Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. TU
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 51 tahun
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Jemprak, Cipanas
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan lemah anggota gerak sebelah kanan sejak 1 hari SMRS.
Tubuh pasien terasa lemah secara mendadak saat habis ke toilet jam 18.30 WIB, tubuh tidak
dapat digerakkan sama sekali. Saat itu pasien masih sadarkan diri, nyeri kepala hebat seperti
tertusuk tusuk (+), muntah langsung menyumbar sebanyak 2 kali, kejang (-). Saat berbicara
menjadi rero, sebelumnya pasien merasakan badan sebelah kanan seperti baal dan kebas.
BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Menurut suami pasien, pasien tidak mengeluh pandangannya menjadi dua ataupun
pandangan menjadi gelap secara tiba-tiba, tidak disertai rasa pusing berputar, telinga
berdenging, ataupun tersedak, dan tidak ada baal disekitar mulut.
Pasien selama ini memang menderita hipertensi, pasien mengetahui menderita
hipertensi saat tahun 2002 pasien pernah terkena stroke. Namun karena alasan biaya pasien
1
jarang kontrol ke dokter dan tidak minum obat hipertensi. Pasien tidak memiliki riwayat
mengkonsumsi rokok.
Riwayat Psikososial
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak pernah mengkonsumsi alcohol.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat dan tidak sedang mengkonsumsi obat apapun.
Riwayat Alergi
Pasien menyangkal alergi terhadap makanan, obat-obatan, debu dan cuaca.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
- TD
: 200/120 mmHg
- Nadi
: 36,70C
STATUS GENERALIS
Kepala dan leher
2
Kepala
: Normochepal
Mata
Hidung
: Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-). Hipertrofi konka (-/-), polip (-/-)
Palpasi : fraktur os nasal (-/-)
Telinga
Mulut
: mukosa basah (+), bibir tidak simetris, sianosis (-), lidah kotor (-).
Leher
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Bentuk datar
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (-), hepar, lien, tidak teraba.
Ekstremitas
Atas
Bawah
STATUS NEUROLOGIK
Keadaaan umum
Kesadaran
: compos mentis
GCS = 15 Eye (4), Verbal (5), Motorik (6)
Rangsang Meningeal
- Kaku Kuduk
: (+)
- Lasegue sign
- Kernig sign
- Brudzinski I
: (+)
- Brudzinski II
: (-)
- Brudzinski III
: (-)
SARAF KRANIAL
N.I (Olfaktorius)
Daya Pembauan
Hidung Kanan
Hidung Kiri
N.II (Optikus)
Mata kanan
Mata kiri
Visus
Lapang Pandang
Normal
Normal
a. Arteri : vena
2:3
2:3
b. Papil
Funduskopi
Mata kanan
Mata kiri
(-)
(-)
N.III (Okulomotoris)
Ptosis
Pupil
a. Bentuk
Bulat
Bulat
b. Diameter
2 mm
3 mm
Direk
(+)
(+)
Indirek
(+)
(+)
a. Atas
Baik
Baik
b. Bawah
Baik
Baik
c. Medial
Baik
Baik
Mata kanan
Mata kiri
(-)
(-)
Baik
Baik
Kanan
Kiri
Baik
Baik
Baik
Baik
b. Cabang maksila
Baik
Baik
c. Cabang
Baik
Baik
(+)
(+)
c. Reflex Cahaya
N. IV (Throklearis)
N.V (Trigeminus)
Motorik
Mengunyah
Sensibilitas
a. Cabang
oftalmikus
mandibula
Reflex
Kornea
N. VI (Abdusens)
Mata kanan
Mata kiri
(-)
(-)
Parase
Baik
Kanan
Kiri
a. Mengangkat alis
(+)
(+)
b. Menutup mata
(+)
(+)
c. Lipatan
parase
(+)
parase
(+)
Normal
Normal
Kanan
Kiri
(+)
(+)
b. Test Rinne
(+)
(+)
c. Test Weber
d. Test Swabach
Normal
Normal
N.VII (Facial)
Motorik
nasolabialis
d. Menyeringai
Sensorik
a. Daya kecap lidah
2/3 depan
N.VIII (Vestibulokoklearis)
Pendengaran
Simetris
b. Gerakan aktif
Simetris
Uvula di tengah
a. Pasif
(+)
b. Gerakan aktif
(+)
Reflex muntah
(+) / (+)
Baik
belakang
N. XI (Assesorius)
Kanan
Kiri
Memalingkan kepala
Normal
Normal
Mengangkat bahu
Normal
Normal
N.XII (Hypoglosus)
Posisi lidah
Deviasi ke kanan
Papil lidah
Normal
(-)
Fasikulasi lidah
(-)
MOTORIK
Kekuatan Otot
3
SENSORIK :
Nyeri : Ektremitas Atas
FUNGSI VEGETATIF
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Keringat
: baik
FUNGSI LUHUR
Afasia global
REFLEK FISIOLOGIS
Reflek bisep
: (/+)
Reflek trisep
: (/+)
: (/+)
Reflek achilles
: (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski
: (+/-)
Chaddock
: (+/-)
Oppenheim
: (-/-)
Gordon
: (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin
14.3
12 16
g/dL
Hematokrit
41.0
37 47
Eritrosit
4.56
4.2 5.4
jt/uL
Leukosit
9.6
4.8 10.8
rb/uL
Trombosit
181
150 450
rb/uL
MCV
89.9
80 94
fl
MCH
31.4
27 31
pg
MCHC
34.9
33 37
RDW-SD
47.8
10 15
fL
PDW
11.9
9 14
fL
MPV
9.6
8 12
fL
LYM %
18.5
26 36
MXD %
8.7
0 11
NEU %
72.8
40 70
LYM #
1.8
1.00 1.43
rb/uL
MXD #
0.8
0 12
rb/uL
NEU #
7.0
1.8 7.6
rb/uL
97
< 160
mg/dL
Natrium (Na)
145.2
135 148
mEq/L
Kalium (K)
3.64
3.50 5.30
mEq/L
Calcium ion
1.03
1.15 1.29
mEq/L
Differential
Absolut
KIMIA KLINIK
Glukosa Rapid
Sewaktu
Elektrolit
DIAGNOSA KERJA
Diagnosa Klinis
: Stroke
Diagnosa Etiologi
Diagnosa Lokalisasi
: Hipertensi
10
DIAGNOSA BANDING
Stroke e.c infark serebri sistem karotis kanan faktor risiko hipertensi
CT Scan Kepala
2.
Foto Thorax
3.
Medikasi (Pengobatan)
a. Cairan IV line 2A 20 gtt per menit
b. Captopril 3 x 50 mg
c. Citikolin 2 x 500 mg IV
d. Piracetam 3x1 gr IV
FOLLOW UP
Tanggal 14 Agustus 2013
Subjective
Objective
Assesment
Planning
Lemah anggota
Kesadaran : CM
Suspek Stroke
- CT Scan Kepala
gerak kanan,
TTV :
perdarahan intra
belum
baal (+),
a. TD=140/90 mmHg
serebri Karotis
Muntah(-),
Kanan FR HT
- O2 kanul nasal
c. Suhu = 36,5oC
kejang (-),
pingsan (-),
- Cairan IV line 2A 20
Stroke infark
pusing berputar
S.Neurologis:
serebri Sistem
30kkal/kgBB/hari
(-), telinga
a. RM : KK (+)
Karotis Kanan FR
berdenging (-),
HT
pandangan
b. Saraf Otak :
mrnit
- Terapi :
belum, BAK
Citicolin 3x500 mg IV
baik.
Captopril 2 x 50 mg
(+/+)
Piracetam 3 x 1 gr IV
11
d. Sensorik : baik
e. Vegetatif
BAB (-), BAK (-),
Keringat (+)
f. Fungsi Luhur
Afasia global
g. Reflex Fisiologi : BTR
(/+), KPR (/+), APR
(+/+)
h. Reflex Patologis :
babinski (+/-),
chaddock (+/-)
Hasil
Nilai Rujukan
Nilai Rujukan
108
70 110
mg%
Cholesterol total
215
<200
mg/dL
Cholesterol HDL
54.7
>50
mg%
Cholesterol LDL
121.3
<130
mg%
Trigliserida
136.3
<150
mg%
15
<31
U/L
Lemak
Fungsi Hati
SGOT
12
SGPT
15
<32
U/L
Ureum
61.9
10 - 50
mg%
Kreatinin
0.9
0.5 1.0
mg%
Asam Urat
5.73
2.4 5.7
mg%
Fungsi Ginjal
Objective
Assesment
Planning
Lemah anggota
Kesadaran : CM
Stroke perdarahan
gerak kanan,
TTV :
intra serebri
- O2 kanul nasal
- Cairan IV line 2A 20
baal (+),
TD=160/90 mmHg
Karotis Kanan FR
Muntah(-),
HT
Suhu = 36,5oC
kejang (-),
Napas = 18x/m,reguler
pingsan (-),
pusing berputar
S.Neurologis:
- Terapi :
(-), telinga
a. RM : KK (+)
berdenging (-),
mrnit
pandangan
b. Saraf Otak :
Citicolin 3x500 mg IV
Captopril 3 x 50 mg
belum, BAK
Piracetam 3 x 1 gr IV
sulit.
Raditidin 2 x 1
(+/+)
- N. III, IV, dan VI
parase N VI dextra
- N. VII pharese kiri
central
- N. XII pharese kanan
central
c. Motorik
4
13
d. Sensorik : baik
i. Vegetatif
BAB (-), BAK (-),
Keringat (+)
j. Fungsi Luhur
Afasia global
k. Reflex Fisiologi : BTR
(/+), KPR (/+), APR
(+/+)
l. Reflex Patologis :
babinski (+/-),
chaddock (+/-)
CT SCAN
RESUME
Ny. TU, 51 tahun dengan keluhan lemah anggota gerak sebelah kanan sejak 1 hari SMRS.
Lemah secara mendadak saat habis ke toilet jam 18.30 WIB, dan tidak dapat digerakkan sama
sekali. Pasien masih sadarkan diri, nyeri kepala hebat seperti tertusuk tusuk (+), muntah
langsung menyumbar sebanyak 2 kali. pasien merasakan badan sebelah kanan seperti baal
dan kebas.
Pasien memiliki riwayat hipertensi, namun tidak pernah mengkonsumsi obat. Riwayat
stroke pada tahun 2002 pada sisi yang sama sebelah kanan.
14
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
- TD
: 200/120 mmHg
- Nadi
- Suhu
Status Generalis :
-
Kepala
: Normochepal
Mata
Hidung
: Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-). Hipertrofi konka (-/-), polip (-/-)
Palpasi : fraktur os nasal (-/-)
Telinga
Mulut
: mukosa basah (+), bibir tidak simetris, sianosis (-), lidah kotor (-).
Leher
Thoraks
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: bentuk datar
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
tidak teraba.
Ekstremitas
Atas
Bawah
Status Neurologis
Rangsang Meningeal :
- Kaku Kuduk
: (+)
- Lasegue sign
- Kernig sign
- Brudzinski I
: (+)
- Brudzinski II
: (-) / (-)
- Brudzinski III
: (-)
Saraf Otak :
Pupil bulat aisokor OD/OS : 2 mm/ 3 mm RC +/+
Gerakan bola mata parase N VI dextra
Wajah parese N VII dextra sentral
Lidah parese N.XII dextra central
Motorik :
5
16
PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan Kepala : Lesi hiperdens di lesi thalamus sinistra
Kesan
DIAGNOSA KERJA
Diagnosa Klinis
: Stroke
Diagnosa Etiologi
: Perdarahan Intraserebral
Diagnosa Lokalisasi
: Hipertensi
PENATALAKSANAAN
-
Head up 30o
Pasang IV line
Captopril 3 x 50 mg
Citikolin 2 x 500 mg IV
Piracetam 3x1 gr IV
FOLLOW UP
Tanggal 14 Agustus 2013
Subjective
Objective
Assesment
Planning
17
Lemah anggota
Kesadaran : CM
Suspek Stroke
gerak kanan,
TTV :
perdarahan intra
- CT Scan Kepala
belum
baal (+),
m. TD=140/90 mmHg
serebri Karotis
Muntah(-),
Kanan FR HT
- O2 kanul nasal
o. Suhu = 36,5oC
kejang (-),
pingsan (-),
- Cairan IV line 2A 20
Stroke infark
pusing berputar
S.Neurologis:
serebri Sistem
30kkal/kgBB/hari
(-), telinga
a. RM : KK (+)
Karotis Kanan FR
berdenging (-),
HT
pandangan
b. Saraf Otak :
mrnit
- Terapi :
belum, BAK
Citicolin 3x500 mg IV
baik.
Captopril 2 x 50 mg
(+/+)
Piracetam 3 x 1 gr IV
d. Sensorik : baik
q. Vegetatif
BAB (-), BAK (-),
Keringat (+)
r. Fungsi Luhur
Afasia global
s. Reflex Fisiologi : BTR
(/+), KPR (/+), APR
(+/+)
t. Reflex Patologis :
18
babinski (+/-),
chaddock (+/-)
Objective
Assesment
Planning
Lemah anggota
Kesadaran : CM
Stroke perdarahan
gerak kanan,
TTV :
intra serebri
- O2 kanul nasal
- Cairan IV line 2A 20
baal (+),
TD=160/90 mmHg
Karotis Kanan FR
Muntah(-),
HT
Suhu = 36,5oC
kejang (-),
Napas = 18x/m,reguler
pingsan (-),
pusing berputar
S.Neurologis:
- Terapi :
(-), telinga
a. RM : KK (+)
berdenging (-),
mrnit
pandangan
b. Saraf Otak :
Citicolin 3x500 mg IV
Captopril 3 x 50 mg
belum, BAK
Piracetam 3 x 1 gr IV
sulit.
Raditidin 2 x 1
(+/+)
- N. III, IV, dan VI
parase N VI dextra
- N. VII pharese kiri
central
- N. XII pharese kanan
central
c. Motorik
6
d. Sensorik : baik
u. Vegetatif
BAB (-), BAK (-),
Keringat (+)
19
v. Fungsi Luhur
Afasia global
w. Reflex Fisiologi : BTR
(/+), KPR (/+), APR
(+/+)
x. Reflex Patologis :
babinski (+/-),
chaddock (+/-)
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
20
BAB II
PEMBAHASAN
Daftar Masalah
1. Mengapa pada pasien ini di diagnosis stroke perdarahan sistem karotis dengan faktor
resiko hipertensi?
2. Bagaimana mekanisme hipertensi dapat menyebabkan stroke perdarahan?
3. Bagaimana tatalaksana pada stroke perdarahan?
Pembahasan Masalah
1. Mengapa pasien ini di diagnosis stroke hemoragik ?
Definisi
Gangguan fungsional otak fokal atau global yang terjadi secara mendadak, yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (baik tersumbatnya aliran darah mauoun
pecahnya pembuluh darah)dan lebih dari 24 jam. Dan mempunyai pola gejala yang
berhubungan dengan waktu.
Pada pasien ini didapatkan :
Berdasarkan anamnesis didapatkan defisit neurologis fokal dengan adanya hemiparese
kanan yang terjadi mendadak saat pasien beraktivitas dan sifatnya menetap, terdapat
tanda-tanda TTIK (nyeri kepala, muntah) serta Tekanan darah meningkat tinggi dari
biasanya. Keluhan ini terjadi >24 jam mulai dari kejadian sampai follow-up terakhir.
Stroke Hemoragik
21
Pada pasien ini didapatkan : kelumpuhan terjadi saat pasien beraktivitas, terdapat tandatanda peningkatan TTIK, dan tekanan darah meningkat dari biasanya. Jadi pasien ini
didiagnosa stroke yang disebabkan karena
Kategori
Klinis
Perdarahan
Intraserebral
Perdarahan
Subaraknoid
Cardioemboli
Tromboemboli
Sering
saat
aktivitas
Dapat
juga
saat istirahat
Jarang
-
Kaku
kuduk
CT Scan
Usia
Aterotrombotik
Sering
istirahat
+
-
Lakunar
+
-
+/-
Maximal
at Worsening
Worsening
onset
Normal/ tinggi Normal/ sedang/ Normal/
tinggi
sedang/
tinggi
-
Hiperdens
Hiperdens
Muda/Tua*
Muda/Tua
Hipodens,
daerah
kortikal
Muda
Hipodens,
daerah
subkortikal
Muda/Tua
Hipodens
Hipodens
Tua
Muda/Tua
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
- TD
: 200/120 mmHg
- Nadi
- Suhu
STATUS NEUROLOGIK
Keadaaan umum
Kesadaran
Rangsang Meningeal
22
- Kaku Kuduk
: (+)
- Lasegue sign
: tidak terbatas
- Kernig sign
: tidak terbatas
- Brudzinski I
: (+)
- Brudzinski II
: (-)
- Brudzinski III
: (-)
Saraf Otak : N. VI: mata kanan tidak bias ke medial bawah (parase N. VI dextra), N.VII :
plica nasolabialis kanan lebih datar (parese N.VII dextra sentral), N.XII : posisi lidah deviasi
ke kanan, atrofi (-),fasikulasi (-) (parese N.XII dextra sentral)
MOTORIK
Kekuatan Otot
(Hemiparese dextra)
Tonus : normotonus(normal)
Atrofi : (-/-)
FUNGSI VEGETATIF
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Keringat
: baik
FUNGSI LUHUR
MMSE tidak dapat dilakukan
REFLEK FISIOLOGI
BTR (/+) / KPR (/+) / APR (+/+)
REFLEK PATOLOGIS
Babinski
: (+/-)
Chaddock
: (+/-)
23
Nyeri kepala
Ateroma
darah).
Hasil : Skor > 1 : perdarahan intraserebri
Skor < 1 : infark serebri
Pada pasien didapatkan : (2,5 x 1) + (2 x 1) + (2 x 1) + (0,1 x 120) (3 x 0) 12 = 4.5
Hasil perdarahan intraserebri
Jenis Stroke
Perdarahan
Perdarahan
Perdarahan
Iskemik
Iskemik
24
- Kesadaran umum : Penderita dengan stroke sistem karotis jarang mengalami gangguan
atau penurunan kesadaran, kecuali pada stroke yang luas. Hal ini disebabkan karena
struktur- struktur anatomi yang menjadi substrat kesadaran yaitu Formatio Reticularis
(susunan/ retikularis) digaris tengah dan sebagian besar terletak dalam fossa posterior.
Karena itu kesadaran biasanya komposmentis
- Tekanan darah : biasanya meningkat*
- Pemeriksaan motorik : Hampir selalu terjadi kelumpuhan sebelah anggota badan
(hemiparesis). Jika terdapat perbedaan kelumpuhan nyata antara lengan dan tungkai,
kelainan berasal dari daerah kortikal, jika sama beratnya gangguan aliran darah terjadi
pada subkortikal atau veterbrobasiler*
25
Sensorik
Penglihatan
Gangguan lain
Sistem Karotis
Hemiparese kontralateral
dengan lesi
Parese saraf otak motorik
ipsilateral dengan ekstremitas
sejajar *
Hemihipestesi kontralateral
dengan lesi
Gangguan sensibilitas saraf
otak sensorik ipsilateral
dengan ekstremitas *
Hemiamnopsia homonim
kontralateral
Amaurosis fugax
Sistem Vertebrobasiler
Hemiparese alternans
dengan lesi
Parese motorik saraf otak
kontralateral dengan
ekstremitas
Hemihipestesi alternans
dengan lesi
Ganguan sensibilitas
saraf otak sensorik
kontralateral ekstremitas
Hemianopsia homonim (satu
atau dua sisi lapang
pandang)
Black out (buta kortikal)
Gangguan keseimbangan
Vertigo dan diplopia
tersebut menjadi iskemik dan kemudian menjadi infark yang tersiram daerah ekstravasal hasil
perdarahan. Daerah infark itu tidak berfungsi lagi sehingga menimbulkan deficit neurologic,
yang biasanya berupa hemiparalisis. Dan daerah ekstravasal yang tertimbun intraserebral
merupakan hematoma yang cepat menimbulkan kompresi pada seluruh isi tengkorak berikut
bagian rostral batang otak. Keadaan demikian menimbulkan koma dengan tanda-tanda
neurologi yang sesuai dengan kompresi akut terhadap batang otak secara restrokaudal, yang
terjadi dari gangguan pupil, pernapasan, tekanan darah sistemik dan nadi. Apa yang
dilukiskan di atas ialah gambaran hemoragia intraserebral yang di dalam klinik dikenal
sebagai apopleksia serebri atau hemorrhagic stroke.
Arteri yang sering pecah ialah arteria lentikulostriata di wilayah kapsula interna.
Dinding arteri yang pecah selalu menunjukkan tanda-tanda, bahwa disitu terdapat aneurisma
kecil-kecil yang dikenal sebagai aneurisma Charcot Bouchard. Aneurisma tersebut timbul
pada orang-orang dengan hipertensi kronik, sebagai hasil proses degenerative pada otot dan
unsur elastic dinding arteri. Karena perubahan degenerative itu ditambah dengan beban yang
tekanan darah yang tinggi, maka timbulah beberapa pengelembungan kecil setempat yang
dinamakan aneurisma Charcot Bouchard. Karena sebab-sebab yang belum jelas, aneurismata
tersebut kadang berkembang terutama pada rami perforantes arteria serebri media, yaitu
arteria lentikulostriata. Pada lonjakan tekanan darah sistemik, sewaktu orang marah,
menegluarkan tenaga banyak, dan sebagainya aneurisma kecil itu bisa pecah. Pada saat itu
juga orangnya jatuh pingsan, nafasnya mendengkur dalam sekali dan memperlihatkan tandatanda hemiplegia. Oleh karena itu stress yang menjadi factor presipitasi, maka haemoragic
stroke disebut juga stress stroke.
Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
Terapi Umum
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring.
Pada pasien hipoksia diberi suplai oksigen
b.
Stabilisasi hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan hipotonik)
Optimalisasi tekanan darah
Bila tekanan darah sistolik < 120mmHg dan cairan sudah mencukupi,
dapat diberikan obat-obat vasopressor.
Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama.
27
Derajat kesadaran
Keparahan hemiparesis
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang
mengalami penurunan kesadaran
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
e. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti phenitoin
loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
28
Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika
dan diatasi penyebabnya.
g. Pemeriksaan penunjang
EKG
Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP pertahankan antara 5-12 mmHg.
Elektrolit (sodium, potassium, calcium, magnesium) harus selalu diperiksa dan diganti
bila terjadi kekurangan.
2. Nutrisi
Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran
menurun.
Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas kuman.
Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya.
29
Rehabilitasi
Edukasi keluarga.
Discharge planning.
pasien dengan GCS < 4. Meskipun pasien dengan GCS <4 dengan perdarahan
serebral disertai kompresi batang otak masih mungkin untuk live saving.
pasien dengan perdarahan serebral > 3 cm dengan perburukan klinis atau kompresi
btang otak dan hidrosefalus harus segera dibedah.
PIS dengan lesi struktural seperti aneurisma, malformasi AV dibedah jika mempunyai
harapan outcome yangt baik dan lesi strukturalnya terjangkau
Pasien usia muda dengan perdarahan lobar sedang sampai dengan besar yang
memburuk.
Pengelolaan operatif
Tujuan pengelolaan operatif adalah : Pengeluaran bekuan darah, Penyaluran cairan
serebrospinal & Pembedahan mikro pada pembuluh darah.
30
Yang penting diperhatikan selain hasil CT Scan dan arteriografi adalah keadaan/kondisi
pasien itu sendiri :
Faktor faktor yang mempengaruhi :
1. Usia
Lebih 70 th
60 70 th
tak dioperasi
Sadar/somnolen
menurun
Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya memuaskan walaupun kesadarannya
koma
3. Topis lesi
Perdarahan putamen
Bila hematoma kecil atau sedang
tak dioperasi
neurologiknya memburuk
Perdarahan talamus
Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada hidrocepalusnya akibat
perdarahan dengan VP shunt bila memungkinkan.
Perdarahan serebelum
Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu pertama maka operasi
Bila perjalanan neurologiknya stabil diobati secara medisinal dengan pengawasan
Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda penekanan batang otak operasi
31
Kraniotomi
Mayoritas ahli bedah saraf masih memilih kraniotomi untuk evakuasi hematoma.
Secara umum, ahli bedah lebih memilih melakukan operasi jika perdarahan
intraserebral terletak pada hemisfer nondominan, keadaan pasien memburuk, dan
jika bekuan terletak pada lobus dan superfisial karena lebih mudah dan kompresi
yang lebih besar mungkin dilakukan dengan resiko yang lebih kecil. Beberapa ahli
bedah memilih kraniotomi luas untuk mempermudah dekompresi eksternal jika
terdapat udem serebri yang luas.
Gambar 1. Flap lebar tulang kranium pada Hemicraniotomi dan dekompresi operasi untuk
infrak area arteri cerebri media.(14)
32
Endoskopi
Melalui penelitian Ayer dan kawan-kawan dikatakan bahwa evakuasi hematoma
melalui bantuan endoskopi memberikan hasil lebih baik. pada laporan observasi
lainnya penggunaan endoskopi dengan tuntunan stereotaktik dan ultrasonografi
memberikan hasil memuaskan dengan evakuasi hematoma lebih sedikit (volume <
30 ml) namun teknik ini belum banyak diaplikasikan dan validitasnya belum
dibuktikan.
Trombolisis intracavitas
PROGNOSIS
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna
asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar
penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau
berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam
setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah pemulihan.
Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke dan berupaya
mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti sebelum serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan
secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien
membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan pasien. Proses ini
membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Yatsu FM, Villar-Cordova C. Atherosclerosis. In: Stroke, Patopgysiology, Diagnosis, and
Management. 3rd ed. New York : Churchill Livingstone, 1998:29-36.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2011. Guideline STROKE.Jakarta :
PERDOSSI
3. Guyton AC. Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC 1997 : 327-373
4. Duus, Peter. 1996. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda dan Gejala.
Jakarta. EGC
5. Sylvia A.Prince, Loraine M Willson.2005.Patofisiologi Volume 2.Jakarta: EGC.
35