Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Kelompok I (Ganjil) :
Ni Wayan Windy Ferina
A.A.I.N Gayatri Agung
Kadek Ayu Lestariani
Ni Komang Mira Yanti
Luh De Trisna Dewi
(P07134012001)
(P07134012011)
(P07134012021)
(P07134012031)
(P07134012041)
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk dapat melakukan preparasi sampel darah dan sampel urine.
1.1.2 Tujuan Khusus
a. Untuk dapat memisahkan atau menyingkirkan pengotor atau zat-zat
b.
yang tidak diinginkan (selain analit) dari sampel darah dan urin.
Untuk dapat memperoleh plasma darah, serum darah, sel darah merah,
c.
laporan analisis.
Setiap proses tahapan tersebut memiliki peran yang sama penting di dalam hasil
akhir analisis. Hasil akhir dari analisis suatu sampel dipengaruhi oleh tiga tahapan
tersebut, dimana jika didalam pelaksanaannya terdapat kendala, dan kesalahan
prosedur maka hasil akhir yang didapat tidak akan sesuai dan validitasnya diragukan.
Maka dari itu penting adanya kita melakukan tahapa-tahapan analisis sampel tersebut
dengan baik, benar, dan sesuai dengan prosedur.
Tahapan pertama yang penting dalam analisis sampel adalah tahapan preparasi
sampel. Tahapan preparasi sampel ini penting dilakukan karena, jika kita salah dalam
melakukan preparasi sampel maka tahapan selanjutnya sudah dapat dipastikan tidak
akan berjalan dengan baik serta hasil yang didapatkan tidaklah sesuai dengan yang
diharapkan.
Bagi seorang analis kesehatan, darah dan urin merupakan bahan/sampel analisis
yang sering ditemui di laboratorium. Darah dan urin merupakan sampel uji untuk
menunjang berbagai jenis pemeriksaan untuk menegakan diagnosis. Maka dari itu
penting adanya sebagai analis kesehatan untuk mengetahui teknik preparasi sampel
darah dan urin sebelum melakukan suatu pemeriksaan.
BAB II
DASAR TEORI
a) Eritrosit
Sel darah merah (eritrosit) juga dapat digunakan sebagai bahan analisis. Eritrosit
berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari
samping nampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam
setiap millimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Dalam analisis
toksikologi, sel darah merah digunakan sebagai specimen dalam kasus keracunan
carbon monoxide, cyanide dan bahan volatile organic, logam berat, beberapa obat
seperti chlortalidone, dan acetazolamide, karena zat tersebut banyak berikatan dengan
sel darah merah (Karch, 1997).
b) Plasma
Plasma darah merupakan bagian cair darah. Cairan ini didapat dengan membuat
darah tidak beku dan sel darah tersentrifugasi. Plasma terdiri dari 90% air, 7-8%
protein, dan di dalam plasma terkandung pula beberapa komponen lain seperti garamgaram, karbohidrat, lipid, dan asam amino. Karena dinding kapiler pembuluh darah
bersifat permiabel bagi air dan elektrolit maka plasma darah selalu ada dalam
pertukaran zat dengan cairan interstisial. Dalam waktu 1 menit sekitar 70% cairan
plasma bertukaran dengan cairan interstisial.
Protein dalam plasma memiliki konsentrasi sekitar 1 mmol/L. Dengan bantuan
elektroforesis, protein plasma dapat dipisahkan menjadi fraksi albumin serta fraksi
1, 2, , dan -globulin. Sekitar 56% protein plasma merupakan fraksi albumin, 4%
adalah 1-globulin, 2-globulin sebanyak 10%, -globulin 12%, dan 18% dari jumlah
protein plasma merupakan -globulin (Anonim, 2009).
Sampel plasma sering digunakan sebagai ganti serum bila proses penjendalan
dirasa lama, namun penggunaan sampel plasma memiliki kelemahan yaitu bila terjadi
interaksi antara antikoagulan dengan analit yang akan diperiksa atau reagen pada
proses analisis (Richterich dan Colombo,1981)
c) Serum
Di dalam darah, serum adalah komponen yang bukan berupa sel darah, juga
bukan faktor koagulasi, serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen. Serum terdiri
dari semua protein (yang tidak digunakan untuk pembekuan darah) termasuk cairan
elektrolit, antibodi, antigen, hormon, dan semua substansi exogenous. Serum
merupakan salah satu bentuk protein. Protein memiliki molekul yang cukup besar.
Jika darah diputar dalam sentrifuge, maka zat protein tersebut akan mengendap, sisa
berupa cairan bening/jernih yang disebut serum. Dalam serum terdapat zat antibodi
untuk menghancurkan protein asing (antigen, artinya zat yg merangsang
pembentukan zat antibodi) yang masuk dalam tubuh
2.3. Urine
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin terdiri dari air
dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan
materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang
penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan
berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar
tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.
Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.
Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp),
dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah
diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan
steril (Syaifuddin, 1992). Urin dikoleksi dalam wadah bersih bebas bahan kimia,
tidak steril, dan segera dibawa ke laboratorium dalam waktu tak kurang dari 30 menit.
Bila tidak segera dianalisis, dapat disimpan dalam refregerator, dan dianalisis dalam
waktu tidak lebih 8 jam kemudian (Richterich dan Colombo,1981).
Urin segar berwarna kuning atau kuning-hijau, namun pada penyimpanan sebagai
larutan yang bersifat asam warna urin akan berubah menjadi kuning-coklat akibat
terjadinya oksidasi dari urobilinogen menjadi urobilin. Sampel urin tahan selama
beberapa minggu jika disimpan pada suhu 2-80 C. Namun jika dibekukan (-200 C),
sampel urin yang diasamkan akan tahan sampai jangka waktu yang panjang, tapi
sebelumnya dilakukan sentrifugasi terlebih dahulu. Urin sangat berguna dalam
skrining racun karena obat, racun dan metabolit terdapat dengan konsentrasi yang
lebih besar pada urin dibandingkan dalam darah (Flanagan et al., 2007)
BAB III
PROSEDUR KERJA
Spuit
Eppendorf
Neraca analitik
Sendok tanduk
Kertas perkamen
pH meter
Ball filler
Sentrifugasi
Lemari es/freezer
Tabung vortex
Pipet volume
Vortex
Pipet tetes
reaksi
3.1.2 Bahan
Sampel darah
EDTA
Urin
Asam Sitrat
Buffer saline
Metanol
10 menit
kemudian
Dibiarkan selama 15
dimasukan ke
dalam tabung
reaksi.
kamar tanpa
Diperoleh tiga lapisan yaitu plasma (bagian atas), lapisan
Bagian bening yang
penambahan
platelet (bagian tengah), dan eritrosit (bagian bawah).
memisah disebut
antikoagulan
serum, yang kemudian
c.
dipindahkan ke dalam
Lapisam
plasma, platelet
sekitar
10% dari
bagian eritrosit
Cara
memperoleh
seldan
darah
merah
(eritrosit)
dari
Darah
tabung
eppenddorf
dibuang
kedalam
tabung tadi
plasma yang digunakan
e.
Bagian cair diambil dan dipindahkan ke tabung lain untuk disimpan pada suhu 2080C (urin dapat tahan selama sebulan) atau disimpan pada suhu -200 C (urin dapat
bertahan hingga bertahun-tahun karena dibekukan)
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Perlakuan pada Sampel Darah
4.1.1 Memperoleh plasma dari darah
Plasma
(berwarna kuning)
Sebelum plasma memisah
dari darah
Sebelum
serum
yang
diproleh
kekuning-
darah
4.1.3Memperoleh Whole Blood
Eppendorf.
Ada
sedimen
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Prepasi Sampel Urine
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Dalam analisis toksikologi urine biasanya digunakan untuk skrining racun karena
obat, racun dan metabolit terdapat dengan konsentrasi yang lebih besar pada urine
dibandingkan dalam darah.
Ketika ingin menganalisis kandungan senyawa dalam urine diperlukan
preparasi sampel urin. Preparasi sampel harus dilakukan dengan baik dan benar agar
nantinya hasil pemeriksaan yang di dapatkan valid. Preparasi sampel urine diawali
dengan tahap pengambilan sampel urine. Sampel urine yang digunakan dalam
praktikum toksikologi ini merupakan sampel urine sewaktu, dimana urine sewaktu
merupakan urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara khusus.
Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika mengambil sampel urine yaitu:
- Wadah penyimpanan
Wadah atau tempat penyimpanan sampel urine haruslah wadah yang
bersih ,kering, tidak mudah pecah, dapat ditutup rapat, dan terbuat dari
bahan yang tidak akan mengubah komposisi bahan atau zat yang terdapat
-
dalam urine.
Urine yang diambil diusahakan berasal dari urine pancaran tengah
(midstream), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran urine
selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan
urine selesai sebelum aliran urine habis. Hal ini adalah agar urine tidak
Urine yang dipergunakan dalam praktikum ini merupakan milik Windi Ferina
(Perempuan/19 tahun). Dilakukan pengamatan makroskopik terhadap urine dan
didapatkan bahwa secara visual urine berwarna kuning agak pekat dan volume urine
adalah sebanyak 39,5 ml.
Urine yang digunakan kali ini cukup pekat, sehingga untuk pengukuran pH
urine maka urine perlu disentrifugasi. Urine disentrifugasi dengan cara memasukkan
tabung vakum yang memiliki tutup warna ungu. Hal ini lebih mudah dan darah yang
didapatkan darah yang bebas dari kontaminasi.
Proses pengambilan sampel darah dilakukan dengan memastikan alat-alat
yang digunakan steril. Setelah sampel didapatkan sampel, sampel harus dilabel sesuai
dengan identitas pasien. Dimana dalam praktikum kali ini sampel darah yang
digunakan adalah milh Trisna Dewi (perempuan/19 tahun). Secara makroskopik
sampel darah nampak berwarna merah khas darah yang normal dan sampel darah
yang diambil ini adalah sebanyak 3 ml. Darah yang didapatkan disimpan dalam suhu
-20oC agar bisa tahan lama dan dapat digunakan dalam praktikum toksikologi
selanjutnya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Didapatkan plasma dari darah yaitu cairan berwarna kekuningan.
DAFTAR PUSTAKA
Isnamashita.
2012.
Pembentukan
dan
karakteristik
Urin.
(online):
3277.
Richterich, R and Colombo, J. P. 1981. Clinical Chemistry. USA: John Wiley &
Sons
Syaifuddin, 1992, Anatomi dan Fisiologi untuk Siswa Perawat, Jakarta: Penerbi
Buku Kedokteran EGC.