Professional Documents
Culture Documents
Perancangan Kota
Dasar Perancangan Kota
2014
Land Area
(LA)
Floor Area
(FA)
Building Area
(BA)
Open Space
(OS) LA - BA
Livability Space
Recreation Space
(RS)
(FAR)
FA : BA
(OSR) OS : FA
RS : FA
LS : FA
Luas lantai bangunan yang diperhitungkan dalam KDB (menurut Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung; 1998) :
Hubungan Koefisien
Dasar Bangunan
(BCR) Dengan
Koefisien Lantai
Bangunan (FAR)
Ingat!
Peraturan di tiap
daerah tidak sama
Pada dasarnya
Pembangunan dan
pengembangan bangunanbangunan tinggi tidak bisa
dilakukan di sembarang
tempat.
Ada faktor-faktor yang
menentukan
mintakat (zona) paling sesuai
untuk pengembangannya.
Bangunan-bangunan
berlomba untuk menjadi
yang lebih tinggi
sampai pencakar langit
(New York).
Pengembangan dilakukan
secara serentak membentuk
cluster dan zona (radiant
city).
PENGENDALIAN PENGEMBANGAN
BANGUNAN KE ARAH VERTIKAL
Peraturan
Perda, Peraturan Walikota, arahan rencana tata ruang
(Purwadio; 2006), digunakan sebagai acuan untuk membatasi
ketinggian bangunan gedung yang boleh dibangun.
Ketersediaan lahan
Ketersediaan lahan menentukan ketinggian bangunan. Metoda untuk
menentukan tinggi bangunan adalah menggunakan ALO (De Chiara
dan Koppelman; 1975) dan SEP (Shirvani; 1985).
h:
htot
tg
T
SEP : -----
(Shirvani;1985)
D
T:
tinggi bangunan
D:
Optimasi harga
- Membangun ke arah vertikal ada batas optimalnya, dan tidak
selamanya membangun ke arah vertikal itu lebih menguntungkan
dibandingkan dengan membeli lahan baru di sekitarnya (Brandt dalam
Suwandono; 1988).
- Berdasarkan optimasi harga, ketinggian bangunan optimal ditentukan
oleh harga tanah (NJOP) dan biaya pembangunan gedung. Ditulis
dengan rumus :
d
dC = ---------- < LP
dL
dC
dL
: selisih keuntungan luas tanah dengan dibuat bertingkatnya bangunan
(dalam rupiah)
LP
Sumber: