You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA

1. Anatomi










Organ pernafasan berguna bagi transgportasi gas-gas dimana organ-organ
pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu
rongga hidung, pharynx, larynx, trakhea, dan bagian paru-paru yang berfungsi
melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah.
a. Saluran nafas bagian atas, terdiri dari:
1. Hidung yang menghubungkan lubang-lubang sinus udara paraanalis yang
masuk kedalam rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal yang
menyalurkan air mata kedalam bagian bawah rongga nasalis kedalam hidung
2. Parynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tenggorokan
sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan
krikid maka letaknya di belakang hidung (naso farynx), dibelakang mulut(oro
larynx), dan dibelakang farinx (farinx laryngeal)
b. Saluran pernafasn bagian bawah terdiri dari :
1. Larynx (Tenggorokan) terletak di depan bagian terendah pharnyx yang
memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari farine-farine sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
2. Trachea (Batang tenggorokan ) yang kurang lebih 9 cm panjangnya trachea
berjalan dari larynx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke lima dan
ditempat ini bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).
3. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea yang
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus kanan dan kiri tidak
simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar dan merupakan lanjutan
trachea dengan sudut lancip. Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinis
yang penting.Tabung endotracheal terletak sedemikian rupa sehingga
terbentuk saluran udara paten yang mudah masuk kedalam cabang bronchus
kanan. Kalau udara salah jalan, maka tidak dapat masuk kedalam paru-paru
akan kolaps (atelektasis).Tapi arah bronchus kanan yang hampir vertical maka
lebih mudah memasukkan kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam.
Juga benda asing yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan
bronchus kanan ke arahnya vertikal. Cabang utma bronchus kanan dan kiri
bercabang-cabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen
bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang
dinamakan bronchioles terminalis yang merupakan cabang saluran udara
terkecil yang tidak mengandung alveolus.Bronchiolus terminal kurang lebih
bergaris tengah 1 mm. Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan,
tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah, semua
saluran udara dibawah bronchiolus terminalis disebut saluran pengantar udara
karena fungsi utamanya dalah sebagai pengantar udara ketempat pertukaran
gas paru-paru.Diluar bronchiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan
unit fungsional paru-paru, tempat pertukaran gas. Asinus terdiri bronchiolus
respiratorius, yang kadang- kadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli
yang bersal dari dinding mereka.Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi
oleh alveolus dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru-
paru.
4. Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga
toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum central
yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar.Setiap paru
mempunyai apeks (bagian atas paru) dan dasar.Pembuluh darah paru dan
bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh limfe memasuuki tiap paru pada
bagian hilus dan membentuk akar paru.Paru kanan lebih daripada kiri,paru
kanan dibagi menjadi tiga lobus dan paru kiri dibagi menjadi dua lobus.
Lobus-lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan
segmen bronchusnya. Paru kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru
dibagi 10 segmen.Paru kanan mempunyai 3 buah segmen pada lobus inferior,
2 buah segmen pada lobus medialis, 5 buah pada lobus superior kiri. Paru kiri
mempunyai 5 buah segmen pada lobus inferior dan 5 buah segmen pada lobus
superior.Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahanbelahan yang
bernama lobules. Didalam lobolus, bronkhiolus ini bercabang- cabang banyak
sekali, cabang ini disebut duktus alveolus.Tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2- 0,3mm. Letak paru dirongga dada
dibungkus oleh selaput tipis yang bernama selaput pleura. Pleura dibagi
menjadi dua :1.) pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru.2.) pleura parietal yaitu selaput yang
melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga
(kavum) yang disebut kavum pleura.Pada keadaan normal, kavum pleura ini
vakum (hampa udara)sehingga paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru dan dinding
sewaktu ada gerakan bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari
tekanan atmosfir, sehingga mencegah kolpas paru kalau terserang penyakit,
pleura mengalami peradangan, atau udara atau cairan masuk ke dalam rongga
pleura, menyebabkan paru tertekan atau kolaps.

2. Definisi
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
Bronkhopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada jaringan
paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus bagian
atas selama beberapa hari. Yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya.
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.

3. Klasifikasi Bronkopneumonia
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
a. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal
merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya
menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial.
Organisme seperti ini aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus
stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired
pneumonia.
c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi
infeksi. Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan
hanya menurut lokasi anatominya saja.
d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan
organisme perusak.


4. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
Faktor Predisposisi
a. Usia
b. Genetik
Faktor Presipitasi
a. Gizi buruk/kurang
b. Berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Tidak mendapatkan ASI yang memadai
d. Imunisasi yang tidak lengkap
e. Polusi udara
f. Kepadatan tempat tinggal

5. Tanda dan Gejala
Bronkopnemonia biasanya didahhului oleh suatu infeksi disaluran
penafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronkopnemonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti
menggigil,demam,nyeri dada pleiritis, batuk produktif,hidung kemerahan,saat
bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. Terdengar adanya
krekels diatas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian
rongga udara oleh ekdudat).
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan (nafas dangkal, Takipnea)
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi (mengecil, kemudian
menjadi hilang, Krekels)
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C
e. Anoreksia, Malaise
f. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
g. Gelisah
h. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan

6. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme
(jamur, bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon
(minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke
dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk melalui percikan
ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan
menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan,
dimana saat terjadi peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga
timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret
semakin menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit
dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret
akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi
saluran cerna saat ia terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal
dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus).
Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.









Bronchopneumonia of both posterior lower lobe segments











b. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebab.
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED : meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain
menurun, hipoksemia.
h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik(CMV)

8. Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut (Bradley, et
all, 2011):
a. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada.
b. Panas badan
c. Ronki basah halus-sedang nyaring (crakles)
d. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrate difus
e. Leukositas (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm
3
dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm
3
neutrofil yang predominan)



9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien
bronkopneumonia adalah:
a. Menjaga kelancaran pernapasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman
Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:
a. Antibiotik Pilihan empiris antibiotic untuk pasien bronkopneumonia yang
tidak memerlukan perawatan intensive biasanya berespon terhadap beta
laktam generasi ke tiga (seperti Ceftriakson atau Cefotaxim) dengan atau
tanpa Macrolid (Claritromisin atau Azitromicin dianjurkan jika ada kecurigaan
infeksi H. influenza) atau Fluoroquinolon (dengan peningkatan kemampuan
membunuh S. pneumoniae). Antibiotic alternative antara lain Cefuraxime
dengan atau tanpa Macrolid atau Azitromicin saja. Pilihan antibiotic dapat
tunggal atau kombinasi. Antibiotic tunggal yang paling cocok diberikan yang
gambaran klinisnya sugestif disebabkan oleh tipe kuman yang sensitive.
Kombinasi antibiotic diberikan dengan maksud untuk mencakup spectrum
kuman-kuma yang dicurigai, untuk meningkatkan aktivitas spectrum dan pada
infeksi jamak. Bila telah didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas maka hasil
ini dapat dijadikan untuk memberikan antibiotic tunggal (Dahlan, Z. 2007).
b. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
c. Nebulizer untuk pengenceran dahak yang ketal, dapat disertai bronchodilator
bila disertai bronkospasme
d. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak
e. Pemberian cairan
f. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip
g. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk transpor muskusilier
h. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

10. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

11. Pencegahan Bronkopneumonia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan
orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak
sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum
dan pencegahan khusus.
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap
kejadian bronkopneumonia. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain :30
1. Memberikan imunisasi BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan), Campak satu
kali (pada usia 9-11 bulan), DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali
(pada usia 2-11 bulan), Polio sebanyak 4 kali (pada usia 2-11 bulan), dan
Hepatitis B sebanyak 3 kali (0-9 bulan)..
2. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberika ASI pada bayi
neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.
3. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi
di luar ruangan.
4. Mengurangi kepadatan hunian rumah.

b. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah
orang telah sakit agar sembuh, menghambat progesifitas penyakit, menghindari
komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder meliputi
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya
penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dilakukan antara lain :26
1. Bronkopneumonia berat : rawat di rumah sakit, berikan oksigen, beri
antibiotik benzilpenisilin, obati demam, obati mengi, beri perawatan suportif,
nilai setiap hari.
2. Bronkopneumonia : berikan kotrimoksasol, obati demam, obati mengi.
3. Bukan Bronkopneumonia : perawatan di rumah, obati demam.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain :26
1. Memberi makan anak selama sakit, tingkatkan pemberian makan setelah sakit.
2. Bersihkan hidung jika terdapat sumbatan pada hidung yang menganggu proses
pemberian makan.
3. Berikan anak cairan tambahan untuk minum.
4. Tingkatkan pemberian ASI.
5. Legakan tenggorok dan sembuhkan batuk dengan obat yang aman.
6. Ibu sebaiknya memperhatikan tanda-tanda seperti: bernapas menjadi sulit,
pernapasan menjadi cepat, anak tidak dapat minum, kondisi anak memburuk,
jika terdapat tanda-tanda seperti itu segera membawa anak ke petugas
kesehatan.

12. Masalah Keperawatan Yang Perlu Dikaji
a. Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering
terjadi pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada
bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada usia dewasa juga masih sering
mengalami bronkopneumonia.
b. Keluhan Utama : sesak nafas
c. Riwayat Penyakit
1. Pneumonia Virus : didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk
renitis (alergi) dan batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia
bakteri.
2. Pneumonia Stafilokokus (bakteri) : didahului oleh infeksi saluran pernapasan
akut atau bawah dalam beberapa hari hingga seminggu, kondisi suhu tubuh
tinggi, batuk mengalami kesulitan pernapasan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit
fertusis yaitu penyakit peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang
dan lama yang disertai wheezing (pada Bronchopneumonia).
e. Pengkajian Fisik
1. Inspeksi : Perlu diperhatikan adanya takhipnea, dispnea, sianosis sirkumoral,
pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik nafas pada
pneumonia berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.
2. Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit dan nadi mengalami
peningkatan.
3. Perkusi : Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi : Pada pneumoniakan terdengar stidor suara nafas berjurang,
ronkhi halus pada sisi yang sakit dan ronkhi pada sisi yang resolusi,
pernafasan bronchial, bronkhofoni, kadang-kadang terdenar bising gesek
pleura.
f. Data Fokus
1. Pernapasan
a. Gejala : takipneu, dispneu, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan obat
aksesoris, pelebaran nasal.
b. Tanda : bunyi napas ronkhi, halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis
bibir atau kulit
2. Aktivitas atau istirahat
a. Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
b. Tanda : penurunan toleransi aktivitas, letargi
3. Integritas ego : banyaknya stressor
4. Makanan atau cairan
a. Gejala ; kehilangan napsu makan, mual, muntah
b. Tanda: distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering dengan tugor kulit
buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
5. Nyeri atau kenyamanan
a. Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleritis), meningkat oleh batuk, nyeri dada
subternal (influenza), maligna, atralgia.
b. Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada posisi yang
sakit untuk membatasi gerakan)

13. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul, yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi sputum
b. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia yang
berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum
e. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d. kehilangan cairan berlebih
f. Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi O
2
untuk aktivitas sehari-hari








Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d peningkatan produksi sputum
Kriteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan jalan nafas
pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas paten, tidak ada
bunyi nafas tambahan, tidak sesak, RR normal (35-40x/menit),
tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada pernafasan
cuping hidung
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi TTV terutama respiratory
rate
2. Auskultasi area dada atau paru, catat
hasil pemeriksaan
3. Latih pasien batuk efektif dan nafas
dalam
4. Lakukan suction sesuai indikasi
5. Memberi posisi semifowler atau
supinasi dengan elevasi kepala
6. Anjurkan pasien minum air hangat
7. Kolaborasi : Bantu mengawasi efek
pengobatan nebulizer dan fisioterapi
nafas lainnya.
8. Berikan obat sesuai indikasi, seperti
mukolitik, ekspektoran, bronkodilator,
analgesic
9. Berikan O
2
lembab sesuai indikasi
1. Member informasi tentang pola
pernafasan pasien, tekanan
darah, nadi, suhu pasien.
2. Crekcels, ronkhi dan mengi
dapat terdengar saat inspirasi
dan ekspirasi pada tempat
konsolidasi sputum
3. Memudahkan bersihan jalan
nafas dan ekspansi maksimum
paru
4. Mengeluarkan sputum pada
pasien tidak sadar atau tidak
mampu batuk efektif
5. Meningkatkan ekspansi paru
6. Air hangat dapat memudahkan
pengeluaran secret
7. Memudahkan pengenceran dan
pembuangan secret
8. Proses medikamentosa dan
membantu mengurangi
bronkospasme
9. Mengurangi distress respirasi

Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler
Kriteria hasil : setelah dilakukan asuhan diharapkan ventilasi pasien tidak
terganggu dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80
100 mmHg, PCO2 = 35 45 mmHg, pH = 7,35 7,45, SaO2
= 95 99 %), tidak ada sianosis, pasien tidak sesak dan rileks.
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi, kedalaman,
kemudahan bernapas pasien.
2. Observasi warna kulit, membran
mukosa bibir.
3. Berikan lingkungan sejuk,
nyaman, ventilasi cukup.
4. Tinggikan kepala, anjurkan napas
dalam dan batuk efektif.
5. Pertahankan istirahat tidur.
6. Kolaborasikan pemberian oksigen
dan pemeriksaan lab (GDA)
1. Memberi informasi tentang
pernapasan pasien.
2. Kebiruan menunjukkan sianosis.
3. Untuk membuat pasien lebih nyaman.
4. Meningkatkan inspirasi dan
pengeluaran sekret.
5. Mencegah terlalu letih.
6. Mengevaluasi proses penyakit dan
mengurangi distres respirasi.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia yang
berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum
Kriteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan pasien
meningkat, BB pasien ideal, mual muntal berkurang, turgor kulit
elastis, pasien tidak lemas
Intervensi Rasional
1. Kaji penyebab mual muntah
pasien
2. Berikan perawatan mulut
3. Bantu pasien membuang atau
1. Untuk menentukan intervensi
selanjutnya
2. Mulut yang bersih meningkatkan
nafsu makan
mengeluarkan sputum sesering
mungkin
4. Anjurkan untuk menyajikan
makanan dalam keadaan hangat
5. Anjurkan pasien makan sedikit
tapi sering
6. Kolaborasikan untuk memilih
makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan gizi selama sakit
3. Sputum dapat menyebabkan bau
mulut yang nantinya dapat
menurunkan nafsu makan
4. Membantu meningkatkan nafsu
makan
5. Meningkatkan intake makanan
6. Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai
dengan keadaan pasien

Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi O
2
untuk aktivitas sehari-hari
Kriteria hasil : pasien mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari hari sesuai
kemampuan tanpa bantuan, pasien mampu mempraktekkan
teknik, penghematan energy, TTV stabil (S = 36,5C 37,5C, N
= 75 100x/menit, RR = 35 -40 x/ menit)
Intervensi Rasional
1. Evaluasi tingkat kelemahan dan
toleransi pasien dalam
melakukan kegiatan
2. Berikan lingkungan yang tenang
dan periode istirahat tanpa
ganguan
3. Bantu pasien dalam melakukan
aktifitas sesuai dengan
kebutuhannya
4. Kolaborasi : Berikan oksigen
tambahan
1. Sebagai informsdi dalam
menentukan intervensi selanjutnya
2. Menghemat energy untuk aktifitas
dan penyembuhan
3. Oksigen yang meningkat akibat
aktifitas
4. Mengadekuatkan persediaan oksigen




DAFTAR PUSTAKA

Ackley BJ, Ladwig GB. 2011. Nursing Diagnosis Handbook an Evidence-Based
Guide to Planning Care. United Stated of America : Elsevier.

Dahlan Z. 2006/ Pneumonia, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam SuyonoS.
(ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 Jilid ke 2. Jakarta:
Media Aesculapius.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Martin tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,
Diagnosis, Dan Evaluasi halaman 247.Jakarta: EGC.

Moorhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2009. Nursing Outcome
Classification (NOC) Fourth Edition. United States of America: Mosby
Elsevier.
Nurarif AH, Kusuma H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis, NANDA, dan NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action.

Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Reevers, Charlene J, et all .2001. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba
Medica.

Smetlzer SC, Bare BG. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddart . Jakarta: EGC,

Wiley, Blackwell. 2009. Nursing Dianoses Definition and Classification 2009-
2011. United States of America: Mosby Elsevier.










LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG ANAK
RSUD ULIN BANJARMASIN










Oleh :
Istia Arisandy, S. Kep
NIM I1B110024



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2014
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
BRONKOPNEUMONIA
Di Ruang Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin Banjarmasin

Tanggal 25 Agustus s/d 30 Agustus 2014


Oleh :
Istia Arisandy, S. Kep
NIM. I1B110024


Banjarbaru, 29 Agustus 2014
Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan


Devi Rahmayanti, S.Kep., Ns Ayu Susanti S.Kep,Ns

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN BRONKOPNEUMONIA
Di Ruang Sedap Malam (Anak) RSUD Ulin Banjarmasin










Oleh :
Istia Arisandy, S. Kep
NIM I1B110024



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2014

You might also like