Professional Documents
Culture Documents
2. JENIS-JENIS TULANG
Ketika kita masih bayi kita memiliki sekitar 300 tulang. Namun ketika kita beranjak dewasa
beberapa dari tulang-tulang ini ada yang melebur hingga akhirnya menjadi 206 tulang. Dari
206 tulang ini terdapat beberapa jenis tulang. Jenis-jenis tulang ini ada yang dibedakan
berdasarkan matriksnya dan ada yang berdasarkan jaringan dan sifat fisik (keras tidaknya)
tulang.
Untuk
mengetahui
lebih
lanjut
pelajari
jenis-jenis
tulang
di
bawah
ini.
1. Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
terdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat
dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.
Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna yang berisi
sel tulang rawan yaitu chondrosit.
Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:
a.1. Tulang rawan hialin: tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung
serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin dapat kita temukan pada laring,
trakea, bronkus, ujung-ujung tulang panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung dan
rangka janin.
a.2. Tulang rawan elastis; tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. Tulang rawan
elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii (pada telinga) dan laring.
serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku. Tulang ini dapat kita
temukan pada discus diantara tulang vertebrae dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang
pubis. Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan
anak-anak. Pada orang dewasa tulang rawan hanya ditemukan beberapa tempat, yaitu
cuping hidung, cuping telinga, antar tulang rusuk (costal cartilage) dan tulang dada, sendisendi tulang, antarruas tulang belakang dan pada cakra epifisis.
dengan pembuluh darah saluran Havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Dan
tulang spons tidak mengandung sistem Havers.
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum
merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk
jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat
melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi,
pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
4. TERMINOLOGI TULANG
Digunakan istilah khusus (nomenklatur) untuk menamai masing-masing bagian stuktur tubuh.
istilah dari bahasa latin dan yunani adalah Nomenklatur Regional. Istilah anatomi untuk
bangunan utama tubuh : kepala (caput), wajah (facies), leher (collum), badan (truncus),
anggota badan (membrum)
POSISI ANATOMIS
Posisi spesifik dari tubuh untuk keperluan/ memudahkan dilakukan deskripsi tubuh. Posisi
tidur /telentang (supine), miring atau telungkup (prone), tetap mengacu pada posisi anatomi.
Posisi Anatomi : berdiri tegak, mata lurus ke depan, lengan di samping, kedua telapak tangan
hadap depan dengan ibu jari mengarah ke samping badan, kaki dengan mata kaki berhimpit,
telapak kaki, ibu jari kaki ke depan, tidak ada bagian tulang panjang yang menyilang, bagian
kanan & kiri merujuk pada sisi kanan dan kiri subyek yang diamati.
Terminologi Gerakan :
1. Fleksi : penekukan/ pengurangan sudut; Dorsofleksi ; pleksi kaki ke arah dorsal, plantar
fleksi ; fleksi ke arah plantar
2. Ekstensi : pelurusan/penambahan sudut
3. Abduksi: gerakan menjauhi bidang median
4. Adduksi : gerakan ke arah bidang median
5. Rotasi: mengelilingi aksis panjang, khusus ekstrimitas ; endorotasi = rotasi medial dan
eksorotasi = rotasi lateral
6. Sirkumduksi: gerakan memutar dengan puncak kerucut, kombinasi fleksi, ekstensi, abduksi
adduksi
7. Eversi : gerakan telapak kaki menjauhi bidang median, gerakan waktu permukaan lat
diangkat
8. Inversi : gerakan telapak kaki ke arah bidang median
9. Supinasi: gerakan memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap anterior
10. Pronasi: gerakan memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan
menghadap posterior
11. Protrusi : gerakan ke anterior
12. Retrusi: gerakan ke posterior
13. Protraksi: gerakan menggerakkan bahu ke anterior
14. Retraksi: menarik bahu ke posterior
15. Opposisi: gerakan ujung jari tangan ke ujung jari lainnya
16. Reposisi: gerakan jari tangan kembali ke posisi anatomis
17. Elevasi: gerakan mengangkat atau menaikkan bahu
18. Depresi: gerakan menurunkan atau mengerakkan bahu ke bawah
4. Fissura : celah
5. Incisura : takik
6. Sulcus : parit
7. Fossa : daerah seperti lembah
8. Fossula : fossa yang kecil
1. Tulang Spongiosa atau tulang seperti spons (L. cancello = membuat kisi-kisi)
Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu trabekula (L.
singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan saling memotong ke berbagai arah
untuk membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi
oleh sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon
(busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah.
Tulang
spongiosa
terdiri
dari
kisi-kisi
tipis
tulang
yang
disebut
trabekula.
2. Tulang Kompakta
Tulang yang membentuk masa yang padat tanpa terlihat ruangan. Pars kompakta teksturnya
halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung
kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat.
Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan
anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung
serat-serat sehingga lebih lentur.
Tulang kompak
paling
banyak
ditemukan pada
tulang
A. PERIOSTEUM
Terdiri atas lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblast. Berkas serat kolagen periosteum
yang disebut serta Sharpey, memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang.
Lapisan dalam periosteum yang lebih banyak mengandung sel, terdiri atas sel-sel mirip
fibroblast yang disebut sel osteoprogenitor, yang berpotensi membelah melauli mitosis dan
berkembang menjadi osteoblas
B. ENDOSTEUM
Endosteum melapisi semua rongga dalam di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel
osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat. Karenanya endosteum lebih tipis
daripada periosteum.
Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah member nutrisi kepada jaringan tulang dan
menyediakan osteoblas baru secara kontinu untuk memperbaiki pertumbuhan tulang.
b. Osteosit
merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat
bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabangcabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama
tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan
bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis
protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling
berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya
pertukaran ion-ion di antara osteosit yang berdekatan.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel
osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau
osteoklas. Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian
nutrisi pada tulang.
c. Osteoklas
merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 m-100m
dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh
Kllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas
(O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan selsel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H).
keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang
membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan
mroskop electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang
dapat melarutkan komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian
bertugas menghancurkan matriks organic. Pada proses persiapan dekalsifikasi (a),
osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang
baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan
pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan
tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan
homeostasis darah jangka panjang.Osteoklas merupakan sel fagosit yang mempunyai
kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki
tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag.
d. Sel osteoprogenitor
merupakan
pertumbuhan
sel
mesenchimal
tulang
dan
primitive
osteosit
yang
pada
menghasilkan
permukaan
dalam
osteoblast
selama
jaringan
tulang.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal
menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam
penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang
kompak yang kaku dan padat.
Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan
pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :
ion-ion tersebut diperoleh dari pengaruh enzim alkali fosfatase dari osteoblas. Hal
tersebut juga dapat diperoleh dari pengaruh hormone parathyreoid dan pemberian
vitamin D atau pengaruh makanan yang mengandung garam kalsium tinggi.
Faktor lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena kondisi yang agak asam
lebih menjurus ke pembentukan garam CaHPO4 daripada Ca3(PO4)2. Karena CaHPO4
lebih mudah larut, maka untuk mengendapkannya dibutuhkan kadar fosfat dan kalsium
yang lebih tinggi daripada dalam kondisi alkali untuk mengendapkan Ca3(PO4)2 yang
kurang dapat larut.
Kenaikan kadar ion kalsium dan fosfat setempat sekitar osteoblast dan khondrosit
hipertrofi disebabkan sekresi alkali fosfatase yang akan melepaskan fosfat dari senyawa
organik yang ada di sekitarnya.
Serabut kolagen yang ada di sekitar osteoblast akan merupakan inti pengendapan,
sehingga
kristal-kristal
kalsium
akan
tersusun
sepanjang
serabut.
Resorpsi tulang sama pentingnya dengan proses kalsifikasinya, karena tulang akan
dapat tumbuh membesar dengan cara menambah jaringan tulang baru dari permukaan
luarnya
yang
dibarengi
dengan
pengikisan
tulang
dari
permukaan
dalamnya.
Resorpsi tulang yang sangat erat hubungannya dengan sel-sel osteoklas, mencakup
pembersihan garam mineral dan matriks organic yang kebanyakan merupakan kolagen.
Dalam kaitannya dengan resorpsi tersebut terdapat 3 kemungkinan :
Rupanya, cara yang paling mudah untuk osteoklas dalam membersihkan garam mineral
yaitu dengan menyediakan suasana setempat yang cukup asam pada permukaan
kasarnya. Bagaimana cara osteoklas membuat suasana asam belum dapat dijelaskan.
Perlu pula dipertimbangkan adanya lisosom dalam sitoplasma osteoklas yang pernah
dibuktikan.
Perkembangan tulang ini diatur oleh hormone pertumbuhan, hormone tyroid, dan
hormone sex.
Osteogenesis Desmalis
Nama lain dari penulangan ini yaitu Osteogenesis intramembranosa, karena terjadinya
dalam membrane jaringan. Tulang yang terbentuk selanjutnya dinamakan tulang desmal.
Yang
mengalami
penulangan
desmal
ini
yaitu
tulang
atap
tengkorak.
pada
permukaan
Pusat
penulangan
mengalami
mitosis
untuk
Osteogenesis Enchondralis
Awal dari penulangan enkhondralis ditandai oleh pembesaran khondrosit di tengahtengah diaphysis yang dinamakan sebagai pusat penulangan primer. Sel sel khondrosit
di daerah pusat penulangan primer mengalami hypertrophy, sehingga matriks kartilago
akan terdesak mejadi sekat sekat tipis. Dalam sitoplasma khondrosit terdapat
penimbunan glikogen. Pada saat ini matriks kartilago siap menerima pengendapan
garam garam kalsium yang pada gilirannya akan membawa kemunduran sel sel
kartilago yang terperangkap karena terganggu nutrisinya. Kemunduran sel sel tersebut
akan berakhir dengan kematian., sehingga rongga rongga yang saling berhubungan
sebagai sisa sisa lacuna. Proses kerusakan ini akan mengurangi kekuatan kerangka
kalau tidak diperkuat oleh pembentukan tulang disekelilingnya. Pada saat yang
bersamaan, perikhondrium di sekeliling pusat penulangan memiliki potensi osteogenik
sehingga di bawahnya terbentuk tulang. Pada hakekatnya pembentukan tulang ini
melalui penulangan desmal karena jaringan pengikat berubah menjadi tulang. Tulang
yang terbentuk merupakan pipa yang mengelilingi pusat penulangan yang masih
berongga rongga sehingga bertindeak sebagai penopang agar model bentuk kerangka
tidak
terganggu.
Lapisan
tipis
tulang
tersebut
dinamakan
pipa
periosteal.
dinamakan
Discus
epiphysealis.
Sel sel dalam masing masing deretan tidak sama penampilannya. Hal ini disebabkan
karena ke arah diaphysis sel sel kartilago berkembang yang sesuai dengan perubahan
perubahan yang terjadi pada pusat penulangan. Karena perubahan sel sel dalam
setiap deret seirama, maka discus tersebut menunjukan gambaran yang dibedakan
dalam daerah daerah perkembangan.
Daerah daerah perkembangan :
1. Zona Proliferasi : sel kartilago membelah diri menjadi deretan sel sel gepeng.
2.
Zona Maturasi : sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi bertambah besar.
lagi.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago).
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang
tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas.
Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium
berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam
tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang
rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa)
akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua selsel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan
dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya
pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga
terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian
masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam
pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut
dengan cakram epifise.
Di dalam tubuh kita tulang dapat berhubungan secara erat maupun tidak erat.
Hubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya disebut artikulasi.
Agar artikulasi tersebut dapat bergerak diperlukan struktur khusus yang dinamakan
dengan sendi. Sendi dibentuk dari kartilago yang berada di daerah sendi.
Di dalam sistem rangka manusia terdapat tiga jenis hubungan antartulang, yaitu:
1.Sinartrosis
Sinartrosis adalah hubungan antartulang yang tidak memiliki celah sendi. Hubungan
antartulang ini dihubungkan dengan erat oleh jaringan ikat yang kemudian menulang
sehingga sama sekali tidak bisa digerakkan.
Ada dua tipe sinartrosis, yaitu
a.Suture
Suture adalah hubungan antartulang yang dihubungkan dengan jaringan ikat serabut
ikat padat. Contohnya pada tulang tengkorak.
b.Sinkondrosis
Sinkondrodis adalah hubungan antartulang yang dihubungkan oleh kartilago hialin.
Contohnya hubungan antara epifisis dan diafisis pada tulang dewasa.
2.Amfiartrosis
Amfiartrosis adalah sendi yang dihubungkan oleh kartilago sehingga memungkinkan
untuk sedikit digerakkan.
Amfiartrosis dibagi menjadi dua, yaitu:
a.Simfisis
Pada simfisis, sendi dihubungkan oleh kartilago serabut yang pipih. Contohnya pada
sendi antartulang belakang dan pada tulang kemaluan.
b.Sindesmosis
Pada sindesmosis, sendi dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen.
Contohnya sendi antartulang betis dan tulang kering.
3.Diartrosis
Diartrosis adalah hubungan antartulang yang kedua ujungnya tidak dihubungkan oleh
jaringan sehingga tulang dapat digerakkan. Hubungan antartulang diartrosis ini sering
juga disebut sendi.
Contoh hubungan antartulang yang bersifat diartrosis adalah sebagai berikut:
a.Sendi engsel
Pada sendi engsel, kedua ujung tulang berbentuk engsel dan berporos satu.
Gerakannya hanya satu arah seperti gerak engsel pintu. Misalnya gerak sendi pada
siku, lutut, mata kaki, dan ruas antarjari.
b.Sendi pelana
Pada sendi pelana, kedua ujung tulang membentuk sendi seperti pelana dan
berporos dua, tetapi dapat bergerak lebih bebas seperti orang naik kuda. Misalnya
sendi antara tulang telapak tangan dengan pergelangan tangan.
c.Sendi putar
Pada sendi ini, ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain. Bentuk
seperti ini memungkinkan gerakan rotasi dengan satu poros. Misalnya sendi antara
tulang hasta dan pengumpil, dan sendi antara tulang atlas dengan tulang tengkorak.
d.Sendi luncur/Geser
Pada sendi luncur, kedua ujung tulang agak rata sehingga menimbulkan gerakan
menggeser dan tidak berporos. Contohnya sendi antartulang pergelangan tangan,
antar tulang pergelangan kaki, antar tulang selangka dan tulang belikat.
e.Sendi peluru
Pada sendi ini, kedua ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol. Bentuk ini
memungkinkan gerakan bebas ke segala arah dan berporos tiga. Misalnya sendi
antara tulang gelang bahu dan lengan atas, dan antara tulang gelang panggul dan
paha.
Berupa gerakan berputar, terjadi pada sendi putar. Misalnya atlas (cervix 1)
berputar terhadap processus odontoideus dari axis (cervix 2) sewaktu
menggelengkan kepala.
7. Circumduksi
Berupa gerakan dimana ujung distal satu tulang membentuk 1 lingkaran,
sedangkan ujung proksimalnya tetap. Contohnya gerakan memutar lengan 1
lingkaran mengitari sendi bahu, terjadi pada sendi peluru dengan arah gerakan 3
poros
8. Pronasi
Gerakan memutar lengan bawah untuk membalikkan telapak tangan, sehingga
telapak tangan menghadap ke bawah bila lengan bawah ditaru diatas meja
9. Supinasi
Gerakan berlawanan dengan pronasi
10. Protaksi
Gerakan mendorong mendibula ke luar
11. Retraksi
Gerakan menarik mandibula ke dalam
14. JUMLAH SUMBU GERAK
Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Rangka manusia terdiri dari 206 tulang.
Sistem rangka ini bersama-sama menyusun kerangka tubuh seperti yang kita lihat pada gambar di
bawah ini.
Secara garis besar rangka manusia yang terdiri dari 206 tulang tersebut dibagi menjadi dua, yaitu
rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka apendikuler (anggota tubuh).
a. Rangka Aksial
Rangka aksial yang kita sebut juga dengan rangka sumbu tubuh terdiri dari tulang-tulang yang
membentuk sumbu tubuh, diantaranya adalah:
1). Tulang tengkorak
2). Tulang hioid
3). Tulang belakang (vertebrae)
4). Tulang dada (sternum)
5). Tulang rusuk (costa)
dari 3 tulang yaitu ileum, ischium, dan pubis. Namun, setelah dewasa ketiga tulang ini bersatu
menjadi tulang panggul (koksa).
4). Tulang pangkal lengan (Humerus), hasta (Ulna), Pengumpil (Radius)
Tulang pangkal lengan (Humerus) bersama dengan tulang pengumpil (Radius) dan tulang hasta
(Ulna) menyusun lengan atas dan lengan bawah.
5). Tangan dan kaki
Tulang tangan tersusun atas tulang-tulang pergelangan tangan, telapak tangan dan jari-jari. Jari
tangan terdiri dari tiga ruas kecuali ibu jari yang hanya mempunyai dua ruas. Telapak kaki manusia
melengkung dan tidak kaku sehingga berfungsi sebagai pegas ketika berjalan.
asing
terganggu,
atau
mekanisme
regulasi
keradangan
Fase
reaktif,
yang
terdiri
dari
proses
peradangan
dan
Fase remodeling.
A. Sinartrosis
Sinartrtosis adalah persendian yang tidak memperbolehkan
pergerakan. Dapat dibedakan menjadi dua:
1. Sinartrosis sinfibrosis: sinartrosis yang tulangnya dihubungkan
jaringan ikat fibrosa. Contoh: persendian tulang tengkorak.
2. Sinartrosis sinkondrosis: sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang
rawan. Contoh: hubungan antarsegmen pada tulang belakang.
B. Diartrosis
Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan.
Dapat dikelempokkan menjadi:
1. Sendi peluru: persendian yang memungkinkan pergerakan ke segala
arah.
C. Amfiartosis
persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan
Sindesmosis: Tulang dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan
ligamen. Contoh:persendian antara fibula dan tibia.
Simfisis: Tulang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan yang
berbentuk seperti cakram. Contoh: hubungan antara ruas-ruas tulang
belakang.
SENDI LUTUT
Pada daerah ini terdapat rongga yang dikelilingi oleh kapsul sendi.
Dalam hal ini kapsul sendi merupakan pengikat kedua tulang yang
bersendi agar tulang tetap berada pada tempatnya pada waktu
terjadi gerakan.
Kapsul sendi ini terdiri dari 2 lapisan :
1. Lapisan luar
SUPLAI DARAH
Suplai darah pada sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh
darah disekitar sendi ini. Dimana sendi lutut menerima darah dari
descending genicular arteri femoralis, cabang-cabang genicular
arteri
popliteal
dan
cabang
descending
arteri
circumflexia
Dislokasi pada sendi lutut biasanya terjadi pada trauma yang berat , yang
langsung mengenai sendi lutut. Subluksasio dapat terjadi secara sekunder
pada penyakit degeneratif ataupun pada penyakit infeksi yang sudah
berlangsung cukup lama. Tulang tibia dapat menjadi dislokasi ke ventral ,
dorsal ataupun ke setiap sisi .
Dapat juga terjadi rotasi yang abnormal pada femur. Mekanisme terjadinya
dislokasi pada sendi lutut biasanya melalui hiperekstensi dan torsi pada sendi
lutut. Dislokasi akut pada sendi lutut sering disertai dengan kerusakan pada
pembuluh darah ataupun persarafan pada popliteal space.
Reaksi jaringan persendian terhadap trauma dan cedera :
Prinsip hampir sama dengan reaksi jaringan lain terhadap trauma.
Terdapat 3 komponen penting yang terjadi :
a. Perubahan penampang pembuluh darah
b. Perubahan struktur pembuluh darah mikro
c. Agregasi leukosit dilokasi jejas
Faktor faktor yang mempengaruhi respon radang dan pemulihan :
a. penyebab trauma atau cedera
b. intensitas
c. sifat jejas
d. lokasi
e. immobilisasi
f.