Professional Documents
Culture Documents
1.
Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan
komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.
Untuk mendapatkan izin apotek, APA atau apoteker pengelola apotek yang
bekerjasama dengan pemilik sarana harus siap dengan tempat, perlengkapan,
termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya. Surat izin apotek (SIA) adalah
surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker
bekerjasama dengan pemilik sarana untuk membuka apotek di suatu tempat
tertentu.
Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota.
Kepala
Dinas
Kesehatan
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan.
Dalam hal pemerikasaan dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan,
apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan
kegiatan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan setempat dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi.
Tata cara pemberian izin Apotek secara skematis menurut Permenkes No.
1332/Menkes/SK/X202 dijelaskan sebagai berikut :
Apoteker
Pemeriksaan calon
Apoteker
Pemerikasaan tidak
dilakukan
Kepala Dinkes
Kabupaten/Kota
Surat penundaan
Memenuhi syarat
3. Personalia
Tenaga kerja yang mendukung kegiatan suatu apotek adalah sebagai berikut:
Apoteker pengelola apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi surat
izin apotek (SIA).
adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi yang telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker.
4. Bangunan Apotek
a.
Lokasi dan Tempat, Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun
sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan
pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk
di sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah
dijangkau masyarakat dengan kendaraan.
b.
apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi syarat
kesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi
baik, Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis,
Papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat
apotek, nomor telepon apotek.
c.
E1
F2
F1
D
B
E3
E2
A
HALAMAN PARKIR
H1
H2
H3
10
Meter
= Ruang tunggu
= Counter HV / Kasir
= Ruang peracikan
= Ruang A.P.A.
= Ruang T.U
6.
Administrasi Apotek
a.
Persiapan
Pengumpulan data-data obat yang mau dipesan, dari buku defecta
peracikan maupun gudang. Tremsauk obat-obat baru yang ditawarkan
oleh supplier.
Pemesanan
Siapkan untuk suplier S.P. (Surat Pemesanan), sebaiknya minimal rangkap
2, yang satu untuk supplier yang harus dilampirkan dengan D.O. / faktur
pada waktu pengiriman barang sesuai dengan yang kita pesan.
Penerimaan
Petugas gudang yang menerima, harus mencocokan barang dengan faktur
dan surat pemesananlembaran kedua dari gudang.
Periksalah apakah
Penyimpanan
Barang disimpan dalam tempat aman, tidak kena sinar matahari langsung,
bersih dan tidak lembab, disusun sistimatis (cair-padat, alfabetis, khusus
antibiotika sendiri, untuk narkotika dalam lemari khusus), untuk insulin,
vaksin/sera yang perlu disimpan dalam lemari es, untuk bahan-bahan yang
mudah terbakar supaya disimpan terpisah. Setiap barang diberi kartu label
untuk mutasinya.
Pencatatan
Dari faktur atau delivery order disalin dlam buku penerimaan barang,
dimana ditulis selain nama suplier, nama obat, banyaknya, harga satuan,
potongan harga,jumlah harga, nomor urur, tanggal. Tiap hari dijumlah,
sehingga diketahui berapa banyak hutang kita tiap harinya. Dari catatan
inilah kita harus waspada, jangan sampai jumlah pembelian kita setiap
bulannya melebihi anggaran yang telah ditetapkan, kecuali bila ada
kesempatan mau naik harga (spekulasi memborong obat yang fastmoving).
diperiksa sekali lagi, lalu dibundel dalam map tunggu, menunggu jatuh
waktunya untuk dilunasi.
Pembayaran
Bila sudah jatuh waktunya maka tiap faktur dikumpulkan per debitur, lalu
masing-masing dibuatkan bukti kas keluar, serta cheque/giro, kemudian
diserahkan kepada kasir besar untuk ditanda tangani oleh pimpinan dulu
sebelum dibayarkan kepada supplier.
2). Konsinyasi
Merupakan semacam titipan barang dari sipemilik apotik dimana apotik
bertindak sebagai agen komisioner menerima komisi, bila barang itu laku. Bila
tidak laku, barang tersebut bisa dikembalikan. Barang ini harus dicatat dalam
buku penerimaan barang digudang, hanya saja tanpa menulis jumlah harga
totalnya.
disediakan buku permintaan barang yang ditulis oleh A.A. dari peracikan. Buku
tersebut memuat kolom nama barangnama barang, jumlah yang diminta, jumlah
yang diberikan, sisa persediaan dan keterangan. Dari kolom sisa persediaan dapat
digunakan sebagai alat bantu pengadaan barang.
Stock opname
Biasa nya diadakan setiap tahun 1x pada tiap akhir tahun. Maksudnya
adalah untuk mengetahui untung rugi perusahaan pada tahun tersebut. Untuk
narkotika dilakukan stock opname setiap bulan 1x, pada tiap tanggal 1 bulan
berikutnya, untuk dilaporkan ke kantor wilayah DepKes Prop./D.I. pemberian
harga bisa berdasarkan harga pembelian terakhir atau harga standart. Nilai stock
yang ideal adalah 1-1x omset rata-rata perbulan.
KAS-BANK
(uang masuk)
keluar
Masuk ke gudang
Keluar ke peracikan
Resep-HV kontan
Piutang / kredit
Ditagih melalui rekening loper
c.
Administrasi personalia
d. Pajak
Pajak adalah suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan
sebagian dari kekayaannya atau penghasilannya kepada Negara menurut
peraturan/ U.U. yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan untuk
kepentingan masyarakat.
Macam-macam pajak Apotek :
1.
2.
Pajak langsung :
a.
b.
c.
d.
b.
Dalam PP-25 / BO-izin usaha apotek diberikan atas nama A.P.A, maka
menurut U.U. Perpajakan apotek kini tergolong sebagai pajak subjektif dan pajak
perorangan (Seto.Soerjono, 2001).
7. Aturan Perundang-undangan yang terkait
1. REGLEMENT D.V.G (ST.1882 NO. 97, SEBAGAIMANA DIRUBAH
TERAKHIR MENURUT ST. 1949 NO. 228)
2. UNDANG-UNDANG OBAT KERAS (ST. NO. 419 TANGGAL 22
DESEMBER 1949)
3. UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 1953 TENTANG PEMBUKAAN
APOTEK
4. UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1953 TENTANG APOTEK
DARURAT
5. PERATURAN PEMERINTAH NO. 20 TAHUN 1962 TENTANG LAFAL
SUMPAH/JANJI APOTEKER
6. PERATURAN PEMERINTAH NO. 26 TAHUN 1965 TENTANG APOTEK
7. KEPUTUSAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
NO.41846/KB/121
8. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN
MAKANAN DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO.
336/E/SE/77 TENTANG SALINAN RESEP NARKOTIKA
9. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO.
28/MENKES/PER/I/1978 TENTANG PENYIMPANAN NARKOTIKA
10. SURAT
EDARAN
KEPALA
DIREKTORAT
PENGAWASAN
MENTERI
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
TENTANG
DAFTAR
PERUBAHAN
TENTANG
PENYEMPURNAAN
TENTANG
PERUBAHAN
ATAS
TENTANG
PERUBAHAN
ATAS
TENTANG
STANDAR
KELAYAKAN
KEFARMASIAN DI APOTEK
38. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO.
1197/MENKES/SK/X/2004
TENTANG
STANDAR
PELAYANAN
TENTANG
KODE
ETIK
APOTEKER/FARMASIS
INDONESIA
40. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO.
069/MENKES/SK/III/2006
TENTANG
PENCANTUMAN
HARGA
184/MENKES/PER/II/1995
TENTANG
PENYEMPURNAAN
DAFTAR PUSTAKA
http://farmasi-istn.blogspot.com/2007/11/pengertian-tugas-dan-fungsi-apotek.html
http://etd.eprints.ums.ac.id/986/1/K100040057.pdf
http://www.kedaiobat.co.cc/2010/05/pengertian-apotek.html
http://farmasi-istn.blogspot.com/2007/11/persyaratan-perizinan-pendirianapotek.html
http://kppt.kuansing.go.id/pelayanan/perizinan/bidang-kesehatan/izin-pendirianapotek/
http://etd.eprints.ums.ac.id/2242/1/K100040018.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18304/3/Chapter%20II.pdf
http://etd.eprints.ums.ac.id/1544/1/K100050150.pdf
Hartini, Y. Dan Sulasmono. 2008. APOTEK Ulasan Beserta Naskah Peraturan
Perundang-Undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan Permenkes
Tentang Apotek Rakyat. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma
Disusun oleh :
Ditalia (0407042)
Ekawati(0407048)
Febe Felita(0407052)
Nur Safitri
Nies titis