Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Bagus Setyo Prabowo, S.Kep.
082311101010
1. Konsep penyakit
a. Kasus
Hematuria
b. Pengertian
Hematuri adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya darah atau sel
darah merah dalam urin. Secara klinis, hematuri dapat dikelompokkan
menjadi hematuri makroskopis (gross hematuria) adalah suatu keadaan urin
bercampur darah dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Keadaan ini dapat
terjadi bila 1 liter urin bercampur dengan 1 ml darah. Gross hematuria bisa
disertai dengan clot/bekuan darah, dimana dapat berasal dari perdarahan di
ureter/ginjal, buli-buli dan prostat. Hematuri mikroskopis yaitu hematuri
yang hanya dapat diketahui secara mikroskopis atau tes kimiawi. hematuria
yang secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna
merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel
darah merah per lapangan pandang (Sunarka, 2002).
c. Klasifikasi hematuria :
1) Hematuria inisial: darah yang muncul saat mulai berkemih, sering
mengindikasikan masalah di uretra (pada pria, dapat juga di prostat).
Penyebabnya ada di bawah sphincter externa.
2) Hematuria terminal: darah yang terlihat pada akhir proses berkemih dapat
menunjukkan adanya penyakit pada buli-buli atau prostat. Penyebabnya
ada di proximal urethra atau di leher/dasar buli-buli.
3) Hematuria total: darah yang terlihat selama proses berkemih, dari awal
hingga akhir, menunjukkan permasalahan pada buli-buli, ureter atau
ginjal. Penyebabnya ada di buli-buli, ureter atau ginjal.
Pada wanita, hematuria yang terjadi sesuai siklus menstruasi
menunjukkan kemungkinan adanya endometriosis pada traktus urinarius.
Darah yang ditemukan antara proses berkemih, seperti bercak darah yang
ditemukan pada celana dalam, sering menunjukkan adanya perdarahan
pada salah satu atau kedua ujung uretra.
d. Etiologi
g. Komplikasi
1) Retensi urin
2) Infeksi
3) Anemia
h. Pemeriksaan khusus dan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal
ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase prostat,
dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase
tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid
ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis.
rutin yang
menghasilkan
gambaran
terang
saluran
kemih
dari
(URS)
dikerjakan
jika
i. Penatalaksanaan
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi
urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan
memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil,
pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah
transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi
eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian
transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan
antibiotika.
Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah
mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer
penyebab hematuria.
2. a) Clinical Pathway
Hematuria
sistem urogenitalia
Glomerular
Pielonefritis,
glomerulonefritis,
ureteritis, sistitis,
dan urethritis
bakteri memasuki
ginjal dari aliran
darah atau naik dari
ureter ke ginjal
Infeksi
Demam dan
nyeri
Non-glomerular
Hematologik
Iatrogenik
tumor prostat,
hiperplasia
prostat jinak,
BPH
Koagulopati
Hemolysis
Obat-obatan
(aspirin,
penisilin dan
siklofosfamid)
kelenjar
membesar
mengkompres
uretra
menghalangi
aliran urin
kesulitan
buang air kecil
Gangguan
eliminasi urine
Perdarahan
dalam urine
Resiko
kekurangan
volume cairan
4. Intervensi Keperawatan
No
1.
Diagnosa
keperawatan
Gangguan
eliminasi urine
berhubungan
dengan trauma
bladder ditandai
dengan
hematuria
Tujuan
Kriteria hasil
Setelah dilakukan
a. Bau, jumlah, warna urine
tindakan
dalam rentang normal
keperawatan
b. Tidak ada haematuria
selama 3 x 24 jam, c. Pengeluaran urine tanpa rasa
gangguan eliminasi
nyeri
urine dapat teratasi
NOC :
Urinary
elimination
Intervensi keperawatan
a. Kaji pola berkemih
(frekwensi dan jumlah)
d. Lakukan tindakan
pembedahan bila perdarahan
terus berlangsung
Rasional
a. Mengidentifikasi
fungsi kandung
kemih, fungsi ginjal
dan keseimbangan
cairan.
b. Tanda-tanda infeksi
saluran perkemihan /
ginjal dapat
menyebabkan sepsis.
c. Menurunkan
metabolisme tubuh
agar energi yang
tersedia
difokuskanuntuk proses
penyembuhan pada bulibuli.
d. Tindakan yang cepat /
tepat dapat
meminimalkan
kecacatan.
2.
Gangguan rasa
nyaman: nyeri
berhubungan
dengan
kerusakan
jaringan
(trauma) pada
daerah bladder.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24 jam,
diharapkan nyeri
berkurang.
NOC :
Pain level
Pain control
Comfort level
a. Mengetahui kondisi
umum klien.
b. Menjadi petunjuk dalam
memberikan penanganan
yang tepat bagi klien.
c. Memperkuat data
mengenai nyeri yang
dirasakan klien.
d. Membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan
klien.
e. Memberikan rasa
nyaman.
f. Membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan
klien.
g. Analgesik merupakan
obat yang berfungsi
untuk mengurangi nyeri.
3.
Resiko
kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
perdarahan
dalam urin.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1 x 24 jam,
resiko kekurangan
cairan dapat
teratasi
NOC :
Fluid balance
d.
Monitor
yang keluar.
jumlah
darah
e.
f.
Kolaborasikan
pemberian terapi cairan yang
tepat pada klien.
a. mengetahui kondisi
umum klien.
b. mengetahui adanya
ketidakseimbangan input
dan output cairan.
c. mencegah klien
mengalami dehidrasi dan
menjadi petunjuk dalam
penentuan kebutuhan
cairan pada klien.
d. membantu menentukan
rehidrasi cairan dan
mencegah perdarahan
lebih lanjut
e. Kebutuhan cairan pasien
juga di dapat dari
makanan
f. membantu memenuhi
kebutuhan cairan pada
klien.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Andrson.1995. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Sunarka. 2002. Hematuria pada anak. Cermin Dunia Kedokteran no.134. 27-31