You are on page 1of 12

PENGAMATAN KONSENTRASI, STRUKTUR SEL DAN WAKTU BEKU

DARAH





















Oleh :
Nama : Ine Nurmala
NIM : B1J010032
Rombongan : III
Kelompok : 3
Asisten : Santi Herowati






LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I






KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eritrosit merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya, jauh
melebihi yang lain. Setiap milimeter kubik darah manusia mengandung 5-6 juta
sel darah merah, dan terdapat sekitar 25 triliun jenis sel ini dalam keseluruhan 5 L
darah dalam tubuh. Struktur sel darah merah merupakan contoh lain yang sangat
baik tentang struktur yang disesuaikan dengan fungsi. Sebuah eritrosit manusia
berbentuk cawan bikonkaf, bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian tepi.
Eritrosit mamalia tidak mengandung inti, suatu karakteristik yang tidak umum
pada sel hidup. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter 12 m) juga sesuai
dengan fungsinya. Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen.
Leukosit atau sel darah putih berfungsi secara kolektif untuk melawan dan
memerangi infeksi dengan berbagai cara, seperti memfagositosis. Sel darah putih
memiliki lima jenis utama, yaitu monosit, neutrofil, basofil, eosinofil dan limfosit.
Sel darah putih menghabiskan waktunya di luar sistem sirkulasi, berpatroli di
cairan interstisial dan limfatik. Secara normal satu milimeter kubik darah manusia
mempunyai sekitar 5.000 sampai 10.000 leukosit. Jumlah sel ini akan meningkat
sementara waktu jika tubuh terkena infeksi.
Trombosit atau keping darah merupakan unsur seluler ketiga darah.
Trombosit adalah fragmen-fragmen sel dengan diameter sekitar 1 sampai 3 m.
Keping darah tidak mempunyai nukleus dan bermula sebagai suatu sel sitoplasmik
yang memisah dari sel besar dalam sumsum tulang. Keping darah memasuki
darah dan berfungsi penting dalam proses penggumpalan darah.
Konsentrasi dan struktur sel darah merah dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan di sekeliling sel. Konsentrasi internal sel harus selalu dijaga agar sel
darah merah tetap dalam keadaan optimal sehingga sel darah merah dapat terus
melakukan fungsinya dan metabolisme tubuh terus terjaga. Pada kondisi
lingkungan yang berbeda sel darah merah memiliki respon yang berbeda-beda, sel
dapat mengalami pengkerutan, pembengkakan bahkan lisis atau pecah. Perubahan
media lingkungan mengakibatkan struktur sel darah menjadi abnormal karena
adanya aliran materi kedalam sel maupen keluar dari sel.

B. Tujuan
Memahami respon sel darah merah terhadap berbagai macam media yang
mempunyai konsentrasi osmotis berbeda, sekaligus dapat mengetahui konsentrasi
internal sel darah merah. Memahami bentuk dan struktur sel dan membandingkan
bentuk dan struktur sel darah katak (Ferzeria cancrivora), mencit (Mus
musculus), ikan lele (Clarias batrachus). Memahami proses pembekuan darah dan
menentukan lamanya waktu pembekuan darah pada manusia(Homo sapien).
































II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum ini yaitu darah katak (), mencit
(Mus muscullus), ikan lele (Clarias batrachus) dan darah manusia (Homo sapien),
larutan NaCl 0,2%; 0,4%; 0,6%; 0,9%; dan 1,0%, kloroform atau ether, alkohol
70%, antikoagulan: Na-sitrat, objek gelas dan kaca penutup, mikroskop, lancet,
kapas, syring dan pembuluh kaca kapiler.

B. Metode
Konsentrasi Darah:
1. Bagian ekor mecit (Mus musculus) di potong dengan menggunakan
gunting dan diambil darahnya kemudian diberi antikoagulan.
2. Darah mencit diteteskan pada gelas objek, kemudian tambahkan beberapa
tetes larutan NaCl 0,2% dan segera tutup dengan kaca penutup. Bila tidak
segera ditutup akan terjadi penguapan hingga mengubah konsentrasi
larutan NaCl.
3. Campuran tersebut diamati dibawah mikroskop.
4. Darah mencit diteteskan pada gelas objek dan lakukan langkah kerja
seperti di atas untuk tetesan darah berikutnya dengan menggunakan NaCl
0,4%; 0,6%; 0,9%; dan 1,0%. Setiap campuran darah pada konsentrasi
tertentu harus segera diamati dibawah mikroskop karena penundaan
pengamatan setelah pencampuran akan menyebabkan terlewatinya proses
berlangsung.
5. Bentuk sel darah pada setiap konsentrasi NaCl diamati dan ditentukan
pada konsentrasi yang mana sel darah merah tidak mengalami perubahan
bentuk, kemudian diambil masing-masing sel darahnya.
Struktur Sel Darah Merah:
1. Darah mencit diletakan di atas cawan petri, ditetesi dengan larutan EDTA
2. Darah diteteskan pada gelas objek, kemudian ditambahkan beberapa tetes
larutan NaCl 0,6 % dan ditutup dengan kaca penutup.
3. Campuran tersebut diamati di bawah mikroskop.
4. Prosedur kesatu sampai keempat diatas dilakukan terhadap darah manusia
dengan menggunakan larutan NaCl 0,9 %.
5. Perbedaan antara sel darah diamati dengan mikroskop.
Waktu Beku Darah:
1. Jari tangan dibersihkan dengan alkohol 70%, setelah alkohol mengering
tusuk jari dengan lancet steril atau lanset sekali pakai (disposable).
2. Tetesan darah yang keluar dari jari di tempelkan pada pipa. Ditunggu 1
menit.
3. Setelah 1 menit pembuluh kaca kapiler dipotong sedikit demi sedikit
sampai terlihat fibrin yang terbentuk ditandai dengan potongan kapiler
yang tetap menempel atau menggantung setelah dipatahkan.
4. Waktu yang diperlukan darah untuk membeku dicatat, yaitu sejak jari
tangan dilukai hingga kapiler yang dipatahkan tetap menggantung.
























III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Data Pengamatan Diameter Sel Darah
Hewan
Uji
Kelompok
Diameter Sel Darah pada konsentrasi
0,2% 0,4% 0,6% 0,9% 1,0%
Katak
1
20 m 15m 24m Lisis 19,2m
2
Mencit
3
7,5m 5m 5m Lisis Lisis
4
Lele
5
7,5m 10m 7,2m 14,4 m 21,6 m
6

Tabel 2. Data Pengamatan Waktu Beku Darah
Kelompok Waktu Beku Darah
1 1 menit
2 3 menit
3 2 menit
4 1 menit
5 1 menit, 3 detik
6 6 menit

Kalibrasi :

x 10 =

x 10 = 2,5 m

Perhitungan :
NaCl 0,2% = 3 x 2,5 = 7,5 m
NaCl 0,4% = 2 x 2,5 = 5 m
NaCl 0,6% = 2 x 2,5 = 5 m
NaCl 0,9% = Lisis
NaCl 1,0% = Lisis

B. Pembahasan
Hasil pengamatan diameter sel darah katak () kelompok 1 dan 2 pada
konsentrasi larutan NaCl 0,2% yaitu 20 m, pada konsentrasi 0,4% yaitu 15 m,
pada konsentrasi 0,6% yaitu 24 m, pada konsentrasi 0,9% sel darahnya
mengalami lisis dan pada konsentrasi 1,0% yaitu 19,2 m. Pengamatan diameter
sel darah mencit (Mus musculus) kelompok 3 dan 4 pada konsentrasi larutan NaCl
0,2% didapatkan hasil 7,5 m, pada konsentrasi 0,4% dan 0,6% didapatkan hasil
sebesar 5m dan pada konsentrasi 0,9% dan 1,0% sel darahnya mengalami lisis.
Pengamatan diameter sel darah ikan lele (Clarias batrachus) yang didapat dari
kelompok 5 dan 6 pada konsentrasi larutan NaCl 0,2% sebesar 7,5 m, pada
konsentrasi 0,4% sebesar 10 m, pada konsentrasi 0,6% sebesar 7,2 m, pada
konsentrasi 0,9% sebesar 14,4 dan pada konsentrasi 1,0% m didapatkan hasil
sebesar 21,6 m. Lamanya waktu beku darah pada kelompok 1 dan 4 yaitu pada
waktu 1 menit, kelompok 2 pada waktu 3 menit, kelompok 3 pada waktu 2 menit,
kelompok 5 pada waktu 1 menit 3 detik dan kelompok 6 pada waktu 6 menit.
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel darah yang paling banyak
jumlahnya. Eritrosit mamalia tidak mengandung nukleus, sedangkan pada kelas
vertebrata lain mempunyai eritrosit yang bernukleus. Ukuran eritrosit kecil
dengan diameter sekitar 12 m. Meskipun eritrosit berukuran sangat kecil, sel itu
mengandung sekitar 250 juta molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan
pembawa oksigen yang mengandung besi. Terdapat lima jenis utama leukosit
yaitu monosit, neutrofil, basofil, eosinofil dan limfosit. Fungsinya secara kolektif
adalah untuk melawan dan memerangi infeksi dengan berbagai cara. Sebagai
contoh monosit dan neutrofil adalah fagosit yang menelan dan mencerna bakteri.
Keping darah adalah fragmen sel dengan diameter sekitar 2-3 m. Keping darah
tidak mempunyai nukleus dan berfungsi dalam proses penggumpalan darah
(Campbell, 2004).
Proses keluar masuknya zat dari dan ke dalam sel disebut transportasi zat,
Salah satu proses transportasi zat melewati membran adalah osmosis. Osmosis
merupakan proses perpindahan molekul-molekul zat pelarut, terutama air, dari
tempat berkonsentrasi rendah ke tempat berkonsentrasi tinggi dengan melewati
sekat / membran selektif permeable. Proses osmosis akan berhenti jika kedua
larutan di tiap sisi membran telah mencapai konsentrasi yang sama (Chandramin,
1997).
Peristiwa osmosis terjadi pada sel-sel darah merah yang ditempatkan
dalam larutan yang lebih encer (hipotonis). Konsentrasi ini membuat konsentrasi
cairan dalam sel-sel darah merah lebih tinggi sehingga molekul-molekul cairan di
luar sel masuk ke dalam sel-sel darah merah. Hal ini menyebabkan sel-sel dalam
sel darah merah meningkat, bahkan menyebabkan sel-sel darah merah
menggelembung. Jika hal itu terjadi terus-menerus, sel-sel darah merah dapat
pecah (hemolisis). Keadaan ini disebut hipoosmotik. Sebaliknya, jika sel-sel darah
merah ditempatkan di dalam larutan yang lebih pekat (hipertonis) daripada sel-sel
darah merah, misalnya larutan NaCl, molekul-molekul air di dalam sel-sel akan
tersedot keluar sehingga sel-sel darah merah akan mengkerut. Peristiwa tersebut
dinamakan plasmolisis. Kondisi ini dinamakan hiperosmotik. Apabila sel-sel
darah merah ditempatkan di dalam larutan berkonsentrasi sama (isotonis) dengan
konsentrasi sel-sel darah merah, bentuk-bentuk sel darah merah akan tetap karena
tekanan osomosisnya sama. Hal ini dinamakan kondisi isoosmotik (Pharmaspica,
2011).
Darah akan mengalami koagulasi jika berada di luar tubuh makhluk hidup.
Koagulasi adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid darah yang
memicu partikel koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan darah dan
pembentukan trombus. Koagulasi adalah bagian penting dari hemostasis, yaitu
saat penambalan dinding pembuluh darah yang rusak oleh keping darah dan faktor
koagulasi (yang mengandung fibrin) untuk menghentikan pendarahan dan
memulai proses perbaikan. Kelainan koagulasi dapat meningkatkan risiko
pendarahan atau trombosis. Homeostasis merupakan konsep tentang stabilitas
lingkungan internal. Homeostasis harus selalu terjaga untuk mencegah perubahan
kondisi lingkungan internal yang ekstrem. Sistem umpan balik positif dan sistem
umpan balik negatif merupakan mekanisme untuk menjaga homeostasis. Proses
pembekuan darah atau koagulasi termasuk contoh sistem umpan balik positif.
Sistem umpan balik positif memiliki pemahamam bahwa perubahan awal suatu
variabel akan menghasilkan perubahan yang semakin besar (Hickman, 1972).
Hemostasis dinilai dengan pengukuran waktu perdarahan (BT), dengan hasil
yang diberikan dalam Tabel 1. Para Rata-rata nilai waktu perdarahan pada hewan
dengan Ht yang normal adalah 0,2 menit. Perdarahan yang kali minimal
berkepanjangan (4,0-0,2 menit) pada hewan dengan yang rendah Ht dibandingkan
dengan (tinggi 3, 0, 1 menit) dan Ht normal, kelompok (P <.05 Dalam kedua
kasus), meskipun perdarahan kali dalam semua kelompok berada dalam batas
normal (rentang 3,0 sampai 4,5 menit) Pengaruh kondisi Pow variabel pada
pembentukan trombus. Pembentukan trombus dinilai dengan menentukan
relativitas tive jumlah trombosit, fibrin, dan sel darah merah diendapkan dalam
perangkat thrombogenic. Perangkat terkena darah untuk maksimum 40 menit.
Dalam kondisi aliran tinggi, trombus oklusif formasi dengan penghentian aliran
ditebak terjadi dalam 30 sampai 40 menit. Dalam kondisi aliran rendah,
perangkat terkena selama 40 menit, tidak ada oklusi yang diamati selama periode
waktu. Deposisi trombosit ke segmen kolagen meningkat (Cadroy and Hanson,
2011).
Linear dengan waktu di bawah kedua kondisi aliran tinggi dan rendah Darah
memiliki materi yang dapat menyumbat kebocoran atau luka dalam pembuluh
darah. Bahan perekat itu selalu ada dalam tubuh kita dalam bentuk inaktif yang
disebut fibrinogen. Gumpalan akan terbentuk hanya ketika protein plasma ini di
ubah ke dalam bentuk aktifnya, fibrin, yang mengumpul menjadi benang-benang
yang membentuk anyaman gumpalan-gumpalan. Mekanisme penggumpalan
umumnya dimulai dengan pembebasan faktor penggumpalan dari trombosit dan
melibatkan rantai reaksi yang kompleks, yang pada akhirnya akan membentuk
fibrinogen menjadi fibrin (Pearce, 2002).
Faktor anti penggumpalan pada darah dalam keadaan normal mencegah
penggumpalan secara spontan ketika tidak ada cidera atau perlukaan. Trombosit
dan benang-benang fibrin kadang-kadang mengalami koagulasi di dalam
pembuluh darah dan menghambat aliran darah. Gumpalan seperti itu disebut
trombus. Gumpalan seperti ini lebih mungkin terjadi pada pengidap penyakit
kardiovaskuler (Pearce, 2002).
Mekanisme pembekuan darah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Saat pembuluh darah terluka atau terpotong, darah akan keluar.
2. Trombosit akan pecah dan membebaskan enzim trombokinase.
3. Enzim ini akan mengubah protrombin menjadi trombin dengan bantuan ion
kalsium Ca
2+
dan vitamin K.
4. Trombin yang terbentuk selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi
benang-benang fibrin yang akan menutup luka sehingga pendarahan dapat di
hentikan (Leeason, 1996).
Proses penggumpalan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
intrinsik darah (fibrinogen, protrombin, proconvertin dan lain-lain) dan faktor
ekstrinsik darah (tromboplastin jaringan, tromboplastin pembuluh, luka,
permukaan kasar atau halus, suhu lingkungan, pengenceran, bahan antikoagulas
dan lain-lain). Permukaan kasar, suhu, lingkungan panas, dan pengadukan
mempercepat penggumpalan, sedangkan permukaan halus, suhu lingkungan
dingin, dan pengenceran menghambat proses koagulasi. Sementara itu
antikoagulan seperti EDTA, heparin, natrium sitrat/oxalat akan menghentikan
proses koagulasi. Laju endap darah atau BSR (Blood Sedimentation Rate)
merupakan kecepatan pengendapan butir darah merah berdasarkan waktu tertentu
(biasanya jam). Waktu LED meningkat (laju makin lama) bila terjadi penyakit
seperti defisiensi besi, eritrosit rapuh/tua, pengenceran darah, dan lain-lain
(Hoffbrand dan Petit, 1987).



KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan maka dapat diperoleh
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Pengamatan diameter sel darah mencit (Mus musculus) kelompok 3 dan 4
pada konsentrasi larutan NaCl 0,2% didapatkan hasil 7,5 m, pada
konsentrasi 0,4% dan 0,6% didapatkan hasil sebesar 5m dan pada
konsentrasi 0,9% dan 1,0% sel darahnya mengalami lisis.
2. beku darah pada kelompok 1 dan 4 yaitu pada waktu 1 menit, kelompok 2
pada waktu 3 menit, kelompok 3 pada waktu 2 menit, kelompok 5 pada
waktu 1 menit 3 detik dan kelompok 6 pada waktu 6 menit.
3. Peristiwa osmosis terjadi pada sel-sel darah merah yang ditempatkan
dalam larutan yang lebih encer sehinnga larutan masuk ke dalam sel dan
mengakibatkan sel menngembuh atau bahkan lisis disebut sebagai
hipoosmotik. Sebaliknya, jika sel-sel darah merah ditempatkan di dalam
larutan yang lebih pekat (hipertonis) daripada sel-sel darah merah,
molekul-molekul air di dalam sel-sel akan tersedot keluar sehingga sel-sel
darah merah akan mengkerut. Kondisi ini dinamakan hiperosmotik.
Apabila sel-sel darah merah ditempatkan di dalam larutan berkonsentrasi
sama (isotonis) dengan konsentrasi sel-sel darah merah, bentuk-bentuk sel
darah merah akan tetap karena tekanan osomosisnya sama. Hal ini
dinamakan kondisi isoosmotik.








DAFTAR REFERENSI
Chandramin. 1997. Sistem Pembekuan dan Fibronitik. Jurnal Kardiologi
Indonesia. Vol. XXII:109-120.

Leeson, T. 1996. Buku Ajar Histologi. EGC, Jakarta.

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT.Gramedia,
Jakarta.

Pharmaspica, 2011. Mekanisme Pembekuan Darah. http: //pharmaspica.
blogspot.com/2010/11/mekanisme-pembekuan-darah.html. diakses tanggal
14 November 2011.

Campbell, A. N, Reece, J. B, dan Mitchell, L. G. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid
Tiga. Erlangga, Jakarta.
Hickman, C. F. 1972. Biology of Animals. The C. V. Mosby Company, Saint
Louis.
Hoffbrand, A. V and J. E. Pettit. 1987. Hematologi. EGC, Jakarta.

You might also like