You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

I.DEFINISI
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3
kali/hari)

disertai

perubahan

konsistensi

tinja

(menjadi

cair),

dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Prof. Sudaryat, dr.SpAK, 2007).


Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,
dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih
dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan
atau tanpa lendir dan darah (Hidayat AAA, 2006).
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang
abnormal > 3 kali/hari, serta perubahan isi / volume (>200 gr/hari)
dan konsistensi feses cair. (Brunner dan Suddarsih, 2002).
Diare adalah kehilangan cairan atau elektrolit

secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang
air

besar

dengan

bentuk

tinja

yang

yang

encer

atau

cair.

(suriadi,2001 ).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja
yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja),
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat),
dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer,
Arif., et all. 2000).
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung < 7hari pada bayi, anak atau dewasa yang sebelumnya
sehat. (kapita selekta kedokteran, 2000 )
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau
cair lebih dari tiga kali sehari.
Dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis atau diare adalah
inflamasi

lambung

dan

usus

yang

disebabkan

oleh

berbagai

bakteri,virus dan patogen yang ditandai dengan bertambahnya


frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai darah

lendir atau tidak dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair)


yang dapat mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit.

II. KLASIFIKASI
Diare dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.

Ditinjau dari ada atau tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi dua

golongan:
a.

Diare infeksi spesifik : tifus dan para tifus, staphilococcus


disentri basiler, dan Enterotolitis nektrotikans.

b. Diare non spesifik : diare dietetis.


2.

Ditinjau dari organ yang terkena infeksi diare :


a. Diare infeksi enteral atau infeksi di usus, misalnya: diare
yang ditimbulkan oleh bakteri, virus dan parasit.
b. Diare infeksi parenteral atau diare akibat infeksi dari luar
usus, misalnya: diare karena bronkhitis.

3.

Ditinjau dari lama infeksi, diare dibagi menjadi dua golongan

yaitu:
a. Diare akut
Diare yang terjadi karena infeksi usus yang bersifat
mendadak, berlangsung cepat dan berakhir dalam waktu 3
sampai 5 hari. Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir
melebihi waktu 1 minggu dan hanya 5 sampai 15% yang
berakhir dalam 14 hari.
b. Diare kronik, dalah diare yang berlangsung 2 minggu
atau lebih (Sunoto, 1990).
III. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suriadi (2001), tanda dan gejala / manifestasi klinis
gastroenteritis / diare adalah sebagai berikut:
1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau
encer
2. Kram perut

3. Demam
4. Mual
5. Muntah
6. Kembung
7. Anoreksia
8. Lemah
9. Pucat
10.
Urin out put menurun (oliguria,anuria)
11.
Turgor kulit munurun sampai jelek
12.
Ubun-ubun / fontanela cekung (untuk bayi)
13.
Kelopak mata cekung
14.
Membran mukosa kering (suriadi, 2001)
IV.ETIOLOGI
1. Infeksi virus (rota virus, adeno virus), bakteri (E. Colli,
Salmonella, Shigella, Vibrio dll) parasit (protozoa:E. hystolitica ,
G. lamblia; cacing: Askaris, trikurus; Jamur :kandida ) melalui
fecal oral :makanan , minuman ,yang tercemar tinja atau kontak
langsung dengan tinja penderita.
2. Malabsorbsi :karbohidrat (intoleransi laktosa ), lemak atau
3.
4.
5.
6.

protein
Makanan : alergi makanan , basi atau keracunan makanan
Imunodefisiensi / imunosupresi ( kekebalan menurun ) : aids dll
Factor lingkungan dan perilaku
Psikologi : rasa takut dan cemas
( kapita selekta kedokteran, 2000)

V. PATOFISIOLOGI
Spesies
menggangu

bakteri
absorbsi

tertentu
usus

menghasilkan

dan

dapat

eksotoksin

menimbulkan

yang

sekreasi

berlebihan dari air dan elektrolit. Ini termasuk baik enterotoksin


kolera dan E. colli. Spesies E. coli lain, beberapa Shigella dan
salmonella

mikroskopis,

muntah

dan

diare

dapat

menyusul

keracunan makanan non bakteri. Diare dan muntah merupakan


gambaran penting yang mengarah pada dehidrasi, akibat kehilangan
cairan

ekstravakuler

dan

ketidakseimbangan

elektrolit.

Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah pada asidosis


akibat kehilangan natrium dan kalium. Dan ini tercermin dengan
pernafasan yang cepat. (Shacarin, R,M, 1996 ).

Pathogen usus menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa


usus,

memproduksi

enterotoksin,

memproduksi

sitotoksin

dan

menyebabkan perlengketan mukosa yang disertai dengan kerusakan


di membran mikrovili. Organisme yang menginvasi sel epitel dan
lamina propia menimbulkan suatu reaksi radang local yang hebat.
Enterotoksin

menyebabkan

sekresi

elektrolit

dan

air

dengan

merangsang adenosine monofosfat siklik di sel mukosa usus halus.


Sitotoksin memicu peradangan dari sel yang cidera mikrivili dan
peradangan sel bulat di lamina popria. Bakteri yang tumbuh
berlebihan di usus halus juga menganggu mukosa usus. Bakteri
menghasilkan enzim dan hasil metabolisme untuk menghancurkan
enzim

giklopeotein

pada

tepi

bersilia

dan

menggganggu

pengangkutan monosakarida dan elektrolit (Shacarin, R,M, 1996 ).

VI.

PATHWAY

VII.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi jika gastroenteritis akut tidak

ditangani dengan baik adalah sebagai berikut:


1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic
2. Syok hypovalemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. hipoglikemia
6. Sepsis
7. Gagal ginjal akut
8. Ileus paralitik
9. Malnutrisi
10. Gangguan tumbuh kembang (untuk anak-anak).

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan tinja
Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta
diteliti adanya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya
leukosit tidak dapat ditemukan jika diare berhubungan dnegan
penyakit

usus

halus.

Tetapi

ditemukan

pada

penderita

Salmonella, E. Coli, Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya


mukus yang berlebihan dalam tinja menunjukkan kemungkinan

adanya keradangan kolon. PH tinja yang rendah menunjukkan


adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa tinja rendah / PH
kurang dari 5,5 maka penyebab diare bersifat tidak menular.
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan
berat jenis plasma. Penurunan PH darah disebabkan karena
terjadi penurunan bikarbonas sehingga frekuensi nafas agak
cepat. Elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan
fosfor .

IX.

PENATALAKSANAAN

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.


a. Jenis cairan
Pada

diare

akut

yang

ringan

dapat

diberikan

oralit.

Diberikan cairan RL, bila tak tersedia dapat diberikan NaCl


isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5 % 50 ml.
b. Jumlah cairan
Diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan.
Kehilangan cairan tubuh dapat dihitung dengan beberapa
cara :
Metoda Pierce :
Derajat Dehidrasi

Kebutuhan cairan

Ringan

( X kg BB)
5%

Sedang

8%

Berat

10 %

c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Dapat dipilih oral atau IV.


d. Jadwal pemberian cairan
Rehidrasi dengan perhitungan kebutuhan cairan diberikan
pada

jam

pertama.

Selanjutnya

dilakukan

penilaian

kembali status hidrasi untuk memperhitungkan kebutuhan


cairan. Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir
jam ke-3.
e. Terapi simtomatik
Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati
atas pertimbangan yang rasional.
1. Sifat antimotilitas dan sekresi usus.
2. Sifat antiemetik.
f. Vitamin meneral, tergantung kebutuhannya.
1. Vitamin B12, asam folat, vit. K, vit. A.
2. Preparat besi , zinc, dll.
g. Terapi definitive
Pemberian edukatif sebagailangkah pencegahan. Hiegene
perseorangan, sanitasi lingkungan, dan imunisasi melalui
vaksinasi sangat berarti, selain terapi farmakologi.
X. MASALAH KEPERAWATAN

XI.
N
o

1.

Diare

2.

Mual

3.

Nyeri akut

4.

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

5.

Kekurangan volume cairan

6.

Hipertermi

7.

Insomnia
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
Keperawatan

Tujuan dan Kriteria


Hasil
NOC

Intervensi
NIC

1.

Diare
berhubungan
dengan
- factor
psikologis
(tingkat stress
dan cemas
tinggi)
- faktor fisiologis
(inflamasi,
malabsorbsi,
proses infeksi,
iritasi, parasit)

NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Eliminasi BAB normal
dengan kriteria hasil:
- Pola eliminasi dalam
batas normal (5)
- Mampu mengontrol
eliminasi BAB(5)
- Diare tidak
muncul(5)
- Keseimbangan cairan
:Intake dan output
dalam 24 jam
seimbang(5)
- BB stabil(5)

NIC :
Manajemen Diare
- Instruksikan pasien/keluarga
untuk mencatat warna,
jumlah, frekuensi dan
konsistensi dari feses
- Evaluasi intake makanan
yang masuk
- Identifikasi faktor penyebab
dari diare
- Observasi turgor kulit secara
rutin
- Hubungi dokter jika ada
kenaikan bising usus
- Instruksikan untuk
menghindari laksative
Perawatan Diare
- Tentukan faktor fisik atau
psikis yang menyebabkan
diare
- Cuci area perianal dengan
sabun dan air dan keringkan
setiap setelah habis BAB,
- Gunakan cream di area
perianal

Mual
berhubungan
dengan gangguan
biokimia

NOC
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
status nutrisi : intake
makanan dan cairan
terpenuhi dengan
kriteria hasil sebagai
berikut :
- Intake makanan oral
(5)
- Intake minuman
oral(5)
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
hidrasi terpenuhi
dengan kriteria hasil
sebagai berikut :
- Hidrasi kulit (5)
- Kelembapan
membran mukosa(5)
- Tekanan dasarh
dalam batas normal
(110-120mmHg) (5)

NIC
Manajemen mual :
- Anjurkan pasien untuk
mengkontrol mualnya
- Kaji mual pasien meliputi :
frekuensi, durasi keparahan
dan faktor penyebab
- Kaji riwayat diet pasien
meliputi : pilihan makanan
kesukaan dan yang tidak
disukai
- Identifikasi riwayat
penggunaan medikasi
sebelumnya
- Kolaborasi pemberian obat
antiemetik
- Kaji efektivitas pemberian
obat antiemetik
- Ajarkan pasien untuk
menggunakan terapi
nonfarmakologi : relaksasi
dan distraksi.
- Anjurkan pasien untuk
istirahat dan tidur yang
adekuat
- Monitor kefektifitasan

Urin output (0,51cc/kg BB/jam) (5)

manajemen mual yang


dilakukan
Monitor Cairan :
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor tekanan darah nadi
dan RR
- Monitor kondisi membran
mukosa
- Monitor turgor kulit
- Monitor warna, jumlah,
kualitas urin
Diet Staging
- Kaji bising usus
- Monitor toleransi pasien
terhadap masukan makanan
- Kolaborasikan dengan ahli
gizi perencanaan diet pasien
- Monitor kemajuan toleransi
terhadap intake makanan

Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
cedera biologis
(peradangan pada
mukosa lambung)

NOC :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Pain Control dengan
kriteria hasil :
1. Mengenali faktor
penyebab (5)
2. Mengenali onset
(lamanya sakit) (5)
3. Menggunakan metode
pencegahan untuk
mengurangi nyeri(5)
4. Menggunakan metode
nonanalgetik untuk
mengurangi nyeri (5)
5. Mengunakan
analgesik sesuai
dengan kebutuhan(5)
6. Mencari bantuan
tenaga kesehatan(5)
7. Melaporkan gejala
pada petugas
kesehatan(5)
8. Mengenali gejala
gejala nyeri(5)
9. Melaporkan nyeri
yang sudah terkontrol
(5)

Manajemen nyeri (Pain


Management) :
1. Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
2. Kaji nyeri secara
komprehensif meliputi
(lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri)
3. Kaji skala nyeri
4. Gunakan komunikasi
terapeutik agar klien dapat
mengekspresikan nyeri
5. Kaji factor yang dapat
menyebabkan nyeri timbul
6. Anjurkan pada pasien untuk
cukup istirahat
7. Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
8. Monitor tanda tanda vital
9. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi (relaksasi)
untuk mengurangi nyeri
10. Jelaskan factor factor yang
dapat mempengaruhi nyeri
11. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat

4.

Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari

NOC
Setelah dilakukan

Pengelolaan nutrisi (Nutrion


Management ) :
1. Monitor catatan masukan

kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan factor
biologis
1.
2.
3.
4.
5.

tindakan
keperawatan
Nutritional Status
adekuat dengan
kriteria hasil :
Intake nutrisi baik(5)
Intake makanan
baik(5)
Asupan cairan
cukup(5)
Peristaltic usus
normal(5)
Berat badan
meningkat(5)

2.
3.
4.
5.

6.
7.

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

15.
16.
17.
5.

Kekurangan
NOC
volume
cairan Setelah dilakukan
berhubungan
tindakan
dengan
keperawatan
kehilangan cairan
tercapai
aktif
(muntah),
keseimbangan
intake
tidak
cairan dengan
adekuat
kriteria hasil :
1. Tekanan daran
rentang normal(5)

kandungan nutrisi dan


kalori.
Anjurkan masukan kalori
yang tepat sesui dengan tipe
tubuh dan gaya hidup.
Berikan makanan pilihan.
Anjurkan penyiapan dan
penyajian makanan dengan
teknik yang aman.
Berikan informasi yang
tepat tentang kebutuhan
nutrisi dan bagaimana cara
memperolehnya
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan
mengandungtinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
Monitor adanya
penurunan BB dan
g u l a darah
Monitor lingkungan selama
makan
Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidakselama jam
makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam,
totalprotein, Hb dan kadar
Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor intake nuntrisi

NIC
Pengelolaan cairan (Fluid
Management)
1. Timbang berat badan tiap
hari
2. Jaga keakuratan catatan
intake dan output
3. Monitor status hidrasi
(kelembapan mukosa
membran, denyut nadi,
tekanan darah ortostatikl)

2. Denyut nadi kuat(5)


3. Intake dan output
dalam 24 jam
seimbang(5)
4. Berat badan stabil(5)
5. Mata tidak cowong(5)
6. Mukosa bibir
lembab(5)
7. Hidrasi kulit baik(5)

4.
5.
6.
7.

Monitor vital signs


Monitor status nurtrisi
Berikan cairan
Berikan terpai intravena jika
diresepkan
8. Tingkatkan masukan oral
9. Berikan snack
10. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

6.

Hipertermi
berhubungan
dengan penyakit

NOC
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
Thermoregulation
dalam batas normal
dengan kriteria hasil :
1. Tidak menggigil(5)
2. Nadi dbn ( 60-100 x/
menit) (5)
3. RR dbn ( 16-24 x/
menit) (5)
4. Suhu dbn (36-37C)
(5)

NIC
Pengelolaan temperatur
(Temperature regulation)
1. Monitor suhu min tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
3. Monitor TD nadi dan RR
4. Monitor tanda tanda
hipertermi
5. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
6. Berikan anti piretik bila perlu
7. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
8. Berikan kompres hangat
9. Monitor TTV

7.

Insomnia
berhubungan
dengan
ketidaknyamanan
fisik

NOC
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan klien
bisa tidur dengan
adekuat dengan
kriteria hasil :
1. Jam tidur labih cepat.
(5)
2. Kebiasan tidur
kembali seperti
semula. (5)
3. Kualitas tidur 7 8
jam. (5)
4. Tidur nyenyak. (5)
5. Tidak gelisah (5)
6. Tidur teratur setiap
malam secara
konsisten. (5)

Peningkatan kualitas tidur


(Sleep enhancement)
1. Instruksikan pasien untuk
tidur pada waktunya
2. Monitor waktu tidur pasien
3. Identifikasi penyebab
kekurangan tidur pasien.
4. Menambah waktu tidur
pasien.
5. Diskusi dengan pasien dan
keluarga pasien untuk
meningkatkan tekhnik tidur.
6. Menentukan pola tidur pasien

Keterangan Penilaian NOC:


1. sangat
membahayakan
sekali/
kondisi
sangat
berat/
tidak
menunjukkan perubahan/ tidak adekuat/tidak pernah menunjukkan

2. banyak hal yang membahayakan/ masih banyak hal yang


memberatkan kondisi/ perubahan sangat terbatas/ sedikit adekuat/
jarang menunjukkan
3. cukup
membahayakan/
kondisi
cukup
atau
sedang
dalam
menunjukkan
perbaikan/
perubahan
taraf
sedang/
cukup
adekuat/kadang-kadang menunjukkan
4. membahayakan dalam tingkat ringan/ sedikit lagi sudah membaik/
banyak prubahan/ adekuat tingkat sedang/ sering menunjukkan
5. konndisi sudah tidak membahayakan/ kondisi baik/ berubah sesuai
target/ sangat adekuat/ selalu menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA

Jhonson,

Marion.,

Meridean

Maas.

(2012).

Nursing

Outcomes

Classification (NOC). St. Louis: Mosby.


Mansjoer, Arif., et all. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius.
McCloskey,

Joanne

C.,

Bullechek,

Gloria

M.

(2012).

Nursing

Interventions Classification (NIC). St. Loui: Mosby.


NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 20122014. Philadelphia: NANDA International.
Pitono Soeparto, dkk. (1997). Gastroenterologi Anak. Surabaya :
GRAMIK FK Universitas Airlangga.
Price, Anderson Sylvia. (1997) Patofisiologi. Ed. I. Jakarata : EGC.
Suriadi, Yuliani R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, CV. Sagung
Seto, Jakarta

You might also like