Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
Jarak Desa Tanjung Pasir 29 km dari kota Tangerang atau 25 km dari pintu keluar M1 (west gate) Bandara Soekarno Hatta melalui jalan Marsekal Surya Darma (Jalan
Selapanjang). Transportasi untuk mencapai wilayah Desa Tanjung Pasir sebagian besar dapat
ditempuh dengan angkutan umum baik sepeda motor maupun mobil. Namun demikian,
sebagian kecil wilayah hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Perbaikan sistem
transportasi seperti perbaikan jalan dan penyediaan sarana angkutan umum akan
mempermudah akses masyarakat ke tempat pelayanan kesehatan. Jarak tempuh dari pusat
pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja
dengan pemerintah secara berjenjang sebagai berikut:
a. Dengan kantor kecamatan berjarak
: 12 km
: 54 km
: 72 km
Suasana sebelum memasuki Desa Tanjung Pasir melewati daerah Kampung Melayu
Teluk Naga, sekitar 200 meter mengambil arah kanan. Setelah itu akan melewati Desa Tegal
Angus sebelum sampai ke Desa Tanjung Pasir. Kondisi fisik jalan menuju Desa Tanjung
pasir dari arah Bandara Soekarno Hatta maupun ke arah Tanjung Burung sudah
menggunakan aspal.
Secara administrasi, desa Tanjung Pasir terbagi ke dalam 7 (tujuh) wilayah kemandoran
atau kampung yaitu : Kampung Tanjung Pasir Barat,Tanjung Pasir Timur, Sukamanah Barat
(empang), Garapan, Gagah Sukamanah, Sukamulya1 dan Kampung Sukamulya2. Total
jumlah Rukun Warga (RW) di Desa Tanjung Pasir adalah 14 RW dan 31 RT. Secara
geografis,
wilayah
Desa
Tanjung
Pasir
yang
memiliki
risiko
tinggi
terhadap
Di desa Tanjung Pasir ini terdapat pelayanan kesehatan seperti Posyandu, Poskesdes,
beberapa bidan dan Puskesmas yang terletak di desa Tegal Angus. Posyandu di Tanjung Pasir
berjumlah sembilan dengan jadwal kegiatan sebulan sekali. Satu buah Poskesdes terletak di
dalam area TNI Angkatan Laut dengan jadwal kegiatan dua kali dalam seminggu.
Masyarakat Tanjung Pasir juga memiliki pelayanan kesehatan berupa Puskesmas di wilayah
Tegal Angus yang berjarak sekitar 7 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua
atau roda empat. Di Puskesmas terdapat 2 dokter umum, 1 dokter gigi dan 17 bidan desa.
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah Kecamatan
Teluk Naga Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 ha
(47,631 km2). Terdiri dari luas daratan 2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha dengan
ketinggian dari permukaan laut 2 - 3 meter dengan curah hujan rata-rata 24 mm/tahun. Jarak
dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km.
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan Teluk Naga bagian
utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu desa Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal
Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)
Gambar 1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
Pra sarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga dihubungkan oleh:
A. Jalan
Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga sepanjang 108 km, dengan
klasifikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan status
Jalan Propinsi
: 9,5 km.
Jalan Kabupaten
: 5 km.
Jalan Desa
: 93,5 km.
Jalan hotmik
: 17,5 km.
Jalan aspal
: 67 km.
Jalan tanah
: 14,5 km.
B. Jembatan
1. Jembatan besi
: 1 km.
2. Jembatan beton
: 7 km.
Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang tercantum pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan Kepadatan
Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tanjung Pasir Tahun 2012
No
Desa/Kel
Penduduk Miskin
(Jiwa)
RT
RW
KK
Rumah
KepadatanPenduduk
(km2)
Jumlah
1
2
3
4
Lemo
Muara
Pangkalan
Tanjung
Burung
Tanjung
Pasir
Tegal Angus
3,61
5,14
7,54
5,24
6,682
3,566
16,888
7,699
734
490
1,495
740
32
22
35
16
15
6
11
8
1,408
793
3,229
1,484
1408
793
3229
1572
10.31
7.19
4.08
3.10
1850.97
693.77
2239.79
1463.55
5,64
9,513
1,348
31
18
1,936
2319
5.32
1686.70
2,83
9,513
1,081
23
1,895
1895
3.30
3361.48
Jumlah
30,02
53,831
5,889
139 45
10,745 10,745
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
4.33
1794
5
6
Penduduk
(Jiwa)
Luas
Wilayah
(km2)
Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskemas Tegal Angus.
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas Tegal Angus Tahun
2012
NO.
KELOMPOK UMUR
(TAHUN)
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH PENDUDUK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
2,702
2,657
2,896
2,980
2,910
2,877
2,336
1,994
1,704
1,401
1,135
741
546
337
252
203
2,505
2,511
2,563
2,895
2,960
2,790
2,153
1,888
1,613
1,262
925
656
533
318
281
307
5,207
5,168
5,459
5,875
5,870
5,667
4,489
3,882
3,317
2,663
2,060
1,397
1,079
655
533
510
LAKI-LAKI + PEREMPUAN
JUMLAH
27,671
26,160
53,831
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2012
Mata Pencaharian
Nelayan
Buruh/swasta
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pedagang
Penjahit
Tukang Batu
Tukang kayu
Peternak
Pengrajin
Montir
Dokter/Bidan
Supir
Pengemudi Becak
TNI / POLRI
Pengusaha
Petani
Jumlah Penduduk
2.331 orang
65 orang
15 orang
1.213 orang
24 orang
62 orang
42 orang
6 orang
5 orang
25 orang
6 orang
30 orang
43 orang
6 orang
8 orang
176 Orang
Sarana
Jumlah
Koperasi
1 buah
Pasar
Warung/kedai
100 buah
Kios Kelontong
5 buah
Bengkel
8 buah
Toko
20 buah
Percetakan/sablon
Swalayan
Super Mall
Pegadaian
Bank BRI
Bank Swasta
Pos Giro
Berdasarkan topografi, Desa Tanjung Pasir adalah kawasan pantai yang landai sehingga
di Desa Tanjung Pasir terdapat tambak yang luasnya mencapai 570 hektar. Walaupun
demikian, pada awalnya lahan di Tanjung Pasir tidak cocok untuk kegiatan budidaya karena
kurang baiknya sistem irigasi yang ada. Baru setelah adanya perbaikan irigasi oleh
pemerintah, kegiatan budidaya dapat berkembang lebih baik. Sedangkan berdasarkan
kepemilikan tambak, dari total luas tambak yang ada di Desa Tanjung Pasir hanya sekitar
20% saja yang dimiliki oleh penduduk desa setempat, selebihnya merupakan milik warga
Jakarta dan sekitarnya. Komoditas budidaya tambak utama yang ada di Desa Tanjung Pasir
adalah ikan bandeng, mujair dan kakap.
Desa Tanjung pasir juga merupakan daerah pariwisata yang biasanya di akhir minggu
atau hari libur banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Tempat pariwisata yang terdapat di
desa Tanjung Pasir adalah taman buaya, resort, serta wisata pantai Tanjung Pasir. Tempat
yang paling banyak dikunjungi biasanya adalah kawasan pantai. Namun keadaan pantai di
Tanjung Pasir tidak terawat dengan baik. Banyak sampah yang tidak terurus dan air pantai
yang terlihat bewarna kecoklatan. Hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena masih
7
banyaknya warga setempat yang membuang sampah rumah tangganya ke pantai. Selain
memancing dan bermain di pantai, Desa Tanjung Pasir juga merupakan salah satu tempat
yang bisa dimanfaatkan untuk para wisatawan menyeberang ke kawasan Pulau Seribu.
SLTA/MA
SLTP/MTS 9,92%
11,19%
Universitas
0,36%
AK/Diploma
0,44%
SD/MI
43,37%
Tidak/belum
tamat SD
34,72%
: 1 Ruang
Ruang TU
: 1 Ruang
Ruang Dokter
: 1 Ruang
Ruang Aula
: 1 Ruang
Ruang Imunisasi
: 1 Ruang
Ruang Loket
: 1 Ruang
Ruang Apotik
: 1 Ruang
Ruang BP umum
: 1 Ruang
Ruang BP Anak
: 1 Ruang
Ruang BP Gigi
: 1 Ruang
8
: 1 Ruang
Ruang Gizi
: 1 Ruang
: 1 Ruang
Ruang TB
: 1 Ruang
Ruang Lansia
: 1 Ruang
Ruang Kesling
: 1 Ruang
Ruang Perpustakaan
: 1 Ruang
Ruang Mushola
: 1 Ruang
Ruang Bidan
: 1 Ruang
Dapur
: 1 Ruang
: 1 Ruang
WC
: 5 Ruang
2. Bidan di Desa
: 6 Orang
Tegal Angus
: 7 Posyandu
Pangkalan
: 10 Posyandu
Tanjung Burung
: 7 Posyandu
Tanjung Pasir
: 9 Posyandu
Lemo
: 6 Posyandu
Muara
: 6 Posyandu
Jumlah Posyandu
: 45 buah
: 225 orang
: 60 orang
No
NAMA DESA
Pangkalan
Tanjung
Burung
Tegal Angus
Tanjung Pasir
Muara
Lemo
2
3
4
5
6
JUMLAH SEKOLAH
SD MI SMP MTS
5
1
2
1
PAUD
1
TK
2
RA
0
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
2
2
3
3
2
1
0
0
2
0
0
0
SMA
0
SMK
1
MA
0
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Jumlah
0
2
0
0
0
0
0
6
1
45
8
5
0
0
1
1
0
0
0
2
10
Cakupan kunjungan K4 di puskesmas Tegal Angus tahun 2012 adalah 90% dengan cakupan
pemberian Fe3 90%.
c. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan.
Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan. Persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas Tegal Angus tahun
2012 yaitu 928 orang dari 1.025 persalinan.
d. Penanganan Bumil dan Neonatal Risiko Tinggi (risti).
Deteksi dini kelompok bumil dan neonatal risti. Jika ditemukan lebih awal dapat
dilakukan intervensi untuk menangani risiko tersebut. Penemuan bumil risti dan neonatal risti
di puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012 yaitu 173 bumil risti dari 215 sasaran bumil resti
(80,5%) dan 113 neonatal risti dari 165 sasaran neonatal risti (68,4%).
e. Pelayanan Neonatal.
Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali umur 0-7 hari dan
satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan
selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi
kepada ibu.
2. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pemeriksaan kesehatan anak sekolah.
Puskesmas Tegal Angus melakukan deteksi tumbuh kembang balita dan pemeriksaan
kesehatan siswa SD/MI. Upaya yang dilakukan antara lain penyuluhan di posyandu dan
pembentukan kelas ibu balita.
3. Keluarga berencana.
a. Peserta KB Baru. Puskesmas Tegal Angus melakukan edukasi melalui penyuluhan
terus menerus.
b. Peserta KB Aktif.
4. Imunisasi
a. Desa UCI
Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa. Upaya yang dilakukan
sweeping imunisasi.
b. Drop Out imunisasi Campak-Polio.
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita, sweeping imunisasi campak
dan meningkatkan cakupan imunisasi di posyandu.
5. Gizi
a. Penanganan balita BGM dan gizi buruk
11
Penanganan balita gizi buruk dengan diberikan PMT pemulihan di klinik gizi dan MP-ASI
untuk perawatan dirumah dan kegiatan kunjungan rumah untuk pemantauan pemberian PMT
serta rujukan untuk balita gizi buruk.
b. ASI Eksklusif
ASI merupakan makanan penting untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian
makanan hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Zat gizi yang terkandung dalam ASI
cukup memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Keuntungan dari
ASI adalah ASI mengandung zat kekebalan tubuh, mengandung protein yang mudah diserap
oleh tubuh bayi, mudah dan murah diberikan untuk bayi serta membangun ikatan kasih
sayang antara ibu dan anak. Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di puskesmas tegal
angus pada tahun 2012 ini adalah 719 bayi dari 976 bayi (73,7%), meningkat dari tahun lalu
yang hanya sebesar 44, 53%.
c. Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
Program penanggulangan kekurangan vitamin telah dimulai sejak lama namun sampai saat
ini masalah KV masih menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KVA tingkat
berat (Xeroptalmia) yang dapat menyebabkan kebutaan sudah jarang ditemui, tetapi KVA
tingkat sub - klinis yaitu KVA yang belum menampakkan gejala nyata masih diderita oleh
sekitar 50% di Indonesia.
C. Perilaku Masyarakat
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas dilakukan melalui program
promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat dapat menggambarkan derajat
kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat disajikan dengan indikator PHBS, adapun dari hasil
kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2013 pada tabel berikut :
12
Juml
ah
KK
YDT
%
Persalin
an O/
tks
%
As
i
eks
%
By/
blt
dtm
bg
%
Cuci
Tang
an
%
Air
Bers
ih
%
Jamb
an
Sehat
%
Bersik
an
Jentik
%
Mak
an
Sayu
r
Buah
%
Aktivit
as
Fisik
% Tdk
Merok
ok dlm
Rumah
%
Jmlh
(Seha
t)
Pangkal
an
210
57.6
42.
4
67.1
70
95.7
66.5
51.4
57
33.3
33.5
16.2
Tj.
Burung
210
64.6
58.
6
65.7
43.3
96.6
46.7
79
61.9
72.8
72.8
16.7
Tj.
Pasir
214
35.6
24.
3
58.9
87.4
90.2
57
94
39.7
72.4
57
17
Tegal
Angus
210
71.4
49.
5
79.5
38.6
91.4
68.8
92.7
72.3
65.6
65.2
17
Muara
210
71.5
43.
6
70.6
45.9
99
43
92
73.4
33
71.2
56.5
Lemo
206
63.6
24.
8
64
91.6
83.6
44.8
80.8
84
62
45
18
Jumlah
1260
65.2
37.
7
67.5
63.6
92.8
54
86
55.3
61.5
54
15.5
D. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting dibidang kesehatan, upaya
peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik. Berikut ini merupakan upaya-upaya
peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di puskesmas Tegal Angus :
Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul/ beristirahat bagi semua anggota keluarga dan
untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat
berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga
sekitarnya. Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, hasil
pemantauan selama tahun 2012 menunjukkan dari 12.421 rumah yang diperiksa sebanyak
11,2% yang memenuhi syarat kesehatan.
13
14
Tabel 1.8 LAPORAN CAKUPAN KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TRIWULAN I PUSKESMAS TEGAL ANGUS TAHUN 2014
NO
Puskesmas
Desa
Jumlah
Penduduk
TEGAL
ANGUS
Jumlah
KK
TEMPAT SAMPAH
JUMLAH
KK
MEMILIKI
JUMLAH
KK
DIPERIKSA
JUMLAH
SEHAT
%KK
MEMILIKI
%KK
DIPERIKSA
%SEHAT
JUMLAH
KK
MEMILIKI
JUMLAH
KK
DIPERIKSA
JUMLAH
SEHAT
%KK
MEMILIKI
%KK
DIPERIKSA
%SEHAT
10
11
12
13
14
15
16
17
Tj.
burung
7.675
2.685
618
25
24
62,49
4,05
96,00
225
25
24
8,38
11,11
96,00
Pangkalan
16.755
5.362
1653
32
28
63,58
6,90
92,30
655
32
28
12,22
4,89
93,75
Tegal
angus
9.355
2.900
720
19
18
62,50
2,64
94,74
535
19
18
18,45
3,55
94,74
Tj. pasir
9.595
1.823
447
18
16
62,52
4,03
88,89
315
18
16
17,28
5,73
88,89
Muara
3.516
492
124
12
10
62,63
9,68
83,33
90
12
10
18,29
13,33
83,33
Lemo
6.548
655
162
14
12
62,55
8,64
85,71
112
14
12
17,10
12,50
85,71
53.444
13.917
3.106
120
110
62,52
3,86
91,67
1.932
120
110
13.85
6,21
91,67
JUMLAH
15
Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa pada masyarakat di sekitar Puskesmas Tegal
Angus masih memiliki masalah tentang sanitasi dasar. Berbagai faktor seperti tingkat
pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk yang rendah dapat
menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.
penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara
lain meliputi pengawasan lingkungan TTU secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan sarana
perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus
menyebabkan pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.
bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan
menjadi sumber media yang sangat efektif di dalam penularan penyakit saluran pencernaan.
Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan tempat pengelolaan air bersih,
pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempattempat umum pengelolaan makanan. Tidak
hanya tenaga sanitarian melainkan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus
menyebabkan pembinaan penyehatan makanan dan minuman tidak dapat dilakukan.
1.1.2.6 Situasi Derajat Kesehatan
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus didapatkan
gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada Maret 2014.
Tabel 1.9 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Maret 2014
No
Penyakit
Kode ICD
1
2
ISPA
Dermatitis
Demam yang tidak diketahui
sebabnya
Diabetes mellitus
Hipertensi Essensial
Batuk
Sakit Kepala
Gastritis dan Duodenitis yang
disertai perdarahan lambung
Myalgia
Tuberkulosis Paru Klinis
J06
L30
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Jumlah Kasus
Laki- laki
Perempuan
8
11
7
6
R50
E14
I10
R05
R51
3
4
5
3
6
4
2
4
K29
M791
A16
2
2
40
3
2
46
16
Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan kelompok kami adalah sebagai berikut :
17
Nama
Tn. Sirat
Ny. Angrum
Afendi
Tommi
Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia
(Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Perbulan
Kepala
Keluarga
Istri
Anak
kandung
Anak
kandung
Laki laki
50 th
SD
Nelayan
Rp.2.000.000,-
Perempuan
45 th
SD
IRT
Laki laki
23 th
SD
Nelayan
Rp.1.000.000,-
Laki laki
17 th
SMA
Pelajar
18
memiliki tanaman pohon serta saung di halaman depan rumah. Sampah-sampah dibuang dan
dikumpulkan di halaman depan rumah dan dibakar jika sudah menumpuk.
Pola Makan
Keluarga Tn. Sirat mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny. Angrum
sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan
untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan berupa makanan
sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur dan ikan. Keluarga Tn. Sirat
hanya sesekali memakan daging. Keluarga Tn. Sirat jarang mengkonsumsi buah-buahan.
Biasanya keluarga Tn. Sirat berkumpul di ruang keluarga untuk makan bersama.
Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Sirat terdiri dari piring yang terbuat dari
kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Sirat sering makan tanpa
19
menggunakan sendok, sendok hanya digunakan ketika makan makanan berkuah. Ny. Angrum
masak menggunakan kompor gas 3 kg.
1.2.1.5 Riwayat Obstetri dan Pola asuh ibu dan anak.
Kelahiran anak pertama Ny. Angrum (An. Arsum) terjadi pada tahun 1980. Anak pertama
lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat
hamil, Ny. Angrum hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan
posyandu dan mendapatkan imunisasi TT (2 kali). Ny. Angrum tidak pernah mengeluhkan
sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup
bulan dengan BB lahir kira-kira 3.2 kg, mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Ny.
Angrum hanya sekali membawa anaknya Arsum untuk imunisasi, untuk imunisasi
selanjutnya Arsu tidak pernah lagi dibawa ke puskesmas oleh Ny. Angrum. Makanan
pendamping ASI pada anak Ny. Angrum sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun.
Saat ini Arsu sudah berkeluarga dan bertempat tinggal di samping rumah keluarga Tn. Sirat.
Kelahiran anak kedua Ny. Angrum (An. Abdullah) terjadi pada tahun 1985. Anak kedua
lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat
hamil, Ny. Angrum hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan
posyandu. Ny. Angrum pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa
kehamilan. Anak kedua lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3 kg,
mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Ny. Angrum hanya beberapa kali membawa
anaknya Abdullah untuk imunisasi. Makanan pendamping ASI pada anak Ny. Angrum
diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Saat ini Abdullah sudah berkeluarga dan
bertempat tinggal Balai Raja.
Kelahiran anak ketiga Ny. Angrum (An. Afendi) terjadi pada tahun 1991. Anak ketiga
lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat
hamil, Ny. Angrum hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan
posyandu. Ny. Angrum pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa
kehamilan. Anak ketiga lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir kirakira 3 kg, mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Ny. Angrum hanya beberapa kali
membawa anaknya Afendi untuk imunisasi. Makanan pendamping ASI pada anak Ny. Samka
sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Saat ini Afendi belum menikah dan
masih tinggal bersama keluarga Tn. Sirat.
Kelahiran anak keempat Ny. Angrum (An. Tommi) terjadi pada tahun 1997. Anak
keempat lahir di rumah dengan bantuan bidan. Pada saat hamil, Ny. Angrum sering
memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Anggrum tidak pernah
20
mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak keempat lahir pada saat usia
kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3.3 kg, mendapatkan ASI eksklusif selama dua
tahun. Ny. Angrum sering membawa anaknya Tommi untuk imunisasi, makanan pendamping
ASI pada anak Ny. Samka sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Saat ini
Tommi tinggal di pesantren, hanya pulang ke rumah dua bulan sekali.
1.2.1.6 Perilaku
Tn. Sirat mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan sejak
puluhan tahun lalu. Anak Tn. Sirat yaitu Afendi juga memiliki kebiasaan merokok sebungkus
sehari yang sudah dilakukan sejak dua tahun yang lalu. Karena kesibukan kerjanya dari jam
lima pagi sampai malam hari membuat Tn. Sirat tidak sempat untuk berolahraga. Namun, Ny.
Angrum tiap pagi menyempatkan untuk jalan santai saat pagi hari sebelum memulai aktivitas.
Tn. Sirat bekerja bersama anaknya menjadi nelayan. Ny. Angrum selaku istri Tn. Sirat kerap
menabung dengan menyisihkan uang sebesar Rp. 100.000.- perbulan. Keluarga Tn. Sirat
biasa mencuci tangan menggunakan air tanpa menggunakan sabun sebelum makan dan
memakai alas kaki saat keluar rumah.
1.2.1.7 Kebiasaan Berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Sirat berobat ke praktik Dokter umum terdekat (dokter Cecep
yang praktek di daerah Gaga). Penyakit yang sering diderita Tn. Sirat adalah pegal-pegal
sedangkan penyakit yang diderita oleh Ny. Angrum adalah diabetes mellitus sejak 2 tahun
yang lalu. Selama ini Ny. Anggrum mengkonsumsi obat antidiabetes yang diminum setiap
hari.
1.2.1.8
No
Kriteria
Permasalahan
1.
Kebiasaan
Merokok
2.
Olah Raga
Pola Makan
Pola Pencarian
Berobat ke doktek praktik terdekat, Puskesmas.
Pengobatan
Menabung
Menabung perbulan Rp. 100.000
Aktivitas Sehari Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu sebagai Ibu Rumah
hari
Tangga.
5
6
21
No
1
Kriteria
Luas Bangunan
Ventilasi
Pencahayaan
MCK
Sumber Air
8
9
Permasalahan
20 x 10 meter.
Terdapat 4 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi.
Terdapat 4 ventilasi di depan rumah berukuran 1,5
meter x 30cm dan 1 meter x 30 cm.
Jendela hanya terdapat di depan rumah, serta di 2
kamar tidur, sedangkan 2 kamar tidur lainnya tidak
menggunakan jendela. Terdapat 7 buah lampu: 1 di
ruang keluarga, dapur, ruang keluarga dan 1 di
setiap kamar tidur.
Keluarga ini memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari membeli, sedangkan
untuk mencuci, mandi menggunakan air sumur.
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
sebuah lubang yang dibuang melalui selokan
samping rumah.
Sampah ditumpuk dan dibakar di depan rumah.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain.
Nama
Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia
(Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
perbulan
Tn. Arsum
Kepala
Keluarga
Laki laki
32
SD
Nelayan
Rp.1.200.000,-
Ny. Iyos
Istri
Perempuan
24
SMP
IRT
An. Fachri
Anak
Kandung
Laki-laki
TK
samping kiri terbuat dari triplek, dinding rumah bagian belakang terbuat dari tembok. Lantai
rumah terbuat dari keramik. Atap rumah terbuat dari genteng dan sudah menggunakan plafon.
Rumah Tn. Arsum terdiri dari 3 ruangan yang terdiri dari dua buah kamar tidur dengan
masing masing luas 3 x 3 meter, sebuah dapur dengan luas sekitar 2 x 2 meter dan sebuah
ruang cuci atau mandi dengan luas 1 x 2 meter. Dapur berdekatan dengan ruang cuci atau
mandi.
Sistem ventilasi rumah Tn. Arsum belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik
karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di
rumah Tn. Arsum hanya berupa empat buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada
bagian depan rumah dengan ukuran masing masing 1,5 x 0,3 meter dan 1 x 0,3 meter,
sedangkan hanya terdapat satu kamar yang terdapat jendela dan ventilasi angin. Di dalam
rumah Tn. Arsum terdapat 3 buah lampu dengan 40 watt pada ruang keluarga, kamar dan
dapur sehingga rumah Tn. Arsum kurang dalam pencahayaan.
Di rumah Tn. Arsum terdapat fasilitas jamban di dalam rumah sehingga untuk buang air
besar (BAB) keluarga Tn. Arsum tidak memiliki masalah. Keluarga Tn. Arsum harus
membeli air setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan masak, hal ini disebabkan
langkanya air bersih. Sebenarnya air PAM sudah mencapai desa tanjung pasir tetapi air
tersebut tidak mengalir lancar dan seringkali mati.
kebiasaan membakar sampah di depan rumah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya tempat
pembuangan sampah akhir di lingkungan rumahnya tersebut, tidak jarang juga sampahsampah tersebut di buang ke laut, terutama jika musim penghujan tiba.
Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Arsum membuang limbah rumah tangga ke
penampungan di samping rumah melalui pipa paralon. Apabila musim hujan tiba, pekarangan
di depan rumah Tn. Arsum selalu becek karena kondisi tanah yang lembek. Selain itu di
sekeliling rumah Tn. Arsum terdapat banyak sekali penampungan-penampungan air, seperti
tempayan dan drum-drum bekas hal ini di karenakan Tn. Arsum harus membeli air bersih
sehingga air bersih tersebut harus di simpan dalam tempayan, di dalam tempayan tersebut di
dapatkan jentik-jentik nyamuk. Drum-drum bekas digunakan untuk mengisi bahan bakar
perahu yang digunakan untuk menangkap ikan, drum-drum bekas tersebut terisi oleh air
bekas hujan dan terdapat jentik-jentik disana. Selain itu istri Tn. Arsum sering
mengumpulkan botol-botol bekas minuman untuk di jual kembali, dan botol-botol ini sering
digenangi air hujan dan menjadi tempat perindukan nyamuk.
1.2.2.4 Pola Makan
Keluarga Tn. Arsum mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny. Iyos
sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan
untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan berupa makanan
sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur dan ikan porsi makanan sehari
hari kira-kira 1 piring penuh nasi dan tahu tempe 2 buah, tidak jarang juga Ny. Iyos memasak
sayur sepeti sayur asam, dan sayur kangkung, disertai dengan ikan asin. Keluarga Tn. Arsum
seminggu dua kali memakan daging. Keluarga Tn. Arsum jarang mengkonsumsi buahbuahan. Biasanya keluarga Tn. Arsum berkumpul di ruang keluarga untuk makan bersama.
Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Arsum terdiri dari piring yang terbuat dari
kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Arsum sebelum makan,
biasanya mencuci tangan terdahulu. Ny. Iyos masak menggunakan kompor 3 kg.
1.2.2.5 Riwayat Obstetri dan Pola asuh ibu dan anak.
Kelahiran anak pertama Ny. Iyos (An. Fachri) lahir pada tahun 2008. Anak pertama lahir
secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil,
Ny. Iyos hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu dan
mendapatkan imunisasi TT (2 kali). Ny. Iyos pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat
selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan
BB lahir 2,5 kg, dan pada penimbangan terakhir BB anak 11 kg. Ny. Iyos sampai dua tahun
anaknya mendapatkan ASI eksklusif.
24
Ny. Iyos hanya sekali membawa anaknya Fachri untuk imunisasi. Untuk imunisasi
selanjutnya Fachri tidak pernah lagi dibawa ke puskesmas oleh Ny. Iyos. Makanan
pendamping ASI sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun berupa bubur dan nasi
tim. Saat ini Fachri diberi makan tiga kali dalam satu hari dan biasa nya dengan lauk berupa
tempe, tahu atau telor dan nafsu makan nya juga masih baik.
1.2.2.6 Perilaku
Tn. Arsum mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan sejak
puluhan tahun lalu. Karena kesibukan kerjanya sebagai seorang nelayan yang berangkat pagi
hari dan pulang tiga hari kemudian membuat Tn. Arsum tidak sempat untuk berolahraga. Ny.
iyos selaku istri Tn. Arsum kerap menabung seminggu satu kali sebesar Rp.10.000,- Rp.15.000,-.
1.2.2.7 Kebiasaan Berobat
Apabila keluarga Tn. Arsum sakit kerap kali tidak sering berobat ke tenaga medis, dan
lebih memilih pengobatan tradisional dan obat warung, jika penyakit yang diderita sudah
dirasa berat barulah keluarga Tn. Arsum pergi ke tenaga medis.
1.2.2.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Tabel 1.14 Faktor Internal Keluarga Tn. Arsum
No
Kriteria
1.
Kebiasaan Merokok
2.
Olah Raga
Pola Makan
Menabung
Permasalahan
Ayah merokok 1 bungkus per hari, anggota
keluarga lainnya tidak merokok.
Tidak ada anggota keluarga yang melakukan
kegiatan olahraga.
Makan 2 3 kali sehari, makanan pokok berupa
nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur pada
umumnya. Mengkonsumsi daging merah 2 3 kali
dalam seminggu.
Mengkonsumsi obat warung terlebih dahulu, jika
tidak kunjung sembuh berobat ke puskesmas.
Menabung dilakukan seminggu sekali setiap hari
Selasa di Rumah Pak RT. Dengan kisaran
Rp.10.000,- - Rp.15.000,-.
Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu menjaga rumah.
25
No
1
Kriteria
Luas Bangunan
Ventilasi
Pencahayaan
5
6
MCK
Sumber Air
8
9
Permasalahan
5 x 10 meter.
Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 dapur,
1 kamar mandi.
Terdapat 4 ventilasi di depan rumah berukuran 1,5
meter x 30cm dan 1 meter x 30 cm.
Jendela hanya terdapat di depan rumah. Terdapat 3
buah lampu di ruang keluarga 1, dapur 1, dan 1 di
dalam kamar.
Keluarga ini memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari membeli air besih.
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
sebuah lubang.
Sampah selalu dibakar di depan rumah.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain.
Nama
Tn.
Safrudin
Ny. Junena
Nn. Siti
Nn. Irma
Nn. Dian
An. Akbar
Status
Keluarga
Kepala
keluarga
Istri
Anak
Kandung
Anak
Kandung
Anak
Kandung
Anak
Kandung
Jenis
Kelamin
Laki- Laki
Usia
(Tahun)
43
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Perbulan
Rp.
2.500.000
Rp. 500.000
SD
Perempuan
Perempuan
40
23
SD
SMA
Perempuan
16
SMP
Sopir
Angkot
IRT
Penjaga
Toko
-
Perempuan
12
SD
Laki- Laki
Belum
Sekolah
ruang cuci atau mandi dengan luas 1 x 2 meter. Dapur berdekatan dengan ruang cuci atau
mandi degan berbataskan kain.
Sistem ventilasi rumah Tn. Safrudin belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik
karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di
rumah Tn. Safrudin hanya berupa dua buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada
bagian depan rumah dengan ukuran masing masing 1,5 x 0,3 meter dan 1 x 0,3 meter,
sedangkan di setiap kamar tidak terdapat jendela dan ventilasi angin. Di dalam rumah Tn.
Safrudin terdapat 3 buah lampu dengan 40 watt pada ruang keluarga, kamar dan dapur
sehingga rumah Tn. Safrudin kurang dalam pencahayaan.
Di rumah Tn. Safrudin terdapat fasilitas jamban di dalam rumah sehingga untuk buang air
besar (BAB) keluarga. Kebutuhan air keluarga Tn. Safrudin air setiap hari untuk kebutuhan
mandi, mencuci, dan masak cukup, karena ada pompa air.
Junenah hanya beberapa kali membawa anaknya untuk imunisasi. Imunisasi selanjutnya Dian
Anggraini tidak pernah lagi dibawa ke puskesmas oleh Ny. Junenah. Makanan pendamping
ASI pada anak Ny. Junenah sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun.
Kelahiran anak keempat Ny. Junenah (An. M. Akbar) terjadi pada tahun 2011. Anak
keempat lahir dengan bantuan bidan. Pada saat hamil, Ny. Junenah hanya beberapa kali
memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Junenah pun tidak pernah
mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak keempat lahir pada saat usia
kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3,0 kg. Ny. Junenah sampai dua tahun anaknya
mendapatkan ASI eksklusif. Saat ini M. Akbar diberi makan tiga kali dalam satu hari dan
biasanya dengan lauk berupa tempe, tahu atau telur, sayur dan nafsu makannya juga masih
baik.
1.2.3.6 Perilaku
Tn. Safrudin mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan
sejak puluhan tahun lalu. Karena kesibukan kerjanya dari pagi sampai sore membuat Tn.
Safrudin tidak sempat untuk berolahraga. Tn. Safrudin bekerja sebagai supir angkutan. Ny.
Junenah selaku istri Tn. Safrudin kerap menabung seminggu satu kali sebesar Rp.10.000,- Rp.15.000,-. Ny. Junenah setiap kali bersalin selalu datang ke bidan.
1.2.3.7 Kebiasaan berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Safrudin berobat ke praktik Dokter umum terdekat. Namun,
kadang-kadang untuk sakit ringan biasa keluarga Tn. Safrudin membeli obat di warung.
Penyakit yang sering diderita Tn. Safrudin adalah pegal-pegal sedangkan penyakit yang
sering di derita anggota keluarga lainnya hanya batuk pilek terutama pada anaknya yang
masih balita.
29
No
Kriteria
Kebiasaan Merokok
Olah Raga
Pola Makan
Menabung
Permasalahan
Ayah merokok 1 bungkus per hari, anggota
keluarga lainnya tidak merokok.
Tidak ada anggota keluarga yang melakukan
kegiatan olahraga.
Makan 2 3 kali sehari, makanan pokok berupa
nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur, ikan pada
umumnya. Jarang mengkonsumsi daging merah 2
3 kali dalam seminggu.
Berobat ke praktik dokter umum terdekat dan
puskesmas, namun kadang juga membeli obat di
warung.
Menabung dilakukan seminggu sekali dengan
kisaran Rp.10.000,- - Rp.15.000,-.
Ayah bekerja sebagai supir angkutan umum, anak
perempuannya sebagai buruh cuci, dan Ibu sebagai
Ibu Rumah Tangga.
No
1
Kriteria
Luas Bangunan
Ventilasi
Pencahayaan
5
6
MCK
Sumber Air
Permasalahan
15 x 10 meter.
Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 dapur,
1 kamar mandi.
Terdapat 2 ventilasi di depan rumah berukuran 1,5
meter x 30cm dan 1 meter x 30 cm.
Jendela hanya terdapat di depan rumah. Terdapat 3
buah lampu di ruang keluarga 1, dapur 1, dan 1 di
dalam kamar.
Keluarga ini memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari membeli.
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
sebuah lubang.
Sampah selalu dibakar di belakang rumah.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain, dekat
dengan rawa dan kandang hewan.
30
Status
Keluarga
Kepala
keluarga
Jenis
Kelamin
Usia
(Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Perbulan
Laki-laki
33
SD
Nelayan
Rp.1.500.000,-
Ny. Wulandari
Istri
Perempuan
26
SMK
IRT
Ny. Asmana
Ibu
kandung
Perempuan
62
SD
Pedagang
warung
asongan
Rp.500.000,-
Ratna Soliha
Anak I
Perempuan
Siti Sonaria
Anak II
Perempuan
11
(bulan)
Nama
Tn. M Sholeh
31
32
Imunisasi dilakukan pada semua anak Tn. M. Sholeh dan Ny. Wulandari. Hal tersebut
dikarenakan lokasi posyandu yang cukup dekat dan keluarga Tn. M. Sholeh mengaku
imunisasi bisa dilakukan untuk pencegahan penyakit anak-anaknya. Ny. Wulandari sempat
menggunakan KB setelah kelahiran anak kedua ini. KB yang digunakan adalah jenis suntik
(injeksi) setiap 3 bulan sekali. Walaupun begitu, hal ini hanya berlangsung selama 1 tahun.
Hal tersebut dikarenakan terjadi peningkatan berat badan pada Ny. Wulandari.
1.2.4.6 Perilaku
Tn. M. Sholeh adalah perokok berat dan dapat menghabiskan 10 batang/hari dan
mempunyai kebiasaan merokok dalam rumah dan kadang diluar atau di teras rumah
meskipun terdapat anak-anak disekitarnya. Ny. Wulandari juga tidak pernah melarang akan
kebiasaan suami dan anak-anaknya tersebut. Keluarga ini juga memiliki kebiasaan tidak
menutup mulut saat bersin dan batuk, serta jarang mencuci tangan. Cuci tangan pun jarang
dilakukan saat sebelum makan. Mereka beralasan bahwa setiap makan menggunakan sendok,
sehingga tidak perlu untuk mencuci tangan. Setiap mencuci tangan pun mereka tidak
menggunakan sabun, karena merasa air yang digunakan sudah bersih. Selain itu, harga sabun
yang dirasa mahal sehingga mereka enggan membeli sabun untuk mencuci tangan. Sumber
air yang digunakan untuk mencuci tangan adalah air yang berasal dari gentong dan diperoleh
dengan membeli air PAM atau air sumur rumahnya.
Keluarga Tn. M. Sholeh memiliki mengatakan melakukan pemilahan sampah plastik dan
sampah sisa makanan karena Tn. Sholeh mengaku melakukan pengumpulan sampah plastik
untuk dijual untuk pengepul. Kemudian sampah organik atau sampah makanan dikumpulkan
terlebih dahulu kemudian dikubur, dibakar atau bahkan dibuang ke laut atau jalanan sekitar
rumahnya.
1.2.4.7 Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, saat sakit keluarga Tn. M Sholeh biasanya membeli obat warung.
Jika tidak kunjung membaik, maka mereka akan pergi ke rumah bidan terdekat atau mantri
untuk dilakukan pengobatannya, apabila tidak kunjung membaik juga, baru mereka berobat
ke Puskesmas. Keluarga ini beralasan, sulitnya akses menuju Puskesmas serta pelayanan
yang lambat membuat mereka enggan berobat di Puskesmas.
33
No
Kriteria
Kebiasaan Membuang
Sampah
Olah Raga
Pola Makan
Menabung
Permasalahan
Semua anggota keluarga memiliki kebiasaan
memilah sampah organik dan anorganik (plastik dan
botol untuk dijual kepada pengepul, namun sampah
organik biasanya dibakar dan kadang dikubur atau
dibuang sembarangan di jalan dan laut.
Tidak ada anggota keluarga yang melakukan
olahraga.
Makan 2 3 kali sehari, makanan pokok berupa
nasi, lauk pauk seperti tahu temped an telur pada
umumnya. Mengkonsumsi ikan 1-2 kali dalam
seminggu.
Mengkonsumsi obat warung terlebih dahulu, jika
tidak kunjung sembuh berobat ke puskesmas atau
tenaga kesehatan setempat.
Tidak pernah menabung dikarenakan hanya pas
untuk kehidupan sehari-hari..
Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu menjaga rumah
dan anak-anak, dan ibu kandung Tn. Sholeh bekerja
berjualan warung didepan rumahnya.
No
Kriteria
1 Luas Bangunan
2
Ventilasi
Pencahayaan
MCK
Sumber Air
Tempat Pembuangan
Sampah
Permasalahan
9 x 8 meter.
Terdapat 1 Kamar tidur, 1 ruang tamu, 1, dan 1
ruang tidur keluarga, dapur, 1 kamar mandi.
Terdapat 1 ventilasi di depan rumah
Jendela hanya terdapat di depan rumah.
Terdapat 3 buah lampu di ruang keluarga 1,
dapur 1, dan 1 di dalam kamar.
Keluarga ini memiliki jamban yang cukup baik
dengan bak mandi sedikit kotor.
Air bersih didapatkan dari membeli
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
sebuah lubang dan menggenang
Tidak tampak tempat sampah didalam rumah.
Sampah dibuang ke depan rumah sebagian dan
dibakar sebagian dan kadang membuang sampah
ke laut.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain
34
Nama
Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia
(Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Ny. Sumini
Kepala
Keluarga
Perempuan
57 tahun
SD
Guru
mengaji
Rp. 100.000,-
Tn. Oeng
Bukhori
Anak
Kandung
Laki-laki
35 tahun
SMP
Nelayan
Rp. 600.000,-
Tn. Romadoni
Anak
Kandung
Laki-laki
29 tahun
SMP
Nelayan
Rp. 600.000,-
Tn. Juliardi
Anak
Kandung
Laki laki
27 tahun
SMP
Nelayan
Rp. 600.000,-
Ny.Ramina
Menantu
Perempuan
23 tahun
SD
Ibu Rumah
Tangga
35
berukuran 1 x 0,8 meter dan pada dapur terdapat sebuah pintu yang biasanya di buka bagian
atasnya yang dapat digunakan sebagai ventilasi. Di dalam rumah Ny. Sumini terdapat 2 buah
lampu dengan 40 watt pada ruang tamu, dan ruang keluarga, 3 buah lampu 5 watt pada
masing-masing kamar sehingga rumah Tn. Asa kurang dalam pencahayaan. Keluarga Ny.
Sumini harus membeli air setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan masak.
buah-buahan. Biasanya keluarga Ny. Sumini berkumpul di ruang keluarga untuk makan
bersama.
Alat-alat makan yang digunakan keluarga Ny. Sumini terdiri dari piring yang terbuat dari
kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Ny. Sumini sering makan
tanpa menggunakan sendok, sendok hanya digunakan ketika makan makanan berkuah. Ny.
Sumini masak menggunakan kompor minyak tanah.
1.2.5.5 Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Kelahiran anak pertama Ny. Sumini (Tn. Oeng Bukhori) terjadi pada tahun 1979. Anak
pertama lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri.
Pada saat hamil, Ny. Sumini hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di praktik
bidan dan Ny. Sumini
kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3,3
kg, mendapatkan ASI eksklusif dan mendapatkan imunisasi lengkap. Saat ini Tn. Oeng
tinggal bersama Ny. Sumini di Tanjung Pasir.
Kelahiran anak kedua Ny. Sumini (Tn. Romadoni) terjadi pada tahun 1985. Anak kedua
lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat
hamil, Ny. Sumini sering memeriksakan kehamilannya ke bidan sesuai dengan anjuran bidan.
Ny. Sumini pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak
kedua lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3,4 kg, mendapatkan ASI
eksklusif dan mendapatkan imunisasi lengkap. Saat ini Tn. Romadoni tinggal bersama Ny.
Sumini di Tanjung Pasir.
Kelahiran anak ketiga Ny. Sumini (Tn. Juliardi) pada tahun 1987. Anak ketiga lahir
dengan bantuan dukun di rumahnya. Pada saat hamil, Ny. Sumini sering memeriksakan
kehamilannya bidan. Ny. Sumini pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama
masa kehamilan. Anak ketiga lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir
4,2 kg, mendapatkan ASI eksklusif dan mendapatkan imunisasi lengkap. Saat ini Tn. juliardi
tinggal bersama Ny. Sumini di Tanjung Pasir.
1.2.5.6 Perilaku
Anggota keluarga Ny. Sumini yaitu kedua orang anak laki-lakinya memiliki kebiasaan
merokok sudah sejak lama. Ny. Sumini mengaku biasanya setiap pagi sering berolahlaga
jalan kaki ke dermaga. Keluarga Ny. Sumini juga memiliki kebiasaan mencuci tangan setiap
akan makan dan setiap setelah melakukan kegiatan. Ny. Sumini memiliki kegiatan menabung
sebulan sekali di koperasi minimal Rp. 50.000.
37
1.2.5.8
No
Kriteria
Kebiasaan Merokok
Olah Raga
Pola Makan
Menabung
Permasalahan
Kedua anak Ny. Sumini memiliki kebiasaan
meroko, biasanya dapat menghabiskan masingmasing sebungkus rokok perhari.
Ny. Sumini sering jalan-jalan pagi ke dermaga,
sedangkan anggota keluarga yang lain tidak pernah
berolah raga.
Makan 2 3 kali sehari, makanan pokok berupa
nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur serta ikan
pada umumnya. Mengkonsumsi daging merah 1-2
kali dalam seminggu.
Berobat ke puskesmas ataupun dokter praktik
setempat, namun kadang juga membeli obat di
warung.
Menabung seminggu sekali di koperasi Rp. 50.000
Ny. Sumini sebagai kepala keluarga menggantikan
suaminya yang telah meninggal, Ny. Sumini
mengajar mengaji anak-anak, sedangkan anak-anak
Ny. Sumini bekerja sebagai nelayan.
No
Kriteria
Luas Bangunan
Ventilasi
Pencahayaan
MCK
Sumber Air
Permasalahan
5 x 8 meter.
Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi.
Terdapat 4 ventilasi di depan rumah berukuran 0,8
meter x 30cm dan 2 ventilasi di masing-masing
kamar berukuran 1 meter x 30 cm.
Jendela hanya terdapat di depan rumah dan di
samping kanan kiri rumah. Terdapat 2 buah lampu
40 watt di ruang tamu dan ruang keluarga.
Keluarga ini memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari membeli air bersih isi
ulang
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
sebuah lubang.
Sampah selalu dibakar di samping rumah.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain, dan dekat
dengan tower pemancar
38
Nama
Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia
(Tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Perbulan
Tn. Leman
Kepala
Keluarga
Laki laki
41
SD
Nelayan
Rp.3.000.000,-
Ny. Marna
Istri
Perempuan
31
SD
IRT
Heni
Anak
Kandung
Perempuan
15
SMP
Nur Ilma
Anak
Kandung
Laki laki
SD
memiliki sebuah sumur yang dipergunakan setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan
masak.
40
41
1.2.6.8
No
Kriteria
Olah Raga
Pola Makan
Menabung
Permasalahan
Tidak ada anggota keluarga yang melakukan
kegiatan olah raga.
Makan 2 3 kali sehari, makanan pokok berupa
nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur, sayur.
Mengkonsumsi daging merah biasanya sebulan
sekali
Mengkonsumsi obat warung terlebih dahulu, jika
tidak kunjung sembuh berobat ke puskesmas.
Ny. Marna menabung setiap diberikan uang oleh
suaminya.
Ayah bekerja sebagai nelayan dan Ny. Marna
sebagai Ibu Rumah Tangga.
No
1
Kriteria
Luas Bangunan
Ventilasi
Pencahayaan
MCK
Sumber Air
Permasalahan
6 x 10 meter.
Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang
makan, 1 ruang serbaguna (mencuci, mandi,
memasak)
Terdapat 2 ventilasi di depan rumah berukuran 1
meter x 30cm, kamar depan 2 ventilasi 1 meter x
30cm, dikamar belakang terdapat satu ventilasi
berukuran 1 meter x 20 cm
Jendela hanya terdapat di depan rumah dan di
kamar depan. Terdapat 5 buah lampu: di ruang
keluarga, dapur, ruang makan dan 1 masing masing kamar tidur.
Keluarga ini tidak memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari air sumur yang berada
di ruang serbaguna
Limbah dibuang keluar
Sampah selalu dibakar di depan rumah dan
dibuang ke laut.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain.
42
Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Tn.Burhan
udin
Ny.Amsia
h
Kepala
Keluarga
Ny.Bosa
Ibu Mertua
Silvia
Yanti
Anak
Kandung
Anak
Kandung
Laki
Laki
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n
Nama
Silvan
Istri
Laki-laki
Usia
(Tahun)
Pendidikan
Pekerjaa
n
Penghasilan
Perbulan
37
SD
Buruh
serabutan
Rp1.500.000
34
SD
IRT
65
SD
Pedagang
Rp.600.000,-
17
SMA
Pelajar
43
44
1.2.7.5 Perilaku
Setiap kali makan keluarga ini mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah
makan. Keluarga Tn. Burhanudin ini juga mengaku tidak sempat untuk berolahraga. Tn.
Burhanudin mempunyai kebiasaan merokok, dan bisa menghabiskan 1 bungkus rokok dalam
sehari. Tn. Burhanudin juga sering merokok di depan anaknya yang masih balita. Keluarga
ini juga tidak mempunyai kebiasaan menabung karena keterbatasan biaya yang diperoleh dari
pekerjaannya.
1.2.7.6 Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu Dan Anak
Kelahiran anak pertama Ny. Amsiah (Silvia Yanti) pada tahun 1997. Anak pertama lahir
normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny.
Amsiah hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny.
Amsiah tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak pertama
lahir pada saat usia kandungan 9 bulan dengan BB lahir 3 kg, pada 1 tahun pertama mendapat
ASI eksklusif, selanjutnya mulai diberikan makanan pendamping. Ny. Amsiah rajin
membawa anaknya, Silvia Yanti untuk imunisasi.
Kelahiran anak kedua Ny. Amsiah (Silvan) pada tahun 2012. Anak kedua lahir secara
normal yang dibantu oleh bidan yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny.
Amsiah hanya beberapa kali memeriksakan kehamilan di puskesmas dan posyandu. Ny.
Amsiah pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak kedua
lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 2.8 kg, mendapatkan ASI
selama 6 bulan, selanjutnya mulai diberikan makanan pendamping. Ny. Amsiah membawa
Anak keduanya, Silvan imunisasi di posyandu sampai umur 7 bulan. Selanjutnya Ny. Amsiah
tidak melanjutkan imunisasinya lagi oleh karena anak Silvan punya penyakit kejang demam,
sehingga dilarang untuk melanjutkannya.
1.2.7.7 Kebiasaan berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Burhanudin mengaku sering berobat ke puskesmas atau
posyandu Tegal Angus. Keluarga Tn. Burhanudin tidak pernah membeli obat warung apabila
sakit.
45
Kriteria
Permasalahan
Kebiasaan Merokok
Olah Raga
Pola Makan
Pola Pencarian
Pengobatan
Menabung
Kriteria
No
Luas Bangunan
Ventilasi
MCK
Sumber Air
Tempat
Sampah
Lingkungan
Rumah
Pembuangan
46
B. Masalah Medis
1. ISPA
2. Diare
3. Gatal gatal
4. Diabetes Mellitus
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut, diputuskan untuk
mengangkat permasalahan Kurangnya Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
pada Keluarga Binaan RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Tegal Angus,
Kabupaten Tangerang. Dalam pengambilan sebuah masalah kelompok kami menggunakan
Metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu
kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan diputuskan.
Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari
penyelesaiannya.
47
Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui berbagai
pertimbangan yaitu :
1. Dari hasil wawancara dengan keluarga binaan terdapat kesamaan permasalahan yang
ada berupa kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah rumah tangga,
sehingga dapat timbulnya perilaku membakar sampah serta pembuangan sampah di
laut.
2. Dari hasil wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa pada keluarga binaan belum
pernah mendapatkan penyuluhan mengenai pengelolaan tentang sampah rumah
tangga.
3. Pada pengamatan kami di lingkungan keluarga binaan terdapat sampah berserakan
serta kurang tersedianya tempat sampah yang mengindikasikan bahwa kurangnya
kepedulian tentang pengelolaan sampah rumah tangga.
4. Dari data-data Angka kejadian 10 penyakit terbanyak Puskesmas Tegal Angus,
didapatkan angka kejadian ISPA menempati urutan pertama dalam 10 penyakit
terbanyak di Puskesmas Tegal Angus yang salah satunya dapat diakibatkan dari
kebiasaan membakar sampah.
48
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, memutuskan untuk mengangkat
permasalahan Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga
Binaan di RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten.
49
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
51
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar mengenai
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan meteri tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh
menyimpulkan, merencanakan, dan sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan
situasi yang lain. Dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitanya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata - kata kerja. Dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
b. Faktor eksternal
Tingkat pendidikan
Pendidikan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang
berpendidikan tinggi akan memberi respon lebih rasional terhadap informasi yang datang.
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan diklasifikasikan menjadi :
1. Pendidikan tinggi: akademi/ PT
2. Pendidikan menengah: SLTP/SLTA
3. Pendidikan dasar : SD
Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi baik dari orang lain maupun dari media massa, sebaliknya tingkat pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan. Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang
dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna
pesan,dan informasi yang disampaikan.
Menurut Wiet Hary dan Notoatmodjo menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuannya.
Media massa, baik cetak maupun elektronik merupakan sumber informasi yang dapat
diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering mendengar atau melihat
media massa (tv, radio, dan majalah) akan memperoleh informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mendapat informasi dari media massa.
Ekonomi
Keluarga dengan status ekonomi tinggi lebih mudah mencukupi kebutuhan primer
maupun kebutuhan sekunder dibandingkan dengan keluarga status ekonomi rendah. Hal ini
akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.
Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu
dengan yang lain. Individu yang berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar
informasi. Faktor hubungan social juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi.
53
Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal diperoleh dari lingkungan kehidupan
dalam proses perkembangannya. Orang yang berpengalaman mudah menerima informasi dari
lingkungan sekitar sehingga lebih baik dalam mengambil keputusan. Pengetahuan yang
dipengaruhi oleh faktor tersebut di atas merupakan hal yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengaruh dari intelektual, afektif, kognitif dan pengalaman
manusia sebagai subjek akan mempengaruhi pengetahuannya terhadap suatu objek yang
terjadi melalui pengindraan.
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak
dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena
human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak
termasuk didalamnya).
Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari
hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk,
lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.
2.
Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang
berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak
termasuk garbage.
3.
Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik di rumah,
di kantor, industri.
4.
Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik
dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas,
daun-daunan.
5.
Dead Animal (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam,
penyakit atau kecelakaan.
55
6.
Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal
dari perumahan.
7.
8.
Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri, pengolahan
hasil bumi.
9.
10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan
pembaharuan gedung-gedung.
11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan
pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.
12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kalengkaleng cat, zat radiokatif.
Pemukiman Penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang
tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah
yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau
sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu atau sisa
tumbuhan kebun.
2.
melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari
tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa
bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
3.
umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas),
kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain.
Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
56
4.
kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri
lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang
dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan,
sampah khusus dan sampah berbahaya.
5.
Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang
ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk,
sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah
basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk
memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah)
yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut berikut ini :
a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.
b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo
(rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah
rumah tangga. Pengelolaanya dapat diserahkan pada pihak pemerintah. Untuk membangun
suatu dipo, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya :
- Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan
pengangkut sampah.
- Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.
- Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang
lain masuk ke dalam dipo.
- Ada kran air untuk membersihkan
- Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat atau tikus.
- Mudah dijangkau masyarakat
57
b.
Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar.
2. Tahap pengangkutan
Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan
mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota.
3. Tahap pemusnahan
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan,
antara lain :
a. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini,
pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan cara menimbun
sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak
berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang
pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyatatan yaitu tersedia tempat yang
luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, tersedia alat-alat besar. Semua jenis sampah
diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari lokasi pemukiman. Ada 3 metode yang
dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary landfill ini, yaitu:
1) Metode galian parit (trench method)
Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan
untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah penutup dipadatkan dan
diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.
2) Metode area
Sampah yang dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, atau pada lereng
bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari tempat tersebut.
3) Metode ramp
Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas. Prinsipnya adalah
bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di
atas tumpukan sampah. Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga, tempat
rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya.
58
b. Incenaration
Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara
membakar sampah secara besar-besaran dengn menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem
ini, antara lain :
-
Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini : biaya besar, lokalisasi
pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk. Peralatan yang digunakan
dalam insenarasi, antara lain :
1) Charging apparatus
Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari kendaraan
pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk.
2) Furnac
Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan jeruji besi yang
berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan
sampah yang belum terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh.
3) Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih panas dan
berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama.
4) Chimmey atau stalk
Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan
mengalirkan udara ke dalam
5) Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang terbentuk,
yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007).
c. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman
pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk
hijau. Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos:
1. Pemisahan benda-benda yang tidak dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi
dan sebagainya.
59
60
62
5. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga
dana untuk sektor lain berkurang.
6. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang
diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat.
7. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak
memiliki nilai ekonomis.
8. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang
dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.
Pasal 25
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri ataubersama-sama
dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif
yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan
akhir sampah.
63
Pasal 20
(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi
kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu;
b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
64
(3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit
mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.
(4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur
ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat(4) diatur dengan peraturan
pemerintah.
Pasal 21
(1) Pemerintah memberikan:
a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah; dan
b. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan
sampah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, dan tata cara pemberian
insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan pemerintah.
Pasal 22
(1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b
meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau
65
Pasal 23
(1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 27
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
dapat
bermitra
dengan
badan
usaha
pengelolaan
sampah
dalam
66
67
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e, huruf f, dan huruf g diatur dengan peraturan daerah
kabupaten/kota.
(4) Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
menetapkan sanksi pidana kurungan atau denda terhadap pelanggaran
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g.
2.1.3.12 Pengawasan Terhadap Kebijakan Pengelolaan Sampah menurut UndangUndang 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 30
(1) Pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan sampah oleh pemerintah daerah
dilakukan oleh Pemerintah
(2) Pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah pada tingkat kabupaten/kota
dilakukan oleh gubernur.
Pasal 31
(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
pengelola sampah dilakukan oleh pemerintah daerah, baik secara sendirisendiri maupun secara bersamasama.
(2) Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didasarkan pada norma, standar, prosedur, dan kriteria
pengawasan yang diatur oleh Pemerintah.
(3) Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
pengawasan
pengelolaan
sampah
sampah
meliputi
pemilahan,
pengumpulan,
pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir. Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang
untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat UndangUndang Dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib
memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal itu membawa
konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan
bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara operasional
pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi
persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan
dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah. Dalam rangka
menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah
dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan
payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan
sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas
69
berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Berdasarkan pemikiran
sebagaimana diuraikan di atas, pembentukan Undang-Undang ini diperlukan
dalam rangka:
a. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayananpengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan;
b. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan pemerintahan
daerah dalam pengelolaan sampah; dan
e. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undangundangini dan
pengertian limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tingkat
Pendidikan
Paparan Media
Massa
Tingkat
Ekonomi
Pengetahuan
Hubungan
Sosial
Pengalaman
70
Pengetahuan Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga
keluarga binaan RT
005/RW 001 Desa
Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang,
Propinsi Banten
Pengalaman Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga
71
Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional Diagnosis Dan Intervensi Komunitas Area Masalah
Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Daerah Keluarga Binaan RT 005/RW 001
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten
No VARIABEL
DEFINISI
ALAT
CARA
HASIL
SKALA
1.
Pengetahuan
Pengelolaan
Sampah
Yang
Baik
2.
Pendidikan
3.
Penghasilan
OPERASIONAL
UKUR
UKUR
Pemahaman
responden
tentang pengertian sampah;
suatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi
yang berasal sari kegiatan
manusia. Tempat pembuangan
sampah
yang
baik;
mempunyai tutup, dan ada
tempat
khusus
untuk
membuang sampah bahan
berbahaya dan beracun. Dapat
mengenali sampah organik
adalah sampah yang dapat
membusuk beserta contohnya
dan anorganik sampah yang
tidak dapat membusuk beserta
contohnya, cara mengelola
sampah yang baik yaitu
dengan memilahnya, dan
memanfaatkan sampah yang
masih dapat digunakan serta
Penyakit
yang
dapat
ditimbulkan
akibat
pengelolaan sampah yang
tidak baik yakni, demam
berdarah, ISPA, penyakit
saluran pencernaan (diare,
kolera,
tifoid),
cacingan,
penyakit kulit.
Jenjang pendidikan formal
terakhir yang ditamatkan oleh
keluarga binaan.
Kuesioner
Kuesioner
Wawancara
Tinggi
Sedang
Rendah
Ordinal
Kuesioner
Wawancara
>Rp.2.240.000,
-
Ordinal
Wawancara
Baik
Ordinal
Buruk
<Rp.2.240.000,
-
72
4.
5.
6.
Hubungan
Sosial
Paparan
Media Massa
Pengalaman
Kuesioner
Sumber
informasi
yang
didapatkan tentang informasi
mengenai
pengelolaan
sampah rumah tangga yang
baik. Paparan media massa
dapat melalui poster yang
tersedia di puskesmas, leaflet
yang dibagikan kepada warga,
televisi ataupun radio.
Pengalaman keluarga binaan
dalam pengelolaan sampah
rumah tangga. Kebiasaan
membuang sampah rumah
tangga di lapangan atau
halaman rumah. Kebiasaan
sejak lama masyarakat sekitar
dalam menggunakan lapangan
atau halaman rumah sebagai
tempat membuang sampah
rumah tangga, serta anggapan
bahwa membuang sampah
rumah tangga di laut dan
membakarnya
merupakan
tindakan
yang
dapat
dibenarkan.
Kuesioner
Wawancara
Iya
Ordinal
Tidak
Wawancara
Baik
Ordinal
Buruk
Kuesioner
Wawancara
Baik
Ordinal
Buruk
73
BAB III
METODE
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkahlangkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional.
analisis, observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
Data Kualitatif Yang Didapatkan
-
Aspek pengetahuan responden kurang mengenai pengelolaan sampah rumah tangga pada
7 keluarga binaan masih kurang baik.
1. Pada 7 keluarga binaan, tidak memiliki tempat sampah yang baik dan benar.
2. Kurangnya kesadaran pada keluarga binaan akan pentingnya pengelolaan sampah
rumah tangga yang baik, dalam hal ini dapat diakibatkan karena pengetahuan mereka
yang rendah tentang pengelolaan sampah rumah tangga.
3. Kurangnya peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga.
4. Kurangnya peran aktif tokoh masyarakat dalam hal memberikan fasilitas tentang
pengelolaan sampah rumah tangga yang baik pada 7 keluarga binaan.
Aspek perilaku pembuangan sampah rumah tangga pada 7 keluarga binaan adalah tidak
baik karena pada 20 responden memperlihatkan pembuangan sampah rumah tangga yang
sembarangan (dengan cara dibakar dan dibuang ke laut).
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan
matematika atau statistika. Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data
kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:
-
Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan cara
membilang. Contoh data diskrit misalnya : jumlah perempuan dan laki-laki, jumlah orang
yang menyelesaikan pendidikan terakhir. Karena diperoleh dengan cara membilang, data
diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).
Data kontinyu adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengukuran. Data kontinyu dapat berbentuk bilangan pecahan, contohnya adalah
umur.
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi
dengan:
-
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya.
Berdasarkan uraianuraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan data berupa
wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan
kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara
langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari
responden secara langsung sehingga secara tercipta hubungan yang baik antara pewawancara
dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas,
serta cukup efisien dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan data.
Sumber data yaitu tujuh keluarga binaan di RT 005/RW 001, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
Data Kuantitatif Yang Didapat
1. Aspek pendapatan keluarga binaan pada 20 responden berpenghasilan dibawah dari Upah
Minimum Regional kota Tangerang (< Rp. 2.440.000,00).
2. Pada tingkat pendidikan dari dua puluh responden terdapat 70% responden yang memiliki
tingkat pendidikan rendah (< 9 tahun) tidak sesuai dengan peraturan sekolah wajib 9
tahun.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data merupakan sumber subjek dari tempat mana data bisa diperoleh. Sumber
data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu 7 keluarga binaan di RT 005/
RW 001, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua anggota warga binaan di Desa
Tanjung Pasir, Teluk Naga melalui wawancara terpimpin dan observasi.
b. Data sekunder
Data yang didapat bersumber dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus, berupa
data ketersediaan tempat pembuangan sampah pada tahun 2014.
76
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku dan internet mengenai teori permasalahan pengelolaan sampah
tumah tangga.
3.5
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
mudah. Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan sarana
yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list, kuisioner, perangkat tes,
pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan sebagainya.
Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen
untuk mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga observasi langsung ke lapangan untuk
memperoleh data yang lebih lengkap.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi
sampel adalah 7 keluarga binaan di RT 005/RW 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-langkah diagnosis
komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan beberapa metode
dalam proses pengumpulan data. Metode yang dipakai dalam mengumpulkan data pada
penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat
untuk mengumpulkan data-data.
Pengumpulan data dilakukan di RT 005/RW 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan selama 6 hari, mulai dari
tanggal 29 April 2014 - 04 Mei 2014.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan
berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya.
Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup
variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya. Keuntungan dari wawancara terpimpin
ini antara lain:
-
Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaanpertanyaan yang uniform.
Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain : pelaksanaan wawancara kaku,
interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun. Disamping itu
interviewer menjadi terlalu formal, sehingga hubungannya dengan responden kurang
fleksibel.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
-
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
2. Berusia diatas 65 tahun
3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
4. Memiliki gangguan mental
5. Tidak bisa membaca dan menulis
78
No.
Tanggal
1.
Selasa, 29/4/2014
Perkenalan
binaan.
2.
Rabu, 30/4/2014
3.
Kamis, 01/4/2014
4.
Jumat, 02/5/2014
5.
Sabtu, 03/5/2014
Dokumentasi
rumah
keluarga
binaan, lingkungan sekitar, dan
pengelolaan sampah rumah tangga
masing-masing keluarga binaan.
6.
Minggu, 04/5/2014
Penentuan
dan
pembuatan
instrumen pengumpul data.
dengan
keluarga
Tingkat pendidikan
Pendapatan
Hubungan sosial
Pengalaman
79
BAB IV
HASIL
Umur
6%
16%
34%
< 20 tahun
20-40 tahun
41-60 tahun
> 60 tahun
44%
Berdasarkan diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan didapatkan jumlah
anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia 21 - 40 tahun (44%).
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Pada Keluarga Binaan
RT 005/RW 001, Desa Tanjung Pasir, April 2014
No.
1
2
3
4
5
Tingkat Pendidikan
SD
Tidak sekolah
SMP
SMA
Sarjana
Jumlah
12
0
5
3
0
Persentase
60%
0%
25 %
15%
0%
Berdasarkan dari tabel 4.1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga binaan adalah SD
(60%).
80
4.2
Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel dalam
kuisioner yang dijawab 20 responden pada bulan Mei 2014.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Informasi Keluarga Binaan Terhadap Pengetahuan
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengetahuan
Jumlah Responden
Baik
35%
Buruk
13
65%
Total
20
100 %
Dari Tabel 4.2 didapatkan bahwa sebagian besar responden (65%) memiliki pengetahuan yang buruk.
Jumlah Responden
Tinggi
0%
Sedang
15%
Rendah
17
85%
Total
20
100%
Dari Tabel 4.3 didapatkan bahwa sebagian besar responden (85%) memiliki tingkat pendidikan
rendah.
Jumlah Responden
Tinggi
45%
Rendah
11
55%
Total
20
100%
Dari Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebagian besar responden (55%) memiliki tingkat ekonomi rendah
berdasarkan UMR Tangerang 2014
81
Jumlah Responden
Baik
25%
Buruk
15
75%
Total
20
100%
Dari Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden (75%) memiliki paparan media massa
yang buruk
Jumlah Responden
Baik
20%
Buruk
16
80%
Total
20
100%
Dari Tabel 4.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden (80%) memiliki pengalaman yang buruk
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
Jumlah Responden
Ya
20%
Tidak
80%
Total
100%
Dari Tabel 4.7 didapatkan bahwa sebagian besar responden (80%) memiliki hubungan sosial yang
buruk mengenai pengelolaan sampah rumah tangga.
82
PENDIDIKAN
PENDAPATAN
Tidak sanggup untuk
membayar iuran
Kurangnya kepedulian
terhadap pendidikan
Untuk memenuhi
Kebutuhan sehari hari tidak terpenuhi
PENGALAMAN
PENGETAHUAN
TENTANG
PENGELOLAAN
SAMPAH
RUMAH
TANGGA
HUBUNGAN SOSIAL
83
1.
Akar Penyebab
Alternatif
Masalah
Pemecahan Masalah
Keluarga tidak
memiliki
pengetahuan akan
pentingnya
pendidikan.
Memberikan informasi
kepada keluarga binaan
tentang pentingnya
pendidikan.
Rencana Intervensi
Intervensi Yang
Dilakukan
Memotivasi
keluarga
Jangka pendek
binaan untuk mengikuti penyuluhan tentang
program wajib belajar pentingnya pendidikan
12 tahun.
serta manfaatnya bagi
kehidupan sehari-hari.
Jangka menengah
memberikan informasi
mengenai
beasiswa
pendidikan
berupa
BOS.
Jangka panjang
memberikan informasi
mengenai pendidikan
84
2.
Pendapatan
Meminta
pemerintah
bulanan masih di untuk
memberikan
bawah UMR
lapangan
pekerjaan
pada daerah warga
setempat.
Memberikan
keterampilan mengelola
sampah rumah tangga
untuk dijadikan sebagai
penghasilan tambahan.
Kurangnya
kepedulian tokoh
masyarakat
mengenai masalah
pengelolaan
sampah rumah
tangga.
Melakukan pendekatan
pada tokoh masyarakat
agar lebih memerhatikan
pengelolaan
sampah
rumah tangga.
Melakukan diskusi
antara warga dan tokoh
masyarakat sekitar agar
meningkatkan
kepedulian terhadap
pengelolaan sampah
rumah tangga.
85
ke TPA
4.
Karena
sering
bersosialisasi
dengan tetangga
yang
tidak
mengerti
mengelola
sampah.
5.
Kurangnya
kesadaran akan
pentingnya
pengelolaan
sampah rumah
tangga
Memberikan
contoh
kerajinan tangan yang
terbuat dari sampah
yang bernilai jual tinggi
agar
masyarakat
termotivasi
untuk
membuat
hasil
kerajinan dari bahan
sampah bekas.
Memberikan
penyuluhan mengenai
pengelolaan
sampah
rumag tangga yang baik
dan benar, serta manfaat
dari pengelolaan sampah
tersebut
sehingga
masyarakat sadar akan
pentingnya mengelola
sampah.
Jangka pendek
penyuluhan
kepada
warga setempat cara
mengelola
sampah
yang baik dan benar
sehingga pengetahuan
mereka bertambah dan
diharapkan
akan
mempengaruhi
tetangga sekitarnya
Jangka menengah
tiap keluarga binaan
secara bersama-sama
melakukan
pengelolaan sampah
organik sebagai pupuk
kompos atau sampah
anorganik
sebagai
kerajinan tangan.
Jangka panjang
memasarkan
hasil
karya kerajinan tangan
tersebut ke berbagai
daerah dan jika bisa
sampai
ke
pasar
international.
Jangka Pendek
penyuluhan
cara
mengelola
sampah
yang baik dan benar
dengan memisahkan
sampah organik dan
non organik, serta
tindak lanjut mau
diapakan sampah itu
selanjutnya.
Jangka Menengah
mengadakan
lomba
mengelola
sampah
sehingga masyarakat
sekitar tertarik untuk
mengelola sampah dan
merasakan
manfaat
86
4.4
Memberi
penyuluhan
tentang
pengelolaan
sampah
rumah
tangga
dengan
Pemberian tempat sampah (organik dan anorganik) sehingga sampah dapat dibuang
ditempat yang semestinya.
Memberi saran kepada keluarga binaan untuk memanfaatkan sampah untuk dijadikan
hasil kerajinan, serta pengumpulan sampah anorganik untuk bisa dijual kembali.
Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat dalam hal ini ketua RT untuk
mendukung program pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.
Terpilihnya intervensi tersebut diatas karena salah satu cara yang cukup efektif dan
efisien untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat keluarga binaan tentang
pengelolaan sampah rumah tangga dengan baik dan benar.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara serta observasi pada kegiatan pengumpulan data dari kunjungan
ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di RT 005 / RW 001, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, maka dilakukanlah diskusi
kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu Pengetahuan
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga Binaan RT/RW 005/001 Desa
Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.
88
Memberi
penyuluhan
tentang
pengelolaan
sampah
rumah
tangga
dengan
Pemberian tempat sampah (organik dan anorganik) sehingga sampah dapat dibuang
ditempat yang semestinya.
Memberi saran kepada keluarga binaan untuk memanfaatkan sampah untuk dijadikan
hasil kerajinan, serta pengumpulan sampah anorganik untuk bisa dijual kembali.
Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat dalam hal ini ketua RT untuk
mendukung program pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.
5.2
Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat
a. Hendaknya mengajak tokoh masyarakat agar lebih memperhatikan tentang
pengelolaan sampah rumah tangga sehingga tidak terjadi lagi pencemaran laut dan
lingkungan sekitar.
b. Diharapkan tokoh masyarakat menyediakan fasilitas TPA agar masyarakat dapat
membuang sampah secara baik dan benar.
89
DAFTAR PUSTAKA
90
LAMPIRAN 1
KUESIONER
Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga Binaan
RT/RW 05/01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten
IDENTITAS RESPONDEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan
Alamat
Jawablah pertanyaan berikut dengan cara melingkari jawaban yang saudara anggap
benar!
A. PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
1. Apakah pengertian sampah yang benar ?
a. Daun kering, ranting, cangkang telur,
b. Kaleng bekas, botol bekas, plastik bekas
c. Sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi yang berasal
dari kegiatan manusia
2. Tempat membuang sampah yang baik adalah sebagai berikut?
a. Tempat cukup sehingga tidak berserakan, mempunyai tutup, dan ada
tempat khusus untuk membuang sampah bahan berbahaya dan beracun
b. Tidak tahu
c. Semua salah
3. Apakah yang dimaksud dengan sampah organik?
a. Sampah yang tidak dapat membusuk
b. Sampah yang terbuat dari plastik, logam, keramik
c. Sampah yang dapat membusuk
4. Manakah dibawah ini yang merupakan contoh sampah organik?
91
B. PENGALAMAN
1. Selama ini, di manakah Anda membuang sampah ?
a. Di tempat sampah
b. Di belakang rumah
92
C. EKONOMI
1. Apakah Anda mempunyai pekerjaan yang tetap ?
a. Ya
b. Tidak
2.
b. Tidak
4. Bila Ya, apa saja yang sudah Anda lakukan setelah mendapatkan penyuluhan
tersebut?
.
5. Menurut Anda seberapa penting dilakukannya penyuluhan pengelolaan sampah
bagi masyarakat?
a. Penting
b. Tidak penting
c. Tidak tahu
E. TINGKAT PENDIDIKAN
1. Apakah tingkat pendidikan terakhir Anda yang ditamatkan ?
a. Sarjana
b. SMA
c. SMP
d. SD
e. Tidak sekolah
F. HUBUNGAN SOSIAL
1. Apakah masyarakat di sekitar Anda mempunyai tempat sampah di rumahnya
masing-masing ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah masyarakat sekitar rumah Anda membuang sampah rumah tangga di laut?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda pernah mengikuti kerja bakti untuk membersihkan sampah
bersama-sama ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah masyarakat di sekitar rumah Anda pernah melakukan kerja bakti untuk
membersikan sampah bersama-sama?
a. Ya
b. Tidak
94
5. Apakah di sekitar rumah Anda terdapat tempat pembuangan sampah umum yang
digunakan oleh seluruh warga ?
a. Ya
b. Tidak
95
LAMPIRAN II
SKORING KUESIONER
VARIABEL PENGETAHUAN
1. Jika responden menjawab daun kering, ranting, cangkang telur , diberikan poin 0
Jika responden menjawab kaleng bekas, botol bekas, plastik bekas, diberikan poin 1
Jika responden menjawab sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
yang berasal dari kegiatan manusia, diberikan poin 2
2. Jika responden menjawab dibakar tempat cukup sehingga tidak berserakan,
mempunyai tutup dan ada tempat khusus untuk membuang sampah bahan berbahaya
dan beracun, diberikan poin 2
Jika responden menjawab tidak tahu, diberikan poin 1
Jika responden menjawab dibakar semua salah, diberikan poin 0
3. Jika responden menjawab sampah yang tidak dapat membusuk, diberikan poin 1
Jika responden menjawab sampah yang terbuat dari plastik, diberikan poin 0
Jika responden menjawab sampah yang dapat membusuk, diberikan poin 2
4. Jika responden menjawab sampah yang terbuat dari benda padat , diberikan poin 1
Jika responden menjawab kaleng bekas, botol minuman, logam, kaca, plastik,
diberikan poin 0
Jika responden menjawab kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan, diberikan
poin 2
5. Jika responden menjawab kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan, diberikan
poin 1
Jika responden menjawab sampah yang dapat membususk, diberikan poin 2
Jika responden menjawab sampah yang tidak dapat membususk, diberikan poin 1
6. Jika responden menjawab otak, jantung hati, diberikan poin 0
Jika responden menjawab kaleng bekas, botol minuman, logam, kaca, plastik,
diberikan poin 2
Jika responden menjawab kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan, diberikan
poin 1
7. Jika responden menjawab memisahkan antara smpah organik dan anorganik, diberikan
poin 2
96
Jika responden menjawab membuang sampah ke dalam satu tempat agar lebih efisien
diberikan poin 1
Jika responden menjawab disatukan dan dibakar, diberikan poin 0
8. Jika responden menjawab membuat pupuk kompos dari sampah tersebut, diberikan
poin 2
Jika responden menjawab membakar sampah-sampah tersebut, diberikan poin 1
Jika responden membuang kelaut atau ke sungai, diberikan poin 0
9. Jika responden menjawab membuangnya ke tepat sampah dan dibiarkan begitu saja,
diberikan poin 1
Jika responden menjawab tidak tahu, diberikan poin 0
Jika responden menjawab membakar sampah-sampah plastik yang dipakai lagi dan
membuat kerajinan dari sampah anorganik tersebut, diberikan poin 2
10. Jika responden menjawab diare, demam berdarah, cacar, diberikan poin 1
Jika responden menjawab demam berdarah, cacar, tifus, diberikan poin 0
Jika responden menjawab diare, demam berdarah, cacingan, tifus, diberikan poin 2
VARIABEL PENGALAMAN
1. Jika responden menjawab ditempat sampah, diberikan poin 1
Jika responden menjawab dibelakang rumah, diberikan poin 0
97
VARIABEL EKONOMI
1. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1
Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0
99
LAMPIRAN III
POSTER
100
LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI
Rumah Keluarga Tn. Sirat
101
102
103
104
105
106
107