Professional Documents
Culture Documents
I.
DEFINISI
Rinitis akut adalah radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan oleh infeksi
II.
ANATOMI HIDUNG
Hidung terdiri atas nasus eksternus dan cavum nasi.2
a. Nasus eksternus2
Nasus eksternus mempunyai ujung yang bebas, yang dilekatkan ke dahi
melalui radiks nasi atau jembatan hidung. Nasus eksternus adalah kedua
neres atau lubang hidung. Setiap neres dibatasi di lateral oleh ala nasi
dan di mesial oleh septum nasi.
III. ETIOLOGI
Rhinitis dapat terjadi akibat infeksi virus, bacterial dan materi irritative.
Virus yang paling sering menyebabkan rhinitis akut ialah Rhinovirus. Penyakit ini
menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau
menurunnya daya tahan tubuh (kediginan, kelelahan, dan adanya penyaakit
menahun).
a. Rhinitis virus
Rhinitis virus terbagi tiga, yaitu:
1. Rhinitis simplek
Etiologi. Rinitis simplek disebabkan oleh virus. Infeksi biasanya
terjadi melalui droplet di udara. Beberapa jenis virus yang berperan
antara lain, adenovirus, picovirus, dan subgrupnya seperti rhinovirus,
coxsakievirus, dan ECHO. Masa inkubasinya 1-4 hari dan berakhir
dalam 2-3 minggu.1,4
Gambaran klinis. Pada awalnya terasa panas di daerah belakang
hidung, lalu segera diikuti dengan hidung tersumbat, rinore, dan
bersin yang berulang-ulang. Pasien merasa dingin, dan terdapat
demam ringan. Mukosa hidung tampak merah dan membengkak.
Awalnya, secret hidung (ingus) encer dan sangat banyak. Tetapi bisa
jadi mukopurulen bila terdapat invasi sekunder bakteri, seperti
Streptococcus
Haemolyticus,
pneumococcus,
staphylococcus,
Gejala-gejalanya
dapat
diatasi
dengan
pemberian
kepala,
demam
mengandung aspirin
dan
lebih
myalgia.
Analgesik
dianjurkan
karena
yang
tidak
aspirin
dapat
Komplikasi. Rinitis akut biasanya dapat sembuh sendiri (selflimiting) dan membaik secara spontan setelah 2-3 minggu, tetapi
kadang-kadang, komplikasi seperti sinusitis, faringitis, tonsiitis,
bronchitis, pneumonia dan otitis media dapat terjadi.1,4
2. Rhinitis influenza
Virus influenza A, B atau C berperan dalam penyakit ini. Tanda dan
gejalanya mirip denagn common cold. Komplikasi sehubungan
dengan infeksi bakteri sering terjadi.4
3. Rhinitis eksantematous
Morbili, varisela, variola, dan pertusis, sering berhubungan dengan
rinitis, dimana didahului dengan eksantemanya sekita 2-3 hari.
Infeksi sekunder dan komplikasi lebih sering dijumpai dan lebih
berat.4
b. Rhinitis bakteri
Rhinitis bakteri terbagi dua, yaitu:
1. Infeksi non-spesifik
Infeksi non-spesifik dapat terjadi secara primer ataupun sekunder.
Rinitis bakteri primer. Tampak pada anak dan biasanya akibat dari
infeksi
pneumococcus,
streptococcus
atau
staphylococcus.
pendarahan.4
Rinitis bakteri sekunder. Merupakan akibat dari infeksi bakteri pada
rinitis viral akut.4
2. Rhinitis difteri
Penyakit ini disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae. Rinitis
difteri dapat bersifat primer pada hidung atau sekunder pada
tenggorokan dan dapat terjadi dalam bentuk akut atau kronis.
Dugaan adanya rinitis difteri harus dipikirkan pada penderita dengan
riwayat imunisasi yang tidak lengkap. Penyakit ini semakin jarang
ditemukan karena cakupan program imunisasi yang semakin
V.
setelah kurang lebih 12 minggu. Karena itu umumnya terapi yang diberikan lebih
bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, nasal dekongestan dan
antihistamin disertai dengan istirehat yang cukup. Terapi khusus tidak diperlukan
kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, maka antibiotik
perlu diberikan.5
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadnya rinitis akut adalah
dengan menjaga tubuh selalu dalam keadaan sehat. Dengan begitu dapat
terbentuknya system imuitas yang optimal yang dapat melindungi tubuh dari
serangan za-zat asing. Istirehat yang cukup, mengkonsumsi makanan dan
minuman yang sehat dan olahraga yang teraturjuga baik untuk menjaga kebugaran
tubuh. Selain itu, mengikuti program imunisasi lengkap juga dianjurkan, seperti
vaksinasi MMR untuk mencegah terjadinya rinitis eksantematous.5
DAFTAR PUSTAKA
1.
Soepardi E.A. Iskandar N.I. Bashiruddin J. dkk. 2007. Infeksi hidung dalam:
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher.
Edisi ke-6. 2009. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal. 140-2.
2.
Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi ke-6. 2006. Jakarta: EGC. Hal: 803-805.
3.
4.
Acute and Chronic Rhinitis. Dalam Dhingra P.L. Disease of Ear, Nose and
Throat. Edisi 4. New Delhi. Gopson Paper Ltd. 2007. Hal: 145-8.
5.