You are on page 1of 18

SATUAN OPERASI DAN PROSES

DESTILASI










Oleh :
Ayu Yasri Putri 115101001111022
Bagaskara Yunianta K. 115101000111010
Destry Anggarini 115101001111021
Qonyta Ayu Z.K. 115101000111020
Sefti Yuliana 115101001111002


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad pertama masehi
yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya permintaan akan spritus.
Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus
dari Alexandria-lah yang telah berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi
pada sekitar abad ke-4. Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau
didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenisperpindahan massa. Penerapan
proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatularutan, masing-masing komponen akan
menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum
Dalton.

Tujuan dari destilasi adalah memisahkan molekul air murni dari kontaminan yang punya
titik didih lebih tinggi dari air. Destilasi, menyediakan air bebas mineral untuk digunakan di
laboratorium sains atau keperluan percetakan. Destilasi membuang logam berat seperti timbal,
arsenic, dan merkuri.


1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah tentang destilasi ini adalah untuk mengetahui gambar
mesin serta deskripsinya, cara kerja dari mesin destilasi, contoh mesin dari proses destilasi. Serta
mengetahui beberapa contoh perusahaan yang menggunakan proses destilasi.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Gambar Mesin Destilasi dan Keterangan
Berikut ini adalah skema tipe unit destilasi dengan arus umpan dan dua arus produk












Beberapa komponen utama dari alat destilasi adalah sebagai berikut:
Sebuah shell vertical dimana pemisah komponen cairan dilakukan
Internal kolom seperti tray/pelat/packing yang digunakan untuk meningkatkan pemisahan
komponen
Reboiler sebagai penyedia penguapan yang dbutuhkan bagi proses destilasi. Pemanas untuk
boiler harus menghasilkan panas yang stabil.
Kondensor untuk mendinginkan dan mengembunkan uap yang meninggalkan bagian atas kolom
Sebuah drum reflux untuk menahan uap terkondensasi dari bagian atas kolom sehingga
cairan(reflix) dapat di daur ulang ke kolom
Rumah-rumah shel vertical, internal kolom dan bersama-sama dengan kondensor serta reboiler
menyusun suatu kolom destilasi





Berikut ada beberapa jenis alat destilasi beserta keterangannya:






2.2 Cara Kerja Mesin Destilasi

Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Pada
dasarnya alat destilasi dibagi menjadi dua yaitu destilasi kering dan basah. Dan penggunaan alat
destilasi pun tergantung dari siapa yang menggunakannya karena alat destilasi itu sendiri dapat
berskala laboratorium dan skala komersil.

Cara kerja alat destilasi basah skala komersil adalah sebagai berikut:
Buka tutup ketel pemanas dan penyuling, masukkan air dan bahan yang akan didestilasi,
bahan harus terendam dalam air, guna menghindari menggumpalnya bahan yang
didestilasi karena pengaruh panas. Kemudian tutuplah ketel dan kuatkan pengunci.
Hubungkan ketel dengan kondensor melalui sebuah pipa
Hubangkan kondensor dengan alat penampung air pendingin dan usahakan aliran air
pendingin dalam kondensor berlawanan dengan aliran dari uap yang dikondensasikan
Pasanglah alat penampung kondensat dan pemisah cairan destilasi
Nyalakan api pemanas dan jangan sampai padam
Akibat dari pemanasan air dalam ketel pemanas dan penyuling akan mendidih dan bahan
dalam air akan menguap, jagalah air jangan sampai kurang, bila kurang tambahlah
melalui lubang penambahan air, kecilkan dulu api dan setelah beberapa waktu baru tutup
lubang dibuka dan seterusnya diisi air air tambahan. Hal tersebut bertujuan guna
menghindari semburan air panas keluar akibat tekanan uap
Uap bahan akan mengalir ke dalam kondensor, yang seterusnya akan mengalami
kondensasi dan kondensat terapung dalam alat penampung. Kondensat selanjutnya
dimasukkan dalam alat pemisah cairan destilasi (destilat) untuk diadakan pemisahan
dengan air
Setelah pekerjaan selesai api dipadamkan dan alat dilepaskan dari rangkaian. Setelah
dingin sisa bahan dikeluarkan dari dalam ketel pemanas dan penyuling

Selanjutnya adalah destilasi secara kering. Pada dasarnya alat destilasi kering adalah
sama dengan alat destilasi basah. Perbedaannya hanya terletak pada alat ketel destilasi,
sedangkan alat yang lain seperti kondensor adalah sama. Dalam destilasi kering, bahan yang
didestilasi dipanasi dalam ketel destilasi dengan menggunakan udara panas atau asap panas.
Udara panas atau asap panas dapat berasal dari sebuah dapur yang berada di luar ketel destilasi.
Dapat pula dari bahan bakar yang langsung dibakar dalam ketel penyulingan. Uap bahan yang
terjadi kemudian dialirkan ke dalam kondensor sehingga mengalami kondensasi. Kondensat
yang terjadi ditampung dalam alat penampung yang kemudian dipisahkan dengan alat pemisah.

Cara kerja dari alat destilasi kering skala komersil adalah sebagai berikut:
Bukalah tutup ketel penyulingan dan masukkan bahan yang akan didestilasi kemudian
tutup kembali dan eratkan baut-baut penguncinya
Hubungkan ketel penyuling dengan kondensor dan pasanglah alat penampung kondensat
pada mulut pengeluaran kondensat dari kondensor
Alirkan air pendingin ke kondensor jangan sampai terbalik. Aliran air pendingin dalam
kondensor harus berlawanan dengan aliran uap bahan dari ketel penyuling ke kondensor
Nyalakan api pemanas dan apabila sumber panas ada di luar ketel, alirkanlah asap
panasnya ke dalam ketel, alirkanlah asap panasnya ke dalam ketel dengan membuka
oemasukkan asap panas
Dengan adanya asap panas yang masuk ke dalam ketel penyuling, maka bahan yang akan
didestilasi akan dipanasi dan minyak atsiri yang terkandung di dalamnya akan menguap.
Apabila sumber panas berada di luar ketel maka asap panas yang dialirkan melalui pipa
ke dalam ketel akan memanasi udara di dalam ketel dan udara panas akan naik memanasi
bahan yang akan didestilasi
Uap minyak akan dialirkan ke dalam kondensator melalui pipa penyuling, karena adanya
air pendingin maka uap bahan akan mengalami kondensasi dan berubahlah menjadi
kondensat, yang ditampung dalam alat penampung yang selanjutnya dipisahkan dari zat-
zat yang lain dalam alat pemisah.

2.3 Resume Jurnal dan Aplikasi Alat dalam Agroiundustri

Dalam jurnal Reaktor, Vol. 12 No. 1, Juni 2008, hal. 7-11 karya Widayat dan Hantoro
Satriadi yang berjudul Optimasi pembuatan dietil eter dengan proses reaktif destilasi akan
membahas pengaplikasian destilasi pada pembuatan dietil eter sebagai bahan pelarut lemak,
minyak, resin, dll. DiEtil Eter merupakan salah satu dari eter komersial yang paling penting
diantara eter yang lainnya. Dalam industri dietil eter banyak digunakan sebagai bahan pelarut
untuk melakukan reaksi-reaksi organik dan memisahkan senyawa organik dari sumber alamnya.
Penggunaan sebagai pelarut diantaranya untuk pelarut minyak, lemak, getah, resin,
mikroselolosa, parfum, alkaloid, dan sebagian kecil dipakai dalam industri butadiena. Eter
adalah senyawa tak berwarna dengan bau enak yang khas. Titik didihnya rendah dibanding
alkohol dengan jumlah atom karbon yang sama, dan kenyataannya mempunyai titik didih sama
dengan hidrokarbon, dimana pada eter gugus CH
2
- digantikan oleh oksigen.

Proses reaktif destilasi merupakan proses dimana reaktan direaksikan dan komponen-
komponen hasil langsung dipisahkan. Dengan proses reaktif destilasi dapat menghemat biaya
investasi dan memperoleh kemurnian produk yang lebih tinggi. Beberapa senyawa yang selama
ini sudah diproduksi dengan proses reaktif destilasi dan memberikan keuntungan yang cukup
besar adalah Metil asetat dan Metyl Tertier Butyl Ether (MTBE) (Taylor dan Krishna, 2000).
Dalam proses pembuatan dietil eter dari etanol dengan katalis asam sulfat, menghasilkan
senyawa dietil eter, etanosulfat. Senyawa dietil eter mempunyai titik didih yang sangat rendah
dibandingkan komponen yang ada di dalamnya. Dengan demikian memungkinkan untuk
membuat dietil eter dengan proses reaktif distilasi. Dalam penelitian ini, dilakukan proses
optimasi pada pembuatan senyawa dietil eter dengan proses reaktif distilasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengoptimasi proses pembuatan dietil eter dari etanol teknis dan asam sulfat
dengan proses reaktif distilasi secara batch.

Peralatan terdiri dari reaktor yang berbentuk labu leher tiga, kolom pemisahan/distilasi,
pendingin produk, dan penampung produk. Respon yang dianalisa adalah kandungan dietil eter
dalam produk yang dianalisa dengan gas kromatografi (GC). Data-data yang diperoleh
selanjutnya diolah dengan perangkat lunak Statistica 6. Design percobaan seperti disajikan dalam
tabel 2, dimana design percobaan ini juga diperoleh dariperangkat lunak Statistica 6.




Tabel 2. Design penelitian untuk optimasi dengan metode respon permukaan










Keterangan :
R : Perbandingan mol reaktan etanol dengan asam sulfat
C asam: Konsentrasi Asam sulfat
+1 : nilai atas ,
-1 : nilai bawah,
0 : nilai tengah
+v2 : nilai kritis atas
-v2 : nilai kritis bawah

Untuk memperoleh nilai parameter kondisi operasi dapat dihitung menggunakan
persamaan 1 dan 2 atau dengan memasukkan nilai batas atas dan bawah ke dalam perangkat
lunak Statistica 6.



Percobaan dilakukan dengan memasukkan etanol dan H2SO4 kedalam labu umpan
distilasi. Reaksi dilangsung pada ondisi titik didihnya. Produk dan komponen-komponen ringan
akan menguap. Uap akan berkontak dengan kondensat dalam kolom distilasi dan terbentuk
kesetimbangan. Etanol dan air yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari dietil eter akan
terkondensasi dan kembali kebawah. Proses pembentukan kesetimbangan juga dapat terbentuk
dengan pendinginan dari udara luar. Suhu pada puncak distilasi dijaga dibawah 78 C.
Pencapaian suhu operasi tersebut membutuhkan waktu 30 menit. Produk dietil eter akan
mengalir ke labudistilat/produk melewati kondensor sehingga terkondensasi dan suhunya akan
turun yaitu mencapai 33 C (dijaga agar dibawah 35 C). Dalam labu distilat/produk
didinginkan dengan pendingin es yang berfungsi untuk menjaga dietil eter yang sudah tidak
dapat larut dalam air tidak menguap. Suhu produk dalam labu distilat 10 C, dimana pada suhu
tersebut diharapkan tidak ada dietil eter yang menguap. Produk dianalisa dengan alat gas
kromatografi.

Hasil penelitian yang diperoleh seperti disajikan dalam tabel 3 yang merupakan
perbandingan hasil percobaan dan hasil perhitungan dengan model.

Tabel 3. Hasil penelitian dari percobaan dan hasil perhitungan dari model











Setiap nilai hasil penelitian pengamatan (Yo), dibandingkan dengan nilai hasil prediksi
(Yp) yang dihitung dari model seperti yang digambarkan pada gambar 2. Gambar 2 menunjukan
bahwa sebagian besar data terletak yang tidak pada garis. Hal menunjukkan bahwa data-data
hasil percobaan dengan model yang kurang valid.












Hasil analisa dari model empiris diatas didapatkan kondisi operasi optimum, pada
kondisi perbandingan mol reaktan 1 : 1,30 dan konsentrasi asam sulfat 10,93 M. Data-data
tersebut dimasukkan ke model matematika (Persamaan 1) diperoleh nilai konversi sebesar
31,83%. Secara teoritis semakin besar perbandingan mol reaktan etanol dan H
2
SO
4
maka
konversi yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi mol
H
2
SO
4
maka kemungkinan terkonversinya etanol menjadi dietil eter besar. Fenomena yang sama
juga terjadi untuk konsentrasi katalis. Semakin tinggi konsentrasi katalis maka konversi reaksi
semakin besar karena dengan tingginya konsentrasi katalis maka kemungkinan kontak antar
molekul menjadi lebih besar. Namun dari grafik dapat dilihat bahwa titik perbandingan mol
reaktan 1 : 1,30 dan konsentrasi katalis 10,93 merupakan konversi optimum dimana peningkatan
setelahnya akan menurunkan konversi reaksi. Hal ini disebabkan karena proses reaktif destilasi
sangat berhubungan dengan titik didih campuran. Reaksi dehidrasi ethanol menjadi dietil eter
terjadi pada suhu 130 C (Ullman, 1987). Dengan demikian konversi reaksi akan besar pada saat
titik didih campuran berada disekitar suhu reaksi, dengan penambahan H
2
SO
4
dan konsentrasi
asam sulfat yang tinggi, akan mempengaruhi titik didih campuran secara signifikan yang
mengakibatkan volume destilat kecil dan konversi reaksi kecil. Konversi reaksi yang kecil sangat
mungkin, disebabkan oleh kondisi temperatur pada puncak distilasi yang bervariasi. Hal ini
dikarenakan kesulitan mempertahankan temperatur kolom distilasi tetap pada temperatur di
bawah 78 C. Jika dilihat titik didih dietil eter yang rendah, bisa jadi banyak dietil eter yang
menguap ke atas (tidak masuk sebagai distilat). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi
operasi optimum, pada kondisi perbandingan mol reaktan 1 : 1,30 dan konsentrasi asam sulfat
10,93 M. Nilai konversi yang diperoleh sebesar 31,83%.
2.4 Pabrik yang Menggunakan Alat Destilasi

2.4.1 UD. Tirta Kencana Nusantara
UD. TKN dalam usahanya memproduksi minyak atsiri daun cengkeh menggunakan
metode penyulingan dengan air dan uap dimana bahan olah tidak bercampur langsung dengan
air, namun berada di atas rak/ saringan berlubang. UD. TKN menggunakan beberapa alat yang
spesifikasinya didasarkan beberapa hal, diantaranya jenis dan jumlah bahan baku. Alat-alat uang
digunakan dalam proses produksi antara lain:
A. Ketel Suling
Ketel suling atau biasa disebut tangki, berfungsi sebagai tempat air atau uap untuk
mengadakan kontak dengan bahan serta untuk menguapkan minyak atsiri. Penggunaan
bentuk ketel tergantung metode penyulingannya. UD.TKN menggunakan metode uap dan
air, sehingga bahan dan air menjadi satu tempat yang terpisah oleh rak atau saringan.
Tangki tersebut dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka dan diapitkan pada bagian
atas tangki dipasang pipa berbentuk leher angsa (gooseneck) untuk mengalirkan uap ke
kondensor. Dasar keterl dilengkapi dengan suatu kran untuk saluran air saat mengadakan
pembersihan. Sementara satu setengah meter dari dasar ketel terdapat kran untuk
mengalirkan air yang digunakan untuk pengukusan. Spesifikasi dari ketel suling tersebut
adalah:
Kapasitas : 7,5 10 Kwintal
Tinggi : 3 meter
Diameter : 1,9 meter
Tebal : 9 mm
Konstruksi : Besi baja
Tinggi saringan dari dasar ketel : 1 meter
Umur teknis : 5 tahun

B. Kondensor ( kolam pendingin )
Kondensor merupakan salah satu alat penyulingan yang berfungsi untuk
mengubah seluruh komponen uap menjadi komponen cair, baik itu uap minyak maupun
uap cair. Dalam proses penyulingan minyak atsiri ini, kondensor dalam bentuk kolam
pendingin berfungsi untuk mendinginkan uap minyak yang bercampur dengan uap air.
Melalui kondensor ini uap minyak dan uap air akan terpisah sebab kedua bahan tidak
saling melarut. Spesifikasi dari kondensor tersebut adalah:
Konstruksi : Beton
Panjang : 7 meter
Lebar : 4 meter
Kedalaman : 3 meter
Bentuk Pipa dalam kolam : Zig zag
Jumlah pipa : 8 buah

C. Drum ( kolam pemisah )
Alat ini berfungsi untuk menampung cairan minyak dan air yang sudah
didinginkan dalam kondensor. Selanjutnya minyak dan air terpisah berdasarkan berat
jenisnya. Untuk minyak atsiri daun cengkeh, karena berat jenisnya lebih tinggi
dibandingkan dengan air, maka posisi minyak berada di dasar drum. Sementara air berada
di bagian atas. Kemungkinan masih belum sempurnanya pemisahan tersebut, di UD.
TKN dipasang 3 kolam pemisahan; yang memungkinkan alat tersebut menampung
bagian minyak yang belum terpisah pada kolam pemisah pertama. Namun demikian dari
segi jumlah, pada kolam pemisah kedua dan ketiga tidak sebanyak pada kolam pertama.
Spesifikasi alat ini adalah:
Kapasitas : 100 kg
Konstruksi : besi baja
Tinggi : 1 meter
Diameter : 70 cm
Jumlah : 3 buah

D. Penyaring
Minyak yang sudah dipisahkan dari air selanjutnya didiamkan sementara untuk
kemudian dilakukan penyaringan dengan kain saring. Ini bertujuan untuk menahan dan
menghilangkan air yang mungkin terikut dengan minyak. Dan juga menyaring benda-
benda asing yang mungkin terikut dalam bahan, seperti misalnya hasil reaksi antara
minyak dengan bahan logam yang digunakan dalam proses. Spesifikasi alat ini adalah:
Konstruksi : kayu bertingkat
Bahan penyaring : kain cotton
Jumlah : 2 buah

E. Jerigen
Penggunaan wadah penyimpan minyak atsiri di UD. TKN berasal dari bahan
jerigen plastik dengan kapasitas sekitar 40 kg minyak setiap jerigen. Wadah yang
digunakan itu adalah wadah yang tidak tembus cahaya. Hal ini menjadi syarat yang perlu
dilakukan sewaktu akan melakukan penyimpanan. Sebab jika terjadi kontak langsung
dengan cahaya matahari akan menimbulkan reaksi kimia yang merusak komposisi zat
yang terkandung.

2.4.2 PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk.
PT. SMART merupakan perusahaan yang memproduksi minyak goreng, dimana dalam
tahap pengolahan CPO menggunakan prinsip destilasi seperti pada proses deodorizing. Proses
deodorasi adalah suatu tahapan proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan
bau dan rasa yang tidak enak dalam minyak karena masih mengandung asam lemak bebas
(FFA). Prosesnya adalah dengan destilasi, yaitu ketika minyak berada dalam tangki dilakukan
proses steam dengan cara di spray. Adapun peralatan yang digunakan dalam proses deodorizing
adalah:
Pompa Packed Column (P-304)
Berfungsi untuk mengalirkan semi RBDPO (Refined Bleached Degummed Palm Oil) dari
packed column ke Deodorizer
Deodorizer (T-302)
Berfungsi untuk menghilangkan bau khas kelapa sawit
Splash Oil Tank (V-307)
Berfungsi untuk menampung sebagian RBDPO yang keluar dari deodorizer untuk
mengalirkan kembali ke deodorizer
Pompa Splash Oil Tank (P-315)
Berfungsi untuk mengalirkan RBDPO kembali ke deodorizer
Pompa Deodorizer (P-302A, P-302B)
Berfungsi untuk mengalirkan RBDPO dari deodorizer ke crystallizer (CR-01 CR-26)
dengan melalui proses pendinginan (spiral heat exchanger (E-302), economic atau plate
heat exchanger 1 (E-205), plate heat exchanger 4 (E-304)) dan proses penyaringan
(catridge filter)
Plate Heat Exchanger 4 (E-304)
Berfungsi untuk mendinginkan RBDPO dengan menggunakan air pendingin
Catridge Filter 1 (CF-1)
Berfungsi untuk menjernihkan atau menyaring impurities yang masih terdapat dalam
RBDPO (tahap akhir)
Tangki RBDPO (P-1, P-2, dan P-4)
Berfungsi untuk menampung RBDPO

2.4.3 PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang
Di PTPN XI Lumajang memproduksi etanol, dimana destilasi merupakan tahap terakhir
dari proses produksi alkohol dari tetes tebu. Destilasi yaitu pemisahan dua komponen senyawa
atau lebih berdasarkan pada titik didih masing-masing komponen dengan cara pemanasan
penguapan, untuk memperoleh produk alkohol dengan kualitas prima. Setelah proses fermentasi
selesai, maka cairan fermentasi masuk ke dalam destilator. Proses destilasi dilakukan pada suhu
antara 79-81C. Pada suhu ini, etanol sudah menguap namun air tidak menguap. Maka uap
etanol dialirkan ke destilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran destilator. Destilasi
pertama biasanya di dapat kadar etanol masih 50-55%. Apabila kadar etanol masih di bawah
95%, maka destilasi perlu diulangi lahi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%. Apabila sudah
mencapai 95% maka dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa
digunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol dan biarkan
selama semalam. Setelah itu didestilasi lagi hingga kadar etanolnya kurang lebih 99,5%.

2.4.4 PT Salim Ivomas Pratama Surabaya
BPO dari filtrate tank dilewatkan melalui plate heater (E701) kemudian dialirkan menuju
zorro box economizer (E702) untuk meningkatkan temperature dan diteruskan ke final heater.
Proses pemanasan yang terjadi di E703 menggunakan steam yang dialirkan dari high pressure
boiler(G701). Dari E703, BPO dialirkan menuju deodorizer tank (DEO701) untuk dilakukan
proses deodorisasi yang berdaya vacuum kuat.

Proses deodorisasi atau penyulingan juga dapat berfungsi untuk mengurangi kandungan
FFA dari BPO. Kandungan FFA yang diharapkan sebesar 0.03-0.05%. DEO701 terdiri dari
beberapa tray atau palka yang dilengkapi dengan steam sparging untuk membantu proses
penguapan pada proses deodorisasi. RBDPO yang bersuhu tinggi kemudian dialirkan menuju
E702, dan terjadi cross dengan BPO. Dari E702, RBDPO dialirkan menuju heat exchanger
(E001). Di dalam E001 terjadi cross antara RBDPO yang bersuhu tinggi dengan CPO yang
bersuhu rendah sehingga suhu RBDPO menjadi turun sedangkan suhu CPO menjadi naik.
Apabila suhu CPO daro E001 masih kurang dari ketentuan maka dipanaskan kembali dengan
bantuan E002. RBDPO yang keluar dari E001 kemudian dialirkan menuju cooler (E704) dengan
media pendinginnya berupa air. Penurunan suhu RBDPO yng keluar dari E704 kemudian
dilewatkan bag filter(F701 dan F702) untuk memastikan bahwa RBDPO yang dihasilkan bersih
dari kotoran. Setelah itu, RBDPO ditampung dalam tangki timbun atau dialirkan langsung ke
proses fraksinasi.

Hasil samping dari proses penyulingan yaitu berupa palm fatty acid destilate (PFAD)
yang kemudian ditampung di intermediate tank (T703). Dari T703, PFAD dipompa menuju
cooler (E705). Temperature di PFAD 60-80C. sebagian yang sudah berbentuk cair dialirkan
kembali menuju DEO701 untuk menangkap atau mengkondensasi PFAD yang masih berbentuk
uap atau gas dan sebagian lagi ditapung dalam tangki penyimpanan PFAD yang nantinya akan
diekspor atau dijual kembali sebagai bahan baku sabun dan kosmetik. Dari proses deodorisasi
terdapat tumpahan minyak yang masih mentah kemudian ditampung di tangki splash oil dan
diproses kembali di dalam tangki T601





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Destilasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk pemurnian dan pemisahan
larutan yang berdasarkan pada perbedaan titik didih yang relatif jauh. Contoh jenis alat destilasi
yaitu destilasi uap, destilasi air dan destilasi uap dan air. Cara kerja destilasi dibagi menjadi dua
cara yaitu cara kerja destilasi basah dan cara kerja destilasi kering. Pada jurnal dijelaskan
mengenai prosees reaktif destilasi yang merupakan proses dimana reaktan direaksikan dan
komponen-komponen hasil langsung dipisahkan. Dengan proses reaktif destilasi dapat
menghemat biaya investasi dan memperoleh kemurnian produk yang lebih tinggi. Beberapa
senyawa yang selama ini sudah diproduksi dengan proses reaktif destilasi dan memberikan
keuntungan yang cukup besar adalah Metil asetat dan Metyl Tertier Butyl Ether (MTBE). Pada
jurnal dilakukan proses optimasi pada pembuatan senyawa dietil eter dengan proses reaktif
distilasi. Tujuan penelitian pada jurnal adalah untuk mengoptimasi proses pembuatan dietil eter
dari etanol teknis dan asam sulfat dengan proses reaktif distilasi secara batch. Alat destilasi telah
banyak digunakan pada perusahaan besar. Berikut adalah contoh perusahaan yang menggunakan
alat destilasi pada proses produksinya antara lain UD. Tirta Kencana Nusantara, PT. Sinar Mas
Agro Resources and Technology Tbk., PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang dan PT Salim
Ivomas Pratama Surabaya. Perusahaa tersebut menggunakan alat destilasi pada proses produksi
produknya dengan jenis mesin destilasi yang berbeda-beda.

3.2 Saran
Dalam pembahasan yang disajikan perlu diperhatikan proses perawatan dalam mesin
destilasi agar mesin dapat terjaga dengan baik. Sehingga masa pakai mesin destilasi dapat
dipakai dalam jangka yang panjang.





DAFTAR PUSTAKA

Irawan, Bambang. 2010. Tesis: Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi Dan
Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut. Universitas Diponegoro. Semarang.
Kartika, D. (2011). Penerapan Supply Chain Management dalam Pengadaan Bahan Baku untuk
Produksi Etanol (Studi Kasus PTPN XI di PASA II Djatiroto, Lumajang). Skripsi Sarjana pada
TIP. FTP Universitas Brawijaya Malang : tidak diterbitkan.
Newmark, Ann. 2000. Jendela Iptek Seri 7: Kimia. Balai Pustaka Jakarta. Jakarta.
Permatasari, Vitta Rizky. (2008). Teknologi Pemurnian Multi Proses (PMP) Pada Pengolahan
Minyak Goreng Bimoli Di PT. Salim Ivomas Pratama Surabaya. Laporan Praktek Kerja Lapang
TIP FTP Universitas Brawijaya Malang: tidak diterbitkan.
Rosa, S.E. (2012). Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) pada Proses Produksi Minyak Goreng di
PT. Sinar Mas Agro Resourches and Technology (SMART) Tbk. Surabaya. Laporan Praktek
Kerja Lapang TIP FTP Universitas Brawijaya Malang : tidak diterbitkan.
Wahyudi. (2005). Analisis Proses Produksi Minyak Atsiri Daun Cengkeh (Clove Leaf Oil) di
UD. Tirta Kencana Nusantara. Laporan Praktek Kerja Lapang TIP FTP Universitas Brawijaya
Malang : tidak diterbitkan.
Widayat dan Satriadi, H. (2008). Optimasi Pembuatan Dietil Eter dengan Proses Reaktif
Destilasi. Jurnal Reaktor Vol. 12 No. 1, hal. 7-11

You might also like