You are on page 1of 28

1

BAB I
PENDHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hematuria merupakan kelainan akibat adanya sel darah merah di dalam urine. Hal ini
perlu dibedakan denga bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram, yaitu keluar
darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi; keadaan ini sering terjadi pada
trauma atau tumor uretra. Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang berasal
di dalam maupun di luar system urogenitalia. Hematuria Ini ada yang mikro dan makro.
Dimana yang mikro ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata, sedangkan yang makro
sebaliknya bias dilihat dengan mata telanjang.


1.2 TUJUAN

1. Mahasiswa mampu memahami anatomi ginjal
2. Mahasiswa mampu mengetahui histologi ginjal
3. Mahasiswa mampu mengetahui hematuria













2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI, FISIOLOGI DAN HISTOLOGI TRAKTUS URINARIUS











3

1. GINJAL

Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada
bagian paling tebal dan berbentuk seperti kacang. Kedua ren terletak retroperitoneal pada
dinding abdomen, masing-masing di sisi kanan dan sisi kiri columna vertebralis setinggi
4

vertebra T12 sampai vertebra L3. Ren dexter terletak sedikit lebih rendah daripada ren
sinister karena besarnya lobus hepatis dexter. Masing-masing ren memiliki facies anterior
dan facies posterior, margo medialis dan margo lateralis, extremitas superior dan
extremitas inferior.
Ke arah cranial masing-masing ren berbatas pada diaphragm yang memisahkannya dari
cavitas pleuralis dan costa XII. Lebih ke kaudal facies posterior ren berbatas pada musculus
quadrates lumborus. Nervus subcostalis dan arteria subcostalis dan vena subcostalis, serta
nervus iliohypogastricus melintas ke kaudal dengan menyilang facies posterior ren secara
diagonal. Hepar, duodenum dan colon ascendens terletak di sebelah terhadap ren dexter,
sedangkan ren sinister di sebelah ventral berbatas pada gaster [ventriculus], spleen [lien],
pancreas, jejunum dan colon desendens.
Pada tepi medial masing-masing ren yang cekung, terdapat celah vertical yang dikenal
sebagai hilum renale, yakni tempat arteria renalis masuk, dan vena renalis serta pelvis renalis
keluar. Hilum renale sinistrum terletak dalam bidang transpilorik, kira-kira 5 cm dari bidang
median, setinggi vertebra L1. Di hilum renale vena renalis terletak ventral dari arteria renalis
yang berada ventral dari pelvis renalis. Hilum renale memberi jalan ke suatu ruang dalam
ren yang dikenal sebagai sinus renalis, dan berisi pelvis renalis, calices renales, pembuluh,
saraf dan jaringan lemak yang banyaknya dapat berbeda-beda.
Ren dexter dan glandula suprarenalis dextra
Kedua ureter adalah pipa berotot sempit yang menghantar urin dari kedua ren ke vesica
urinaria. Bagian cranial ureter yang lebar, yakni pelvis renalis terjadi karena persatuan dua
atau tiga calices renales majors yang masing-masing menghimpun dua atau tiga calices
renales minors. Setiap calices renales minors memperliatkan sebuah takik yang terjadi
karena menonjolnya masuk puncak pyramis renalis yang di sebut papilla renslis. Pars
abdominalis ureter melintas dekat pada peritoneum perietale dan terletak retroperitoneal
dalam seluruh panjangnya. Kedua ureter melintas kea rah mediokaudal sepanjang processus
transverse vertebrarum lumbaliorum dan menyilang arteria iliaca externa tepat distal dari
temoat arteria iliaca externa di percabangkan dari arteria iliaca communis. Lalu masing-
masing ureter menyusuri dinding pelvis lateral untuk bermuara ke vesica urinaria.
Setiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron, masing-masing nefron terdiri atas
komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh
5

darah, yaitu glomerulus dan kapiler peritubuler, yang mengitari tubuli. Komponen tubuler
berawal dengan kapsula Bowman (glomerular) dan mencakup tubuli kontortus proksimal,
ansa Henle dan tubuli kontortus distal. Dari tubuli distal, isinya disalurkan ke dalam
duktus koligens (saluran penampung atau pengumpul). Kedua ginjal menghasilkan sekitar
125 ml filtrat per menit; dari jumlah ini, 124 ml diabsorpsi dan hanya 1 ml dikeluarkan ke
dalam kaliks-kaliks sebagai urin.
Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dan elektrolit berupa ekskresi
kelebihan air dan elektrolit, mempertahankan keseimbangan asam basa, mengekskresi
hormon, berperan dalam pembentukan vitamin D, mengekskresi beberapa obat-obatan dan
mengekskresi renin yang turut dalam pengaturan tekanan darah.

Suplai Pembuluh darah Ginjal
1. Arteri renalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing-masing
ginjal dan masuk ke hilus melalui cabang posterior dan anterior.
2. Cabang arterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri-arteri interlobaris yang
mengali diantara piramda-piramida ginjal.
3. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan antara korteks dan
medulla.
4. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arkuata di sudut kanan dan
melewati korteks.
5. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk sekitar
50 kapiler yang membentuk glomerulus.
6. Arteriol aferen meninggalakan setiap glomerulus dan memebentuk jarring-jaring
kapiler lain, kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk
member nutrient pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang direabsorbsi.
a. Arteriol aferen dari glomerulus nefron korteks memasuki jarring-jaring kapiler
peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal pada nefron tersebut.
b. Arteriol aferen dari glomerulus pada nefron jukstaglomerular memiliki perpanjangan
pembuluh kapiler panjang yang lurus disebut vasa recta yang berdesenden ke dalam
piramida medulla. Lekukan vasa recta membentuk lengkungan jepit yang melewati
6

ansa henle. Lengkungan ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa henle
dan kapiler serta memegang peranan dalam konsentrasi urin.
7. Kapiler peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu dan
membentuk vena interlobularis.
8. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena arkuata bermuara ke
dalam vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena
ini meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena kava inferior.

Inervasi Ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari nervus renalis (vasomotor), saraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk kedalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan
dengan pembuluhdarah yang masuk ke ginjal. Fisiologi Ginjal adalah organ yang
mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada
dasarnya adalah menyaring/membersihkan darah. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120
ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus sehingga
akhirnya keluar dari kedua ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.



7

Histologi Ginjal
Setiap ginjal memiliki sisi medial cekung, yaitu hilus tempat masuknya saraf, masuk
dan keluarnya pembuluh darah dan membulu limfe dan serta keluarnya ureter dan memiliki
permukaan lateral yang cembung. Ginjal dibagi dua bagian kortes dibagian luar dan medulla
dibagian dalam, pada manusia medulla terdiri atas 10-18 struktur berbentuk kerucut atau
pyramid yaitu pyramid medulla.
Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron, dan setiap nefron terdiri atas bagian yang
melebar yakni korpuskel renalis, tubulus kontraktus proksimal, segmen tipis dan tebal ansa
lekung henle, tubulus kontraktus distal dan juga terdapat tubulus dan duktus koligente.


Gambar :bagian kiri :struktur ginjal, kanan : bagiam nefron jukstamedularis dan serta tubulus
koligentes
1. korpuskel renalis dan filtrasi darah
8

setiap korpusel renalis berdiameter sekitar 200um dan terdiri atas berkas kapiler ,
yaitu glomelurus yang dikelilingi oleh kapsul epitel berdinding ganda yang disebut
kapsula bowman. Didalamnya terdapat lapisan visceral yang menyelubungi kapiler
glomerulus, lapisan luar membentuk batas luar korpuskel renalis dan disebut lapisan
parietalis kapsula bowman, terdapat juga ruang urinarius yang menampung cairan yang
disaring melaluin dinding kapiler dan lapisan visceral. Setiap kutub vascular tempat
masuknya arteriol aferen dan keluarnya arteriol eferen dan memiliki kutub urinarius,
tempat tubulus kontraktus proksimal berasal.

Lapisan perietal terdiri atas epitel selapis gepeng yang diitunjukan lamina basalis
dan selapis tipis serat retikulin. Serta pada kitub urinarius, epitelnya berubah menjadi
epitel selapis kuboid atau silindris rendah yang menjadi ciri tubulus proksimal.
Pada perkembangan embriologi, epitel lapisan parietal relative tidak mengalami
perubahan sedangkan lapisan dalam atau visceral sangat termodifikasi, yang disebut
podosit memiliki badan sel yang mejulurkan beberapa cabang atau prosesus primer, dan
setiap prosesus primer mejalurkan banyak prosesus sekunder yang disebut pedikel yang
memeluk kapiler glomerulu.
Pada prosesus sekunder podosit berselang seling, yang membentuk celah celah
memanjang selebar lebih kurang 25nm yang sering disebut celah filtrasi.

2. Tubulus kontortus proksimal
Tubulus kontortus porksimal mulai dari polus urinarius korpuskel ginjal, panjangnya
hampir 14 mm dengan diameter luar 50 60 mikrometer. Sesuai dengan namanya,
tubulus ini jalannya sangat berkelakkelok dan selalu membentuk lengkungan yang
menghadap kepermukaan kapsula ginjal, disamping banyak sekali putaran dan kelokan
yang kecil. Tubulus ini berakhir sebagai saluran yang lurus da berjalan menuju berkas
medular yang paling dekat tempat tubulus melanjutkan diri dengan ansa henle. Sebagai
bagian nefron yang paling panjang dan paling lebar. Di dalam filtrat glomerulus mulai
berubah menjadi kemih oleh absorpsi beberapa zat dan penambahan (sekrsi) zat lainnya.
9

Pada pangkalnya terdapat bagian sempit yang disebut leher, tempat terjadinya
peralihan yang mendadak dari epitel gepeng (parietal) kapsula bowman ke epitel silindris
rendah tubulus proksimal. Sel-sel tubulus proksimal bersifat eosinofilik denga batas sikat
(brush border) dan garis garis basal (basal striations) dan lumen biasanya nyata lebar.
Batas sel tak jelas karena sistem interdigitasi yang rumit dari membran plasma lateral sel
sel yang bersisian. Interdigitasi lipatan lipatan yang serupa juga tampak dengan
mitokondria yang memanjang di dalam tempat yang terbentuk tadi, yang menyebabkan
gambaran bergaris garis basal. Inti besar, bulat, dan terletak di pusat seringkali dengan
anak inti yang menonjol, dan sebuah aparat golgi yang terletak supranuklir. Walaupun
mungkin terdapat 612 sel di sekeliling tubulus kontortus proksimal, jarang tampak lebih
dari 4 sampai 5 inti sebab sel lebih besar dibandingkan dengan tebalnya potongan

Gambaran 2 : yang menunjukan bagian dari tubulus kontortus proksimal

3. Ansa henle
Ansa henle adalah struktur berbentuk U terdiri atas atas ruas tebal desenden
dengan struktur yang mirip tubulus kontortus proksimal, ruas tipis desenden, ruas tipis
asenden dan ruas tebal asenden yang strukturnya mirip tubulus kontortus proksimal. Di
medula bagian luar, ruas tebal desenden dengan garis tengah luar sekitar 60 mikrometer,
secara mendadak menipis sampai sekitar 12 mikrometer dan berlanjut sebagai ruas tipis
desenden. Lumen ruas nefron ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel gepeng
yang intinya hanya sedikit menonjol kedalam lumen.
10

Lebih kurang sepertujuh dari semua nefron terletak dekat batas korteks-medula
dan karenanya disebut nefron juxtamedula, nefron lainya disebut nefron kortikal. Semua
nefron turut serta dalam proses filtrasi, absorpsi dan sekresi. Akan tetapi, nefron
jukstamedula terutama penting untuk mempertahankan gradien hipertonik dalam
intertisium medula-dasar kesanggupan ginjal menghasilkan urin hipertonik. Nefron
jukstamedula memiliki lengkungan henle yang sangat panjang, yang masuk jauh ke
dalam medula. Lengkungan ini terdiri atasruas tebal desenden yang pendek, ruas tipis
desenden dan asenden yang panjang, dan ruas tebal asenden. Sebaliknya nefron kortikal
memiliki ruas tipis desenden yang sangat pendek, tanpa ruang tipis asenden.


4. Tubulus kontortus distal
Didaerah mekula densa nefron melanjutkan diri sebagai tubulus kontortus distal yang
menempuh perjalanan pendek berkelok-kelok di korteks dan berakhir dekat sebuah
berkas medula dengan melanjutkan diri kedalam duktus koligens. Tubulus kontortus
11

distal lebih pendek dari tubulus kontortus proksimal sehingga pada sediaan tampak dalam
jumlah yang lebih kecil dan tidak mempunyai brush border. Biasanya 6-8 inti tampak
pada potongan melintang.
Dengan mokroskop elektron sel-sel tampak kuboid dengan inti ditengah atau di
apeks, sedikti mikrovilus yang pendek dan vakuol apikal. Di dalam sitoplasma bagian
basal terdapat interdigitasi tonjolan-tonjolan sel lateral yang rumit mirip dengan yang
tampak pada tubulus proksimal dengan mitokondria yang besar, tersusun radier dalam
kompartemen yang terbentuk. Hal ini memberikan gambaran bergaris pada bagian basal
sel dan merupakan mekanisme pompa natrium yang aktif dari cairan tubular.Setiap
tubulus kontortus distal dihubungkan oleh saluran penghubung pendek ke duktus
kolagens yang kecil. Nefron dan duktus koligens berbeda asal embriologinya.

Gambar: sel mesagial terdapat di Antara kapiler kapiler yang terbungkus membrane
basal

5. Tubulus dan duktus koligentes
Dutus koligen baukan merupakan bagian dari nefron. Setiap tubulus kontortus
distal berhubungan dengan duktus koligens melalui sebuah cabang samping duktus
koligens yang pendek yang terdapat dalam berkas medular, terdapat beberapa cabang
seperti itu. Duktus koligens berjalan dalam berkas medula menuju ke medula. Di bagian
medula yang lebih ke tengah beberapa duktus koligens bersatu membentuk duktus yang
12

besar yang bermuara ke apeks papila. Saluran ini disebut duktus papilaris (bellini) dengan
diameter 100-200 mikrometer atau lebih. Muara ke permukaan papila sangat besar,
sangat banyak dan sangat rapat, sehingga papila tampak seperti tapisan (area kribosa).
Sel-sel yang melapisi saluran ini bervariasi ukuran mulai dari kuboid rendah
dibagian proksimal sampai silindris tinggi di duktus papilaris utama. Batas sel teratur
dengan sedikit interdigitasi dan umumnya sel tampak pucat dengan beberapa organel.
Tipe sel kedua, sel gelap atau interkalaris mengandung lebih banyak mengandung
mitokondria dengan gelembung apikal, permukaan apikal memperlihatkan lipatan
(mikroplika). Sel ini ditemukan di duktus papilaris. Pada duktus koligens yang besar
ribosom bebas tampak menonjol dan rongga intraselular yang lebar, dan ke dalamnya
menonjol juluran mirip pseudopodia dari sel yang bersisian. Duktus koligens
menyalurkan kemih dari nefron ke pelvis ureter dengan sedikit absorpsi air yang
dipengaruhi oleh hormon anti-diuretik (ADH).

Gamabar : korteks ginjal yang membedakan TKD dan TKP

6. Aparat jukstaglomerulus
Aparat juxtaglomerular (AJG) merupakan pengkhususan arteriol aferen glomerular
dan tubulus kontortus distal dari nefron yang sama dan berperan dalam pengaturan
sistem tekanan darah melalui mekanisme renin-angitensin-aldosteron.Aparat
juxtaglomerular dibentuk dari 3 komponen yaitu makula densa dari tubulus kontortus
13

distal, sel juxtaglomerular penghasil renin dari arteriol aferan, dan sel mesangial
ekstraglomerular.
Makula densa. sekembalinya dari medula renalis ke korteks, segmen tebal
menaik ansa henle menjadi bagian pertama tubulus kontortus distal dan terletak
pada sudut antara arteriol aferen dan eferan di kutub vaskular glomerulus. Makula
densa adalah satu daerah dipadati sel khusus pada tubulus kontortus distal tempat
ia berbatasan dengan kutub vaskular glomerulus. Dibandingkan dengan sel
pelapis tubulus kontortus distal lain, sel makula densa lebih tinggi denga inti lebih
besar dan jelasyang terletak ke arah permukaan lumen, dengan sitoplasma basal
dipenuhi mitokondria. Membran basal diantara makula dan sel di bawahnya
sangatlah tipis.
Sel makula densa diduga peka terhadap konsentrasi ion natrium cairan dalam
tubulus kontortus distal, penurunan tekanan darah sistemik mengakibatkan
turunya produksi filtrat glomerulus dan karenanya menurunkan konsentrasi ion
natrium dalam cairan tubulus distal.
Sel juxtaglomerular merupakan sel otot polos khusus dari dinding arteriol aferen
yang membentuk kelompok mengelilinginya tepat sebelum memasuki
glomerulus. Sitoplasma sel juxtaglomelular berisi granul-granul bermembran
yang imatur dan matur dari enzim renin.
Sel mesangial ekstraglomerular disebut juga sel Goormaghtighatau sel lacis,
yang membentuk masa kerucut. Apeksnya menyelubung dengan mesangium
glomerulus, di lateral berbatasan dengan arteriol aferen dan eferen dan dasarnya
berbatasan dengan makula densa. Sel lacis berbentuk gepeng dan panjang dengan
banyak prosesus sitoplasma halus memanjang dari ujungnya dan dikelilingi oleh
suatu jalinan (lacis) bahan mesangial. Walaupun lokasi utamanya adalah di aparat
juxtaglomerular, fungsi sel mesangial ekstraglomerular belumlah jelas, dulu
diduga berfungsi mensekresi hormon eritoprotein yang merangsang produksi sel
darah merah dalam sumsum tulang.

14


Gambar : bagian ginjal yang terutama terdiri atas tubulus kontrus distal DCT dan
segmen tipis ansa henle, kapiler yang penuh dengan darah terlihat merah
2. URETER
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-
masing menyambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria). Berfungsi untuk menyalurkan urin
yang telah di bentuk di dalam ginjal ke vesica urinaria.
Panjangnya kira-kira 25-30cm,..dengan..penampang
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga
abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Ureter mempunyai membran mukosa yang dilapisi
dengan epitel kuboid dan dinding otot yang tebal. Urin
disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang
peristaltik, yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit dan
urin memasuki kandung kemih dalam bentuk
pancaran.
Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique
sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika.
Sewaktu menembus vesika urineria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup
15

dan pada waktu vesika urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah
pengambilan urine dan vesika urinaria.
Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika dan berjalan ke bagian
medial dan ke dapan bagian lateral serviks uteri bagian atas , vagina untuk mencapai
fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri iterina
sepanjang 2,5 cm dan sellanjutnya arteri ini menyilang ureter dan mmenuju ke atas di
antara lapisan ligamentum. Ureter mempuunyai 2 cm dari sisi.

3. VESIKA URINARIA (KANDUNG KEMIH)

Vesica urinaria merupakan suatu kantong berotot yang dapat mengempis, terletak
dibelakang simfisis pubis. Vesica urinaria mempunyai tiga muara: dua dari ureter dan
satu menuju uretra. Dua fungsi vesica urinaria adalah: (1) sebagai tempat penyimpanan
urin sebelum keluar dari tubuh dan (2) berfungsi mndorong urine keluar dari tubuh
(dibantu uretra).
Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih tersebut
terletak di dalam pelvis, ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya maka
kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di atas pubis.
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), Tunika muskularis
(lapisan otot), Tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).


16

4. URETRA
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mngambang, berjalan dari vesica urinaria
sampai ke luar tubuh. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada laki-laki,
sperma berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretrapada>laki-
laki>merupakan>tuba..dengan panjang sekitar 8 inci (20cm) dan memanjang dari
kandung kemih ke ujung penis. Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu :
uretra prostatika, uretra membranosa dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh
lebih..pendek..daripada..pria,..karena pada perempuan sekitar 1

inci (4 cm) dan


memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di
sebelah belakang klitoris. Uretra ini menjalar tepat di sebelah depan vagina. Lapisan
uretra wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa dan lapisan
mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra keluar dari tubuh disebut meatus
urinarius.
1.

















17

2.2 PROSES PEMBENUKAN URINE

A. Filtrasi glomerular
Definisi. Filtrasi glomerular adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dart
kapiler glomerular, dalam gradien tekanan tertentu ke dalam kapsul Bowman.
Filtrasi ini dibantu oleh faktor berikut:
a. Membran kapilar glomerular lebih permeabel dibandingkan kapilar lain dalam
tubuh sehingga filtrasi berjalan dengan sangat cepat.
b. Tekanan darah dalam kapilar glomerular lebih tinggi dibandingkan tekanan
darah dalam kapilar lain karena diameter arteriol eferen lebih kecil
dibandingkan diameter arteriol aferen.
B. Mekanisme filtrasi glomerular
a. Tekanan hidrostatik (darah) glomerular mendorong cairan dan zat terlarut keluar
dari darah dan masuk ke ruang kapsul Bowman.
b.Dua tekanan yang berlawanan dengan tekanan hidrostatik glomerular.
1.Tekanan hidrostatik dihasilkan oleh cairan dalam kapsul Bowman. Tekanan ini
cenderung untuk menggerakkan cairan keluar dart kapsul menuju glomerulus.
2.Tekanan osmotik koloid dalam glomerulus yang dihasilkan oleh protein plasma
adalah tekanan yang menarik cairan dart kapsul Bowman untuk memasuki
zglomerulus.
18

c. Tekanan filtrasi efektif (effective filtration force (EFPJ) adalah tekanan dorong
netto. Tekanan ini adalah selisih antara tekanan yang cenderung mendorong
cairan keluar glomerulus menuju kapsul Bowman dan tekanan yang cenderung
menggerakkan cairan ke dalam glomerulus dart kapsul Bowman.

EFP = (tekanan hidrostatik glomerular)-(tekanan kapsular) + (tekanan osmotik
koloid glomerular)
C. Laju filtrasi glomerular (glomerular filtration rate [GFRJ) adalah kuniah filtrat yang
terbentuk per menit pada semua nefron dad kedua ginjal. Pada laki-laki, laju filtrasi
ini sekltar 125 ml/menit atau 180 L dalam 24 jam; pada perempuan, sekitar 110
ml/menit.
D. Faktor yang mempengaruhi GFR
a. Tekanan filtrasi efektif. GFR berbanding lurus dengan EFP dan perubahan
tekanan yang terjadi akan mempengaruhi GFR. Derajat konstriksi arteriol
aferen dan eferen menentukan aliran darah ginjal, dan juga tekanan
hidrostatik glomerular.
1. Kontriksi arteriol aferen menurunkan aliran darah dan mengurangi
laju filtrasi glomerular.
2. Konstriksi arteriol eferen menyebabkan terjadinya tekanan darah
tambahan dalam glomerulus dan meningkatkan GFR.
b. Autoregulasi ginjal. Mekanisme autoregulasi intrinsik ginjal mencegah
perubahan aliran darah ginjal dan GFR akibat variasi fisiologis rerata tekanan
darah arteri. Autoregulasi seperti ini berlangsung pada rentang tekanan darah
yang lebar (antara 80 mmHg dan 180 mmHg).
1. Jika rerata tekanan darah arteri (normalnya 100 mmHg) meningkat,
arteriol aferen berkontriksi untuk menurunkan aliran darah ginjal dan
mengurangi GFR. Jika rerata tekanan darah arteri menurun, terjadi
vasodilatasi arteriol aferen untuk meningkatkan GFR. Dengan
demikian, perubahan-perubahan mayor pada GFR dapat dicegah.
19

2. Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan balik dart reseptor-
reseptor peregang dalam dinding arteriol dan dart aparatus
jukstaglomerular.
3. Di samping mekanisme autoregulasi in!, peningkatan tekanan arteri
dapat sedikit meningkatkan GFR. Karena begitu banyak filtrat
glomerular yang dihasilkan sehari, perubahan yang terkecil pun dapat
meningkatkan haluaran urine.
c. Stimulasi simpatis. Suatu peningkatan impuls simpatis, seperti yang terjadi
scat stres, akan menyebabkan kontriksi arteriol aferen, menurunkan aliran
darah ke dalam glomerulus, dan menyebabkan penurunan GFR.
d. Obstruksi aliran urinaria oleh batu ginjal atau batu dalam ureter akan
meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapsul Bowman dan menurunkan
GFR.
e. Kelaparan, diet sangat rendah protein, atau penyakit hati akan menurunkan
tekanan osmotik kolold darah sehingga meningkatkan GFR.
f. Berbagai penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas kapilar
glomerular dan meningkatkan GFR.
E. Komposisi filtrat glomerular
a. Ftltrat dalam kapsul Bowman identik dengan filtrat plasma dalam hal air dan
zat terlarut dengan berat molekul rendah, seperti glukosa,klorida, natrium,
kalium, fosfat, urea, asam carat, dan kreatinin.
b. Sejumlah kecil albumin plasma dapat terfiltrasi, tetapi sebagian besar
diabsorbpsi kembali dan secara normal tidak tampak pada urine
c. Sel darah merah dan protein tidak difiltrasi. Penampakannya dalam urine
menandakan suatu abnormalitas. Penampakan sel darah putih biasanya
menandakan adanya infeksi bakterl pada traktus urinaria bagian bawah.
F. Reabsorpsi tubulus. Sebagian besar filtrat (99%) secara selektif direabsorpsi dalam
tubulus ginjal melalui difusi pasif gradien kimia atau listrik, transpor aktif terhadap
gradien tersebut, atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85% natrium klorida dan air serta
semua glukosa dan asam amino pada filtrat glomerulus diabsorpsi dalam tubulus
kontortus proksimal, walaupun reabsorpsi berlangsung pada semua bagian nefron.
20

1. Reabsorpsi ion natrium
a. Ion-ion natrium ditranspor secara pasif melalui difusi terfasilitasi (dengan
carrier) dan lumen tubulus kontortus proksimal ke dalam selsel epitel
tubulus yang konsentrasi ion natriumnya lebih rendah.
b. Ion-ion natrium yang ditranspor secara aktif dengan pompa natrium-
kalium, akan keluar dan sel-sel epitel utuk masuk ke cairan interstisial di
dekat kapilar peritubular.
2. Reabsorpsi ion klor dan ion negatif lain
a. Karena ion natrium positif bergerak secara pasif dart cairan tubulus ke sel
dan secara aktif dart sel ke cairan interstisial peritubular, akan terbentuk
ketidakseimbangan listrik yang justru membantu pergerakan pasif ion-ion
negatif.
b. Dengan demikian, ion klor dan bikarbonat negatif secara pasif berdifusi
ke dalam sel-sel epitel dan lumen dan mengikuti pergerakan natrium yang
keluar menuju cairan peritubular dan kapilar tubular.
3. Reabsorpsi glukosa, fruktosa, dan asam amino
a. Carrier glukosa dan asam amino sama dengan carrier ion natrium dan
digerakkan melalui kotranspor.
b. Maksimuin transpor. Carrier pada membran sel tubulus memilikikapasitas
reabsorpsi maksimum untuk glukosa, berbagai jenis asamamino, dan
beberapa zat terabsorpsi lainnya. Jumlah ini dinyatakandalam maksimum
transpor (transport maximum [Tm)).
c. Maksimum transpor (Tm) untuk glukosa adalah jumlah maksimumyang
dapat ditranspor (reabsorpsi) per menit, yaitu sekitar 200 mgglukosa/ 100
ml plasma. Jika kadar glukosa darah melebihi nilai Tmnya, berarti
melewati ambang plasma ginjal sehingga glukosa munculdi urine
(glikosuria).
4. Reabsorpsi air. Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis. Ion natrium
berpindah dart area berkonsentrasi air tinggi dalam lumen tubulus kontortus
proksimal ke area berkonsentrasi air rendah dalam cairan interstisial dan kapilar
peritubular.
21

5. Reabsorpsi urea. Seluruh urea yang terbentuk setiap had difiltrasi oleh
glomerulus. Sekitar 50% urea secara pasif direabsorpsi akibat gradien difusi yang
terbentuk saat air direabsorpsi. Dengan demikian, 50% urea yang difiltrasi akan
diekskresi dalam urine.
6. Reabsorpsi ion anorganik lain, seperti kallum, kalsium, fosfat, dan sulfat, serta
sejumiah ion organik adalah melalui transpor aktif.
G. Mekanisme sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar dart
darah dalam kapilar peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubular untuk
dikeluarkan dalam urine.
1. Zat-zat seperti ion hidrogen, kalium, dan amonium, produk akhir metabolik
kreatinin dan asam hipurat serta obat-obatan tertentu (penisilin) secara aktif
disekresi ke dalam tubulus.
2. Ion hidrogen dan amonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus kontortus
distal dan tubulus pengumpul. Sekresi tubular yang selekttf terhadap ion hidrogen
dan amonium membantu dalam pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam
basa cairan tubuh.
3. Sekresi tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk mengeluarkan
zat-zat kimia astng atau tidak diinginkan.

2.3 HEMATURIA
Hematuria adalah didapatkannya sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu
dibedakan denga bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram, yaitu keluar darah
dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi; keadaan ini sering terjadi pada
trauma atau tumor uretra
Harus diyakinkan pula, bahwa seorang pasien menderita hematuria atau pseudo
hematuria. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan
yang bukan disebabkan sel darah merah, melainkan oleh zat lain yang mewarnai urine,
misalnya pada keadaan hemoglobinuria, mioglubinuria, konsentrasi asam urat yang
meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang
22

berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat obatan tertentu (antara lain:
fenotiazina, piridium, porfirin, rifampisin dan fenolftalein).
Secara visual, terdapatnya sel darah merah di dalam urine di bedakan dalam 2
keadaan, yaitu hematuria makroskopik dan mikroskopik. Hematuria makroskopik adalah
hematuria hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine yang berwarna
merah dan hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat
dilahat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
lebih dari dua seldarah merah perlapangan pandang.
Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa
karena dapat menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat
menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menilbulkan syok hipofolemik atau anemi,
dan menimbulkan urosepsis.
Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang berasal di dalam maupun di
luar system urogenitalia. Kelainan kelainan yang berasal dari luar system urogenitalia antara
lain adalah: kelainan pembekuan darah, SLE, dan kelainan sitem hematologic yang lain.
Yang berasal dari dalam system urogenitalia dapat di sebabkan oleh berbagai
kelainan pada saluran kemih tetapi mulai dari infeksi hingga keganasan saluran kemih. Oleh
karena itu, dalam setiap menghadapi kasus hematuria seorang dokter harus lebih waspada
terhadap kemungkinan adanya penyakit yang paling berat yaitu keganasan saluran kemih,
terutama hematuria yang tidak disertai nyeri.
Kelainan yang berasal dari system urogenitalia antara lain:
Infeksi atau inflamasi antara lain pielonefrieis, ureteritis, sistitisdan urethritis.
Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor WILM, tumor Grawitz, tumor pielun,
tumor ureter, tumor bulibuli, tumor prostat dan hiperlasia prostat jinak
Kelainan bawaan system urogenitalia antara lain : kista ginjal dan ren mobilis
Trauma yang mencederai system urogenitalia
Batu saluran kemih
Dalam mencari penyebab hematuria perlu di gali data yang terjadi pada saat episode
hematuria anatara lain :
1. Bagaimana warna urine yang keluar ?
2. Apakah di ikuti dengan keluarnya bekuan darah ?
23

3. Dibagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah ?
4. Apakah di ikuti dengan perasaan sakit ?
Tabel porsi hematuria pada saat miksi
INISIASI TOTAL TERMINAL
Terjadi pada Awal miksi Seluruh proses miksi Akhir miksi
Tempat kelainan Uretra
Buli-buli, uretrer atau
ginjal
Leher buli-buli

Karakteristik suatu hematuria dapat di pakai sebagai pedoman untuk
memperkirakan lokasi penyakit primernya, yaitu porsi hematuria (warna merah yang
dilihat saat berkemih) terjadi pada saat awal miksi (hematuria inisial), seluruh proses
miksi (hematuria total), atau akhir miksi (hematuria terminal) dengan memperlihatkan
porsi hematuria yang keluar dapat di perkirakan asal pendarahan. (Tabel). Kualitas warna
urine dapat juga menolong menentukan penyebab hematuria. Darah baru yang berasal
dari buli-buli, prostat, dan uretra berwarna merah segar sedangkan darah lama yang
berasal dari glomerulus berwarna lebih coklat dengan bentuk seperti cacing (vermiform).
Nyeri yang menyertai hematuria dapat berasal dari nyeri di saluran kemih bagian atas
berupa kolik atau gejala iritasi dari saluran kemih bagia bawah berupa dysuria strangria.
Tabel : Etiologi Hematuria
Vaskuler
Gangguan koagulasi
Kelebihan obat anti koagulasi
Thrombosis atau emtaboli arterial
Malformasi arteri-vena
Fistula arteri-vena
Nutcracker syndrome
Thrombosis vena renalis
24

HEMATURIA TRANSIEN ATAU PERSISTEN
Ditemukannya sedimen urin seperti sel darah merah, leukosit, silinder merupakan
tanda penyakit/kelainan glomerulus, tubelointerstisial, dan urologi
Bila di temukan hematuria tentu dokter ingin mengetahui apakah hematuria itu
menetap/persisten atau sementara/transien. Untuk menentukan hal ini perlu diperlukan
evaluasi pemeriksaan urin beberapa hari. Hematuria tidak berbahaya sepanjang tidak
Glomerular
Nefropati IgA
Alport sindrom
Glomerulonefritis primer dan sekunder
Interstisial
Interstisial nefritis alergi
Nefropati analgesic
Penyakit ginjal polikistik
Pielonefritis akut
Tuberculosis
Rejeksi ginjal alograf
Uroepitelium
Keganasan ginjal dan saluran kemih
Latihan yang berlebihan
Trauma
Nekrosis papillaris
Sistitis/uretritis/prostatitis (biasanya disebabkan infeksi)
Penyakit parasit (misalnya skistosomiasis)
Nefrolitiasa atau batu vesika urinaria
Penyebab Lainnya
Hiperkalsiuria
Hiperurikosuria
Sickle cell disease/penyakit sel sabit
25

menyebabkan perdarahan hebat, tetapi etiologi hematuria harus ditegakan untuk
penanganan lebih lanjut. Bila ditemukan hematuria, dilakukan evaluasi etiologi dan
penyakit yang mendasari terjadinya hematuria

PATOFISIOLOGI
Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan glomerulus
dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang neflogi dan urologi. Darah yang berasal
dari nefron disebut hematuria glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah merah jarang
ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau
perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal.
Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urine: pada perempuan harus
disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya menstruasi, adanya laserasi pada organ
genitalia, sedangkan pada laki-laki apakah disirkumsisi atau tidak.
Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit dan silinder eritrosit, merupakan
tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi
lebih lanjut. Diagnosis banding hematuria persisten antara lain glomerulonefritis, nefritis
tubulointerstisial atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit, leukosituria
menandakan nefritis tubulointerstisial. Bila disertai hematuria juga merupakan variasi
dari glomerulonefritis. Pada kelompok faktor resiko penyakit ginjal kronik harus di
lakukan evaluasi pemeriksaan sedimen urin untuk deteksi dini.
Sebagai prosedur diagnostic pada penyakit ginjal salah satunya adalah uji dipstick
untuk mengetahui adanya darah samar merupakan uji penapisan yang baik untuk
hematuria. Uji dipstick mudah dilakukan sendiri oleh pasien untuk mengikuti perjalanan
hematuria selama pengobatan.







26


PENATALAKSANAAN











27

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hematuria merupakan kelainan akibat adanya sel darah merah di dalam urine. Hal ini
perlu dibedakan denga bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram, yaitu keluar
darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi; keadaan ini sering terjadi pada
trauma atau tumor uretra. Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang berasal di
dalam maupun di luar system urogenitalia. Hematuria Ini ada yang mikro dan makro.
Dimana yang mikro ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata, sedangkan yang makro
sebaliknya bias dilihat dengan mata telanjang.
Karakteristik suatu hematuria dapat di pakai sebagai pedoman untuk memperkirakan
lokasi penyakit primernya, yaitu porsi hematuria (warna merah yang dilihat saat berkemih)
terjadi pada saat awal miksi (hematuria inisial), seluruh proses miksi (hematuria total), atau
akhir miksi (hematuria terminal) dengan memperlihatkan porsi hematuria yang keluar dapat
di perkirakan asal pendarahan. Namun dalam keadaan normal, sel darah merah jarang
ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau
perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal. Serta perlu diperhatikan
dalam pengambilan contoh urine: pada perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria
lain misalnya menstruasi, adanya laserasi pada organ genitalia, sedangkan pada laki-laki
apakah disirkumsisi atau tidak.









28

DAFTAR PUSTAKA

Guyton and Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Moore L Keith, Anne M. 2003. Anatomi klinis Dasar.Jakarta: Hipocrates
Setyohadi, Bambang (dkk). 2006. Ilmu penyakit Dalam (edisi keempat). Jakarta.
Departememen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk pemula.Jakarta: EGC
Junqueir, Luiz carlos. 2007. Histologi Dasar teks dan atlas. Jakarta: EGC.
Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto
Silvia and Wilson. 2006. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
EGC.

You might also like