You are on page 1of 218

BUNDELAN PRAKTIKUM ANATOMI HEWAN

OLEH
KELOMPOK V B
ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M.

ASISTEN

(1110423016)

2. NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. QORIATUL HUSNAH

(1310421046)

5. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

LEMBARAN PENGESAHAN

Objek-objek praktikum anatomi hewan yaitu anatomi pisces, anatomi amfibi,


anatomi reptilia, anatomi aves, anatomi mamalia, anatomi otak, histologi
pencernaan, histologi respirasi dan sirkulasi, histologi urogenital, histologi saraf
dan endokrin serta histologi rangka.

Asisten Penanggung Jawab

(DWIYANTO)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan praktikum serta laporan akhir
Anatomi Hewan ini. Adapun isi dari laporan akhir ini adalah kumpulan dari setiap
laporan mingguan selama praktikum berlangsung. Laporan ini merupakan syarat
untuk dapat mengikuti ujian akhir praktikum.
Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dosen serta para asisten praktikum anatomi hewan yang selalu membimbing dan
mengajari kami dalam melaksanakan praktikum dan dalam menyusun laporan ini.
Serta semua pihak yang membantu kami dalam hal penyusunan laporan ini.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik
serta saran yang membangun masih kami harapkan untuk penyempurnaan laporan
akhir ini.Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan. Oleh
karena itu, kami mohon maaf sebesar- besarnya untuk kelancaran penyelesaian
laporan ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini kami
ucapkan terima kasih. Semoga Laporan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Padang, Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Anatomi Pisces
Anatomi Amfibi
Anatomi Reptil
Anatomi Aves
Anatomi Mamalia
Anatomi Otak
Histologi Sistem Pencernaan
Histologi Sistem Sirkulasi
Histologi Sistem Respirasi
Histologi Sistem Urogenital
Histologi Sistem Saraf
Histologi Sistem Rangka

ANATOMI PISCES

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
ANATOMI PISCES
OLEH :
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M.

ASISTEN

(1110423016)

2.NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. QORIATUL HUSNAH

(1310421026)

5. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

I.PENDAHULUAN

I.I.Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam salah satunya
sumber daya hewan adalah ikan. Ikan merupakan hewan yang jumlahnya
termasuk banyak jika di bandingkan dengan hewan-hewan yang lain. Setiap ikan
itu tentu memiliki karakteristik tersendiri baik secara anatomi maupun morfologi
untuk membedakan ikan yang satu dengan yang lain. Secara morfologi, kita dapat
membedakan

ikan

dengan

melihat

bentuk

luarnya,

misalnya

dengan

memperhatikan ada atau tidaknya sisik pada hewan tersebut, sedangkan secara
anatomi, kita dapat melihat perbedaan organ-organ dalam yang terdapat pada
masing-masing ikan.
Anatomi berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata ana yang
berarti susunan dan tome yang berarti memotong, sehingga anatomi merupakan
salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan dengan
struktur dan organisasi dari makhluk hidup (Brotowidjoyo, 1990).
Oreochromis niloticus merupakan hewan yang patut untuk di ketahui
struktur anatomi dan morfologinya, karena ikan nila adalah hewan yang cukup
banyak memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai
kebutuhan pangan maupun sebagai ikan hias.
Perlu kita ketahui ikan tidak hanya terdapat dilaut melainkan dapat
ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran besar baik air tawar, air
payau, maupun air asin. Disini yang akan kami bahas yaitu salah satu ikan yang
berasal dari air tawar yaitu O.niloticus.

O.niloticus merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang cukup dikenal
baik secara nasional maupun internasional. Ikan Nila menjadi terkenal karena
memiliki banyak keunggulan. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki ikan nila
yaitu mudah berkembang biak, cepat pertumbuhannya, anaknya banyak, ukuran
badan relatif besar, tahan penyakit, sangat mudah beradaptasi, relatif murah
harganya, dan dagingnya enak (Sukiya, 2005).
O.niloticus memiliki faktor penting yaitu rasa dagingnya yang khas dengan
kandungan omega pada patin dan gizi yang cukup tinggi, sehingga ikan nila sering
di jadikan sumber protein yang murah dan mudah di dapat. Serta harga jualnya
yang terjangkau oleh masyarakat.
O.niloticus sebagai pemakan plankton yang sifatnya cenderung omnivorous,
artinya tidak memerlukan pakan yang khusus. Selain itu, ikan nila juga memiliki
suatu kelebihan yaitu ikan nila berkemampuan untuk hidup pada salinitas yang
lebar, sehingga ikan nila dapat dibudidayakan di air tawar, payau, maupun laut
(Saanin, 1968).
Di air tawar potensi pembesaran ikan nila di kolam dan sawah sangat tepat
terutama di luar jawa di daerah pegunungan dimana sumber air yang masih
berlimpah dan berkompetensi peruntukan antar sektor dan subsektor belum terlalu
ketat, misalnya di Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Bengkulu,
Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. Sedangkan perkembangan di perairan umum
cocok dengan sistem budidaya keramba doling dan keramba biasa yaitu di
provinsi-provinsi

di

luar

jawa

yang

banyak

memiliki

perairan

umum(danau,rawa,sungai), mislanya Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,


Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Jambi (Sukiya, 2005).
Menurut Zander (2009), morfologi ikan nila adalah memiliki bentuk yang
pipih kearah vertical (kompres), bertulang belakang(vertebrata). Habitatnya

perairan, bernafas dengan insang dan mejaga keseimbangan tubuh menggunakan


sirip. Sirip-sirip tersebut bersifat poikilotermal. O.niloticus memiliki gelembung
renang yaitu kantong udara yang dapat digunakan untuk mengubah daya apung
dan sebagai alat bantu dalam bernafas. Selain memiliki endoskeleton, di bagian
luar tubuh O.niloticus dilindungi oleh eksoskeleton yang berupa sisik(squama).
Adapun tipe sisiknya adalah:sikloid dan stenoid. Ciri-ciri sisik tipe sikloid
antara lain adalah berbentuk sirkuler, jika di amati dibawah mikroskop akan
tampak garis-garis konsentris berjumlah sesuai dengan umurnya, tampak
mengkilap kebiruan mengandung kristal guanine dan sel-sel pigmen yang
berbentuk bintang, mengandung zat warna hitam(melatonin). Ikan nila melakukan
reproduksi dengan cara fertilisasi eksternal. Telur dan sperma keluar dari tubuh
kemudian terjadi pembuahan(Campbell, 2000).
Praktikum kali ini tentang anatomi pisces dilatarbelakangi oleh kurangnya
pengetahuan praktikan tentang mekanisme berbagai sistem dalam tubuh pisces.

I.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini agar praktikan mampu memahami,
menjelaskan tentang anatomi dan morfologi pisces.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ikan adalah vertebrata akuatis yang bernafas dengan insang. Pisces terdiri atas tiga
kelas yaitu Agnatha(ikan tanpa rahang), Chondrichtyes(ikan tulang rawan),
Osteicthyes(ikan bertulang keras). Kelas agnatha memiliki ciri-ciri yaitu: mulut
tanpa rahang, tubuh silindris, tubuh halus tanpa sisik, rangka tubuh dari tulang
rawan dan tidak punya sirip yang berpasangan . Kelas Osteicthyes memiliki ciriciri yaitu:

tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral, celah-celah

pharyngeal tertutup dan jantungnya hanya memiliki satu ventrikel. Kelas


chondricthyes memiliki ciri-ciri yaitu: rangkanya bertulang rawan, hidup diair-air
payau dan tidak memiliki tulang rusuk(Brotowidjoyo, 1990).
Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air,
bertulang belakang, suhu tubuhnya berubah-ubah tergantung dengan suhu
lingkungannya (poikiloterm), bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas
dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ
keseimbangan. Bagian tubuh ikan mulai dari anterior sampai posterior berturutturut adalah kepala (caput) merupakan bagian tubuh mulai dari ujung mulut
sampai bagian belakang operculum, tubuh (truncus) merupakan bagian tubuh
mulai dari batas akhir operculum sampai anus, ekor(cauda) merupakan bagian dari
anus sampai bagian ujung sirip ekor (Yasin, 1984).
Secara umum golongan ikan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
mempunyai rangka bertulang sejati (tulang benar) dan ada pula yang bertulang
rawan; mempunyai sirip tunggal dan kembar (berpasangan); mempunyai
operkulum yang menutupi insang; bentuk tubuh bermacam-macam (antara lain
menyerutu, bulat, gepeng) dengan penampang bulat, giling dan gepeng; pada
umumnya berlendir; bergurat sisi (mempunyai garis rusuk) (Saanin, 1968).

Berdasarkan habitat hidupnya, ikan dibedakan dua macam yaitu ikan air
tawar dan ikan air asin (laut). Ikan air tawar adalah ikan yang menghabiskan
sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan
salinitas kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal lingkungan ini berbeda dengan
lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat
salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis
yang bertujuan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari
seluruh spesies ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang
cepat yang menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali
(Djuhanda, 1982).
Zander (2009) mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut : Phylum
Chordata, Subphylum Vertebtara, Class Osteichtyes, Subclass Achanthoptherigi,
Ordo Percopmorpa, Subordo Perciodea, Family Chiclidea, Genus Oreochromis,
dan Spesies Oreochromis niloticus.
Ikan Nila bersifat omnivora tapi cenderung untuk mengkonsumsi makanan
yang berasal dari Plankton, tumbuh-tumbuhan hakus, dedak tepung bungkil
kacang, ampas kelapa dan lain sebagainya.Ikan nila yang masih kecil belum
tampak perbedaan alat kelaminnya. Setelah berat badannya mencapai 50 gram,
dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina. Perbedaan antara ikan jantan
dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin
sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang genital
yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan
sperma. Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang
melebar ke belakang yang memberi kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya
pada bagian perutnya besar(Amri, 2002).

Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap


melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris garis
tegak 7-12 buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip
punggung dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim
berbiak, ada garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah untuk alat
keseimbangan ikan pada saat berenang(Zander, 2009).
Genus Oreochromis memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan
toleransi terhadap kualitas air pada kisaran yang lebar. Anggota-anggota genus ini
dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrem sekalipun, karena sering
ditemukan hidup normal pada habitat-habitat di mana jenis ikan air tawar lainnya
tak dapat hidup(Amri, 2002).
Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang
berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapilerkapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap
filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat
pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan oksigen
berdifusi masuk dan karbondioksida berdifusi keluar(Kimball,1992).
Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan
tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)
insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada
pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu
ikan paru-paru (Dipnoi). Insang tidak hanya berfungsi sebagai alat pernapasab,
tetapi juga berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat
pertukaran ion dan osmoregulator. Insang ikan terdiri atas bagian lengkung
insang, rigi-rigi dan lembar insang. Lengkung insang tersusun atas tulang rawan

berwarna putih. Pada lengkung insang ini tumbuh pasangan rigi-rigi yang berguna
untuk menyaring air pernafasan yang melalui insang(Kimball, 1992).
Lembaran insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan
berwarna merah, karena mempunyai banyak pembuluh kapler darah yang
merupakan cabang dari arteri insang. Pada lembaran yang kaya kapiler darah
inilah pertukaran CO2 dan oksigen berlangsung. Insang ikan tersimpan di dalam
rongga insang dan terlindung oleh tutup insang. Mekanisme pernapasan ikan
bertulang sejati meliputi dua tahap, yakni fase inspirasi dan ekspirasi (Zander,
2009).
Jantung ikan terdiri atas dua ruangan, yaitu sebuah serambi atau atrium
dan sebuah bilik atau ventrikel.Untuk menjaga agar aliran darah tetap searah,
antara serambi dan bilik terdapat katup jantung. Selain daripada 2 ruang jantung
itu terdapat pula yang namanya sinus venosus. Sinus venosus terletak diantara
atrium dan ventrikel. Tidak hanya sinus venosus tapi ada juga bagian dari jantung
ikan yang dikenal dengan conus arterious.
Bila bilik jantung berkontraksi, darah akan terpompa ke luar menuju ke
insang. Di dalam kapiler insang CO2 dibebaskan ke dalam air, sedangkan oksigen
dari air berdifusi ke dalam darah insang, sehingga darah yang meninggalkan
insang banyak mengandung oksigen. Dari insang darah mengalir melalui vena
sambil mengedarkan oksigen dan sari makanan ke seluruh tubuh dan selanjutnya
menuju ke atrium jantung, lalu mengalir ke bilik. Peredaran darah ikan hanya
sekali melewati jantung. Peredaran darah yang demikian disebut peredaran darah
tunggal(Brotowidjoyo, 1990).
Sistem digestorianya dibagi menjadi 2 yaitu tractus digestivus (saluran
pencernaan) dan glandula digestoria (kelenjar pencernaan). Tractus digestivus
melewati organ-organ berikut yaitu mulai dari mulut, pharing, ventriculus,

intestenum tenue, intestenum crassum, rectum dan anus. Kalau untuk glandula
digestoria yaitu berupa hepar dan vesica fellea(Djuhanda, 1982).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum Anatomi hewan (Anatomi Pisces) ini dilaksanakan pada hari senin, 3
Maret 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum Anatomi Pisces ini antara lain tissu
gulung, gunting bedah, pinset, cutter, masker, sarung tangan, steroform, jarum
pentul, bak bedah, sabun cair, buku gambar, dan alat-alat tulis. Sedangkan bahan
yang digunakan untuk praktikum anatomi pisces ini adalah sepasang Oreochromis
niloticus.
3.3 Cara Kerja
Pada Praktikum Anatomi pisces ini, adapun cara kerjanya adalah pertama ikan
yang akan dibedah sebelumnya dimatikan dulu dengan dipukul kepalanya atau
dibentur-benturkan dengan benda tumpul. Selanjutnya ikan dibedah di bagian
perut atau dorsal dengan menggunakan pisau cutter, dilakukan dengan hati-hati
agar bagian dalam organ tidak rusak. Kemudian isi perut dikeluarkan dengan hatihati menggunakan pinset, dan organ-organ tersebut diletakkan di atas steroform,
direntangkan atau dipisahkan organ O. niloticus tersebut satu-persatu agar mudah
diteliti. Kemudian dibandingkan perbedaan antara organ jantan dan organ
betinanya. Dan terakhir organ O. niloticus tersebut digambar dalam buku gambar
masing-masing.

IV.HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Morfologi Pisces

Gambar 1.Morfologi Pisces (a) caput, (b) dorsal fin, (c) pektoral fin, (d) anal fin,
(e) ventral fin, (f) cauda, (g) truncus, (h) apparatus opercularis

Dilihat dari morfologinya,pisces memiliki 3 bagian yaitu: caput,truncus dan


cauda. Pertama pada bagian kepala(caput) memiliki 4 bagian lagi yaitu: Rima
oris(celah mulut) ,terdapat pada ujung rostrum(moncong). Fovea nasalis,yaitu
sepasang cekung hidung didorsal mulut. Organon visus yang merupakan alat
penglihatan pada pisces dan yang terakhir ada yang kita kenal dengan yang
namanya apparatus opercularis atau yang lebih dikenal dengan tutup insang,
apparatus opercularis ini terdapat sepasang dan terletak dikiri dan kanan bagian
belakang caput serta dengan bentuk setengah bulatan dan berfungsi untuk
melindungi insang yang berfungsi sebagai alat pernafasan.
Kedua pada bagian badan(truncus) memiliki 4 bagian lagi yaitu:
Epidermis,dimana epidermis tersebut tipis,transparan dan licin hal ini disebabkan
karena epidermis tersebut menghasilkan mucus atau getah bening. Squama(sisik)
merupakan bagian yang terdapat dibawah epidermis,tersusun sebagai susunan
genting dengan bagian belakang bebas sehingga ada bagian sisik yang tertutup
oleh sisik lain. Linea lateralis atau yang lebih dikenal dengan gurat sisi

merupakan suatu bangunan berupa garis memanjang disisi lateral truncus, dimulai
dari kepala sampai kepangkal ekor. Dan bagian yang terakhir yaitu adanya dua
buah lubang keluar(muara) yaitu anus yang merupakan muara saluran makanan
sebagai lubang pembuangan sisa-sisa makanan;parus urogenitalis merupakan
muara bersama dari saluran kelamin dan saluran kencing (Djuhanda, 1982).
Ketiga pada bagian ekor(cauda), dibagian ekor ini terdapat sirip ekor yang
mempunyai bentuk protocercal. Selain itu juga,sesuai dengan literatur dan hasil
praktikum yang telah dilakukan,ada 5 sirip ikan yang diketahui yaitu: sirip
dorsal(punggung),sirip caudal(ekor),sirip anal(anus),sirip pektoral(perut) dan sirip
ventral(dada) dan masing-masing sirip bisa dilihat pada gambar 1.
4.2 Anatomi Pisces

Gambar 2.anatomi pisces


Organ dalam pada hewan dapat dilihat dengan cara membedah,namun tidak
merusak organ dalam bagian tubuhnya apabila menggunakan metode pembedahan
yang tepat. Metode yang digunakan disebut sectio. Setelah dilakukan pembedahan
dengan metode sectio organ dalam ikan yang dapat diamati adalah sebagai
berikut, dapat terlihat pada gambar 3.

Gambar 3. Anatomi pisces (a) insang, (b) pulmo, (c) cor, (d) hepar, (e)
ventriculus, (f) intestenum tenue, (g) intestenum crassum, (h) ren,(i) anus,(j)
ovarium
Pada sistem respirasi pisces alat respirasi yang digunakan sangat berbeda dengan
vertebrata yang lainnya, alat respirasinya masih sangat sederhana yaitu masih
menggunakan insang. Insang itu sendiri terdiri dari tiga bagian yang bisa dilihat
pada gambar 3, yaitu gill reaser (lengkung insang), lamella (lembaran insang),
filament (kumpulan dari lamella-lamela). Sistem respirasi ini terjadi setelah
operculum dibuka dan disana terlihat adanya insnag yang berwarna merah dan
difusi oksigen dan karbondioksida terjadi di filament (sisir-sisir yang berwarna
merah). Filament ini terkait erat dengan kapiler darah yaitu pembuluh afferent dan
pembuluh efferent (Campbell, 2000).
Untuk sistem sirkulasinya, pisces memiliki 2 ruang jantung yaitu 1 atrium
dan 1 ventrikel,lalu jantung tersebut terdiri dari 4 bagian yaitu sinus venosus,
atrium, ventrikel dan conus arterious. Prosesnya darah mengalir dari sinus
venosus ke atrium kemudian dari atrium ke ventrikel. Kontraksi ventrikel
memaksa darah masuk ke dalam conus arterious yang kecil dan keluar melalui
ventral aorta pendek dan menuju ke insang melalui 4 pasang branchial arteries
yang berbeda. Atrium(serambi) berfungsi untuk menerima darah dari seluruh
tubuh dan ventrikel(bilik) berfungsi untuk menyalurkan darah ke insang.

Berdasarkan hasil praktikum dilihat bahwa warna atrium terlihat lebih gelap
daripada ventrikel. Sedangkan sinus venosus terletak diantara atrium dan
ventrikel.
Sistem digestoria dibagi menjadi 2 yaitu tractus digestivus dan glandula
digestoria. Tractus digestivus (saluran pencernaan) yang melewati organ-organ
berikut yaitu dimulai dari mulut, pharing, esophagus, ventriculus, intestenum
tenue, intestenum crassum, rectum dan anus, dimana organ-organ ini dapat dilihat
pada gambar 3. Kemudian ada juga glandula digestoria (kelenjar pencernaan)
yaitu berupa hepar (hati) ikan yang berukuran kecil, berwarna merah tua dan
terletak didekat jantung. Selain hepar ada juga namanya vesica fellea (kantung
empedu) yang memiliki warna hijau dan berbentuk bulatan kecil.
Sistem ekskresi berupa ren(ginjal) dari suatu lubang urogenital yaitu
tempat bermuaranya saluran ginjal yang berada dibelakang anus. Untuk sistem
reproduksinya, pada ikan jantan mempunyai testis sebagai sistem reproduksinya
sedangkan pada ikan betina mempunyai ovarium sebagai sistem reproduksinya
dan kedua sistem reproduksi ini terletak didalam rongga perut. Berdasarkan
literatur biasanya gonad pada ikan nila terdapat pada bagian posterior rongga
perut disebelah bawah ginjal (Sukiya, 2005).

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum anatomi pisces ini adalah :
1. Pisces merupakan hewan vertebrata atau bertulang belakang
2. Setelah dibedah, bagian dalam dari tubuh ikan tersebut terdapat insang,
pancreas,hepar, ventriculus, intestenum tenue, intestenum crassum,
rectum dan anus.
3. Bagian tubuh ikan secara umum terdiri dari caput, truncus dan cauda
4. Yang membedakan ikan betina dengan ikan jantan yaitu pada ikan betina
terdapat telur sedangkan pada ikan jantan tidak
5.2 Saran
Saran untuk praktikan selanjutnya adalah diharapkan kepada praktikan agar lebih
menguasai cara pembedahan pada pisces agar organ-organ yang ada didalam
pisces tidak rusak pada saat diteliti. Dan sebaiknya praktikan membawa
perlengkapan yang dibutuhkan dalam praktikum seperti sarung tangan dan
masker.

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. 2002. Anatomi Ikan Nila. Jakarta:Agromedia Pustaka.


Brotowidjoyo, M. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Djuhanda, T .1974. Analisa Hewan Vertebrata. Bandung:Armico.
.1982. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Bandung:Armico.
Laksmana. 2005. Kamus Anatomi. Jakarta:Djambathan.
Kimball,J. 1992. Biologi JIlid 3. Jakarta:Erlangga.
Saanin,H. 1968. Taksonomi dan Identifikasi Ikan I. Bandung:Bina Cipta.
Sukiya. 2005. Anatomi Ikan.Jakarta:Indonesia Press.
Yaasin, M. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya:Sinar Wijaya.
Zander. 2009. Morfologi dan Anatomi Ikan. Jakarta:PT.Rineka Cipta.

ANATOMI AMPHIBI

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
ANATOMI AMPHIBI
OLEH :
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M.

ASISTEN

(1110423016)

2. NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. QORIATUL HUSNAH

(1310421046)

5. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anatomi berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata ana yang artinya
susunan dan tome yang berarti memotong. Sehingga anatomi merupakan salah
satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan dengan struktur dan
organisasi dari makhluk hidup atau bisa dikatakan pula bahwa anatomi adalah
ilmu yang mempelajari struktur tubuh baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan
dengan cara menguraikan tubuh menjadi bagian yang lebih kecil ke bagian yang
paling kecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh kemudian diangkat dan
dipelajari struktur tubuhnya (Radiopoetra, 1997).
Kata amphibi berasal dari bahasa yunani amphi dan bious dimana amphi
berarti dua dan bious berarti hidup. Jadi, amphibi merupakan hewan yang
memiliki kehidupan ganda maksudnya kehidupan ganda disini adalah hewan ini
bisa hidup di dua alam yaitu dapat hidup di darat dan di air. Akan tetapi terjadi
pengecualian pada beberapa spesies yang hidup dan menetap di air. Pada
umumnya amphibi mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup
kedua adalah di daratan(Brotowidjoyo,1990).
Amphibi merupakan suatu kelompok chordata yang pertama kali keluar
dalam kehidupan dalam air. Amphibi adalah kelompok vertebrata darat yang
paling primitif, menduduki tempat peralihan dari kehidupan akuatik ke kehidupan
darat. Beberapa pola menunjukkan pola baru yang disesuaikan dengan kehidupan
di darat, misalnya kaki, paru-paru dan nostril(Yaasin, 1984).
Amphibi memiliki suhu tubuh berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya
sehingga amphibi termasuk ke dalam hewan berdarah dingin atau poikiloterm.
Selain itu, biasanya amphibi mempunyai tingkat larva yang hidup di air. Kulit

hewan ini lembab dan berlendir serta pada umumnya tidak memiliki rambut atau
bulu-bulu(Djuhanda, 1974).
Amphibi merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-patu dan tulang
anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan
sarana untuk lokomosi dan bernafas di udara. Atrium kedua dalam jantung
memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya
untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara
pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang
mengandung oksigen terjadi didalam ventrikel tunggal, jantung yang beruang tiga
ini agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan
dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan
yang keras dan lebih banyak berubah-ubah(Kimball, 1992).
Amphibi hidup didekat air dan paling berlimpah di habitat lembab seperti
rawa dan hutan hujan tropis, sebagian besar amphibi sangat bergantung pada
kulitnya yang lembab untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya
(Campbell, 2000).
Amphibi mempunyai potensi yang cukup besar untuk membantu manusia
menanggulangi hama serangga. Karena hampir seluruh jenis amphibi makanannya
adalah serangga dan larvanya. Selain itu, sangat erat pula kaitan amphibi ini
dengan manusia, diantaranya dalam dunia kedokteran, amphibi telah lama
dimanfaatkan untuk tes kehamilan yang banyak dijual di apotik seperti sekarang
ini. Bukan hanya itu saja, beberapa lembaga penelitian kini tengah melakukan
pencarian mengenai berbagai bahan anti bakteri dari beberapa jenis amphibi yang
diketahui memiliki ratusan kelenjar yang terletak di bawah jaringan kulit(Zander,
2009).

Fejevarya cancrivora atau katak sawah adalah salah satu spesies yang
termasuk ke dalam kelas amphibi dan termasuk ordo anura. F. cancrivora
merupakan katak berukuran sedang sampai besar, tekstur kulit memiliki lipatanlipatan dan bintil-bintil memanjang searah dengan sumbu tubuh. Warna kulit
bervariasi, coklat lumpur kotor dengan bercak gelap. Jari-jari meruncing, selaput
renang mencapai ujung kecuali 1 atau 2 ruas jari kaki keempat(Sukiya, 2001).
Habitat dari F.cancrivora ini sangat banyak dijumpai di sawah-sawah.
Terdapat dalam jumlah banyak di sekitar rawa dan bahkan di daerah berair asin
seperti tambak atau hutan bakau. Selain itu, kulit harus selalu basah apabila hewan
berada di luar air untuk memungkinkan terjadinya pernapasan melalui kulit. Kulit
dilengkapi

dengan

kelenjar-kelenjar

yang

menghasilkan

lendir

untuk

mempertahankan keadaan agar selalu basah(Yatim, 1987).


Dalam praktikum anatomi amphibi ini, diperlukan adanya pembedahan
untuk mengetahui lebih jelas sistem organ pada amphibi khususnya organ sistem
pencernaan dan organ sistem pernapasan secara langsung. Praktikum anatomi
amphibi ini dilatar belakangi oleh kurangnya pengetahuan praktikan tentang
mekanisme sistem dalam tubuh amphibi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini agar praktikan mampu memahami,
menjelaskan tentang anatomi dan morfologi amphibi.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Amphibi adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar
(tidak ada yang di air laut) dan didarat. Sebagian besar mengalami metamorphosis
dari berudu (akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amfhibius dan
bernapas dengan paru-paru), namun beberapa jenis amphibi tetap mempunyai
insang selama hidupnya.
Amphibi memiliki 3 macam ordo yaitu pertama, ordo caudata (urodela),
adalah amphibi yang pada bentuk dewasa mempunyai ekor, tubuhnya berbentuk
sseperti kadal, beberapa jenis dewasa tetap mempunyai insang, sedangkan jenisjenis lain insangnya sudah hilang. Kedua, ordo anura (solienta), adalah amphibi
yang pandai melompat, pada hewan dewasa tidak memiliki ekor, hewan dewasa
bernapas dengan paru-paru, dan mengalami fertilisasi eksternal. Ketiga, ordo
gymnophiana (apoda), adalah amphibi dengan tengkorak kompak, banyak
vertebrae, rusuk panjang, kulit lunak dan menghasilkan cairan yang merangsang
dan antara mata dan hidung ada tentakel yang dapat ditonjolkan keluar (Djuhanda,
1982).
Amphibi merupakan hewan yang kulitnya selalu basah dan berkelenjar,
berjari 4-5 atau lebih sedikit,tidak bersirip, kelopak mata dapat digerakkan serta
mempunyai selaput yang dapat menutupi mata ketika berada di dalam air atau
dikenal dengan istilah membran niktitans (Sukiya, 2001).
Selain itu, amphibi merupakan perintis vertebrata daratan. Paru-paru dan
tulang anggota tubuh, yang mereka warisi dari moyang krosopterigia, memberikan
sarana untuk lokomosi dan bernafas di udara. Atrium kedua dalam jantung
memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung kembali ke dalamnya
untuk dipompa ke seluruh badan dengan tekanan yang penuh. Sementara

pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang


mengandung oksigen terjadi didalam ventrikel tunggal, jantung yang beruang tiga
ini agaknya memberikan peningkatan yang berarti dalam efisiensi peredaran dan
dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk mengatasi lingkungan daratan
yang keras dan lebih banyak berubah-ubah (Kimball, 1992).
Dalam mempelajari ciri-ciri amphibi, dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
caput (kepala), truncus (badan) dan extremitas (anggota gerak). Caput atau kepala
berbentuk segitiga dengan moncong yang tumpul, celah mulut lebar, bentuknya
lebih kurang seperti bulan sabit. Rahang bawah tidak bergerigi sedangkan rahang
atas kadang ada yang bergerigi atau tidak bergerigi. Didalam mulut terdapat lidah
yang melekat pada dasar bawah bagian anterior. Lubang hidung satu pasang
terletak dekat ujung moncong mata besar dan mata atas yang tebal berdaging dan
kelopak mata bawah yang lebih tipis. Disebelah ventro caudal mata terdapat
selaput pendengar yang lebar dan jelas dapat pula tertutup kulit sehingga
bentuknya tidak jelas yang disebut membran timpani (Djuhanda, 1974).
Jadi, pada caput terdapat rima oris (celah mulut), cavum oris (rongga
mulut) yang terdiri dari maxilla (rahang atas), mandibula (rahang bawah),
palatum dan lingua, nares anterior (lubang kecil disebelah dorsal rima oris),
organon visus (alat penglihatan) yang terdiri dari palbebra superior (pelupuk
mata atas), palbebra inferior (pelupuk mata bawah), membran nictitans (selaput
bening pada mata), bulbus oculi (bola mata) dan membran timpani (alat
pendengaran).
Truncus atau badan terdapat disebelah caudal caput. Pada betina
mempunyai ukuran yang relatif lebih besar daripada yang jantan. Extremitas atau
anggota gerak terbagi menjadi 2 yaitu extremitas anterior (anggota gerak depan)
terdiri dari branchium (lengan atas), antebranchium (lengan bawah), manus

(tangan) dan digiti (jari-jari). Extremitas posterior (anggota gerak belakang)


terdiri dari femur (paha), crus (tungkai bawah), pedes (kaki), digiti (jari-jari) dan
selaput renang untuk berenang yang merupakan kulit tipis diantara digiti (Yaasin,
1984).
Ciri-ciri dari pada kelas amphibi itu sendiri adalah tubuhnya diselubungi
kulit yang berlendir, merupakan hewan berdarah dingin atau poikiloterm,
mempunyai 3 ruang jantung ( 2 serambi dan 1 bilik), mempunyai 2 pasang kaki
dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari
kakinya dan kakinya dan kakinya berfungsi untu melompat dan berenang tidur,
matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membran niktitans yang
sangat berfungsi saat menyelam di air, pernapasan pada saat masih berudu berupa
insang namun setelah dewasa bernapas dengan paru-paru dan kulit, hidungnya
mempunyai katup yang berfungsi untuk mencegah air masuk ke dalam rongga
mulut ketika menyelam dan fertilisasinya terjadi secara eksternal (Prawiro, 1999).
Klasifikasi dari katak sawah atau Fejeverya cancrivora yaitu Kingdom
Animalia, Phylum Chordata, Sub phylum Vertebrata, Class Amphibi, Famili
Ranidae, Genus Fejevarya, Spesies Fejevarya cancrivora (Zander, 2009).
Katak memiliki bermacam-macam warna dengan pola yang berlainan yang
disebabkan adanya pigmen dalam dermis, yaitu: melanopora, yang artinya warna
pigmen yang berupa warna hitam atau coklat, lipopora, yang artinya warna
pigmen berupa warna merah kuning dan gaunopora, yaitu warna pigmen yang
berupa warna biru hijau (Yasin, 1984).
Selanjutnya anatomi katak terdiri dari beberapa sistem yaitu: sistem rangka
katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang lunak
dan fungsi dari rangka itu sendiri adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh

yang vital, melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan berjalan
(Yatim,1987).
Sistem otot pada amphibi masih metamerik seperti ikan, tetapi tampak
tanda-tanda perbedaan. Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga
macam otot daging, yaitu otot daging berserat halus, otot daging jantung dan otot
daging berserat melintang (Brotowidjoyo, 1990).
Kemudian jantung katak terdiri dari 3 ruangan jantung yaitu 2 atrium dan
1 ventrikel. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantung ventrikulur dan
pembagian conus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh pulmonari
(Djuhanda, 1982). Sistem lymphatic terdiri dari bebrerapa macam saccus yaitu
saccus submaxillaris, saccus pectoralis, saccus abdominalis, saccus lateralis,
saccus brachialis, saccus femuralis, saccus inter-femuralis dan saccus cruralis
(Djuhanda, 1974).
Sistem digestoria terdiri dari tractus digestivus (saluran pencernaan) yang
terdiri dari

cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, intestenum tenue,

intestenum crassum dan cloaka. Sedangkan untuk glandula digestoria terdiri dari
hepar dan vessica fellea (Radiopoetra, 1997).
Sistem pernapasan katak meliputi cara seperti berikut ini oksigen berdifusi
lewat selaput rongga mulut, kulit dan paru-paru. Selaput rongga mulut berfungsi
sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di
tempat itu. Lubang hidung terbuka dan glottis tertutup sehingga udara berada di
rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga yang tipis. Selain
dengan paru-paru katak bernapas juga dengan kulit, ini dapat terjadi Karena kulit
selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas
pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit dan melewati vena
kulit kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya

karbondioksida dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung dipompa ke


kulit dan paru-paru (Sukiya, 2001)
Alat ekskresi utama pada katak adalah ren (ginjal) yang terdapat sepasang
dikanan kiri tulang belakang, berwarna kecoklat-coklatan yang memanjang
kebelakang. Sistem ekskresi pada katak disebut sistem gabungan karena masingmasing sistem masih bergabung pada cloaka sebagai muara bersama baik untuk
sistem sekresi maupun sistem reproduksi. Sistem ekskresi sebagai sistem
pembuangan zat-zat yang tidak berguna yang dilakukan oleh kulit, paru-paru dan
hati yaitu berupa empedu (Yatim, 1987).
Katak jantan dan katak betina memiliki berbagai macam perbedaan,
perbedaan tersebut bisa dilihat dari hal-hal berikut ini: katak betina berukuran
labih besar dari pada katak jantan, hal ini dikarenakan katak betina harus
membawa sejumlah besar telur, sedangkan katak jantan relative lebih kecil agar
tidak menghancurkan pasangan betinanya. Warna katak betina sering lebih gelap
dari pada katak jantan yang memiliki warna lebih terang. Sebagian besar pejantan
mengembangkan bantalan kecil pada kaki depan mereka selama kawin sehingga
disebut sebagai bantalan kawin. Katak betina cenderung memiliki lengan lebih
tipis dari pada katak jantan (Djuhanda, 1982).

III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi hewan (Anatomi Amphibi) ini dilaksanakan pada hari senin,
17 Maret 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum Anatomi Amphibi ini antara lain
tissu gulung, gunting bedah, pinset, cutter, masker, sarung tangan, steroform,
jarum pentul, bak bedah, sabun cair, buku gambar, dan alat-alat tulis, killing botle.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum anatomi amphibi ini adalah
sepasang Fejevarya cancrivora.
3.3 Cara Kerja
Pada Praktikum Anatomi amphibi ini, adapun cara kerjanya adalah pertama katak
yang akan dibedah sebelumnya dimatikan dulu dengan memasukkan katak ke
dalam killing bottle yang telah berisi kloroform. Selanjutnya katak dibedah dari
bagian posterior sampai bagian anterior dengan menggunakan pisau cutter dan
gunting bedah, dilakukan dengan hati-hati agar bagian dalam organ tidak rusak.
Kemudian isi perut dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan pinset, dan organorgan tersebut diletakkan di atas steroform, direntangkan atau dipisahkan organ
Fejevarya cancrivora tersebut satu-persatu agar mudah diteliti. Kemudian
dibandingkan perbedaan antara organ jantan dan organ betinanya. Dan terakhir
organ Fejevarya cancrivora tersebut digambar dalam buku gambar masingmasing.

IV.HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Morfologi Amphibi

Gambar 1. Morfologi Katak (a) caput, (b) cavum oris, (c) nares anterior, (d)
organon visus, (e) cervix, (f) truncus, (g) branchium, (h) antebranchium, (i)
manus, (j) digiti, (k) femur, (l) crus, (m) pedes, (n) digiti, (o) selaput renang

Dilihat dari morfologinya amphibi memiliki tiga bagian yaitu caput, truncus dan
extremitas (extremitas anterior dan posterior).

Pertama, pada bagian kepala

(caput) memiliki 3 bagian lagi antara lain, cavum oris (rongga mulut), nares
anterior (lubang hidung) dan organon visus (alat penghlihatan). Pada cavum oris
terdapat bagian-bagian lagi yang terdiri dari maxilla (rahang atas), mandibula
(rahang bawah), palatum (langit-langit) dan lingua (lidah). Sedangkan pada
organon visus terdapat palbebra superior (pelupuk mata atas), palbebra inferior
(pelupuk mata bawah), membran niktitans (selaput tipis) dan bulbus oculi (bola
mata). Untuk masing-masing bagian bisa dilihat digambar 1.
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, disana dapat juga dilihat adanya
cervix (leher) dan truncus (badan) yang merupakan bagian kedua dari struktur
morfologi pada katak tersebut. Ketiga, pada katak ditemukan juga beberapa

anggota gerak yang biasa dikenal dengan extremitas. Extremitas ini dibagi
menjadi dua bagian lagi yaitu extremitas anterior atau anggota gerak depan dan
extremitas posterior atau anggota gerak belakang (Djuhanda, 1982).
Untuk extremitas anterior ini, anggota-anggota geraknya terdiri daari
branchium (lengan atas), antebranchium (lengan bawah), manus (tangan) dan digit
(jari-jari). Sedangkan untuk extremitas posterior, anggota geraknya dapat berupa
femur (paha), crus (tungkai bawah), pedes (kaki), digiti (jari-jari) dan selaput
renang yang terdapat diantara digiti. Selaput renang inilah yang menjadi ciri khas
tertentu dari katak tersebut yang dapat membedakannya dari vertebrata yang
lainnya(Campbell, 2000).

4.2 Anatomi Amphibi

Gambar 2.Anatomi Amphibi


Organ dalam pada hewan dapat dilihat dengan cara membedah, namun tidak
merusak organ dalam bagian tubuhnya apabila menggunakan metode pembedahan
yang tepat. Metode yang digunakan disebut sectio. Setelah dilakukan pembedahan
dengan metode sectio organ dalam katak yang dapat diamati adalah sebagai
berikut, dapat terlihat pada gambar 3.

Gambar 3. Anatomi Amphibi(a) hepar, (b) cor, (c) pulmo, (d) ren, (e) ventrikulus,
(f) intestenum tenue, (g) intestenum crassum, (h) vesica fellea, (i) kloaka, (j) testis

Pada pengamatan anatomi katak, praktikan dapat melihat bagian-bagian yang ada
dibagian dalamnya beserta sistem yang berperan dalam tubuhnya. Bagian-bagian
tersebut bisa dilihat pada gambar 3. Pertama, hepar (hati) disini memiliki warna
merah kecoklat-coklatan dan hepar termasuk ke dalam organ yang berperan dalam
sistem digestoria terutama sebagai glandula digestoria atau kelenjar pencernaan
(Yatim, 1987).
Kedua, pulmo (paru-paru) berperan dalam sistem respirasi pada katak,
tetapi bukan hanya paru-paru saja yang merupakan alat pernapasan pada katak
melainkan ada juga kulit yang perannya sama seperti paru-paru yaitu sebagai alat
pernapasan. Yang membedakan antara paru-paru dan kulit disini adalah dalam
segi penggunaannya, kalau paru-paru digunakan pada saat katak di darat
sedangkan kalau kulit digunakan pada saat katak berada di air. Inilah yang
membedakan kedua alat pernapasan itu dan karena sistem respirasi yang memiliki
2 alat pernapasan inilah yang menjadi ciri khas kelas amphibi yang dapat
membedakannya dengan kelas vertebrata yang lainnya (Radiopoetra, 1997).

Ketiga ada cor (jantung), jantung pada katak ternyata lebih maju
dibandingkan pisces karena pada katak terdapat tiga ruang jantung yang terdiri
dari 2 atrium dan 1 ventrikel. Cor termasuk salah satu alat yang berperan dalam
sistem sirkulasi. Sistem peredaran darah pada katak berhubungan dengan sistem
pernapasannya yaitu darah dari seluruh tubuh yang kaya karbondioksida masuk ke
atrium dexter lalu ke ventrikel ( disini terjadi pencampuran darah karena katak
belum memiliki sekat yang sempurna) selanjutnya dari ventrikel ke pulmo ( di
pulmo terjadi pertukaran karbondioksida dan oksigen) kemudian oksigen dari
paru-paru masuk ke atrium sinister dari atrium tersebut masuk ke ventrikel dan
kemudian ke seluruh tubuh (Djuhanda, 1982).
Sistem digestoria yaitu bagian tractus digestivus (saluran pencernaan) pada
katak meliputi bagian-bagian seperti berikut ini yaitu dimulai dari cavum oris lalu
ke pharyx dari pharyx ke oesophagus kemudian ke ventrikulus lalu ke intestenum
tenue dan intestenum crassum dan tempat pencernaan terakhir adalah kloaka
(Radiopoetra, 1997).
Sistem reproduksi pada tubuh katak, yaitu terjadi fertilisasi secara
eksternal, dimana pada katak jantan terdapat testis seperti yang bisa dilihat pada
gambar 3. Dimana testis menghasilkan sperma diluar dan pada katak betina
terdapat ovarium yang menghasilkan ovum, pada praktikum ini kami tidak
melampirkan gambar dari ovarium nya dikarenakan pada saat pembedahan
ovarium nya pecah sehingga tidak didapat kan hasilnya. Secara literatur, ovum
yang dihasilkan dari ovarium biasanya terjadi di dalam air (Yatim, 1987). Selain
itu katak juga memiliki saluran urogenital yaitu kloaka dimana kloaka ini
berfungsi untuk ekskresi dan pengeluaran sperma atau ovum. Dan yang menjadi
ciri khas dari katak adalah saccus vocalis atau yang biasa dikenal dengan pita
suara.

V.PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum anatomi amphibi ini adalah:
1. Katak (Fejevarya cancrivora) merupakan kelompok vertebarata yang
hidup di dua tempat yaitu di darat dan di air
2. Morfologi katak terbagi menjadi empat yaitu caput atau kepala (yang
terdiri dari organun visus, nares dan membran timpani), truncus atau
badan (terdiri dari membran timpani sampai kloaka), extremitas atau
anggota gerak (terdiri dari extremitas anterior dan extremitas posterior)
dan terakhir bagian cauda
3. Saluran pencernaan katak berturut-turut meliputi rongga mulut (cavum
oris), pharynx, oesophagus, ventrikulus, intestenum tenue, intestenum
crassum dan kloaka.
4. Sistem peredaran darah pada katak adalah peredaran darah tertutup artinya
darah beredar dan mengalir dalam pembuluh
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah:
1. Ketika membius katak sebaiknya sangat berhati-hati karena bahan
pembius yang digunakan sangat berbahaya
2. Selalu gunakan masker dan sarung tangan saat praktikum
3. Lakukan pembedahan dengan hati-hati agar tidak merusak organ
dalam tubuh dari katak tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M.1990. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.


Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Djuhanda, T.1974. Analisa Hewan Vertebrata. Bandung:Armico.
.1982. Analisa Struktur Vertebrata Jilid 1. Bandung:Armico.
Kimball, J.1992.Biologi Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Prawiro, A. 1999. Bologi 1.Semarang:Kareng Asem.
Radiopoetra.1997. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.
Yaasin, M.1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya:Sinar Wijaya.
Yatim, W.1987. Biologi .Bandung:Tarsito.
Zander. 2009. Morfologi dan Anatomi Amphibi. Jakarta:PT.Rineka Cipta.

ANATOMI REPTIL

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
ANATOMI REPTILIA
OLEH :
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M.

ASISTEN

(1110423016)

2. NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. QORIATUL HUSNAH

(1310421046)

5. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anatomi berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata ana yang artinya
susunan dan tomeyang berarti memotong. Sehingga anatomi merupakan salah
satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan dengan struktur dan
organisasi dari makhluk hidup atau bisa dikatakan pula bahwa anatomi adalah
ilmu yang mempelajari struktur tubuh baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan
dengan cara menguraikan tubuh menjadi bagian yang lebih kecil ke bagian yang
paling kecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh kemudian diangkat dan
dipelajari struktur tubuhnya (Radiopoetra, 1997).
Hewan pertama yang benar-benar merupakan hewan daratan adalah
reptilia. Kata reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia
merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas
dengan paru-paru. Mereka berkembang dari amphibi dalam zaman karbon.
Dengan datangnya zaman permulaan, mereka lebih mampu mengatasi keadaan
baru daripada amphibi. Kelebihan utama reptilia yang paling awal terhadap
amphibi adalah perkembangan telur yang bercangkang dan berisi kuning telur
(Kimball, 1992).
Kelas reptilia merupakan suatu kelompok yang beraneka ragam dengan
banyak garis keturunan yang sudah punah, saat ini diwakili oleh sekitar 7000
spesies, sebagian besar kadal, ular, penyu atau kura-kura dan buaya ini adalah
pengelompokkan tradisional dan didasarkan pada kemiripan semua tetrapoda
tersebut. Reptilia memiliki beberapa adaptasi untuk kehidupan didarat yang
umumnya tidak ditemukan pada amphibi. Sisik yang mengandung protein keratin

membuat kulit reptilia kedap air, sehingga membantu mencegah dehidrasi di udara
kering dan masih banyak lagi ciri-ciri khusus pada kelas reptilia ini (Campbell,
2000).
Reptilia adalah kelompok hewan vertebrata yang hidupnya merayap atau
melata. Reptilia juga tergolong ke dalam hewan yang berdarah dingin atau
poikiloterm, yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Walaupun
berdarah dingin reptilia melakukan pembiakan didarat. Tubuh reptilia ditutupi
oleh sisik-sisik dari bahan tanduk yang kering atau tanpa kelenjar. Umumnya
reptilia mempunyai dua pasang kaki, masing-masing mempunyai lima jari yang
bercakar, tetapi pada jenis-jenis tertentu kakinya mereduksi atau sama sekali tidak
ada. Jantungnya mempunyai empat ruang yaitu dua serambi dan dua ventrikel,
tetapi sekat pada ventrikel kanan dan kiri belum sempurna benar. Habitat daripada
reptilia itu sendiri ada yang hidup didarat, air tawar, air laut, didaerah tropis dan
daerah temperate (Djuhanda, 1983).
Jenis hewan bertulang belakang memiliki banyak ragam jenis didunia ini
salah satunya di Indonesia. Hewan bertulang belakang atau yang lebih dikenal
dengan vertebrata. Vertebrata merupakan istilah yang berasal dari organ-organ
notokorda yang diganti dengan ruas-ruas kartilago. Vertebrata memiliki rahang
dua pasang, sepasang mata dan sepasang telinga, penutup tubuh berupa kulit
bersisik dan berlendir, bersisik kering dan keras, serta berbulu sampai dengan
kulit tertutup rambut. Jenis kelaminnya terpisah, tetapi ada juga yang hermaprodit,
fertilisasinya internal dan eksternal, ovipar, vivipar dan ovovivipar. Semua
vertebrata memiliki tulang dalam tubuh dan dua pusat anggota tubuh (Djuhanda,
1982).
Selain itu, pada hewan bertulang belakang umumnya terdiri dari kepala
(caput), badan (truncus) dan ekor (cauda). Didalam tubuh hewan terdapat organ-

organ yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya. Organ-organ tersebut


bekerja sebagaimana mestinya. Didalam tubuh hewan, termasuk vertebrata
terdapat banyak organ yang umumnya sudah memiliki kesempurnaan walaupun
bentuk dan ukuran tubuh yang beragam, tetapi semuanya mempunyai struktur
dasar tubuh yang sama. Hewan vertebrata memiliki beberapa kelompok yaitu
pisces, amphibi, reptilia, aves dan mamalia dimana tempat hidupnya pun berbedabeda ada yang hidup didarat, di air dan diudara (Djuhanda, 1974).
Organ-organ tersebut bekerja untuk kelangsungan hidup hewan karena
organ yang ada didalam tubuhnya merupakan pusat segalanya. Apabila terdapat
kerusakan atau salah satunya tidak berfungsi maka organ-organ lainnya juga akan
mendapatkan dampak yang tidak baik untuk kelangsungan hidupnya. Organ-organ
yang terdapat didalam tubuh hewan kadang memiliki bentuk dan fungsi yang
sama. Bukan hanya morfologinya saja yang memiliki perbedaan tetapi
anatominya pun juga memiliki perbedaan.
Ciri-ciri khusus ini akan diketahui jika dilakukan pembedahan terhadap
objek dimana objek yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah ular
(Dendrelaphis pictus). Dengan dilakukan pembedahan ini kemudian dilanjutkan
dengan pengamatan dan pengenalan yang cermat dan teliti, sehingga didapatkan
apa saja organ-organ yang terdapat dalam tubuh hewan reptilia. Praktikum kali ini
dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan praktikan tentang mekanisme
berbagai sistem dalam tubuh reptilia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan mampu memahami,
menjelaskan tentang anatomi serta morfologi dari reptilia.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Kata reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan
kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernapas dengan paruparu. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan kelas vertebrata yang lain
adalah seluruh tubuhnya ditutupi oleh kulit kering atau sisik (Yaasin, 1984).
Reptilia merupakan sekelompok vertebrata yang menyesuaikan diri
ditempat yang kering di tanah. Reptilia memiliki ciri khusus, yaitu tubuhnya
dibungkus oleh kulit yang menanduk (tidak licin) biasanya dengan sisik atau
bercarapace, beberapa ada yang memiliki kelenjar permukaan kulit. Mempunyai
dua pasang yang masing-masing 5 jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk lari,
mencengkram dan naik pohon. Pada yang masih hidup di air kakinya mempunyai
bentuk dayung, dan pada ular bahkan tidak memilikinya. Skeletonnya mengalami
penulangan secara sempurna, tempurung kepala mempunyai satu condylus
occipitalis, jantung tidak sempurna terdiri dari empat ruangan yaitu dua atrium
dan dua ventrikel dimana ada sekat yang belum sempurna dan pada buaya sekat
itu disebut foramen panizzae (Brotowidjoyo, 1990). Banyak ordo dalam kelas
reptilia termasuk dinosaurus dan pterydoctyla telah punah. Satu ordo reptilia yang
masih hidup adalah Sphenodon punctatum yang terdapat di Selandia Baru.
Reptilia dibagi menjadi 3 ordo yaitu: Ordo Testudinata, dimana ciri khas dari ordo
ini adalah tubuh terlindung di antara karapaks (perisai dorsal) dan plastron (perisai
ventral, kepala dengan leher, ekor dan kaki semua menonjol keluar diantara
karapaks dan plastron, dua lubang hidung dekat ujung anterior kepala, tidak ada
telinga luar, membran timpani tertutup dengan selapis kulit dan lubang cloaca
ventral pada dasar ekor. Contoh dari ordo ini adalah kura-kura berlukis

(Chyrsemys picta), kura-kura air tawar (Chelydra serpentina) dan penyu (Caretta
sp) (Radiopoetra, 1997).
Ordo yang kedua adalah ordo Squamata. Ordo ini memiliki karakteristik
sebagai berikut yaitu memiliki sisik yang tebuat dari zat tanduk dan sisik
mengalami pergantian secara periodic, sisik-sisiknya kecil dan fleksibel dan tidak
memiliki rusuk abdominal. Contoh ordo ini tokek (Hemidacty turcicus), bunglon
(Draco sp). Ordo yang ketiga adalah ordo Crocodila, dimana ciri khusu dari ordo
tersebut adalah tubuh menjadi kepala, leher, badan dan ekor. Kaki dengan jari
yang bercakar kuat, mulutnya panjang, dua lubang pada moncong, mata besar
lateral dan mempunyai kelopak mata atas dan bawah, membran niktitans tembus
cahaya, lubang telinga tertutup oleh lipatan kulit, anus merupakan celah
longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang. Contoh ordo ini adalah
Crocodylus sp, Alligator sp ( Djuhanda, 1983).
Klasifikasi dari ular yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut Kingdom Animalia, Phylum Chordata, Class Reptilia, Ordo
Squamata, Famili Colobridae, Genus Dendrelaphis, Spesies Dendrelaphis pictus
(Zander, 2009).
Reptilia bernapas dengan paru-paru yang strukturnya lebih kompleks
daripada amphibi. Selain itu, kelas reptilia memiliki tipe ginjal metanefros.
Fertilisasinya berlangsung secara internal baik ovipar atau ovovivipar. Dimana
reptilia yang fertilisasinya secara ovovivipar menghasilkan telur dengan banyak
kuning telur dan telur itu tumbuh dan berkembang dalam oviduct hewan betina
(Brotowidjoyo , 1990).
Selanjutnya anatomi dari reptilia terdiri dari beberapa sistem yaitu: sistem
integument pada reptilia umumnya tidak mengandung kelenjar keringat. Sistem
respirasi, pada umumnya reptilia mempunyai trachea yang panjang dimana

dindingnya disokong oleh sejumlah cartilago. Laring terletak diujung anterior


trachea. Kearah posterior trachea membentuk percabangan menjadi bronchus
kanan dan bronchus kiri yang masing-masing menuju ke pulmo kanan dan pulmo
kiri. Pada beberapa bentuk, bagian internal pulmo terbagi tidak sempurna menjadi
dua bagian yaitu bagian anterior berdinding saccuter sedangkan bagian posterior
berdinding licin, tidak bervasculer dan berfungsi terutama untuk reservoir. Pada
ular, umumnya pulmo mempunyai lekukan-lekukan yang asimetris (Yatim, 1987).
Menurut Brotowidjoyo (1990), pada sistem digestoria dibedakan menjadi
tractus digestivus atau saluran pencernaan dan glandula digestoria atau kelenjar
pencernaan. Tractus digestivus terdiri dari cavum oris, pharynx, oesophagus,
ventriculus, intestenum tenue, intestenum crassum dan cloaka.
Didalam cavum oris terdapat dentes yang berbentuk canus. Dentes ini
berbentuk pleurodont, artinya menempel pada sisi samping gingival, sedikit
melengkung kearah medial cavum oris. Ventriculus berdinding muscular yang
tebal. Intestenum crassum berfungsi sebagai rectum. Sedangkan antara intestenum
tenue dan intestenum crassum terdapat suatu pembatas yang disebut caecum
(Kimball, 1992).
Selanjutnya untuk glandula digestoria atau yang lebih dikenal dengan
kelanjar pencernaan terdiri dari hepar dan pancreas, empedu yang dihasilkan
hepar ditampung oleh kantung yang dikenal dengan vesica fellea. Hepar ini
sendiri memiliki 2 lobus, yaitu sinister dan dexter, dimana hepar ini memiliki
warna coklat kemerahan (Djuhanda, 1982).
Vesica fellea terletak pada tepi caudal lobus dexter hepatis. Sedangkan
pancreas terdapat dalam suatu lengkung antara ventriculus dan duodenum. Ductus
cysticus dari vesica fellea menuju jaringan pancreas bergabung dengan ductulli
pancreatici, kemudian keluar menjadi satu ductus yang besar yang disebut hepato

pancreticus yang bermuara pada duodenum. Ventriculus terikat pada dinding


tubuh dengan perantara suatu alat penggantung yang disebut mesogastrium. Selain
itu, untuk alat penggantung pada intestenum tenue disebut dengan mesentrium,
sedangkan alat penggantung pada intestenum crassum disebit dengan mesorectum.
Antara permukaan dorsal hepar dan ventriculus terdapat suatu lipatan tipis yaitu
omentum gastrohepaticum (Campbell, 2000).
Untuk sistem sirkulasi nya terdiri dari cor atau jantung. Cor terletak di
medial, dibagian cranioventral rongga thorax. Cor terdiri dari 4 ruang jantung
yaitu 2 atrium (atrium dexter dan sinister) dan 2 ventrikel (ventrikel dexter dan
sinister), dan sinus venosus. Atrium dexter dipisah dengan atrium sinister oleh
septum atriarum. Antara atrium dan ventrikel ada sekat yang disebut apherthura
atrioventricularis dengan katup valvula atrioventricularis ( Djuhanda, 1974).
Pada reptilia sistem sirkulasi lebih sempurna daripada amphibi hal ini
disebabkan adanya paru-paru dungsional dan ginjal metanefros. Selain itu juga,
karena jantung dibagi menjadi 4 ruang jantung seperti yang telah disebutkan
diatas tadi. Sistem sirkulasi ini sebagai berikut dimulai dari darah yang berasal
dari sinus venosus ke aurikel kanan lalu ke ventrikel kanan kemudian ke arteri
pulmonary menuju vena paru-paru, aurikel kiri kemudian ke ventrikel kiri. Dari
ventrikel kiri keluar lengkung aorta ke dorsal, arteri karotis ke kepala dan kaki
depan dan yang kebelakang member darah untuk ruang tubuh (Yaasin, 1984).
Sistem ekskresi pada reptilia terdiri dari kandung kemih, dimana
pengeluaran ini akan dikeluarkan melalui cloaka. Sedangkan untuk sistem
urogenitalnya terdiri dari ren atau yang lebih dikenal dengan ginjal. Sama seperti
pada aves dan mamalia, tipe ginjal pada reptilia ini adalah tipe metanefros,
sedangkan sewaktu embrio tipe ginjalnya adalah pronefros dan mesonefros (
Kimball, 1992).

Untuk sistem rangka, tengkorak reptilia terjadi penulangan lebih banyak


daripada amphibi dan terdapat banyak variasi didaerah temporal. Tengkorak
reptilia memiliki lubang spesifik didaerah temporal yang disebut dengan tipe
tengkorak anapsid. Sedangkan untuk sistem sarafnya, otak terdiri dari 2 lobus
olfaktori yang panjang, hemisfer, 2 lobus optikus, cerebellum dan medulla
oblongata yang melanjut ke korda saraf dari pada reptil itu sendiri (Sukiya, 2001).

III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi hewan (Anatomi Reptilia) ini dilaksanakan pada hari senin,
24 Maret 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum Anatomi Reptilia ini antara lain
tissu gulung, gunting bedah, pinset, cutter, masker, sarung tangan, steroform,
jarum pentul, bak bedah, sabun cair, buku gambar, dan alat-alat tulis, killing botle.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum anatomi amphibi ini adalah
sepasang Dendrelaphis pictus.
3.3 Cara Kerja
Pada Praktikum Anatomi Reptilia ini, adapun cara kerjanya adalah pertama ular
yang akan dibedah sebelumnya dimatikan dulu dengan memasukkan ular ke
dalam killing bottle yang telah berisi kloroform. Selanjutnya ular dibedah dari
bagian kloaka sampai bagian lehernya dengan menggunakan pisau cutter dan
gunting bedah, dilakukan dengan hati-hati agar bagian dalam organ tidak rusak.
Kemudian isi perut dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan pinset, dan organorgan tersebut diletakkan di atas steroform, direntangkan atau dipisahkan organ D.
pictus tersebut satu-persatu agar mudah diteliti. Kemudian dibandingkan
perbedaan antara organ jantan dan organ betinanya. Dan terakhir organ D. pictus
tersebut digambar dalam buku gambar masing-masing.

IV.HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Morfologi Reptilia

Gambar 1. Morfologi Reptilia (a) Rima oris, (b) Organon visus, (c) Caput,
(d) Cervix, (e) Truncus, (f) cauda
Dilihat dari morfologinya, reptilia khususnya ular dimana dalam praktikum kali
ini ular yang digunakan adalah Dendrelaphis pictus memiliki mulut atau rima oris
dengan lidah yang bercabang yang menghasilkan bisa. Selain itu, lidah yang
panjang dan berbentuk silindris ini umumnya berfungsi sebagai indera peraba dan
indera perasa (Radiopoetra, 1997).
Umumnya lidah berwarna hitam, tetapi kadang-kadang ada juga yang
berwarna merah terang atau kebiruan. Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa
lidah ini berfungsi sebagai indera perasa, dimana lidah ular ini dipakai untuk
mengenali lingkungan baru dengan cara lidah dijulurkan keluar agak lama. Bila
ada makanan atau benda baru didekatnya, ular akan menjulurkan lidah dan
menyentuhnya berkali-kali sebelum ular tersebut menelan atau menolaknya
(Sukiya, 2001).
Pada ular tersebut, didalam mulutnya terdapat kumpulan saraf yang
disebut Jacobson. Letak saraf ini berada dibagian atas mulut ular. Selain itu, pada

ular ada lidah yang berbentuk seperti garpu dan lidah inilah yang berfungsi
sebagai hidung (Djuhanda, 1974).
Seluruh tubuh ular dibalut oleh kulit yang elastis sehingga pergerakan
tubuhnya sangat lentur. Kulit yang elastis inilah memungkinkan ular meregang
dan mengembang saat menelan mangsa. Saat tubuh sedang mengembang, antara
sisik dan kulit yang terkembang sangat tipis dimana terlihat lah lapisan epidermis
kulit luar yang kasar atau halus. Sisik ular pun tersusun secara teratur dari yang
besar sampai yang kecil dan tersusun sangat rapi. Sebenarnya dari literatur
disebutkan bahwa sisik ini merupakan tulang kulit yang disebut dermalcore atau
osteoderm dan ada yang tersusun tumpang tindih (Yatim, 1987).
4.2 Anatomi Reptilia

Gambar 2. Anatomi Reptilia


Organ dalam pada hewan dapat dilihat dengan cara membedah, namun tidak
merusak organ dalam bagian tubuhnya apabila menggunakan metode pembedahan
yang tepat. Metode yang digunakan disebut sectio. Setelah dilakukan pembedahan
dengan metode sectio organ dalam ular yang dapat diamati adalah sebagai berikut,
dapat terlihat pada gambar 3.

Gambar 3. Anatomi Reptilia (a) Trakea, (b) Cor, (c) Pulmo, (d) Hepar,
(e) Ventrikulus, (f) Vesica fellea, (g) Ren, (h) Intestenum tenue, (i) Intestenum
crassum, (j) Testis, (k) Cloaka, (l) Pankreas
Dari hasil praktikum ini, praktikan dapat mengamati anatomi yang ada pada
reptilia khususnya ular. Selain itu, dapat juga melihat organ-organ yang berada
didalam tubuh ular beserta sistem yang bekerja dalam tubuhnya. Dan organ-organ
tersebut bisa dilihat pada gambar 3.
Pada ular ini, sistem pencernaan atau sistem digestoria nya terdiri dari 2
yaitu tractus digestivus (saluran pencernaan) dan glandula digestoria (kelenjar
pencernaan). Pada tractus digestivusnya meliputi organ-organ yang dimulai dari
rima oris, cavum oris kemudian pada belakang faring terdapat oesophagus yang
merupakan saluran silindris menuju ventrikulus yang terdiri atas bagian fundus
yang agak bulat dan bagian kecil yang disebut pylorus. Bagian inilah yang akan
bersambung pada intestenum tenue dan akan berlanjut ke intestenum crassum.
Diantara dua intestenum ini ada saecum yang pendek dan sistem pencernaan ini
akan berakhir pada satu saluran yaitu cloaka (Prawiro, 1999).
Glandula digestorianya meliputi hepar, pancreas dan vesica fellea. Hepar
atau hati merupakan salah satu kelenjar pencernaan dimana hepar ini memiliki dua
lobus yaitu lobus dexter dan lobus sinister. Pada hepar ini menghasilkan empedu.
Pancreas pada ular terletak pada atau diantara ventriculus dan duodenum serta

memiliki warna kekuningan. Sedangkan kelenjar pencernaan yang terakhir adalah


vesica fellea atau yang lebih dikenal dengan kantung empedu. Vesica fellea ini
terletak pada sebelah kanan hepar dan merupakan bagian dari intestenum crassum
dan sebelum rectum (Eroschenko, 2003).
Menurut Brotowidjoyo (1990), selanjutnya sistem sirkulasinya terdiri dari
jantung (cor) yang terletak dibagian ventral dari rongga thoraks dan terdiri dari
sinus venosus yang kecil dimana berfungsi untuk menerima darah dari vena.
Selain itu, jantung pada ular ini terdiri dari empat ruang jantung yaitu 2 atrium
dan 2 ventrikel dimana pada ular ini sekat pada jantungnya belum sempurna
sehingga pada kelas reptilia sering kita dengar istilah Foramen panizzae
(Campbell, 2000).
Pada reptilia sistem sirkulasi lebih sempurna daripada amphibi hal ini
disebabkan oleh adanya paru-paru dan ginja metanefros serta ruang jantung yang
terdiri dari 4 ruang tersebut. Sistem sirkulasi pada ular ini dimulai dari darah yang
dari vena masuk kedalam jantung melalui sinus venosus lalu ke auriculum dextra,
ventriculum dextra kemudian arteri pulmonalis dari paru-paru darah kembali
masuk ke auriculum sinestra dan akan terus ke ventriculum sinestra. Dari sini
akan melalui sepasang arcus aorticus yang selanjutya kearah dorsal mengelilingi
oesophagus, dari dasar archus aorticus dexter muncul dua arteri keleher dan ke
kepala (Brotowidjoyo, 1990).
Pada ular, terdapat sepasang ginjal yang berperan dalam sistem
ekskresinya. Ginjal ini berwarna merah kecoklatan dan terletak retroperitoneal
(diluar dan dibelakang peritoneum), didaerah sacrum. Selain ginjal, kandung
kemih juga termasuk salah satu alat ekskresi yang digunakan dalam sistem
ekskresi pada ular. Ular memiliki tipe ginjal yang sama seperti halnya ginjal pada
aves dan mamalia, dimana tipe ginjalnya dikenal dengan tipe metanefros

sedangkan pada saat embrio tipe ginjal yang digunakan adalah tipe pronefros dan
mesonefros (Kimball, 1992).

V.PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum anatomi reptil ini adalah:
1. Reptil merupakan salah satu kelas dalam kelompok vertebrata atau hewan
bertulang belakang
2. Pada struktur morfologinya terdapat rima oris, organon visus, caput,
cervix, truncus dan cauda
3. Pada struktur pencernaannya terdiri atas faring, oesophagus, ventriculus,
hepar, intestenum tenue, intestenum crassum, pancreas, ren, pulmo, cor,
vesica fella dan cloaca.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah:
4. Ketika membius ular sebaiknya sangat berhati-hati karena bahan
pembius yang digunakan sangat berbahaya
5. Selalu gunakan masker dan sarung tangan saat praktikum
6. Lakukan pembedahan dengan hati-hati agar tidak merusak organ
dalam tubuh dari katak tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M .1990. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.


Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Djuhanda, T. 1974. Analisa Hewan Vertebrata. Bandung:Armico.
.1982. Analisa Struktur Vertebrata Jilid 1. Bandung:Armico.
.1983. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Bamdung
:Armico.
Eroschenko. 2003. Anatomi dan Histology. New York:Mc.Graw Hill Companies
Inc.
Kimball, J. 1992. Biologi Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Prawiro, A. 1999. Bologi 1. Semarang:Kareng Asem.
Radiopoetra. 1997. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Yaasin,M. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya:Sinar Wijaya.
Yatim, W. 1987. Biologi .Bandung:Tarsito.
Zander. 2009. Morfologi dan Anatomi Reptilia. Jakarta:PT.Rineka Cipta.

ANATOMI AVES

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
ANATOMI AVES
OLEH :
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M.

ASISTEN

(1110423016)

2. NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. QORIATUL HUSNAH

(1310421046)

5. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

I.PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Dalam sistem
klasifikasi , kelompok tersebut di tempatkan sebagai sub filum vertebrata dalam
filum chordata. Filum chordata mempunyai 4 ciri pokok yang muncul pada suatu
masa di sepanjang hidupnya. Keempat ciri tersebut adalah sebagai berikut , bagian
punggung (dorsal)di sokong oleh tulang bernama notokorda, notokorda tersebut
terbentuk di dalam embrio dari lapisan mesoderm dorsal, letaknya tepat di bawah
batang saraf, tali saraf dorsal (punggung)batang tersebut mengandung kanal berisi
cairan, tali saraf vertebrata seringkali dinamakan sum-sum punggung yang di
lindungi oleh tulang belakang, kantong insang, kantong tersebut hanya terlihat
pada saat perkembangan embrio sebahagian besar vertebrata, kantong insang pada
chordata, invertebrata, ikan dan amphibi berubah menjadi insang, air masuk
melalui mulut dan faring melalui celah insang yang dilengkapi dengan lengkung
insang. Vertebrata terdiri dari tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala, badan dan
ekor. Disamping itu, pada bagian badan terdapat pula pasangan anggota tubuh,
kecuali pada beberapa jenis yang sama sekali tidak mempunyai anggota tubuh
(Sukiya, 2001).
Aves merupakan salah satu kelas hewan vertebrata yang memiliki bentuk
tubuh yang khas sehingga dengan bentuk tubuh tersebut kelompok hewan ini
terbukti sangat berhasil dalam penyebarannya memperbanyak habitat di
permukaan bumi. Kelas aves terbagi menjadi dua subkelas yaitu archeonithes dan
neonithes yang terdiri dari 32 ordo dan 174 famili. Kata aves berasal dari bahasa
latin dipakai nama kelas, sedangkan ornis dari kata yunani dipakai dalam

ornithology berarti ilmu yang mempelajari burung-burung. Aves merupakan


hewan yang paling dikenal orang karena dilihat dimana-mana, aktif pada saat
siang hari dan ada juga pada malam hari serta unik, karena memiliki bulu sebagi
penutup tubuh. Dengan bulu ini tubuh dapat mengatur suhu tubuhnya dan terbang.
Dengan kemampuan terbang itu aves mendiami semua habitat. Warna dan suara
beberapa aves merupakan daya tarik mata dan telinga manusia, banyak
diantaranya mempunyai arti penting dalam ekonomi, sebahagian merupakan
bahan makanan, sumber protein dan beberapa diantaranya di ternakkan (Yatim,
1987).
Penyebaran aves di dunia ini mencapai 9000 spesies dan ada pula yang
mengatakan 8900 spesies. Habitatnya tersebar mulai dari tepi pantai sampai ke
pegunungan. Aves aktivdi siang hari (ada juga pada malam hari) dan memiliki
bulu sebagai penutup tubuh, keunikan lain dari aves ini adalah pundi-pundi udara
yang dimiliki oleh burung yang berguna membantu pernafasan di saat terbang.
Banyak diantara aves yang memiliki nilai ekonomi karena bentuk dan suara yang
indah dan juga du jadikan peternakan untuk kemudian di konsumsi sebagai
sumber konsumsi protein(Djuhanda, 1982).
Ahli burung terkenal, Alan Feduccia, menyatakan bahwa setiap cirri dari
bulu burung memiliki fungsi aerodinamis. Bulu ini sangatlah ringan, memiliki
daya angkat yang semakin besar pada ketinggian lebih rendah, dan dapat kembali
ke posisi awal denga sangat mudah (Brotowidjoyo, 1989).
Burung masa kini telah berkembang sedemikian rupa sehingga
terspesialisasi untuk terbang jauh. Dengan perkecualian pada beberapa jenis yang
promitif. Bulu-bulunya. Terutama di sayap, telah tumbuh semaki lebar, ringan,
kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga bersusun sedemikian rupa sehingga
mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung tetap hangat di tengah udara

dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan karena adanya rongga-rongga


udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh. Tulang dadanya tumbuh
membesar dan memipih . sebagai tempat perlekatan otot-otot terbang yang kuat.
Gigi-giginya menghilang di gantikan oleh paruh ringan dan zat tanduk (Mattison,
2008).
Ciri- ciri khusus ini akan diketahui jika dilakukan pembedahan terhadap
objek dimana objek yang digunakan dalam pratikum ini adalah burung
Streptopelia chinensis . Dengan dilakukan pembedahan ini kemudian dilanjutkan
dengan pengamatan dan pengenalan yang cermat dan teliti, sehingga didapatkan
apa saja organ-organ yang terdapat dalam tubuh hewan aves. Pratikum kali ini
dilatarbelakangi oleh kurangnya pengetahuan pratikan tentang mekanisme
berbagai sistem dalam tubuh aves.
1.2 Tujuan pratikum
Adapun tujuan dari praktikum anatomi dari Streptopelia chinensis adalah
untuk mengetahui morfologi dan anatominya serta mengetahui anatomi dari
sistem organ pada sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem pencernaan dan sistem
urogenital pada aves.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan memiliki
bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota gerak
belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut sudah
termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat
ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang
yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan
bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan, hewan
ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang industri bulunya dapat dimanfaatkan
contohnya baju, hiasan dinding, dan lainnya. (Brotowidjoyo, 1990).
Burung merupakan hewan berdarah panas, meskipun burung berdarah
panas, ia berkerabat dekat dengan reptil. Bersama kerabatnya terdekat, suku
crocodylidae alias keluarga buaya, burung membenruk kelompok hewan yang
disebut archosauria. Diperkirakan burung berkembang dari sejenis reptil di masa
lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu yang khusus di
badanya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan perkembangan dari cakar
depan itu belum dapat di gunakan untuk sunggu-sungguh terbang, dan hanya
membantunya untuk bias melayang dari suatu ketinggian ke tempat yang lebih
rendah. Kelas aves terdiri dari begitu banyak ordo yang di kenal baik
karekteristiknya, yaitu sub kelas archaeornithes, yang merupakan burung yang
bergigi dan telah punah, hidup dalam periode jurasik dengan metacarpal terpisah,
tidak ada pigostil, vertebrate caudal masing-masing dengan bulu yang
berpasangan dan sub kelas neornithes yang merupakan burung modern, bergigi
atau tidak bergigi, metacarpal bersatu, vertebrate caudal tidak ada yang memiliki
bulu yang berpasangan dan kebanyakan pigostil (Kimball, 1999).

Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.
Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu
aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.
Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang
merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup
bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis
membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup bulu mempunyai bagian
epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat
makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1992).
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya
oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang
menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering
disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol,
eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal
red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butirbutir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap.
Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan (Kimball, 1999).
Kaki pada aves di gunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan
selaput inter digital). Karekter tengkorak meliputi tulang-tulang tengkorak yang
berdifusi kuat, paruh berzat tanduk. Aves tidak bergigi, mata besar, kondil
oksipetal tunggal. Jantung terbagi atas dua atrikel dan ventrikel. Struktur tubuh
burung terdiri atas kepala (caput), leher (cervix), bagian dada (truncus). Dengan
sepanjang exstremitas anterior yang merupakan sayap (ala) dan extremitas
posterior berupa paha (femur), tungkai atas (tibiotarsus),tungkai bawah
(tarsometatarsus) yang bagian bawahnya besisik dan bercakar. Pada bagian mulut

terdapat paruh (rostrum) yang terbentuk oleh maxilla pada ruang bagian atas ,
mandibula bada bagian bawah. Pada bagian luar rostrum di lapisi oleh lapisan
pembungkus selaput zat tanduk. Tubuh dibungkus oleh kulit, pada bagian kulit
terdapat bulu yang berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Perbedaan burung
dengan hewan lainnya adalah terletak pada paruh dan bulu (Kimball, 1999).
Pada sistema digestivum, tractus digestivus terdiri dari cavum oris.
Didalamnya terdapat lingua kecil runcing yang dibungkus oleh lapisan zat tanduk
sebagai lanjutannya adalah faring yang pendek. Kemudia oesophagus yang
panjang dan pada beberapa burung terjadi perluasan yang disebut crop, sebagai
tempat penimbunan bahan makanan sementara dan pelunakan dari crop masuk
dalam yang dapat dibedakan atas proventriculus dan ventriculus yang disebut
gizard, proventriculus menghasilkan cairan lambung, sedang ventriculus
berdinding tebal berlapis jaringan epitel keras sebelah dalam yang menghasilkan
sekresi. Di dalam gizard sering terdapat kerikil yang berfungsi membantu
penggilingan bahan makanan. Pada beberapa aves, memiliki vesica fellea sebagai
penampung billus (Eroschenko, 2003).
Sistem sirkulasi pada Streptopelia chinensis yang menjadi sentral adalah cor
yang terletak di linea mediana berbentuk kerucut dilapisi oleh lapisan
pericardium. Terbagi atas 4 ruang: atrium sinistrum dan atrium dextrum, yang
dipisahkan oleh septum atrium, ventriculum sinistrum, dan ventriculum dextrum
yang terpisah oleh septum ventriculum. Pada aves tidak terdapat lagi sinus
venosus (Radiopoetra, 1997).
Alat respirasi terdiri dari nostril yang terletak pada paruh, cavum nasalis,
cavum oris, larynk yang tersusun atas tulang rawan, terhubung dengan cavum oris
dan rima glottis. Pada bagian caudal, terdapat suatu tulang rawan yang melintang
dari dorsal ke caudal yang disebut pessulus. Bagian ini menyokong suatu lipatan

yang berasal dari selaput lender dan lipatan ini disebut membrane semilunaris
(Jasin, 1992).
Pada sistem reproduksinya, hewan jantan memiliki sepasang testis yang bulat,
berwarna putih, melekat disebelah anterior dari ren dengan suatu alat
penggantung. Testis sebelah kanan lebih kecil daripada yang kiri. Dari masingmasing testis terjulur saluran vasa deferensia sejajar dengan ureter yang berasal
dari ren. Pada sebagian besar aves memiliki vesicular seminalis yang merupakan
gelembung kecil bersifat kelenjar sebagai tempat menampung sementara sperma
sebelum dituangkan melalui papil yang terletak pada kloaka. Di dalam kloaka
pada beberapa species memiliki pennis sebagai alat untuk menuangkan sperma ke
kloaka hewan betina. Pada hewan betina terdapat sepasang ovari, hanya yang
dextrum mengalami otrophis (mengecil dan tidak bekerja lagi). Dari ovari
menjulur oviduct panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian cranial dengan
suatu bentuk corong. Lubang oviduct itu disebut ostium opdominalis. Dinding
oviduct selanjutnya tersusun atas muskulus dan epithelium yang bersifat
glandulair, yang memberi sekresi yang kelak membungkus telur, yakni albumen
sebagai putih telur, membran tipis disebelah luar albumen dan cangkok yang
berbahan zat kapur yang dibuat oleh kelenjar di sebelah caudal. Uterus yang
sebenarnya belum ada (Brotowidjoyo, 1990).
Sistem ekskresi pada Aves berupa ren yang relative besar, berwarna merah
coklat, tertutup oleh peritoneum. Tiap-tiap ren terbagi atas empat lobi. Dari
datatarn ren sebelah ventral keluar ureter yang sempit menuju ke caudal dan
berakhir pada kloaka. Darah yang berasal dari arteri renalis akan disaring secara
filtrates. Zat zat yang tidak berguna dalam darah terutama berupa urin akan
dibuang dalam proses filtrasi ini (Jasin, 1992).

III . PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Pratikum ini dilaksanakan pada hari Senin 31 Maret 2014, pukul 08.00 WIB,
bertempat di Laboratorium Pendidikan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum anatomi hewan kelas aves ini adalah alat
tulis, buku gambar, bak bedah, pinset,gunting bedah, pisau bedah, sarung tangan,
masker, steroform, sabun cuci tangan dan jarum suntik. Dan bahan praktikum kali
ini yaitu Streptopelia chinensis
3.3. Cara Kerja
Dibius tubuh Streptopelia chinensis dengan dibius menggunakan jarum suntik,
kemudian dibedah tubuh S. chinensis dengan hati-hati dari kloaka sampai cervix
jangan sampai bagian dalam S. chinensis rusak pada saat di bedah. Selanjutnya
organ tubuh S. chinensis bagian dalam diamati untuk mengetahui jenis kelamin,
sistem pencernaan, sistem organ, kemudian digambar masing-masing bagian
tersebut secara morfologi dan anatominya, kemudian tentukan bagian-bagiannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Morfologi Aves
a
d

Gambar 1. Morfologi Aves (a). Caput, (b). Cervix, (c).Truncus, (d). Paruh

Pada gambar diatas dapat ditemukan bagian bagian dari aves yaitu caput, cervix,
truncus, dan paruh . Paruh merupakan modifikasi dari gigi, kemudian juga
ditemukan tembolok pada bagian eshopagus yang berguana untuk menyimpan
cadangan makan sebelum ke proventrikulus.
Pada bagian mulut terdapat bagian yang terproyeksi

sebagai paruh

(Rostrum) yang terbentuk oleh maxila pada ruang bagian atas dan mandibula
pada ruang bagian bawah. Pada bagian luar dari rostrum dilapisi oleh
pembungkus zat tanduk dan pada kelompok burung Neornithes tidak bergigi
(Jasin, 1992).
Pada pengamatan morfologi aves terdapat berbagai macam bulu
diantaranya bulu tetrices, rectices, remiges. Menurut letaknya, bulu pada burung
dibedakan jadi: (1) Tetrices, merupakan bulu-bulu yang menutupi badan; (2)
Retrices, merupakan bulu-bulu yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris
karena berfungsi sebagai kemudi; (3) Remiges, merupakan bulu yang terdapat di
sayap yang terdiri dari remiges primarie yang melekat secara digital dan

metacarpal pada metacarpalia, remiges secundaria yang melekatnya secara


curbital pada radiul ulna; (4) Parapterum, merupakan bulu yang menutupi daerah
bahu; (5) Ala sporia, merupakan sebagian bulu kecil yang menempel pada
poluk(Djuhanda, 1982).
Berdasarkan strukturnya, dapat dikenal tiga macam bulu, yaitu plumae,
plumulae, dan filoplumae. Plumae atau bilu kasar merupakan bulu penutup tubuh
yang kasar, dinamakan tectrites. Sedangkan yang terdapat dipermukaan posterior
dari sayap dinamakan remiges. Plumulae atau bulu halus merupakan bulu halus
yang ada dibawah plumae peranan utama dari bulu ini adalah sebagai isolasi
untuk menjaga panas tubuh. Filoplumae atau bulu-bulu rambut merupakan bulu
yang sangat halus sekali, seperti rambut-rabut kecil saja bentuknya (Djuhanda,
1983).
2. Anatomi Aves
4.2.1 Anatomi Sistem Sirkulasi Aves
Dari praktikum anatomi Sistem Sirkulasi Aves yang kami lakukan,di dapatkan
hasil sebagai berikut :

Gambar 1.Sistem sirkulasi (a) Jantung

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, kami menenukan organ sirkulasi yaitu
jantung yang berperan untuk memompa dan mengedarkan darah ke seluruh tubuh.
Peredaran darah burung adalah dari paru-paru mengangkut oksigen masuk ke

serambi kiri, kemudian ke bilik kiri. Dari bilik kiri darah di pompa keseluruh
tubuh melalui aorta. Disel -sel tubuh darah melepaskan O2 dan mengikat CO2.
Darah yang mengandung banyak CO2 ini masuk serambi kananmelalui pembuluh
balik. Selanjutnya darah masuk bilik kanan, kemudian dipompa masuk ke paruparu. Didalam paru-paru darah melepaskan CO2 dan mengikat O2 (Campbell,
2000).
Berikut gambar sistem peredaran darah burung bagan sirkulasi pada
burung, Paru-paru Serambi kiri Bilik kiri Seluruh tubuh Serambi
kanan Bilik kanan Paru-paru(Djuhanda,1983).
4.2.2. Anatomi Sistem Respirasi Aves

a
Gambar 2. Sistem respirasi (a) pulmo
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, kami menemukan pulmo yang di
gunakan aves pada proses respirasinya, tetapi aves juga memiliki kantong udara
yang diguanakannya pada saat terbang.
Sistem respirasi, lubang hidung yang terdapat pada paruh menghubungkan
rongga hidung di atas rongga mulut. Glottis pada bagian bawah faring
menghubungkan saluran trakea yang di perkuat dengan kartilago. Trakea berlanjut
ke bawah arah leher yaitu syring (kotak suara), tempat terdapatnya otot vocal, dari

syring dilanjutkan ke bronkhus paru-paru berukuran kecil melekat pada rusuk dan
vertebrata di bagian dorsal dari trax dengan jaringan ikat, paru-paru dimasuki
sejumlah broncheolus yang saling berhubungan dan sejumlah darah dari
pulmonary. Pada broncheolus melekat kantung udara yang terdapat di sela-sela
organ dalam pada rongga badan dan menjulur ke ruang disekitar vertebrta leher.
Paru-paru dapat digerakan sedikit oleh otot yang terdapat disekitar tulang rusuk,
jika sternum bergerak turun, dan rusuk menggembung ke samping udara ke
rongga paru-paru , jika kontraksi terjadi sebaliknya. Maka darah keluar dari
rongga paru-paru. Gerakan tersebut dimungkinkan karena struktur torak yang
kaku. Pada sat inspirasi, udara masuk melalui bronchiolus ke kantung udara
membantu penyebaran panas tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot dan
aktivitas metabolic lainya (Widowati, 2005)
4.2.3 Anatomi sistem pencernaan aves
a
b
c
d
e

Gambar 3. Sistem pencernaan, (a). tembolok, (b). esophagus, (c) . Ventrikulus,


(d). Intestinum tenue, (e). Intestinum crasum
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan sistem pencernaan pada aves terdiri
dari mulut, esophagus, ventrikulus, intestinum tenue, intestinum crasum dan
bermuara do kloaka,organ khasnya yaitu tembolok

yang berfungsi untuk

penyimpanan sementara makanan

pada aves, yang berfungsi juga untuk

membantu mencerna biji-bijian yang keras.


Lidah pada burung berbentuk runcing dan panjang dengan lapisan zat
tanduk. Pada rongga mulut bagian atas terdapat

lipatan palatal. Dilanjutkan

dengan faring, kemdian saluran esophagus yang dilapisi otot memanjang ke


bagian bawah leher tempat terdapatnya tembolok yang berfungsi sebagai tempat
penyimpan makanan. Dan beberapa diantaranya alat dan fungsi pada burung
adalah, paruh yang berfungsi mengambil makanan, kerongkongan yaitu saluran
makanan menuju tembolok,tembolok yang berfungsi

menyimpan makanan

sementara, lambung kelenjar, mencerna makanan secara kimiawi, lambung


pengunyah yang berfungsi menghancurkan makanan,

hati yang berfungsi

membantu mancerna makanan secara mekanis, pankreas yang berfungsi


Menghasilkan enzim, usus halus yang berfungsi sebagai tempat pencernaan sari
makanan yang diserap oleh kapiler darah pada dinding usus halus, usus besar
yaitu Saluran sisa makan ke rectum, usus buntu yang berfungsi memperluas
daerah penyerapan sari makanan, Poros usus sebagai tempat penyimpan sisa
makanan sementara, kloaka yaitu muara 3 (tiga) saluran, yaitu Pencernaan usus,
saluran uretra dari ginjal, saluran kelamin. Sistem Pencernaan burung. Pada mulut
terdapat paruh yang sangat kuat dan berfungsi untuk mengambil makanan.
Makanan yang diambil oleh paruh kemudian masuk kedalam rongga mulut lalu
menuju kerongkongan. Bagian bawah kerongkongan membesar berupa kantong
yang disebut tembolok. Kemudian masuk ke lambung kelenjar .Disebut lambung
kelenjar karena dindingnya mengandung kelenjar yang menghasilkan getah
lambung yang berfungsi untuk mencerna makan secara kimiawi. Kemudian
makan masuk menuju lambung pengunyah. Disebut lambung pengunyah karena
dindingnya mengandung otot-otot kuat yang berguna untuk menghancurkan

makanan. Didalam hati, empedal sering terdapat batu kecil atau pasir untuk
membantu mencerna makanan secara mekanis. Kemudian, makanan masuk
menuju usus halus. Sistematis pencernaan makanan pada burung : Mulut / paruh
Kerongkongan Tembolok Lambung kelenjar Lambung pengunyah
Hati Pankreas Usus halus Usus besar Usus buntu Poros usus
(rectum) Kloaka (Jafnir, 1985).
4.2.4 Anatomi sistem urogenital aves

Gambar 4. Sistem urogenital, (a). ovarium


Berdasarkan praktikum yang kami lakukan kami menemukan organ reproduksi
berupa ovary yang terdapat pada Streptopelia chinensis betina.
Burung berkembang biak dengan cara bertelur dan pembuahannya terjadi
di dalam tubuh. Contoh aves antara lain burung elang, burung merpati, burung
merak, burung hantu, burung gagak, ayam dan jenis burung lainnya. Sebagian
besar burung membangun sarangnya untuk menyimpan telur dan mengeraminya,
jumlah telur yang di letakan dalam sarangnya yang bervariasi tergantung
spesiesnya, ada yang hanya 1,3, atau ada yang sampai 14 butir. Masa inkubasi
(pengeraman) pada burung berbeda-beda . Burung burung darat yang kecilnya
masa inkubasinya kurang lebih 14 hari, ayam peliharaan 21 hari , bebek dan
rajawali masa inkubasinya 28 hari, sedangkan burung unta 42-60 hari. Anak-anak
burung yang bersifat atricial membutuhkan kurang lebih seminggu setelah

menetas untuk meninggalkan sarang. Semua anak-anak burung memerlukan


pemeliharaan setelah ditetaskan yang berupa pemberian makan penjagaan atau
perlindungan dari sinar matahari dan hujan (Jasin, 1992).

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum anatomi hewan kelas aves maka didapatkan
kesimpulan bahwa :
1.

Organ yang dapat diamati adalah sistem pencernaan , sistem urogenital,


sistem respirasi, sistem urogenital.

2.

Organ khusus yang dimiliki oleh Streptopelia chinensis adalah tembolok


yang membantu pada proses pencernaannya.

3.

Burung tekukur betina memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil daripada
jantannya.

4.

Suara nyanyian pada Streptopelia chinensis berasal dari siring atau selaput
suara yang ada pada belakang tenggorokkannya

5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu, praktikan haruslah disiplin dengan
waktu, praktikan hendaknya hati-hati pada saat membedah objek agar organ
dalam tidak rusak, dan praktikan hendaknya menggunakan alat dan bahan yang
representative agar mempermudah proses pelaksanaan praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M.1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


Djuhanda, T. 1983. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata.Bandung
:Armico.
Eroschenko. 2003. Anatomi dan Histologi. New York:Mc.Graw Hill Companies
Inc.
Jafnir. 1985. Pengantar Anatomi Hewan Vertebrata. Padang:Universitas Andalas.
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya:Sinar
Jaya.
Kimball, J. 1999. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Mattison, C. 2008, Ensiklopedia Dunia Hewan, Jakarta : Lentera Abadi.
Radiopoetra. 1997. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata, Yogyakarta : JICA.
Widowati,H. 2005.Zoologi Vertebrata. Metro : UM Metro.
Yatim, W. 1985. Biologi Jilid II. Bandung:Tarsito.

ANATOMI MAMALIA

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN

ANATOMI MAMALIA
OLEH
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA

ASISTEN

: 1. AL-QADRI PUTRA M.

(1110423016)

2. NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. PRATIWI MUTIAH P.

(1310422010)

5. QORIATUL HUSNA

(1310421046)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anatomi berasal dari beberapa bahasa Yunani yanng tersusun dari kata ana
yang berati susunan darn tome yang berarti memotong, sehingga anatomi
merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan
dengan struktur dan organisasi dari makhluk hidup atau biasa dikatakan juga
bahwa anatomi ilmua yang mempelajari struktur tubuh dengan cara mengurai
tubuh menjadi bagian yang lebih kecil kebagian yang paling kecil dengan cara
memotong atau mengiris tubuh kemudia diangkat atau dipelajari dan diperiksa
menggunakan mikroskop (Brotowidjoyo, 1989).
Vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Dalam
sistem klasifikasi, kelompok tersebut di tempatkan sebagai subfilum vertebrata
dalam filum chordata. Filum chordata mempunyai 4 ciri pokok yang muncul pada
suatu masa di sepanjang hidupnya. Keempat ciri tersebut adalah sebagai berikut,
bagian punggung (dorsal) disokong oleh tulang bernama notokorda, notokorda
tersebut terbentuk didalam embrio dari lapisan mesoderm dorsal, letaknya tepat di
bawah batang saraf, tali saraf dorsal (punggung) batang tersebut mengandung
kanal berisi cairan, tali saraf vertebrata seringkali dinamakan sum-sum punggung
yang dilindungi oleh tulang belakang, kantong insang, kantong tersebut hanya
terlihat pada saat perkembangan embrio sebahagian besar vertebrata, kantong
insang pada chordata, invertebrata, ikan dan amphibi berubah menjadi insang, air
masuk melalui mulut dan faring melalui celah insang yang dilengkapi dengan
lengkung insang. Vertebrata terdiri dari tiga bagian tubuh utama, yaitu kepala,

badan dan ekor. Disamping itu, pada bagian badan terdapat pula pasangan anggota
tubuh, kecuali pada beberapa jenis yang sama sekali tidak mempunyai anggota
tubuh (Sukiya, 2001).
Mammalia merupakan kelompok terbesar dan tertinggi dari kingdom
animalia. Mammalia mencakup tikus, monyet, paus, kelelewar, kucing, manusia
dan bentuk kehidupan lain. Disamping sekelompok besar dari spesies langka.
Semuanya kurang lebih ditubuhnya tertutupi oleh adanya bulu atau rambut dan
berdarah panas. Beragam jenis mammalia hidup di berbagai bentuk habitat dari
daerah kutub sampai ke gurun atau hutan. Banyak yang mempunyai kebiasaan
hidup malam hari dan istirahat pada siang hari, sehingga jarang terlihat. Beberapa
spesies yang liar diburu untuk kesenangan dan lainnya untuk diambil bulunya
(Yatim, 1985).
Golongan Mammalia memilki arti yang sangat penting dalam kehidupan.
Namun, kenyataanya jumlah Mammalia hanya kecil saja, sekitar 3 dari seluruh
spesies hewan. Ciri yang unik dari mammalia adalah hewan betina member
makan ananknya dengan air susu (menyusui). Sebutan mamalia sendiri berasal
dari keberadaan glandula ( kelenjar ) mamae pada tubuh mereka yang berfungsi
sebagai penyuplai susu. Seperti yang kita ketahui bahwa mamalia betina menyusui
anaknya dengan memanfaatkan keberadaan kelenjar tersebut. Walupun mamalia
jantan tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki kelenjar
mamae. Semua mamalia memiliki kelenjar mamae, tetapi pada mamalia jantan
kelenjar ini tidaklah berfungsi sebagaimana pada mamalia betina (Kimball, 1999).
Tikus (Mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan tikus
liar ataupun tikus rumah. Tikus ini tersebar di seluruh dunia. Tikus ini sering
ditemukan di dekat bangunan gedung ataupun di tempat lain, jika terdapat
makanan dan tempat berlindung. Tikus ini semuanya berasal mula dari keturunan

yang telah ada yaitu keturunan dari tikus liar yamg sudah mengalami peternakan
secara selektif. Tikus ini biasanya lebih suka hidup pada tempat yang memiliki
suhu lingkungan yang tinggi (Jasin,1992).
Ciri- ciri khusus ini akan diketahui jika dilakukan pembedahan terhadap
objek dimana objek yang digunakan dalam pratikum ini adalah Mus musculus .
Dengan dilakukan pembedahan ini kemudian dilanjutkan dengan pengamatan dan
pengenalan yang cermat dan teliti, sehingga didapatkan apa saja organ-organ yang
terdapat dalam tubuh hewan mamalia. Pratikum kali ini dilatarbelakangi oleh
kurangnya pengetahuan pratikan tentang mekanisme berbagai sistem dalam tubuh
mamalia (Pratigno, 1982).
Karena kelas mamalia lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas

sebelumnya, baik itu dari sistem pencernaan, pennapasan, peredaran darah,


urogenital dan sistem sarafnya. Karena itulah untuk mengetahui segala proses
pada tubuh mamalia kita perlu membuka bagian tubuh mamalia dengan jalan
membedah Mus musculus.
1.2 Tujuan pratikum
Adapun tujuan dari praktikum anatomi dari Mus musculus adalah untuk
mengetahui morfologi dan anatominya serta mengetahui anatomi dari sistem
organ pada sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem pencernaan dan sistem
urogenital pada mamalia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Mammalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutup rambut dan yang betina
mempunyai kelenjar mammae yang tumbuh baik. Anggota gerak depan
mammalia dapat bermodifikasi untuk berlari, berjalan, menggali lubang, berenang
dan terbang. Pada jari-jarinya terdapat banyak bulu, cakar dan pada kulit terdapat
banyak kelenjar keringat (Brotowidjoto, 1989).
Mamalia diperkirakan muncul pada akhir zaman Trias dari moyang
Terapsida. Mereka merupakan hewan kecil yang sangat aktif yang makanannya
terutaama adalah serangga. Kehidupan yang aktif ini berhubungan dengan
kemampuan untuk memelihara suhu tubuh yang tetap (homoterm). Sementara
mamalia yang paling awal bertelur seperti moyang reptilia anaknya setelah
menetas diberi susu yang disekresikan oleh kelenjar- kelenjar dalam kulit
induknya (Kimball,1999).
Sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada beberapa
mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Monotremata tidak
memilki puting susu, namun tetap memiliki kelenjar susu. Artinya, monotremata
memenuhi syarat untuk masuk ke dalam kelas Mamalia. Mamalia memiliki 3
tulang pendengaran dalam setiap telinga dan 1 tulang (dentari) di setiap sisi rahang

bawah.Vertebrata lain yang memiliki telinga hanya memiliki 1 tulang pendengaran


(yaitu, stapes) dalam setiap telinga dan paling tidak 3 tulang lain di setiap sisi
rahang. Mamalia memiliki integumen yang terdiri dari 3 lapisan: paling luar adalah
epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis.

Epidermis biasanya terdiri atas 30 lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan
air. Sel-sel terluar dari lapisan epidermis ini sering terkelupas; epidermis bagian
paling dalam sering membelah dan sel anakannya terdorong ke atas (ke arah luar).
Bagian tengah, dermis, memiliki ketebalan 15-40 kali dibanding epidermis.
Dermis terdiri dari berbagai komponen seperti pembuluh darah dan kelenjar.
Hipodermis tersusun atas jaringan adiposa dan berfungsi untuk menyimpan lemak,
penahan benturan, dan insulasi. Ketebalan lapisan ini bervariasi pada setiap spesies
(Brotowidjoyo, 1990).
Mamalia umunya mempertahankan suhu tubuh yang tinggi dan memiliki
kisaran suhu tubuh sekitar 36o-38o C untuk sebagian besar mamalia.
Mempertahankan suhu dalam kisaran yang sempit ini memerlukan kemampuan
untuk secara ketat menyeimbangkan laju produksi panas metabolisme dengan laju
kehilangan panas atau perolehan panas dari lingkungan luarnya. Laju produksi
panas dapat ditingkatkan melalui satu atau dua cara: dengan meningkatkan
kontraksi otot (dengan cara bergerak atau menggigil) atau dengan kerja hormone
yang meningkatkan laju metabolisme dan produksi panas disebut termogenesis
tanpa menggigil (nonshivering thermogenesis) (Radiopoetra, 1997).
Beberapa karakter mammalia antara lain adalah kulit ditutupi oleh rambut,
memiliki kelenjar minyak (sebaceous), kelenjar susu menghasilkan air susu untuk
makan anak. Gigi heterodont yang terdiri dari incisivus, canius, premolar, molar.
Jantung terdiri dari empat ruang, otak mulai berkembang dengan baik, memiliki
telinga luar kecuali pada mammalia air. Sebagian yolk, serta kebanyakan jenisnya
bersifat vivipar (melahirkan anak) (Djuhanda, 1983).
Mamalia mempunyai tujuh vertebra servikal (leher), yang pertama atlas
(Mitos Yunani, Atlas, dewa yang memiliki dunia pada pundaknya) dan yang
kedua aksis, mengalami perubahan-perubahan untuk memungkinkan gerakan

kepala yang leluasa. Tengkorak bergerak ke atas dan ke bawah pada persendian
antara aksis dan atlas. Tulang belakang mamalia dipisah menjadi daerah torasik
dan daerah lumbar. Manusia mempunyai 12 buah vertebra torasik (dada) dan 6
buah vertebra lumbar (panggul). Hanya pada vertebra torasik terdapat tulang iga,
yang sebagian besar berhubungan dengan tulang dada atau sternum melalui
perantaraan tulang rawan kostal (Sukiya, 2001).
Gigi mamalia umumnya terbagi menjadi empat tipe: gigi seri, taring,
premolar, dan molar. Dibanding dengan kondisi vertebrata lainnya, jumlah
tengkorak mammalia banyak yang tereduksi. Ada 2 kondil oksipital. Vertebrae
servikal biasnaya 7 buah. Dalam sabuk pektoral tidak terdapat tulang korakoid,
dan klavikula vestigial atau tidak ada sama sekali. Ekor jika ada, panjang dan
dapat digerakkan. Ada 3 buah osikel auditori, yaitu malleus, inkus , dan stapes.
Akhir organ pendengaran (koklea) berstruktur sangat kompleks dan sedikit banyak
bergelung. Pada telinga terdapat suatu auditori eksternal dan pinna (telinga luar)
pada tiap sisi lateral kepala (Brotowidjoyo, 1990).
Kulit mamalia berfungsi sebagai organ ekskresi karma mengandung
kelenjar keringat (glandula sudorifera) yang mengeluarkan 5% sampai 10% dari
seluruh sisa metabolisme. Pusat pengatur suhu pada susunan saraf pusat akan
mengatur aktifitas kelenjar keringat dalam mengeluarkan keringat. Keringat
mengandung air, larutan garam, dap urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan
bagi pekerja berat menimbulkan hilang melanositnya garam-garam mineral
sehingga dapat menyebabkan kejang otot dan pingsan. Selain berfungsi
mengekskresikan keringat, kulit juga berfungsi sebagai pelindung terhadap
kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan, sebagai organ penerima
rangsang (reseptor), serta pengatur suhu tubuh (Yatim, 1985).

Pada mamalia terdapat paru-paru (pulmo) yang berfungsi sebagai alat


pernapasan. Karbon dioksida dan air hasil metabolisme di jaringan diangkut oleh
darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke
paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan CO2 dapat berdifusi
atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus bermuara
banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis (Widowati, 2005).
Sistem rangka pada mamalia umumnya yaitu pada setiap rahang terdapat
gigi seri (insisivus) yang berjumlah 2 buah di atas dan 1 buah di bawah, gigi taring
(caninus) tidak terdapat, gigi plemolar (13 buah di atas dan 2 buah di bawah), gigi
molar (3 buah di atas dan 3 buah di bawah). Sistem pencernaan pada mamalia
yaitu lidah mempunyai papila perasa, terdapat kandung empedu, dengan saluran
empedu dan saluran getah pankreas yang bermuara ke dalam duodenum
(Radiopoetra, 1997).
Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari
rongga perut. Dipandang dari aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada
yang diurnal. Secara umum, ada mamalia yang bermanfaat, ada yang merugikan
dan ada yang membahayakan bagi kehidupan manusia. Jumlah spesies mamalia
yang telah dikenal mamalia tidak kurang 4.000 dan dikelompokkan ke dalam
sejumlah ordo (Jafnir, 1992).

III . PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Pratikum ini dilaksanakan pada hari Senin 7 April 2014, pukul 08.00 WIB,
bertempat di Laboratorium Pendidikan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas, Padang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum anatomi hewan kelas mamalia ini adalah
alat tulis, buku gambar, bak bedah, pinset, gunting bedah, pisau bedah, sarung
tangan, masker, sterofom, sabun cuci tangan. Dan bahan praktikum kali ini yaitu
Mus musculus.
3.3. Cara Kerja
Dislokasi vertebrae tubuh Mus musculus, kemudian dibedah tubuh M. musculus
dengan hati-hati dari kloaka sampai cervix jangan sampai bagian dalam rusak
pada saat di bedah. Selanjutnya organ tubuh bagian dalam diamati

untuk

mengetahui jenis kelamin, sistem pencernaan, sistem organ, kemudian digambar


masing-masing bagian tersebut secara morfologi dan anatominya, kemudian
tentukan bagian-bagiannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Morfologi Mamalia

d
a
c
b

Gambar 1. Morfologi Mamalia (a). Caput, (b). Cervix, (c).Truncus, (d).


Extremitas
Pada gambar diatas dapat ditemukan bagian bagian dari mamalia yaitu caput,
cervix, truncus, dan extremitas . Pada bagian caput terdapat rima oris, cavum oris,
sepasang telinga, dan terdapat juga tulang tempurung kepala. Pada bagian
extremitas, tedapat sepasang tangan, dan sepasang kaki, selain itu mencit juga
mempunyai ekor. Tubuh pada Mus musculus ditutupi oleh rambut, karena itu
merupakan ciri dari kelas mamalia. Selain itu juga ditemukan kelenjar susu
(mamae) pada tubuh mencit betina.
Tikus rumah memiliki panjang 65-95 mm dari ujung hidung mereka ke ujung
tubuh mereka. Bulu mereka berkisar dalam warna dari coklat muda sampai hitam
dan pada umunya memiliki warna putih. Tikus memiliki ekor panjang yang
memiliki sedikit bulu dan memiliki deretan lingkaran sisik. Tikus rumah
cenderung memiliki panjang bulu ekor lebih gelap ketika hidup erat dengan
manusia, mereka berkisar 12-30 gram berat badanya. Banyak bentuk-bentuk
domestik tikus telah dikembangkan yang bervariasi dalam warna dari putih
menjadi hitam dan dangan bintik-bintik (Pratigno, 1982 ).

4.2 Anatomi Mamalia


4.2.1 Anatomi Sistem Sirkulasi Mamalia
Dari praktikum anatomi Sistem Sirkulasi Mamalia yang kami lakukan, didapatkan
hasil sebagai berikut :

Gambar 1.Sistem sirkulasi (a) Jantung


Berdasarkan praktikum yang kami lakukakan, kami menemukan organ sirkulasi
yaitunya jantung yang berperan untuk memompa dan mengedarkan darah ke
seluruh tubuh. Jantung pada mamalia ini sudah memiliki sekat yang sempurna dan
terdiri dari empat ruang, yaitu serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan dan bilik
kiri. Pengiriman oksigen ke seluruh tubuh akan semakin meningkat karena tidak
ada pencampuran yang kaya akan oksigen dengan yang miskin oksigen, jadi lebih
sempurna dari reptil.
Peredaran darah mamalia adalah dari paru-paru mengangkut oksigen masuk
ke serambi kiri, kemudian ke bilik kiri. Dari bilik kiri darah di pompa keseluruh
tubuh melalui aorta. Disel -sel tubuh darah melepaskan O2 dan mengikat CO2.
Darah yang mengandung banyak CO2 ini masuk serambi kanan melalui pembuluh
balik. Selanjutnya darah masuk bilik kanan, kemudian dipompa masuk ke paruparu. Didalam paru-paru darah melepaskan CO2 danmengikat O2 (Djuhanda,
1983).

4.2.2

Anatomi Sistem Respirasi Mamalia

Gambar 2. Sistem respirasi (a) pulmo


Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, kami menemukan pulmo yang
digunakan mamalia pada proses respirasinya. Terdapat sepasang pulmo, yaitu
bagian kanan dan kiri tubuh Mus musculus. Pulmo masing masing dibungkus oleh
pleura yang terpisah yang diikuti oleh perataan dari diafragma dan elevasi dari
tulang-tulang iga (dengan gerakan melengkung keluar). Proses pernapasan
dimulai dari rongga hidung, faring, trakea bronkus, bronkiolus, dan alveouls,
dialveoluslah terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Udara masuk melalui lubang hidung dan mengalir melalui berbagai ruang
di dalam rongga hidung. Rongga hidung mengarah ke arah faring, semacam
persimpangan di mana jalur untuk udara dan makanan saling silang. Dari laring,
udara lewat ke dalam trakea atau batang tenggorokan. Trakea bercabang menjadi
dua bronki, masing-masing menuju ke tiap belahan paru-paru. Di dalam paru-paru
bronkus bercabang secara berulang-ulang menjadi pipa yang semakin halus yang
disebut bronkiolius. Pada ujungnya, bronkiolus yang paling kecil berakhir dan
membentuk sekumpulan kantung udara yang disebut alveoli. Epithelium tipis
yang terdiri dari jutaan alveoli di dalam paru-paru berfungsi sebagai permukaan
respirasi ( Jasin, 1992).

4.2.3

Anatomi Sistem Pencernaan Mamalia

a
b
c
d
e
f

Gambar 3. Sistem pencernaan, (a). esophagus, (b). hepar, (c) . Ventrikulus, (d).
Intestinum tenue, (e). Intestinum crasum, (f). Anus
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan sistem pencernaan mamalia terdiri dari
kelenjer pencernaan dan organ pencernaan. Kelenjar pencernaan terdiri dari 4
pasang kelenjar ludah: paratiroid, infaorbital, submaksilari, dan sublingual.
Terdapat kantung empedu dengan saluran empedu dan saluran getah pankreas
yang bermuara dalam duodenum. Sekum berdinding tipis yang panjangnya kirakira 30 cm, mempunyai appendiks vermiformis yang bentuknya seperti jari.
Sedangkan organ pencernaanya terdiri dari mulut, esophagus, ventrikulus, hepar,
intestinum tenue, intestinum crasum dan bermuara di anus.
Saluran pencernaan mencit dimulai dari mulut dan berakhir di anus.
Saluran pencernaan mencit terdiri dari mulut, kerongkongan atau esophagus,
ventrikulus. diteruskan ke usus halus yang terdiri dari duodenum, jejenum, dan
ileum. Diteruskan ke secum, kolon, rectum dan berakhir di anus. Mulut adalah
organ pertama yang didalamnya terjadi pencernaan secara mekanis dan
enzymatic, pencernaan secara mekanis dilakukan oleh gigi, sedangkan pencernaan
secara enzymatic dilakukan oleh enzyme pencernaan yang dihasilkan oleh

kelenjar saliva. Esophagus atau disebut juga dengan kerongkongan, saluran ini
berupa pipa elastic yang dalam pergerakannya menggunakan system kontraksi
(Jasin, 1992).

4.2.4

Anatomi Sistem Urogenital Mamalia

a
b

Gambar 4. Sistem urogenital, (a). ovarium, (b). ren


Berdasarkan praktikum yang kami lakukan kami menemukan organ reproduksi
berupa ovarium pada Mus musculus betina, dan testis pada yang jantan. Selain itu
juga ditemukan sepasang ren pada sistem urogenitalnya. Ginjal berbentuk seperti
biji kacang, ruang ginjal disebut pelvis renalis berhubungan dengan kantung
kemih melalui ureter. Dari kantung kemih mengeluarkan uretra yang akan
mengeluarkan urin melalui saluran urin. Mamalia dominan sudah memiliki
saluran yang terpisah, tidak seperti hewan kelas sebelunya.
Hewan betina memiliki dua ovari yang terletak dibelakang ren. Sebelah
lateral dari masing-masing ovarium terdapat pembuluh ostium yang selanjutnya
berhubungan dengan saluran silindris oviduct (Tuba falopii). Kedua oviduct itu
membentuk saluran yang berdinding tebal yang disebut uterus. Beberapa jenis
mamalia masing-masing oviduct menggabungkan diri menjadi satu rongga. Dari
uterus itu berjulur saluran yang disebut vagina yang terletak antara vesica urinaria
dan rectum dan berakhir pada muara urogenitalis. Di sebelah ventral dari muara

urogenitalis terdapat badan kecil yang disebut clitoris yang homolog dengan
pennis pada hewan jantan (Ereshenko, 2003).

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum anatomi hewan kelas mamalia maka didapatkan
kesimpulan bahwa :
1.

Organ yang dapat diamati adalah sistem pencernaan , sistem urogenital,


sistem respirasi, sistem sirkulasi.

2.

Sistem

pencernaan, pernapasan, reproduksi,

rangka pada mencit

menyerupai manusia.
3.

Tubuh mencit putih (Mus musculus) ditutupi oleh rambut dan ada kelenjar
mamae.

5.2

Saran

Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu, praktikan haruslah disiplin dengan
waktu, praktikan hendaknya hati-hati pada saat membedah objek agar organ
dalam tidak rusak, dan praktikan hendaknya menggunakan alat dan bahan yang
representative agar mempermudah proses pelaksanaan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M.1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.


Djuhanda, T. 1983. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Bandung
:Armico.
Eroschenko. 2003. Anatomi dan Histologi. New York:Mc.Graw Hill Companies
Inc.
Jafnir. 1985. Pengantar Anatomi Hewan Vertebrata. Padang:Univesitas Andalas.
Jasin, M. 1992. Zoologi Vertebrata Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya:Sinar
Jaya.
Kimball, J,W. 1999. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Mattison, C. 2008, Ensiklopedia Dunia Hewan, Jakarta : Lentera Abadi.
Mukayat, D. 1990, Zoologi Dasar, Yogyakarta : Erlangga.
Pratigno, S. 1982. Makhluk Hidup II.Jakarta:Intan Prawira.
Radiopoetra. 1997. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga.
Sukiya. 2001, Biologi Vertebrata, Yogyakarta : JICA.
Widowati,H. 2005.Zoologi Vertebrata. Metro : UM Metro
Yatim, W. 1985. Biologi Jilid II. Tarsito: Bandung

ANATOMI OTAK VERTEBRATA

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
ANATOMI OTAK VERTEBRATA
OLEH :
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M.

ASISTEN

(1110423016)

2. NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. QORIATUL HUSNAH

(1310421046)

5. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anatomi berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata ana yang artinya
susunan dan tome yang berarti memotong. Sehingga anatomi merupakan salah
satu cabang ilmu biologi yang mempelajari dan berhubungan dengan struktur dan
organisasi dari makhluk hidup atau bisa dikatakan pula bahwa anatomi adalah
ilmu yang mempelajari struktur tubuh baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan
dengan cara menguraikan tubuh menjadi bagian yang lebih kecil ke bagian yang
paling kecil, dengan cara memotong atau mengiris tubuh kemudian diangkat dan
dipelajari struktur tubuhnya (Radiopoetra, 1997).
Otak adalah pusat sistem saraf yang mengatur serta mengkoordinasikan
sebagian gerakan, perilaku dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung,
tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak terbentuk dari
glia yang berfungsi untuk menunjang serta melindungi neuron, serta neuron yang
fungsinya membawa informasi. Neuron otak mengandung dua jenis asam lemak
yaitu asam arakidonat (AA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA). Dilihat dari segi
anatomi nya, otak pada vertebrata dibagi menjadi 3 bagian yaitu prosencephalon
(otak depan), dimana prosencephalon ini terdiferensiasi menjadi diencephalon
dan telencephalon, lalu ada mesencephalon (otak tengah) dan rhombencephalon
(otak belakang), dimana rhombencephalon terdiferensiasi menjadi metencephalon
dan myelencephalon. Selain itu, otak juga terdiri dari cereberum, cerebellum dan
batang otak (Campbell, 2000).
Otak besar merupakan bagian depan yang paling menonjol dari otak
depan, pada otak ini terdiri dari dua belahan yaitu belahan kiri dan belahan kanan
yang setiap belahannya berfungsi mengatur dan melayani tubuh yang berlawanan,

sedangkan belahan kiri berfungsi mengatur tubuh bagian kanan dan sebaliknya.
Tiap belahan otak depan terbagi menjadi empat lobus yaitu frontal, pariental,
okspital, temporal. Untuk lobus frontal berkaitan dengan kemampuan bahasa,
untuk lobus pariental berkaitan dengan sensor perasa, lobus temporal
berhubungan dengan kemampuan pendengaran dan lobus oksipital berhubungan
dengan rangsangan visual (Brotowidjoyo, 1990).
Korteks otak besar merupakan lapisan tipis yang berwarna abu-abu.
Lapisan korteks terdapat berbagai macam pusat saraf yang mengendalikan
ingatan, perhatian, persepsi, pertimbangan, bahasa dan kesadaran. Ganglia dasar
merupakan lapisan yang berwarna putih yang banyak mengandung serabut saraf
yang mempunyai fungsi penting dalam semua aktivitas tubuh. Otak tengah adalah
bagian otak yang mempunyai struktur tektum, terdiri dari 2 pasang colliculi yang
disebut corpora quadrigemia. Otak belakang meliputi jembatan Varol, sumsum
lanjutan dan otak kecil yang ke tiganya membentuk batang otak. Pada vertebrata
mempunyai berbagai macam bentuk dan ukuran otak tergantung dari jenis
hewannya (Djuhanda, 1982).
Pada Pisces, sistem nervosum terbagi menjadi bagian cranial dan caudal,
pada bagian pokoknya berbentuk suatu pipa yang buntu pada kedua ujung dan
terdiri atas encephalon yang letaknya pada neurocranium, dan medulla spinalis.
Systema nevosum periphericum terdiri atas nervi yang keluar dari system nevosum
centrale. Processus falsiformis merupakan tonjolan dari chorioridea dekat tempat
dimana n. Opticus meninggalkan bulbus oculi, yang menembus retina dan menuju
ke lens crystallina. Pada ujungnya terdapat campaluna halleri yang terdiri atas
otot polos yang melekat pada lens crystallina. Ikan tidak mempunyai kelopak
mata, tetapi cornea di tutup oleh kulit yang transparan (Prawiro, 1999).

Pada

Amphibi,

system

nevosum

centrale

dan

system

nevosum

periphericum. System nevosum centrale terdiri atas encephalon dan medulla


spinalis, encephalon terdapat dalam neurocranium dan medulla spinalis dan
terdapat di dalam canalis vertebralis, yang di bentuk oleh deretan arci neuralis.
System nevosum periphericum terdiri dari nervi sphinales, yang berpusat pada
medulla spinalis dan nervi cranialis yang berpusat pada encephalon (Djuhanda,
1983).
Pada reptilia, system nervosum pada facies dorsalis enchephalon dapat kita
lihat sepasang hemipherium cerebri yang relatif besar.Bagian cranial dari
hemispherium cerebri ini menyempit membentuk lobus olfactorius dan berakhir
sebagai bulbus olfactorius yaang membesar. Lobus opticus bagian cranial tertutup
sedikit oleh hemipherium cerebri bagian caudal. Lobus opticus ini terbagi oleh
sulcus medianus menjadi corpora bigemina. Cerebellum relatif kecil, terletak
caudal dari mecenphalon. Nervi cranialis pada hewan ini berjumlah 12 pasang
terutama berasal dari mesencephalon dan metencephalon (Kimball, 1992).
Pada aves, system nevosum ini terdiri atas system nervosum centrale yang
di bagi menjadi encephalon dan medulla spinalis, serta system nervosum
periphericuus yang terdiri dari nervicraniales dan nervi spinalis. Ujung
Telencephalon mengadakan penonjolan sepasang dan disebut bulbus olfaktorius.
Hemipherium cerebri, luas terdiri terutama dari corpora striata yang massif dan
kompleks. Korteks hemispherium cerebri ini menyerupai korteks reptilia yang
merupakan daerah pallium. Hemispherium cerebri ini tumbuh kuat ke caudal
sehingga mendesak lobus opticus ke arah luar, dan bertemu dengan cerebellum
yang juga ke cranial (Yaasin, 1984).
Pada

mamalia

metencephalon

tidak

hanya

berkembang menjadi

cerebellum, tetapi juga menjadi pons. Pada dinding dorsal mesencephalon

berkembang menjadi lamina quadrigemina, dimana terdapat sepasang colliculi


inferiores dan sepasang colliculi superiors. Dinding ventral mesencephalon
berkembang menjadi pedunculus cerebri. Dinding lateral bagian dorsal
diencephalon menebal menjadi thalamus opticus, dinding lateral bagian ventral
dan dinding ventral menjadi hypothalamus. Pada dinding dorsal bagian caudal
terjadi satu tonjolan ialah epiphysis sedangkan pada dinding ventral bagian cranial
terjadi satu tonjolan adalah hypophysis.

Telencephalon sebagian besar telah

berkembang menjadi hemispherium cerebri (Radiopoetra,1997).


Praktikum ini dilakukan dengan dilatar belakangi oleh kurangnya
pengetahuan para praktikan tentang anatomi otak, terutama pada vertebrata yang
masing-masing kelas dari vertebrata tersebut mempunyai bentuk dan fungsi otak
yang berbeda-beda.Agar kita dapat melihat secara langsung bagian-bagian
anatomi dari otak tersebut, maka dilakukanlah praktikum kali ini yang berjudul
anatomi otak vertebrata.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan mampu memahami,
menjelaskan tentang anatomi otak dari masing-masing kelas pada vertebrata serta
dapat membandingkan perkembangan otak dari masing-masing kelas tersebut.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Otak encephalon adalah pusat sistem saraf central nervous system, pada vertebrata
dan banyak invertebrata lainnya. Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan
yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau
neuron. Otak mengatur dan mengkordinir sebagian besar, gerakan, perilaku dan
fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan
cairan tubuh dan suhu tubuh. Otak manusia bertanggung jawab terhadap
pengaturan seluruh badan dan pemikiran manusia. Oleh karena itu, terdapat kaitan
erat antara otak dan pemikiran.Otak dan sel saraf didalamnya dipercayai dapat
memengaruhi kognisi manusia. Pengetahuan mengenai otak memengaruhi
perkembangan psikologi kognitif. Otak juga bertanggung jawab atas fungsi seperti
pengenalan,

emosi,

ingatan,

pembelajaran

motorik

dan

segala

bentuk

pembelajaran lainnya (Campbell, 2000).


Otak terbentuk dari dua jenis sel: glia dan neuron. Glia berfungsi untuk
menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam
bentuk pulsa listrik yang di kenal sebagai potensi aksi. Mereka berkomunikasi
dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai
macam bahan kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter ini dikirimkan
pada celah yang dikenal sebagai sinapsis. Avertebrata seperti serangga mungkin
mempunyai jutaan neuron pada otaknya, vertebrata besar bisa mempunyai hingga
seratus miliar neuron (Eroschenko, 2003).
Otak terdiri dari tiga bagian yaitu otak besar, otak kecil, dan batang
otak.Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian

otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia


memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan,
memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan
oleh kualitas bagian ini. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang
disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan
yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing
adalah:

Lobus

Frontal,

Lobus

Parietal,

Lobus

Occipital

dan

Lobus

Temporal(Brotowidjoyo, 1990).
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak
Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan
gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian

masalah, memberi penilaian,

kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa


secara umum. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses
sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit. Lobus Temporal berada
di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan
informasi dan bahasa dalam bentuk suara. Lobus Occipital ada di bagian paling
belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata
(Yatim, 1987).
Menurut Brotowidjoyo (1990), cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi
menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua
belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya.Secara umum,
belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol
sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik.
Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.

Otak kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat


dengan ujung leher bagian atas.Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis
otak, diantaranya:mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan
serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi
cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi
gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak
mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju (Djuhanda, 1982).
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum
tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan,
dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari)
saat datangnya bahaya. Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan
buaya. Oleh karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptilia.Otak
reptilia mengatur perasaan teritorial sebagai insting primitif. Contohnya akan
seseorang merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak kenal
terlalu dekat dengan anda (Radiopoetra, 1997).
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu: Mesencephalon atau otak
Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang
menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal
mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur
gerakan tubuh dan pendengaran. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang
belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga

sebaliknya.Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung,


sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.Pons merupakan stasiun pemancar
yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan formasi reticular.Pons yang
menentukan apakah terjaga atau tertidur (Sukiya, 2001).
Otak ikan dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu telencephalon,
diencephalon,mesencephalon, metencephalon, myelencephalon. Otak ikan yang
belum sempurna pada waktu embrio terdiri dari tiga bagian yaitu procencephalon,
mesencephalon dan rhombencephalon.Epithalamus adalah bagian yang nampak
pada dorsal dari otak.Struktur yang paling nyata ialah dua tonjolan dorsal yang
tunggal, yaitu epifise (organ pineal) di sebelah belakang dan parafise (organ
parapineal) di sebelah depannya.Keduanya tumbuh sebagai evaginasi dari
diencephalon embrio (Djuhanda, 1983).
Susunan syaraf pusat katak dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu
procencephalon,mecencephalon, rhombencephalon, dan medulla spinalis. Lebih
lanjut procencephalon dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu telencephalon dan
diencephalon. Telencephalon setelah masa embriona akan berubah menjadi
cerebrum. Daerah cerebrum merubah pangkal dari saraf otak I nervus olfaktorius
dan saraf otot II nervus optikus. Bagian kulit cerebrum korteks serebri terdiri atas
berpuluh-puluh area dengan fungsi yang berbeda-beda, antara lain sebagai pusat
sensorik, pusat motorik, pusat asosiasi, pusat kesadaran, pusat penerimaan
ransang penglihatan, pusat pengaturan tingkah laku dan pada hewan yang
berderajat lebih tinggi, juga merupakan pusat reflek bersyarat (Eroschenko, 2003).
Bagian otak lain berkembang menjadi cerebellum, medula oblongata dan
medulaspinalis. Cerebellum merupakan otak pengendali keseimbangan tubuh
serta gerakan tubuh. Medulla oblongata mengatur pusat syaraf otonom berupa
kendali pernafasan, mengatur system kardiovaskular, fungsi gastrointerstinal,

mengatur gerakan tubuh yang stereotipi, keseimbnagan dan gerakan mata, serta
medulla spinalis yang terletak memanjang disepanjang tulang belakang
memegang kendali refleks tubuh (Prawiro, 1999).
Otak pada reptilia terdiri dari 2 lobus olfaktori yang panjang, hemisfer, 2
lobus optikus, cerebellum, dan medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf.
Di bawah hemisfer terdapat indundibulum dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf
cranial dan pasangan-pasangan saraf spinal pada tiap somit tubuh. Otak tengah
pada amniota adalah sebagai pusat dari aktivitas, tetapi pada reptilia terdapat
perubahan cerebrum. Perubahan tersebut akibat perkembangan ukuran dari
belahan-belahan otak karena adanya invasi pallium oleh beberapa sel saraf
sehingga menjadi bentuk neopallium. Cerebellum reptile relative lebih besar dari
pada milik amfibi (Campbell, 2000).
Pada sistem nervosum, encephalon (otak) aves secara relatif lebih besar
bila dibandingkan dengan reptilia. Dibagian atas terdapat tiga bagian yang pokok.
Pada otak besar tidak banyak mempunyai neuron dan bentuknya juga tidak
berlipat-lipat. Otak kecil, pada otak kecil mempunyai perkembangan yang
berguna sebagai pengatur keseimbangan pada waktu terbang atau melayanglayang. Otak tengah, pada otak tengah mempunyai perkembangan yang berguna
sebagai fungsi penglihatan dan bagian sumsum lanjutan (Kimball, 1992).
Saraf pada mamalia terutama Mus musculus dan merupakan organ yang
sangat kompleks. Tertutup dalam tempurung kepala, ia memiliki struktur umum
yang sama seperti otak dengan mamalia lainya. Pada mamalia memiliki ukuran
cerebrum yang lebih besar dibandingkan kelas lainnya. Sebagian besar ekspansi
berasal dari cerebral korteks, lapisan berbelit-belit dari jaringan saraf yang
menutupi permukaan otak depan. Terutama diperluas adalah lobus frontal, yang

terlibat dalam fungsi eksekutif seperti pengendalian diri, perencanaan, penalaran,


dan berpikir abstrak (Yatim, 1987).

III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi hewan (Anatomi Otak Vertebrata) ini dilaksanakan pada hari
senin, 19 Mei 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,
Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum Anatomi Otak Vertebrata ini antara
lain tissu gulung, gunting bedah, pinset, cutter, masker, sarung tangan, steroform,
jarum pentul, bak bedah, sabun cair, buku gambar, alat-alat tulis dan killing botle.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk praktikum anatomi otak vertebrata ini
adalah Oreochromis niloticus, Fejevarya cancrivora, Mabouya multifasciata,
Galus galus dan Mus musculus.
3.3 Cara Kerja
Pada Praktikum Anatomi Otak Vertebrata ini, adapun cara kerjanya adalah
pertama bedah masing-masing objek dengan hati-hati lalu otak pada masingmasing objek tersebut dikeluarkan dengan hati-hati agar tidak pecah, kemudian
otak yang telah dikeluarkan tadi disusun diatas steroform berdasarkan kelasnya
dari pisces, amphibi, reptilia, aves dan mamalia. Selanjutnya masing-masing otak
pada tiap kelas diamati dan dibandingkan.Lalu anatomi otak pada tiap objek
digambar pada buku gambar.

V.HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Anatomi Otak Pisces

Gambar 1. Otak Pisces (a) Optic lobe, (b) Cerebellum, (c) Cerebrum, (d)
Brainsteim, (e) Bulbus olfaktorius
Pada praktikum kali ini, yang berjudul anatomi otak vertebrata, digunakan 5 objek
sekaligus yang mana kelima objek itu adalah Oreochromis niloticus, Fejevarya
cancrivora, Mabouya multifasciata, Galus galus dan Mus musculus. Dimana
masing-masing objek ini mewakili kelima kelas dari hewan vertebrata yaitu kelas
pisces, amphibi, reptilia, aves dan mamalia.Di praktikum ini didapatlah hasil-hasil
yang sangat bagus dan dapat terlihat dengan jelas bagian-bagian dari masingmasing otak pada setiap objek yang ada.
Dari praktikum ini, objek pertama yang dibedah adalah kelas pisces yaitu
Oreochromis niloticus. Dan hasil yang didapatkan dari praktikum ini bisa dilihat
pada gambar 1.Pada gambar 1 ini dapat dilihat anatomi otak daripada kelas pisces,
dimana dapat terlihatlah bagian-bagian dari anatomi otak yaitu optic lobe,
cerebellum, cereberum, brain steim dan bulbus olfaktorius.Pada hasil praktikum
yang didapat, ukuran cereberum(otak besar) lebih besar dari pada ukuran
cerebellum (otak kecil) serta brain steim memiliki bentuk yang lonjong dan
berukuran lebih panjang dari bagian yang lainnya. Untuk optic lube terletak

dibawah cerebellum sedangkan bulbus olfaktorius terletak paling ujung dari


bagian otak pada kelas pisces ini.
Otak pada ikan dapat dibagi menjadi 5 bagian yaitu telencephalon,
mesencephalon, metencephalon dan myelencephalon. Telencephalon (otak bagian
depan) dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon sebagai pusat hal-hal
yang berhubungan dengan pembauan. Pada telencephalon ini terdapat juga bagian
dari otak ikan yang disebut bulbus olfaktorius atau bagian yang berhubungan
dengan penciuman. Dengan adanya bulbus olfaktorius pada ikan, hal inilah yang
menjadikan ciri khas anatomi otak pada kelas pisces tersebut sebab pada ikan,
bulbus olfaktorius ini adalah bagian yang paling menonjol dan berkembang
dibandingkan yang lainnya. Pada ikan yang mengutamakan pembauan untuk
mencari mangsanya, otak bagian depan ini menjadi lebih berkembang (Campbell,
2000).
Diencephalon

terletak

pada

bagian

belakang

telencephalon.

Mesencephalon (otak bagian tengah), pada semua vertebrata memiliki atap berupa
sepasang optic lobe yang bertindak sebagai pusat penglihatan.Optic lobe ini
merupakan dinding dorsal diencephalon yang menebal dan menjadi dua buah
tonjolan.Optic lobeini terdiri dari tectum opticum yang merupakan bagian atas dan
tegmentumyang merupakan bagian bawah. Pada mesencephalon terdapat bagian
menonjol yang disebut cerebellum atau lebih dikenal sebagai otak kecil, dimana
fungsicerebellum ini mengatur kesetimbangan tubuh dalam air,

mengatur

tegangan otot dan daya orientasi terhadap ruang (Radiopoetra, 1997).


Sebagaimana yang kita ketahui, ikan merupakan vertebrata yang paling
rendah derajatnya dibandingkan vertebrata lain. Ikan merupakan hewan yang
memerlukan kemampuan bergerak yang memadai untuk menghindar dari musuh
dan menangkap mangsa.Selain itu, ikan dituntut juga memiliki keseimbangan

yang bagus seperti yang telah disebutkan diatas tadi, maka dari itu ikan memiliki
perkembangan cerebellum yang lebih baik.
Myelencephalon, bagian otak paling belakang dengan membran oblangata
sebagai komponen utamanya.Komponen ini merupakan pusat untuk menyalurkan
rangsangan keluar melalui saraf cranial.Selain itu, bagian dari otak ikan yang lain
adalah cerebrum atau lebih dikenal dengan otak besar, dimana otak besar ini
memiliki fungsi sebagai pusat persyarafan yang menangani aktivitas mental, akal,
keinginan serta pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil (Prawiro,
1999).
4.2 Anatomi Otak Amfibi

Gambar 2. Otak Amfibi (a) Cerebellum, (b) Cereberum, (c) Bulbus olfaktorius
Dari praktikum ini, hasil kedua yang didapat adalah anatomi otak pada kelas
amfibi, dimana objek yang digunakan adalah Fejevarya cancrivora. Pada hasil
yang bisa dilihat pada gambar 2, didapatlah 3 bagian dari otak pada katak yaitu
cerebellum, cereberum dan bulbus olfaktorius. Ketiga bagian ini terlihat cukup
jelas perbedaannya masing-masing. Dari gambar 2, dapat terlihat bahwa
cerebellum atau otak kecilnya terletak diantara bulbus olfaktorius dan cereberum,
dan cerebellum ini bentuknya agak halus dibandingkan 2 bagian yang lainnya.
Menurut Yaasin (1984), sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf
sentral dan sistem saraf periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari encephalon
(otak) dan medulla spinalis. Encephalon terdapat pada kotak otak (cranium). Pada

sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfaktorius (sebagai pusat penciuman)
menuju saccus nasalis, dua hemisperiumcerebri atau cereberum, sedangkan
bagian anteriornya tergabung dengan diencephalon medialis. Dibagian belakang
terdapat dua bulatan optic lobe yang ditumpuk otak tengah dan sebelah bawahnya
merupakan cereberum.
Untuk cerebellum dan cereberum pada semua vertebrata umumnya
memiliki fungsi yang sama. Sedangkan untuk bulbus olfaktorius atau sering
dikenal dengan alat penciuman atau pembau ini terdapat didalam sepasang
rongga, masing-masing mempunyai 2 buah lubang yaitu nares anterior yang
menghubungkan

dengan

lingkungan

luar

dan

nares

posterior

yang

menghubungkan dengan cavum oris (Radiopoetra, 1997).


Pada katak bagian yang paling berkembang dan menonjol adalah pusat
penglihatannya (optic lobe), hal inilah yang dapat menjadi faktor pembeda
anatomi otak amfibi dengan anatomi otak kelas vertebrata lainnya. Oleh karena
itu, bagian otak secara keseluruhan hanya berbentuk memanjang sebab bagian
otak kecilnya (cerebellum) tidak begitu berkembang. Selain itu, pada hasil yang
didapat tidak didapatkan adanya optic lobe, hal ini dikarenakan kekurang hatihatiannya praktikan dalam membedah objek.
4.3 Anatomi Otak Reptilia

Gambar 3. Otak Reptilia (a) Optic lobe, (b) Cerebellum, (c) Cereberum, (d) Brain
steim, (e) Bulbus olfaktorius

Hasil ketiga yang didapat dari praktikum ini adalah anatomi otak pada kelas
reptilia, dengan menggunakan objek Mabouya multifasciata, dimana terdapat
bagian-bagian sebagai berikut yaitu optic lobe, bulbus olfaktorius, cerebellum,
cereberum dan brain steim, seperti yang bisa dilihat pada gambar 3, dimana letak
dari bagian-bagian yang telah disebutkan tadi dapat terlihat dengan jelas.
Bukannya hanya letaknya saja, tetapi bentuk dari tiap bagian juga dapat terlihat
walaupun kurang cukup jelas. Ukuran dari cereberum ini juga ternyata memiliki
ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan cerebellum dan bagian yang
lainnya.
Pada kelas reptilia ini, dimana reptilia mempunyai susunan saraf yang
serupa dengan susunan saraf pada aves. Otak pada reptilia ini juga terdiri atas 4
bagian sama seperti vertebrata yang lainnya, tetapi yang membedakan hanyalah
terdapatnya tonjolan cereberum (otak besar) yang berkembang dengan baik
sehingga pusat saraf penciuman atau pembau jelas kelihatan, dimana pusat
pembau ini dikenal dengan nama bulbus olfaktorius. Cereberum ini meluas ke atas
sehingga menutupi otak tengah serta bagian otak-otak yang lainnya kurang
berkembang jika dibandingkan dengan otak pada aves ( Sukiya, 2001).
Menurut Radiopoetra (1997), pada encephalon (otak) dapat dilihat
sepasang hemispherium cerebri yang relatif besar. Bagian cranial dari
hemisperium cerebri ini menyempit membentuk lobus olfaktorius yang ke arah
rostral melanjutkan diri sebagai tractus olfaktorius dan berakhir sebagai bulbus
olfaktorius yang membesar. Optic lobe (mesencephalon) bagian cranial tertutup
sedikit oleh hemisperium cerebri bagian caudal. Sedangkan cerebellum pada
reptilia ini memiliki ukuran yang relatif kecil, terletak caudal dari mesencephalon.
Bagian encephalon yang paling caudal adalah medula oblangata yang
melanjutkan diri ke caudal ke dalam canalis vertebralis sebagai medulla spinalis.

4.4 Anatomi Otak Aves

Gambar 4. Otak Aves (a) Bulbus olfaktorius, (b) Cerebellum, (c) Cereberum, (d)
Optic lobe
Pada praktikum ini, dengan objek Gallus gallus diamati anatomi otaknya dan hasil
dari anatomi otak pada Gallus gallus ini dapat dilihat pada gambar 4. Dari gambar
4, terlihat dimana bagian-bagian dari otak daripada aves ini adalah bulbus
olfaktorius, cerebellum, cereberum dan optic lobe. Hasil yang didapat untuk objek
yang keempat ini kurang terlihat dengan jelas bagian-bagian tersebut dan
perbedaan dari bagian-bagian itu, tetapi setidaknya masih bisa sedikit diketahui
bagian-bagian seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Aves adalah kelas vertebrata yang merupakan hewan aktif yang banyak
melakukan pergerakan serta memiliki keseimbangan yang bagus terutama pada
saat terbang. Beberapa hewan dari kelas ini juga memiliki ketajaman penglihatan
yang bagus. Karena itu pusat koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang
baik pada kelas aves ini. Hal ini dapat terlihat dari adanya lekukan-lekukan pada
otak kecil atau cerebellum yang menjadikan volume otak kecilnya menjadi lebih
besar.
Susunan saraf pada kelas ini serupa dengan susunan saraf pada mamalia.
Semua aktivitas saraf diatur oleh susunan saraf pusat yang terdiri atas otak dan
sumsum tulang belakang. Otak pada kelas aves ini terdiri dari beberapa bagian

yaitu procencephalon (telencephalon dan diencephalon), mesencephalon dan


rhombencephalon. Selain otak kecil atau cerebellum yang berkembang dengan
baik pada kelas ini, ternyata cereberumnya atau otak besarnya juga berkembang
dengan cukup baik. Cereberum pada kelas ini berbeda pula dengan cereberum
pada kelas mamalia(Kimball, 1992).
Permukaan cereberum nya tidak berlipat-lipat sehingga jumlah neuron
tidak banyak.

Otak

tengahnya berkembang membentuk

gelembung,

perkembangan ini berhubungan dengan fungsi penglihatannya. Sedangkan untuk


cerebellumnya mempunyai banyak lipatan yang memperluas permukaannya
sehingga dapat menampung neuron cukup banyak. Pada kelas ini, bagian yang
paling menonjol yang dapat membedakannya dari vertebrata yang lainnya adalah
optic lobenya atau pusat penglihatannya (Yatim, 1987).
4.5 Anatomi Otak Mamalia

Gambar 5. Otak Mamalia (a) Cerebellum, (b) Cereberum, (c) Mesencephalon,


(d) Bulbus olfaktorius
Dari praktikum ini, hasil terakhir yang didapat adalah anatomi otak pada mamalia,
dengan objeknya adalah Mus musculus. Pada gambar 5 dapat terlihat bagianbagian dari otak pada mamalia ini, dimana bagian tersebut adalah cerebellum,
cereberum, bulbus olfaktorius dan mesencephalon.

Bagian-bagian ini dapat

terlihat dengan cukup jelas pada gambar 5, dan dapat juga dibedakan dari keempat
bagian tersebut.
Sistem saraf pada mamalia, secara umum memiliki tingkat perkembangan
yang lebih tinggi dari kelas lainnya. Cereberum berukuran lebih besar
dibandingkan vertebrata yang lainnya, hal ini bisa dilihat pada gambar 5 dan
dibandingkan dengan gambar-gambar sebelumnya. Selain itu, cereberum juga
berukuran lebih besar dibandingkan keseluruhan bagian otak yang lainnya.
Cerebellum juga memiliki ukuran yang cukup besar dan berlobus lateral 2 buah.
Optic lobe ada 4 buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur transversal
menjadi lobus anterior dan posterior. Otak (encephalon) terdiri dari beberapa
bagian yang hampir sama dengan vertebrata yang lainnya, seperti prosencephalon,
optic lobe, metencephalon, cerebellum, cereberum dan medulla oblangata.
Metencephalon tidak hanya berkembang menjadi cerebellum, tetapi juga menjadi
pons. Dinding dorsal mesencephalon berkembang menjadi lamina quadrigemina,
dimana terdapat sepasang colliculi inferiores dan sepasang colliculi superiores.
Dinding ventral mesencephalon berkembang menjadi pedunculus cerebri
(Radiopoetra, 1997).

V.PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum anatomi otak vertebrata ini adalah:
1. Semua vertebrata memiliki 3 bagian penyusun otak yaitu cereberum,
cerebellum dan batang otak
2. Semua vertebrata memiliki bagian-bagian otak berupa prosencephalon
(telencephalon dan diencephalon), mesencephalon dan rhombencephalon
3. Pada kelas pisces, bagian yang paling berkembang dan menonjol adalah
bulbus olfaktorius (pusat penciuman atau pembau)
4. Pada kelas amphibi, bagian yang paling menonjol adalah optic lobe nya
(pusat penglihatan)
5. Pada kelas reptilia, bagian yang paling berkembang sama seperti pada
kelas pisces yaitu bulbus olfaktorius, tetapi yang membedakan adalah otak
pada reptilia bentuknya memanjang kearah depan
6. Pada kelas aves, bagian yang paling menonjol dan berkembang adalah
optic lobe nya, serta memiliki cerebellum yang berukuran lebih besar
karena adanya lekukan-lekukan pada cerebellum tersebut
7. Pada kelas mamalia, perkembangan otaknya sudah lebih tinggi
dibandingkan dengan vertebrata yang lainnya dan memiliki cereberum
yang berukuran lebih besar dibandingkan vertebrata yang lain
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya:
1. Serius dan konsentrasi saat praktikum
2. Selalu bersihkan alat-alat praktikum setelah selesai praktikum
3. Selalu gunakan masker dan sarung tangan saat praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.


Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Djuhanda, T. 1982. Analisa Struktur Vertebrata Jilid 1. Bandung:Armico.
. 1983. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Bandung
:Armico.
Eroschenko. 2003. Anatomi dan Histology. New York:Mc.Graw Hill Companies.
Kimball, J. 1992. Biologi Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Prawiro, A. 1999. Biologi I. Semarang:Kareng Asem.
Radiopoetra. 1997. Zoologi Dasar. Jakarta:Erlangga.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.
Yaasin, M. 1984. Zoologi Vertebrata. Surabaya:Sinar Wijaya.
Yatim, W. 1987. Biologi. Bandung:Tarsito.

HISTOLOGI PENCERNAAN

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
HISTOLOGI PENCERNAAN
OLEH :
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M.

ASISTEN

(1110423016)

2.NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

5. QORIATUL HUSNAH

(1310421046)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua organisme hidup memerlukan nutrisi yang berasal dari lingkungannya agar
tetap bertahan hidup. Selain untuk sumber energi, nutrisi digunakan sebagai bahan
mentah untuk sintesis komponen-komponen essensial (anabolisme) yang
dibutuhkan sel dalam melakukan fungsinya. Maka dari itu kita harus mengetahui
bagaimana sistem pencernaan pada tubuh makhluk hidup

terutama pada

vertebrata tetapi tidak hanya sistem pencernaannya saja melainkan histologi


pencernaannya juga harus diketahui dan dipahami.
Histologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
tentang struktur jaringan secara detail dengan menggunakan mikroskop pada
sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut ilmu anatomi
mikroskopis. Histologi sangat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel
dalam tubuh baik manusia, hewan dan tumbuhan(Bevelander,1988).
Sedangkan sistem pencernaan adalah sistem yang berfungsi untuk
melakukan proses makanan sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel
tubuh baik secara fisika maupun kimia. Jadi histologi pencernaan adalah salah
satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan pada sistem
pencernaan.
Sistem pencernaan itu sendiri memiliki serangkaian organ berbentuk buluh
dengan kelenjar, dimana kelenjarnya ini melaksanakan fungsi utama untuk
memecah makanan yang masuk menjadi unit-unit kecil, agar dapat diserap ke
dalam jaringan untuk mempertahankan kehidupan organisme.Adaptasi morfologik
untuk tugas-tugas khusus ini adalah khas bagi sistem pencernaan pada banyak
jenis hewan peliharaan. Beberapa variasi dalam bentuk gigi, lambung dan usus

besar adalah akibat dari variasi makanan yang dikonsumsi. Lambung depan pada
ruminansia, sekum serta kolon kuda yang meluas mencerminkan variasi structural
yang menjamin pelaksanaan pencernaan makanan berupa rumput kasar,
sedangkan gigi karnivora yang runcing dan kokoh adalah sebagai adaptasi
terhadap

makanan

berupa

daging,

tulang

yang

perlu

dikoyak

serta

dikerkah(Dellmann, 1992).
Menurut Bevelander (1988), sistem pencernaan yang terdiri dari organorgan berbentuk buluh memiliki pola struktur umum. Pengenalan pola umum ini
dirasakan sangat menolong dalam memahami ciri-ciri khas tiap organ. Pada
dasarnya sistem pencernaan dibagi menjadi 2 yaitu tractus digestivus (saluran
pencernaan) dan glandula digestoria (kelenjar pencernaan).Saluran pencernaan
makanan merupakan

saluran

yang menerima makanan dari luar dan

mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan


(pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang
terbentang mulai dari mulut sampai anus. Selain iu, saluran pencernaan adalah
suatu pipa berongga yang berjalan dari rongga mulut sampai anus dengan
moodifikasi pada berbagai bagiannya tetapi dalam keseluruhannya terdiri dari 4
selaput atau lapisan yaitu: mukosa, submukosa, muskularis dan adventitia atau
serosa.
Saluran pencernaan meliputi rongga mulut, esophagus, ventrikulus
(lambung), intestenum tenue (usus halus), intestenum crassum (usus besar) dan
anus. Sedangkan untuk kelenjar pencernaan itu sendiri meliputi hepar (hati),
pancreas dan vesica fellea (kantung empedu).
Pada dasarnya sistem pencernaan makanan terjadi disepanjang saluran
pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian yaitu proses penghancuran makanan
yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya adalah proses penyerapan

sari-sari makanan yang terjadi didalam usus. Kemudian proses pengeluaran sisasisa makanan melalui anus.
Sistem pencernaan makanan berhubungan dengan penerimaan makanan
sehingga zat makanan siap memasuki proses metabolisme didalam sel tubuh.
Selama dalam proses pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana
dan diserap oleh usus halus kemudian digunakan oleh sel tubuh.
Maka dari itu sistem pencernaan ini merupakan salah satu sistem
terpenting tubuh, dimana tubuh kita dapat tumbuh dan berkembang juga
dipengaruhi dari proses kerja organ-organ sistem pencernaan. Selain itu,
kurangnya pengetahuan praktikan tentang struktur jaringan yang ada pada sistem
pencernaan itu sendiri juga melatar belakangi diadakannya praktikum tentang
histologi pencernaan ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi pencernaan ini adalah agar
praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang histologi pencernaan terutama
pada vertebrata.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Sistem pencernaan memiliki serangkaian organ berbentuk buluh dengan


kelenjarnya melaksanakan fungsi utama memecah makanan yang masuk
menjadi unit-unit kecil, agar dapat di serap

kedalam jaringan untuk

mempertahankan kehidupan organisme. Sedangkan saluran pencernaan adalah


suatu pipa berongga yang berjalan dari rongga mulut sampai dubur, dengan
modifikasi pada berbagai bagiannya. Secara umum, struktur mum saluran
peernaan terdiri dari empat selaput atau lapisan yaitu tunika mukosa, tunika
sub mukosa, tunika muskkularis dan tuika serosa atau adventisia(Linda,
1988).
Lapis setelah lumen di sebut tunika mukosa atau selaput lendir. Selaput ini
membalut semua organ yang berhubungan dengan dunia luar tubuh, dan
dilindungi oleh selapis lender. Selaput lendir (mukosa) terdiri dari epitel
lamina propia dan lamina muskularis mukosa. Disin dapat di uraikan bahwa
tunika mukosa terdiri dari epitel pembatas, lamina propia ( jaringa ikat
longgar , pembuluh darah, pembuluh limpa, kelenjar pencernaaan dan jaringan
limpoid). Serta tunika muskularis mukosa (lapisan otot polos pemisah mukosa
dan submukosa(Purbomartono,1999).
Tunica subbmukosa berbentuk

jaringan ikat longgar yang dapat

mengandung kelenjar, yang disebut submukosa. Selain jaringan ikat longgar


ada juga pembuluh darah, pembuluh limfe, jaringan limpoid, kelenjar
pencernaan dan pleksus submukosa meissner. Tunika muskularis terdiri dari
otot polos yang berfungsi untuk mendorong isi ke belakang. Gerakan ini
disebut peristaltic. Selain itu, terdiri juga atas otot sirkular (bagian dalam )
dan otot longitudinal (bagian luar). Diantara lapisan tersebut terdapat

Tunica serosa atau adventisia tersusun atas jaringan ikat longgar yang
dipenuhi pembuluh darah dan sel-sel adipose atau lemak. Organ tubuh yang
ada dalam rongga dada, rongga perut dan rongga pericardium dibalut oleh
serosa, sedangkan yang ada di luar, misalnya esophagus di daerah leher, tidak
dibalut oleh serosa melainkan dibalut oleh adventisia(Gasperz, 1991).
Selanjutnya saluran pencernaan terdiri dari rongga mulut, pharing,
esophagus, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Rongga mulut dibatasi
oleh epitel gepeng berlapis tanduk. Atap mulut tersusun atas palatum
keras(palatum durum) dan palatum lunak (palatum molle), keduanya diliputi
oleh epitel gepeng berlapis(Fishelson, 1972).
Lidah merupakan organ tubuh berotot kerangka yang dibalut oleh selaput
lendir, berfungsi untuk menahan , membantu, mencerna serta menelan
makanan. Pada permukaan bawah lidah , membran mukosanya halus,
sedangkan permukaan dorsal ireguler diliputi oleh banyak tonjolan- tonjolan
kecil yang dinamakan papillae. Terdapat empat jenis papillae yaitu: Papillae
filiformis, merupakan bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat banyak
dan terdapat diseluruh permukaan lidah, epitelnya tidak mengandung puting
kecap. Papilalae fungiformis, menyerupai bentuk jamur karena mereka punya
tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar, papille ini mengandung
puting pengecap yang tersebar pada permukaan atas , secara tidak teratur
terdapat di sela-sela antara papillae

filiformis yang banyak jumlahnya.

Papilalae foliate,tersusun sebagai tonjolon tonjolan yang sangat padat


sepanjang pinggir lateral belakang lidah, papillae ini banyak mengandung
puting pengecap. Papillae sircumvalata, merupakan papillae yang sangat
besar yang permukaannya sangat meluas diatas papillae lain. Papillae

sircumulata tersebar pada daerah V pada bagian posterior lidah(Dellmann,


1992).
Gigi merupakan struktur yang mengandung kadar mineral tinggi dalam
rongga mulut yang berfungsi untuk mengankap, memotong dan melumat
makanan. Bagian luar gigi mengandung kadar mineral tinggi , bagian yang
mengitari rongga pulpa gigi mengandung jaringan ikat, pembuluh darah dan
saraf(Saktiono, 1989).
Pharing merupakan peralihan ruang antara rongga mulut dan sistem
pernapasan dan sistem pencernaan, ia membentuk hubungan antara daerah
hidung dan laring. Pharing dibatasi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa
kecuali pada daerah-daerah bagian pernapasan yang tidak mengalami abrasi.
Pharing

mempunyai

tonsila

yang

merupakan

sistem

pertahanan

tubuh(Mahardana, 1979).
Oesophagus merupakan tabung otot yang berfungsi menyalurkan makanan
dari mulut ke lambung. Oesophagus di selaputi oleh epitel berlapis gepeng
tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat sekelompok kelenjar-kelenjar
oesofagcta yang mensekresikan mucus. Pada bagian ujung distal oesophagus,
lapisan otot hanya terdiri dari sel-sel otot polos pada bagian tengah campuran
sel-sel otot lurik dan polos dan pada ujung proksimal hanya sel-sel otot
lurik(Dellmann, 1992).
Lambung merupakan bagian saluaran pencernaan yang mengalami dilatasi
khusus untuk mencerna makanan secara enzimatik dan hidrolitik, menjadi
bahan nutrisi atau sari makanan. Permukaan lambung ditandai oleh adanya
peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Sejumlah kelenjar-kelenjar
kecil yang terletak didalam lamina propia, bermuara kedalam dasar gastric pits

atau foveolae gastricae. Lambung secara struktur histologist dibedakan


menjadi kardia, korpus, fundus dan pylorus(Dellmann, 1992).
Usus halus meliputi duodenum, jejunum dan ileum. Pencernaan dalam
usus atau pemecahan ingesta menjadi bentuk yang siap untuk di serap, dimulai
dengan bekerjana enzim pancreas, empedu dan hati serta sekreta kelenjar usus.
Peristiwa ini berlangsung sepanjang usus halus. Membran mukosa usus halus
menunjukka sederetan lipatan permanen yang disebut plika sirkularis. Pada
membran mukosa terdapat lubang kecil yang merupakan muara kelenjar
tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar interstinal (kriptus atau kelenjar
lieberkuhn). Mukosa usus halus dibatasi oleh beberapa jenis sel yang paling
banyak adalah sel epitel toraks, sel paneth dan sel-sel yang mengsekresi
polipeptida endokrin(Bevelander, 1988).
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan kecuali pada bagian
distalnya (rectum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang membatasi adalah
toraks dan mempunyai daerah kutikula tipis. Usus besar terdiri dari sekum,
kolon, rectum dan anus. Usus besar ini merupakan tempat aktivitas mikroba
yang bereaksi pada ingesta, penyerapan air, vitamin, elektrolit serta sekresi
lendir.Anus merupakan segmen terminal saluran pencernaan. Pada garis
anoerkal, epitel silindris sebaris rectum secara mendadak berubah menjadi
epitel pipih banyak lapis tidak bertanduk.Selanjutnya untuk glandula
digestoria (kelenjar pencernaan) terdiri dari hepar, vesica fellea dan pancreas.
Hepar merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dank has karena memiliki
multifungsi kompleks, misalnya ekskresi

(metabolit), sekresi (empedu),

penyimpanan (lipid, vitamin A dan B, glikogen), sintesis (fibrinogen, globulin,


albumin, protrombin), fagositosis(benda asing), detoksikasi (obat yang larut
dalam lipid), konjugasi (zat beracun, hormone steroid) , esterifikasi (asam

lemak bebas menjadi trigliserida), metabolism (protein, hidrat arang, lemak)


dan hemopoisis(pada kehidupan embrionik dan secara potensial pada hewan
dewasa). Dengan memahami struktur hati yang vital akan memudahkan dalam
menginterpretasi berbagai prose yang terjadi didalamnya(Dellmann, 1992).
Kantung empedu(Vesica fellea) merupakan suatu kantung kecil

yang

melekat pada hati serta merupakan tempat penimbunan empedu yang


dihasilkan oleh hati. Kantung empedu ini memliki warna hijau. Dalam
kantung empedu, empedu mengalami konsentrasi dengan penyerapan air serta
garam anorganik. Dalam keadaan kosong, selaput lendir kantung empedu
membentuk lipatan tinggi. Bila berisi empedu, lipatan selaput lendir jadi
rendah, sehingga permukaannya tampak halus. Pancreas adalah sebuah
kelenjar tubuloasionar ganda yang tidak memiliki kapsula, lobules yang jelas
dan terdiri dari unit kelenjar eksokrin dan endokrin. Unit kelenjar eksokrin
menghasilkan sejumlah enzim antara lainamilase, lipase dan tripsin yang
melanjutkan mencerna makanan yang telah dicerna dalam lambung, setelah
memasuki duodenum. Unit endokrin yang disebut pulau pancreas (pulau
langerhans) terutama menghasilkan insulin dan glukagon(Liviawaty, 1992)

III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Anatomi Hewan (Histologi Pencernaan) ini dilaksanakan pada hari
Senin,10 Maret 2014. Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,
Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum histologi pencernaan ini antara lain
mikroskop, buku gambar, alat-alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan yang
digunakan untuk praktikum ini adalah preparat permanen sistem pencernaan.
3.3 Cara Kerja
Pada praktikum histologi pencernaan ini, pertama diambil mikroskop setelah itu
diletakkan

mikroskop ditempat yang datar. Setelah

itu diletakkan preparat

permanen pada meja mikroskop, digunakan lensa dengan perbesaran terkecil


setelah itu diperbesar, ganti dengan preparat yang lain. Selanjutnya diamati dan
digambar beserta keterangannya.

IV.HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Histologi Lingua

Gambar 1.Histologi Lingua (a) papilla filiformis, (b) vena besar, (c)
papilla fungiformis, (d) lamina propia

Dilihat dari gambar diatas yaitu gambar histologi pada lingua didapatlah adanya
papilla filiformis, vena besar, papilla fungiformis, lamina propia. Sedangkan kalau
menurut literatur pada histologi lingua itu terdapat 4 macam papilla yaitu papilla
filiformis, papilla fungiformis, papilla foliate dan papilla sircumvalata(Dellmann,
1992) tetapi pada hasil praktikum ini hanya dua papilla yang ditemukan yaitu
papilla filiformis dan papilla fungiformis, hal ini bisa saja terjadi karena kurang
telitinya praktikan dalam mengamati preparat lingua tersebut sehingga hasil yang
didapat tidak sesuai dengan literature.
Papilla filiformis merupakan tipe yang paling banyak jumlahnya,
berbentuk langsing dengan ujung runcing serta berfungsi mekanik untuk
menggerakkan bolus makanan kedalam dan didalam rongga mulut. Papila ini
menjulur melewati permukaan lidah. Papila fungiformis merupakan papilla yang
tersebar disekitar papil filiformis, berbentuk kubah pada permukaan atasnya.
Selain itu, karena bentuknya mirip jamur makanya papilla ini disebut dengan

papilla fungiformis. Papilla ini dibalut epitel pipih banyak lapis tanpa bertanduk
dan jaringan ikat dibawahnya banyak mengandung pembuluh darah dan saraf.
Papila foliate merupakan lipatan parallel mukosa lidah, terdapat pada
pinggir lateral. Lipatan mukosa ini dibalut epitel pipih banyak lapis dengan
banyak putting pengecap pada epitel sisi lipatan. Dibawah dasar alur pengecap
terdapat kelenjar yang bersifat serous dan alat penyalurnya bermuara di daerah
dasar alur pengecap.
4.2 Histologi Ventrikulus

Gambar 2. Histologi Ventrikulus,(a) mukosa lambung, (b) lamina


propia, (c) kelenjar kardial.
Pada tempat pertemuan esofagus dengan lambung selaput epitelnya berubah dari
berlapis gepeng menjadi selapis torak, yang sel-selnya mengeluarkan sekresi
lendir. Epitel lambung berbeda dengan epitel usus haalus kecil, tidak mempunyai
batas yang berbentuk lingkaran. Permukaan mukasanya terbentuk menjadi lipatanlipatan (rugae), yang tinggi dan jumlahnya tergantung dari tinggi rendahnya
rentangan organnya. Disamping rugae, permukaan mukosa ditandai oleh adanya
lubang-lubang sumuran yang letaknya rapat satu sama lain, yang dilapisi oleh
epitel sejenis.

4.3 Histologi Caecum

Gambar 3. Histologi Caecum,(a)Lumen,(b) epitel,(c) lamina propia,


(d) muskularis mukosa

Dinding Caecum menyerupai dinding kolon tetapi menebal karena akumulasi


jaringan limfoid.
Lamina propia terdiri dari lamina basalis, serabut kolagen halus,dalam jalinan ikat
tidak teratur, dan selabut elastik yang tersusun longitudinal dan pekat. Lamina
propia juga mengandung pembuluh darah kecil, pembuluh limfe dan ujung saraf.
4.4 Histologi Colon

Gambar 4. Histologi Colon (a) mukosa, (b) lamina propia,(c) muskularis


mukosa,(d) kelenjar mukosa
Mukosa colon lebih tebal karena kelenjar usus lebih panjang jika dibandingkan
dengan usus halus. Karena tidak adanya vili maka permukaan mukosa licin.
Submukosa sering menggembung oleh jaringan limfatik, sehingga lamina
muskularis mukosa sering tedesak dan tidak tampak. Pada keadaan semacam ini,

kelenjar usus sering menjorok ke dalam submukosa. Penlitian secara histokomia


dan ultrastruktur menunjukkan bahwa kelenjar tersebut berasal dari mukosa, jadi
bukan merupakan kelenjar submukosa yang sebenarnya.
4.5 Histologi Duodenum

Gambar 5. Histologi Duodenum (a) lumen,(b) epitel, (c) lamina propia,(d)


muskularis mukosa
Usus duodenum adalah bagian usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkan dengan usus kosong (jejunum). Bagian duodenum merupakan
bagian dari usus halus dimulai dari bulboduodenale dan berakhir di ligamentum
treitz. Duodenum bertanggungjawab menyalurkan makanan ke usus halus secara
histologis terdapat kelenjar brunner yang menghasilkan lender. Dinding
duodenum tersusun ataslapisan-lapisan sel yang sangat tipis membentuk mukosa
otot.
4.6 Histologi Hepar

Gambar 6. Histologi Hepar

Hati (hepar) merupakan kelenjar tubuh yang paling besar, dan khas karena
memiliki multifungsi kompleks, misalnya eksresi (metabolit), sekresi (empedu),
penyimpanan (lipid,vitamin A dan B, gflikogen), sistesis (fibrinogen, globulin,
albumin, protombin), fagositosis (benda asing), detoksikasi (obat yang larut dalam
lipid), konjugasi (zat beracun, hormon steroid), esterifikasi (asam lemak bebas
menjadi trigliserida), metabolisme (protein, hidrat arang, lemak, hemoglobin,
obat), dan hemopoisis (pada kehidupan embrionik dan secara potensial pada
hewan dewasa). Dengan memahasistruktur hati yang vital akan memudahkan
dalam menginterpretasi berbagai proses yang terjadi didalamnya.
4.7 Histologi Esophagus

Gambar 7. Histologi Esophagus


(a.) Submukosa; (b.) otot lingkaran dalam; (c.) otot lingkaran luar
Dilihat dari gambar yang di amati hasil yang di dapatkan berupa sub
mukosa, otot lingkaran dalam, otot lingkaran luar. Sedangkan jika di
bandingkan dengan literature terdapat perbedaan

pada histologi

pencernaan yaitu: serosa, submukosa, otot lingkaran dalam, otot lingkaran


luar( Dellmann, 1992). Ini terjadi karna kurangnya ketelitian dalam
mengambil gambar preparat.
Mukosa daerah esofagus dari saluran pencernaan berbeda dengan
bagian-bagian sisi lainnya karena kenyataan bahwa ia di lapisi oleh epitel

berlapis gepeng, yang bertumpu pada suatu lamina propia yang cukup
tebal.
Submukosa esofagus umumnya di lukiskan sebagai dilukiskan
sebagai suatu lapisan areoler yang pada seluruh panjangnya mengandung
pembuluh darah, saraf, dan bagian-bagian lendir yang bersekresi.
4.8 Histologi Sircumvalata

Gambar 8. Histologi Sircumvalata


(a) sircumvalata; (b) putik pengecap; (c) saluran kelenjar yang bermura pada alur
samping; (d) kelenjar
Papilla sircumvalata terdapat pada punggung serta rostral akar lidah, bentuknya
besar, pipih dan memiliki alur samping yang dibalut oleh epitel. Papilla ini sedikit
menonjol dari permukaan lidah yang dibalut oleh epitel pipih banyak lapis
( Dellmann, 1992). Epitel yang membalut alur samping mengandung banyak putik
pengecap. Dibawah dasar alur terdapat gugus kelenjar bersifat serous dan alat
penyalurnya bermuara pada dasar alur samping. Kadang kadang juga terdapat
kelenjar mucous di sekitarnya, tetapi alat penyalurnya bermuara pada permukaan
lidah. Jaringan ikat papilla ini banyak mengandung pembuluh darah dan saraf.

V.PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum histologi pencernaan ini adalah:
1. Preparat pencernaan yang diamati adalah lingua, esophagus, ventrikulus,
duodenum, colon, coecum dan hepar
2. 4 lapisan utama penyusun jaringan pencernaan yaitu sel mukosa, sel
submukosa, muskularis dan adventitia
3 .Pada preparat lingua dibagi menjadi 3 papila yaitu papilla fungiformis, papilla
filiformis dan papilla sircumvalata
4. Pada duodenum terdapat kelenjar burner sedangkan pada colon terdapat
kelenjar lieberkuhn
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya:
1. Hati-hati dalam menggunakan mikroskop dan preparat permanen
2. Serius dan konsentrasi saat praktikum
3. Jangan ceroboh saat melihat mikroskop dan mengamatinya
4. Selalu bersihkan alat-alat selesai praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, dkk.1975. Histologi. India:Banaras Hindu University.


Bevelander,G. 1988.Dasar-dasar Histologi. Jakarta:Erlangga.
Dellmann, D.1992.Histologi Veteriner. Jakarta:Universitas Indonesia.
Fishelson, L.1972. Histologi dan Ultrastruktur.Yogyakarta:Pustaka Tama.
Gasperz, V.1991. Histologi Pencernaan. Jakarta:Rineka Putra.
Linda, dkk.1988. Histologi Dasar.Jakarta:Erlangga.
Liviawaty, E.1992 .Macam-Macam Kelenjar Pencernaan.Yogyakarta:Kanisius.
Mahardana.1979. Sistem Pencernaan. Surabaya:Intermassa.
Purbomartono,C.1999.Histologi Sistem Pencernaan. Bandung:Pustaka Setia.
Saktiono.1989.Biologi. Jakarta:Erlangga.

HISTOLOGI PENCERNAAN

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
HISTOLOGI RESPIRASI DAN SIRKULASI

OLEH :
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA : 1. ALQADRI PUTRA.M

ASISTEN

(1110423016)

2.NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

5. QORIATUL HUSNAH

(1310421046)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG,2014

I.PENDAHULUAN

I.I.Latar Belakang
Histologi berasal dari kata histon yang artinya kumpulan beberapa sel yang
mempunyai

satu

atau

lebih

kekhususan

fungsi

yang

membentuk

jaringan.Histologi respirasi adalah ilmu yang mempelajari tentang jaringan yang


terdapat pada organ sistem respirasi(Benson, 1999).
Oxygen diperlukan untuk proses metabolisme pada hewan berderajat tinggi,
system respiratorius berguna untuk pengambilan oxygen dan pembuangan CO2
yang dibawa ke dan dari jaringan dengan melalui system sirkulasi.
Systema respirasi dapat dibagi menjadi 2 bagian pokok yaitu : bagian konduksi
dan bagian respirasi. Bagian konduksi merupakan tabung yang menghubungkan
dunialuar dan paru-paru. Bagianrespirasi merupakan tempat dimana benar-benar
terjadi pertukaran gas antara darahdan udara. Bagian konduksi juga untuk
pencuci, memanasi atau mendinginkan danmembuat udara lebih lembab. Pada
larynk juga terdapat alat-alat suara(Junquiera, 2007).
Sistem respirasi atau sistem pernapasan mencakup paru-paru dan sistem
saluran bercabang yang menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkaran
luar. Sistem respirasi atau pernapasan biasanya dibagi menjadi struktur saluran
nafas atas dan bawah. Secara fungsional, struktur-struktur tersebut membentuk
bagian konduksi sistem, yang terdiri atas rongga hidung, nasofaring, larink,
trakea, bronki (yun. Bronchos, pipa angin), bronkiolus, dan bronkiolus terminalis,
dan bagian respiratorik (tempat berlangsungnya pertukaran gas), yang terdiri atas
bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris, dan alveoli. Alveoli merupakan
struktur mirip kantong yang membentuk sejumlah besar bagian paru. Alveoli

adalah tempat utama bagi fungsi utama paru pertukaran O2 dan CO2 antara udara
yang dihirup dan darah.Bagian konduksi memiliki dua fungsi utama yaitu
menyediakan sarana bagi udara yang keluar masuk paru dan mengkondisikan
udara yang dihirup tersebut(Raven,1986).
Histologi sirkulasi adalah ilmu yamg mempelajari tentang jaringan pada sistem
sirkulasi.Sistem sirkulasi adalah penghubung antara lingkungan eksternal dan
lingkugan cairan internal tubuh. Sistem ini membawa nutrient dan gas ke semua
sel, jaringan, organ, dan sistem organ, serta membawa produk akhir metabolic
keluar darinya. Sistem ini terdiri dari jantung, pembuluh darah (arteri, kapilar, dan
vena), dan darah yang mengalir didalamnya. Sistem limfatik yaitu juga
merupakan bagian dari sistem sisrkulasi dimana terdiri dari pembuluh limfe dan
nodus yang terletak di dalam pembuluh limfe besar(Carneiro, 2007).
Sistem sirkulasi tersusun atas berbagai komponen utama yaitu jantung,
pembuluh, dan cairan tubuh yang beredar (bersikulasi). Jantung berfungsi sebagai
pompa penggerak catatan, sedangkan pembuluh berfungsi sebagai cairan yang
akan dilewati/dilalui oleh cairan yang beredar ke seluruh tubuh. Cairan yang
dimaksud dapat berupa darah, cairan limfe atau hemolimfe(Samsuri, 2004).
Sistem peredaran darah terdiri dari kedua darah dan pembuluh darah. sistem
limfatik Darah sistem vaskuler terdiri dari struktur berikut: jantung, organ yang
fungsinya untuk memompa darah. Arteri, serangkaian efferent kapal yang menjadi
lebih kecil seperti mereka cabang, dan yang berfungsi untuk membawa darah,
dengan nutrisi dan oksigen, untuk jaringan. Sistem limfatik dimulai pada
pembuluh darah kapiler, limfatik closed-ended tubulus yang anastomose untuk
membentuk barang-barang terus meningkatkan ukuran; perlengkapan ini
mengakhiri dalam darah sistem vaskuler masuk ke pembuluh darah besar. Salah
satu fungsi dari sistem limfatik adalah untuk mengembalikan cairan dari jaringan

ruang untuk darah.Untuk mengetahui struktur lebih jelas perlu diadakan pratikum
mengenai histologi ini(Yatim, 1992).
I.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi respirasi dan sirkulasi ini adalah
agar praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang histologi respirasi dan
sirkulasi terutama pada vertebrata.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem respirasi berperan untuk penyediaan oksigen untuk darah dan membuang
CO2. Sistem respirasi dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian konduksi dan
bagian respirasi. Bagian konduksi meliputi rongga hidung, nasopharynx, larynx,
trakea, bronkus dan bronkiolus. Bagian ini berperan untuk (1) menyediakan
saluran di mana udara dapat mengalir ke dan dari paru-paru, (2) memelihara
udara

yang

diinspirasi

(dibersihkan,

dibasahi

dan

dihangatkan).Untuk

melaksanakan fungsi tersebut, maka pada saluran respirasi terdapat tulang-tulang


rawan, serabut elastin dan otot polos(Yatim, 1992).
Rongga hidung terdiri atas 2 struktur yang berbeda : di luar adalah
vestibulum dan di dalam fossa nasalis.Vestibulum adalah bagian rongga hidung
paling anterior yang melebar, kira-kira 1,5 cm dari lubang hidung. Bagian ini
dilapisi oleh epitel berlapis pipih yang mengalami keratinisasi, terdapat rambutrambut pendek dan tebal atau vibrissae dan terdapat banyak kelenjar minyak
(sebasea) dan kelenjar keringat.Fossa nasalis dibagi menjadi 2 ruang oleh tulang
septum nasalis. Dari masing-masing dinding lateral terdapat 3 penonjolan tulang
yang dikenal sebagai concha, yaitu concha superior, concha tengah dan concha
inferior(Carneiro, 2007).
Dinding fossa

nasalis

terdiri dari sel epitel silindris berlapis semu

bersilia, sel-sel goblet yang menghasilkan mucus. Pada lamina propria terdapat
jaringan ikat dan kelenjar serous dan mukus yang mendukung sekresi sel goblet,
dan juga terdapat vena yang membentuk dinding tipis yang disebut cavernous
bodies. Pada concha superior dan septum nasal membentuk daerah olfaktori
dengan sel-sel khusus yang meliputi sel-sel olfaktori, sel pendukung dan sel sel
basal. Sel olfaktori merupakan neuron bipolar/ sel neuroepitel, yang mempunyai

akson pada lamina propria dan silia pada permukaan epitel. Silianya mengandung
reseptor olfaktori yang merespon bahan yang menghasilkan bau. Pada laminar
proprianya terdapat kelenjar Bowman, alveoli dan salurannya dilapisi oleh sel
epitel kubus. Kelenjar ini menghasilkan sekresi serous yang berwarna kekuningan.
Pharynx dibatasi oleh epitel respirasi. Pharynx terdiri dari nasopharynx dan
oropharynx.

Nasopharynx dilapisi oleh

epitel respirasi sedang oropharynx

dilapisi oleh epitel berlapis pipih. Limfosit banyak dijumpai di bawah epitel dari
pharynx. Jaringan ikat adalah fibroelastik yang dikelilingi oleh otot lurik.
(Junquiera, 2007).
Larynx menghubungkan pharynx dengan trakea. Larynx mempunyai 4
komponen yaitu lapisan mukosa dengan epitel respirasi,

otot ektrinsik dan

intrinsic, tulang rawan. Tulang rawannya meliputi tulang rawan tiroid, krikoid
dan arytenoids (merupakan tulang rawan hialin).

Otot intrinsik menentukan

posisi, bentuk dan ketegangan dari pita suara, otot ekstrinsik menghubungan
tulang rawan dengan struktur lain dari leher.Trakea adalah saluran pendek (10-12
cm panjangnya) dengan diameter sekir 2 cm. Trakea dilapisi oleh epitel respirasi.
Sejumlah sel-sel goblet terdapat

di antara sel-sel epitelnya,

dan jumlah

tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau fisika dari epitelium ( yang dapat
meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang berlangsung dalam waktu yang
lama dapat mengubah tipe sel dari tipe sel epitel berlapis pipih menjadi
metaplasia. Pada lapisan epitel terdapat sel brush, sel endokrin (sel granul kecil ),
sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel serous(Raven, 1986).
Bronkus primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada paruparu kanan dan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus-bronkus ini bercabang
berulang-ulang membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil,

dan cabang-

cabang terminalnya dinamakan bronkiolus. Masing-masing bronkiolus bercabang-

cabang lagi membentuk 5 7 bronkiolus terminalis. Tiap-tiap bronkiolus


terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih. Histologi
bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia. Lapisan
mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan
lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar
dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit
dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus. Lapisan
submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa.

Pada

lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan


dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin
(Carneiro, 2007).
Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis.
Dalam lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin.
Jaringan ikatnya berupa serabut elastin dan kolagen.

Serabut elastin

memungkinkan alveoli mengembang waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan


sebagai penyokong yang mencegah peregangan berlebihan dan kerusakan kapilerkapiler halus dan septa alveoli yang tipis. Saluran alveolaris bermuara pada atria
(suatu ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris) (Yatim, 1992).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu
sisinya pada sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan
pertukaran antara udara dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang
tipis dengan lamina propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin ( Samsuri,
2004).
Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertripe
elastis. Cabang arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang
mengikuti

percabangan

bronchus

sejauh

bronchioli

respiratorius.

Dari sini arteri tersebut memberi percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan
memberi anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari
anyaman kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung
darah dari venula tidak selalu seiring dengan arterinya, tetapi melalui jaringan
pengikat di antara lobulus dan segmen. Pulmonalis dan vena pulmonalis terutama
untuk pertukaran gas dalam alveolus. Disamping itu terdapat arteri bronchialis
yang lebih kecil, sebagai cabang serta mengikuti bronchus dengan cabangcabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding bronchus termasuk kelenjar
dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura.Darah akan kembali sebagian besar
melalui vena pulmonalis disamping vena bronchialis(Yatim, 1992).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum Anatomi hewan (HistologiRespirasidanSirkulasi) ini

dilaksanakan

pada hari Senin, tanggal 21 Maret 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium
Pendidikan II Jurusan Biologi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
UniversitasAndalas.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk Praktikum histologi sirkulasi dan respirasi
adalah mikroskop, buku gambar, alat- alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan
yang digunaka untuk pratikum ini adalah preparat permanen system respirasi dan
sirkulasi.
3.3 Cara Kerja
Pada pratikum histologi respirasi dan sirkulasi, pertama- tama letakan dan
hidupkan mikroskop, lalu hidupkan lampu mikroskop dengan perbesaran kecil,
setela hitu di letakan preparat di meja objek dan amati lalu foto, dan gambarkan di
buku gambar serta keterangnnya.

IV. HASIL dan PEMBAHASAN


4.1 Hasil dan Pembahasan
4.1.1 Trakea

Gambar 1. Histologi Trakea (a) Perikardium , (b) lamina propia, (c) muskularis
(d) jaringan epitel
Susunan trakhea terdiri dari atas mukosaep, pseudokomplek bersilia dengan
basalis, lamina propia, lapisan serabut elastis longitudinal , sub mukosa dengan
glandula, membran fibroelastis dengan cincin kartilago, otot dan tunika
adventatia. Ephitalium banyak mempunyai sel piala dan diantara ephitelium
banyak terdapat leukosit . Lamina propia terdiri dari serbaut halus dengan banyak
limphosit. (Yatim, 1992).
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa
pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana
ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan
oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan
pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin
berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung
bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat
ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan

lumen dan mencegah distensi berlebihan epitel trakea, khas berupa adanya tulang
rawan hialin yang berbentuk tapal kuda.( Samsuri, 2004).
4.1.2 Jantung

b
a

Gambar 2. Histologi Jantung (a) Pembuluh darah ; (b) otot jantung


Jantung mempunyai empat ruang yang terbagi sempurna yaitu dua serambi
(atrium) dan dua bilik (ventrikel) dan terletak di dalam rongga dada sebelah kiri di
atas diafragma. Jantung terbungkus oleh kantong perikardium yang terdiri dari 2
lembar yaitu

lamina panistalis di sebelah luar dan lamina viseralis yang

menempel pada dinding jantung.


Jantung memiliki katup atrioventikuler (valvula bikuspidal) yang terdapat
di antara serambi dan bilik jantung yang berfungsi mencegah aliran dari bilik
keserambi selama sistol dan katup semilunaris (katup aorta dan pulmonalis) yang
berfungsi mencegah aliran balik dari aorta dan arteri pulmonalis kiri ke bilik
selama diastole.
4.1.3 Arteri

a
c

Gambar 3 .Histologi Arteri (a) tunika intima , (b) tunika media ,(c) otot polos

Arteri adalah jalur berjari-jari besar dan beresistensi rendah yang berjalan dari
jantung ke jaringan dan juga berfungsi sebagai reservoir tekanan. Karena
elastisitas mereka, arteri-arteri dapat melebar untuk mengakomodasi tambahan
volume darah yang dipompa ke dalamnya oleh kontraksi jantung.
Susunan dasar dinding semua arteri serupa karena memiliki tiga lapis
konsentris yaitu Tunica intima, lapis dalam, berupa tabung endotel terdiri atas selsel gepeng. Tunica media, lapis tengah, terutama terdiri atas sel-sel otot polos
yang teroriantasi melingkar. Tunica media merupakan lapisan yang paling tebal
sehingga menentukan kararakter arteri.Tunica adventitia, lapis luar, terdiri atas
fibroblas dan serat kolagen terkait, yang sebagian besar terorientasi memanjang.
Tunica adventitia berangsur menyatu dengan jaringan ikat longgar sekitar
pembuluh.
4.1.4 Histologi laring

c
a
b

Gambar 4. Laring (a) Tulang rawan; (b) Lapisan mukosa; (c) lamina propia
Laring menghubungkan pharing dengan trakea. Laring mempunyai 4 komponen
yaitu lapisan mukosa dengan epitel respirasi, otot ektrinsik dan intrinsic, tulang
rawan. Tulang rawannya meliputi tulang rawan

tiroid, krikoid dan arytenoids

(merupakan tulang rawan hialin). Otot intrinsik menentukan posisi, bentuk dan
ketegangan dari pita suara, otot ekstrinsik menghubungan tulang rawan dengan
struktur lain dari leher. Pita suara terdiri dari epitel berlapis pipih yang tidak

kornifikasi, lamina propria dengan jaringan ikat padat yang tipis,

jaringan

limfatik dan pembuluh darah.


4.5 Histologi BEP

Gambar 5.Histologi BEP (a) Adventitia; (b) Muscularis; (c) Epitel


Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia.
Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia
dengan lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang
tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral.
Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus.
Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa.
Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang
rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.
4.1.6 Histologi Pulmo

b
a

Gambar 6. Histologi Pulmo (a) Arteri; (b) Respiration Bronchiulus

Paru-paru pada manusia terdapat sepasang yang menempati sebagian besar dalam
cavum thoracis. Kedua paru-paru dibungkus oleh pleura yang terdiri atas 2 lapisan
yang saling berhubungan sebagai pleura visceralis dan pleura parietalis. Stuktur
Pulmo unit fungsional dalam paru-paru disebut lobulus primerius yang meliputi
semua struktur mulai bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus
alveolaris, atrium, saccus alveolaris, dan alveoli bersama-sama dengan pembuluh
darah, limfe, serabut syaraf, dan jaringan pengikat. Lobulus di daerah perifer paruparu berbentuk pyramidal atau kerucut didasar perifer, sedangkan untuk mengisi
celah-celah diantaranya terdapat lobuli berbentuk tidak teratur dengan dasar
menuju ke sentral. Cabang terakhir bronchiolus dalamlobulus biasanya disebut
bronchiolus terminalis.
Seperti juga jantung paru-paru terdapat didalam sebuah kantong yang
berdinding rangkap, masing-masing disebut pleura visceralis dan pleura parietalis.
Kedua pleura ini berhubungan didaerah hilus. Sebelah dalam dilapisi oleh mesotil.
Pleura tersebut terdiri atas jaringan pengikat yang banyak mengandung serabut
kolagen, elastis, fibroblas dan makrofag(Bevelander, 1988).
4.1.7 Glandula Alveoulus

b
b

Gambar 7. Histologi alveolus (a). Lamina propia, (b) Lapisan epitel


Saluran alveolaris dibatasi oleh lapisan epitel gepeng yang sangat tipis. Dalam
lamina propria terdapat jala-jala sel-sel otot polos yang saling menjalin. Jaringan

ikatnya berupa serabut elastin dan kolagen.

Serabut elastin memungkinkan

alveoli mengembang waktu inspirasi dan sebut kolagen berperan sebagai


penyokong yang mencegah peregangan berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler
halus dan septa alveoli yang tipis. Saluran alveolaris bermuara pada atria (suatu
ruang yang terdiri dari dua atau lebih sakus alveolaris) (Tjitrosoepomo, 1979 ).
Alveolus merupakan suatu kantung kecil yang terbuka pada salah satu
sisinya pada sakus alveolaris. Pada kantung kecil ini O2 dan CO2 mengadakan
pertukaran antara udara dan darah. Alveolus dibatasi oleh sel epitel gepeng yang
tipis dengan lamina propria yang berisi kapiler dan jaringan ikat elastin(Turner,
2000)
4.1.8 Histologi Pembuluh Darah

Gambar 8. Histologi Pembuluh darah (a). Jaringan epitel , (b) arteri, (c) vena
Sistem

pembuluh

darah

terdiri

dari

diantaranya

areteri

dan

vena

Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertripe elastis.
Cabang arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang
mengikuti percabangan bronchus sejauh bronchioli respiratorius. Dari sini arteri
tersebut memberi percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan memberi
anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari anyaman
kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung darah
dari venula tidak selalu seiring dengan arterinya, tetapi melalui jaringan pengikat
di antara lobulus dan segmen.Pulmonalis dan vena pulmonalis terutama untuk
pertukaran gas dalam alveolus (Djuhanda,1983).

Disamping itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang
serta mengikuti bronchus dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk
nutrisi dinding bronchus termasuk kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah
pleura.Darah akan kembali sebagian besar melalui vena pulmonalis disamping
vena bronchialis.Terdapat anastomosis dengan kapiler dari arteri pulmonalis
(Prawiro, 1999).

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum histologi sirkulasi dan respirasi
tersebut adalah
1. Pada trakea terdapat tulang rawan yang berfungsi untuk menyokong.
2 .Padala ring terdapat katup epiglottis, yang berfungsi untuk mencegah masuknya
makanan dan zat yang berbahaya akedalam pernapasan
3. Sistem sirkulasi terdiri dari jaringan pembuluh darah dan jaringan limfa.
4. Pada jantung terbagi tiga yaitu epikardium, myiokardium, dan endocardium.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah diharapkan kepada praktikan agar lebih
menguasai cara pembedahan pada pisces agar organ-organ yang ada didalm pisces
tidak rusak pada saat diteliti. Dan sebaiknya praktikan membawa perlengkapan
yang dibutuhkan dalam praktikum seperti sarung tangan dan masker.

DAFTAR PUSTAKA

Benson, U.J,Gunstream, S.E, Talaro, A, and Talaro, K.P.1999. Anatomy &


physiology . New York : The McGraw-Hill Companies.
Djuhanda, T. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Armico: Bandung
Junqeira,L.C & Jose Carneiro.1980. Basic Histology. Lange Medical Publications,
Clifornia.
Kuehnel.2003. Color Atlas of Cytology, Histology, and Microcopic Anatomy. 4th
ed Stuugart: Theieme.
Turner, D. C Anda Bateson, P. 2000. The Biology of its Behavior 2nd
Edition.Cambridge University Press: London.
Tjitrosoepomo, G. 1979. Biologi II. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta.
Samsuri.2004. Byology. Erlangga: Jakarta.
Prawiro, A. 1999. Biologi I. CV.Karang Asem, Semarang
Yatim.1992. Histologi Modern.Bandung : Larsita.

HISTOLOGI UROGENITAL

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
HISTOLOGI UROGENITAL
OLEH :
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M.

ASISTEN

(1110423016)

2.NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

5. QORIATUL HUSNAH

(1310421046)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Histologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
struktur jaringan secara detail dengan menggunakan mikroskop pada sediaan
jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut ilmu anatomi
mikroskopis. Histologi sangat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel
dalam tubuh baik manusia, hewan dan tumbuhan.Sistem urogenital adalah
gabungan dua sistem, yaitu urianaria dan genitalia.Sistem urinaria, secara garis
besar terbagi atas : ginjal dan saluran (ureter, vesica urinaria dan uretra). Pangkal
saluran (ureter) mengalami pelebaran (pelvis) dan berhubungan dengan ginjal
pada darah yang disebut hillus.Pada hillus ini keluar-masuk arteri, vena, ureter,
syaraf, dan pembuluh limp (Tim laboratorium histologi, 1997).
Sistem genitalia jantan terdiri dari : testis, saluran kemih, kelenjar-kelenjar
pembantu dan penis. Sedangkan sistem genitalia betina terdiri dari : alat genitalia
primer berupa ovarium, dan alat genitalia sekunder berupa oviduc (berupa tuba
falopii berliku, bagian anterior berbentuk corong( ostium tube)), uterus, dan
vagina yang didalamnya ada organ sensor (Dellmann, 1992).
Alat genital testis berbentuk lonjong, terletak pada kantung skrotum. Bila
skrotum dipijit ke arah anterior maka testis akan masuk ke rongga perut. Bagian
luar testis diliputi oleh stroma yang berupa jaringan ikat. Kemudian sebelah
dalamnya akan terdapat dua lapisan lagi yaitu : tunika albugenia dan tunika
vasculosa. Tunika albugenia terdiri dari sel-sel fibroblast, serabut kolagen dan selsel otot polos. Tunika vasculosa terdapat sebelah dalam tunika albugenia, jaringan
ikatnya lebih kendur, banyak mengandung pembuluh darah.

Uretra merupakan saluran antara vesica urinaria dan

ujung penis.

Digunakan bersama-sama oleh urine dan sperma. Kelenjar-kelenjar pembantu


berupa : Glandula vesculosa, berbentuk cacing yang secara histologis akan
terlihat: Tunika mukosa, terdiri dari epitel berlapis tunggal silindris yang
glanduler, lamina propria (keduanya membentuk lipatan-lipatan yang bercabang
dan menjorok kedalam lumen), lapisan otot polos (sebagian tersusun melingkar
pada beberapa daerah terlihat memanjang), adventitia/ serosa merupakan lapisan
yang paling luar dari glandula ini, kelenjar prostata (tidak berpasangan dan
berbentuk tidak beraturan), kelenjar cowper (kelenjar bulbo uretral), Gland penis
terletak didaerah ujung korpul spongiosum berbentuk kerucut (Bevelander, 1988).
Penis terdiri dari tiga massa jaingan erektil berbentuk silinder. Pada daerah
dorsal terdapat sepasang korpora kovernosa, dan dibawahnya terdapat satu korpus
spongiosum yang mengelilingi uretra dan pada bagian ujung membentuk kerucut
(gland penis). Setiap korpus kovernosum dibungkus oleh jaringan ikat padat
(tunika albugenia) terdiri dari serat kolagen.
Struktur histologi dari alat genitalia primer (ovarium) adalah epitel
germinativum yang meliputi sebelah luar dari ovarium yang terdiri dari epitel
berlapis tunggal kubus. Kemudian Tunika albugenia berupa jaringan ikat padat
yang elastis, kemudian korteks dan medulla. (Tim laboratorium histologi, 1997).
Alat genitalia sekunder yang terdiri dari: oviduc (saluran ovum), secara
histologis nya terdapat tunika mukosa yang terbagi lagi menjadi epitel berlapis
tunggal silindris, lamina propia, tunika muscularis, dan tunika serosa. Epitel
berlapis tunggal silindris dibangun oleh dua macam sel yaitu sel bersilia dan sel
mukoid. Lamina propia, yang selulair bersama-sama epitel membentuk lipatanlipatan longitudinal yang bercabang. Tunika muscularis terdiri dari dua lapisan
otot polos, melingkar sebelah dalam dan memanjang sebelah luar. Diantara kedua

lapisan tersebut terdapat jsringan ikat yang banyak mengandung pembuluh darah.
Tunika mukosa terdapat jaringan ikat dengan mesotellium (Bevelander,1988).
Uterus, secara histologis terdapat : Tunika mukosa (endometrium) terdiri
dari epitel berlapis tunggal silindris dengan lamina propia yang selulair
mengandung kelenjar-kelenjar uterus, tunika muskularis (myometrium) lapisan
sebelah dalam yang terdiri dari otot polos melingkar dan memanjang di sebelah
luar, tunika serosa/ adventitia (perimetrium) yang paling luar (Tim laboratorium
histologi, 1997).
Vagina, secara histologis terdapat : Tunika mukosa terdiri dari epitel
berlapis banyak pipih dengan lamina propria yang mengandung serabut elastis.
Keduanya membentuk lipatan-lipatan yang menjorok kedalam, kemudian tunika
muskularis (lapisan otot polos) lapisan sebelah dalam yang terdiri dari otot polos
melingkar dan memanjang di sebelah dalam, kemudian tunika serosa/ adventitia
yang paling luar (Dellmann, 1992).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum

tentang histologi pencernaan ini adalah agar

praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang histologi urogenital terutama


pada vertebrata. Dan mengetahui bagian-bagian dari sistem urogenital.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Sistem urogenitalia terdiri dari organ urinaria yang terdiri atas ginjal beserta
salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Sedangkan organ reproduksi pada pria
terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat dan penis.
Kecuali testis, epididimis, vas deferens dan uretra, sistem urogenitalia terletak di
rongga retroperitoneal dan terlindung oleh organ lain yang melindunginya
(Bevelander, 1988).
Pada uretra terdapat dua buah sfingter yaitu sfingter uretra eksterna dan
interna di mana sfingter uretra interna bekerja di bawah sadar sedangkan sfingter
uretra eksterna tidak. Maka ketika proses miksi, sfingter uretra interna inilah yang
berfungsi untuk menahan keluarnya urin. Uretra terdiri atas uretra posterior dan
uretra anterior. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yang
dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranasea. Pada uretra anterior
dibungkus oleh korpus spongiosum penis, terdiri atas pars bulbosa, pars
pendularis, fossa navikularis dan meatus uretra eksterna (Setchell, 1978).
Pada bagian inferior buli-buli di depan rectum dan membungkus uretra
posterior terdapat suatu kelenjar yang dinamakan kelenjar prostat. Di bagian
skrotum pada pria terdapat sebuah organ genitalia terdapat testis yang dibungkus
oleh jaringan tunika albugenia. Epididimis pada organ genitalia pria terdiri atas
caput, corpus dan cauda epididimis. Sedangkan deferens berbentuk tabung kecil
bermula dari kauda epidimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra
posterior. Di dasar buli-buli dan di sebelah cranial kelenjar prostat terdapat
vesikula seminalis. Penis terdiri atas tiga buah corpora berbentuk silindris yaitu 2
buah corpora cavernosa dan sebuah corpus spongiosum dan di bagian proksimal

terpisah menjadi dua sebagai crus penis. Setiap crus penis dibungkus oleh ishiokavernosus yang kemudian menempel pada rami osis ischii (Bevelander, 1988).
Ureter merupakan saluran muscular yang mengalirkan urine dari pelvis
ginjal menuju ke vesica urinaria. Masing-masing ureter bergerak kearah kaudal
dan menumpahkan isinya ke vesica urinaria, di dekat bagian leher yang disebut
trigone dan terbentuklah suatu katup untuk mencegah arus balik urine ke ginjal
(Fishelson,1972).
Ureter merupakan pipa fibromuscular, yang ramping dan datar yang
membawa urine dari ginjal ke vesica urinaria. Ureter dimulai di pelvis renalis,
yang menerima urine dari papila renalis. Ureter terletak di dorsal dari pembuluh
spermatic interna pada jantan dan arteri-vena utero-ovarian pada betina
(Agarwal,1975).
Ginjal memiliki karakteristik berbentuk seperti kacang merah dan
memiliki dua extremitas, dua batas dan dua permukaan. Extremitas cranial dan
caudal dihubungkan dengan batas lateral yang cembung dan batas medial yang
lupus. Batas medial dapat diidentiikasi dengan bentukan oval, hillus renalis, yang
terbuka ke sinus renalis. Pada hillus renalis terdapat ureter, arteri dan vena renalis,
pembuluh limfe, dan syaraf. Pada struktur ini arteri renalis berada paling dorsal,
dan vena renalis paling ventral. Syaraf dan pembuluh limfe berada dekat vena
(Cole, 1977).
Kedua ginjal terletak di belakang selaput perut (retroperitoneal) berada di
daerah sublumbar, satu di samping dari aorta dan vena cava caudalis. Permukaan
dorsal kedua ginjal tidak terlalu cembung dari pada permukaan ventral. Ujung
cranial setiap ginjal dibungkus oleh peritoneum pada bagian dorsal dan ventralnya
(Saktiono, 1989).

Sebuah ginjal dengan potongan memanjang memberi gambaran dua daerah


yang cukup jelas. Daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks dan yang
agak cerah disebut medulla, berbentuk pyramid terbalik. Bagian yang paling lebar
atau dasar tersusun tepat dengan tepi dalam korteks dan apeks atau papik
mengarah ke pelvis. Tiap bagian medulla yang berbentuk pyramid dengan
jaringan korteks yang membentuk tudung pada dasar serta menutup sisinya
membentuk lobus yang merupakan unit anatomi ginjal (Zuckerman, 1979).
Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis
menuju vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang
dengan epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria
terdiri atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat kelenjar tubulo-alveolar yang
bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal
dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar
sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling
luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak
jelas (Delmann,1992).
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh
darah, pembuluh limfe dan saraf, ganglia sering terdapat didekatnya. Selama urine
melalui ureter komposisi pokok tidak berubah, hanya ditambah lendir saja
Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis yakni: Tunika mukosa: lapisan dari
dalam ke luar sebagai berikut : a). Epithelium transisional : pada kaliks dua
sampai empat lapis, pada ureter empat sampai limalapis,pada vesica urinaria 68lapis. b).Tunika submukosa tidak jelas , c). Lamina propria beberapa lapisan
Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung serabut elastis dan sedikit
noduli limfatiki kecil,dalam jaringan ikat longgar. Kedua-dua lapisan ini
menyebabkan tunika mukosa ureter dan vesika urinaria dalam keadaan kosong

membentuk lipatan membujur. Kemdian tunika muskularis : otot polos sangat


longgar dan saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut
elastis. Otot membentuk tiga lapisan : stratum longitudinale internum, stratum
sirkulare dan stratum longitudinale eksternum. Kemudian tunika adventisia :
jaringan ikat longgar (Dellmann, 1992).
Menurut(Saktiono,

1989),

Vesica

Urinaria,

Merupakan

kantong

penampung urine dari kedua ginjal urine ditampung kemudian dibuang secara
periodik. Struktur histologinya adalah: 1). Mukosa, memiliki epithel peralihan
(transisional) yang terdiri atas lima sampai sepuluh lapis sel pada yang kendor,
apabila teregang (penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis sel, 2).
Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat
limfonodulus atau kelenjar. Pada sapi tampak otot polos tersusun longitudinal,
mirip muskularis mukosa, 3). Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas
jaringan ikat yang lebih longgar, 4). Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh
lapisan otot longitudinal dan sirkuler (luar), lapis paling luar sering tersusun
secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang jelas, sehingga
sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos di daerah trigonum vesike
membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum.
Lingkaran otot itu disebut m.sphinter internus, 5). Lapisan paling luar atau tunika
serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan areoler),sedikit pembuluh darah dan
saraf.
Pada testis pria akan dijumpai tubulus seminiferus yang terpendam dalam
dasar jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah dan limfe,
saraf dan sel interstisial (Leydig). Tubulus seminiferus ini akan menghasilkan sel
kelamin pria yaitu spermatozoa, sedangkan sel Leydig mengekskresikan androgen
testis (Ramaley,1992).

Testis yang dikelilingi oleh selaput berserat albuginea, yang banyak


encloses profil dari seminiferous tubules dalam sperma yang dibuat oleh mitosis
dan meiosis. Antara seminiferous tubules adalah interstisial sel-sel Leydig (yang
memproduksi testosterone) dan kapal darah. wilayah yang berkerut dengan
dibulatkan spermatogonia yang mengalami mitosis menjadi dasar spermatocytes
(rintik nuclei), dan kemudian menjadi spermatocytes sekunder oleh proses
pertama meiotic divisi. Sekunder spermatocytes membagi lagi (kedua meiotic
divisi) untuk menjadi spermatids (dengan lebih kecil, gelap nuclei), yang
mentransformasikan menjadi spermatozoa matang. Semua ini terjadi tahap-tahap
ke arah lumen. Spermatozoa dewasa memiliki tongkat tipis seperti nuclei yang
bebas dalam lumen. (Linda, 1988).
Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian selsel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut: Bentuk
bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah menjadi bentuk poligonal atau
bentuk tidak beraturan.Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-lahan akan
mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak secara
bersamaan.
Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula. Karena ukuran
sitoplasma lebih kecil dari semula maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap
akibat pewarnaan akan berubah menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat
pewarnaan yang sama. Proses perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah
satu proses pada siklus estrus (Bevelander, 1988).
Fase estrus, karakteristik sel pada saat estrus yaitu penampakan histologi
dari smear vagina didominasi oleh sel-sel superfisial, tetapi terdapat kornifikasi
pada

hasil

preparat,

pengamatan

yang

berulang

menampakkan

sel-sel

superfisialnya ada yang bersifat anucleate. Sel-sel parabasal dan superfisial mudah

untuk dibedakan, sedangkan sel-sel intermediet adalah sel yang terletak diantara
sel parabasal dan sel superfisial. pada saat nukleus mengecil, membentuk pyknotic
maka sel ini dapat diklasifikasikan pada selsu perfisial (KaracadanUslu, 2008).
Fase Diestrus, fase diestrus ditandai dengan ciri-ciri berikut, diantanranya:
terjadi pengurangan jumlah sel superfisial dari kira-kira 100% pada fase
sebelumnya menjadi 20% pada fase diestrus. Selain itu, jumlah sel parabasal
dalam apusan preparat vagina menjadi meningkat, hasil ini di perkuat dengan
pengujian yang dilakukan pada hari berikutnya.
Menurut Karaca dan Uslu (2008), Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan
dari proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah
penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histoligi sel epitel
vagina
Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel
intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap.
Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada
bagian tubu yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina (Dellmann, 1992).
Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal
tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus. Inti sel
pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel
superfisial (Bevelander, 1988).
Menurut Linda (1988), Pengurutan proses pertumbuhan sel dari epitel sel
vagina berkaitan dengan siklus estrus dapat diurutkan sebagai berikut; Sel-sel
parabasal (dijumpai pada fase proestrus, serta pada fase akhir diestrus). Sel-sel
intermediet (dijumpai pada fase proestrus akhir dan metestrus awal). Sel-sel
superfisial (fase metestrus akhir dan faseestrus). Sel-sel squamous tanpa
nukleus(fase estrus).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Anatomi Hewan (Histologi Urogenital) ini dilaksanakan pada hari
Senin,28 April 2014. Jam 08.00-11.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum histologi urogenital ini antara lain
mikroskop cahaya , buku gambar, alat-alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan
yang digunakan untuk praktikum ini adalah preparat permanen sistem urogenital.
3.3 Cara Kerja
Pada praktikum histologi urogenital ini, pertama diambil mikroskop setelah itu
diletakkan mikroskop ditempat yang terdapat cahaya, kemudian diatur
pencahayaannya. Setelah itu diletakkan preparat permanen pada meja mikroskop,
digunakan lensa dengan perbesaran terkecil setelah itu diperbesar, ganti dengan
preparat yang lain. Selanjutnya diamati dan digambar beserta keterangannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil dan Pembahasan
4.1.1 Ginjal

Gambar 1. Ginjal
a
(a) kelenjar, (b) glomerulus, (c) kapsula bowman
Ginjal, tampak pada gambar preparat literature glomelurus yang diselungkupi
kapsula bowmann, dan ada bagian yang putih-putih merupakan tubulus contortus.
Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak dan
simpai jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula.
Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu korpus malphigi terdiri atas
kapsula bowman (bangunan berbentuk cangkir) dan glomerulus (jumbai
/gulungan kapiler)Ginjal terdiri dari lobus tunggal yang besar berbentuk jamur.
Tudung struktur ini tampak berbutir dan dikenal sebagai kortex ginjal. Bagian
yang menyerupai batang tampak berbutir, tampak membentuk segitiga, beralur,

dan dalam tiga dimensi menyerupai suatu piramida. Pucuk piramida di sebut
papilla, dan inilah yang menonjol ke dalam dan di terima oleh kalix ( Dellmann,
1992).
Epitel glomerulus terletak di antara dua ateriol efisiensi filtrasi glomerulus
yang meningkat luar biasa. Sel-sel besar di sebut podosit, memiliki banyak
penjuluran sitoplasma panjang yang memancar dari tubuh sel, dan berjalan
parallel dengan sumbu memanjang pembuluh kapiler.
4.1.2 Vesica Urinaria
b

c
a
d
Gambar 2. Vesica Urinaria
Urinaria terdiri dari dua buah ginjal komponen utama dalam hal pembuangan zat
sisa. Kandung kemih (vesica urinaria) merupakan kantung penyimpanan
sementara urin dari ureter. Ureter adalah bagian akhir dari saluran urin. Sistem
urinaria = ginjal ureter vesica urinaria uretra.
Vesica urinaria merupakan tempat penampungan urin secara temporer.
Terletak di rongga pelvis anterior, memiliki musculus
berkontraksi ketika mengeluarkan urin.

detrussor yang

4.1.3 Penis

Gambar 3. Penis

(a) corpus caverosum, (b) corpus spongiosum, (c) uretra


Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa hasil yang di dapat belum sesuai dengan
literatur, karana dalam literatur penis terdiri dari 1. Struktur erektil, korposa
kavrnosa penis, 2. Korpus spongiosum penis, mngitari uretra spongiosa 3. Glans
penis. Sedangkan yang di dapat pada praktikum hanya 2 karna kurang hati-hati
dalam mengambil gambar pada preparat yang di gunakan.
Korpora Kavernosa Penis muncul dari tuberositas isidiakus dan
membentuk badan penis (korpus penis). Korposa di balut oleh tunika albugenea,
berbentuk jaringan ikat pekattidak teratur dan tebal, mengandung serabut elastik
dan otot polos.
Glans penisdi balut oleh tunica albugenia yang kaya akan serabut elastik,
berlanjut membentuk trabekula yang mengitari rongga yang mengatur jaringan
erectil mirip dengan korpus. Glans penis di tutupi oleh prepusium ( Dellmann,
1992).

4.1.4 Testis

d
c
b

Gambar 4. Testis

(a) tubulus seminiferus, (b) sel leydig, (c) spermatid, (d) tunica albugenia
Testis tertutup kapsul jaringan penyambung yang berlapis dua. Lapisan luar,
tunika albugenia, tersusun dari jaringan berserat kolagen yang padat; Lapisan
dalam atau lapisan vaskulerny a tersusun dari jaringan areoler yang lebih longgar,
kaya dengan suplay pembuluh darah.
Dari kapsulnya terdapat trabekula yang memanjang masuk ke dalam
kumpulan jaringan penyambung sentral, mediastinum, yang mengandung bagianbagian proksimal dari sistem saluran. Dengan demikian parenkim testis terbagi
dalam banyak lobullapiramidal, yang berisi lilitan-lilitan tubula seminifera yang
padat berhimpit dan suatu stroma jaringan penyambung intersitial (Judith,1978).

4.1.5 Ovarium

b
c
a

Gambar 5. Ovarium
a) Tunika muskularis ; b) Lipatan ekstensi mukosa-submukosa ; c) fumbria
silinder bersilinder
Dari gambar hasil praktikum jika di bandingkan dengan histologi dari ovarium
terdapat kesamaan, pada literature bangun

pada ovarium terbagi3 yaitu : a)

Tunika muskularis ; b) Lipatan ekstensi mukosa-submukosa ; c) fumbria silinder


bersilinder. Tunika muskularis terutama terdiri dari berkas otot polos melingkar,
memanjang dan miring. varium mamalia, tampak adanya jaringan apitel
germinatikum, antrum, ovum dan primordial folkel. Terspesialisasi untuk
pematangan telur. Tiap bulan hanya 1 yang mengalami pematangan. Ovum
berkembang dilengkapi sel granulosa, dalam perkembangannya granulosa
menghasilkan antrum (ronga) (Delmann, 1992).
Gonad berbentuk penebalan memanjang, yang di sebut punggung gonad,
terletak pada batas tepi vebtromedial ginjal mesonefricus. Punggung gonad di
balut epitel kubus yang di sebut epitel permukaan. Sel-sel yang mirip dengan
epitel permukaan tampak mesenkim gonad membentuk massa sel epital interna
menyerupai tali (Bevelander,1988).

Massa sel epitel interna berproliferasi ke arah sentral memebentuk rete


cords yang membentuk rongga menjadi rete testis pada jantan dan rete ovarii pada
hewan betina. Proliferasi medular pada massa sel epitel interma menjadi poliferasi
rete dan membentuk rate cords pada calon jantan dan kortex primer pada calon
betina ( Dellmann, 1992).

4.1.6 Uterus

b
c
a

Gambar 6. Uterus
(a) endometrium, (b) myometrium, (c) perimetrium
Uterus, tampak adanya epitel, lumen, endotelium, mesotelium, otot polos
melingkar longitudinal. Merupakan tempat perkembangan janin. Secara histologi
uterus terdiri dari 3 lapis jaringan ; perimetrium, miometrium, endometrium.
Uterus merupakan tempat implantasi konseptus. Selanjutnya uterus mengalami
serangkaian perubahan sselama berahi dan daun reproduksi. Pada kebanyakan
spesies, uterus terdiri dari kornua bilateral yang di hubungkan dengana tuba urina,
korpus dan cervix yang berhubungan dengan vagina. Servix uterus akan di bahas
secara terpisah. Pada primata, seluruh uterus di bentuk buluh tunggal, disebut
uterus simplekx. Dinding uterus terbagi 3 lapis mukosa submukosa atau
endometrium, Tunica mukosa, maxilars, Tunica seros ( Dellmann, 1992).

Secara Histologi uterus terdapat : Tunika mukosa (endometrium) terdiri


dari epitel berlapis tunggal silendris dengan lamina propria yang selulair
mengandung kelenjar-kelenjar uterus, tunika muskularis (myometrium) lapisan
sebelah dalam yang terdiri dari otot polos melingkar dan memanjang di sebelah
luar. Kemudian

tunika serosa/ adventitia (perimetrium) yang paling luar

(Bevelander,1988).

4.1.7 Vagina

b
c

Gambar 7.Vagina
a) Tunika mukosa-submukosa; b) tunika muskularis; c) tunica adventisia atau
serosa
Dilihat dari gambar praktikum

jika di bandingkan dengan literature terdapat

kesamaan, pada literature dinding vagina memiliki tiga lapis : Tunika mukosasubmukosa, tunika muskularis dan tunica adventisia atau serosa. Mukosa betina
memiliki epitel pipih banyak lapis yang meningkat tebalnya selama praestrus dan
estrus. Lapis propia-submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar atau tidak teratur.
Folisikel getah bening pada lamina propia daerah caudal vagina (Bevelander,
1988).
Tunika muskularis terdiri dari dua atau tiga lapis tipis. Lapis
dalammelingkar tebal terdiri dari otot polos dan di pisah menjadi dua berkas oleh
jaringan ikat. Lapis luar tersusun memanjang terdiri dari otot polos.

Tunika adventisia terdiri dari jaringan ikat longgar dan mengandung


pembuluh darah, saraf dan ganglia. Hamya bagian dari kranial vagina yang masih
di balut oleh serosa. Sebagian sel-sel otot polos dri lapis luar vagina menyusup ke
daerah subrosa, karenya di sebut sebagai muskularis serosa. Vagina merupakan
buluh berotot yang menjalar dari cervix sampai vestibulum. ( Dellmann, 1992).

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum histologi pencernaan ini adalah:
1. Preparat urogenital yang diamati adalah ginjal, ovarium, vagina, testis, penis,
uterus, dan vesika urinaria.
2. 4 lapisan utama penyusun jaringan urogenital yaitu sel mukosa, sel submukosa,
muskularis dan adventisia.
3.Pada preparat ginjal terdapat kelenjar, glomerulus, dan kapsula bowman.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya:
4. Hati-hati dalam menggunakan mikroskop dan preparat permanen
5. Serius dan konsentrasi saat praktikum
6. Jangan ceroboh saat melihat mikroskop dan mengamatinya
7. Selalu bersihkan alat-alat selesai praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, dkk. 1975. Histologi. India: Banaras Hindu University.


Bevelander,G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Cole, H. 1977. Reproduction in Domestic Animal. New York: Academic Press.
Dellmann,D. 1992. Histologi Veteriner.Jakarta: Universitas Indonesia.
Fishelson,L. 1972. Histologi dan Ultrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Tama.
Linda,dkk. 1988.Histologi Dasar.Jakarta: Erlangga.
Luis, C. 2007. Histologi Dasar. EGC: Text & Atlas.
Ramaley, J. 1992. Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.
Saktiono.1989.Biologi.Jakarta:Erlangga.
Setchell, B. 1978. The Mammalian Testis. London: Academic Press.
Zuckerman, S. 1979. The Ovary. London: Academic Press.

HISTOLOGI SISTEM SARAF DAN ENDOKRIN

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
HISTOLOGI SARAF dan ENDOKRIN
OLEH :
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M.

ASISTEN

(1110423016)

2. NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. QORIATUL HUSNAH

(1310421046)

5. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Histologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
struktur jaringan secara detail dengan menggunakan mikroskop pada sediaan
jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut ilmu anatomi
mikroskopis. Histologi sangat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel
dalam tubuh baik manusia, hewan dan tumbuhan(Linda, 1988).
Pada hakekatnya sebelum tubuh manusia berurusan dengan dunia luar
melalui fungsi motoriknya, terlebih dahulu harus berhubungan dengan fungsi
sensoriknya. Dan diketahui pula bahwa setiap gerakan adalah reaksi terhadap
rangsangan sensorik. Informasi dunia luar diterima tubuh oleh reseptor.
Permukaan luar tubuh dibentuk oleh kulit dan permukaan dalam tubuh dibentuk
oleh mukosa. Reseptor yang berada dikulit disebut eksoreseptor sedangkan
reseptor yang berada di mukosa disebut enteroreseptor. Selain itu kelompok
reseptor lain yang terdapat di otak dan jaringan ikat dikenal dengan
propioreseptor. Hal ini membuktikan bahwa setiap makhluk hidup memiliki
kemampuan untuk menanggapi rangsangan (Adnan, 2011).
Untuk menanggapi suatu rangsangan , ada satu jaringan khusus yang
selalu berkaitan erat dengan hal tersebut, dimana jaringan ini sering kita kenal
dengan jaringan saraf. Jaringan saraf adalah jaringan yang paling rumit dalam
tubuh makhluk hidup. Kerumitan ini berasal dari kemampuan sel-sel saraf
(neuron) untuk berkomunikasi satu sama lain dan dengan jenis sel-sel lain (sel-sel
otot, sel-sel kelenjar).
Semua sel yang membentuk satu kesatuan kelompok itu berada dalam
komunikasi satu sama lain melalui sinyal elektris dan pesan kimiawi yang
membantu memlihara kesatuan kelompok sel itu sebagai keseluruhan. Sinyalsinyal ini mengendalikan pertumbuhan, respirasi dan posisi relatif sel-sel. Akan

tetapi, jaringan saraf mempunyai fungsi utama sebagai pembuat pesan kimiawi
(penghantar saraf dan hormon-hormon) dan perkembangan saluran komunikasi
untuk koordinasi fungsi-fungsi tubuh ( Bevelander, 1988).
Semua jaringan mencerminkan sejarahnya dengan memperlihatkan
berbagai kemampuan untuk penyesuaian diri pada keadaan baru selama hidup
mereka. Jaringan saraf juga menspesialisasikan diri dalam kemampuan seperti ini.
Meskipun banyak sifat khas organisasi persarafan itu telah terprogram secara
genetic, namun detail-detail dari kontak-kontak seluler dan pembentuk sirkuit
fungsional untuk populasi sel, tampaknya terpengaruh oleh keadaan yang
biasanya terdapat apabila sel-selnya memperoleh kontak mereka yang pertama.
Sel-sel saraf telah kehilangan kemampuan untuk bergerak dan reproduksi dan
biasanya hanya mempunyai daya yang terbatas untuk merepasi kerusakan
(Kimball, 1992).
Sel-sel pensekresi dapat dibagi secara umum dalam dua kategori yaitu
mereka yang malepas produk-produk mereka ke dalam suatu saluran yang
berhubungan dengan suatu rongga tubuh atau rongga organ (seperti kelenjar) dan
mereka yang melepas produk-produk mereka langsung ke dalam cairan tubuh,
melalui kapiler-kapiler atau limfatika. Kelenjar yang sekresinya diangkut melalui
saluran disebut kelenjar eksokrin sedangkang kelenjar yang sekeresinya tidak
diangkut melalui saluran dikenal dengan kelenjar endokrin (Dellmann, 1992).
Baik kelenjar endokrin maupun kelenjar eksokrin berasal dari selaput
epitel. Kelenjar-kelenjar endokrin akhirnya kehilangan kontak dengan permukaan
dan menjadi pulau-pulau epitel yang terisolasi, tertanam dalam matriks jaringan
penyambung. Sel endokrin terdapat sendirian atau dalam kelompok yang
merupakan kelenjar terpisah (Widarto, 1997).

Organ endokrin tidak memiliki alat penyalur, dimana parenkim


menghasilkan sekertnya, disebut hormon, yang disekresikan ke dalam ruang
antarsel atau ruang jaringan perivaskuler yang selanjutnya mencapai sistem
sirkulasi. Hormon yang bersirkulasi mengatur fungsi sel-sel secara umum atau
mengatur jaringan atau organ tertentu, dikenal sebagai organ sasaran. Kelenjar
endokrin bersama dengan sistem saraf ikut memilhara kondisi fisiologik yang
mantap disebut homeostasis. Fungsinya erat terkait, terkoordinasi dan kadangkadang terintegrasi seperti pada sistem hipotalamus-hipofise (Dellmann, 1992).
Untuk lebih mengetahui dan memahami hal-hal sehubungan dengan
jaringan saraf dan endokrin, maka dilakukanlah praktikum dengan penggunaan
suatu alat yaitu mikroskop. Agar lebih mempermudah mahasiswa mengetahui
dengan tidak hanya mempelajari buku pegangan saja.
Hal-hal tersebutlah yang melatarbelakangi di adakannya praktikum ini. Agar
kita dapat melihat secara langsung bagian-bagian histologi dari jaringan ini. Selain
itu kita juga dapat membandingkan secara langsung melalui mikroskop perbedaan
dari jaringan yang satu dengan jaringan yang lainnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi saraf dan endokrin ini adalah agar
praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang histologi saraf dan endokrin
terutama pada vertebrata.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan saraf yang merupakan jenis ke-4 dari jaringan dasar terdapat hampir
diseluruh jaringan tubuh yang berfungsi sebagai jaringan komunikasi. Dalam
melaksanakan fungsinya jaringan saraf mampu menerima rangsangan dari
lingkungannya, mampu mengubah rangsangan tersebut menjadi impuls,
meneruskan impuls tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat akan memberikan
jawaban

atas

rangsangan

tersebut.

Rangkaian

kegiatan

tersebut

dapat

terselenggara oleh karena bentuk sel saraf yang khas yaitu bentuk yang
mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang. Selain berkemampuan
utama dalam merambatkan impuls, sejenis sel saraf berkemampuan bersekresi
seperti halnya sel kelenjar endokrin. Sel saraf demikian dimasukkan dalam
kategori neroen-dokrin yang sekaligus menjadi penghubung antara sistem saraf
dan sistem endokrin (Agarwall, 1975).
Disamping itu jaringan saraf sangat rumit sistemnya. Kerumitan ini berasal
dari kemampuan sel-sel saraf (neuron) untuk berkomunikasi satu sama lain.
Semua sel yang membentuk satu kesatuan kelompok itu berada dalam komunikasi
satu sama lain melalui sinyal elektris dan pesan kimiawi yang membantu
memelihara kesatuan kelompok sel itu sebagai keseluruhan. Akan tetapi,
mempunyai fungsi utama sebagai pembuat pesan kimiawi dan perkembangan
saluran komunikasi untuk koordinasi fungsi-fungsi tubuh (Bevelander, 1988).
Pada dasarnya jaringan saraf ini berasal dari jaringan ektoderm. Secara
struktur histologis, sistem saraf terdiri dari 3 komponen yaitu sel saraf, serabut
saraf dan jaringan pengisi. Sel saraf atau yang lebih dikenal dengan nama sel
neuron memiliki perbedaan dengan sel-sel dasar lainnya, hal ini karena pada sel

saraf terdapat tonjolan-tonjolan yang panjang dari badan selnya. Oleh karena itu
sel saraf dibedakan menjadi 3 bagian yaitu: badan sel, dendrite dan axon
(Fishelson, 1972).
Menurut Saktiono (1989), badan sel yaitu bagian sel saraf yang
mengandung inti, maka kadang-kadang bagian ini disebut pula sebagai
perikaryon. Bentuk dan ukuran dari badan sel ini dapat beraneka ragam
tergantung fungsi dan letaknya. Inti sel biasanya terletak sentral, walaupun
kadang-kadang dapat juga terletak eksentrik. Biasanya berbentuk bulat dan
berukuran besar serta didalamnya terdapat butir khromatin yang halus dan
tersebar.
Nukleolus biasanya besar sehingga kadang-kadang dapat disangka sebagai
intinya sendiri. Penampilan inti yang demikian merupakan ciri khas dari sel saraf,
oleh karena berkaitan erat sekali dengan kegiatan sel saraf. Sitoplasma sel saraf
mengandung berbagai macam organela seperti halnya jenis sel lain. Ciri khas dari
sitoplasma sel neuron yaitu adanya bangunan basofil yang berbentuk sebagai
bercak-bercak yang dinamakan Substansi Nissl yang tidak lain adalah granular
endoplasmic reticulum yang banyak mengandung butir-butir ribosom. Kehadiran
bangunan tersebut mendukung adanya kegiatan sintesis protein. Di samping
organela, di dalam sel saraf ditemukan juga pigmen yang fungsinya kurang jelas.
Ada dua jenis pigmen dalam sel saraf, yaitu: pigmen lipokhrom yang berwarna
kuning dan pigmen melanin yang berwarna coklat atau hitam (Dellmann, 1992).
Yang kedua yaitu dendrit, dendrit merupakan tonjolan-tonjolan dari badan
sel saraf yang bercabang-cabang sebagai pohon sehingga memperluas permukaan
sel saraf. Pada pangkalnya di badan sel terdapat perluasan substansi nissl dan
mitokondria, namun neurofibril dan mikrotubuli meluas sampai ujung dendritnya.
Dengan pewarnaan khusus menggunakan inpregnasi perak dapat terlihat adanya

tonjolan-tonjolan pada permukaan percabangan dendrit yang disebut gemula dan


spina. Bangunan seperti ini digunakan untuk tempat kontak dengan sel saraf
lainnya melalui sinapsis. Fungsi daripada dendrit ini adalah untuk merambatkan
impuls ke arah badan sel (Bevelander, 1988).
Yang ketiga adalah axon, berbeda dengan dendrit, axon merupakan
tonjolan yang hanya terdapat sebuah dan berfungsi merambatkan impuls yang
meninggalkan badan sel. Bahkan salah satu jenis sel saraf dalam retina yang
disebut

sel

amakrin

tidak

memiliki

axon

sama

sekali.

Didalam axon tidak terdapat substansi nissl, karena didaerah ini banyak
neurofibril yang akan meninggalkan badan sel. Panjang axon lebih panjang
daripada dendrit. Oleh karena axon perlu menghantarkan impuls yang tidak lain
adalah perubahan potensial listrik, maka axon ini dibungkus oleh bahan isolator
yang disebut dengan selubung myelin. Selain selubung myelin terdapat juga
selubung neurolema yang merupakan selubung luar (Campbell, 2000).
Menurut Adnan (2011), selain daripada neuron dan serabut saraf, pada
sistem saraf dikenal juga namanya jaringan pengisi. Yang dimaksud dengan
jaringan pengisi ini adalah jaringan yang meliputi semua komponen jaringan saraf
yang tidak ikut berfungsi dalam menghantarkan impuls saraf. Pada sistem saraf
pusat, sel-sel jaringan pengisi disebut dengan neuroglia sedangkan pada sistem
saraf perifer terdapat adanya sel satelit atau sel kapsel dan sel Schwann.
Seperti yang telah disebutkan diatas tadi bahwa sistem saraf dibedakan
menjadi 2 yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi atau perifer. Sistem saraf
pusat, sistem ini terdiri atas cerebrum, cerebellum dan medulla spinalis. Untuk
cereberum dan cerebellum terdapat perbedaan yaitu kalau cereberum mengandung
sel pyramid sedangkan cerebellum mengandung sel purkinje. Susunan saraf pusat
dilindungi oleh tengkorak dan columna vertebralis, selain itu juga dibungkus oleh

membran jaringan ikat yang disebut meninges. Dimana susunan meninges ini
dilapisi oleh 3 lapisan yaitu lapisan pia meter, dura meter dan araknoid (Linda,
1988).
Untuk pia meter terdiri dari jaringan ikat longgar yang banyak
mengandung pembuluh darah. Dura meter terdiri atas jaringan ikat padat yang
berhubungan langsung dengan periosteum tengkorak. Sedangkan untuk araknoid
terdiri atas jaringan ikat tanpa pembuluh darah. Sistem saraf tepi atau perifer
terdiri dari 3 komponen yaitu serabut saraf, ganglia dan ujung saraf (Bevelander,
1988).
Serabut saraf merupakan kumpulan serat saraf yang dikelilingi oleh sel
satelit, sel Schwann, myelin dan jaringan ikat. Untuk ganglia sendiri berfungsi
untuk melindungi dan menunjang neuron, menyeliputi axon dan memberi nutrisi
pada neuron. Selain fungsinya, ganglia ini dibedakan menjadi astrosit,
oligodendrosit, mikroglia, sel satelit dan sel Schwann (Dellmann, 1992).
Sistem saraf periferel mengumpulkan informasi dari permukaan tubuh,
organ khusus, dan dari isi perut, dan menghantarkan sinyal-sinyal sistem saraf
sentral. Ia juga mengandung saluran keluar yang membawa suatu arus sinyal ke
organ-organ efektor dalam tubuh, yang beraksi terhadap peruahan-perubahan
dalam lingkungan dalam dan luar. Antara sinyal-sinyal yang masuk dan perintahperintah yang keluar terdapat sekumpulan jaringan jaringn saraf yang terlibat
dalam membandingkan bahan-bahan masukan, dalam pengolahan, dan dalam
melakukan keputusan. Kumpulan saraf ini disebut sistem saraf sentral dan untuk
sebagian besar terletak dalam jaringan saraf tulang punggung, batang, otak, dan
kulit serebal (Agarwall, 1975).
Menurut Dellmann (1992), sel- sel pensekresi dapat di bagi secara kasar
dalam dua kategori mereka yang melepas produk-produk mereka ke dalam suatu

saluran yang berhubungan dengan suatu rongga organ dan mereka yang melepas
produk-produk mereka langsung ke dalam cairan tubuh, melalui kapiler-kapiller.
Kelenjar yang sekresinya di angkut melalui saluran, disebut kelenjar eksokrin dan
kelenjar yang tanpa saluran disebut kelenjar endokrin.
Pada sistem endokrin dalam kaitannya dengan sistem saraf yaitu
mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama
bekerja untuk membangun homeostasis tubuh. Sebenarnya fungsi kedua sistem ini
satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik
tertentu. Karakrteristik khusus ini adalah jika pada sistem endokrin umumnya
bekerja melalui hormon sedangkan pada sistem saraf umumnya bekerja melalui
neurotransmitter yang dihasilkan dari ujung-ujung saraf. Secara umum,
karakteristik dari sistem endokrin ini antara lain terdapat sel-sel penghasil
hormon, tidak ada saluran keluar, sekitar kelenjar banyak pembuluh darah dan sel
ada yang terpisah dan ada yang berkelompok (Campbell, 2000).
Sel endokrin yang merupakan kelenjar terpisah. Sel endokrin dapat
dibedakan dari kelenjar endokrin bersel satu karena kenyataannya bahwa kutub
sekresi mereka tertuju langsung ke arah alas kapiler di bawah suatu epitel dan
tidak ke arah lumen suatu organ yang di lapisi oleh epitel itu (Bevelander, 1988).
Organ endokrin tidak memiliki alat penyalur, dimana parenkim
menghasilkan sekretnya, disebut hormon yang di sekresikan Fungsi utama sistem
endokrin di laksanakan oleh kelompok sel yang merupakan bagian dari bukan
endokrin. Misalnya yang tersebar pada sel-sel epitel usus adalah sel sel yang
melakukan sintesis peptide (Yatim, 1987).
Menurut Fishelson (1972), kelenjar endokrin dibedakan menjadi 3 yaitu
berdasarkan berbentuk organ kelenjar endokrin ( kelenjar hipofise, kelenjar tiroid,
kelenjar paratiroid, kelenjar epifise dan kelenjar suprarenal). Berdasarkan terdapat

dalam organ atau sistem lain (pulau langerhans, progesterone, estrogen, gastrin,
sekretin, eritropoetin). Berdasarkan neuroendokrin (pars neuralis hipofise dan
hipotalamus)

III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi hewan (Histologi Saraf dan Endokrin) ini dilaksanakan pada
hari senin, 5 Mei 2014, Jam 08.00-10.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum histologi saraf dan endokrin ini
antara lain mikroskop, buku gambar, alat-alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan
yang digunakan untuk praktikum ini adalah preparat permanen sistem saraf dan
endokrin.
3.3 Cara Kerja
Pada praktikum histologi saraf dan endokrin ini, pertama diambil mikroskop
setelah itu diletakkan mikroskop ditempat yang datar. Setelah itu diletakkan
preparat permanen pada meja mikroskop, digunakan lensa dengan perbesaran
terkecil setelah itu diperbesar, ganti dengan preparat yang lain. Selanjutnya
diamati dan digambar beserta keterangannya.

IV. HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


4.1.1 Cerebrum

a
c

Gambar 1. Cerebrum (a) Pia metter, (b) Gray metter, (c) White metter
Menurut Dellmann (1992), cerebrum atau yang lebih dikenal dengan otak besar.
Pada cerebrum ini terdapat sel-sel pyramid dan sel stellata, dimana sel stellata ini
terletak diantara sel-sel pyramid. Selain itu, cerebrum memiliki dua substansia
yaitu substansia alba dan substansia grisea. Substansia alba terdapat pada bagian
medulla dan berisi serabut-serabut saraf sedangkan substansia grisea terletak pada
bagian korteks dan terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan molecular ( terdiri dari
sedikit sel-sel granuler), lapisan sel-sel pyramid ( mengalami perubahan ukuran
dan semakin membesar menuju medulla) dan yang terakhirnya adalah lapisan
multiformis, dimana lapisan ini terdiri dari neuron dengan berbagai bentuk.
Pada praktikum kali ini, preparat cerebrum yang telah diberi pewarnaan
dengan HE menunjukkan bahwa cerebrum memiliki 3 bagian, dimana bagian
tersebut dapat dilihat pada gambar Pada gambar tersebut dapat terlihat bagian pia
metter, gray metter dan white metter yang merupakan bagian dari cerebrum itu
sendiri.

Pia metter adalah lapisan paling luar atau paling tepi dari cerebrum. Gray
metter merupakan bagian yang letaknya agak kedalam dan memiliki warna abuabu, pada gambar 1 bisa dilihat dimana letak daripada gray metter itu sendiri
sedangkan untuk warna dari gray metter

yang dihasilkan dari praktikum ini

kurang terlihat jelas berwarna abu-abunya seperti apa yang telah disebutkan pada
literatur. Yang terakhir white metter, bagian white metter ini terletak lebih dalam
dari gray metter dan mempunyai warna putih seperti yang bisa dilihat pada
gambar 1, walaupun gambar yang dihasilkan kurang jelas, tetapi pada hasil
praktikum ini masih dapat juga kita bedakan bagian-bagian yang menyusun
cerebrum tersebut walaupun sebenarnya hasil praktikum kali ini kurang sempurna
sebab warna dari bagian-bagian cerebrum ini kurang begitu jelas terlihat di
mikroskop, tetapi kalau secara literatur telah disebutkan warna dari masingmasing bagian ini baik pia metter, gray metter dan white metter.
4.1.2 Pankreas

Gambar 2. Pankreas (a) Pulau langerhans, (b) Arteri


Pankreas terletak pada rongga abdomen berwarna putih keabuan hingga
kemerahan. Pankreas merupakan kelenjar campuran eksokrin-endokrin yang
menghasilkan enzim penernaan dan hormon. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas
membantu dan berperan penting dalam sistem pencernaan dengan mensekresikan

enzim-enzim pankreas seperti amylase, lipase dan tripsin. Sedangkan sebagai


kelenjar endokrin, pankreas dikenal dengan memproduksi hormon-hormon insulin
dan glukagon yang berfungsi dalam metabolisme glukosa. Fungsi endokrin
pankreas dilakukan oleh pulau-pulau langerhans yang tersebar diantara bagian
eksokrin pankreas seperti yang dapat dilihat pada gambar 2 (Tambajong, 1995).
Selain pulau langerhans, pada gambar 2 juga terlihat adanya arteri-arteri
disekitar pulau langerhans tersebut. Secara literature, bukan hanya pulau
langerhans dan arteri saja yang ada di pankreas, tetapi ada 3 sel yang juga terdapat
di pankreas ini, ketiga sel ini yaitu: sel biasanya terletak ditengah pulau
langerhans, memiliki warna biru apabila dikasih pewarnaan dengan hematoksilin
gomori. Sel ini berfungsi sebagai penghasil hormon insulin. Sel memiliki
ukuran yang lebih besar daripada sel , terletak pada bagian perifer pulau
langerhans dan mempunyai butir-butir sekresi yang berwarna merah jika diberi
pewarnaan dengan hematoksilin gomori. Sel berfungsi untuk mensekresi
glukagon. Dan selanjutnya sel yang terakhir adalah sel biasanya heterogen
dalam bentuk, ukuran dan densitas butir-butir sekresi dan pewarnaan yang
digunakan untuk mengidentifikasi sel tersebut adalah dengan metode garam
perak. Sel ini berfungsi untuk menghasilkan somatostatin (Dellmann, 1992).
Pada hasil praktikum yang terlihat pada gambar 2, tidak dapat dilihat dan
diketahui yang mana sel , dan nya, hal ini dikarenakan pada preparat
permanen pankreas yang diamati hanya menggunakan pewarnaan dengan HE
(Hematoksilin Eoksin), padahal untuk dapat melihat sel , dan ini harus
menggunakan 2 campuran pewarnaan yaitu pewarnaan dengan HE dan gomori
agar dapat dilihat warna yang dihasilkan dari setiap sel dan bisa kita bedakan
ketiga sel tersbut.

4.1.3 Paratiroid

Gambar 3. Paratiroid (a) Sel principal, (b) Sel oksifil


Kelenjar paratiroid dibalut oleh kapsula ikat pekat yang tidak teratur. Paratiroid
merupakan 3 kelenjar kecil atau lebih. Partairoid ini terletak di bagian belakang
kelenjar tiroid, tetapi kadang ditemukan juga tertanam dalam kelenjar tiroid
sendiri. Paratiroid ini memiliki fungsi menghasilkan parathormon yang
mempertahankan kandungan kalsium dan fosfor dalam darah secara normal.
Hormon paratiroid bekerja langsung pada tubuli proksimalis ginjal untuk
menghambat penyerapan kembali fosfor dan meningkatkan penyerapan kembali
kalsium (Dellmann, 1992).
Parenkim kelenjar paratiroid terdiri dari 2 macam sel yaitu sel principal dan
sel oksifil, seperti yang bisa dilihat pada gambar 3. Sel principal memiliki bentuk
polygon kecil, inti vesikuler serta memiliki sitoplasma yang pucat. Fungsi dari sel
principal ini adalah sebagai hormon paratiroid. Sel oksifil memiliki jumlah yang
lebih sedikit, bergerombol, berbentuk polygonal dan berukuran lebih besar,
sitoplasmanya cerah dibandingkan sel principal sedangkan untuk fungsinya
sendiri belum diketahui secara jelas dalam literatur yang digunakan.
4.1.4 Adrenal

b
a

Gambar 4. Adrenal (a) Zona gromelurosa, (b) Zona fasiculata, (c) Zona retikularis
Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak kutub anterior ginjal
yang terbenam dalam lemak. Kelenjar adrenal terdiri dari dua bagian yang jelas,
bagian luar disebut korteks yang berasal dari mesodermal dan bagian dalam yang
disbeut medulla dan berasal dari neuroektoderm. Kelenjar adrenal dibalut oleh
kapsula yang terdiri dari jaringan ikat pekat tidak teratur dan kadang- kadang
terdapat otot polos (Tambajong, 1995).
Selanjutnya korteks adrenal itu sendiri terbagi menjadi 3 daerah yaitu zona
gromelurosa (lapis paling luar), zona fasciculate dan zona retikularis yang
letaknya berbatasan dengan medulla. Ketiga zona ini dapat dilihat pada gambar 4.
Zona gromelurosa tersusun dari sel-sel yang berbentuk silindris dan
dikelilingi oleh kapiler. Zona fasciculata, sel-sel berbentuk polygonal dan tersusun
sejajar tegak membentuk kolom dan dipisahkan oleh kapiler darah serta sel-sel
tampak bervakuola karena mengandung tetes lemak. Zona retikularis, sel-sel nya
memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan sel-sel lainnya dan tersusun dalam
kelompok tidak teratur seperti anyaman (Adnan, 2011).
Setiap zona ini memiliki peran masing-masing, pada zona gromelurosa
terlibat dalam proses metabolisme lemak. Zona fasciculata dan zona retikularis
terlibat dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lipid. Untuk bagian medulla
pada adrenal ini merupakan modifikasi sel-sel saraf limpatikus pascaganglionik

dengan banyak inervasi simpatikus praganglionik yang mengatur aktivitas


sekretori sel-sel tersebut.

V.PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum histologi saraf dan endokrin ini adalah:
8. Preparat saraf dan endokrin yang diamati adalah cerebrum, pancreas,
paratiroid dan adrenal
9. Pada preparat cerebrum terdapat 3 lapisan penyusun yaitu pia matter, gray
matter dan white matter
10. Pada preparat pancreas ditemukan adanya pulau langerhans, selain pulau
langerhans pada pancreas juga ada sel , sel dan sel tetapi pada
praktikum tidak terlihat jelas yang mana sel , sel dan sel
11. Pada preparat adrenal terdiri dari 3 lapisan penyusun yaitu zona
glomerulosa, zona fasciculate dan zona retikularis
12. Pada preparat paratiroid terdiri dari 2 jenis sel yaitu sel principal dan sel
oksifil
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya:
8. Hati-hati dalam menggunakan mikroskop dan preparat permanen
9. Serius dan konsentrasi saat praktikum
10. Jangan ceroboh saat melihat mikroskop dan mengamatinya
11. Selalu bersihkan alat-alat selesai praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2011. Penuntun Praktikum Struktur Hewan. Makasar: FMIPA UMN.


Agarwal, dkk. 1975. Histologi. India:Banaras Hindu University.
Bevelander, G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Jakarta:Erlangga.
Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Dellmann, D. 1992. Histologi Veteriner. Jakarta:Universitas Indonesia
Fishelson, L. 1972. Histologi dan Ultrastruktur. Yogyakarta:Pustaka Tama
Kimball, J. 1992. Biologi Jilid 3. Jakarta:Erlangga
Linda, dkk. 1988. Histologi Dasar. Jakarta:Erlangga
Saktiono. 1989. Biologi. Jakarta:Erlangga
Tambajong, J. 1995. Sinopsis Histologi Edisi 1. Jakarta: EGC
Widarto, H . 1997. Fakta tubuh. Jakarta : Erlangga.
Yatim, W. 1987. Biologi. Bandung:Tarsito

HISTOLOGI RANGKA

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI HEWAN
HISTOLOGI TULANG DAN RANGKA
OLEH :
KELOMPOK 5 B

ANGGOTA : 1. AL-QADRI PUTRA M.

ASISTEN

(1110423016)

2. NURWISMA

(1310421006)

3. SITI AISYAH

(1310421026)

4. QORIATUL HUSNAH

(1310421046)

5. PRATIWI MUTIAH PUTRI

(1310422010)

6. FATHYA ANNISA

(1310422046)

: DWIYANTO

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2014

I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi
yang sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu fungsi
fisiologi yang sama dan membentuk organ. Jaringan dipelajari dalam suatu cabang
ilmu biologi yang dinamakan histologi. Histologi merupakan salah satu cabang
ilmu biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail dengan
menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi
dapat juga disebut ilmu anatomi mikroskopis. Histologi sangat berguna dalam
mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam tubuh baik manusia, hewan dan
tumbuhan (Linda, 1988).
Selama proses evolusi, berkembang suatu protein struktural dasar yang
diubah menjadi berbagai tingkat kekerasan, elastisitas dan kekuatan, tergantung
kepada pengaruh lingkungan dan keperluan fungsional dari organisme tersebut.
Protein ini adalah kolagen dan contoh-contoh utama diantara berbagai
modifikasinya adalah kulit, membran basalis, tulang rawan dan tulang keras.
Tulang merupakan salah satu jaringan terkeras didalam tubuh manusia. Sebagai
unsur utama kerangka tubuh, tulang ini menyokong struktur-struktur berdaging,
melindungi organ-organ vital seperti yang terdapat dalam rongga tengkorak dan
dada dan mengandung sumsum tulang dimana sel darah dibentuk. Disamping
fungsi-fungsi ini, tulang membentuk suatu sistem yang melipat gandakan
kekuatan yang timbul selama kontraksi otot rangka dan mengubahnya menjadi
gerakan tubuh (Harjana, 2011).
Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa tulang merupakan unsur utama
dalam kerangka tubuh manusia, hal inilah yang menyebabkan tulang sangat

penting dalam tubuh kita. Tulang termasuk kedalam salah satu penyusun jaringan
dasar yang membentuk tubuh semua hewan termasuk manusia. Seperti yang telah
diketahui bahwa ada 4 kelompok jaringan dasar yang membentuk tubuh semua
hewan termasuk manusia dan organisme multiseluler tingkat rendah seperti
artropoda. Keempat kelompok jaringan tersebut adalah jaringan epithelium,
jaringan pengikat, jaringan saraf dan jaringan penyokong. Jaringan penyokong
adalah jaringan yang terdiri dari jaringan tulang rawan dan jaringan tulang. Maka
dari itu tulang termasuk salah satu dari penyusun jaringan penyokong tubuh.
Menurut Widarto (1997), jaringan tulang tersusun oleh osteosit dan
matriks tulang. Osteosit banyak mengeluarkan senyawa kapur dan phosphat ke
dalam matriks tulang sehingga menyebabkan tulang menjadi keras. Bila matriks
tulang ini padat dan rapat maka yang terbentuk adalah tulang keras, misalnya
tulang pipa. Sedangkan bila matriks tulang tidak rapat maka akan terbentuk tulang
spons, misalnya tulang pipih dan tulang pendek. Selain dari matriks ini, tulang
juga dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan bahan pembentuknya yaitu tulang
rawan (kartilago) dan tulang keras (osteon).
Tulang- tulang ini akan berkumpul dan membentuk suatu sistem yang
sering dikenal dengan sistem rangka. Sistem rangka adalah suatu sistem organ
yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Seperti yang telah
diketahui bahwa rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan
yang ditunjang oleh struktur lain seperti ligamen, tendon, otot dan organ lainnya
(Saktiono, 1989).
Tidak hanya sebagai penyusun sistem rangka, tulang juga termasuk
kedalam alat gerak pada manusia. Dimana yang telah diketahui bahwa alat gerak
yang digunakan pada manusia dan hewan itu terdiri dari dua macam yaitu alat
gerak pasif berupa tulang dan alat gerak aktif berupa otot. Kedua alat gerak ini

akan bekerja sama dalam melakukan pergerakan sehingga membentuk suatu


sistem yang disebut sistem gerak.
Tulang disebut alat gerak pasif karena tulang tidak dapat melakukan
pergerakannya sendiri. Tanpa adanya alat gerak aktif yang menempel pada tulang,
maka tulang-tulang pada manusia dan hewan akan diam dan tidak membentuk alat
pergerakan yang sesungguhnya, tetapi walaupun tulang merupakan alat gerak
pasif, ia mempunyai peranan yang besar dalam sistem gerak manusia dan hewan
(Tambajong, 1995).
Otot disebut alat gerak aktif karena otot memilik senyawa kimia yaitu
protein aktin dan myosin yang bergabung menjadi satu membentuk aktomiosin.
Dengan aktomiosin inilah otot dapat bergerak, sehingga pada saat otot menempel
pada tulang dan bergerak dengan otomatis tulang juga akan ikut bergerak (Adnan,
2011).
Untuk lebih mengetahui dan memahami hal-hal sehubungan dengan
jaringan rangka dan gerak, maka dilakukanlah praktikum dengan penggunaan
suatu alat yaitu mikroskop. Agar lebih mempermudah mahasiswa mengetahui
dengan tidak hanya mempelajari buku pegangan saja.
Hal-hal tersebutlah yang melatarbelakangi di adakannya praktikum ini. Agar
kita dapat melihat secara langsung bagian-bagian histologi dari jaringan ini. Selain
itu kita juga dapat membandingkan secara langsung melalui mikroskop perbedaan
dari jaringan yang satu dengan jaringan yang lainnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang histologi rangka dan gerak ini adalah agar
praktikan mampu memahami, menjelaskan tentang histologi rangka dan saraf
terutama pada vertebrata.

II.TINJAUAN PUSTAKA

Tulang merupakan jaringan luar biasa karena ia terus-menerus dibentuk kembali


dan di organisasi dalam proses pelaksanaan fungsi penumpu dan pengaturan
kalsium. Dari awal permulaannya, tulang itu berperan sebagai jaringan yang luar
biasa dinamisnya, hal ini karena tulang itu memiliki struktur yang terus menerus
berubah-ubah (Tambajong, 1995).
Selain itu, tulang secara arsitektural direncanakan sebagai jaringan yang
ringan tetapi luar biasa kuat untuk menanggung beban yang bergaris-garis tekanan
diakibatkan oleh dukungan beban yang kuat. Untuk melaksanakan ini, matriksnya
termineralisasi sepanjang susunan-susunan serat yang tinggi pengorganisasiannya
(Linda, 1988).
Pada kedua jaringan itu, sel-sel membentuk dan memelihara matriks
terperangkap didalam kulit keras matriks yang disebut lacuna, tetapi bentuk
lacuna ini bersifat khas untuk masing-masing jenis jaringan. Kedua jaringan itu
tertutup oleh suatu lembar jaringan penyambung padat dan teratur yang
mengandung persendian darah dan suatu populasi sel-sel batang yang terus
menerus melahirkan sel pembentuk matriks baru, sel kondrogen dan sel osteon,
masing-masing untuk tulang rawan dan tulang. Kedua jaringan itu dapat tumbuh
dengan pembentukan lapis-lapis mulai dari tepi (Bevelander, 1988).
Tulang selalu terbentuk dalam kerangka jaringan penyambung yang telah
ada

sebelumnya. Perbedaan-perbedaan dalam perkembangan terjadi karena

embrio beberapa dari tulang-tulang itu di endapkan dalam mesenkima yang belum
terdiferensiasi, sedangkan di bagian lain dari tulang terjadi pembentukan tulang
yang didahului oleh sistem tulang rawan penumpu yang sementara. Proses penting
pembentukan matriks tulang dan osifikasi adalah sama dalam hal kedua tersebut.

Osifikasi membran terutama terjadi dalam tulang tengkorak pipih dan klavikula,
sedangkan osifikasi endokondral bersifat khas untuk sebagian besar sisa kerangka
tubuh (Dellmann, 1992).
Pada tulang rawan sel-sel batangnya berpoliferasi dan membentuk
kondrosit-kondrosit yang cepat mengelilingi mereka dengan matriks. Pada tulang
sel-sel batangnya mula-mula berkembang menjadi osteoblast, dimana osteoblast
ini merupakan sel pembentuk matriks

yang luar biasa aktif lambat

laun

mengurung diri sendiri dalam suatu lakuna dan menjadi osteosit. Sel-sel ini
berbeda dengan sel-sel tulang rawan, tetapi memelihara kontak satu sama lain
melalui saluran-saluran dalam matriks dan mati bila matriks sekeliling mereka
mengalami pengapuran. Berbeda dengan tulang rawan, tulang tetap memelihara
suplay darah yang mengalir melimpah melalui matriks. Ini dapat terjadi karena
mineralisasi matriks memberikan saluran- saluran pelindung yang dapat di lalui
oleh pembuluh darah itu tanpa bahaya penutupan karenan tekanan darah itu dari
luar (Fishelson, 1972).
Menurut Saktiono (1989), matriks tulang mengandung unsur-unsur yang
sama seperti jaringan-jaringan penyambung lainnya yaitu serat-serat dan bahan
dasar . Pengendapan matriks ini oleh osteoblast disebut osifikasi. Pengendapan
garam-garam kalsium dalam matriks ini di sebut kalsifikasi, suatu proses yang
terjadi normal pada tulang tetapi dapat terjadi patologis dalam jaringan
pengangkut lainnya, seperti tulang rawan dan pembuluh.
Tulang juga dapat di klasifikasikan sebagai spons atau kompak. Tulang itu
berpori karena ia terbentuk disekitar ruang-ruang vaskuler, dan bila mana ruangruang itu terlihat, maka bentuk seperti sarang madu ini disebut cancellus. Pada
tulang yang kompak ruang-ruang yang berpori itu kecil-kecil, sedangkan pada
tulang spons ruang-ruang lebih besar dan dapat terlihat dengan mata telanjang.

Sedangkan untuk susunan seratnya cenderung berbeda pada dua jenis tulang
(Adnan, 2011).
Dalam jaringan penunjang seperti tulang rawan dan tulang, sifat matriks
nya bervariasi. Dalam tulang rawan, bahan dasarnya setengah rapuh dan
mengandung suatu kompleks protein-karbohidrat yang di kenal sebagai
kondromukoid. Pada hidrolisis parsial kondromukoid itu menghasilkan asam
sulfat kondrotin. Kondrmukoid adalah PAS positif dan basofil dan berwarna biru
secara metakromatis dengan toluidin, karena ia mengandung kondroitin sulfat
sebagai proteoglikan yang terkemuka dalam bahan dasar (Widarto, 1997).
Tulang rawan merupakan kerangka embrio dan pada individu dewasa,
gelang-gelang trakea menjadi contohnya. Sel-selnya terletak dalam ruangan kecil
dalam matriks yang di sebut lacuna. Lacuna Ini beraneka ragam bentuk
tergantung pada posisi dalam lempengan tulang rawan, lebih besar dan lebih bulat
dekat pusat lempengan (Agarwal, 1975).
Tulang rawan berkembang dari mesenkim, seperti halnya dengan jaringan
penunjang lainnya. Sel mesenkim pertama-tama membentuk serat-serat dan
kemudian meletakkan matriks padat. Tiap-tiap sel membentuk suatu lapisan
matriks pada keliling mereka dan dengan demikian membungkus dirinya dalam
suatu lacuna (Bevelander, 1988).
Menurut Fishelson (1972), Tulang rawan terdapat dalam tiga bentuk
berserat, hialin, dan elastis : betuk-bentuk ini di bedakan karena sifat-sifat serat
mereka, perbandingan relative dari jenis-jenis seratnya, konsistensi matriksnya
yang bervariasi dari lentur dan luwes sampai elastis dan mudah di bentuk sampai
ulet dan kuat mendukung beban. Dari ketiga jenis tulang rawan ini, tulang rawan
berserat merupakan tulang yang paling menyerupai jaringan penyambung yang
sebenarnya. Dalam lempengan-lempengan tulang punggung, tulang rawan

berserat membentuk lapisan antar kapsul jaringan penyambung dari lempengan itu
dan tulang rawan hialin yang terdapat di atas permukaan bertulang dari vertebrata.
Fungsi tulang rawan beraneka ragam dan berguna untuk organisme dalam banyak
cara. Tulang rawan hialin merupakan sebagian besar dari kerangka sementara
embrio. Varietas tulang rawan ini merupakan permukaan yang berartikulasi dari
sendi-sendi. Dalam kapasitas sendi ia memperlihatkan sifat-sifat kekuatan luar
biasa untuk menunjang dan juga memungkinkan tulang-tulang bergerak bebas.
Tulang rawan hialin berserat dalam kolagen dan tulang rawan hialin tidak
terkumpul dalam berkas-berkas tetapi tersebar dalam seluruh jaringan dalam
bentuk anyaman halu dan rapat, sepenuhnya terisi dengan bahan dari matriksnya.
Perpaduan ini begitu erat sehingga terbentuk suatu massa yang meskipun luwes,
namun sangat kuat dan mendukung beban. Selain itu, serat-serat dan matriksnya
mempunyai kemampuan berwarna dan indeks bias yang sama (Widarto, 1997).
Tulang rawan tidak mempunyai persediaan darah kecuali pada tepi masingmasing lempengan. Sebagai akibatnya, sel- sel bagian pusatnya menerima semua
zat makanan melaui di fusi karena tulang rawan itu merupakan jaingan
penyambung yang menunjang beban berat, setiap persediaan darah terserap oleh
tekanan. Tulang rawan elastis serupa dengan tulang rawan hialin dalam susunan
perikondriumik matriks, sel dan lakunanya perbedaannya ialah bahwa tulang
rawan elastis, di samping serta kolagen yang tak terlihat, mengandung suatu
anyaman serat elastis yang segera dapat di tunjukkan dengan menggunakan warna
yang sesuai (Bevelander, 1988).
Sel- sel otot spesialisasi untuk kontraksi yaitu mengandung protein
kontraktil yang dapat berbeda dalam ukuran panjang pendek. Otot di bedakan 3
jenis otot: otot polos, otot kerangka, dan otot jantung. Otot kerangka dijumpai
pada otot tersebut yang bersambungan dengan kerangka tubuh dan berkaitan

dengan gerakan badan. Sel-sel kerangka dalah sel-sel silindris berbentuk prisma
yang rata-rata 3 cm panjangnya tetapi yang bervariasi dari sekitar 1 mm. seratseratnya bersatu dalam kelompok menjadi berkas-berkas disebut fasikili yang
beraneka ragam dalam ukuranya. Otot-otot dari penampilan morfologi yang persis
sama dengan otot kerangka di jumpai pada berbagai tempat dimana ia tidak terikat
pada tulang (Dellmann, 1992).
Otot jantung menyusun bagian dinding jantung yang konraktil terlibat
dalam pemompaan darah. Otot jantung hanya di temukan dalam dinding jatung
dan vena besar yang memasuki jantung. Suatu sayatan melalui dinding otot
jantung, menunjukan sel-sel yang tersusun sebagai anyaman yang bercabang
dengan sedikit jarigan penyambung sekelilingnya, batas sel-selnya juga tidak jelas
(Tambajong, 1995).
Otot polos ditemukan sebagian dari dinding alat viscera, yang berfungsi
untuk mengubah keteguhan dinding organ-organ berongga. Semu jenis jaringan
otot tersusun dari sel-sel membujur dengan nukleus yang jelas batasanya, suatu
sitoplasma yang bewarna merah dengan eosin dan fibril-fibril didalam sitoplasma.
Kebanyakan otot polos berasal dari mesenkim, yang sel-selnya pada prinsipnya
tidak berbeda dari sel-sel pembentuk jaringan penyambung. Pada irisan melintang,
sel-sel otot polos tampak sebagai lempengan-lempengan sitoplasma yang
mempunyai berbagai diameter. Yang terbesar dari lempengan-lempengan itu
terpotong dibagian tengah seratnya dan meliputi selnya (Harjana, 2011).
Sel-sel otot polos terikat menjadi satu pada sambungan-sambungan celah
dan oleh lapisan luar glikoprotein serupa dengan pada membran basal. Suatu
sambungan celah serupa dengan sambungan sel jenis okludens kecuali terdapat
sisa ruang sempit antara membran-membran yang menempel (Linda, 1988).

III.PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Anatomi hewan (Histologi Tulang dan Rangka) ini dilaksanakan pada
hari senin, 12 Mei 2014, Jam 08.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas,
Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum histologi tulang dan rangka ini
antara lain mikroskop, buku gambar, alat-alat tulis dan kamera. Sedangkan bahan
yang digunakan untuk praktikum ini adalah preparat permanen sistem rangka dan
gerak.
3.3 Cara Kerja
Pada praktikum histologi tulang dan rangka ini, pertama diambil mikroskop
setelah itu diletakkan mikroskop ditempat yang datar. Setelah itu diletakkan
preparat permanen pada meja mikroskop, digunakan lensa dengan perbesaran
terkecil setelah itu diperbesar, ganti dengan preparat yang lain. Selanjutnya
diamati dan digambar beserta keterangannya.

IV.HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


4.1.1 Trakea

Perbesaran 4 kali

Perbesaran 10 kali

Gambar 1. Trakea (a) otot polos, (b) kondrosit, (c) isogenus


Pada praktikum kali ini, preparat trakea yang telah diberi pewarnaan dengan HE
(Hematoxylin Eosin) menunjukkan bahwa bagian-bagian yang terdapat pada
trakea adalah otot polos, kondrosit dan isogenus seperti yang bisa dilihat pada
gambar 1. Dari hasil yang didapat maka dapat dibedakan dengan jelas mana
bagian-bagian dari trakea tersebut baik itu otot polos yang merupakan penyusun
dari tunika muskularis, kondrosit dan isogenus nya, hal ini bisa dilihat dari 2 hasil
yang didapat dengan perbesaran yang berbeda yaitu perbesaran 4 kali dan
perbesaran 10 kali, dimana bagian-bagian dari trakea ini dapat terlihat jelas pada
perbesaran 10 kali. Dan untuk perbesaran yang 40 kali tidak praktikan dapatkan,
hal ini dikarenakan pada perbesaran 40 kali tidak terlihat dengan jelas bagianbagian dari trakea tersebut.
Menurut Dellmann (1992), trakea tersusun dari beberapa lapisan yaitu
lapisan tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika
adventitia. Tunika mukosa terdiri atas epitel pseudo kompleks bersilia dengan
membran basalis, lamina propia dan lapisan serabut elastis. Tunika submukosa

kaya akan serabut elastis dan lemak yang melekat pada perikhondrium cincin
kartilago. Cincin kartilago dibungkus oleh membran fibrosa, cincin ini menjaga
trakea, terutama saat esophagus dilalui bolus makanan. Cincin kartilago ini
dibentuk oleh kartilago hialin. Untuk tunika muskularisnya disusun atas muskulus
transversus trakea berupa otot polos dengan arah melintang pada bagian dorsal.
Sedangkan untuk tunika adventitia terdiri atas serabut elastis dan kolagen yang
longgar dengan banyak jaringan lemak.
Berdasarkan gambar 1 dilihat bahwa terdapat otot polos yang merupakan
penyusun pada lapisan tunika muskularis. Dari gambar 1, otot polos ini terlihat
dengan bentuk seperti sel-sel otot yang menyerupai gelondong dimana bagian
ujungnya cenderung runcing. Otot polos ini memiliki fibril atau serabut yang
cenderung homogen. Karena itu jika mengamatinya dengan menggunakan
mikroskop, maka akan dijumpai otot tersebut tampak polos tanpa garis-garis atau
pola. Otot polos ini biasa dijumpai pada semua organ dalam tubuh salah satunya
adalah trakea yang merupakan salah satu organ dalam sistem respirasi.
Selain dari empat lapisan diatas, pada trakea ditemukan pula adanya
kondrosit, seperti yang bisa dilihat pada gambar 1. Kondrosit ini merupakan
kondroblas yang sudah tua dan matriks penyusun daripada kartilago serta letaknya
terpisah satu kondrosit dengan kondrosit lainnya. Sedangkan untuk isogenus
sendiri merupakan kumpulan dari beberapa kondrosit yang letaknya berdekatan (
Bevelander, 1988).

4.1.2 Otot Lurik

Perbesaran 4 kali

Perbesaran 10 kali

Gambar 2. Otot Lurik (a) nucleus, (b) myofibril (c) sarkolema


Dari hasil praktikum pada preparat otot lurik yang telah diberi pewarnaan dengan
HE (Hematoxylin Eosin) dan hasil ini diambil dengan dua perbesaran yaitu
perbesaran 4 kali dan perbesaran 10 kali, sedangkan untuk perbesaran 40 kali
tidak bisa didapatkan, hal ini dikarenakan pada perbesaran 40 kali hasil yang
diamati tidak terlihat jelas atau kabur. Jadi pada preparat ini hanya digunakan 2
perbesaran yang cukup mewakili untuk mengetahui bagian dari otot lurik tersebut.
Otot lurik atau yang lebih dikenal dengan otot rangka, hal ini disebabkan
karena otot ini pada umumnya menyusun bagian-bagian dari sistem gerak atau
rangka, sehingga disebutlah dengan otot rangka. Otot ini dikatakan otot lurik
karena kalau dilihat dengan menggunakan mikroskop , otot ini memiliki 2 daerah
yaitu daerah gelap (myosin) dan daerah terang (aktin). Tetapi pada hasil yang
didapat, tidak terlihat dimana daerah-daerah tersebut, pada gambar 2 warna yang
dihasilkan sama saja untuk keseluruhan gambarnya sehingga tidak dapat
dibedakan kedua daerah tersebut seperti apa yang ada di literatur.
Otot lurik ini terlihat seperti serabut dalam jumlah ribuan yang tersusun
membentuk jaringan otot. Serabut tersebut secara teratur tampak sejajar seperti
berkas yang disusun rapi, bentuknya cenderung silindris dan memiliki sel yang

banyak. Pada gambar 2, terlihat bahwa serat-serat otot lurik masing-masing


mempunyai banyak nukleus, mengandung banyak nukleus pucat berbentuk bulat
telur yang terdesak pada sisi-sisi sel. Sebuah sel dapat mengandung beberapa ratus
dari nukleus ini. Selain itu, sel pada otot lurik ini dibungkus oleh sarkolema yang
terlihat pada tingkat mikroskopik. Selain nukleus dan sarkolema, ada juga bagian
dari otot lurik yang dikenal dengan nama myofibril. Myofibril merupakan aparat
sel yang kontraktil (Campbell, 2000).
4.1.3 Laring

Perbesaran 4 kali

Perbesaran 10 kali

Gambar 3. Laring (a) otot lurik, (b) kondrosit, (c) isogenus


Pada praktikum kali ini, untuk preparat laring yang telah diberi pewarnaan dengan
HE (Hematoxylin Eosin) didapatlah bagian-bagian sebagai berikut otot lurik,
kondrosit dan isogenus dan bagian-bagian ini dapat dilihat pada gambar 3 dengan
dua macam perbesaran yaitu perbesaran 4 kali dan perbesaran 10 kali. Sama
seperti pembahasan pada trakea, pada preparat laring ini ditemukan juga adanya
kondrosit dan isogenus. Dimana seperti yang telah dibahas sebelumnya kalau
kondrosit itu merupakan kondroblast yang sudah tua sedangkan isogenus
merupakan kumpulan dari dua atau lebih kondrosit.
Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan
trakea. Dalam lamina propia terdapat sejumlah rawan laring , struktur yang paling

rumit pada sistem respirasi. Rawan-rawan yang menyusun dari pada laring ini
sebagian besar adalah rawan hialin dan sebagian kecil adalah rawan elastin
(Saktiono, 1989).
Pada laring dibalut oleh mukosa dan ditunjang oleh tulang rawan. Tulang
rawan laring berhubungan satu sama lain dengan trakea dan hyoid apparatus
ligamen. Pada laring otot lurik ini dibagi menjadi 2 yaitu otot lurik ekstrinsik,
yang menggerakan laring selama menelan berlangsung sedangkan otot lurik
intrinsik, yang menggerakan tulang rawan laring secara individu selama
pernafasan dan bersuara. Pada mukosa epiglotis, vestibulum laring dan plika
vokalis dibalut oleh epitel pipih banyak lapis bertanduk. Pada lamina propia dan
submukosa terdapat kelenjar tubuloasinar sederhana bercabang (Agarwall, 1975).
4.1.4 Jantung

Perbesaran 4 kali

Perbesaran 10 kali

Gambar 4. Jantung (a) otot jantung, (b) pembuluh darah, (c) nukleus
Pada preparat jantung dengan perbesaran yang digunakan adalah perbesaran 4 kali
dan perbesaran 10 kali yang telah diberi pewarnaan dengan HE (Hematoxylin
Eosin) didapatlah bahwa pada jantung terdapat adanya otot jantung, pembuluh
darah dan nukleus. Bagian-bagian ini bisa dilihat pada gambar 4. Dari gambar 4
ini diketahui bahwa otot jantung itu hanya terdapat pada jantung dan tidak

terdapat pada organ manapun, hal ini lah yang menjadi ciri khas daripada jantung
tersebut. Dan pada gambar juga terlihat kalau otot jantung ini mempunyai bentuk
yang berbeda dari 2 otot lainnya baik itu otot polos maupun otot lurik, otot
jantung ini mempunyai bentuk yang bercabang-cabang.
Otot jantung hanya ditemukan dalam dinding jantung dan vena besar yang
memasuki jantung. Pada jantung terlihat sel-sel yang tersusun sebagai anyaman
bercabang

dengan

sedikit

jaringan

penyambung

disekelilingnya,

yang

mengandung suatu alas kapiler yang lebih mencolok daripada jenis otot lainnya.
Nukleus pada jantung ini terletak di pusat atau ditengah seperti yang bisa dilihat
pada gambar 4, biasanya nukleus ini satu per sel. Batas-batas sel pada jantung ini
tidak terlalu terlihat jelas hal ini sama seperti pada otot lurik kecuali pada titiktitik tertentu dimana dapat dilihat tanda-tanda yang berbeda dengan corak pada
bagian utama badan selnya. Ini adalah lempeng-lempeng tersisip, dimana mereka
inilah yang merupakan sifat khas untuk otot jantung dan seringkali tampak
sebagai bentuk yang menyerupai tangga dalam anyaman seratnya (Fishelson,
1972).
4.1.5 Duodenum

Perbesaran 4 kali

Perbesaran 10 kali

Gambar 5. Duodenum (a) otot polos, (b) tunika adventitia, (c) kondrosit, (d)
isogenus

Pada hasil praktikum yang terlihat pada gambar 5, yaitu preparat duodenum yang
telah diberi pewarnaan dengan HE (Hematoxylin Eosin) dan dengan perbesaran 4
kali dan perbesaran 10 kali. Dapat terlihat dengan jelas lah pada perbesaran 10
kali bagian-bagian dari duodenum tersebut yaitu otot polos, tunika adventitia,
kondrosit dan isogenus. Kondrosit dan isogenus ini ditemukan kembali pada
duodenum, jadi tidak hanya ada pada trakea dan laring saja kedua bagian ini ada.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya pada pembahasan tentang trakea dan
laring, kalau kondrosit itu merupakan kondroblast yang sudah tua dan terletak
terpisah satu sama lainnya sedangkan isogenus merupakan kumpulan dari
beberapa kondrosit yang terletak saling berdekatan seperti dalam suatu lingkaran.
Duodenum atau yang lebih dikenal dengan usus dua belas jari, duodenum
ini bertanggung jawab untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara
histologis, pada duodenum terdapat kelenjar brunner yang menghasilkan lendir.
Duodenum terdiri dari 4 lapisan yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika
muskularis dan tunika adventitia (Tambajong, 1995).
Menurut Dellmann (1992), tunika mukosa terdiri dari epitel kolumner
simpleks dengan mikrovili, pada lamina propianya terdapat kelenjar intestinal
lieberkuhn. Pada duodenum ini ada 2 kelenjar yang ada disana yaitu kelenjar
brunner dan kelenjar lieberkuhn, tetapi kedua kelenjar ini tidak dapat terlihat pada
hasil praktikum yaitu gambar 5. Tunika submukosa terdiri dari jaringan ikat
longgar. Tunika muskularis terdiri dari otot sirkular (otot bagian dalam) dan otot
longitudinal (otot bagian luar) dan dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
Terakhir tunika adventitia merupakan peritoneum visceral dengan epitel
squamosa simpleks yang diisi pembuluh darah dan sel-sel lemak.

4.1.6 BEP (Bronkus Extra Pulmonar)

Gambar 6. BEP (a) otot polos, (b) kondrosit, (b) isogenus, perbesaran 4 kali
Preparat terakhir adalah preparat Bronkus Extra Pulmonar atau yang biasa
disingkat menjadi BEP. Preparat BEP ini telah diberi pewarnaan dengan HE
(Hematoxylin Eosin) dan hasil dari BEP ini hanya didapat dengan perbesaran 4
kali, hal ini dikarenakan pada perbesaran 10 kali dan 40 kali gambar yang
dihasilkan tidak begitu jelas terlihat apalagi bagian-bagian yang terdapat pada
BEP tersebut. Untuk itu lah hanya digunakan hasil dengan perbesaran 4 kali saja.
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa bagian dari BEP itu adalah otot polos,
kondrosit dan isogenus. Untuk isogenus dan kondrosit sama seperti yang telah
dibahas pada pembahasan sebelumnya sedangkan untuk otot polos sendiri sama
halnya dengan otot polos yang telah dibahas sebelumnya yaitu pada gambar 6
terlihat bahwa otot polos memiliki bentuk seperti gelondong dengan ujung
runcing dan tanpa adanya garis-garis atau pola.
Bronkus extra pulmonar atau disebut juga bronkus primer, secara
histologis adalah identik dengan trakea dalam semua rincian praktis kecuali
besarnya. Dalam paru-paru, tulang rawan bronkus itu tersusun dalam suatu
rangkaian plat berbentuk bulan sabit yang saling bertumpang tindih yang
sepenuhnya melingkari struktur itu. Pada bagian paru-paru yang lebih dalam,

struktur itu segera diganti oleh sekumpulan tulang rawan yang tak beraturan
dengan tepi-tepi yang kurang lebih bulat (Bevelander, 1988).

V.PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun yang didapat pada praktikum histologi rangka dan gerak ini adalah:
1. Pada preparat trakea didapatkan adanya otot polos, kondrosit dan isogenus,
dimana otot polos ini merupakan penyusun pada tunika muskularis dan otot polos
ini terlihat dengan bentuk seperti sel-sel gelondong dengan ujung runcing tanpa
garis-garis atau pola
2. Pada preparat otot lurik didapatlah bagian-bagian berikut ada nukleus, myofibril
dan sarkolema, otot lurik ini dapat diamati seperti serabut-serabut
3. Pada preparat laring ditemukan adanya otot lurik, kondrosit dan isogenus, otot
lurik disini teramati dengan bentuk serabut-serabut
5. Pada preparat jantung didapatkan bahwa ada otot jantung, pembuluh darah dan
nukleus, otot jantung teramati dengan bentuk seperti anyaman yang bercabang
dengan sedikit jaringan penyambung
6. Pada preparat duodenum terdapat bagian-bagian yaitu otot polos, tunika
adventitia, kondrosit dan isogenus
7. Terakhir pada preparat BEP (Bronkus Extra Pulmonar) didapatlah bagianbagiannya yaitu otot polos, kondrosit dan isogenus, otot polos yang diamati
berbentuk seperti gelondong dengan ujung runcing tanpa pola atau garis.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya:
1. Hati-hati dalam menggunakan mikroskop dan preparat permanen
2. Serius dan konsentrasi saat praktikum
3. Jangan ceroboh saat melihat mikroskop dan mengamatinya
4. Selalu bersihkan alat-alat selesai praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, 2011. Penuntun Praktikum Struktur Hewan. Makasar: FMIPA UMN.
Agarwal, dkk. 1975. Histologi. India:Banaras Hindu University.
Bevelander, G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Jakarta:Erlangga.
Campbell. 2000. Biologi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga.
Dellmann, D. 1992. Histologi Veteriner. Jakarta:Universitas Indonesia.
Fishelson, L. 1972. Histologi dan Ultrastruktur. Yogyakarta:Pustaka Tama.
Harjana, T. 2011. Buku Ajar Histologi. Yogyakarta:Universitas Negeri
Yogyakarta.
Linda, dkk. 1988. Histologi Dasar. Jakarta:Erlangga
Saktiono. 1989. Biologi. Jakarta:Erlangga
Tambajong, J. 1995. Sinopsis Histologi Edisi 1. Jakarta: EGC
Widarto, H . 1997. Fakta tubuh. Jakarta : Erlangga.

You might also like