Ada beberapa metode sterilisasi yang dapat digunakan untuk membunuh organisme pada suatu benda, yaitu dengan panas, penyaringan, dan bahan kimia. Metode panas meliputi pemijaran, udara panas, dan uap air panas. Penyaringan menggunakan filter dengan pori kecil untuk menangkap organisme. Bahan kimia seperti etilena oksida dan asam perasetat juga dapat digunakan untuk sterilisasi.
Ada beberapa metode sterilisasi yang dapat digunakan untuk membunuh organisme pada suatu benda, yaitu dengan panas, penyaringan, dan bahan kimia. Metode panas meliputi pemijaran, udara panas, dan uap air panas. Penyaringan menggunakan filter dengan pori kecil untuk menangkap organisme. Bahan kimia seperti etilena oksida dan asam perasetat juga dapat digunakan untuk sterilisasi.
Ada beberapa metode sterilisasi yang dapat digunakan untuk membunuh organisme pada suatu benda, yaitu dengan panas, penyaringan, dan bahan kimia. Metode panas meliputi pemijaran, udara panas, dan uap air panas. Penyaringan menggunakan filter dengan pori kecil untuk menangkap organisme. Bahan kimia seperti etilena oksida dan asam perasetat juga dapat digunakan untuk sterilisasi.
Steril adalah kondisi sediaan yang terbebas dari partikel asing non self, tidak terdapat/tercemar
mikroorganisme serta memenuhi persyaratan yang menyatakan sediaan tersebut steril.
Sterilisasi adalah tahapan atau proses yang bertujuan sediaan tersebut menjadi steril. Secara umum metode pembuatan sediaan steril dibagi menjadi 2 : metode sterilisasi akhir dan metode aseptis. Pemilihan metode disesuaikan dengan stabilitas zat aktif, formula dan metode sterilisasi yang digunakan. 1. Metode sterilisasi akhir Metode sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi, jenis metode sterilisasi yang sering digunakan adalah metode sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf, namun sterilisasi akhir dapat dilakukan dengan berbagai metode (panas kering, filterisasi, EM, pengion, gas, dsb), pertimbangan untuk memilih metode sterilisasi yang sesuai adalah dengan mempertimbangkan kestabilan bahan dan zat yang terhadap panas atau kelembaban (Stabilitas, Kompatibilitas dan Efektifitas serta Efisiensi). 2. Cara aseptik Cara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa dilakukan khusus untuk zat aktif yang tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi, antibiotik dan beberapa hormon merupakan contoh sediaan dengan perlakuan metode aseptis. Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan cara mencegh kontaminasi jasad renik/partikel asing kedalam sediaan. Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan (pada awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai dengan sifat dari bahan yang digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan dalam ruang steril atau didalam laminar air flow untuk mencegah kontaminasi. Pada proses aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga apabila metode sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu dilakukan.
Macam Macam Metode Sterilisasi a. Sterilisasi Panas/thermal sterilisasi panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas/rusak karna panas, sterilisasi panas dibagi menjadi 2 : Sterilisasi Panas Lembab : Sterilisasi panas lembab adalah sterilisasi dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan berlangsung didalam autoklaf, umumnya dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu 30 menit dengan suhu 115 C - 116 C, lama dan suhu tergantung bahan yang disterilisasi, untuk mengetahuinya lihat farmakope indonesia Sterilisasi Panas Kering : metode sterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu160-170 C selama 1-2 jam. umumnya sterilisasi panas dilakukan pada jenis minyak, serbuk yang tidak stabil terhadap uap air, dan alat-alat gelas ukur yang tidak digunakan untuk pengukuran (Bukan alat ukur) b. Sterilisasi Radiasi Sterilisasi radiasi dibagi menjadi 2 : Radiasi elektromagnetik (EM) adalah sterilisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV). sinar UV ini memotong DNA mikroorganisme sehingga ekspresi DNA tidak terjadi. keterbatasannya sterilisasi cara ini hanya bisa bekerja pada permukaan, tidak bisa menembuh bahan padat. Radiasi pengion adalah metode sterilisasi yang menggunakan sinar gamma untuk merusak DNA mikroorganisme, kelebihannya bisa menembus zat padat c. Sterilisasi Gas Sterilisasi menggunakan gas etilen oksida, kelemahannya zat ini mudah terbakar, bersifat mutagenik dan toksik, sehingga dikhawatirkan terdapat residu setelah sterilisasi. Pilihan sterilisasi cara gas biasanya pilihan akhir bila zat tidak tahan panas ataupun uap air.
d. Sterilisasi Filtrasi Sterilisasi yang menggunakan alat khusus yang menggunakan penyaring/filter matriks pori pori tertentu. menggunakan pori pori 10 nm untuk virus dan 0,22 nm untuk bakteri.
Jenis - jenis Metode Sterilisasi 1. Sterilisasi Panas/thermal Sterilisasi panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas/rusak karna panas, sterilisasi panas dibagi menjadi dua : o Sterilisasi Panas Lembab : Sterilisasi panas lembab adalah sterilisasi dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan berlangsung di dalam autoklaf, umumnya dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu 30 menit dengan suhu 115 C - 116 C, lama dan suhu tergantung bahan yang di sterilisasi, untuk mengetahui nya lihat farmakope indonesia o Sterilisasi Panas Kering : metode sterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu 160-170 C selama 1-2 jam. umumnya sterilisasi panas dilakukan pada jenis minyak, serbuk yang tidak stabil terhadap uap air, dan alat-alat gelas ukur yang tidak digunakan untuk pengukuran (Bukan alat ukur) 2. Sterilisasi Radiasi Sterilisasi radiasi dibagi menjadi dua : o Radiasi elektromagnetik (EM) adalah sterilisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV). sinar UV ini memotong DNA mikroorganisme sehingga ekspresi DNA tidak terjadi. keterbatasannya sterilisasi cara ini hanya bisa bekerja pada permukaan, tidak bisa menembus bahan padat. o Radiasi pengion adalah metode sterilisasi yang menggunakan sinar gamma untuk merusak DNA mikroorganisme, kelebihannya bisa menembus zat padat 3. Sterilisasi Gas Sterilisasi menggunakan gas etilen oksida, kelemahannya zat ini mudah terbakar, bersifat mutagenik dan toksik, sehingga dikhawatirkan terdapat residu setelah sterilisasi. Pilihan sterilisasi cara gas biasanya pilihan akhir bila zat tidak tahan panas ataupun uap air. 4. Sterilisasi Filtrasi Sterilisasi yang menggunakan alat khusus yang menggunakan penyaring/filter matriks pori pori tertentu. menggunakan pori pori 10 nm untuk virus dan 0,22 nm untuk bakteri.
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993). Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. 1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik. Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring. Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap panas seperti serum,enzim,toksin kuman,ekstrak sel,dsb. Menyaring cairan Hal dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan Seitz, yang menggunakan saringan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld, yang mempergunakan filter yang terbuat dari tanah diatom; saringan chamberland, yang mempergunakan filter yang terbuat dari porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan filter yang terbuat dari serbuk gelas. Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah daripada saringan porselen. Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bila dibuang, tetapi terlalu sulit untuk dibersihkan. Menyaring udara Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh mikroba atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman yang lain, maka alat-alat tersebut harus ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas yang basah memungkinkan kuman menembus kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi lagi. 2. Sterilisasi secara fisik Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. Pemanasan a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180 0 C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf Penyinaran dengan UV Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV 3. Sterilisaisi secara kimiawi Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik. Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll. Berbagai prosedur umum kerja dalam mikrobiologi yang membutuhkan teknik Desinfeksi meja kerja a. Singkirkan semua barang yang tidak diperlukan dari meja dan ruang kerja b. Semprotkan meja kerja denga alkohol 70 % beberapa kali hingga merata c. Kemudian semprotkan lagi alkohol pada tlapak tangan d. Letakkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan pada meja kerja dan semprotkan kembali alkohol pada semua peralatan. e. Setelah itu diamkan beberapa saat dan kembali semprotkan alkohol ke seluruh permukaan tangan ketika hendak mulai bekerja. f. Letakkan pembakar spiritus lalu biarkan. Memindahkan Biakan secara Aseptis a. Persiapkam alat dan bahan seperti spirirtus,jarum inokulum(jarum ose),rak tabung dan dua buah tabung tertutup yang berisi biakan bakteri/virus. b. Bakarlah ujung hingga pangkal jarum inokulum dengan pembakar spirirtus. c. Buka tutup kedua tabung dan bakar mulut kedua buah tabung tersebut dengan pembakar spiritus agar kontaminan mati. d. Ambil satu ulasan pada tabung pertama dengan jarum inokulum kemudian masukkan jarum tadi pada tabung kedua dengan teknik spread zig-zag. e. Bakar kembali mulut tabing agar kontamina pada proses transfer mati. f. Tutup kembali tabung tersebut, dan bakar ujung jarum inokulum untuk memebunuh sisa bakteri yang ada.
Memindahkan Biakan dari Cawan a. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. b. Bakar mulut cawan bagian tepi dengan memutarnya di atas api, serta pijarkan jarum inokulum dan di dinginkan. c. Buka mulut cawan yang berisi biakan koloni dan ambil koloni tunggalnya dengan menempelkan jarum inokulum loop. d. Kemudian tanamkan kembali koloni yang sudah diambil tadi pada media yang baru dengan teknik spread kontinyu. e. Panaskan kembali mulut cawan dan tutup rapat serta panaskanjarum inokulum yang telah digunakan.
Memindahkan Cairan dengan pipet a. Persiapkan alat dan bahan-bahan yang akan digunakan. b. Lepaskan bungkus pipat dan panaskan ujung pipet pada pembakar spiritus. (Usahakan daerah ujung pipet berdekatan dengan api). c. Ambil dua buah tabung dan buka tutpnya untuk dipanaskan bagian ujung mulut tabung. d. Pipet cairan pada tabung pertama dengan menekan tombol S pada filter dengan volume tertentu. Kemudian pindahkan ke tabung lainnya dan keluarkan cairan tersebut dengan menekan E pada filter. e. Setelah itu bakar kedua mulut tabung tadi dan tutup kembali dengan rapat.
Menuangkan Media a. Persiapkan alat dan bahan yang digunakan. b. Panaskan mulut erlenmeyer yang berisi media pertumuhan mikroorganisme. c. Tuangkan media dalam erlemneyer ke cawan petri yang berisi biakan murni. d. Ratakan dengan menggoyangkan cawan.
Prinsip cara kerja autoklaf Autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 121 0 C.
Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Cara Penggunaan : 1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat. 2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan. 3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu. 4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121 o C. 5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm. 6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 121 0 C dan tekanan 15 lb/in 2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121 0 C atau 249,8 0 F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100 0 C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 121 0 C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121 0 C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121 0 C dan tekanan 15 psi selama 15 menit. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi. Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik. Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah : - Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim - Paelarut organik, seperti fenol - Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut : - Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat - Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain. - Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar - Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf - Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0 Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit. Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi) Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini. Tyndalisasi Konsep kerja metode ini merip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis. Cara kerja : Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat atau aluminium foil. Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang). Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 100 0 C kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan mematikan mikroba). Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan. Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh. Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization) Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas. Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil Atur pengatur suhu oven menjadi 180 0 C dan alat disterilkan selama 2-3 jam. definisi sterilisasi, tujuan, cara, proses dan pelaksanaan sterilisasi
Definisi Sterilisasi
Steri l i sasi adal ah proses penghi l angan semua j eni s organi sme hi dup, dal am hal i ni adal ah mi k r oor gani s me ( pr ot ozoa, f ungi , bak t er i , myc opl as ma, virus) yang terdapat dal am suatu benda. Proses i ni mel i batkan apl i kasi biocidal agent at au pr os es f i s i k dengan t uj uan unt uk membunuh at au menghi l angk anmikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipemi kroorgani sme yai tu tergantung dari asam nukl eat, protein atau membranmikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi,2006).
Tujuan 1. Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai 2. Mencegah peralatan cepat rusak 3. Mencegah terjadunya infeksi silang 4. Menjamin kebersihan alat 5. Menetapkan produk akhir dinyatakan sudah steril dan aman digunakan pasien.
Cara Sterilisasi Cara steri l i sasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1.Terminal Sterlization (sterilisasi akhir). Menurut PDA Technical Monograph dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Overki l l Method , yai t u met ode s t er i l i s as i menggunak anpemanas an dengan uap panas pada s uhu 121C s e l a ma 1 5 me n i t . Penggunaan metode ini biasanya dipilih untuk bahan-bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Dasar pemilihan metode ini adalah karenalebih efisien, cepat, dan aman. b. Bioburden Sterilitation , merupakan suatu metode sterilisasi yang dilakukan dengan monitoring terkontrol dan ketat terhadap beban mi kroba sekeci l mungki n di beberapa l okasi j al ur produksi sebel um menj al ani pr os es s t er i l i s as i l anj ut an dengan t i ngk at s t er i l i t as yangdipersyaratkan SAL 10 -6. Dal am metode i ni di gunakan suatu zat yangdapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan pada suhu yangsangat ti nggi . Sebagai contoh adal ah penggunaan Dextrose yang bi l adipanaskan dapat menghasilkan senyawa Hidro Methyl Furfural (HMF) yang merupakan suatu senyawa hepatotoksik.
2 . A s e p t i c P r o c e s s i n g Met ode i ni mer upak an met ode pembuat an pr oduk st er i l menggunak ans ar i ngan dengan f i l t er k hus us unt uk bahan obat s t er i l at au bahan bak usteri l yang di f ormul asi dan di masukkan kedal am kontai ner steri l dal amlingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan, dan petugas telahterkontrol sedemikian hingga kontaminasi mikroba tetap berada pada levelyang dapat diterima dalam clear zone.
Pelaksanaan
(1)Sterilisasi dengan cara rebus Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari logam, kaca dan karet.
(2)Sterilisasi dengan cara stoom Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.
(3)Sterilisasi dengan cara panas kering Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.
(4)Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kena panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.
(5) Sterilisasi dengan radiasi Radiasi sinar gama atau partikel elektron dapat digunakan untuk mensterilkan jaringan yang telah diawetkan maupun jaringan segar. Untuk jaringan yang dikeringkan secara liofilisasi, sterilisasi radiasi dilakukan pada temperatur kamar (proses dingin) dan tidak mengubah struktur jaringan, tidak meninggalkan residu dan sangat efektif untuk membunuh mikroba dan virus sampai batas tertentu. Sterilisasi jaringan beku dilakukan pada suhu -40 derajat Celsius. Teknologi ini sangat aman untuk diaplikasikan pada jaringan biologi.
(6) Sterilisasi dengan penyaringan Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.
(7) Sterilisasi gas Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat. Sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi gas biasanya digunakan untuk bahan yang tidak bisa difiltrasi, tidak tahan panas dan tidak tahan radiasi atau cahaya.
Beberapa proses sterilisasi Cara sterilisasi tabung reaksi dan gelas ukur: 1. Kapas dibungkus dengan kain kasa dan diikat dengan benang kasur. 2. Bungkusan kapas dimasukkan ke mulut tabung reaksi dan labu ukur 3. Kemudian permukaannya ditutup dengan alumunium foil dan diikat menggunakan benang kasur agar tidak lepas 4. Selanjutnya tabung reaksi dimasukkan ke dalam autoclave Cara sterilisasi gelas kimia dan labu takar : 1. Permukaan gelas kimia dan labu takar ditutup dengan alumunium foil 2. Selanjutnya gelas kimia dan labu takar dimasukkan ke dalam autoclave Cara Sterilisasi cawan petri : 1. Seluruh permukaan cawan petri dibungkus dengan kertas HVS 2. Kemudian dimasukkan kedalam autoclave Cara Sterilisasi pipet volume : 1. Kapas dibungkus kain kasa dan diikat menggunakan benang kasur 2. Bungkusan kapas dimasukkan kedalam mulut pipet volume 3. Ujung mulut ditutup menggunakan alumuniun foil 4. Kemudian pipet volume dibungkus dengan kertas HVS secara menyeluruh 5. Masukkan kedalam autoclave
Perhatian : (1)Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai. (2)Peralatan harus bersih dan masigh berfungsi. (3)Peralat yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan : nama, jenis peralatan, tanggal dan jam disterilkan. (4)Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga seluruh bagian dapat disterilkan. (5)Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung sejak peralatan disterilkan). (6)Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator, sebelum waktu untuk mensterilkan selesai. (7)Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan korentang steril. (8)Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya. (9)Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan kembali.