You are on page 1of 22

1

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian besar kasus bersifat unilateral dan sekitar 10-20% kasus
bersifat bilateral. Insiden penyakit ini mencapai 0,5-7,5 : 1000 di Inggris dan
Swedia.
1

Serangan khas dari Meniere didahului oleh perasaan penuh pada satu
telinga. Gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif dan dapat disertai dengan
tinnitus. Sebuah episode penyakit Meniere umumnya melibatkan vertigo,
ketidakseimbangan, mual, dan muntah. Serangan rata-rata berlangsung selama dua
sampai empat jam. Setelah serangan yang parah, kebanyakan pasien mengeluhkan
kelelahan dan harus tidur selama beberapa jam. Ada beberapa variabilitas dalam
durasi gejala. Beberapa pasien mengalami serangan singkat sedangkan penderita
lainnya dapat mengalami ketidakseimbangan konstan.
1

Beberapa penyakit memiliki gejala yang mirip dengan penyakit Meniere.
Dokter biasanya menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik telinga. Beberapa pemeriksaan dilakukan seperti pemeriksaan audiometri,
CT scan kepala atau MRI dilakukan untuk menyingkirkan suatu tumor saraf
kranial ke delapan (nervus vestibulokokhlearis) serta penyakit lain dengan gejala
serupa.
1




2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NERVUS VESTIBULARIS
1. Anatomi dan Fisiologi

Nervus vestibulocochlearis merupakan nervus cranialis ke delapan yang
terdiri dari 2 komponen fungsional yang berbeda yaitu 1) Nervus Vestibularis,
yang mebawa impuls keseimbangan dan 2) Nervus Cochlearis, yang membawa
impuls pendengaran yang berasal dari organon corti di dalam cochlea. Organ
keseimbangan dan pendengaran berasal dari sebuah precursor embriologis di
bagian petrosus os. Temporalis : utriculus membentuk system vestibularis dengan
tiga kanalis semisirkularis-nya, sedangkan sakulus membentuk telinga dalam
dengan koklea yang membentuk seperti siput (gambar 1).
1

3

Gangguan keseimbangan dan pendengaran merupakan salah satu
gangguan yang sering kita jumpai dan dapat mengenai semua usia. Sering kali
pasien datang berobat walaupun tingkat gangguannya masih dalam taraf yang
ringan. Hal ini disebabkan oleh karena terganggunya aktivitas sehari-hari dan rasa
ketidaknyamanan yang ditimbulkan.
6
Reseptor saraf vestibularis ialah sel-sel rambut (sel neuroepitelial) yang
terdapat di krista ampularis pada kanal semisirkularis, di macula pada utrikulus
dan macula di telinga dalam. Impuls dari sel-sel rambut ini dihantar melalui
serabut sel bipolar dari ganglion vestibular yang terletak di meatus akustikus
internus. Serabut-serabut sel bipolar inilah yang membentuk saraf vestibularis.
Serabut ini berjalan di meatus akustikus internus bersama nervus koklearis dan
memasuki batang otak di perbatasan pons dengan medulla oblongata. Serabut
saraf vestibularis ini bersinaps di inti-inti vestibularis, yang terdiri atas inti
vestibularis medialis (schwalbe). Inti vestibularis superior (Bechterew), inti
vestibularis lateralis (Deiter) dan inti vestibularis inferior (Spinal). Sebagian kecil
dari serabut saraf vestibularis berjalan langsung ke serebelum dan berakhir di
korteks lobus nodulo-flokularis. Dari kelompok inti-inti vestibularis ini keluar
serabut-serabut yang mengadakan hubungan dengan inti-inti atau daerah lainnya,
diantaranya adalah dengan batang otak, medulla spinalis, serebelum dan mungkin
juga serebrum.
2

Hubungan batang otak. Serabut dengan inti vestibularis mengadakan
hubungan dengan inti saraf otak III, IV, dan VI (yang mengurus otot
ekstraokuler). Sistem vestibuler memainkan peranan yang dalam mengurus gerak
4

terkonjugasi bola mata yang reflektoris terhadap gerakan serta posisi kepala.
Sistem vestibuler yang ikut berperan dalam membuat mata dapat memfiksasi pada
benda yang diam pada saat kepala dan badan berada dalam keadaan bergerak.
2
Hubungan dengan medulla spinalis. Hubungan dengan medulla spinalis
terjadi melalui traktus vestibule-soinalis lateralis dan medialis. Impuls yang
melalui serabut pada traktus ini ikut membantu reflex miotatik local, ikut
mengatur tonus otot ekstensor badan dan anggota gerak terhadap gravitasi dan
mempertahankan sikap tegak.
2
Hubungan dengan serebelum. Bagian vestibuler dari cerebellum
(archicerebellum) berperan dalam mempertahankan keseimbangan. Hal ini
dilakukan melalui serabut dari inti vestibularis ke motor neuron medulla spinalis,
dan melalui hubungan serebelo-retikuler dan retikulospinalis. Paleocerebellum
mempengaruhi tonus otot, dalam hubungannya dengan sikap dan gerakan, melalui
inti-inti vestibuler dan nucleus ruber.
2

2. Gangguan Saraf Vestibularis
Gangguan saraf vestibularis atau hubungannya dengan sentral yang dapat
menyebabkan terjadinya vertigo, rasa tidak stabil, kehilangan keseimbangan,
nistagmus dan salah tunjuk (pas pointing).
2
Sistem vestibuler sangat sensitive terhadap perubahan konstentrasi O
2

dalam darah, oleh karena itu perubahan aliran darah mendadak dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan timbul bila hanya ada perubahan
konsentrasi O
2
saja, tapi harus ada faktor lain yang menyertainya, misalnya
sklerosis pada salah satu dari arteri auditiva intern, atau salah satu arteri tersebut
5

terjepit. Dengan demikian bila ada perubahan konsentrasi O
2
hanya satu sisi saja
yang mengadakan penyesuaian, akibatnya terdapat perbedaan elektro potensial
antara vestibuler kanan dan kiri. Akibatnya akan terjadi serangan vertigo.
6

Vertigo merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh penderita
dengan gangguan sistem vestibuler. Ini merupakan rasa bergerak (penderita
merasa bahwa sekitarnya bergerak, atau dirinya yang bergerak), dan biasanya
disertai oleh rasa tidak stabildan kehilangan keseimbangan.
2

3. Penyebab Gangguan Sistem Vestibular
Berbagai penyakit atau kelainan dapat mengganggu sistem vestibular,
sebagai berikut :
2
1. Gangguan jenis perifer
- Neuronitis vestibular
- Vertigo posisional benigna
- Mabuk kendaraan (motion sickness)
- Trauma
- Obat-obatan, misalnya streptomisin
- Labirintitis
- Penyakit meniere
- Tumor diffosa posterior, misalnya neoroma akustikus
- Keadaan patologis yang merusak nervus akustikus, dapat pula
menyebabkan lesi di nervus vestibularis.


6

2. Gangguan jenis sentral
- Stroke atau iskemi batang otak (vertebrabasiler)
- Migren basilar
- Trauma
- Perdarahan atau lesi di serebelum
- Lesi lobus temporalis
- Neoplasma
3. Lain-lain
- Toksik (misalnya antikonvulsan fenitoin, sedative)
- Infeksi
- Hipotiroid

B. NERVUS KOKLEARIS
1. Anatomi dan fisiologi
Reseptor pendengaran ialah sel-sel rambut di organ Corti. Dari sini impuls
dihantar melalui serabut-serabut sel bipolar ganglion spiral (kokhlear), yang
membentuk saraf kokhlearis. Saraf kokhlearis ini berjalan di lantai meatus
akustikus internus, bersama-sama nervus vestibularis dan nervus fasialis, dan
keluar melalui porus akustikus internus, kemudian memasuki batang otak di
bagian atas dari medulla oblongata pada perbatasannya dengan pons.
2

Serabut nervus kokhlearis (bersinaps) di inti kokhlearis bagian dorsal dan
ventral. Dari sini keluar serabut, yang sebagian menyilang dan sebagian lagi tidak
menyilang, dan meneruskan diri melalui leminkulus lateralis menuju korpus
7

genikulatum medial, serabut ini melalui inti lemniskus lateralis dan olivarius
superior. Pada inti ini ada serabut yang bersinaps. Dari korpus genikulatum
medial, setelah bersinaps, serabut melanjutkan diri ke korteks aufitif.
2


2. Gangguan saraf koklearis
Gangguan pada saraf koklearis dapat menyebabkan tuli, tinnitus atau
hiperakusis.
1. Tuli (tuli konduktif dan tuli sensorineural)
- Tuli konduktif disebabkan oleh gangguan telinga luar dan telinga tengah.
Tuli konduktif dapat disebabkan oleh sumbatan telinga luar, misalnya
oleh serumen, air darah eksudat, dekat membrane timpani, perforasi
membrane timpani, dan otitis media.
- Pada tuli saraf, disebabkan oleh lesi yang mengenai organ korti, nervus
kokhlearis, atau jaras auditorik sentral.
5
2. Tinitus ialah persepsi bunyi berdenging di telinga, yang disebabkan oleh
eksitasi atau iritasi pada alat pendengaran, sarafnya, inti serta pusat yang
lebih tinggi.
2
3. Hiperakusis atau meningginya ketajaman pendengaran yang bersifat
patologis didapatkan pada paralisis muskulus stapedius, pada migren
psikoneurosis dan dapat juga merupakan aura dari epilesi lobus temporalis.
2
3. Penyebab Gangguan Saraf Kokhlearis
1. Tuli konduktif disebabkan oleh gangguan telinga luar dan dalam. Tuli
konduktif dapat disebabkan oleh sumbatan liat telinga luar, misalnya oleh
8

serumen, air, darah, eksudat dekat membrane timpani, perforasi membrane
timpani, dan otitis media. Gangguan di nasofaring yang mengakibatkan
obstruksi pada tuba Eustachi dapat menyebabkan tuli konduktif.
2
2. Tuli saraf dapat disebabkan oleh lesi di:
2
- Reseptor di telinga dalam
- Nervus kokhlearis
- Inti-inti serta serabut pendengaran di batang itak
- Korteks auditif
Reseptor dapat rusak karena senilitas, obat-obatan (misalnya :
streptomisin, aspirin, kina) oleh suara yang keras yang berlangsung lama,
syndrome meniere, otosklerosis dan thrombosis arteri auditer interna.
Serabut kokhlearis dapat rusak karena trauma, tumor (misalnya : neuroma,
tumor di sudut serebelopontin), meningitis, dan intoksikasi. Lesi dibatang
otak, misalnya oleh gangguan peredaran darah, lesi desak ruang (space
occupying lesion) dapat disertai oleh ketulian. Persarafan pendengaran ialah
bilateral, karena kerusakan lobus temporalis satu sisi tidak akan
menyebabkan ketulian.
2
C. DEFINISI
Penyakit meniere adalah suatu sindrom yang terdiri dari serangan vertigo,
tinnitus, berkurangnya pendengaran yang bersifat fluktuatif dan perasaan penuh di
telinga. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan manusia
tidak mampu mempertahankan posisi dalam berdiri tegak. Hal ini disebabkan oleh
adanya hidrops (pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea dan vestibulum.
1
9

Vertigo berasal dari bahasa Yunani yang berarti memutar. Pengertian
vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitar
dapat disertai gejala lain, tertutama jaringan otonomik akibat gangguan alat
keseimbangan tubuh. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing
saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatic
(nistagmus, unstable), gejala otonom seperti pucat, keringat dingin, mual, muntah,
dan pusing.
8
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu
mendengar bunyi namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi
tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri (impuls sendiri). Namun tinnitus
hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus dicari penyebabnya.
8
Gangguan pendengaran biasanya berfluktuasi dan progresif dengan
pendengaran yang semakin memburuk dalam beberapa hari. Gangguan
pendengaran pada penyakit Meniere yang parah dapat mengakibatkan hilangnya
pendengaran secara permanen.
1,2,8

D. EPIDEMIOLOGI
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa.
Paling banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Kemungkinan ada komponen
genetic yang berperan dalam penyakit Meniere. Pasien dengan resiko besar
terkena penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi,
merokok, stress, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengkonsumsi
aspirin.
10

E. ETIOLOGI
Penyebab pasti Meniere belum diketahui. Namun terdapat berbagai teori
termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang
menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi
dan autoimun.
6
Meniere saat ini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh
terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Selain itu para ahli juga
mengatakan terjadinya suatu robekan endolimfa dan perilimfa bercampur. Hal ini
menurut para ahli dapat menimbulkan gejala dari penyakit Meniere. Para peneliti
juga sedang melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap kemungkinan lain
penyebab penyakit Meniere dan masing-masing memiliki keyakinan tersendiri
terhadap penyebab lain dari penyakit ini, termasuk faktor lingkungan seperti suara
bising, infeksi virus HSV, penekanan pembuluh darah terhadap saraf
(microvascular compression syndrome). Selain itu gejala dari penyakit Meniere
dapat ditimbulkan oleh trauma kepala, infeksi saluran pernapasan atas, aspirin,
merokok, alcohol, atau konsumsi garam berlebihan. Namun pada dasarnya belum
ada yang tahu secara pasti apa penyebab penyakit Meniere.
6
F. PATOFISIOLOGI
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa
(peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada
kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga
11

disebabkan oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya
tekanan osmotic dalam kapiler, meningkatnya tekanan osmotic ruang
ekstrakapiler, jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut
atau karena defek dari sejak lahir).
6
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila
mencapai dilatasi maksimal akan terjadi rupture labirin membrane dan endolimfa
akan bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi
di telinga dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan
pendengaran serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka
membrane akan sembuh dengan sendirinya dan cairan perilimfe dn endolimfe
tidak bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak sempurna.
5,6
G. GEJALA KLINIS
Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala
lain bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering
disebut trias Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli sensorineural fluktuatif
terutama nada rendah. Serangan pertama dirasakan sangat berat, yaitu vertigo
disertai rasa mual dan muntah. Setiap kali berusaha untuk berdiri, pasien akan
merasa berputar, mual, dan muntah lagi. Hal ini berlangsung beberapa hari sampai
beberapa mingu, kemudian keadaan akan berangsur membaik. Penyakit ini bisa
sembuh tanpa obat dan gejala penyakit ini bisa hilang sama sekali. Pada serangan
kedua dan selanjutnya dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan pertama kali.
12

Pada penyakit Meniere, vertigonya periodic dan makin mereda pada serangan-
serangan selanjutnya.
6
Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan
dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran dirasakan baik kembali. Gejala
lain yang menyertai serangan adalah tinnitus yang kadang menetap walaupun
diluar serangan. Gejala yang menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh pada
telinga.
6
Vertigo periodic biasanya dirasakan dalam dua puluh menit sampai dua
jam atau lebih dalam periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi
periode remisi. Vertigo menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap
serangan biasanya disertai gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga
tidak dapat beraktivitas dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran akan
pulih kembali. Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan
penyakit lainnya yang juga memiliki gejala vertigo seperti tumor N.VIII, sklerosis
multiple, neuritis vestibularis atau vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ).
6
Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodic, mula-mula lemah dan
semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multiple vertigo periodic dengan
intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak
periodic dan makin lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan vertigo datang akibat
perubahan posisi kepala yang dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa
mual dan muntah namun tidak berlangsung lama.
5,6
13

Tinnitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun diluar
serangan. Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinnitus
sering dideskripsikan pasien sebagai suara motor, mesin, gemuruh, berdenging,
berdengung, dan denging dalam telinga.
1,6
Gangguan pendengara mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal
serangan, namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan
pedengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan
saraf di semua frekuensi suara pendengaran namun paling umum terjadi pada
frekuensi yang rendah. Suara yang keras mungkin menjadi tidak nyaman dan
sangat mengganggu pada telinga yang terpengaruh.
6

Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan
tekanan udara perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava
dan Toynbee.
1,5,6
H. DIAGNOSIS
Kondisi penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti
penyakit Meniere, dengan demikian kemungkinan penyakit lain harus
disingkirkan dalam rangka menegakkan diagnosis yang akurat. Evaluasi awal
didasarkan pada anamnesis yang sangat hati-hati. Diagnosis penyakit ini dapat
dipermudah dengan kriteria diagnosis :
1,7,9
Vertigo yang hilang timbul disertai dengan tinnitus dan rasa penuh pada
telinga.
14

Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural.
Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya Tumor N.VIII.
pada tumor N.VIII serangan vertigo periodic, mula-mula lemah dan
semakin lama makin kuat. Pada sklerosis multiple vertigo periodic dengan
intensitas sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan
vertigo tidak periodic dan makin lama makin menghilang. Pada VPPJ,
keluhan vertigo datang akibat perubahan posisi kepala yang dirasakan
sangat berat.dan terkadang disertai rasa mual dan muntah namun tidak
berlansgung lama.
Pemeriksaan Fisik
Diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisi
telinga kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat disingkirkan
dan dipastikan kelainan berasal dari telinga dalam misalnya dari anamnesis
didapatkan kelainan tuli saraf fluktuatif dan ternyata dilakukan dengan
hasil pemeriksaan maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere,
sebab tidak ada tuli saraf yang membaik kecuali pada penyakit Meniere.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit Meniere adalah
:
1,6
o Pemeriksaan Audiometri
o Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan
o Elektrokokleografi (ECOG)
o Brain Evoked Response Audiometry (BERA)
15

o Magnetic Resonance Imaging (MRI)
I. PENATALAKSANAAN
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yang bersifat simptomatik, seperti sedative dan bila perlu
diberikan antiemetic. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya.
Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah sebagai berikut :
6
A. Diet dan gaya hidup
Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi
sodium pada plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi dalam
ginjal untuk mempertahankan level sodium dalam plasma. Untuk
mempertahankan keseimbangan konsentrasi sodium, ginjal
menyesuaikan kapasitas untuk kemampuan transport ion berdasarkan
intake sodium. Penyesuaian ini diperankan oleh hormone aldosteron
yang berfungsi mengontrol jumlah transport ion di ginjal sehingga akan
mempengaruhi regulasi sodium di endolimfe sehingga mengurangi
serangan penyakit Meniere.
Pemakaian alcohol, rokok, coklat harus dihentikan. Kafein dan nikotin
juga merupakan stimulant vasoaktif dan menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi dan penurunan aliran darah arteri kecil yang member
nutrisi saraf dari telinga tengah. Olahraga yang rutin dapat menstimulasi
sirkulasi aliran darah sehingga perlu untuk dianjurkan ke pasien. Pasien
16

juga harus menghindari penggunaan obat-obatan yang bersifat ototoksik
seperti aspirin karena dapat memperparah tinnitus.
Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang keras,
berusaha untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu
objek tidak bergerak, jangan mencoba minum walaupun ada perasaan
mau muntah, setelah vertigo hilang pasien diminta untuk bangun secara
perlahan karena iasanya setelah serangan akan terjadi kelelahan dan
sebaiknya pasien mencari tempat yang nyaman untuk tidur selama
beberapa jam untuk memulihkan keseimbangan.
B. Farmakologi
Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer,
antihistamin, antikolinergik, steroid dan diuretic untuk mengurangi
tekanan pada endolimfe. Obat-obat antiiskemia dapat pula diberikan
sebagai obat alternative dan neurotonik untuk menguatkan sarafnya
selain itu jika terdapat infeksi virus dapat diberikan antivirus seperti
aciklovir.
Transquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus
akut untuk membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat
adiktifnya tidak digunakan sebagai pengobatan jangka panjang.
Antiemetic seperti prometazin tidak hanya mengurangi mual dan
muntah tapi juga mengurangi gejala vertigo. Diuretic seperti tiazide
dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan
17

menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan
untuk banyak makanan yang mengandung kalium seperti pisang, tomat,
dan jeruk ketika menggunakan diuretic yang menyebabkan kehilangan
kalium.
C. Latihan
Rehabilitasi penting dilakukan sebab dengan melakukan latihan sistem
vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat
diatasi dengan latihan yang teratur dan baik. Orang-orang yang karena
profesinya menderita vertigo dapat diatasi dengan latihan yang intensif
sehingga gejala yang timbul tidak lagi mengganggu pekerjaan sehari-
hari.
1,5,6
Ada beberapa latihan, yaitu : canalt reposition treatment (CRT) / epley
maneuver dan brand-darroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang
memerlukan seseorang untuk membantunya tapi juga ada yang dapat
dikerjakan sendiri. Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan
pertama adalah CRT jika masih terasa ada sisa baru dilakukan brand-
darroff exercise.
18


J. PROGNOSIS
Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi
tidak fatal dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit ini
berbeda untuk tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam
jangka waktu hari hingga tahun. Pasien lain mengalami perurukan gejala secara
cepat. Namun ada juga pasien yang perkembangan penyakitnya lambat.
5,6
Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit.
19

Sebaiknya pasien dengan vertigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil,
naik tangga, dan berenang.
4,6
















20

BAB III
KESIMPULAN
Penyakit meniere merupakan suatu penyakit yang diakibatkan adanya
kelainan pada telinga dalam berupa hidrops (pembengkakan) endolimfa pada
kokhlea dan vestibulum. Gejala dari penyakit meniere disebut trias meniere yang
terdiri dari vertigo (sakit kepala berputar), tinnitus, dan gangguan pendengaran
berupa tuli sensori neural. Gangguan pendengaran ini bersifat fluktuatif dimana
gangguan pendengaran terjadi saat serangan dan dapat normal diluar serangan.
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada
telinga dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa.
Paling banyak ditemukan pada usia 20-5- tahun. Pasien dengan resiko besar
terkena penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi,
merokok, stress, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang mengkonsumsi aspirin.
Pada dasarnya, etiologi pasti dari penyakit Meniere ini belum diketahui.
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan cairan telingan yang abnormal dan diduga disebabkan oleh
terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere dengan akurat, kondisi
penyakit lain dapat menghasilkan gejala yang serupa seperti penyakit meniere
harus disingkirkan. Evaluasi awal didasarkan pada anamnesis yang sangat hati-
hati. Pemeriksaan fisis dilakukan utuk menyingkirkan penyebab yang berasal dari
telinga luar atau telinga dalam. Pemeriksaan penunjang seperti audiometric,
21

elektronistagmografi, elektrokokhleografi, B E R A, dan MRI terkadang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis penyakit meniere.
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yang bersifat simptomatik, seperti sedative dan bila perlu
diberikan antiemetic. Pengobatan terbaik adalah dengan cara menengani penyebab
dari penyakit tersebut.












22

DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat ; 2009
2. Lumbatobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Badan
Penerbit FK UI, Jakarta 2013
3.http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Modul%20B3%20%20P
emeriksaan%20Saraf%20Kranialis.pdf
4. http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_198Vertigo.pdf
5. Baehr, Mathias. Diagnosis Topik Neurologi DUUS : anatomi, fisiologi, tanda
dan gejala . Ed. 4. Jakarta : EGC, 2010
6. Soepardi, E.A, Iskandar, N, Bashiruddin, J, Restuti, R.D.(2007) Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala&leher. Ed.6. Jakarta : Balai
penerbit FKUI.

You might also like