You are on page 1of 3

Ribut kenaikan harga BBM, UU APBN

2015 digugat ke MK
Reporter : Ahmad Baiquni | Kamis, 11 Desember 2014 17:29

Share
0

Tweet
6

Google+
KIRIM

Ilustrasi Gedung Mahkamah Konstitusi. 2014 Merdeka.com

Berita Terkait

Aktivis dan mahasiswa berkumpul, kritisi kenaikan harga BBM


Kelamaan antre BBM, seorang buruh di Jembrana tewas

Korban tindak kekerasan polisi mengadu ke Mabes Polri

Merdeka.com - Kebijakan pemberian subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tertuang
dalam Pasal 13 Undang-undang (UU) Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN
dipermasalahkan oleh tiga orang advokat ke Mahkamah Konstitusi (MK). Mereka yang
mengajukan diri sebagai warga negara menilai kebijakan tersebut perlu dibatasi agar
dapat efektif dalam penyalurannya.
Ketiga advokat itu adalah Donny Tri Istiqomah, Radian Syam, serta Andhika Dwi
Cahyanto. Mereka menilai kebijakan subsidi BBM selama ini tidak tepat sasaran
lantaran hanya dapat dinikmati oleh masyarakat menengah ke atas.
"Ini bertentangan dengan Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 yang mengamanatkan APBN
dilaksanakan secara terbuka, bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat," ujar pemohon Donny Tri Istiqomah dalam sidang uji materi di gedung MK,
Jakarta, Kamis (11/12).
Donny mengatakan selama ini pemerintah terlalu sibuk mengurusi subsidi BBM hingga
akhirnya tidak memperhatikan subsidi sektor lain terutama pangan. Padahal, subsidi ini
sangat dibutuhkan sebagian besar rakyat Indonesia yang masih berada di garis
kemiskinan.
"Kita tidak minta subsidi BBM dihapus, tetapi subsidi dibatasi agar tepat sasaran dan
tidak mengganggu subsidi sektor lain terutama bahan pokok seperti minyak goreng,
kedelai yang sudah dihapus. Sementara subsidi BBM setiap tahunnya semakin
membesar," kata Donny.
Selanjutnya, Donny menerangkan pembatasan subsidi BBM perlu ditetapkan sebesar
10 persen dari anggaran belanja pemerintah pusat. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah adanya polemik seputar pencabutan subsidi BBM.
Atas hal itu, Donny meminta MK untuk membatalkan tersebut. Setidaknya, MK dapat
menyatakan pasal tersebut berlaku konstitusional bersyarat.
"Pasal 13 UU APBN Tahun 2015 konstitusional bersyarat sepanjang dimaknai tidak

melebihi 10 persen dari belanja pemerintah pusat," kata dia.


Menanggapi permohonan ini, Hakim Konstitusi Wahiduddin Adams memberikan kritik
terhadap bagian petitum dari pemohon. Dia mempertanyakan dasar pembatasan
sebesar 10 persen tersebut.
"Angka 10 persen harus diuraikan rasionalitasnya, ini perlu dilengkapi dalam
permohonan," kata dia.
Hakim Konstitusi Ahmad Fadlil Sumadi memberikan komentar yang menyatakan
pemohon tidak menguraikan secara tepat terkait norma yang bertentangan. Dia
mengatakan pemohon tidak menjelaskan sasaran subsidi untuk kemakmuran rakyat
secara tepat.
"Sasaran pengalihan subsidi demi kemakmuran rakyat tidak dijelaskan. Ini harus
dielaborasi dalam permohonan," terang Fadlil.
Sementara itu, Hakim Konstitusi Patrialis Akbar justru menyatakan pemohon tidak jelas
dalam menggambarkan kerugian konstitusionalnya. "Mungkin pemohon ikut menikmati
subsidi BBM itu kan?" ungkap dia.

You might also like