatas


F. Pemurnian senyawa hasil isolasi
Senyawa bahan alam sendiri adalah hasil metabolisme suatu organisme hidup
(tumbuhan, hewan, sel) berupa metabolit primer dan sekunder.Sejauh ini telah diketahui
bahwa tumbuhan memproduksi senyawa metabolit sekunder lebih banyak dibandingkan
hewan. Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang telah berhasil diisolasioleh manusia
selanjutnya didayagunakan sebagai bahan obat.
Menurut Hanum (2010).Pemurnian adalah memisahkan komponen yang dicari
dengan komponen-komponen lain yang dapat mengganggu identifikasi kualitatif dan
penentuan kuantitatifnya. Dan Identifikasi senyawa merupakan pengidentifikasian senyawa
metabolit sekunder yang diperoleh dengan melakukan uji pereaksi. Beberapa pereaksi
diantaranya Lieberman-Buchard, pereaksi Dragendorff, Wagner dan Mayer dan beberapa
pereaksi lainnya dengan uji positif berupa warna yang berbeda tergantung pengidentifikasian
golongan suatu senyawa.
Isolasi adalah cara pemisahan komponen-komponen kimia yang terdapat dalam suatu
bahan alam. Isolasi didalam penelitian biasanya banyak dilakukan di laboratorium kimia
dengan mengambil beberapa komponen kimianya.
27

Beberapa tahapan isolasi diantaranya :
Ekstraksi yakni proses penarikan suatu zat terlarut dari pelarut di dalam air atau suatu
pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air.Teknik ekstraksi sangat berguna
untuk pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik maupun zat
anorganik (Soebagio, 2002).
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu zat dari campuran zat tersebut, pemisahan
dilakukan teknik yang bermacam macam seperti kromatografi ( KLT, KCKT, KCV,
KK, KGC) dan ekstraksi cair-cair.
Teknik rekristalisasi yang berdasarkan pada perbedaan kelarutan dalam keadaan
panas atau dingin dalam suatu pelarut.
Tahap awalnya rekristalisasi. Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari
campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut yang cocok. Prinsip rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara
zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang
terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan
cara menjenuhkannya.
Proses kristalisasi adalah kebalikan dari proses pelarutan. Mula-mula molekul zat
terlarut membentuk agrerat dengan molekul pelarut, lalu terjadi kisi-kisi diantara molekul zat
terlarut yang terus tumbuh membentuk Kristal yang lebih besar diantara molekul pelarutnya,
sambil melepaskan sejumlah energy. Kristalisasi dari zat akan menghasilkan Kristal yang
identik dan teratur bentuknya sesuai dengan sifat Kristal senyawanya. Dan pembentukan
Kristal ini akan mencapai optimum bila berada dalam kesetimbangan.
Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus memilih pelarut yang cocok dengan
senyawa tersebut. Setelah senyawa tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian
dipanaskan sampai semua senyawanya larut sempurna. Apabila pada temperatur kamar,
senyawa tersebut telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan
pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau tidak larut
sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu faktor penentu keberhasilan proses
kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih pelarut yang sesuai adalah
sebagai berikut:
1. Pelarut tidak hanya bereaksi dengan zat yang akan dilarutkan.
2. Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan
zat pencemarnya.
3. Titik didh pelarut harus rendah, hal ini akan mempermudah pengeringan Kristal
yang terbentuk.
4. Titik didih harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan agar zat
tersebut tidak terurai.
28

Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung pada dua faktor
penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju
pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, tetapi tak satupun dari ini akan
tumbuh menjadi terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil.
Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan. Makin tinggi derajat
lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk membentuk inti baru, jadi makin besarlah
laju pembentukan inti. Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lain yang mempengaruhi
ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ini tinggi, kristal-
kristal yang besar akan terbentuk yang dipengaruhi oleh derajat lewat jenuh (Svehla, 1979).
Kristal dapat digolongkan berdasarkan sifat ikatan antara atom-atom, ion-ion atau
molekul-molekul yang menyusunnya. Penggolongan ini akan lebih mendasar menggunakan
jumlah dan jenis unsure semestinya. Bila hasil rotasi, pantulan atau inverse suatu benda dapat
dengan tepat disuspensi pada benda asalnya, maka struktur itu dikatakan mengandung unsure
seperti simetri tertentu sumbu rotasi, bidang pantulan (cermin),atau titik pusat .operasi simetri
ini dapat diterapkan pada bentuk-bentuk geometris, pada siatu benda fisis atau stuktur
molekul.
Tahap Tahap rekristalisasi adalah :
Pelarut : melarutkan zat pengotor pada Kristal.
Penyaringan : memisahkan zat pengotor dari larutan Kristal yang murni.
Pemanasan : menguapkan dan menghilangkan pelarut dari Kristal.
Pendinginan : mengkristalkan kembali Kristal yang lebih murni.
Sublimasi merupakan cara yang digunakan untuk pemurnian senyawa senyawa
organic yang berbentuk padatan. pemanasan yang dilakukan tehadap senyawa organic akan
menyebabkan terjadinya perubahan sebagai berikut: apabila zat tersebut pada suhu kamar
berada dalam keadaan padat, pada tekanan tertentu zat tersebut akan meleleh kemudian
mendidih. Disini terjadi perubahan fase dari padat ke cair lalu kefase gas. Apabila zat tersebut
pada suhu kamar berada dalam keadaan cair. Pada tekanan dan temperature tertentu (pada
titik didihnya) akan berubah menjadi fase gas. Apabila zat tersebut pada suhu kamar berada
dalam keadaan padat, pada tekanan dan temperature tertentu akan lansung berubah menjadi
fase gas tanpa melalui fase cair terlebih dahulu. Zat padat sebagai hasil reaksi biasanya
bercampur dengan zat padat lain. Oleh karena itu, untuk mendapatkan zat-zat padat yang kita
inginkan perlu dimurnikan terlebih dahulu. Prinsip proses ini adalah perbedaan kelarutan zat
pengotornya. (Underwood,2002:169).





29

2.3. Bahan dan Alat
2.3. a. Proses Ekstraksi Bahan Alam
Alat :
Seperangkat alat maserasi
Alat potong/ pisau/glinder
Gelas ukur 500 ml
Corong
Bahan :
sampel pulai 250 gram
metanol

2.3. b. Proses Pemisahan In Vacao
Alat :
seperangkat alat rotari evaporator
timbangan analitis
erlemeyer/ beker gelas

Bahan :
ekstrak cair hasil maserasi

2.3.c. Proses Fraksinasi Bahan Alam
Alat :
corong pisah (separating funnel)
rotari evaporator

Bahan :
aquades
pelarut n-heksana
pelarut etil asetat



30

2.3.d. Kromotografi Lapis Tipis Ekstrak dan Fraksi
Alat :
Chamber (wadah untuk KLT)
Plat KLT
Pipet mikro kapiler
Spatel
Gelas ukur 10 ml
Kertas saring

Bahan :
Ekstrak kental 2 fraksi sebelumnya
Pelarut n-heksana
Pelarut eti asetat

2.3.e. Kromotografi Kolom Fraksi Terpilih
Alat :
Pipet tetes dalam saptel
Beker gelas
Gelas ukur
Kolom kromotografi
Kapas
Corong
Timbangan analitik
Vial penampung

Bahan:
n-heksana
eti asetat
silika gel


2.3.f. Kromotografi Lapis Tipis Fraksi Senyawa
Alat :
pipet tetes
chamber
gelas ukur 10 ml
plat KLT
31

pipet mikro kapiler
kertas saring

bahan :
n-heksana
eti asetat
metanol
kloroform




2.4. Prosedur Kerja
2.4. a. Proses Ekstraksi Bahan Alam
1) Sampel dihaluskan dengan blender dan timbang sebanyak 250 mg
2) Kemudian sampel dimasukan kedalam botol gelap untuk melakukan metode maserasi
dan masukan etanol kedalam botol sebanyak lebih kurang 800ml
3) Rendam sampel selama beberapa hari lakukan pengadukan

2.4.b. Proses Pemisahan In Vacao
1) Menyiapkan ekstrak cair hasil maserasi
2) Timbang beker kosong yang akan diletakan ekstrak kenatal nantinya
3) Esltrak cair hasil maserasi dirotari sampai terbentuk ekstrak kentalnya
4) Tuangkan ekstrak kental dalam wadah yang sudah ditimbang tadi, setelah itu hitung
berat ekstrak yang digunakan

2.4.c. Proses Fraksinasi Bahan Alam
1) Ekstrak kental yang didapat dari pratikum seblumnya dihomogenkan dengan aquades
sampai semua larut dengan sempurna
2) Ekstrak berair ini kemudian dipindahkan kedalam corong pisah dan letakan dalam
statif yang tegak
32

3) Tambahkan n-heksana pada corong psah sebanyak 50 ml, kocok corong pisah sambil
dikeluarkan gas atau udara yang terbentuk dengan membuka katub corong
4) Letakan corong pisah kedalam statif, biarkan sebentar sampai terbentuk dua lapisan
yaitu lapisan non polar dan lapisan air. Pisahkan lapisan tersebut masukan dalam vial
penampung.
5) Tambahkan Etil asetat, lakukan hal yang sama seperti percobaan 3 dan 4 agar didapan
lapisan untuk semipolar
6) Kemudian ekstrak cair nonpolar dan semipolar tersebut dipekatkan dengan rotari
evaporator, setalah itu diletakan pada wadah yang sudah ditimbang sebelumnya dan
beri label
7) Hitung berat fraksi kental yang didapat

2.4.d.Kromotogarfi Lapis Tipis Ekstrak dan Fraksi
1) Siapkan chamber dan almunium voil
2) Buatlah perbandingan eluen tunggal atau dengan perbandingan terntentu sebanyak 5
ml dan masukan kedalam chamber hingga jenuh
3) Persiapkan larutan masing-masing sampel dengan mengencerkan sedikit ekstrak
kenatal kedalam vial dengan pelarut yang sesuai
4) Persiapkan plat KLT sesuai dengan ukuran.Tandai titik tepat totolan sampel
5) Totolkan sampel beberapa kali pada titik penotolan sehingga kosentrasinya cukup
6) Plat yang sudah ditotolkan sampel beberap kali dimasukan kedalam camber yang
telah diberi kertas saring dan berisi eluen. Kemudian lakukan elusi sampai pelarut
naik pada garis tep bagian atas plat
7) Lihat noda pada plat KLT dibawah lampu UV, tandai dengan pensil noda yang
dihasilkan
8) Hitung nilai Rf setiap noda yang tampak, baik secara visual maupun dibawah lampu
uv
9) Percobaan dilakukan untuk kedua sampel ekstrak (heksan dan etil asetat). Lakukan
juga pada plat yang sama sekaligus untuk 2 sampel.


33

2.4.e. Kromotografi Kolom Fraksi Terpilih
1) Timbang sampel 1 gram, preabsobsi dengan silika gel gerus sampai menjadi serbuk
2) Siapkan kolom kromotografi, tutup lubang dasar kolom dengan kapas untuk menahan
supaya silika gel tidak turun sewaktu katup kolom dibuka
3) Timbang silika gel dengan jumalah 20-50 kali berat sampel yang dipisahkan
4) Setelah itu buat bubur silika dengan campuran pelarut n-heksana, aduk sampai
homogen
5) Tuang dalam kolom dengan bantuan batang pengaduk kaca atau corong kecil.biarkan
pelarut yang digunakan menetes kebawah secara berulang dan sambil diaduk dan
diketukto-ketok
6) Setelah permukaan silika dalam kolom rata, masukan sampel yang sudah
dipreabsorbsi dengan hati-hati, boleh menggunakan corong atau diambl sedikit demi
sedikit. Permuakaan silika tidak boleh dibiarkan kering
7) Setelah itu elusi kolom tersebut, dimulai dari pelarut nonpolar sampai perut yang
bersifat polar
8) Tampung tetesan dalam vial-vial kecil sekitar 2/3 bagian vial, kemudian biarkan
menguap dalam vial tersebut
9) Perhatikan pemisahan warna yang terjadi pada kolom dan amati juga warna yang
terdapat dalam vial-vial tersebut

2.4.f. Kromotografi Lapis Tipis Fraksi Senyawa
1) Persiapkan Camber dan tutupnya. Jenuhkan sekeliling dengan eluen yang sesuai dan
letakan kertas saring di bagian dinding camber.
2) Buat eluen tunggal atau perbandingan tertentu sebanyak 10 ml dan masukan kedalam
chamberm biarkan camber menjadi jenuh
3) Perkirakan berapa vial dari hasil percobaan sebelumnya. Jika pelarut pada vial
tersebut telah kering, maka encerkan dengan pelarut yang sesuai (jangan terlalu
banyak pelarutnya)
4) Persiapkan plat KLT sesuai dengan ukuran dan jumlah totolan yang akan diletakkan
pada plat KLT. Buat garis tepi bawah dan tepi atas pada plat KLT,tandai tempat
totolan sampel
34

5) Totolan sampel beberapa kali pada titik penotolan sehingga konsentrasi yang cukup
didapat, dimasukan kedalam camber. Kemudian lakukan sampai pelarut naik pada
garis tepi bagian atas plat
6) Lihat noda yang terdapat pada plat KLT secara visual dan dibawah lampu UV.
Tandai dengan pensil noda yang dihasilkan
7) Percobaan ini dilakukan untuk semua vial yang telah dihasilkan. Jika terlalu banyak,
maka penotolan boleh dilakukan terhadap vial dengan jarak tertentu.
8) Lakukan gabungan tiap vial berdasarkan pola KLT yang didapat sehingga nanti akan
menghasilkan beberapa fraksi lagi
9) Jika ada vial adanya pembentukan kristal pada dinding, lakukan pros rekristalisasi


2.5. Hasil dan Pembahasan
2.6. Kesimpulan dan Saran
a) Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
Ekstraksi senyawa bahan alam dapat dilakukan dengan cara maserasi
dilanjutkan dengan evaporasi.
Hasil ekstrak cair maserasi sebesar 700 mL dan ekstrak kental evaporator
sebesar gram sehingga kadar ekstrak kental yang diperoleh dari 250 gram
Teknik kromatografi kolom berdasarkan terapan atau adsorpsi jenis fasa yang
digunakan, dimana fasa diam berupa adsorben yang tidak boleh larut dalam
fasa gerak dengan menggunakan kolom dengan penambahan fasa gerak,
ditampung, dipisahkan, dan diidentifikasi. Sedangkan teknik kromatografi
lapis tipis berdasarkan cepat rambat suatu noda dengan lapisan tipis.
Prinsip dasar dari kromatografi yaitu memisahkan suatu zat berdasarkan atas
distribusi sampel di antara dua fasa yaitu fasa gerak (eluent) dan fasa diam
(silika).




35

b) Saran
o Adapun saran dari percobaan ini, sebaiknya untuk praktikum selanjutnya
digunakan pelarut etanol (C
2
H
5
OH) agar dapat diketahui perbandingan daya
kelarutan dari kedua pelarut tersebut.

o Praktikan seharusnya lebih berhati-hati, cermat, dan tidak ceroboh dalam
melaksanakan percobaan agar mendapat hasil yang baik dan menghindari
kesalahan.



















36

DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, Stephen D. High Yield Organic Chemistry, terj. Hadian Kotong. Intisari Kimia
Organik. Jakarta: Hipokrates. 1996

Day, R.A dan A.L. Underwood, Emory University, terj. Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka.Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta: Erlangga. 1986
Evaporasi. http: //Wikipedia. org. 24 Desember 2012
Ilyas, Asriani dan Wahyuni. Penuntun Praktikum kimia Organik. Makassar: UIN Alauddin,
2012.

Khopkar, S.M, Basic Concepts of Analytical Chemistry, terj. A.

Saptorahardjo. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press. 1990
Metanol. http: //Wikipedia. org. 24 Desember 2012.
Nohong dan Hadijah Sabarwati. Isolasi Metabolit Sekunder dari Kulit Batang Kembang
Sepatu. Jurnal Kimia Indonesia. 2006, . http://www.040716/JKI/amar makruf (24 Desemeber
2012)
Sitorus, Marham. Kimia Organik Umum. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010
http://qiqi-marizha.blogspot.com/2012/05/makalah-alkaloid.html
http://tihamahsiti.blogspot.com/2012/11/laporan-rekristalisasi.html
http://www.penalaran-
unm.org/index.php?option=com_content&view=article&id=550:isolasi-senyawa-bahan-
alam-dalam-penelitian&catid=1:penelitian&Itemid=202
Emrizal. 2002. Kimia Bahan Alam. Penerbit PT Gramedia pustaka utama, Jakarta.
Suryohudoyo P, 2000. Ilmu kedokteran molekuler. Ed I, Jakarta: Perpustakaan Nasional, hlm
48-58.
http://ogysogay.blogspot.com/2011/04/maserasi-laporan-kimiabahanalam.html
http://wiwindaistiarsih.blogspot.com/2011/12/laporan-kimia-bahan-alam.html
37

http://Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html
Denikrisna. 2010. Kromatografi. denikrisna. wordpress.com/category/bakul/ kromatografi/.
Diakses pada 25 April 2012.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB Bandung .
Ismiarni. 2010. Kromatografi (Dasar). alamlearning.blogspot.com/search/label/
chromatography. Diakses pada 25 April 2012.
Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tim Dosen Kimia Organik. 2012. Penuntun Kimia Organik I. Makassar: Laboratorium
FMIPA UNM.
















38

BAB III
PENUTUP

You might also like