Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan, termasuk bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini dituangkan dalam visi pembangunan kesehatan dengan motto ‘‘Indonesia Sehat 2010” yang mempunyai misi yaitu: menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI,2003:4). Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok dalam usaha
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan, termasuk bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini dituangkan dalam visi pembangunan kesehatan dengan motto ‘‘Indonesia Sehat 2010” yang mempunyai misi yaitu: menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI,2003:4). Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok dalam usaha
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan, termasuk bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini dituangkan dalam visi pembangunan kesehatan dengan motto ‘‘Indonesia Sehat 2010” yang mempunyai misi yaitu: menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI,2003:4). Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok dalam usaha
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA LABORATORIUM POLTEKKES JURUSAN KEPERAWATAN
Oleh Kelompok 6 I Dewa Ayu Megarani (P07134012003) A. A. I. N. Gayatri Agung (P07134012011) Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P07134012023) Ni Komang Mira Yanti (P07134012031) I Gusti Nyoman Triadi (P07134012036) Dwi Karunia Wulandari (P07134012049)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2013 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan, termasuk bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini dituangkan dalam visi pembangunan kesehatan dengan motto Indonesia Sehat 2010 yang mempunyai misi yaitu: menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI,2003:4). Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok dalam usaha dibidang kesehatan seperti dijelaskan dalam UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan pasal 22 ayat 1 yang berbunyi : Bahwasanya kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, dapat dilakukan antara lain melalui peningkatan sanitasi lingkungan baik pada lingkungan tempatnya maupun bentuk atau wujud substansinya yang berupa fisik, kimia, atau biologi termasuk perubahan prilaku, sedangkan kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas dari segala resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Untuk itu dituntut pelaksanaan dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di laboratorium, terutama di laboratorium kesehatan seperti laboratorium praktek keperawatan. Oleh karena itu kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 dalam rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, bahan-bahan berbahaya di lab, kondisi lingkungan serta meningkatkan produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari mahasiswa di laboratorium, akan dibayangi dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Penyebab Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja 1. Penyebab Langsung ( Immediate Causes) Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan di rasakan langsung, yang di bagi 2 kelompok: a. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi antara lain: 1. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodilly defect) 2. Keletihan dan kelesuan (fatigiue and boredom) 3. Sikap dan tingkak laku yang tidak aman 4. Pengetahuan. b. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan menyebababkan kecelakaan, terdiri dari: 1.Mesin, peralatan, bahan. 2.Lingkungan 3.Proses pekerjaan 4.Sifat pekerjaan 5.Cara kerja
2. Penyebab Dasar (Basic causes). Penyebab Dasar (Basic Causes), terdiri dari 2 faktor yaitu a. Faktor manusia/personal (personal factor) Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill. Stres. Motivasi yang tidak cukup/salah b. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor) Factor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll. Factor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst Factor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga. Ergonomi dan psikososial. Menurut Sumamur faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) 85 % dan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) 15 %. Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultan dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Oleh karena itu, dengan ditemukannya berbagai hal yang menyangkut Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada lingkungan kerja khususnya laboratorium, perlu diberikan pemahaman yang lebih mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul Studi Pelaksanaan dan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Laboratorium Poltekkes Jurusan Keperawatan .
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana kondisi Laboratorium Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar ditinjau dari segi fisik? 1.2.2 Bagaimana tingkat kelelahan subjek sebelum dan sesudah melakukan praktikum? 1.2.3 Bagaimana penerapan K3 di lingkungan Laboratorium Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar baik dari segi tata letak sarana dan prasarana laboratorium serta pengolahan limbah laboratorium?
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Mengetahui kondisi Laboratorium Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar ditinjau dari segi fisik. 1.3.2 Mengetahui tingkat kelelahan subjek sebelum dan sesudah melakukan praktikum. 1.3.3 Mengetahui penerapan K3 di lingkungan Laboratorium Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar baik dari segi tata letak sarana dan prasarana laboratorium serta pengolahan limbah laboratorium.
1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Bagi mahasiswa, dapat menjadi sumber pembanding dalam penerapan K3 yaitu antara laboratorium analis kesehatan dengan laboratorium keperawatan. 1.4.2 Bagi umum, dapat mengetahui bagaimana penerapan K3 yang baik dan benar, serta dapat menjadi referensi dalam menerapkan K3 yang baik dan benar.
BAB II MATERI DAN METODE
2.1 Materi a. Lokasi Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Poltekkes Jurusan Keperawatan pada bulan Mei 2013. b. Jumlah Titik Pengukuran Pencahayaan Local illumination : 4 titik pengukuran General illumination : Kebisingan Kebisingan diukur pada 1 titik. Kelembaban Kelembaban diukur pada 1 titik Kecepatan angin/udara dalam ruang Kecepatan angin/udara dalam satu titik Tingkat kelelahan sebelum dan sesudah praktikum Melakukan wawancara terhadap 10 mahasiswa c. Sampel / objek penelitian Laboratorium Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar 10 mahasiswa keperawatan 2.2 Metode 2.2.1 Pengukuran pencahayaan Metode : Pengukuran Alat : Lux Meter 2.2.2 Pengukuran Kelembaban Metode : Pengukuran Alat : Psikrometer , thermometer ruangan, stopwatch 2.2.3 Pengukuran Kecepatan Udara/Angin Metode : Pengukuran Alat : Thermometer Kata 2.2.4 Pengukuran Kebisingan Metode : Pengukuran Alat : Sound Level Meter 2.2.5 Pengukuran Beban Kerja Metode : Wawancara Alat : Quisioner
BAB III TINJAUAN TEORITIS 3.1 Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang. Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor- faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut : 1. Sasarannya adalah manusia 2. Bersifat medis. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993). Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut: 1. Sasarannya adalah lingkungan kerja 2. Bersifat teknik. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya. 3.2 Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995) Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak. Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: 1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis. 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan dengan baik dan selektif. 3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. 6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
3.3 Ruang Lingkup K3 Ruang lingkup hiperkes dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan. 2. Aspek perlindungan dalam hiperkes meliputi : A. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian B. Peralatan dan bahan yang dipergunakan C. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial. D. Proses produksi E. Karakteristik dan sifat pekerjaan F. Teknologi dan metodologi kerja G. Penerapan Hiperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa. H. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hiperkes.
3.4 Pencahayaan Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek-obyek secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Kenyamanan di dalam bangunan gedung dan tempat kerja dapat dilakukan seefektif mungkin. Tata cara Perencanaa Sistem Pencahayaan Alami pada bangunan gedung bertujuan melengkapi peraturan-peraturan kenyamanan dan konservasi energi yang telah ada dan merupakan persyaratan minimum bagi bangunan gedung. Pembahasan Tata Cara Perencanaan Sistem Pencahayaan Alami pada bangunan gedung meliputi : kriteria perancangan, cara perancangan pencahayaan alami siang hari, pengujian dan pemeliharaan.
Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh : a) hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya. b) ukuran dan posisi lubang cahaya. c) distribusi terang langit. d) bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.
Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut: a. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi : 1 ) Komponen langit (faktor langit) yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit. Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja. 2) Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar) yakni komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan. 3) Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam) yakni komponen pencahayaan yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dan cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan. Pencahayaan Alami clan Was Lubang Cahaya a) Untuk memperoleh kualitas pencahayaan yang diinginkan maka di dalam perancangan perlu diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi kualitas pencahayaan tersebut. Kualitas pencahayaan alami siang hari dalam ruangan ditentukan oleh : 1) perbandingan luas lubang cahaya dan luas lantai. 2) bentuk dan letak lubang cahaya. 3) faktor refleksi cahaya dari permukaan di dalam ruangan. b) Kedudukan Lubang Cahaya Disamping ketiga faktor tersebut, perlu diperhatikan kedudukan lubang cahaya terhadap bagian lain dari bangunan dan keadaan lingkungan sekitamya yang dapat merupakan penghalang bagi masuknya cahaya kedalam ruangan. Maka dari itu tata pencahayaan di tempat kerja sangatlah penting untuk melakukan pekerjaan tersebut, pekerjaan di industri dapat menghemat listrik dengan cara membuat lubang cahaya dari gedung supaya sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam. Kelebihan dari cahaya sinar matahari yaitu cahaya yang terang benderang secara alami dan tidak dapat di buat oleh manusia sekalipun. Kelebihan lainnya dari pencahayaan dari sinar matahari yaitu fentilasi udara sangatlah besar sehingga para pekerja tidak akan kesulitan mendapatkan udara segar dan tidak memerlukan AC. Dimana sinar matahari pada siang hari selama kurang lebih 12 jam dapat memberikan kebutuhan terhadap makhluk hidup. Sehubungan dengan itu, aktivitas kita dalam bekerja bersumber dari cahaya matahari dan pencahayaan buatan, yaitu listrik. Cahaya buatan adalah cahaya yang berasal dari hasil karya manusia berupa lampu yang dapat menyinari ruangan sebagai pengganti jika sinar matahari tidak ada. Cahaya buatan yang tidak baik tentunya akan mengganggu aktivitas keseharian kita, misalnya ditempat kita bekerja. Bahkan, dengan cahaya buatan yang baik dan disaring dari kesilauan akan bisa mempertinggi aktivitas kita dalam bekerja jika dibandingkan jika beraktivitas pada cahaya siang alamiah. Perkembangan cahaya buatan dimulai dari cahaya obor dari kayu cemara, lampu minyak tanah, lilin, lampu gas sampai pada lampu listrik. Setelah listrik ditemukan, mungkin lampu-lampu jenis lain ada yang sudah tidak dipergunakan lagi. Efek pencahayaan ini bisa terjadi melalui tiga cara, yaitu; direct (langsung), dimana cahaya yang diterima langsung dari sumbernya, misalnya lampu meja untuk membaca; indirect (tak langsung), dimana bila cahaya yang diterima merupakan hasil pantulan dinding dan loteng, seperti halnya di ruang tamu; semi direct (genural diffusing), apabila cahaya itu datang dan dipancarkan kesegala jurusan, seperti halnya di kantor-kantor. Dalam menggunakan cahaya buatan, haruslah memenuhi beberapa syarat agar tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan mata, yaitu; Pertama, pencahayaan buatan tidak boleh menimbulkan pertambahan udara (di tempat kerja, misalnya) yang berlebihan. Jika hal ini terjadi, diusahakan supaya suhu tersebut turun, misalnya dengan mengusahakan pengaturan ventilasi, AC, dan fan; Kedua, sumber haruslah bisa memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap, menyebar, merata, tidak berkedip-kedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayangan yang mengganggu. Ketiga, pencahayaan haruslah cukup intensitasnya, sesuai dengan beban aktivitas (bekerja) yang dilakukan oleh seseorang yang sedang melakukan suatu pekerjaan.
Perancangan Penerangan Buatan Bila penerangan alami tidak dapat memenuhi persyaratan bagi penerangan ruang (dalam bangunan), maka penerangan buatan sangat diperlukan, hal ini disebabkan oleh : Ruangan yang luas Lubang cahaya yang tidak efektif Cuaca diluar mendung / hujan Waktu malam hari, dan sebagainya Perancangan penerangan buatan sebaiknya dilakukan sejak awal perancangan bangunan, untuk itu perlu diperhatikan : Apakah penerangan buatan digunakan tersendiri atau sebagai penunjang/pelengkap penerangan alami. Berapa intensitas penerangan yang diperlukan. Distribusi dan variasi fluks cahaya yang diperlukan Arah cahaya yang diperlukan Warna-warna cahaya yang digunakan dalam gedung dan efek warna yang diinginkan Derajat kesilauan brightness dari keseluruhan lingkungan visual Intensitas penerangan yang direkomendasikan tidak boleh kurang dari intensitas penerangan dalam tabel 3.4.1 yang diukur pada bidang kerja.
Secara rinci intensitas penerangan yang direkomendasikan untuk berbagai jenis bangunan / peruntukan dapat dilihat pada tabel 3.4.1.
Ada 3 tipe sistem penerangan buatan, yaitu : Sistem penerangan merata; Memberikan intensitas penerangan yang seragam pada seluruh ruangan, penggunaannya pada ruang-ruang yang tidak memerlukan tempat untuk mengerjakan pekerjaan visual khusus. Sistem penerangan terarah; Cahaya diarahkan kejurusan tertentu dalam ruangan, digunakan untuk menerangi suatu objek tertentu agar kelihatan menonjol, misal pada penggung atau pada ruangan untuk pameran. Pada sistem ini dapat menggunakan lampu dan reflektor yang diarahkan atau spotlight dengan reflektor bersudut lebar. Sistem penerangan setempat; Cahaya dikonsentrasikan pada tempat mengerjakan pekerjaan visual khusus. Sistem ini digunakan untuk : - pekerjaan visual yang presisi - pengamatan bentuk / susunan benda dari arah tertentu. - melengkapi penerangan umum yang mungkin terhalang. - membantu menambah daya lihat. - menunjang pekerjaan visual yang mungkin pada awalnya tidak terencana pada suatu ruangan. Perancangan penerangan buatan secara kuantitas dapat dilakukan perhitungan dengan 2 metode yaitu : a. Metode titik demi titik (point by point method) b. Metode lumen.
Lux Meter Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga cahaya yang diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan digital. Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Hampir semua lux meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan layer panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci untuk mengingat tentang cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan warna pada panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itu, pembacaan merupakan kombinasi efek dari semua panjang gelombang. Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan dinyatakan dalam derajat Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi dari hampir semua jenis cahaya adalah 2856 derajat Kelvin, yang lebih kuning dari pada warna putih. Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna yang berbeda. Pembacaan lux meter akan berbeda, tergantung variasi sumber cahaya yang berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa cahaya terlihat lebih tajam atau lebih lembut dari pada yang lain. 3.5 Kebisingan Sampai saat ini banyak definisi yang digunakan untuk istilah kebisingan. Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur dan periodik. Adapula yang mengartikan bahwa kebisingan adalah suara yang tidak mengandung kualitas musik Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi kebisingan antara lain (Wahyu, 2003) : 1. Menurut Dennis Bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur. 2. Menurut Spooner Bising adalah suara yang tidak mengandung kualitas musik 3. Menurut Sataloff Bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak dan tidak berhubungan satu dengan yang lain. 4. Menurut Burn, Littre dan Wail Bising adalah suara yang tidak dikehendaki kehadirannya oleh yang mendengar dan mengganggu. 5. Menurut Sumamur Bising adalah suara yang tidak dikeendaki (unwanted sound). 6. Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996 Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gengguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
7. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER. 13/MEN/X/2011 Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Jenis-Jenis Kebisingan Kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu, 2003) : 1. I ntermitten Noise(Kebisingan Terputus-putus). Intermittten Noise adalah kebisingan dimana suara timbul dan menghilang secara perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang tinggal landas. 2. Steady State Noise(Kebisingan Kontinyu) Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per detik, atau kebisingan dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB, misalnya : suara kompressor, kipas angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas. 3. I mpact Noise. Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 detik. Atau bunyi yang mempunyai perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contoh : suara pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan ledakan bom. Pengaruh Kebisingan Di Tempat Kerja Pada umumnya kebisingan mengakibatkan pengaruh yang bersifat non auditori atau pengaruh yang bukan terhadap pendengararan dan pengaruh auditori atau pengaruh terhadap pendengaran yang dapat berlangsung menetap atau sementara. 1. Pengaruh Non Auditori akibat Bising Pengaruh non auditori sering berupa keluhan tersamar dan tidak jelas berupa penyakit (not ill defined). Pengaruh terhadap fisiologi tubuh berupa gangguan faal pernapasan, kardiovaskuler, pencernaan, kelenjar dan saraf, yang disebabkan oleh mekanisme stressor atau gangguan akibat bising. 2. Pengaruh Auditori Akibat Bising. Gangguan yang dapat dialami oleh tenaga kerja apabila terpapar dengan bising adalah (Wijaya, 2008) : a. Trauma Akustik Terjadi oleh paparan suara yang sangat keras dan dalam waktu yang sangat singkat, misalnya ledakan. Kerusakan ini mudah didiagnosis terjadinya dapat dengan tepat diketahui. Bagian yang terkena umumnya pada gendang telinga (membran timpani pecah/lubang). b. Ketulian sementara (Temporary Threshold Shift-TTS) Terjadi apabila seseorang memasuki tempat bising, sehingga mengalami kenaikan nilai ambang dengar yang sementara. Kenaikan ini akan pulih kembali apabila keluar dari tempat bising. Untuk kembali secara sempurna maka perlu istirahat (bebas bising) untuk pemaparan di atas 85 dB maka recovery sempurna memerlukan waktu 3-7 hari. apabila recovery tidak dapat sempurna maka dalam waktu lama akan menjadi Permanent Threshold Shift (tuli bersifat menetap). c. Permanent Threshold Shift (PTS) Permanent threshold shift atau sering disebut Noise-Induced Hearing Loss (NIHL) adalah kehilangan daya dengar secara perlahan-lahaan oleh karena pemaparn bising keras (di atas 85 dB), dalam waktu yang lama dan akhirnya bersifat irreversibel. PTS atau NIHL ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kepekaan individu, obat-obatan, darah (Hb, tekanan darah, kadar gula dan lain-lain), penyakit telinga serta umur. Sedangkan faktor eksternel yang berperan adalah intensitas kebisingan, lama pemaparan, spektrum suara, jenis bising, hobi, dan bising lingkungan tempat kerja. Pengukuran Kebisingan Pengukuran kebisingan di tempat kerja diukur dengan sound level meter yaitu alat digital yang dapat menunjukkan secara langsung hasil kebisingan di tempat kerja . Nilai Ambang Batas Kebisingan Nilai Ambang Batas adalah faktor tempat kerja yang dpaat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Menurut Permenakertrans No. PER. 13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja NAB kebisingan yang ditetapkan di Indonesia adalah sebesar 85 dBA. Akan tetapi NAB bukan merupakan jaminan sepenuhnya bahwa tenaga kerja tidak akan terkena risiko akibat bising tetapi hanya mengurangi risiko yang ada (Budiono, 2003 dalam Putra, 2011).
Tabel 1 Nilai Ambang Batas Kebisingan
Waktu Pemaparan Per Hari Intensitas Kebisingan (Dba) 8 Jam 85 4
88 2
91 1
94 30 Menit 97 15
100 7,5
103 3,75
106 1,88
109 0,94
112 28,12 Detik 115 14,06
118 7,03
121 3,52
124 1,76
127 0,88
130 0,44
133 0,22
136 0,11
139 Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat. Sumber : Permenakertrans No. PER. 13/MEN/X/2011
Tabel 2 Tingkatan pajanan kebisingan maksimal selama 1 hari Pada ruangan proses
No. Tingkat Kebisingan (dBA) Pemaparan Harian 1 85 8 jam 2 88 4 jam 3 91 2 jam 4 94 1 jam 5 97 30 menit 6 100 15 menit Sumber : Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/X/2002
Peraturan Menteri Kesehatan No. 718/Menkes/Per/Xi/1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan membagi daerah menjadi empat bagian seperti dalam tabel berikut (Leksono, 2009) :
Tabel 3 Pembagian Zone dan Kebisingan yang diperbolehkan
No. Zona Tingkat Kebisingan (Dba) Maksimum Yang Dianjurkan Maksimum Yang Diperbolehkan 1 Zona A adalah zona yang diperuntukkan bagi tempat-tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan, atau sosal dan sejenisnya. 35 45 2 Zona B adalah zona yang diperuntukkan bagi perusahaan, tempat pendidikan,, reksreasi dan sejenisnya. 45 55 3 Zona C adalah zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan sejenisnya. 50 50 4 Zona D adalah zona yang diperuntukkan bagi industri pabrik, stasiun kereta, terminal bus dan sejenisnya. 60 70 Sumber : Leksono, 2009.
3.6 Kelembaban Kelembapan udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecilsaja dari seluruh atmosfer, yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim. Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang melayang- layang di udara. Kabut melayang-layang dekat permukaan tanah, sedangkan awan melayang-layang di angkasa. Banyaknya uap air yang di kandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tingggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975). Kelembaban udara disuatu tempat berbeda-beda, tergantung pada tempatnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya: Jumlah radiasi yang dipancatkan matahari yang diterima bumi, pengaruh daratan atau lautan, pengaruh ketinggian (altitude) dan pengaruh angin (Handoko, 1994). Dalam kelembaban ini kita mengenal beberapa istilah yaitu kelembaban mutlak, kelembaban specifik dan kelembaban relatif. Kelembaban mutlak adalah massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakkan dalam gram/ m, kelembaban specifik merupakan perbandingan massa uap air di udara dengan satuan massa udara yang dinyatakkan dalam gram/ kilogram, sedangkan kelembaban relatif merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang kandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakkan dalam persen ( % ) (Kartasapoetra, 1990). Beberapa prinsip yang umum digunakan dalam pengukuran kelembaban udara yaitu metode pertambahan panjang dan berat pada benda-benda higroskopis, serta metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer (Kartasapoetra, 1990). Terdapat beberapa standar pengukuran suhu yang ditetapkan oleh beberapa sumber yang diperoleh dari serangkaian penelitian yang telah teruji. Suhu yang nyaman 22 28 o C dan kelembaban 70-80% serta kecepatan gerak udara dalam ruangan 0,2 m/detik (Manuaba, 1998). Menurut Depkes: suhu yang nyaman dalam rumah 18 30 o C. kelembaban 40 70%. 3.7 Kecepatan Angin Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara horizontal pada ketinggian dua meter diatas tanah. Perbedaan tekanan udara antara asal dan tujuan angin merupakan faktor yang menentukan kecepatan angin. Kecepatan angin akan berbeda pada permukaan yang tertutup oleh vegetasi dengan ketinggian tertentu. Kecepatan angin adalah jarak yang ditempuh oleh angin dalam per satuan waktu. Kecepatan angin dinyatakan dalam knot/ jam,km/jam dan m/dtk. Kecepatan angin dalam klimatologi adalah kecepatan angin horizontal pada ketingian dua meter dari permukaan tanah yang ditanami dengan rumput. Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin (sebagai faktor pendorong ) dan resistensi medan yang dilaluinya. Sedangkan untuk menentukan arah angin digunakan bendera angin yang satuannya diukur dalam derajat ( skala 0 0 - 360 0 ). Kecepatan angin akan terus meningkat sejalan meningkatnya ketinggian suatu tempat. Apabila topografi suatu tempat itu tinggi maka tekanan udaranya akan menurun, kita ketahui bahwa angin bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan yang rendah sehingga pada dataran tinggi kecepatan angin akan semakin kencang atau tinggi. Terdapat beberapa standar gerak udara dalam ruangan , dimana standar ini telah diteliti oleh beberapa ahli, salah satunya Manuaba. Menurut Manuaba gerak udara dalam ruangan 0,2 m/detik (Manuaba ,1998). 3.8 Limbah Medis Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas medis. Menurut Depkes Republik Indonesia limbah klinis berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung , masyarakat terutama petugas yang menanganinya disebut sebagai limbah klinis. Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik ( Depkes RI. 2002) 1. Limbah benda tajam Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda- benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif (Wisaksono, 2001). 2. Limbah infeksius Limbah infeksius mencakup limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan atau isolasi penyakit menular. 3. Limbah jaringan tubuh Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. 4. Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. 5. Limbah farmasi Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan. 6. Limbah kimia Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset. 7. Limbah radioaktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini berbentuk padat, cair atau gas yang berasal dari tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis. (Hendro : 2012) Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor atau administrasi (kertas), unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan atau bahan makanan, sayur dan lain-lain). (Hendro : 2012) Pengolahan Limbah medis harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan menjadi pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah (Singh: 2007) Faktor penting dalam penyimpanan limbah medis adalah melengkapi tempat penyimpanan dengan penutup, menjaga areal penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan limbah non-medis, membatasi akses lokasi, dan pemilihan tempat yang tepat. (Wikipedia : 2013) Pengelolaan sampah terdiri dari pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat. Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area. Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda- beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. 1. Penimbunan ( Pemisahan Dan Pengurangan ) Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun seperti baterai bekas, bekas toner, dan sebagainya), dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan. 2. Penampungan Penampungan sampah ini merupakan wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan domestik. 3. Pengangkutan Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. 4. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor. 5. Pengolahan dan Pembuangan Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah : a. Incinerasi b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh C) c. bersuhu 121 d. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde) e. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan) f. Inaktivasi suhu tinggi g. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi) h. Microwave treatment i. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah) j. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu mengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum dilempar menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup berbahaya. Setelah bahan ini digunakan. limbahnya dibuang. Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini. Namun, lemahnya peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah rumah sakit mengakibatkan hingga saat ini hanya sedikit rumah sakit yang memiliki IPAL khusus pengolahan limbah cairnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Pengaruh Kecepatan Angin, Online, http://carapedia.com/pengaruh_kecepatan_angin_info936.html, diakses pada 20 Maret 2013. Firdaus, Eqi. 2008. Tata Pencahayaan di Tempat Kerja. Online, http://the- eqi.blogspot.com/2008/10/tata-pencahayaan-di-tempat kerja.html, diakses pada 26 Maret 2013 Ginanjar, 2012. Proposal Skripsi: Studi Pelaksanaan K3. Online. http://blog.um.ac.id/anakibuku/metodologi-penelitian/proposal-skripsi-studi- pelaksanaan-k3/, diakses pada 20 Maret 2013 Nahrowy, 2013. Fungsi dan Tugas Perawat. Online. http://nahrowy.wordpress.com/2013/01/31/makalah-kesehatan-dan-keselamatan- kerja-k3-fungsi-dan-tugas-perawat-dalam-k3/, diakses pada 20 Maret 2013 Wardana.2012. Laporan Praktikum Pengukuran. Online, http://cai- sl.blogspot.com/2012/07/laporan-praktikum-pengukuran.html, diakses pada 26 Maret 2013 Dewi Junita, 2012, Tekanan Udara dan Kecepatan Angin, Online, http://mimmusa- pudica.blogspot.com/2012/02/laporan-paraktikum-tekanan-udara-dan.html, diakses pada 20 Maret 2013. Singh VP, et al. 2007. Biomedical Waste Management - An Emerging Concern in Indian Hospitals. India : J Forensic Med Toxicol Hendro. 13 September 2013. Sampah Medis dan Pengolahannya. Online. http://analisbantul.blogspot.com/2012/09/sampah-medis-dan-pengolahannya.html. 24 April 2013. Wikipedia. 7 April 2013. Limbah Medis. Online. http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah_medis. 24 April 2013. Muluc, Mulki. 11 November 2012. Pengelolaan dan Penanggulangan Sampah Medis. Online. http://susanblogs18.blogspot.com/2012/11/pengelolaan-dan- penanggulangan-sampah.html#ixzz2RNN3oWbN. 24 April 2013. 3.9 Pengukuran Kelelahan Kelelahan adalah keluhan yang sangat umum, dan biasanya disebabkan oleh gaya hidup. Seseorang merasa lelah karena banyak hal: tidur malam terlalu pendek, stres, bekerja keras, dll. Kelelahan juga disebabkan penyakit yang memerlukan diagnosis dan perawatan lebih lanjut, misalnya, penyakit jantung, sleep apnea (gangguan bernafas saat tidur), hipotiroidisme, anemia, diabetes atau bahkan kanker. Dalam kebanyakan kasus, perawatan yang paling efektif untuk kelelahan adalah istirahat dan tidur yang cukup. PENGUKURAN KELELAHAN SECARA UMUM Kuisioner 30 items kelelahan secara umum yang dimodifikasi dengan 4 skala Likert: 1. Apakah saudara merasa berat di bagian kepala? a. Tidak berat c. Berat b. Agak Berat d. Sangat berat 2. Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan? a. Tidak Lelah c. Lelah b. Agak Lelah d. Sangat lelah 3. Apakah kaki saudara merasa berat? a. Tidak berat c. Barat b. Agak berat d. Sangat berat 4. Apakah saudara menguap? a. Tidak pernah c. Sering b. Jarang d. Hampir setiap saat 5. Apakah pikiran saudara terasa kacau? a. Tidak kacau c. Kacau b. Agak kacau d. Sangat kacau 6. Apakah saudara merasa mengantuk? a. Tidak mengantuk c. Mengantuk b. Agak mengantuk d. Rasa kantuk tak bisa ditahan 7. Apakah saudara merasa ada beban pada mata? a. Tidak terasa c. Terasa b. Agak terasa d. Sangat terasa 8. Apakah saudara merasa kaku atau canggung saat bergerak? a. Tidak kaku c. Kaku b. Agak kaku d. sangat kaku 9. Apakah saudara merasa sempoyongan saat berdiri? a. Tidak sempoyongan c. Sempoyongan b. Agak Sempoyongan d. Sangat sempoyongan 10. Apakah ada perasaan ingin berbaring? a. Tidak ingin berbaring c. Ingin berbaring b. Agak ingin berbaring d. Keinginan ingin berbaring tidak dapat ditaha lagi 11. Apakah saudara merasa susah berpikir? a. Tidak susah c. Susah b. Agak susah d. Sangat susah 12. Apakah Saudara merasa lelah untuk berbicara? a. Tidak lelah c. Lelah b. Agak lelah d. Sangat lelah 13. Apakah perasaan saudara menjadi gugup? a. Tidak gugup c. Gugup b. Agak gugup d. Sangat gugup 14. Apakah saudara tidak bisa berkonsentrasi? a. Bisa berkonsetrasi c. Tidak bisa berkonsentrasi b. Agak Bisa Berkonsentrasi d. Sangat bisa berkonsentrasi 15. Apakah saudara tidak dapat memusatkan perhatian terhadap sesuatu? a. Dapat memusatkan perhatian c. Tidak dapat memusatkan perhatian b. Agak dapat memusatkan perhatian d. Perhatian sangat kacau 16. Apakah saudara punya kecenderungan untuk lupa? a. Tidak ada kecenderungan lupa c. Cenderung lupa b. Aga cenderung lupa d. Sangat cenderung untuk lupa 17. Apakah saudara merasa kurang percaya diri? a. Tetap percaya diri c. Kurang Percaya diri b. Agak kurang percaya diri d. Sangat kurang percaya diri 18. Apakah saudara merasa cemas terhadap sesuatu? a. Tidak cemas c. Cemas b. Agal cemas d. Sangat cemas 19. Apakah saudara tidak dapat mengontrol sikap? a. Dapat mengontrol sikap c. Tidak dapat mengintrol sikap b. Agak dapat mengontrol sikap d. Sikap sangat tidak terkontrol 20. Apakah saudara merasa tidak dapat tekun dalam pekerjaan? a. Tekun c. Tidak tekun b. Agak tekun d. Sangat tekun 21. Apakah saudara merasa sakit kepala? a. Tidak sakit c. Sakit b. Agak sakit d. Sangat sakit 22. Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu? a. Tidak kau c. Kaku b. Agak kaku d. Sangat kaku 23. Apakah saudara merasa nyeri di punggung? a. Tidak nyeri c. Nyeri b. Agak nyeri d. Sangat nyeri 24. Apakah nafas saudara terasa tertekan? a. Tikdak tertekan c. Tertekan b. Agak tertekan d. Sangat tertekan 25. Apakah saudara merasa haus? a. Tidak haus c. Haus b. Agak haus d. Sangat haus 26. Apakah suara saudar terasa serak? a. Tidak serak c. serak b. Agak serak d. Sangat serak 27. Apakah saudara merasa pening? a. Tidak pening c. Pening b. Agak pening d. Sangat pening 28. Apakah kelopak mata saudara terasa kejang? a. Tidak kejang c. Kejang b. Agak kejang d. Sangat kejang 29. Apakah anggota badan saudara terasa bergetar (tremor)? a. Tidak bergetar c. Bergetar b. Agak bergetar d. Sangat bergetar 30. Apakah saudar merasa kurang sahat? a. Tetap segar c. kurang sehat b. Agak kurang sehat d. Sangat kurang sehat (sakit)