You are on page 1of 10

PENGKAJIAN BUDIDAYA LADA DI BANGKA BELITUNG

Ana Feronika Cindra Irawati, Ahmadi, Issukindarsyah


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kep. Bangka Belitung
E-mail: bptp-babel@litbang.deptan.go.id


ABSTRAK

Lada merupakan salah satu komoditas unggulan di Propinsi Bangka-Belitung (Babel).
Namun demikian terdapat beberapa permasalahan dalam usaha tani komoditas ini. Di
antaranya adalah menurunnya produksi, kualitas, dan minat petani. Pengkajian ini bertujuan
untuk menerapkan dan mengenalkan kepada petani mengenai paket teknologi budidaya
lada ramah lingkungan. Metodologi yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah berupa
penerapan paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan di empat lokasi di Babel. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa paket teknologi yang diterapkan dapat meningkatkan
produktifitas dan efisiensi tanaman, yaitu dengan terdapatnya peningkatan atau perbaikan
kondisi tanaman dan kondisi intensitas serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT),
yang relatif menurun.

Kata kunci: Lada, Budidaya ramah lingkungan, Bangka-Belitung



ABSTRACT

Pepper is one of the essential commodity in Bangka-Belitung (Babel) Province.
Although, there are some problems in the culturing of pepper, are decreaseing of production,
quality, and interest of farmer. The aims of this assesment are to introduce and apply the
package of pepper technology that friendliness to farmers. Metodology that used was
application of package of technology in four locations in Babel. The results show that
application of this package increased productivity and efficiency. There were increasing or
repairing of plants condition dan decreasing of pests attact intencity.

Key words: Pepper, Environment frindliness culture, Bangka-Belitung

1
I. PENDAHULUAN
Sektor pertanian sampai sekarang masih merupakan sektor penting dalam
pembangunan nasional. Peranan sektor ini di antaranya adalah dalam penciptaan lapangan
kerja, penyediaan bahan pangan, penyumbang devisa, dan pendukung perekonomian
nasional. Ketangguhan sektor pertanian juga telah diuji dalam sejarah perekonomian bangsa
dengan masih kuatnya sektor ini dalam krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak
pertengahan tahun 1997.
Di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, sektor pertanian juga mempunyai peranan
penting, terlihat dari kontribusinya sekitar 20% terhadap PDRB (BPS Kep. Bangka Belitung,
2004). Sektor ini hanya disaingi oleh sektor industri (terutama industri tambang timah) yang
juga menjadi andalan perekonomian rakyat. Sebagai propinsi yang baru lahir, upaya-upaya
memperkuat sektor pertanian di Bangka Belitung merupakan salah satu strategi
pembangunan yang perlu mendapat dukungan luas.
Kalau diamati secara lebih cermat, sektor pertanian di Kepulauan Bangka Belitung
masih didominasi oleh sub sektor perkebunan, baik karena historis maupun kondisi pedo-
agroklimat yang ada. Salah satu komoditas perkebunan yang paling dominan dalam pola
usahatani masyarakat Bangka Belitung adalah usahatani lada. Sejak jaman Belanda,
tanaman lada dari Bangka dikenal sebagai lada kualitas tinggi yang terkenal di dunia
internasional dengan sebutan Muntok White Pepper. Predikat inipun sekarang masih
melekat pada lada yang berasal dari Bangka, meskipun nuansanya semakin memudar.
Sebagai salah satu komoditas andalan di Propinisi Kepulauan Bangka Belitung,
lada masih perlu mendapatkan perhatian serius, mengingat tidak banyak penghasil lada di
Indonesia, apalagi dengan kualitas seperti yang dihasilkan di daerah ini. Oleh karena itu
upaya-upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, serta rehabilitasi kebun lada perlu terus
ditingkatkan. Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman lada, peningkatan
kualitas hasil lada, dan jaminan pemasaran, harga, hingga ke peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani lada akhirnya menjadi hal yang sangat penting.
Permasalahan yang dihadapi usahatani lada di Bangka sekarang ini adalah makin
menurunnya produksi, kualitas, dan minat petani. Adanya peluang bekerja di tambang timah
rakyat yang dikenal dengan istilah TI (Tambang Inkonvensional) dengan pendapatan relatif
tinggi menyebabkan banyak petani beralih ke usaha ini. Pemeliharaan kebun lada menjadi
usaha sampingan, sehingga produksi dan produktivitas, serta kualitas hasil lada semakin
menurun.
Pemerintah Daerah di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung sebetulnya masih
memberikan prioritas tinggi terhadap pengembangan komoditas lada. Namun dengan
2
adanya permasalahan-permasalahan tersebut menyebabkan upaya-upaya peningkatan
produksi, produktivitas, dan kualitas lada menjadi kurang optimal.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Bangka Belitung
mencoba membaca situasi ini dengan mereview hasil-hasil penelitian dan pengkajian yang
sebelumnya telah dilakukan oleh Kebun Percobaan Petaling (nomenklatur institusi BPTP
Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya). Beberapa kegiatan penelitian dan pengkajian
mengenai lada, terutama dalam aspek budidaya, pengendalian hama/penyakit telah
dilakukan (BP2TP, 2003?; Deciyanto dkk., 2000; Manohara dkk., 2000). Penelitian dan
pengkajian tentang budidaya lada ramah lingkungan yang terakhir dilakukan telah mencoba
upaya peningkatan produktivitas lada melalui efisiensi biaya produksi, penggunaan pupuk
organik, penggunaan tiang panjat hidup, dan aplikasi pestisida alami yang ramah
lingkungan. Hasil terakhir pengkajian ini menunjukkan adanya efisiensi biaya produksi dan
peningkatan produktivitas.
Tujuan kegiatan pengkajian agribisnis lada ini adalah untuk Menerapkan paket
teknologi budidaya lada ramah lingkungan di kepulauan Bangka Belitung.

II. METODOLOGI
Sampel untuk penelitian pengembangan ditetapkan untuk tiga orang responden petani lada
dengan luasan lahan 0,5 ha yang sudah ditanami lada yang sudah berproduksi. Kegiatan
lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket teknologi usahatani lada yang berbasis
pada teknologi budidaya lada ramah lingkungan, yang juga bertujuan untuk mengetahui
efisiensinya. Penerapan paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan, mencakup:
a. Penggunaan tiang panjat hidup,
b. Penggunaan tanaman penutup tanah (Arachis pentoii),
c. Penggunaan pupuk organik dan inorganik,
d. Penggunaan pestisida alami (nabati) dan agensia hayati,
e. Teknik pemeliharaan lainnya (pemangkasan, perbaikan drainase, dan lain lain).
Pengamatan dilakukan pada aspek agronomi, yang berupa data vegetatif dan generatif
(produksi).

3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengkajian ini menggunakan empat lokasi di Babel yaitu, di Kabupaten Bangka
(Desa Zed), Bangka Barat (Desa Kelapa), Bangka Tengah (Desa Cambai), dan Bangka
Selatan (Desa Payung). Setiap kabupaten diguanakan satu lokasi dengan luas masing-
masing 0,5 ha, yang terdiri dari 1.250 tanaman.
1. Penggunaan Tiang Panjat Hidup
Budidaya lada ramah lingkungan memerlukan tiang panjat hidup yang berfungsi
sebagai tiang panjat, pengatur kelembaban, dan menjaga kelestarian lingkungan dan
kesinambungan kehidupan tanaman lada sepanjang daur hidupnya. Menurut Manohara &
Wahyuno (2005), tiang panjat ini sangat penting untuk mengurangi stres yang menyebabkan
tanaman menjadi lemah, terutama saat musim kemarau, karena lada membutuhkan cahaya
matahari berkisar antara 50-75 %. J enis tiang panjat hidup yang sesuai untuk lada adalah
dadap cangkring (Erythrina fusca) dan gamal (Glyricidia maculata). Tiang panjat hidup dadap
cangkring digunakan di lokasi pengkajian di Desa Cambai dan Desa Kelapa, sedangkan
tiang panjat hidup gamal digunakan di lokasi pengkajian di Desa Zed dan Desa Payung.
2. Pengunaan Tanaman Penutup Tanah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis Arachis pentoii merupakan jenis tanaman
penutup tanah di perkebunan lada yang paling menguntungkan. Sifat-sifat Arachis pentoii ini
antara lain adalah: (1) mencegah erosi, (2) seresah Arachis pentoii dapat menjadi media
pertumbuhan dan perkembangan jamur antagonis Trichoderma sp. yang menekan terjadinya
penyebaran penyakit, khususnya penyakit busuk pangkal batang, (3) sebagai habitat
Spathius piperis yang merupakan musuh alami penggerek batang lada, (4) menjaga
stabilitas kelembaban tanah, (5) menekan gulma dan mengurangi biaya penyiangan, dan (6)
sebagai pakan ternak kambing. Penutup tanah Arachis pentoii telah digunakan di lokasi
pengkajian Desa Cambai dan Desa Kelapa, sedangkan di lokasi pengkajian Desa Zed dan
Desa Payung tanaman penutup tanah masih menggunakan gulma-gulma yang sudah
terdapat di lokasi pengkajian.
3. Aplikasi Pupuk Organik dan Inorganik
Rekomendasi yang diberikan kepada petani adalah menggunakan pupuk organik
berupa pupuk kandang (kotoran sapi) dan pupuk inorganik (NPK dan KCl), serta kapur
(Dolomit). Pupuk kandang diberikan setahun dua kali dengan dosis total 10 kg per tanaman.
Pupuk inorganik diberikan berupa NPK (15:15:15) sebanyak 1,62 ton untuk setiap lokasi
dengan 1.250 tanaman lada (1,296 kg/tanaman/tahun). Pupuk KCl diberikan sebanyak 910
ton di setiap lokasi pengkajian (0,728 kg/tanaman/tahun). Pupuk KCl ini sifatnya melengkapi
4
pupuk majemuk NPK yang telah diberikan, dan dapat diberikan berupa jerami atau sisa-sisa
daun tanaman yang biasanya jatuh di sekitar perakaran tanaman.
Rekomendasi pengapuran lahan diberikan berupa Dolomit dengan jumlah 625 kg
per lokasi (0,5 kg / tanaman). Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian
besar petani kooperator tidak cukup dana untuk membeli pupuk tambahan sesuai dengan
rekomendasi, dengan demikian hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap produktivitas
tanaman. Dosis pemupukan yang dilakukan oleh keempat petani kooperator pengkajian
dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Dosis pemupukan yang dilakukan oleh keempat petani kooperator pengkajian di
empat lokasi

Lokasi Desa ( Kg / tanaman)
No. J enis Pupuk
Kelapa Cambai Payung Zed
Rekomendasi
(kg/tan)
1 Pupuk kandang* 3,05 3,92 4,36 1,92 10,00
2 NPK* 1,09 1,40 1,56 0,69 1,29
3 KCl* 0,55 0,70 0,78 0,34 0,73
4 Dolomit* 0,55 0,70 0,78 0,34 0,50
Tambahan oleh Petani Urea: 0,22 -
Urea: 0,07
TSP: 0,07
-
* J enis pupuk yang merupakan bantuan dari BPTP untuk kegiatan Pengkajian Agribisnis
Lada di Babel.

4. Penggunaan Pestisida Nabati dan Agensia Hayati
a). Trichoderma sp.
Trichoderma sp. merupakan jenis jamur yang berfungsi sebagai agen hayati dalam
menekan pertumbuhan dan perkembangan, bahkan mematikan Phytophtora capsici, yang
merupakan jamur penyebab penyakit busuk pangkal batang. Di setiap lokasi pengkajian,
dengan tanaman lada sebanyak 1.250 batang, perlu diaplikasikan dengan dosis sebanyak
100 gram per tanaman. Untuk pencegahan, aplikasi ini dilakukan tiap 3 bulan sekali.
b). Ekstrak nimba
Ekstrak nimba merupakan pestisida nabati yang cukup efektif untuk pengendalian
berbagai macam organisme pengganggu tanaman (OPT) lada. Beberapa jenis OPT lada
yang dapat diatasi dengan pestisida alami ini, antara lain: hama penggerek batang,
penghisap buah, penghisap bunga, penyakit busuk pangkal batang, penyakit kuning, dan
penyakit kerdil. Ekstrak nimba kemasan berupa cairan nimba dapat diaplikasikan ke
5
tanaman dengan dosis 4 ml per liter (sesuai rekomendasi pada label kemasan produk.
Aplikasi pestisida ini dilakukan terutama menjelang terbentuknya buah dan bunga, namun
bila di pertanaman banyak dijumpai OPT lada aplikasi dapat segera dilakukan.
5. Teknik Pemeliharaan lainnya
Tanaman lada yang dipakai dalam kegiatan pengkajian ini sudah berumur 2 tahun ke
atas, dengan demikian sudah tidak dilakukan pemangkasan untuk tanaman lada.
Pemangkasan untuk tiang panjat hidup, baik jenis dadap cangkring maupun gamal dilakukan
untuk mengatur kelembaban dan intensitas cahaya matahari yang diperlukan untuk tanaman
lada. Pada dasarnya tanaman lada membutuhkan intensitas penyinaran matahari sekitar 50-
75% (Anonim, 2005). Kondisi tiang panjat yang rimbun akan mempengaruhi kemampuan
bunga berhasil menjadi buah, sehingga pada saat berbunga sinar matahari yang diterima
oleh tanaman cukup. Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada musim hujan untuk menjamin
tetap tumbuhnya tunas baru dan menjaga agar tanaman peneduh tidak terlalu rimbun.
Dengan demikian pemangkasan tanaman disesuaikan dengan ketentuan tersebut.
Pemangkasan tiang panjat hidup yang dilakukan pada setiap lokasi pengkajian ini sangat
tergantung pada kondisi lahan. Umumnya petani kooperator melakukan pemangkasan 3-5
kali setahun.
Penyiangan dilakukan di sekeliling tanaman lada dan tiang panjat sekitar bawah
kanopi (pembokoran). Di daerah pembokoran ini harus bebas dari gulma atau tanaman
pengganggu lain. Penyiangan bertujuan untuk mengurangi kompetisi makanan antara lada
dan tanaman lain serta untuk menjaga kelembapan, yang tentunya berpengaruh pada
keberadaan patogen. Penyiangan dapat dilakukan secara mekanik maupun kimiawi.
Umumnya petani melakukan penyiangan secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan
herbisida selektif, karena memerlukan waktu yang relatif lebih cepat dan murah.
Untuk kelancaran aliran air diperlukan saluran drainase yang baik karena lada tidak tahan
terhadap genangan air. Di samping itu adanya genangan air akan mendukung
perkembangan OPT. Agar air tidak menggenang di daerah pertanaman, dibuat guludan-
guludan membujur atau melintang (seragam), sehingga terbentuk saluran-saluran drainase
di sekeliling tanaman. Saluran ini dihubungkan dengan parit yang dapat mengalirkan air ke
luar areal pertanaman (Gambar 1).

6

Gambar 1. Pembuatan saluran drainase

Kegiatan pemeliharaan lainnya dilakukan dengan cara pembersihan kebun (sanitasi).
Tanaman sakit parah atau terserang parah oleh hama/penyakit maupun sisa-sisanya segera
dimusnahkan, dengan cara dibakar atau dibenamkan dalam-dalam ke tanah, karena dapat
menjadi sumber inokulum OPT.
6. Produktivitas tanaman Lada
Hasil pengamatan produktivitas buah lada di empat lokasi pengkajian menunjukkan
beberapa perbedaan. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanaman, lingkungan, dan aktifitas
petani itu sendiri dalam upaya pemeliharaan tanaman. Perlakuan pemupukan, pengendalian
OPT, dan pemeliharaan lainnya berpengaruh terhadap produksi buah lada.
Pengamatan skoring kondisi vegetatif tanaman yang dilakukan selama masa
pemeliharaan, setiap dua bula sekali, menunjukkan bahwa relatif terdapat peningkatan atau
perbaikan kondisi tanaman (Gambar 2).
0
2
4
6
8
1 2 3 4
Pengamatan ke-
N
i
l
a
i

(
X
1
0
)
Kelapa
Cambai
Payung
Zed

Gambar 2. Skoring pertumbuhan vegetatif di empat lokasi pengkajian

7
Kondisi pertanaman di desa Payung dan Zed lebih baik pertumbuhan vegetatifnya
(kenampakan morfologisnya), dibandingkan dengan kondisi pertanaman di desa Cambai dan
Payung. Hal ini dapat disebabkan karena tanaman di desa Payung dan Zed tergolong lebih
muda (+2 - 3 tahun), dibanding di desa Cambai dan Kelapa (+4 - 5 tahun).
Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa kondisi pertanaman di desa Payung
hampir sama dengan di desa Zed. Hal ini disebabkan karena di kedua lokasi ini kondisi
pertumbuhan lada masih optimal, sehingga dengan teknik pemeliharaan dan perawatan
yang sama memberikan kondisi yang hampir sama pula. Kondisi tanaman di desa Cambai
lebih baik dibandingkan dengan di desa Kelapa. Hal ini lebih disebabkan karena faktor
aktifitas petani. Petani di desa Cambai, hasil pengamatan temu lapang (petani kooperator
tim pengkaji), tergolong lebih telaten / ulet dalam memelihara dan merawat kebunnya
dibanding petani di desa Kelapa.
Seirama dengan kondisi pertumbuhan tanaman, pada pengamatan terhadap intesitas
serangan OPT, secara umum kondisinya relatif menurun (Gambar 2).

0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4
Pengamatan ke-
I
S

(
%
)
Kelapa
Cambai
Payung
Zed

Gambar 3. Intensitas serangan OPT di empat lokasi pengkajian

Pengamatan generatif menunjukkan bahwa dengan teknologi yang diterapkan oleh
BPTP, hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang dihasilkan oleh
bukan petani kooperator peserta pengkajian (Tabel 2).
8
Tabel 2. Produksi lada di empat lokasi pengkajian dan hasil survai Agribisnis Lada di Kep.
Bangka Belitung tahun 2005

No. Lokasi Produksi (kg/tanaman)
1 Desa Kelapa* 0,80
2 Desa Cambai* 1,52
3 Desa Payung* 0,70
4 Desa Zed* 1,00
Rerata 1,00
5 Bangka** 0,38
6 Bangka Barat** 0,30
7 Bangka Tengah** 0,10
8 Bangka Selatan** 0,14
Rerata 0,23
* Hasil Pengkajian Agribisnis Lada.
** Hasil Survai Agribisnis Lada di Kep. Bangka Belitung tahun 2005.
Kondisi-kondisi tersebut disebabkan karena teknologi yang direkomendasikan dapat
diterapkan oleh petani kooperator dengan baik. Produktivitas tanaman lada ini dapat lebih
meningkat lagi bila rekomendasi yang diberikan diterapkan sepenuhnya.

IV. KESIMPULAN
1. Paket teknologi budidaya lada ramah lingkungan yang diterapkan dan dikembangkan di
Pulau Bangka dalam kegiatan pengkajian yang dilakukan BPTP dapat meningkatkan
efisiensi dan meningkatkan produktivitas tanaman lada.
2. Langkah-langkah selanjutnya yang perlu dipersiapkan dalam rangka pengembangan
lada di Kepulauan Bangka Belitung antara lain adalah dengan diseminasi hasil-hasil
pengkajian kepada masyarakat petani lada, peningkatan kualitas hasil lada,
memperkuat persatuan atau asosiasi petani lada, sehingga agribisnis lada menjadi lebih
menguntungkan bagi petani lada.

9
DAFTAR PUSTAKA

*Anonim. 2005. Pedoman Budidaya Tanaman Lada (Piper nigrum Linn.). Balitro.21p.

*BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung. 2004. Bangka Belitung dalam Angka 2003. 256p.

*BP2TP. 2003. Laporan Akhir Pengembangan Paket Teknologi Lada Ramah Lingkungan
Mendukung Agribisnis dengan Pola Kemitraan di Bangka Belitung. 96p

*Deciyanto, I. Mustika, D. Manohara, Siswanto, I. Mara Trisawa. 2000. Pengenalan Hama
dan Penyakit Penting Tanaman Lada serta Musuh Alaminya. Bagpro Penelitian
Tanaman Perkebunan. Ditjen Perkebunan. Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
56p.

*Manohara, D., I Wayan Laba, Siswanto, Ika Mustika, Toto Djuwarso, Supriadi, Asnimar Alwi.
2000. Hama dan Penyakit Utama Tanaman Lada serta Teknik Pengendaliannya.
Bagpro Penelitian Tanaman Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Departemen
Kehutanan dan Perkebunan.p.

*Manohara, D, & D. Wahyuno. 2005. Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada dan Cara
Pengendaliannya. Balitro. Bogor. 6p.

10

You might also like