You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HEMATEMESIS MELENA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Departemen Medikal
di Ruang 26 HCU RSUD dr. Saiful Anwar Malang
















Oleh:
Dwi Astika Sari
NIM. 105070201111021






JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
1. PENGERTIAN HEMATEMESIS MELENA
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau tinja
yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan
bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara
darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna
seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal, (Nettina, Sandra M. 2001).
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, lengket yang
menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada
usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh
bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna
atas, (Sylvia, A Price. 2005).
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum dan
melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit
terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah
yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk
menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena
merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit

2. ETIOLOGI HEMATEMESIS MELENA
a. Kelainan di Esophagus
Varises Esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises
esophagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada
umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dimuntahkan
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan
asam lambung.
Karsinoma Esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis,
hanya sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak massif.
Sindroma Mallory-Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah hebat yang pada
akhirnya baru timbul perdarahan. Misalnya pada peminum alcohol atau pada
hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah
hebat dan seterusnya.
Esofagitis dan Tukak Esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau
kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada
hematemis. Tukak di esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika
dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
b. Kelainan di Lambung
Gastritis Erisova Hemoragika
Hematemesis bersifat tidak massif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita
mengeluh nyeri ulu hati.
Tukak Lambung
Penderita mengalami dyspepsia berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang
berhubungan dengan makanan. Sifat hematemesis tidak begitu massif dan
melena lebih dominan dari hematemesis.
c. Kelainan Darah
Polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili, trombositopenia purpura.

3. PATOFISIOLOGI HEMATEMESIS MELENA
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen anterior yang
lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik
menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut
menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises. Varises
dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal massif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan
penurunan perfusi jaringan.
Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme
kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang
tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika
volume darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi
selular. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh, dan
tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami kegagalan.
Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah
gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan
warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada
perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses
dapat berwarna merah terang/gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada
saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling sedikit
perdarahan sebanyak 50-100 cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna
hitam seperti teh selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti
keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah
episode perdarahan tunggal.

4. MANIFESTASI KLINIS HEMATEMESIS MELENA
a. Muntah darah (hematemesis)
b. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
c. Mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia)
d. Denyut nadi yang cepat, TD rendah
e. Akral teraba dingin dan basah
f. Nyeri perut
g. Nafsu makan menurun
h. Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya
anemia, seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan pusing

5. KOMPLIKASI HEMATEMESIS MELENA
a. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya volume
intravaskuler oleh karena perdarahan. Dapat terjadi karena kehilangan cairan
tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan
volume intraventrikel. Pada klien dengan syok berat, volume plasma dapat
berkurang sampai lebih dari 30% dan belangsung selama 24-28 jam.
b. Gagal ginjal akut
Terjadi sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah
gagal ginjal maka setelah syok, diobati dengan menggantikan volume
intravaskuler.


c. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan
kesadaran.
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah.
Racun-racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan
dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah,
yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG HEMATEMESIS MELENA
a. Pemeriksaan Radiologic
Pemeriksaan radiologic dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk
daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada
lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi
terutama pada daerah 1/3 distal esophagus, kardia dan fundus lambung untuk
mencari ada atau tidaknya varises.
b. Pemeriksaan Endoskopik
Dengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan secara
endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal
dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik adalah
dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan dan infuse
untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas
yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara
c. Pemeriksaan Ultrasonografi dan Scanning Hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit
hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan
saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga
khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja.

7. PENATALAKSANAAN HEMATEMESIS MELENA
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin
dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang diteliti dan
pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas
meliputi:
a. Tirah baring
b. Diet makanan lunak
c. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
d. Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemesis
melena).
e. Infus cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
f. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu
CVP monitor.
g. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan.
h. Transfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan
mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal.
i. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10 mg/hari, karbosokrom
(adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis berguna untuk
menanggulangi perdarahan.
j. Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini
dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.

8. ASUHAN KEPERAWATAN HEMATEMESIS MELENA
a. Keluhan Utama
Biasanya keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang
datang secara tiba-tiba.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara
tiba-tiba.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis hepatitis,
hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas, riwayat
penyakit darah (misal : DM), riwayat penggunaan obat ulserorgenik,
kebiasaan/gaya hidup (alkoholisme, gaya hidup/kebiasaan makan).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan makan
yang dapat memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat mempengaruhi
anggota keluarga yang lain.
c. Pengkajian Fungsi Kesehatan
Pengkajian pada klien Hematemesis Melena yang merujuk pada kasus
Perdarahan Gastrointestinal atas menurut Doenges (2000) :
1) Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelemahan, Kelelahan
Tanda : Takikardi, Takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
2) Sirkulasi
Gejala :
Hipotensi (termasuk postural)
Takikardia, disritmia (hipovolemia/hipoksemia)
Kelemahan/nadi perifer lemah
Pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokonstriksi)
Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Kelembaban kulit/membrane mukosa : berkeringat (menunjukkan status
syok, nyeri akut, respon psikologik)
3) Integritas ego
Gejala :
Faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan, kerja)
Perasaan tak berdaya.
Tanda :
Tanda ansietas (gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar,
suara gemetar).
4) Eliminasi
Gejala :
Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan GI
atau masalah yang berhubungan dengan GI, misalnya luka peptic atau
gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster.
Perubahan pola defekasi/karakteristik feses.
Tanda :
Nyeri tekan abdomen, distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah
perdarahan. Karakter feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea).
Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Keluaran urin : menurun, pekat.
5) Makanan/cairan
Gejala :
Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah.
Tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan pedas, coklat : diet
khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya.
Penurunan berat badan
Tanda :
Muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah.
Membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit
buruk (perdarahan kronis).
Berat jenis urin meningkat
6) Neurosensori
Gejala :
Rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan koma
(tergantung pada volume sirkulasi/oksigenasi).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih : nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi.
Rasa ketidaknyamanan/distress samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
Nyeri epigastrium kiri sampai tengah/menyebar ke punggung terjadi 1-2
jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster).
Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan terjadi kurang lebih 4 jam setelah
makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida
(ulkus duodenal).
Tak ada nyeri (varises esophageal atau gastritis).
Factor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan obat-obat
tertentu (salisilat, reserpin, antibiotic, ibuprofen), stressor psikologis.
Tanda :
Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
8) Keamanan
Gejala : Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya ASA.
Tanda : Peningkatan suhu. Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis/hipertensi portal).
9) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang mengandung ASA,
alcohol, steroid.
NSAID menyebabkan perdarahan GI
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnose
yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode
muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misalnya sirosis,
alkoholisme, hepatitis, gangguan makan.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum klien Hematomesis Melena akan terjadi ketidakseimbangan
nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan / tidak dapat mencerna,
mual, muntah, kembung.
2) Sistem Respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan
hipoksia, ascites.
3) Sistem Kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi jantung (S
3
, S
4
).
4) Sistem Gastrointestinal
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus perifer.
5) Sistem Persyarafan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara
lambat tak jelas.
6) Sistem Geniturianaria/Eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali. asites),
penurunan / tak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin
gelap pekat, diare / konstipasi.


e. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut.
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritan mukosa gaster.
4) Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5) Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan
hipovolemia.
6) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

f. Intervensi Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah akut.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
keseimbangan cairan dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Membran mukosa lembab, turgor kulit elastic, intake dan output balance, BAB
normal
Intervensi Rasional
1. Monitor hasil lab dan observasi
tanda-tanda perdarahan.

2. Awasi masukan haluaran.



3. Pertahankan tirah baring, jadwalkan
aktivitas untuk memberikan periode
istirahat tanpa gangguan.
4. Observasi kulit kering, membrane
mukosa, penurunan turgor kulit.
5. Catat tingkat kesadaran.

6. Observasi tanda-tanda syok.

7. Anjurkan klien minum banyak 2-3
1. Mendeteksi homeostasis atau ketidakseimbangan
dan membantu menentukan kebutuhan
penggantian.
2. Memberikan informasi tentang keseimbangan
cairan, fungsi ginjal, dan control penyakit usus juga
merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
3. Aktivitas/muntah dapat meningkatkan tekanan intra
abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan
lanjut.
4. Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan.

5. Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi
jaringan infuse sekunder terhadap hipovolemia.
6. Untuk mencegah terjadinya perdarahan yang
berlebihan.
7. Mengatasi kehilangan cairan berlebihan dan
mengatasi terjadinya dehidrasi.
liter/hari.
8. Kolaborasikan dengan dokter dalam
pemberian terapi cairan dan anti
perdarahan.
9. Kolaborasikan dengan tim dalam
pemberian darah lengkap
segar/kemasan sel darah merah.
8. Untuk mengatasi kehilangan cairan berlebih.


9. Darah lengkap segar diindikasikan untuk
perdarahan akut, karena darah simpanan dapat
kekurangan factor pembekuan.



2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan kebutuhan
nutrisi dapat diatasi.
Kriteria hasil :
Mual hilang, muntah tidak ada, nafsu makan meningkat, BB meningkat.

Intervensi Rasional
1. Timbang BB setiap hari.

2. Berikan makanan dalam porsi kecil
tapi sering.

3. Bantu pasien dan dorong pasien
untuk makan.

1. Memberikan informasi tentang
kebutuhan diet/keefektifan terapi.
2. Buruknya toleransi terhadap makanan
banyak mungkin berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra abdomen.
3. Diet yang tepat untuk penyembuhan,
mungkin lebih baik keluarga terlibat
ketika pasien makan.
4. Awasi pemasukan diet.

5. Kolaborasikan dengan ahli gizi dan
dokter mengenai obat antiemetic.
4. Memberikan informasi tentang
kebutuhan pemasukan defisiensi.
5. Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi
pasien dalam perubahan pencernaan
dan fungsi usus, antiemetic mengatasi
mual.

3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritan mukosa gaster.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri dapat
berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan postur tubuh rileks dan mampu tidur atau istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
1. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi,
lamanya, intensitas (skala 0-10).



2. Kaji ulang factor yang menungkatkan
atau menurunkan nyeri.
3. Bantu latihan rentang gerak
aktif/pasif.

4. Kolaborasikan dengan tim dalam
pemberian obat sesuai indikasi, misal
: antasida.
1. Nyeri tidak selalu ada, tetapi bila ada
harus dibandingkan dengan gejala nyeri
pasien sebelumnya dimana dapat
membantu mendiagnosa etiologi
perdarahan dan terjadinya komplikasi.
2. Membantu dalam membuat diagnose
dan kebutuhan terapi.
3. Menurunkan kekakuan sendi,
meminimalkan nyeri atau
ketidaknyamanan.
4. Menurunkan keasaman gaster dengan
absorpsi atau dengan menetralisir kimia.


4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan
kecemasan dapat teratasi (pasien tenang).
Kriteria hasil : Klien dapat menyatakan rentang perasaan yang tepat,
menunjukkan rileks dan laporan ansietas menurun.
Intervensi Rasional
1. Awasi respon fisiologis, misal :
takipneu, palpitasi, pusing, sakit
1. Dapat menjadi indikatif derajat takut
yang dialami pasien tetapi dapat juga
kepala, sensasi kesemutan.

2. Catat petunjuk perilaku atau gelisah,
mudah terangsang, kurang kontak
mata, perilaku melawan.

3. Dorong pernyataan takut dan
ansietas, berikan umpan balik.

4. Tunjukkan teknik relaksasi, contoh :
latihan nafas dalam, bimbingan
imajinasi.

berhubungan dengan kondisi fisik/status
syok.
2. Indicator derajat takut yang dialami
pasien, misal : pasien akan merasa tak
terkontrol terhadap situasi atau
mencapai atatus panik.
3. Membuat hubungan terapeutik,
membantu pasien menerima perasaan
dan memberikan kesempatan untuk
memperjelas kesalahan konsep.
4. Belajar cara yang rileks dapat membantu
menurunkan takut dan ansietas.


5. Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien
menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat.

Kriteria hasil :
Ekstremitas hangat, tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler baik, membrane
mukosa merah muda, lemas ( - ).
Intervensi Rasional
1. Awasi tanda-tanda vital, kaji
pengisian kapiler, warna
kulit/membrane mukosa.

2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai
toleransi.

3. Kaji untuk respon verbal melambat,
mudah terangsang, agitasi, gangguan
memori, bingung.
4. Catat keluhan rasa dingin,
pertahankan suhu lingkungan dan
tubuh hangat sesuai indikasi.
1. Memberikan informasi tentang
derajat/keadekuatan perfusi jaringan
dan membantu menentukan kebutuhan
intervensi.
2. Meningkatkan ekspansi paru dan
memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler.
3. Dapat mengindikasikan gangguan
fungsi serebral karena hipoksia atau
defisiensi vitamin B12.
4. Vasokontriksi (ke organ vital)
menurunkan sirkulasi perifer.
Kenyamanan pasien/kebutuhan rasa




5. Kolaborasikan dalam pemeriksaan
laboratorium.
hangat harus seimbang dengan
kebutuhan untuk menghindari panas
berlebihan pencetus vasodilatasi
(penurunan perfusi organ).
5. Mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan pengobatan/respon terhadap
alergi.


6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit, diharapkan pengetahuan
klien bertambah.
Kriteria hasil :
Klien mengerti dan memahami penyakitnya.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan klien.

2. Berikan informasi dalam bentuk
tertulis maupun verbal.
3. Tinjau ulang penjelasan yang telah
diberikan.
4. Diskusikan pentingnya menghentikan
merokok.
1. Untuk mengetahui sejauh mana klien
mengerti tentang penyakitnya.
2. Mempermudah klien menerima
informasi tentang penyakitnya.
3. menerima dan mengerti penjelasan
tentang penyakitnya.
4. Penyembuhan ulkus dapat melambat
pada orang yang merokok, khususnya
yang diterapi dengan Tagamet.
Merokok juga berhubungan dengan
peningkatan resiko
terjadinya/berulangnya ulkus peptikum.



DAFTAR PUSTAKA

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik
Edisi 4. EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Bulecheck, Gloria dkk. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC), fifth ed. United State :
Mosby.
Herdman, T.Heater, Phd, RN. 2012. NANDA International NURSING DIAGNOSIS:
DEFINITIONS & CLASSIFICATION 2012-2014. United Kingdom: WILEY-
BLACKWELL.
Moorhead, Sue dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC), fourth ed. United State :
Mosby.

You might also like