You are on page 1of 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN UMUM BAKTERI
Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniselular yang berkembang biak secara aseksual
dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik.
Bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasit, saprofit, patogen pada manusia, hewan dan
tumbuhan. Bakteri tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai + 10 km diatas bumi), di
dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk bulat, batang, dan lengkung, namun
bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh umur. Bakteri dapat mengalami perubahan bentuk
yang disebabkan faktor makanan, suhu, dan lingkungan, juga dapat mengalami pleomorfi, yaitu
bentuk yang bermacam-macam dan teratur walaupun ditumbuhkan pada syarat pertumbuhan
yang sesuai.
Umumnya bakteri berukuran 0,5-10 . Bakteri diklasifikasikan berdasarkan deskripsi
sifat morfologi dan fisiologi. Bakteri dibagi menjadi 1 kelompok (grup), dengan Cyanobacteria
pada grup 20. Pembagian ini berdasarkan bentuk, sifat gram, kebutuhan oksigen, dan apabila
tidak dapat dibedakan menurut ketiganya maka dimasukkan ke dalam kelompok khusus.
(Nophi, 2013)

II. TINJAUAN BAKTERI Salmonella

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan
(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang
yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam
setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam,
sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi,
S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever),
karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh
keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan
kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain.
Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta
orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun.
Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan
makanan yang dikonsumsi.
Klasifikasi ilmiah








2.1 Morfologi dan Fisiologis Salmonella

1. Bentuk batang,
2. Gram negatif fakultatif aerob
3. Bergerak dengan flagel peritrich,
4. Mudah tumbuh pada perbenihan biasa dan tumbuh baik pada perbenihan yang
mengandung empedu.
5. Sebagian besar salmonella bersifat patogen pada binatang dan merupakan sumber
infeksi pada manusia. Binatang-binatang itu antara lain tikus, unggas, ternak, anjing
dan kucing.
6. Di alam bebes salmonella dapat tahan hidup lama dalam air, tanah atau bahan
makanan.
7. Dalam feces di luar tubuh manusia tahan hidup 1 - 2 bulan.
8. Dalam air susu dapat berkembang biak da hidup lebih lama sehingga sering
merupakan batu loncatan untuk penularan penyakit lainya.

Kerajaan : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Gamma Proteobakteria
Ordo : Enterobakteriales
Famili : Enterobakteriakceae
Genus : Salmonella
Salmonella tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 - 41
o
C
(suhu pertumbuhan optimum 37
o
C) dan pH pertumbuhan 6 - 8. Pada umumnya isolat kuman
Salmonella dikenal dengan sifat-sifat, gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan
sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, laktosa, Voges Praskauer dan
Sebagian besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H
2
S. Samonella
thypi hanya membentuk sedikit H
2
S dan tidak membentuk gas pada fermentase glukosa. Pada
agar SS,Endo, EMB dan MacConkey koloni kuman berbentuk bulat, kecil dan tidak berwana,
pada agar Wilson Blair koloni kuman berwarna hitam berkilat logam akibat pembentukan H2S.

2.2 Struktur Antigen

Seperti Enterobacteriaceae lain, salmonella memiliki beberapa antigen O (dari
keseluruhan yang berjumlah lebih dari 60) dan antigen H yang berbeda pada salah satuatau
kedua fase. Beberapa salmonella mempunyai antigen simpai (K), yang disebut Vi,yang dapat
mengganggu aglutinasi melalui antiserum O. Antigen ini dihubungkan dengan sifat invasif yang
dimilikinya. Tes aglutinasi dengan antiserum serapan untuk O dan Hyang berbeda merupakan
dasar untuk klasifikasi salmonella secara serologi.

2.3 Patogenitas dan Gambaran Klinis

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan
(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang
yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam
setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam,
sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi,
S. typhimurium, dan S. Enteritidis. S.typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever),
karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh
keracunan makanan / intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan
kematian.
S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi
Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang
lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi
Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang
dikonsumsi.
Patogenitas Salmonella bersifat invasif yakni menyerang bagian epithelium dari
ileum. Salmonella menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan diare berair. Bila selaput lendir
menjadi rusak, diare yang terjadi disertai darah.
Ada 2000 serotipe Salmonella dan 6-10 di antaranya diketahui menimbulkan
gastroenteritis. Diare yang ditimbulkan biasanya disertai dengan gejala-gejala mual, demam dan
nyeri perut. Di samping menyebabkan diare berair, Salmonella juga menyebabkan mencret
(exudative diarrhoea) yang ditandai oleh hadirnya leukosit di dalam feses. Di beberapa negara
telah ditemukan strain Salmonella yang resisten terhadap ampisilin, khloramfenikol, dan
sulfametoxazol-trimet (Anonim, 2007).
Penyakit penyakit yang disebabkan oleh Salmonella secara umum dikenal dengan
Salmonellosis. Secara klinik ada 3 bentuk Salmonellosi. Secara klinik ada 3 bentuk
Salmonellosis yang bias timbul pada manusia yaitu:

- Enteric fever
Mencakup demam tifoid dan demam paratifoid. Deman tifoid atau tifus abdominalis
disebabkan oleh Salmonella typhi. Salmonella typhi tertelan bersama makanan atau
terkontaminasi dan bersarang di jaringan limfoid pada dinding usus . Aliran limfa membawa
organisme ini kedalam duktus torak kemudian kedalam darah. Sedangkan demam paratifoid
adalah penyakit yang disebabkan oleh salmonella enteristidis ( Tambayong, J, 2000).
Demam paratifoid disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B,
Salmonella paratyphi C, gejala kliniknya biasanya lebih ringan dan mempunyai masa inkubasi
lebih pendek 1 10 hari, demam diasa berlangsung selama 1 3 minggu, rose spots jarang
ditemukan.

- Septikemia
Disebabkan oleh Salmonella choleraesus, infeksi terjadi melalui rute oral dan akhirnya
masuk kedalam sirkulasi darah dan berkembang biak. Salmonella tersebar luas dalam tubuh dan
cenderung menyebabkan supurasi local, abses, meningitis,pneumonia dan endokartidis terutama
pada orang orang yang fisiknya dalam keadaan lemah, tetapi manifestasi pada saluran usus
sering tidak ada. Septikemia ini ditandai dengan demam tinggi yang turun naik, kultur darah
positif.

- Gastroenteritis/enterokolitis
Merupakan manifestasi infeksi Salmonella yang wajar, timbul sesudah makan makanan
yang tercemari bakteri penyakit Salmonella, spesies Salmonella yang lazim menyebabkan
penyakit ini adalah Salmonella typhimurium dan Salmonella enteridis, bakteri tersebut masuk
kedalam sirkulasi darah. Gejala gejalanya timbul dalam waktu 8 49 jam sesudah makan
makanan yang tercemar Salmonella tersebut. Diare disertai demam berlangsung selama 1 4
hari. Kultur darah biasanya negative tetapi kultur tinja positif untuk Salmonella.

2.4 Epidemologi

Di banyak negara berkembang, diare akut yang disebabkan oleh Salmonella tidak begitu
besar. Terutama di daerah urban diare pada anak-anak yang disebabkan oleh infeksi Salmonella
sekitar 10%. Transmisi kuman terjadi secara meat-borne, yaitu melalui makanan yang berasal
dari hewan seperti daging, unggas, telur, susu; tetapi dapat pula terjadi secara water-borne.

III. TINJAUAN BAHAN
Salmonella adalah penyebab utama dari
penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne
diseases). Penyebaran bakteri ini sangat erat kaitannya
dengan kondisi fisik makanan yang akan dikonsumsi
oleh manusia. Es kelapa muda merupakan salah satu
bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum
sebagai pelepas dahaga. Es kelapa muda terbuat dari
beberapa bahan antara lain es batu , buah kelapa , dan gula. Ada pula minuman yang di jual di
pinggir jalan seperti es dawetdan es rumput laut. Pecemaran oleh bakteri dapat terjadi dari debu
dari lingkungan yang masuk dalam es kelapa muda dan kurangnya higientas dalam pembuatan
minuman es kelapa muda tersebut. Bakteri yang mungkin menjadi pencemar kelapa muda adalah
di antaranya E.coli, Salmonella sp, dan mikroorganisme yang ada di air (Nugroho, 2006)
Sanitasi makanan dan minuman adalah salah satu usaha pencegahan yang
menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman
dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan manusia. Sanitasi makanan
ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari
penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. Untuk melakukan
sanitasi perlu memperhatikan latar belakang yang mendukung berhasilnya usaha ini, Faktor luar
maupun dalam, faktor luar antara lain terhindar dari debu dan polusi sehingga makanan dan
minuman tetap bersih, faktor dari dalam adalah air. Air yang digunakan penjual es kelapa muda
agar memenuhi syarat adalah air yang sudah di masak terlebih dahulu. Jika tidak dimasak
kemungkinan air tersebut tercemar oleh faeces yang dapat menyebabkan adanya bakteri E.coli
patogen karena bakteri tersebut merupakan parameter pencemaran air.Sedangkan faktor dari
sanitasi ini adalah kebersihan tempat dan lingkungan apabila tidak dijaga maka kemungkinan
akan terkontaminasi oleh bakteri Salomenella yang terbawa oleh angin maupun lalat.Tempat dan
lingkungan yang di perlukan yaitu bersih.

IV. PEMERIKSAAN SALMONELLA
Metode analisa merupakan proses pembuktian atau konfirmasi pengujian secara obyektif
di laboratorium yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang
mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik.
Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga
daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau
indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk
menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan, dan uji kualitatif bakteri patogen untuk
menentukan tingkat keamanannya, serta uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat
sanitasimakanan tersebut (Fardiaz, 1993).
Dalam hal ini, metode analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya bakteri
Salmonella adalah metode analisa secara kualitatif yakni bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya suatu bakteri Salmonella dalam suatu makanan (Sugianto, 2012).
Pada pengujian identifikasi bakteri Salmonella dan Shigella metode yang digunakan
adalah metode analisa secara kualitatif. Pada metode analisa kualitatif ini memiliki tahapan
tahapan tertentu dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu mikroorganisme dalam
makanan(Sugianto,2012).
Tujuan dari pengidentifikasian dalam uji suatu bakteri (Salmonella) pada metode ini
adalah untuk mengetahui mutu ataupun kualitas dari suatu produk berdasarkan kemasan atau
sifat mikrobiologinya. Pengujian mikrobiologi pada sampel makanan akan selalu mengacu
kepada persyaratan makanan yang sudah ditetapkan. (Sugianto, 2012).
Prinsip pengujian deteksi Salmonella menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA
PPOM 74/MIK/06) yaitu ada empat tahap untuk mendeteksi adanya Salmonella(Sugianto, 2012)
:
1. Pra. Pengkayaan dalam media cair non selektif yang diinkubasi pada371C selama
18+2jam.
2. Pengkayaan dalam media cair selektif yang diinkubasi pada 41,5 + 1 Cselama 24 3
jam dalam RVS cair dan 371 C selama 243 jam MKTTn cair.
3. Inokulasi & identifikasi dalam 2 media padat selektif, media selektif pertama
diinkubasi pada 371 C selama 243 jam dan dengan media yang digunakan.
4. Konfirmasi terhadap identitas Salmonella dengan uji biokimia dan serologi.Pada
pengujan deteksi Salmonella diguanakan Buffered PeptoneWater (BPW) sebagai
media cair non selektif, Muller Kaufimann Tetrathionate Novobiocin Broth (MKTTn)
dan Rappaport Vassiliadis Medium + Soya (RVS)sebagai media cair selektif,
Bismuth Green Agar (BGA) dan Xylose LysineDeoxycholate (XLD) media padat
selektif untuk mengisolasi Salmonella(Sugianto, 2012).


4.1 Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna
untuk membiakkan mikroba. Dengan mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan
isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba
(Sutedjo,1991).
Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta
lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan
pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon,
nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur unsur sekelumit (traceelement). Dalam
bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin
atau nukleotida (Waluyo, 2004).
Untuk menstimulir pertumbuhan mikroba, media harus memiliki komponen-komponen yang
di butuhkan mikroba seperti air, karbon, energi, nitrogen, mineral dan faktor pertumbuhan lain
seperti vitamin dan asam amino. Mikroba juga mempunya pH maksimum dan optimum untuk
pertumbuhannya, oleh karena itu dalam persiapan media perlu dilakukan pengaturn pH sehingga
tercapai pH optimum untuk pertumbuhan mikroba yang diinginkan (Mulyana 1992).
4.1.1 Media Selenite cystine broth
Media Selenite Cystine Broth ini merupakan salah satu media yang
berdasarkan fungsinya merupakan media encrichment yaitu media yang dapat
menunjang pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh pada media biasa karena
memerlukan beberapa nutrisi pengaya yang dapat menyokong pertumbuhannya.
Media ini tergolong enrichment eksklusif media yaitu media penyubur eksklusif
untuk bakteri gram negatif seperti Salmonella sp. Media Selenite cystine broth
termasuk ke dalam media cair hal ini karena tidak terdapat kandungan agar dalam
komposisi media .Hasil positif pada media ini ditandai dengan adanya kekeruhan
dan terjadinya gelembung pada permukaan media.(Arnita, 2013).





4.1.2 Media Mac Conkey Agar
Mac Conkey Agar adalah salah satu jenis media yang digunakan untuk
identifikasi mikroorganisme. Mac Conkey agar termasuk dalam media selektif dan
diferensial bagi mikroba. Jenis mikroba tertentu akan membentuk koloni dengan ciri
tertentu yang khas apabila ditumbuhkan pada media ini.
Persenyawaan utama dalam media ini adalah laktosa, garam empedu, dan
merah netral sebagai indikator warna. Media ini akan menghambat pertumbuhan
bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan membentuk kristal
violet. Bakteri gram negatifyang tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya
memfermentasikan laktosa. Koloni bakteri yang memfermentasikan laktosa berwarna
merah bata dan dapat dikelilingi oleh endapan garam empedu. Endapan ini
disebabkan oleh penguraian laktosa menjadi asam yang akan bereaksi dengan garam
empedu.
Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya bersifat patogen.
Golongan bakteri ini tidak memperlihatkan perubahan pada media. Ini berarti warna
koloninya sama dengan warna media. Warna koloni dapat dilihat pada bagian koloni
yang terpisah.
Beberapa contoh pertumbuhan koloni pada Mac Conkey Agar:
Salmonella dan Shigella : serupa media
Escherichia coli: merah dikelilingin zona keruh
Enterobacter dan Klebsiella : merah muda dan mukoid
Enterococcus dan Staphylococcus : kecil dan tidak terang tembus
(Anonim
1
, 2013)






4.1.3 Media Salmonella dan Shigella Agar
SSA digunakan untuk menyeleksi salmonella dan beberapa strains shigella dari
specimen tinja (stool). SSA juga membedakan bakteri yang menghasilkan koloni
yang karakteristik pada medium. SSA mengandung garam empedu, Na-sitrat, dan
brilliant green yang menghambat pertumbuhan gram (+) dan beberapa gram (-) LF
normal yang ada di tinja. Laktosa merupakan sumber karbohidrat , sedangkan
indicator yang dipakai adalah neutral red. Jika bakteri tumbuh dan memefermentasi
laktosa maka akan menghasilkan asam dan mengubah indikator menjadi pink-merah.
Na-tiosulfit sebagai sumber sulfur untuk produk H
2
S. jika H
2
S diproduksi maka akan
bereaksi dengan FeCl
3
yang terdapat dalam medium. (Intan, 2011 )

V. TEKNIK PENANAMAN
Isolasi suatu mikrobia ialah memisahkan mikrobia tersebut dari lingkungannya di alam
dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Isolasi harus diketahui cara-
cara menanam dan menumbuhkan mikrobia pada medium biakan serta syarat-syarat lain untuk
pertumbuhannya (Jutono, 1980). Memindahkan bakteri dari medium lama kedalam medium yang
baru diperlukan ketelitian dan pengsterilan alat-alat yang digunakan, supaya dapat dihindari
terjadinya kontaminasi. Pada pemindahan bakteri dicawan petri setelah agar baru, maka cawan
petri tersebut harus dibalik, hal ini berfungsi untuk menghindari adanya tetesan air yang mungkin
melekat pada dinding tutup cawan petri (Dwijoseputro, 1987).
Mikrobia yang hidup di alam terdapat sebagai populasi campuran dari bebagai jenis
mikrobia yang berbeda prinsip dari isolasi mikrobia dalam memisahkan satu jenis mikroba
dengan mikroba lainnya dari lingkungannya dialam dan ditumbuhkan dalam medium buatan.
Pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dalam medium padat, karena dalam medium padat sel-sel
mikroba akan terbentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sutejo dkk, 1991).
Menurut Pradhika (2008), ada beberapa teknik isolasi mikrobia, yaitu :
1. Teknik penanaman dari suspensi
Teknik penanaman ini merupakan lajutan dari pengenceran bertingkat.
Pengambilan suspensi dapat diambil dari pengenceran mana saja tapi biasanya untuk
tujuan isolasi (mendapatkan koloni tunggal) diambil beberapa tabung pengenceran
terakhir.
2. Spread plate (agar tabur ulas)
Spread plate adalah teknik menanam dengan menyebarkan suspensi bakteri di
permukaan agar, agar diperoleh kultur murni. Prosedur kerjanya adalah suspensi cairan
diambil sebanyak 0,1 ml dengan mikropipet kemudian teteskan diatas permukaan agar
yang telah memadat. Trigalski kemudian dibakar diatas bunsen dan didinginkan beberapa
detik. Kemudian suspensi diratakan dengan menggosokannya pada permukaan agar ,
penyebaran akan lebih efektif bila cawan ikut diputar.


3. Pour plate (agar tuang)
Teknik ini memerlukan agar yang belum padat dan dituang bersama suspensi
bakteri ke dalam cawan petri dan dihomogenkan lalu dibiarkan memadat. Hal ini akan
menyebabkan sel-sel bakteri tidak hanya terdapat pada permukaan agar saja tapi juga di
dalam atau dasar agar sehingga bisa diketahui sel yang dapat tumbuh dipermukaan agar
yang kaya O
2
dan di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung O
2
.
Prosedur kerjanya adalah petridish, tabung pengenceran yang akan ditanam dan media
padat yang masih cair disiapkan. Kemudian 1 ml suspensi bakteri diteteskan secara
aseptis ke dalam cawan kosong

Lalu medium yang masih cair dituang ke dalam petridish
lalu petridish di putar membentuk angka 8 agar suspensi bakteri dan media homogen,
kemudian diinkubasi.

Pada spread plate diteteskannya bakteri sebanyak 0,1 ml dan pada pour plate
diteteskan sebanyak 1 ml karena spread plate bertujuan untuk menumbuhkan
dipermukaanya saja, sedangkan pour plate membutuhkan ruang yang lebih luas untuk
penyebarannya sehingga diberikan lebih banyak dari pada spread plate.

4. Teknik Penanaman dengan Goresan (Streak)
Bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau
meremajakan kultur ke dalam medium baru.
a) Goresan Sinambung
Prosedur kerjanya adalah inokulum loop (ose) disentuhkan pada koloni bakteri
dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar. Lalu petridish diputar 180
o

dan dilanjutkan goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya digunakan bukan
untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium
baru.


b) Goresan T
Prosedur kerjanya adalah petridish dibagi menjadi 3 bagian menggunakan spidol
dan daerah tersebut diinokulasi dengan streak zig-zag. Ose dipanaskan dan didinginkan,
lalu distreak zig-zag pada daerah berikutnya.



c) Goresan

d) Kuadran (Streak quadrant)
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu
dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel
mikroorganisma. Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama
sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.



Proses penggoresan Hasil ngoresan
Tempat goresan Proses penggoresan Hasil goresan
Hasil goresan
Proses penggoresan
Menurut Pradhika (2008), untuk memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba
yang tersuspensi dalam cairan dapat dilakukan pengenceran. Dengan pengenceran, koloni
akan lebih mudah diamati. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran
tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel. Digunakan perbandingan 1 :
9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran
berikutnya mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.
5.1 Preparasi Sampel
Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan dari
teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam
air sehingga lebih mudah penanganannya.
Macam-macam preparsi bergantung kepada bentuk sampel :
a. Swab (ulas)
Swab (ulas), dilakukan menggunakan cotton bud steril pada sampel yang memiliki
permukaan luas dan pada umumnya sulit dipindahkan atau sesuatu pada benda tersebut.
Contohnya adalah meja, batu, batang kayu dll. Caranya dengan mengusapkan cotton bud
memutar sehingga seluruh permukaan kapas dari cotton bud kontak dengan permukaan
sampel. Swab akan lebih baik jika cotton bud dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan
atraktan semisal pepton water.




b. Rinse (bilas)
Rinse (bilas) ditujukan untuk melarutkan sel-sel mikroba yang menempel pada
permukaan substrat yang luas tapi relatif berukuran kecil, misalnya daun bunga dll. Rinse
merupakan prosedur kerja dengan mencelupkan sampel ke dalam akuades dengan
perbandingan 1 : 9 (w/v). Contohnya sampel daun diambil dan ditimbang 5 g kemudian
dibilas dengan akuades 45 ml yang terdapat dalam beaker glass.


c. Maseration (pengancuran)
Maseration (pengancuran), sampel yang berbentuk padat dapat ditumbuk dengan
mortar dan pestle sehingga mikroba yang ada dipermukaan atau di dalam dapat terlepas
kemudian dilarutkan ke dalam air. Contoh sampelnya antar alain bakso, biji, buah dll.
Perbandingan antar berat sampel dengan pengenceran pertama adalah 1 : 9 (w/v). Unutk
sampel dari tanah tak perlu dimaserasi





d. Sampel cair
Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Tujuan
dari teknik ini pada prinsipnya adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari
substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya (Anonim
2
, 2011)














Daftar Pustaka
Ahmada, 2011. E. coli, Salmonella dan Shigella. Online. Available :
http://ahmadakhsan.blogspot.com/2011/05/ecoli-salmonella-dan-shigella.html (diakses
pada 30 Maret 2014)
Anita. 2013. Isolasi Bakteri. Online. Available :
http://anitamuina.wordpress.com/2013/02/13/isolasi-bakteri/ (diakses pada 30 Maret
2014)
Anonim. 2012. Pemeriksaan Salmonella. Online. Availbale:
http://www.scribd.com/doc/144429796/Laporan-Pemeriksaan-Salmonella (diakses
pada 30 Maret 2014)
Anonim
1
, 2013. Mac_Conkey_Agar. Online. Available :
http://id.wikipedia.org/wiki/Mac_Conkey_Agar (diakses pada 30 Maret 2014)
Anonim
2
, 2011. Teknik isolasi Mikroorganisme. Online. Available :
http://detikbiologi.blogspot.com/2011/01/tehnik-isolasi-mikroorganisme.html (diakses
pada 30 Maret 2014)
Dwidjoseputro, D. 1987. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang.
hidayah, 2012. Resep Weci Ote- ote. Online. Available :
http://kiswatulhidayah.wordpress.com/2012/05/02/resep-weci-ote-ote/ (diakses pada
30 Maret 2014)
Intan, 2011 . Media dan Reagensia. Online. Available :
http://ruangkinaryadaluang.blogspot.com/2011/01/media-dan-reagensia.html (diakses
pada 30 Maret 2014)
Jutono, J. 1980. Pedoman Praktikum Mikroiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit
Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Nophi, 2013. Pembangunan Kesehatan Online. Available :
http://nophienov.wordpress.com/2013/03/02/arah-kebjakan-dan-strategi-
pembangunan-kesehatan-selama-tahun-2010-2014/. (diakses pada 30 Maret 2014)
Novita. 2013. Identifikasi Bakteri Dalam Urine. Online. Available :
http://www.scribd.com/doc/86965002/Identifikasi-Bakteri-Dalam-Urine (diakses pada
30 Maret 2014)
Pradhika, E. I. 2008. Isolasi Mikroorganisme. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-4-
isolasi-mikroorganisme.html/ (diakses pada 30 Maret 2014)
Sutejo, M. M., Kartasaputra., Sastroadmodjo. 1991. Mikrobiologi Dasar. Reika Cipta. Jakarta.
Sugianto, Tantri. 2012. Uji Salmonella. Online. Available : http://tantri-
sugianto.blogspot.com/2012/07/uji-salmonella.html. Diakses pada :14 Desember 2013

You might also like