Professional Documents
Culture Documents
JUDUL PERCOBAAN
II.
KAJIAN TEORI
Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses pengumpulan molekul-molekul dari satu fase dan
terkonsentrasi di permukaan fase lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gayagaya pada permukaan tersebut. Dengan kata lain, adsorpsi adalah pengumpulan
adsorbat di atas permukaan, sedangkan absorpsi adalah penye4apan dari adsorbat
ke dalam adsorben dimana disebut dengan fenomena sorption. Adsorbat sendiri
adalah materi atau partikel yang diadsorpsi atau diserap, sedangkan adsorben
adalah bahan yang berfungsi sebagai pengadsorpsi.
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu khemisorpsi atau adsorpsi
kimia dan adsorpsi fisika
1) Adsorpsi fisika
Berhubungan dengan gaya Van der Waals. Apabila daya tarik
menarik antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari daya tarik
menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya, maka zat yang terlarut akan
diadsorpsi pada permukaan adsorben. Adsorpsi ini mirip dengan proses
kondensasi dan biasanya terjadi pada temperatur rendah pada proses ini gaya
yang menahan molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan
besarnya sama dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya van der
waals) mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas
menjadi cair, yaitu sekitar 2.19-21.9 kg/mol. Keseimbangan antara
permukaan solid dengan molekul fluida biasanya cepat tercapai dan bersifat
reversibel.
2) Adsorpsi Kimia
Yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dengan zat terlarut yang
teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang jauh
lebih besar daripada Adsorpsi fisika. Panas yang dilibatkan adalah sama
dengan panas reaksi kimia. Menurut Langmuir, molekul teradsorpsi ditahan
pada permukaan oleh gaya valensi yang tipenya sama dengan yang terjadi
antara atom-atom dalam molekul. Karena adanya ikatan kimia maka pada
permukaan adsorbent akan terbentuk suatu lapisan atau layer, dimana
terbentuknya lapisan tersebut akan menghambat proses penyerapan
selanjutnya oleh batuan adsorbent sehingga efektifitasnya berkurang.
Untuk proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat-zat yang teradsorpsi
tergantung beberapa faktor, yaitu:
1) Jenis adsorben dan jenis adsorbat
Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat
dariadsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk
meramalkankomponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran
adsorben denganadsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka
komponen yang bersifatpolar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan
komponen yang kurang polar.
2) Massa adsorben yang ditambahkan
Jumlah adsorben yang ditambahkan kedalam larutan sangat
memengaruhi hasil adsorpsi karena adsorben mempunyai titik jenuh
tertentu. Pada titikk ini adsorben tidak dapat lagi mengadsorpsi adsorbat dari
larutan. Seluruh adsorbat dalam larutan dapat diambil jika jumlah adsorben
yang ditambahkan proporsional dengan dengan jumlah adsorbat dalam
larutan atau dengan kata lain adsorbat telah terambil semua kedalam
permukaan aktif adsorben sebelum mencapai titik jenuh
3) Luas permukaan adsorpsi
Daya adsorpsi akan meningkat dengan ukuran partikel yang semakin
kecil. Oleh karena itu, kecepatan adsorpsi suatu adsorben yang berbentuk
powder lebih besar daripada adsorben yang berbentuk granular atau
bongkahan.
4) Temperatur
yang
tertinggal
pada
permukaan.
Dengan
menghilangkan
hidrokarbon tersebut melalui proses aktifasi, akan didapatkan suatu arang atau
karbon yang membentuk struktur jaringan yang sangat halus atau porous sehingga
permukaan adsorpsi atau penyerapan yang besar dimana luas permukaan adsorpsi
dapat mencapai 300-3500 cm2/gram. Adsorpsi oleh arang aktif akan melepaskan
gas, cairan dan zat padat dari larutan dimana kecepatan reaksi dan kesempurnaan
pelepasan tergantung pada pH, suhu, konsentrasi awal, ukuran molekul, berat
molekul dan struktur molekul. Faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi,
yaitu:
-
Sifat serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi
kemampuannya
untuk
mengadsorpsi
berbeda
untuk
masing-masing
Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati
temperatur pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi
temperatur proses adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas senyawa serapan.
Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti
terjadi perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan
pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada
temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih
rendah.
pH (derajat keasaman)
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH
diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan
karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik
tersebut. Sebaliknya apabila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan
penambahan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya
garam.
Waktu
Bila karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu
untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan jumlah karbon aktif yang digunakan.
Bagi suatu system adsorpsi tertentu, hubungan antar banyaknya zat yang
teradsopsi per satuan luas adsorben. Apabila adsorben dan adsorbat berinteaksi
cukup lama, maka akan terjadi kesetimbangan antara jumlah adsorbat dengan
adsorben dan jumlah adsorbat di larutan. Hubungan kesetimbangan ini disebut
isotherm. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya
lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben yang
bersifat heterogen. Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara
banyaknya zat yang teradsorpsi pesatuan luas atau adsorben dinyatakan dalam
suatu persamaan yang dikenal dengan persamaan freudlich.Persamaan isoterm
adsorpsi Freundlich dapat dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan:
x = jumlah zat yang teradsorpsi
m = jumlah adsorben
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan setelah tercapai kesetimbangan
k dan n = tetapan
Persamaan di atas diubah menjadi persamaan linear:
Log X/m
Log k
Log C
VI.
Spesifikasi
100 mL
50 mL
250 mL
kaca
50 mL
-
Jumlah
2 buah
1 buah
6 buah
1 buah
1 buah
1 set
Secukupnya
Secukupnya
Bahan:
Nama Bahan
Karbon
Larutan HCl
Larutan NaOH
Indikator pp
Aquades
Spesifikasi
Serbuk
0.5 N; 0.25 N; 0.125 N;
0.0625 N; 0.0313 N;
0.0156 N
0.1 N
-
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
- Disaring
Residu
Filtrat
-
Sebelum:
- Karbon: serbuk hitam
- m karbon:
1 : 1.0013 g
2 : 1.0015 g
3 : 1.0045 g
4 : 1.0039 g
5 : 1.0020 g
6 : 1.0026 g
- lar HCl: tak berwarna
- lar NaOH: tak berwarna
- indikator pp: tak berwarna
Sesudah:
- Karbon dioven (42oC):
karbon teraktifkan
- Karbon + lar HCl: lar
keruh, endapan hitam
- Filtrat: tak berwarna
- V NaOH:
0.5 N : 45.8 mL
0.25 N : 24.3 mL
0.125 N : 30.7 mL
0.0625 N : 21.6 mL
0.0313 N : 15.3 mL
0.0156 N : 7.6 mL
Dugaan/ Reaksi
Karbon aktif sebagai
adsorben setelah
dipanaskan.
HCl (aq) + NaOH (aq)
NaCl (aq) +
H2O (l) + NaOH-pp (merah
muda)
Kesimpulan
Aktivasi karbon menjadi
adsorben dapat dilakukan
dengan memanaskannya
dalam oven.
Semakin besar konsentrasi
adsorbat (larutan HCl),
makin banyak jumlah
adsorbat yang teradsorpsi
oleh karbon (adsorben)
ditunjukkan dengan kurva
linear antara log C vs log
x/m,
y = 0.7014x + 1.0203
R = 0.6656
IX.
polikristal. Dengan pemanasan tersebut, maka atom-atom karbon akan membentuk poli
kristal. Pada karbon aktif, terdapat banyak pori yang berukuran mikro hingga nano
meter. Pori-pori ini dapat menangkap partikel-partikel yang sangat halus (molekul)
terutama logam berat dan menjebaknya di sana. Penyerapan menggunakan karbon aktif
adalah efektif untuk menghilangkan logam berat. Ion logam berat ditarik oleh karbon
aktif dan
dan reaksi kimia. Karbon aktif memiliki jaringan porous (berlubang) yang sangat luas
yang berubah-ubah bentuknya untuk menerima molekul pengotor baik besar maupun
kecil.
Langkah selanjutnya, menyiapkan larutan organik dalam hal ini yang digunakan
adalah asam klorida (HCl) dengan variasi 6 konsentrasi yaitu, 0,5 N; 0,25 N; 0,125 N;
0,0625 N; 0,0313 N; 0,0156 N dan masing-masing volume asam klorida yang
digunakan dalam adsorpsi adalah 100 mL.
Berikutnya, memasukkan masing-masing massa karbon aktif yang ada ke dalam
Erlenmeyer yang berbeda-beda dengan label Erlenmeyer 1-6, kemudian menambahkan
larutan HCl dengan konsentrasi yang berbeda. Selanjutnya Erlenmeyer ditutup dan
didiamkan selama 30 menit dengan perlakuan pengocokan setiap 10 menit dengan
rentang 1 menit dan temperatur tetap dijaga konstan. Proses pengocokan ini juga
dimaksudkan agar campuran tersebut dapat tercampur secara homogen dan juga agar
proses adsorpsi dapat berlangsung lebih cepat, karena jumlah tumbukan yang terjadi
juga meningkat serta menjaga kestabilan adsorben dalam mengadsorpsi adsorbat pada
saat terjadinya reaksi. Tujuan dilakukan pendiaman adalah agar gaya Van der Waals
dimana terjadi adsorpsi antara partikel adsorbat dengan permukaan adsorben dapat
berlangsung secara optimal. Adsorpsi ini tidak dapat terjadi secara optimal pada
pengocokan karena partikel-partikel campuran terus bergerak secara aktif dan sulit bagi
partikel untuk masuk ke dalam pori-pori kosong dari permukaan adsorben sehingga
agar proses adsorpsi dapat berlangsung dengan baik, harus disediakan jeda waktu untuk
dilakukan pendiaman.
Setelah 30 menit, larutan disaring dengan kertas saring. Didapatkan filtrat tak
berwarna, filtrat inilah yang akan digunakan untuk proses selanjutnya. Filtrat yang ada
diambil sebagai masing-masing 10 mL untuk konsentrasi 0,5 N dan 0,25 N; 25 mL
untuk konsentrasi 0,125 N; dan 50 mL untuk konsentrasi 0,0625 N; 0,0313 N; 0,0156
N. Kemudian, masing-masing larutan tersebut ditambahkan 2 tetes indikator pp yang
bertujuan untuk memberikan perubahan warna pada saat titik akhir titrasi tercapai. Titik
akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari tak berwarna menjadi
merah muda. Indikator fenolftalein ini merupakan jenis asam diprotik dan tidak
berwarna. Saat direaksikan, fenolftalein terurai dahulu menjadi bentuk tidak
berwarnanya dan kemudian, dengan menghilangnya proton kedua dari indikator ini
menjadi ion terkonjugat maka akan dihasilkan warna merah muda.
Langkah terakhir adalah dititrasi dengan NaOH 0,1 N lalu dicatat volume NaOH
yang digunakan untuk titrasi pada percobaan ini didapatkan untuk masing-masing
erlenmeyer 1-6 dengan masing-masing konsentrasi: 0.5 N = 45.8 mL; 0.25 N = 24.3
mL; 0.125 N = 30.7 mL; 0.0625 N = 21.6 mL; 0.0313 N = 15.3 mL; dan 0.0156 N =
7,6 mL. Dari volume NaOH ini, dapat dilakukan perhitungan untuk mencari massa (x)
dan konsentrasi (C) HCl yang teradsorpsi.
Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorpsi isoterm
Freundlich pada proses adsorpsi HCl terhadap arang/karbon. Variabel yang terukur atau
yang didapatkan pada percobaan ini adalah volume larutan NaOH 0,1 N yang
digunakan untuk menitrasi HCl. Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui,
konsentrasi HCl yang teradsorbsi dapat diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi
awal dengan konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dicari berat HCl yang teradsorpsi.
Erlenmeyer
[HCl] awal
[HCl] akhir
mmoleq
HCl awal
mmoleq
HCl akhir
1
2
3
4
5
6
0,5 N
0,25 N
0,125 N
0,0625 N
0,0313 N
0,0156 N
0,458 N
0,243 N
0,1228 N
0,0432 N
0,0306 N
0,0152 N
50
25
12.5
6.25
3.13
1.56
4.58
2.43
3.07
2.16
1.53
0.76
Dari data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi HCl sebelum adsorpsi
lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena HCl telah diadsorpsi oleh arang
aktif. HCl yang merupakan asam kuat sehingga dengan mudah melepaskan ion-ionnya
di dalam air, sehingga mudah untuk diadsorpsi. Cl merupakan spesi yang sangat
elektronegatif atau memiliki kecenderungan untuk menarik elektron dengan kuat ke
pihaknya sehingga ikatan Van der Waals yang terjadi pada HCl seharusnya lebih kuat.
[HCl]
teradsorpsi
0.042
0.007
0.0022
0.0193
0.0007
0.0004
x/m
log C
log x/m
1.655678
0.822571
0.335386
0.148705
0.050998
0.027668
-1.37675
-2.1549
-2.65758
-1.71444
-3.1549
-3.39794
0.218976
-0.08483
-0.47446
-0.82767
-1.29245
-1.55802
-4
0
C -1vs log x/m
0
0.4
y = 0.7014x + 1.0203
R = 0.6656
-3.5
-3
-2.5
-2
x/mx/m
loglog
-4
-0.5
-1.5
-1
0.2
-1
-0.5
log x/m
-1.5
0
-0.2 0
-0.4
-0.6
Linear (log-0.8
x/m)
-1
-2
-1.2
-1.4
-1.6
Log C
log C
-2.5
-1.8
diperoleh sedikit tidak sesuai pada erlenmeyer 3, yaitu pada konsentrasi 0.125 N.
Konsentrasi HCl yang teradsorpsi jauh lebih banyak dibandingkan konsentrasi HCl
teradsorpsi di erlenmeyer 2 dan 1 (0.25 N dan 0.5 N). Hal tersebut dapat terjadi karena
2 faktor, yang pertama pada saat titrasi, pelaksana kurang teliti dalam menentukan titik
akhir titrasi. Faktor kedua adalah volume filtrat yang digunakan untuk menitrasi terlalu
sedikit sehingga pada perhitungan diperoleh hasil yang tidak sesuai.
Jika dianalogikan dengan persamaan Freundlich maka akan didapat nilai k dan n.
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut:
dengan intersep log k dan slope 1/n. Sehingga dari tabel grafik di atas didapatkan
persamaan grafik isotherm adsorpsi Freundlich-nya adalah
y = 0,7014x + 1,0203
log k
sehingga, didapatkan nilai log k = 1,0203 dan 1/n = 0,7014. Maka harga k adalah k =
anti-log 1,0203 = 10.4785 dan harga n adalah
X.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan pada percobaan yang telah kami lakukan dapat
disimpulkan terdapat kesesuaian antara teori dengan hasil percobaan bahwa isoterm
yang terjadi pada percobaan ini adalah isoterm adsorpsi Freundlich, dimana adsorben
mengadsorpsi larutan organik (asam klorida). Semakin luas permukaan adsorben
(karbon aktif), maka semakin tinggi daya adsorpsinya pada zat terlarut. Semakin tinggi
konsentrasi maka semakin tinggi daya adsorpsinya dan semakin banyak pula zat yang
teradsorpsi demikin juga sebaliknya. Dari perhitungan yang dilakukan didapat nilai log
k = 1,0203 dan 1/n = 0,7014. Maka harga k adalah k = 10.4785 dan harga n = 1,4257.
XI.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarita, Nishio. 2008. Adsorpsi. Jakarta: Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.
Nasrudin, Harun., Koestiari, Toeti., Yonata, Bertha. 2014. Panduan Praktikum
Mata Kuliah Kimia Fisika IV. Surabaya: Jurusan Kimia Fakultas MIPA
Universitas Negeri Surabaya.
Pramadewi, Ferra. 2012. Laporan Kimia Fisika Isotherm Adsorpsi Karbon Aktif.
http://ferrapramadewi.wordpress.com/2012/04/03/laporan-kimia-fisikaisoterm-adsorpsi-karbon-aktif/. Diakses pada 22 November 2014.
Pujiyanto. 2010. Pembuatan Karbon Aktif Super dari Batubara dan Tempurung
Kelapa. Depok: UI Press.
Sholikhah, Faizatu. 2008. Pengaruh Penambahan Karbon Aktif dari Tongkol
Jagung
terhadap
Penurunan
Angka
Peroksida
Minyak
Goreng.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Berdasarkan hasil percobaan dan kurva linier, tentukan apakah adsorpsi asam oleh
karbon termasuk isotherm Freundlich?
Jawab:
Ya, isotherm tersebut merupakan isotherm Freundlich ditunjukkan dengan kurva
linear ke atas
-3.5
-3
log x/m
-4
y = 0.7014x + 1.0203
R = 0.6656
-2.5
-2
-1.5
log C
-1
0.4
0.2
0
-0.5 -0.2 0
-0.4
-0.6
-0.8
-1
-1.2
-1.4
-1.6
-1.8
lain adsorpsi ini terjadi apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dengan
adsorben lebih besar dari daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya,
maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan adsorben.
Adsorpsi Fisik
Energi fisisorpsi: energi kondensasi uap
dan penyimpangan sifat gas ideal/van
der Waals
Der. spesifikasi rendah
Multilayer
Molekul adsorpsi fisik dapat
diidentifikasi dan pada desorpsi
menggunakan eluen
Adsorpsi Kimia
Energi chemisorpsi: interaksi untuk
pembentukan ikatan kimia
Tergantung kereaktifan adsorben
adsorbat
Monolayer
Molekul bereaksi/ terdissosiasi, tidak
dapat diidentifikasi
Lampiran
Setelah titrasi, V
NaOH = 7.6 mL
Setelah titrasi, V
NaOH = 15.3 mL
Setelah titrasi, V
NaOH = 21.6 mL
Setelah titrasi, V
NaOH = 30.7 mL
Setelah titrasi, V
NaOH = 24.3 mL
Setelah titrasi, V
NaOH = 45.8 mL