You are on page 1of 15

HAMA-HAMA PENTING TANAMAN SAYURAN FAMILI: BRASSICACEAE DAN

CUCURBITACEAE
a.1 Ulat Tritip (Plutella xylostella)

Sistematika
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Plutellidae
Genus : Plutella
Species : Plutella xylostella
(Anonim, 2009)
Stadia Merusak
Plutella xylostella merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi
ulat (Pracaya, 2009).
Gejala Serangan dan Bagian Tanaman yang Dirusak
Larva Plutella xylostella memakan bagain bawah daun sehingga tinggal epidermis
bagian atas saja. Gejala serangan hama ini yang terlihat pada daun sangat khas dan tergantung
dari instar larva yang menyerang. Larva instar I memakan daun kubis dengan jalan membuat
lubang ke dalam permukaan bawah daun. Setelah itu larva membuat liang-liang korok ke dalam
jaringan parenkim sambil memakan daun (Pracaya, 2009).
Larva instar II keluar dari liang-liang korok yang transparan dan memakan jaringan daun
pada permuakaan bawah. Demikian juga dengan larva instar III dan IV memakan daun dalam
jumlah yang lebih banyak sehingga meninggalkan cirri yang khas, yaitu lapisan epidermis tipis
pada permukaan atas bekas gigitan ulat akan pecah dan menimbulkan lubang besar pada daun.
Bila populasi tinggi, kerusakan berat pada daun sering terjadi, yaitu hamper seluruh daun
dimakan larva dan hanya meninggalkan tulang-tulang daun. Biasanya hama ini menyerang
tanaman yang masih muda, yaitu sebelum tanaman membentuk krop dan paling banyak muncul
pada pertanaman berumur 2-6 minggu setelah tanam (Pracaya, 2009).
Pengendalian
Secara Mekanis
Pengendalian yang paling baik adalah secara mekanis. Caranya sejak tanaman tumbuh selalu
diamati dan ulat segera dipijit sampai mati jika ada yang terlihat. Pada waktu hati mulai gelap,
buatlah obor dibeberapa penjuru kebun kubis, lalu dibawah obor diberi piring atau cawan yang
berisi air. Karena ngengat termasuk binatang yang suka cahaya pada waktu malam hari, hama ini
akan segera datang pada waktu melihat obor, dan jatuh ke dalam cawan yang berisi air, lalu mati
(Pracaya, 2009).
Secara Biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan cara mengurangi populasi ngengat tritip
mempergunakan makhluk hidup seperti burung gereja dan prenjak. Burung ini sering mencari
pakan berupa ulat tritip. Oleh karena itu, burung-burung jangan dimatikan atau dikurangi
jumlahnya. Capung dan sejenis tabuhan sering juga mengejar-ngejar ngengat. Selain itu ada 2
jenis serangga yang asalnya dari selandia baru, yaitu Angitia cerophaga Grav. Serangga ini
bertelur pada tubuh ulat atau pupa tritip. Setelah menetas, ulatnya keluar dan memakan tubuh
ulat tritip atau pupa yang ditempati (endoparasit). Perkembangan Angitia lebih cepat dari ulat
tritip, dari telur sampai menjadi kepompong sekitar 10 hari.
Sekarang sudah ada jenis bakteri yang dipergunakan untuk memberantas tritip, yaitu Bacillus
thuringiensis Berliner. Ulat yang terkena semprotan berisi bakteri ini dalam waktu berapa hari
akan mati dan menjadi keras, demikian juga kepompongnya. Jika telah diberantas secara
biologis, hama ini jangan diberantas dengan bahan kimia karena predator atau bakteri akan mati.


Secara Kimia
Jika jumlahnya sangat banyak sehingga sudah melampai ambang ekonomi, segera semprot
ulat dan ngengat dengan insectisida. Sebaiknya, pemakaian insectisida ini selalu bergantian
jenisnya supaya tidak menimbulak kekebalan pada hama. Pakailah dosis yang mematikan sesuai
petunjuk.

a.2 Ulat Krop/Jantung Kubis (Crocidolomia binotalis Zell.)

Sistematika
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Pyralidae
Genus : Crocidolomia
Species : Crocidolomia binotalis Zell
(Anonim, 2009)
Stadia Merusak
Crocidolomia binotalis Zell merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih
menjadi ulat (Pracaya, 2009).



Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Larva kecil memakan bagian bawah daun dengan meninggalkan bekas berupa bercak
putih. Lapisan epidermis permukaan atas daun biasanya tidak ikut dimakan dan akan berlubang
setelah lapisan tersebut kering serta hanya tinggal tulang-tulang daunnya. Bila bagian pucuk
yang terserang maka tanaman tidak dapat membentuk krop sama sekali.
Larva instar II mulai memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam dan sering kali
masuk ke dalam pucuk tanaman serta menghancurkan titik tumbuh. Apabila serangan terjadi
pada tanaman kubis yang telah membentik krop, larva yang telah mencapai instar III akan
menggerek ke dalam krop dan merusak bagain tersebut, sehingga dapat menurunkan nilai
ekonominya. Tidak jarang juga akan sering terjadi pembusukan krop karena serangan tersebut
yang diikuti oleh serangan skunder yaitu oleh jamur. Ulat krop kubis lebih banyak ditemukan
pda pertanaman yang telah membentuk krop, yaitu pada tanaman berumur 7- 11 minggu setelah
tanam.
Tanaman kubis atau sawi yang diserang ulat ini selain rusak dan daunnya habis
dimakan, tanaman juga menjadi rusak dengan adanya sisa-sisa kotoran bekas ulat makan. Bila
telur dalam kelompok menetas, sekitar 300 ulat akan makan titik tumbuh sempurna. Ulat akan
menyerang dengan cepat pada tanaman lainnya sehingga ulat ini merupakan hama yang
berbahaya bagi tanaman sawi besar dan kol.

Pengendalian
Secara Biologi
Pengendalain secara biologi dapat menggunakan musih alami, musuh alami
dari Crocidolomia binotalis Zell. antara lain adalah:
Secara Fisik
Kelompok telur dan larva yang baru saja menetas diambil dan dimusnahkan.
Gerombolan ulat tersebut dapat diambil dengan lidi yang diruncingi dan mengambil telur
beserta sedikit daun, kemudian dimasukkan dalam suatu wadah untuk diberikan pada ayam atau
dimusnahkan dengan cara dibakar. Pengambilan telur dan kelompok ulat tersebut paling tidak
dilakukan dua kali setiap minggunya.


Secara Kultur Teknis
Menanam pada waktu musim hujan karena populasi hama ini paling rendah
(sedikit).Penyemprotan dengan ekstrak biji nimba dan tuba.
Secara Kimia
Pengendalian secara kimia dapat adalah tekhnik pengendalain akhir yang dilakuakn
setelah pengendalain yang lain tidak dapat lagi mencegah adanya hama tersebut, dapat
menggunakan insektida sistemik.
a.3 Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)


Sistematika
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : I nsecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Agrotis
Species : Agrotis ipsilon Hufn
(Anonim, 2009)

Stadia Merusak
Agrotis ipsilon Hufn merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi
ulat (Pracaya, 2009).
Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Gejala serangan yang khas ditandai dengan terpotongnya tanaman pada pangkal batang
atau tangkai daun. Kerusakan berat terjadi pada awal musim kemarau.
Pengendalian
Pengendalian ulat ini diarahkan pada cara bercocok tanam yang lebih baik seperti
pengolahan tanah yang intensif sehingga mampu menekan kehidupan larva dan pupa.

a.4 Ulat Grayak (Spodoptera litura)


Sistematika
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : I nsecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Species : Spodoptera litura
Stadia Merusak
Spodoptera litura merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat.


Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis
bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak
tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva berada di permukaan
bawah daun menyerang secara serentak berkelompok, serangan berat dapat menyebabkan
tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat umumnya terjadi
pada musim kemarau.
Pengendalian
Secara Mekanis
Caranya adalah telur yang ada diambil bersama dengan daun tempat menempelnya.
Pengambilannya jangan sampai terlambat sebab ulat akan bersembunyi di dalam tanah jika
telah besar.
Pembuatan perangkap ulat grayak juga dapat dilakuakan, caranya adalah dengan
pembuatan parit sepanjang sisi kebun dengan lebar 60cm dan dalam 45cm. Ulat grayak yang
masuk kedalam parit dimatikan denga menggulung kayu bulat yang digerakkan majumundur
siatas ulat grayak. Cara lain adalah paritnya diisi dengan jerami atau bahan lainnya yang
mudah terbakar, lalu dibakar hingga ulat grayaknya mati.
Secara Biologis
Caranya adalah hama disemprot Bacillus thuringiensis atau Borrelinavirus litura.
Secara Kimia
Caranya adalah hama disemprot insektisida seperti Azodrin sedini mungkin sebelum
ulat pergi bersembunyi kedalam tanah.
Sanitasi
Pembersihan gulma agar tidak menjadi tempat berkembang biak dan bersembunyi
ngengat dan ulat.






b.1 Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)

Sistematika
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : I nsecta
Ordo : Diptera
Family : Tephritidae
Genus : Dacus
Species : Dacus cucurbitae Coq.
(Anonim, 2009)
Stadia Merusak
Dacus cucurbitae Coq. merusak tanaman stadia larva dengan memanfaatkan buah
untuk makan dan tempat hidupnya dan imago merusaknya dengan membuat lubang pada
buah untuk memasukkan telur.
Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh lalat melon hasil dari 1) oviposisi
buah-buahan dan jaringan lunak bagian vegetatif host 2) makan oleh larva, dan 3)
dekomposisi dari jaringan tanaman dengan menyerang mikroorganisme sekunder.
Larva makan kerusakan di buah-buahan adalah yang paling merusak. Tanaman
buah-buahan menyerang mengembangkan penampilan direndam air. Buah muda menjadi
menyimpang dan biasanya drop. Terowongan larva memberikan entry point bagi bakteri dan
jamur yang menyebabkan buah membusuk. Belatung ini juga menyerang bibit muda, akar
sukulen tekan semangka, dan batang dan kuncup tanaman inang seperti mentimun, labu dan
lain-lain.
Pengendalian
Sanitasi
Pengendalian lalat buah dapat dilakuakan dengan cara sanitasi lingkungan areal
pertanaman, kebersihan harus tetap dijaga. Semua buah yang telah terserang dikumpulkan
menjadi satu kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar.
Secara Mekanik
Penggunakan perangkap lalat buah. Konstroksi perangkap dibuat sedemikian rupa
sehingga waktu lalat masuk perangkap untuk memakan umpan, tetapi tidak dapat keluar lagi.
Selain itu dasar perangkap diberi air sehingga lalat akan mati jika jatuh. J ika umpannya
diberi isoeugenol atau metal augenal maka lalat jantan saja yanag akan masuk dalam
perangkap, tetapi jika menggunakan protein hidrolisat, tidak hanya lalat jantan tetapi lalat
betina pun akan tertarik untuk masuk ke perangkap. Penyebabnya adalah lalat buah ini
membutuhkan protein selama masa bertelur.
Secara Kimia
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida yang hanya ditujukan untuk lalat
imagonya saja. Sementara itu telur dan larvanya tidak dapat disemprot karena sudah ada di
dalam buah atau di dalam tanah.
Secara Kultur Teknis
Sebelum dilakuakan kegiatan budidaya sebaiknya dilakukan pengolahan tanah dengan
cara membajak atau mencangkul tanah yang akan ditanami hingga kepompong yang ada di
dalam tanah dapat mati karena terkena sinar matahari.

b.2 Lalat pengkorok daun (Liriomyza huidobrensis)


Sistematika
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : I nsecta
Ordo : Diptera
Family : Agromyzidae
Genus : Liriomyza
Species : Liriomyza huidobrensis
(Anonimk, 2009)
Stadia Merusak
Liriomyza huidobrensis merusak tanaman pada saat stadia larva.
Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Gejala awal dari serangan hama pengorok daun adalah adanya bintik berwarna putih
pada daun. Setelah beberapa hari dimulai dari bintik putih tadi akan terbentuk garis putih
yang berkelok-kelok pada daun. Semakin hari garis-garis tersebut semakin banyak dan
semakin panjang sehingga warna daun menjadi keputih-putihan dan akhirnya daun
mengering dan mati. lalat dewasa meletakkan telur pada daun dengan cara menusukkan
ovipositornya, telur tersebut akan menetas dalam 3-5 hari. Telur menetas menjadi larva dan
langsung mengorok bagian mesofil (bagian dalam) daun. Larva terus memakan mesovil daun
sambil berjalan maju sehingga meninggalkan bekas gerekan berupa garis-garis yang
berkelok-kelok pada daun tanaman (Maspary, 2011).
Dalam waktu hitungan kurang dari 5 hari jika hama pengorok daun ini menyerang
bisa menyebabkan gagal panen.
Pengendalian
Untuk mengendalikan pengorok daun Liriomyza spp. melalui manipulasi lingkungan
(tritropic levels) dengan memadukan antara pengaturan pola tanam dan penerapan teknologi
pertanian ramah lingkungan, yaitu:
Secara Kultur Teknis
- Menanam tanaman kacang merah (red bean) atau buncis (snap bean) sebagai tanaman
perangkap Liromyza sekaligus tempat berkembang biaknya parasitoid H. varicornis pada
pematang atau pinggiran kebun, yang sebaiknya ditanam lebih awal sebelum tanaman
pokoknya.
- Menanam tanaman pada awal musim tanaman yang jika terserang Liriomyza spp. tidak
mengakibatkan kerugian secara ekonomis, karena menyerang daun yang sudah tua seperti
brokoli atau kubis, kemudian pada musim tanam kedua menanam kentang atau bawang daun
yang ditumpangsarikan dengan kacang merah atau buncis.
- Melakukan sistem pola tanam tumpang sari antara kacang merah dengan kentang,
buncis dengan bawang daun, buncis dengan kubis, dan lain-lain (Latifah, 2010).
Secara Biologis
Memanfaatkan musuh alami. Musuh alami yang dapat digunakan untuk
mengendalikan hama penggorok daun pada kentanng antara lain:
Hemiptarsenus varicorni
H. varicornis (Hymenoptera : Eulophidae) merupakan parasitoid penting pada
hama Liriomyza huidobrensis. Parasitoid tersebut dapat di temukan di seluruh areal
pertanaman kentang yang terserang L. huidobrensis. Tingkat parasitasi H.
varicornis terhadap L. huidobrensis pada tanaman kentang, kacang-kacangan, seledri, tomat
dan caisin rata-rata adalah 37,33%; 40,63%; 35,71%; 24,69% dan 31,68%. Nisbah kelamin
antara jantan dan betina adalah 1,5 : 1 (Setiawati dan Suprihatno, 2000). Siklus hidup H.
varicornis berkisar antara 12-16 hari. Masa telur, larva dan pupa masing-masing 1-2 hari, 5-
6 hari, dan 6-8 hari. Masa hidup betina berkisar antara 88-22 hari. Satu ekor betina mampu
menghasilkan telur sebanyak 24-42 butir (Hindrayani dan Rauf, 2002. dalam A.S.
Duriat et al. 2006).
Opius sp.
Opius sp. merupakan parasitoid penting hama L. huidobrensis. Telur berbentuk
lonjong, dengan salah satu bagian ujungnya sedikit lebih membengkak dibandingkan dengan
ujung yang lain. Siklus hidupnya berkisar antara 13-59 hari. Masa telur, larva dan pupa
masing-masing 2, 6, dan 6 hari. Satu ekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 49-187
butir. I nstar yang paling cocok untuk perkembangan parasitoid Opius sp., adalah instar ke-3.
Pada instar tersebut masa perkembangan parasitoid lebih singkat dan keturunan yang
dihasilkan lebih banyak dengan proposi betina yang lebih tinggi. Nisbah kelamin jantan dan
betina adalah 1:1 (Rustam et a.l, 2002. dalam A.S. Duriat et al., 2006).
Secara Kimia
I nsektisida untuk mengendalikan hama ini, dengan Frekuensi aplikasi dua kali per
minggu. I nsektisida yang paling banyak digunakan adalah dari golongan piretroid dan
organofosfat.
b.3 Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver)


Sistematika
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : I nsecta
Ordo : Coleoptera
Family : Chrysomelidae
Genus : Aulocophora
Species : Aulocophora similis Oliver
(Anonim, 2009)
Stadia Merusak
Aulocophora similis Oliver merusak tanaman dari stadia larva dan stadia imago.
Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Gejala terserang kumbang ini yaitu tanaman menjadi layu karena jaringan akarnya
dimakan larva dan daunnya dimakan kumbang. Hama ini juga menyerang akar. Kumbang
daun ini merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat,
daun tinggal tulangnya.
Pengendalian
Pengendalian secara kimia yaitu dengan menyemprot insektisida curacon 500 EC.
Pengendalian secara mekanik yaitu dengan gropyokan. Pengendalian juga dapat
menggunakna Natural BVR atau PESTONA.
b.4 Siput (Achatina fulica)

Sistematika
Kingdom : Animalia
Phylum : Molluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Pulmonata
Famili : Achanidae
Genus : Achatina
Species : Achatina fulica
Stadia Merusak
Hama bekicot (Achatina fulica) merusak tanaman pada stadia imago atau hewan
dewasa.
Gejala Serangan dan Bagian yang Dirusak
Hama tersebut dapat daun menghabiskan daun hingga yang tersisa tulang daun beserta
jalur-jalur kecil mesofilnya sehingga daun menjadi kering kecokelatan. Bila ini dibiarkan,
produksi buah bisa berkurang.
Siput juga dapat menyerang tanaman pare. Tanaman terkoyak-koyak dan rusak. Bila
tanaman masih kecil, serangan siput bisa mematikan.
Bagian tumbuhan yang diserang bekicot berbeda-beda mulai dari bagian kulit batang,
daun, bunga, buah, tumbuhan muda, sisa tumbuhan yang telah kering sampai bagian
keseluruhan dari tumbuhan tersebut.

Pengendalian
Pengendalian hama bekicot di antaranya dapat dilakukan dengan cara:Pemberantasannya
dengan membuang dan membasmi semua bekicot yang berada di tanaman dan sekitar
tanaman. Bila dalam jumlah banyak perlu memakai insektisida/dijebak dengan bubuk prusi.
Selain itu dapat dilakuakan dengan sanitasi lingkungan yaitu dengan membersihkan
areal pertanaman karena hama ini menyukai tempat-tempat yang lembab dan kotor.
Pengendalain secraa biologi dapat dilakuakan dengan menggunakan Jamur
Metharizium, karena Metharizium anisopliae merupakan salah satu mikroba yang dapat
mengendalikan hama tanaman ya termasuk hama bekicot ini.

You might also like