You are on page 1of 107

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa


1.1.1 Gambaran Secara Geografis
Desa Tanjung Pasir adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai, mempunyai
luas wilayah 564,25 hektar dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian satu
meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C. (Kartikawatie, 2012)
Desa Tanjung Pasir terletak pada koordinat 6 1 00 - 6 2 00 LS dan 106 380 - 106 41
20 BT. Secara geografis, desa ini termasuk ke dalam wilayah pesisir karena letaknya yang
berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar,
daratan seluas 108,185 hektar dan empang seluas 377,065 hektar. Pada daratan terdiri dari
dua hektar pemakaman umum. Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat
pada gambar 1.1 adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Laut Jawa atau DKI Jakarta.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Muara.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung.

Gambar 1.1 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir Tahun 2012

Jarak Desa Tanjung Pasir 29 km dari kota Tangerang atau 25 km dari pintu keluar M1 (west gate) Bandara Soekarno Hatta melalui jalan Marsekal Surya Darma (Jalan
Selapanjang). Transportasi untuk mencapai wilayah Desa Tanjung Pasir sebagian besar dapat
ditempuh dengan angkutan umum baik sepeda motor maupun mobil. Namun demikian,
sebagian kecil wilayah hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Perbaikan sistem
transportasi seperti perbaikan jalan dan penyediaan sarana angkutan umum akan
mempermudah akses masyarakat ke tempat pelayanan kesehatan. Jarak tempuh dari pusat
pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja
dengan pemerintah secara berjenjang sebagai berikut:
a. Dengan kantor kecamatan berjarak

: 12 km

b. Dengan ibukota kabupaten berjarak

: 54 km

c. Dengan ibukota provinsi berjarak

: 72 km

Suasana sebelum memasuki Desa Tanjung Pasir melewati daerah Kampung Melayu
Teluk Naga, sekitar 200 meter mengambil arah kanan. Setelah itu akan melewati Desa Tegal
Angus sebelum sampai ke Desa Tanjung Pasir. Kondisi fisik jalan menuju Desa Tanjung
pasir dari arah Bandara Soekarno Hatta maupun ke arah Tanjung Burung sudah
menggunakan aspal.
Secara administrasi, desa Tanjung Pasir terbagi ke dalam 7 (tujuh) wilayah kemandoran
atau kampung yaitu : Kampung Tanjung Pasir Barat,Tanjung Pasir Timur, Sukamanah Barat
(empang), Garapan, Gagah Sukamanah, Sukamulya1 dan Kampung Sukamulya2. Total
jumlah Rukun Warga (RW) di Desa Tanjung Pasir adalah 14 RW dan 31 RT. Secara
geografis,

wilayah

Desa

Tanjung

Pasir

yang

memiliki

risiko

tinggi

terhadap

dampakperubahan iklim adalah Kampung Garapan yang merupakan wilayah RW VI dengan


jumlah Rukun Tetangga sebanyak 5 RT. Dampak perubahan iklim ini ditandai dengan
seringnya banjir di pemukiman warga akibat pasang tinggi sehingga hal tersebut sangat
meresahkan warga. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)
Mayoritas masyarakat Tanjung Pasir bersuku bangsa Betawi dan beragama Islam. Mata
pencaharian utama penduduk desa Tanjung Pasir adalah nelayan dan sebagian wiraswasta.
Kepadatan jumlah penduduk desa Tanjung Pasir 1,625 penduduk/km2, yang rata-rata
penduduk tinggal di daerah pesisir pantai. Jumlah penduduk miskin masih cukup besar
menunjukan kondisi ekonomi di wilayah desa Tanjung Pasir masih rendah. Masih banyaknya
penduduk miskin di desa Tanjung Pasir dapat menjadi hambatan dalam pembangunan di
bidang kesehatan. Tingkat pendidikan masyarakat desa Tanjung Pasir juga masih sangat
rendah sehingga kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat masih kurang.
2

Di desa Tanjung Pasir ini terdapat pelayanan kesehatan seperti Posyandu, Poskesdes,
beberapa bidan dan Puskesmas yang terletak di desa Tegal Angus. Posyandu di Tanjung Pasir
berjumlah sembilan dengan jadwal kegiatan sebulan sekali. Satu buah Poskesdes terletak di
dalam area TNI Angkatan Laut dengan jadwal kegiatan dua kali dalam seminggu.
Masyarakat Tanjung Pasir juga memiliki pelayanan kesehatan berupa Puskesmas di wilayah
Tegal Angus yang berjarak sekitar 7 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua
atau roda empat. Di Puskesmas terdapat 2 dokter umum, 1 dokter gigi dan 17 bidan desa.
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah Kecamatan
Teluk Naga Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 ha
(47,631 km2). Terdiri dari luas daratan 2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha dengan
ketinggian dari permukaan laut 2 - 3 meter dengan curah hujan rata-rata 24 mm/tahun. Jarak
dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km.
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan Teluk Naga bagian
utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu desa Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal
Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)

Gambar 1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

Puskesmas Tegal Angus terdapat di :

Desa Tegal Angus.

Jl. Raya Tanjung Pasir.

Kode Pos 15510.

Status kepemilikan tanah : Tanah Pemkab.


3

Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi.

Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu.

Batas wilayah sebelah Barat dengan Desa Pakuhaji.

Pra sarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga dihubungkan oleh:
A. Jalan
Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga sepanjang 108 km, dengan
klasifikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan status

Jalan Propinsi

: 9,5 km.

Jalan Kabupaten

: 5 km.

Jalan Desa

: 93,5 km.

2. Berdasarkan kondisi fisik

Jalan hotmik

: 17,5 km.

Jalan aspal

: 67 km.

Jalan tanah

: 14,5 km.

B. Jembatan
1. Jembatan besi

: 1 km.

2. Jembatan beton

: 7 km.

C. Sungai atau kali


Sungai atau kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk Naga adalah sungai Cisadane
dengan panjang saluran sejauh 12 km.
1. Irigasi atau Pengairan
Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha.
2. Bendungan air atau Dam
Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang menjadi salah
satu sumber air bersih yang dimanfaatkan masyarakat.

1.1.2 Gambaran Secara Demografi


1.1.2.1 Jumlah Penduduk
Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2. Dengan jumlah rumah tangga 1.485 dan
rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah 3,7 jiwa. Berdasarkan data dari BPS
4

Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang tercantum pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan Kepadatan
Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tanjung Pasir Tahun 2012

No

Desa/Kel

Penduduk Miskin
(Jiwa)

RT

RW

KK

Rumah

Rata-Rata Jiwa/ Rumah

KepadatanPenduduk
(km2)

Jumlah

1
2
3
4

Lemo
Muara
Pangkalan
Tanjung
Burung
Tanjung
Pasir
Tegal Angus

3,61
5,14
7,54
5,24

6,682
3,566
16,888
7,699

734
490
1,495
740

32
22
35
16

15
6
11
8

1,408
793
3,229
1,484

1408
793
3229
1572

10.31
7.19
4.08
3.10

1850.97
693.77
2239.79
1463.55

5,64

9,513

1,348

31

18

1,936

2319

5.32

1686.70

2,83

9,513

1,081

23

1,895

1895

3.30

3361.48

Jumlah

30,02
53,831
5,889
139 45
10,745 10,745
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012

4.33

1794

5
6

Penduduk
(Jiwa)

Luas
Wilayah
(km2)

Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskemas Tegal Angus.
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas Tegal Angus Tahun
2012

NO.

KELOMPOK UMUR
(TAHUN)

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

JUMLAH PENDUDUK

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+

2,702
2,657
2,896
2,980
2,910
2,877
2,336
1,994
1,704
1,401
1,135
741
546
337
252
203

2,505
2,511
2,563
2,895
2,960
2,790
2,153
1,888
1,613
1,262
925
656
533
318
281
307

5,207
5,168
5,459
5,875
5,870
5,667
4,489
3,882
3,317
2,663
2,060
1,397
1,079
655
533
510

LAKI-LAKI + PEREMPUAN

JUMLAH
27,671
26,160
53,831
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2012

1.1.2.2 Lapangan Pekerjaan Penduduk


Mata pencaharian penduduk Desa Tanjung Pasir didominasi oleh nelayan, petani
pedagang dan buruh dengan pendapatan yang tidak tetap. Mayoritas penduduk berprofesi
sebagai nelayan dikarenakan bertempat tinggal di wilayah pesisir pantai. Ada beberapa
keluarga yang memiliki perahu milik sendiri namun kebanyakan mereka tidak memiliki
perahu sendiri. Bagi keluarga yang tidak mempunyai perahu sendiri, mereka dapat bekerja
dengan pemilik perahu yang dimiliki oleh warga yang umumnya berasal dari Jakarta. Para
nelayan biasanya berangkat untuk bekerja dimulai sejak subuh dan baru kembali lagi pada
sore harinya bahkan ada pula yang melaut hingga seminggu kemudian. (Profil Puskesmas
Tegal Angus, 2012). Beberapa mata pencaharian pokok pada penduduk Desa Tanjung Pasir
diuraikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok
(Sumber: Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)

Mata Pencaharian
Nelayan
Buruh/swasta
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pedagang
Penjahit
Tukang Batu
Tukang kayu
Peternak
Pengrajin
Montir
Dokter/Bidan
Supir
Pengemudi Becak
TNI / POLRI
Pengusaha
Petani

Jumlah Penduduk
2.331 orang
65 orang
15 orang
1.213 orang
24 orang
62 orang
42 orang
6 orang
5 orang
25 orang
6 orang
30 orang
43 orang
6 orang
8 orang
176 Orang

Sarana perekonomian dan perdagangan di Desa Tanjung Pasir antara lain:


Tabel 1.4 Sarana Perekenomian dan Perdagangan di Desa Tanjung Pasir
(Sumber: Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)

Sarana

Jumlah

Koperasi

1 buah

Pasar

Warung/kedai

100 buah

Kios Kelontong

5 buah

Bengkel

8 buah

Toko

20 buah

Percetakan/sablon

Material/ toko bangunan

Swalayan

Super Mall

Pegadaian

Bank BRI

Bank Swasta

Pos Giro

Berdasarkan topografi, Desa Tanjung Pasir adalah kawasan pantai yang landai sehingga
di Desa Tanjung Pasir terdapat tambak yang luasnya mencapai 570 hektar. Walaupun
demikian, pada awalnya lahan di Tanjung Pasir tidak cocok untuk kegiatan budidaya karena
kurang baiknya sistem irigasi yang ada. Baru setelah adanya perbaikan irigasi oleh
pemerintah, kegiatan budidaya dapat berkembang lebih baik. Sedangkan berdasarkan
kepemilikan tambak, dari total luas tambak yang ada di Desa Tanjung Pasir hanya sekitar
20% saja yang dimiliki oleh penduduk desa setempat, selebihnya merupakan milik warga
Jakarta dan sekitarnya. Komoditas budidaya tambak utama yang ada di Desa Tanjung Pasir
adalah ikan bandeng, mujair dan kakap.
Desa Tanjung pasir juga merupakan daerah pariwisata yang biasanya di akhir minggu
atau hari libur banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Tempat pariwisata yang terdapat di
desa Tanjung Pasir adalah taman buaya, resort, serta wisata pantai Tanjung Pasir. Tempat
yang paling banyak dikunjungi biasanya adalah kawasan pantai. Namun keadaan pantai di
Tanjung Pasir tidak terawat dengan baik. Banyak sampah yang tidak terurus dan air pantai
yang terlihat bewarna kecoklatan. Hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena masih
7

banyaknya warga setempat yang membuang sampah rumah tangganya ke pantai. Selain
memancing dan bermain di pantai, Desa Tanjung Pasir juga merupakan salah satu tempat
yang bisa dimanfaatkan untuk para wisatawan menyeberang ke kawasan Pulau Seribu.

1.1.2.3 Tingkat Pendidikan


Aspek pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kualitas
kehidupan penduduk di wilayah Kecamatan Teluk Naga. Dari jumlah 53.831 penduduk
hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan seperti terlihat pada diagram dibawah ini:
Diagram 1. 1 Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan
di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

SLTA/MA
SLTP/MTS 9,92%
11,19%

Universitas
0,36%

AK/Diploma
0,44%
SD/MI
43,37%

Tidak/belum
tamat SD
34,72%

Sumber : kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

1.1.2.4 Sarana dan Prasarana


1. Gedung Puskesmas yang terdiri dari :

Ruang Kepala Puskesmas

: 1 Ruang

Ruang TU

: 1 Ruang

Ruang Dokter

: 1 Ruang

Ruang Aula

: 1 Ruang

Ruang Imunisasi

: 1 Ruang

Ruang Loket

: 1 Ruang

Ruang Apotik

: 1 Ruang

Ruang BP umum

: 1 Ruang

Ruang BP Anak

: 1 Ruang

Ruang BP Gigi

: 1 Ruang
8

Ruang KIA dan KB

: 1 Ruang

Ruang Gizi

: 1 Ruang

Ruang Gudang Obat

: 1 Ruang

Ruang TB

: 1 Ruang

Ruang Lansia

: 1 Ruang

Ruang Kesling

: 1 Ruang

Ruang Perpustakaan

: 1 Ruang

Ruang Mushola

: 1 Ruang

Ruang Bidan

: 1 Ruang

Dapur

: 1 Ruang

Ruang Gudang Perkakas

: 1 Ruang

WC

: 5 Ruang

2. Bidan di Desa

: 6 Orang

3. Posyandu 45 buah, terdiri dari :

Tegal Angus

: 7 Posyandu

Pangkalan

: 10 Posyandu

Tanjung Burung

: 7 Posyandu

Tanjung Pasir

: 9 Posyandu

Lemo

: 6 Posyandu

Muara

: 6 Posyandu

4. Pembinaan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat)

Jumlah Posyandu

: 45 buah

Jumlah Kader Posyandu dibina

: 225 orang

Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang

Jumlah TOMA (Tokoh Masyarakat) dibina

: 60 orang

5. Sarana Sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus.


Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

No

NAMA DESA

Pangkalan
Tanjung
Burung
Tegal Angus
Tanjung Pasir
Muara
Lemo

2
3
4
5
6

JUMLAH SEKOLAH
SD MI SMP MTS
5
1
2
1

PAUD
1

TK
2

RA
0

0
0
0
0

1
2
0
0

0
0
0
0

2
2
3
3

2
1
0
0

2
0
0
0

SMA
0

SMK
1

MA
0

1
1
0
0

1
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

6. Sarana pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus


Tabel 1.6 Sarana Pelayanan Kesehatan Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

13
14
15
16
17
18

Sarana Pelayanan Kesehatan


Apotik
Balai Pengobatan Swasta
Gudang Farmasi
Laboratorium Klinik Swasta
Optikal
Pos UKK
Polindes
Posbindu
Poskesdes
Posyandu
Praktek Bidan Swasta
Praktek dokter (perorangan)
Dokter umum
Dokter gigi
Dokter spesialis
Puskesmas
Puskesmas pembantu (pustu)
Rumah Sakit Bersalin
Rumah Sakit Pemerintah
Rumah Sakit Swasta
Toko obat

Jumlah
0
2
0
0
0
0
0
6
1
45
8
5
0
0
1
1
0
0
0
2

Sumber: Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012

1.1.2.5 Kesehatan Dasar


A. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir untuk menurunkan angka kematian ibu dengan
instansi terkait, dalam hal ini puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain :
a. Kunjungan Ibu Hamil K1.
Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama
kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 di puskesmas Tegal Angus tahun 2012 adalah 96,4%
dengan cakupan pemberian Fe1 sebesar 96,4%.
b. Kunjungan Ibu Hamil K4.
Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit
empat kali selama masa kehamilan, minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
trimester kedua dan dua kali pada triwulan ketiga kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe.

10

Cakupan kunjungan K4 di puskesmas Tegal Angus tahun 2012 adalah 90% dengan cakupan
pemberian Fe3 90%.
c. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan.
Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan. Persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas Tegal Angus tahun
2012 yaitu 928 orang dari 1.025 persalinan.
d. Penanganan Bumil dan Neonatal Risiko Tinggi (risti).
Deteksi dini kelompok bumil dan neonatal risti. Jika ditemukan lebih awal dapat
dilakukan intervensi untuk menangani risiko tersebut. Penemuan bumil risti dan neonatal risti
di puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012 yaitu 173 bumil risti dari 215 sasaran bumil resti
(80,5%) dan 113 neonatal risti dari 165 sasaran neonatal risti (68,4%).
e. Pelayanan Neonatal.
Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali umur 0-7 hari dan
satu kali pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan
selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi
kepada ibu.
2. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pemeriksaan kesehatan anak sekolah.
Puskesmas Tegal Angus melakukan deteksi tumbuh kembang balita dan pemeriksaan
kesehatan siswa SD/MI. Upaya yang dilakukan antara lain penyuluhan di posyandu dan
pembentukan kelas ibu balita.
3. Keluarga berencana.
a. Peserta KB Baru. Puskesmas Tegal Angus melakukan edukasi melalui penyuluhan
terus menerus.
b. Peserta KB Aktif.
4. Imunisasi
a. Desa UCI
Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa. Upaya yang dilakukan
sweeping imunisasi.
b. Drop Out imunisasi Campak-Polio.
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita, sweeping imunisasi campak
dan meningkatkan cakupan imunisasi di posyandu.
5. Gizi
a. Penanganan balita BGM dan gizi buruk

11

Penanganan balita gizi buruk dengan diberikan PMT pemulihan di klinik gizi dan MP-ASI
untuk perawatan dirumah dan kegiatan kunjungan rumah untuk pemantauan pemberian PMT
serta rujukan untuk balita gizi buruk.
b. ASI Eksklusif
ASI merupakan makanan penting untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian
makanan hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Zat gizi yang terkandung dalam ASI
cukup memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Keuntungan dari
ASI adalah ASI mengandung zat kekebalan tubuh, mengandung protein yang mudah diserap
oleh tubuh bayi, mudah dan murah diberikan untuk bayi serta membangun ikatan kasih
sayang antara ibu dan anak. Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di puskesmas tegal
angus pada tahun 2012 ini adalah 719 bayi dari 976 bayi (73,7%), meningkat dari tahun lalu
yang hanya sebesar 44, 53%.
c. Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
Program penanggulangan kekurangan vitamin telah dimulai sejak lama namun sampai saat
ini masalah KV masih menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KVA tingkat
berat (Xeroptalmia) yang dapat menyebabkan kebutaan sudah jarang ditemui, tetapi KVA
tingkat sub - klinis yaitu KVA yang belum menampakkan gejala nyata masih diderita oleh
sekitar 50% di Indonesia.

B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan


1. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia lanjut, dimana pada
kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh
lainnya. Dalam upaya meningkatkan status kesehatan usia lanjut telah dilaksanakan program
pelayanan kesehatan usia lanjut.

C. Perilaku Masyarakat
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas dilakukan melalui program
promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat dapat menggambarkan derajat
kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat disajikan dengan indikator PHBS, adapun dari hasil
kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2013 pada tabel berikut :

12

Tabel 1.7 Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga Tahun 2013


INDIKATOR
Nama
Desa

Juml
ah
KK
YDT

%
Persalin
an O/
tks

%
As
i
eks

%
By/
blt
dtm
bg

%
Cuci
Tang
an

%
Air
Bers
ih

%
Jamb
an
Sehat

%
Bersik
an
Jentik

%
Mak
an
Sayu
r
Buah

%
Aktivit
as
Fisik

% Tdk
Merok
ok dlm
Rumah

%
Jmlh
(Seha
t)

Pangkal
an

210

57.6

42.
4

67.1

70

95.7

66.5

51.4

57

33.3

33.5

16.2

Tj.
Burung

210

64.6

58.
6

65.7

43.3

96.6

46.7

79

61.9

72.8

72.8

16.7

Tj.
Pasir

214

35.6

24.
3

58.9

87.4

90.2

57

94

39.7

72.4

57

17

Tegal
Angus

210

71.4

49.
5

79.5

38.6

91.4

68.8

92.7

72.3

65.6

65.2

17

Muara

210

71.5

43.
6

70.6

45.9

99

43

92

73.4

33

71.2

56.5

Lemo

206

63.6

24.
8

64

91.6

83.6

44.8

80.8

84

62

45

18

Jumlah

1260

65.2

37.
7

67.5

63.6

92.8

54

86

55.3

61.5

54

15.5

D. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting dibidang kesehatan, upaya
peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik. Berikut ini merupakan upaya-upaya
peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di puskesmas Tegal Angus :

Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul/ beristirahat bagi semua anggota keluarga dan

untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat
berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga
sekitarnya. Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, hasil
pemantauan selama tahun 2012 menunjukkan dari 12.421 rumah yang diperiksa sebanyak
11,2% yang memenuhi syarat kesehatan.

13

Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar


Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal Angus sangat

kurang, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :

14

Tabel 1.8 LAPORAN CAKUPAN KELUARGA DENGAN KEPEMILIKAN SARANA SANITASI DASAR TRIWULAN I PUSKESMAS TEGAL ANGUS TAHUN 2014
NO

Puskesmas

Desa

Jumlah
Penduduk

TEGAL
ANGUS

Jumlah
KK

TEMPAT SAMPAH

SARANA PEMBUANGAN AIR LIMBAH

JUMLAH
KK
MEMILIKI

JUMLAH
KK
DIPERIKSA

JUMLAH
SEHAT

%KK
MEMILIKI

%KK
DIPERIKSA

%SEHAT

JUMLAH
KK
MEMILIKI

JUMLAH
KK
DIPERIKSA

JUMLAH
SEHAT

%KK
MEMILIKI

%KK
DIPERIKSA

%SEHAT

10

11

12

13

14

15

16

17

Tj.
burung

7.675

2.685

618

25

24

62,49

4,05

96,00

225

25

24

8,38

11,11

96,00

Pangkalan

16.755

5.362

1653

32

28

63,58

6,90

92,30

655

32

28

12,22

4,89

93,75

Tegal
angus

9.355

2.900

720

19

18

62,50

2,64

94,74

535

19

18

18,45

3,55

94,74

Tj. pasir

9.595

1.823

447

18

16

62,52

4,03

88,89

315

18

16

17,28

5,73

88,89

Muara

3.516

492

124

12

10

62,63

9,68

83,33

90

12

10

18,29

13,33

83,33

Lemo

6.548

655

162

14

12

62,55

8,64

85,71

112

14

12

17,10

12,50

85,71

53.444

13.917

3.106

120

110

62,52

3,86

91,67

1.932

120

110

13.85

6,21

91,67

JUMLAH

15

Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa pada masyarakat di sekitar Puskesmas Tegal
Angus masih memiliki masalah tentang sanitasi dasar. Berbagai faktor seperti tingkat
pengetahuan, pendidikan, ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk yang rendah dapat
menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.

Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)


Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko sumber

penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara
lain meliputi pengawasan lingkungan TTU secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan sarana
perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus
menyebabkan pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.

Penyehatan Makanan dan Minuman


Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama kehidupan

bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan baik justru akan
menjadi sumber media yang sangat efektif di dalam penularan penyakit saluran pencernaan.
Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan tempat pengelolaan air bersih,
pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempattempat umum pengelolaan makanan. Tidak
hanya tenaga sanitarian melainkan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus
menyebabkan pembinaan penyehatan makanan dan minuman tidak dapat dilakukan.
1.1.2.6 Situasi Derajat Kesehatan
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus didapatkan
gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada Maret 2014.
Tabel 1.9 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Maret 2014

No

Penyakit

Kode ICD

1
2

ISPA
Dermatitis
Demam yang tidak diketahui
sebabnya
Diabetes mellitus
Hipertensi Essensial
Batuk
Sakit Kepala
Gastritis dan Duodenitis yang
disertai perdarahan lambung
Myalgia
Tuberkulosis Paru Klinis

J06
L30

3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah

Jumlah Kasus
Laki- laki
Perempuan
8
11
7
6

R50

E14
I10
R05
R51

3
4
5
3

6
4
2
4

K29

M791
A16

2
2
40

3
2
46

16

1.2 Gambaran Keluarga Binaan


Keluarga binaan berada di RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Keluarga binaan kelompok kami terdiri
dari tujuh kepala keluarga, yaitu :
1. Keluarga Tn. Sirat
2. Keluarga Tn. Arsum
3. Keluarga Tn. Safrudin
4. Keluarga Tn. Sholeh
5. Keluarga Ny. Sumini
6. Keluarga Tn. Leman
7. Keluarga Tn. Burhanuddin

Adapun lokasi pemukiman keluarga binaan kelompok kami adalah sebagai berikut :

Gambar 1.3 Denah Lokasi Rumah Keluarga Binaan RT 005/RW 001,


Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Mei Tahun 2014

17

1.2.1 Keluarga Binaan Tn. Sirat


1.2.1.1 Data Dasar Keluarga
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Sirat yang memiliki empat orang anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.10 Data Dasar Keluarga Tn. Sirat

Nama
Tn. Sirat
Ny. Angrum
Afendi
Tommi

Status
Keluarga

Jenis
Kelamin

Usia
(Tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan
Perbulan

Kepala
Keluarga
Istri
Anak
kandung
Anak
kandung

Laki laki

50 th

SD

Nelayan

Rp.2.000.000,-

Perempuan

45 th

SD

IRT

Laki laki

23 th

SD

Nelayan

Rp.1.000.000,-

Laki laki

17 th

SMA

Pelajar

1.2.1.2 Bangunan tempat tinggal


Keluarga Tn. Sirat tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan sekitar 20 x 10
meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 5 x 1 meter.
Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan dan kiri, sedangkan
pada dinding dapur dan kamar mandi terbuat dari anyaman bambu. Lantai rumah terbuat dari
keramik. Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan tidak mempunyai plafon.
Rumah Tn. Sirat terdiri dari 9 ruangan yang terdiri dari ruang tamu dengan luas sekitar 2
x 2 meter, empat buah kamar tidur dengan masing-masing luas 3 x 3 meter, ruang keluarga
dengan luas 2x3 meter, ruang musholla dengan luas 2 x 1.5 meter, sebuah dapur dengan luas
sekitar 2 x 2 meter, kamar mandi dengan luas 1 x 2 meter.
Sistem ventilasi rumah Tn. Sirat belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik
karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di
rumah Tn. Sirat hanya berupa dua buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada bagian
depan rumah dengan ukuran masing masing 1,5 x 0,3 meter dan 1 x 0,3 meter, sedangkan
pada kamar tidur hanya terdapat 2 kamar yang memiliki jendela sedangkan 2 kamar tidur
lainnya tidak terdapat jendela. Di dalam rumah Tn. Sirat terdapat 7 buah lampu dengan 40
watt yang baru dinyalakan ketika malam hari.
Keluarga Tn. Sirat memiliki sumber air berupa air PAM. Air ini ditampung dengan
tempat penampungan di kamar mandi memiliki penutup dan dikuras rutin tiap minggu,
digunakan untuk beberapa keperluan, seperti minum, memasak, sedangkan untuk mencuci
dan mandi menggunakan air sumur dengan menggunakan pompa air. Keluarga Tn. Sirat

18

memiliki tanaman pohon serta saung di halaman depan rumah. Sampah-sampah dibuang dan
dikumpulkan di halaman depan rumah dan dibakar jika sudah menumpuk.

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Sirat

1.2.1.3 Lingkungan pemukiman


Rumah keluarga Tn. Sirat terletak di lingkungan yang padat penduduk, tidak ada jarak
antara rumah Tn. Sirat dan tetangganya. Keluarga Tn. Sirat memiliki kebiasaan membakar
sampah di halaman depan rumah.
Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Sirat membuang limbah rumah tangga ke
penampungan di samping rumah melalui pipa paralon. Sebelum bagian teras ditinggikan
apabila musim hujan tiba, pekarangan di depan rumah Tn. Sirat sering becek dan tergenang
air hujan. Keluarga Tn. Sirat tidak memiliki hewan ternak di rumahnya, namun memelihara 1
kucing.
1.2.1.4

Pola Makan

Keluarga Tn. Sirat mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny. Angrum
sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan
untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan berupa makanan
sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur dan ikan. Keluarga Tn. Sirat
hanya sesekali memakan daging. Keluarga Tn. Sirat jarang mengkonsumsi buah-buahan.
Biasanya keluarga Tn. Sirat berkumpul di ruang keluarga untuk makan bersama.
Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Sirat terdiri dari piring yang terbuat dari
kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Sirat sering makan tanpa

19

menggunakan sendok, sendok hanya digunakan ketika makan makanan berkuah. Ny. Angrum
masak menggunakan kompor gas 3 kg.
1.2.1.5 Riwayat Obstetri dan Pola asuh ibu dan anak.
Kelahiran anak pertama Ny. Angrum (An. Arsum) terjadi pada tahun 1980. Anak pertama
lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat
hamil, Ny. Angrum hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan
posyandu dan mendapatkan imunisasi TT (2 kali). Ny. Angrum tidak pernah mengeluhkan
sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup
bulan dengan BB lahir kira-kira 3.2 kg, mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Ny.
Angrum hanya sekali membawa anaknya Arsum untuk imunisasi, untuk imunisasi
selanjutnya Arsu tidak pernah lagi dibawa ke puskesmas oleh Ny. Angrum. Makanan
pendamping ASI pada anak Ny. Angrum sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun.
Saat ini Arsu sudah berkeluarga dan bertempat tinggal di samping rumah keluarga Tn. Sirat.
Kelahiran anak kedua Ny. Angrum (An. Abdullah) terjadi pada tahun 1985. Anak kedua
lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat
hamil, Ny. Angrum hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan
posyandu. Ny. Angrum pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa
kehamilan. Anak kedua lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3 kg,
mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Ny. Angrum hanya beberapa kali membawa
anaknya Abdullah untuk imunisasi. Makanan pendamping ASI pada anak Ny. Angrum
diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Saat ini Abdullah sudah berkeluarga dan
bertempat tinggal Balai Raja.
Kelahiran anak ketiga Ny. Angrum (An. Afendi) terjadi pada tahun 1991. Anak ketiga
lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat
hamil, Ny. Angrum hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan
posyandu. Ny. Angrum pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa
kehamilan. Anak ketiga lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir kirakira 3 kg, mendapatkan ASI eksklusif selama dua tahun. Ny. Angrum hanya beberapa kali
membawa anaknya Afendi untuk imunisasi. Makanan pendamping ASI pada anak Ny. Samka
sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Saat ini Afendi belum menikah dan
masih tinggal bersama keluarga Tn. Sirat.
Kelahiran anak keempat Ny. Angrum (An. Tommi) terjadi pada tahun 1997. Anak
keempat lahir di rumah dengan bantuan bidan. Pada saat hamil, Ny. Angrum sering
memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Anggrum tidak pernah
20

mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak keempat lahir pada saat usia
kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3.3 kg, mendapatkan ASI eksklusif selama dua
tahun. Ny. Angrum sering membawa anaknya Tommi untuk imunisasi, makanan pendamping
ASI pada anak Ny. Samka sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun. Saat ini
Tommi tinggal di pesantren, hanya pulang ke rumah dua bulan sekali.
1.2.1.6 Perilaku
Tn. Sirat mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan sejak
puluhan tahun lalu. Anak Tn. Sirat yaitu Afendi juga memiliki kebiasaan merokok sebungkus
sehari yang sudah dilakukan sejak dua tahun yang lalu. Karena kesibukan kerjanya dari jam
lima pagi sampai malam hari membuat Tn. Sirat tidak sempat untuk berolahraga. Namun, Ny.
Angrum tiap pagi menyempatkan untuk jalan santai saat pagi hari sebelum memulai aktivitas.
Tn. Sirat bekerja bersama anaknya menjadi nelayan. Ny. Angrum selaku istri Tn. Sirat kerap
menabung dengan menyisihkan uang sebesar Rp. 100.000.- perbulan. Keluarga Tn. Sirat
biasa mencuci tangan menggunakan air tanpa menggunakan sabun sebelum makan dan
memakai alas kaki saat keluar rumah.
1.2.1.7 Kebiasaan Berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Sirat berobat ke praktik Dokter umum terdekat (dokter Cecep
yang praktek di daerah Gaga). Penyakit yang sering diderita Tn. Sirat adalah pegal-pegal
sedangkan penyakit yang diderita oleh Ny. Angrum adalah diabetes mellitus sejak 2 tahun
yang lalu. Selama ini Ny. Anggrum mengkonsumsi obat antidiabetes yang diminum setiap
hari.
1.2.1.8

Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Tabel.1.11 Faktor Internal Keluarga Tn. Sirat

No

Kriteria

Permasalahan

1.

Kebiasaan
Merokok

2.

Olah Raga

Pola Makan

Pola Pencarian
Berobat ke doktek praktik terdekat, Puskesmas.
Pengobatan
Menabung
Menabung perbulan Rp. 100.000
Aktivitas Sehari Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu sebagai Ibu Rumah
hari
Tangga.

5
6

Ayah merokok 1 bungkus per hari, anak lelakinya juga


merokok sudah sejak lama.
Ny. Angrum sering jalan santai dipagi hari, sedangkan
anggota keluarga lainnya tidak melakukan kegiatan
olahraga.
Makan 3 kali sehari, makanan pokok berupa nasi, lauk
pauk seperti tahu tempe, telur, sayur-sayuran. Jarang
mengkonsumsi daging, buah-buahan.

21

Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sirat

No
1

Kriteria
Luas Bangunan

Ruangan Dalam Rumah

Ventilasi

Pencahayaan

MCK

Sumber Air

Saluran Pembuangan Limbah

8
9

Tempat Pembuangan Sampah


Lingkungan Sekitar Rumah

Permasalahan
20 x 10 meter.
Terdapat 4 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi.
Terdapat 4 ventilasi di depan rumah berukuran 1,5
meter x 30cm dan 1 meter x 30 cm.
Jendela hanya terdapat di depan rumah, serta di 2
kamar tidur, sedangkan 2 kamar tidur lainnya tidak
menggunakan jendela. Terdapat 7 buah lampu: 1 di
ruang keluarga, dapur, ruang keluarga dan 1 di
setiap kamar tidur.
Keluarga ini memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari membeli, sedangkan
untuk mencuci, mandi menggunakan air sumur.
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
sebuah lubang yang dibuang melalui selokan
samping rumah.
Sampah ditumpuk dan dibakar di depan rumah.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain.

1.2.2 Keluarga Binaan Tn. Arsum


1.2.2.1 Data Dasar Keluarga Tn. Arsum
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Arsum yang memiliki tiga orang anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah. Ketiga anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.13 Data Dasar Keluarga Tn.Arsum

Nama

Status
Keluarga

Jenis
Kelamin

Usia
(Tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan
perbulan

Tn. Arsum

Kepala
Keluarga

Laki laki

32

SD

Nelayan

Rp.1.200.000,-

Ny. Iyos

Istri

Perempuan

24

SMP

IRT

An. Fachri

Anak
Kandung

Laki-laki

TK

1.2.2.2 Bangunan tempat tinggal


Keluarga Tn. Arsum tinggal di rumah milik mertuanya dengan luas bangunan sekitar 5 x
8 meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 5 x 1 meter.
Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan namun tembok
22

samping kiri terbuat dari triplek, dinding rumah bagian belakang terbuat dari tembok. Lantai
rumah terbuat dari keramik. Atap rumah terbuat dari genteng dan sudah menggunakan plafon.
Rumah Tn. Arsum terdiri dari 3 ruangan yang terdiri dari dua buah kamar tidur dengan
masing masing luas 3 x 3 meter, sebuah dapur dengan luas sekitar 2 x 2 meter dan sebuah
ruang cuci atau mandi dengan luas 1 x 2 meter. Dapur berdekatan dengan ruang cuci atau
mandi.
Sistem ventilasi rumah Tn. Arsum belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik
karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di
rumah Tn. Arsum hanya berupa empat buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada
bagian depan rumah dengan ukuran masing masing 1,5 x 0,3 meter dan 1 x 0,3 meter,
sedangkan hanya terdapat satu kamar yang terdapat jendela dan ventilasi angin. Di dalam
rumah Tn. Arsum terdapat 3 buah lampu dengan 40 watt pada ruang keluarga, kamar dan
dapur sehingga rumah Tn. Arsum kurang dalam pencahayaan.
Di rumah Tn. Arsum terdapat fasilitas jamban di dalam rumah sehingga untuk buang air
besar (BAB) keluarga Tn. Arsum tidak memiliki masalah. Keluarga Tn. Arsum harus
membeli air setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan masak, hal ini disebabkan
langkanya air bersih. Sebenarnya air PAM sudah mencapai desa tanjung pasir tetapi air
tersebut tidak mengalir lancar dan seringkali mati.

Gambar 1.5 Denah Rumah Keluarga Tn. Arsum

1.2.2.3 Lingkungan pemukiman


Rumah keluarga Tn. Arsum terletak di lingkungan yang padat penduduk, hanya terdapat
sedikit jarak antara rumah Tn. Arsum dan tetangganya. Keluarga Tn. Arsum memiliki
23

kebiasaan membakar sampah di depan rumah. Hal ini disebabkan karena tidak adanya tempat
pembuangan sampah akhir di lingkungan rumahnya tersebut, tidak jarang juga sampahsampah tersebut di buang ke laut, terutama jika musim penghujan tiba.
Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Arsum membuang limbah rumah tangga ke
penampungan di samping rumah melalui pipa paralon. Apabila musim hujan tiba, pekarangan
di depan rumah Tn. Arsum selalu becek karena kondisi tanah yang lembek. Selain itu di
sekeliling rumah Tn. Arsum terdapat banyak sekali penampungan-penampungan air, seperti
tempayan dan drum-drum bekas hal ini di karenakan Tn. Arsum harus membeli air bersih
sehingga air bersih tersebut harus di simpan dalam tempayan, di dalam tempayan tersebut di
dapatkan jentik-jentik nyamuk. Drum-drum bekas digunakan untuk mengisi bahan bakar
perahu yang digunakan untuk menangkap ikan, drum-drum bekas tersebut terisi oleh air
bekas hujan dan terdapat jentik-jentik disana. Selain itu istri Tn. Arsum sering
mengumpulkan botol-botol bekas minuman untuk di jual kembali, dan botol-botol ini sering
digenangi air hujan dan menjadi tempat perindukan nyamuk.
1.2.2.4 Pola Makan
Keluarga Tn. Arsum mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny. Iyos
sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan
untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan berupa makanan
sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur dan ikan porsi makanan sehari
hari kira-kira 1 piring penuh nasi dan tahu tempe 2 buah, tidak jarang juga Ny. Iyos memasak
sayur sepeti sayur asam, dan sayur kangkung, disertai dengan ikan asin. Keluarga Tn. Arsum
seminggu dua kali memakan daging. Keluarga Tn. Arsum jarang mengkonsumsi buahbuahan. Biasanya keluarga Tn. Arsum berkumpul di ruang keluarga untuk makan bersama.
Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Arsum terdiri dari piring yang terbuat dari
kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Arsum sebelum makan,
biasanya mencuci tangan terdahulu. Ny. Iyos masak menggunakan kompor 3 kg.
1.2.2.5 Riwayat Obstetri dan Pola asuh ibu dan anak.
Kelahiran anak pertama Ny. Iyos (An. Fachri) lahir pada tahun 2008. Anak pertama lahir
secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil,
Ny. Iyos hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu dan
mendapatkan imunisasi TT (2 kali). Ny. Iyos pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat
selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan
BB lahir 2,5 kg, dan pada penimbangan terakhir BB anak 11 kg. Ny. Iyos sampai dua tahun
anaknya mendapatkan ASI eksklusif.
24

Ny. Iyos hanya sekali membawa anaknya Fachri untuk imunisasi. Untuk imunisasi
selanjutnya Fachri tidak pernah lagi dibawa ke puskesmas oleh Ny. Iyos. Makanan
pendamping ASI sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun berupa bubur dan nasi
tim. Saat ini Fachri diberi makan tiga kali dalam satu hari dan biasa nya dengan lauk berupa
tempe, tahu atau telor dan nafsu makan nya juga masih baik.
1.2.2.6 Perilaku
Tn. Arsum mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan sejak
puluhan tahun lalu. Karena kesibukan kerjanya sebagai seorang nelayan yang berangkat pagi
hari dan pulang tiga hari kemudian membuat Tn. Arsum tidak sempat untuk berolahraga. Ny.
iyos selaku istri Tn. Arsum kerap menabung seminggu satu kali sebesar Rp.10.000,- Rp.15.000,-.
1.2.2.7 Kebiasaan Berobat
Apabila keluarga Tn. Arsum sakit kerap kali tidak sering berobat ke tenaga medis, dan
lebih memilih pengobatan tradisional dan obat warung, jika penyakit yang diderita sudah
dirasa berat barulah keluarga Tn. Arsum pergi ke tenaga medis.
1.2.2.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Tabel 1.14 Faktor Internal Keluarga Tn. Arsum

No

Kriteria

1.

Kebiasaan Merokok

2.

Olah Raga

Pola Makan

Pola Pencarian Pengobatan

Menabung

Aktivitas Sehari hari

Permasalahan
Ayah merokok 1 bungkus per hari, anggota
keluarga lainnya tidak merokok.
Tidak ada anggota keluarga yang melakukan
kegiatan olahraga.
Makan 2 3 kali sehari, makanan pokok berupa
nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur pada
umumnya. Mengkonsumsi daging merah 2 3 kali
dalam seminggu.
Mengkonsumsi obat warung terlebih dahulu, jika
tidak kunjung sembuh berobat ke puskesmas.
Menabung dilakukan seminggu sekali setiap hari
Selasa di Rumah Pak RT. Dengan kisaran
Rp.10.000,- - Rp.15.000,-.
Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu menjaga rumah.

25

Tabel 1.15 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Arsum

No
1

Kriteria
Luas Bangunan

Ruangan Dalam Rumah

Ventilasi

Pencahayaan

5
6

MCK
Sumber Air

Saluran Pembuangan Limbah

8
9

Tempat Pembuangan Sampah


Lingkungan Sekitar Rumah

Permasalahan
5 x 10 meter.
Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 dapur,
1 kamar mandi.
Terdapat 4 ventilasi di depan rumah berukuran 1,5
meter x 30cm dan 1 meter x 30 cm.
Jendela hanya terdapat di depan rumah. Terdapat 3
buah lampu di ruang keluarga 1, dapur 1, dan 1 di
dalam kamar.
Keluarga ini memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari membeli air besih.
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
sebuah lubang.
Sampah selalu dibakar di depan rumah.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain.

1.2.3 Keluarga Binaan Tn.Safrudin


1.2.3.1 Data Dasar Keluarga Tn. Safrudin
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Safrudin yang memiliki enam orang anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.16 Data Dasar Keluarga Tn. Safrudin

Nama
Tn.
Safrudin
Ny. Junena
Nn. Siti
Nn. Irma
Nn. Dian
An. Akbar

Status
Keluarga
Kepala
keluarga
Istri
Anak
Kandung
Anak
Kandung
Anak
Kandung
Anak
Kandung

Jenis
Kelamin
Laki- Laki

Usia
(Tahun)
43

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan
Perbulan
Rp.
2.500.000
Rp. 500.000

SD

Perempuan
Perempuan

40
23

SD
SMA

Perempuan

16

SMP

Sopir
Angkot
IRT
Penjaga
Toko
-

Perempuan

12

SD

Laki- Laki

Belum
Sekolah

1.2.3.2 Bangunan tempat tinggal


Keluarga Tn. Safrudin tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan sekitar 15 x
10 meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 5 x 1 meter.
Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan dan kiri, sedangkan
pada dinding rumah bagian belakang terbuat dari anyaman bambu. Lantai rumah terbuat dari
coran semen. Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan tidak mempunyai plafon.
Rumah Tn. Safrudin terdiri dari 4 ruangan yang terdiri dari dua buah kamar tidur dengan
masing masing luas 3 x 3 meter, sebuah dapur dengan luas sekitar 2 x 2 meter dan sebuah
26

ruang cuci atau mandi dengan luas 1 x 2 meter. Dapur berdekatan dengan ruang cuci atau
mandi degan berbataskan kain.
Sistem ventilasi rumah Tn. Safrudin belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik
karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di
rumah Tn. Safrudin hanya berupa dua buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada
bagian depan rumah dengan ukuran masing masing 1,5 x 0,3 meter dan 1 x 0,3 meter,
sedangkan di setiap kamar tidak terdapat jendela dan ventilasi angin. Di dalam rumah Tn.
Safrudin terdapat 3 buah lampu dengan 40 watt pada ruang keluarga, kamar dan dapur
sehingga rumah Tn. Safrudin kurang dalam pencahayaan.
Di rumah Tn. Safrudin terdapat fasilitas jamban di dalam rumah sehingga untuk buang air
besar (BAB) keluarga. Kebutuhan air keluarga Tn. Safrudin air setiap hari untuk kebutuhan
mandi, mencuci, dan masak cukup, karena ada pompa air.

Gambar 1.6 Denah Rumah Keluarga Tn. Safrudin

1.2.3.3 Lingkungan Pemukiman


Rumah keluarga Tn. Safrudin terletak di lingkungan yang padat penduduk, terdapat jarak
antara rumah Tn. Safrudin dan tetangganya. Keluarga Tn. Safrudin memiliki kebiasaan
membakar sampah di belakang rumah.
Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Safrudin membuang limbah rumah tangga ke
penampungan di samping rumah melalui pipa paralon. Apabila musim hujan tiba, pekarangan
di depan dan belakang rumah Tn. Safrudin selalu becek karena kondisi tanah yang lembek.
Keluarga Tn. Safrudin memiliki hewan ternak (ayam) di belakang rumahnya.
27

1.2.3.4 Pola Makan


Keluarga Tn. Safrudin mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny.
Junenah sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan
makanan untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan berupa
makanan sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur dan ikan. Keluarga Tn.
Safrudin hanya sesekali memakan daging dan ikan. Keluarga Tn. Safrudin jarang
mengkonsumsi buah-buahan. Biasanya keluarga Tn. Safrudin berkumpul di ruang keluarga
untuk makan bersama.
Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Safrudin terdiri dari piring yang terbuat
dari kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Safrudin sering
makan tanpa menggunakan sendok, sendok hanya digunakan ketika makan makanan berkuah.
Ny. Junenah masak menggunakan kompor minyak tanah.
1.2.3.5 Riwayat Obstetri Dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Kelahiran anak pertama Ny. Junenah (Siti Nur Aini) pada tahun 1991. Anak pertama lahir
secara normal yang dibantu oleh bidan yang bertempat di rumahnya sendiri. Pada saat hamil,
Ny. Junenah selalu memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu dan
mendapatkan imunisasi TT. Ny. Junenah pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat
selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan
BB lahir 2,5 kg, dan pada penimbangan terakhir BB anak 11 kg. Ny. Junenah sampai dua
tahun anaknya mendapatkan ASI eksklusif. Ny. Junenah rajin membawa anaknya Siti Nur
Aini untuk imunisasi. Makanan pendamping ASI sudah diberikan sejak anaknya berumur
satu tahun.
Kelahiran anak kedua Ny. Junenah (An. Ima Safitri) terjadi pada tahun 1998. Anak
kedua lahir secara normal di bidan. Pada saat hamil, Ny. Junenah secara teratur
memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Junenah pun tidak pernah
mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak kedua lahir pada saat usia
kandungan cukup bulan dengan BB lahir 2,8 kg. Ny. Junenah sampai dua tahun anaknya
mendapatkan ASI eksklusif. Saat ini Ima Safitri diberi makan tiga kali dalam satu hari dan
biasanya dengan lauk berupa tempe, tahu atau telor dan nafsu makannya juga masih baik.
Kelahiran anak ketiga Ny. Junenah (An. Dian Anggraini) terjadi pada tahun 2002. Anak
ketiga lahir di bidan. Pada saat hamil, Ny. Junenah teratur memeriksakan kehamilannya di
puskesmas dan posyandu. Ny. Junenah pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat
selama masa kehamilan. Anak ketiga lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB
lahir 3,2 kg. Ny. Junenah sampai dua tahun anaknya mendapatkan ASI eksklusif. Ny.
28

Junenah hanya beberapa kali membawa anaknya untuk imunisasi. Imunisasi selanjutnya Dian
Anggraini tidak pernah lagi dibawa ke puskesmas oleh Ny. Junenah. Makanan pendamping
ASI pada anak Ny. Junenah sudah diberikan sejak anaknya berumur satu tahun.
Kelahiran anak keempat Ny. Junenah (An. M. Akbar) terjadi pada tahun 2011. Anak
keempat lahir dengan bantuan bidan. Pada saat hamil, Ny. Junenah hanya beberapa kali
memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny. Junenah pun tidak pernah
mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak keempat lahir pada saat usia
kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3,0 kg. Ny. Junenah sampai dua tahun anaknya
mendapatkan ASI eksklusif. Saat ini M. Akbar diberi makan tiga kali dalam satu hari dan
biasanya dengan lauk berupa tempe, tahu atau telur, sayur dan nafsu makannya juga masih
baik.
1.2.3.6 Perilaku
Tn. Safrudin mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang sudah dilakukan
sejak puluhan tahun lalu. Karena kesibukan kerjanya dari pagi sampai sore membuat Tn.
Safrudin tidak sempat untuk berolahraga. Tn. Safrudin bekerja sebagai supir angkutan. Ny.
Junenah selaku istri Tn. Safrudin kerap menabung seminggu satu kali sebesar Rp.10.000,- Rp.15.000,-. Ny. Junenah setiap kali bersalin selalu datang ke bidan.
1.2.3.7 Kebiasaan berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Safrudin berobat ke praktik Dokter umum terdekat. Namun,
kadang-kadang untuk sakit ringan biasa keluarga Tn. Safrudin membeli obat di warung.
Penyakit yang sering diderita Tn. Safrudin adalah pegal-pegal sedangkan penyakit yang
sering di derita anggota keluarga lainnya hanya batuk pilek terutama pada anaknya yang
masih balita.

29

1.2.3.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Tabel 1.17 Faktor Internal Keluarga Tn. Safrudin

No

Kriteria

Kebiasaan Merokok

Olah Raga

Pola Makan

Pola Pencarian Pengobatan

Menabung

Aktivitas Sehari hari

Permasalahan
Ayah merokok 1 bungkus per hari, anggota
keluarga lainnya tidak merokok.
Tidak ada anggota keluarga yang melakukan
kegiatan olahraga.
Makan 2 3 kali sehari, makanan pokok berupa
nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur, ikan pada
umumnya. Jarang mengkonsumsi daging merah 2
3 kali dalam seminggu.
Berobat ke praktik dokter umum terdekat dan
puskesmas, namun kadang juga membeli obat di
warung.
Menabung dilakukan seminggu sekali dengan
kisaran Rp.10.000,- - Rp.15.000,-.
Ayah bekerja sebagai supir angkutan umum, anak
perempuannya sebagai buruh cuci, dan Ibu sebagai
Ibu Rumah Tangga.

Tabel 1.18 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Safrudin

No
1

Kriteria
Luas Bangunan

Ruangan Dalam Rumah

Ventilasi

Pencahayaan

5
6

MCK
Sumber Air

Saluran Pembuangan Limbah

Tempat Pembuangan Sampah

Lingkungan Sekitar Rumah

Permasalahan
15 x 10 meter.
Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 dapur,
1 kamar mandi.
Terdapat 2 ventilasi di depan rumah berukuran 1,5
meter x 30cm dan 1 meter x 30 cm.
Jendela hanya terdapat di depan rumah. Terdapat 3
buah lampu di ruang keluarga 1, dapur 1, dan 1 di
dalam kamar.
Keluarga ini memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari membeli.
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
sebuah lubang.
Sampah selalu dibakar di belakang rumah.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain, dekat
dengan rawa dan kandang hewan.

1.2.4 Keluarga Binaan Tn. M. Sholeh


1.2.4.1 Data Dasar Keluarga Tn. M. Sholeh
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. M. Sholeh yang memiliki lima orang anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah. Kelima anggota keluarga tersebut adalah:

30

Tabel 1.19 Data Dasar Keluarga Tn. M Sholeh

Status
Keluarga
Kepala
keluarga

Jenis
Kelamin

Usia
(Tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan
Perbulan

Laki-laki

33

SD

Nelayan

Rp.1.500.000,-

Ny. Wulandari

Istri

Perempuan

26

SMK

IRT

Ny. Asmana

Ibu
kandung

Perempuan

62

SD

Pedagang
warung
asongan

Rp.500.000,-

Ratna Soliha

Anak I

Perempuan

Siti Sonaria

Anak II

Perempuan

11
(bulan)

Nama
Tn. M Sholeh

1.2.4.2 Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. M. Sholeh tinggal di sebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 4 x 8 m2
dan mempunyai pekarangan seluas 1 x 2 m2. Rumah terdiri atas ruang tamu berukuran 2 x 3
m2 dipisahkan oleh tembok menuju ke ruang serbaguna yang berisi tempat tidur. Di ruang
tamu hanya terdiri atas jendela kaca yang bisa dibuka dan pintu, dengan ventilasi. Terdapat
lampu pada ruang tamu, sehingga pencahayaan cukup. Lantai ruang tamu didasari oleh
keramik, sedangkan atap oleh asbes tanpa plafon. Rumah ini terdiri terdiri atas 1 kamar tidur
yang berukuran 2 x 3 m2, tanpa ventilasi dan pencahayaan yang kurang. Dalam kamar
tersebut tidak ditemukan jendela untuk pencahayaan. Terdapat satu kasur dan satu lemari.
Dibagian belakang terdapat satu dapur terbuka, dimana lantainya beralaskan tanah, dengan
atap yang terbuat dari bambu serta dinding yang terbuat dari anyaman bambu. Rumah ini
memiliki kamar mandi dan terdapat jamban. Rumah ini memiliki 1 pintu depan, 1 pintu
belakang, 1 jendela di ruang tamu (bagian depan rumah) dengan ukuran 50 x 100 cm dengan
jarak 80 cm dari tanah. Di atas jendela terdapat lubang angin, tapi oleh Ny. Wulandari ditutup
oleh kain saring. Hal ini dikarenakan banyak nyamuk apabila lubang tersebut tidak ditutup
oleh kain saring. Di dalam kamar yang terletak di depan tidak terdapat jendela dan ventilasi,
hal ini menimbulkan pencahayaan dalam ruangan sangat kurang sehingga membutuhkan
lampu. Pintu kedua adalah pintu menuju dapur, yang berada di luar. Didalam rumah ataupun
dapur tidak terdapat tempat sampah yang memadai.

31

Gambar 1.7 Denah Rumah Keluarga Tn. M Sholeh

1.2.4.3 Lingkungan Pemukiman


Rumah keluarga Tn. M. Sholeh berada di lingkungan perumahan cukup padat. Pada
bagian kanan, kiri dan depan terdapat rumah tetangga. Di lingkungan rumah tidak terdapat
saluran untuk aliran limbah cair rumah tangga. Terdapat warung sembako di depan rumah
Tn. M Sholeh sehingga mudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tn. M. Sholeh
mengaku melakukan pemilahan untuk jenis sampah organik dan anorganik dengan maksud
akan menjual sampah botol atau plastik kepada pengepul.
1.2.4.4 Pola Makan
Ny. Wulandari memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Menu masakan yang
dimasak cukup variatif, seperti tahu, tempe, dan seringkali ikan. Keluarga Tn. M. Sholeh
rutin makan sayur setiap hari, namun jarang mengkonsumsi buah-buahan. Ny. Wulandari
juga tidak mencuci tangan sebelum mengolah makanan dan menyiapkan makanan.
1.2.4.5 Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Selama kehamilan Ny. Wulandari mengaku sering memeriksakan kehamilan ke tenaga
kesehatan. Seluruh anak Ny. Wulandari lahir dengan bantuan bidan setempat. Selama proses
kehamilan dan melahirkan tidak didapatkan keluhan penyakit apapun. Seluruh anak lahir
secara spontan dan langsung menangis. Ny. Wulandari lupa berat badan badan anak-anaknya
ketika lahir.

32

Imunisasi dilakukan pada semua anak Tn. M. Sholeh dan Ny. Wulandari. Hal tersebut
dikarenakan lokasi posyandu yang cukup dekat dan keluarga Tn. M. Sholeh mengaku
imunisasi bisa dilakukan untuk pencegahan penyakit anak-anaknya. Ny. Wulandari sempat
menggunakan KB setelah kelahiran anak kedua ini. KB yang digunakan adalah jenis suntik
(injeksi) setiap 3 bulan sekali. Walaupun begitu, hal ini hanya berlangsung selama 1 tahun.
Hal tersebut dikarenakan terjadi peningkatan berat badan pada Ny. Wulandari.
1.2.4.6 Perilaku
Tn. M. Sholeh adalah perokok berat dan dapat menghabiskan 10 batang/hari dan
mempunyai kebiasaan merokok dalam rumah dan kadang diluar atau di teras rumah
meskipun terdapat anak-anak disekitarnya. Ny. Wulandari juga tidak pernah melarang akan
kebiasaan suami dan anak-anaknya tersebut. Keluarga ini juga memiliki kebiasaan tidak
menutup mulut saat bersin dan batuk, serta jarang mencuci tangan. Cuci tangan pun jarang
dilakukan saat sebelum makan. Mereka beralasan bahwa setiap makan menggunakan sendok,
sehingga tidak perlu untuk mencuci tangan. Setiap mencuci tangan pun mereka tidak
menggunakan sabun, karena merasa air yang digunakan sudah bersih. Selain itu, harga sabun
yang dirasa mahal sehingga mereka enggan membeli sabun untuk mencuci tangan. Sumber
air yang digunakan untuk mencuci tangan adalah air yang berasal dari gentong dan diperoleh
dengan membeli air PAM atau air sumur rumahnya.
Keluarga Tn. M. Sholeh memiliki mengatakan melakukan pemilahan sampah plastik dan
sampah sisa makanan karena Tn. Sholeh mengaku melakukan pengumpulan sampah plastik
untuk dijual untuk pengepul. Kemudian sampah organik atau sampah makanan dikumpulkan
terlebih dahulu kemudian dikubur, dibakar atau bahkan dibuang ke laut atau jalanan sekitar
rumahnya.
1.2.4.7 Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, saat sakit keluarga Tn. M Sholeh biasanya membeli obat warung.
Jika tidak kunjung membaik, maka mereka akan pergi ke rumah bidan terdekat atau mantri
untuk dilakukan pengobatannya, apabila tidak kunjung membaik juga, baru mereka berobat
ke Puskesmas. Keluarga ini beralasan, sulitnya akses menuju Puskesmas serta pelayanan
yang lambat membuat mereka enggan berobat di Puskesmas.

33

1.2.4.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Tabel 1.20 Faktor Internal Keluarga Tn. M Sholeh

No

Kriteria

Kebiasaan Membuang
Sampah

Olah Raga

Pola Makan

Pola Pencarian Pengobatan

Menabung

Aktivitas Sehari hari

Permasalahan
Semua anggota keluarga memiliki kebiasaan
memilah sampah organik dan anorganik (plastik dan
botol untuk dijual kepada pengepul, namun sampah
organik biasanya dibakar dan kadang dikubur atau
dibuang sembarangan di jalan dan laut.
Tidak ada anggota keluarga yang melakukan
olahraga.
Makan 2 3 kali sehari, makanan pokok berupa
nasi, lauk pauk seperti tahu temped an telur pada
umumnya. Mengkonsumsi ikan 1-2 kali dalam
seminggu.
Mengkonsumsi obat warung terlebih dahulu, jika
tidak kunjung sembuh berobat ke puskesmas atau
tenaga kesehatan setempat.
Tidak pernah menabung dikarenakan hanya pas
untuk kehidupan sehari-hari..
Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu menjaga rumah
dan anak-anak, dan ibu kandung Tn. Sholeh bekerja
berjualan warung didepan rumahnya.

Tabel 1.21 Faktor Eksternal Keluarga Tn. M Sholeh

No
Kriteria
1 Luas Bangunan
2

Ruangan Dalam Rumah

Ventilasi

Pencahayaan

MCK

Sumber Air

Saluran Pembuangan Limbah

Tempat Pembuangan
Sampah

Lingkungan Sekitar Rumah

Permasalahan
9 x 8 meter.
Terdapat 1 Kamar tidur, 1 ruang tamu, 1, dan 1
ruang tidur keluarga, dapur, 1 kamar mandi.
Terdapat 1 ventilasi di depan rumah
Jendela hanya terdapat di depan rumah.
Terdapat 3 buah lampu di ruang keluarga 1,
dapur 1, dan 1 di dalam kamar.
Keluarga ini memiliki jamban yang cukup baik
dengan bak mandi sedikit kotor.
Air bersih didapatkan dari membeli
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
sebuah lubang dan menggenang
Tidak tampak tempat sampah didalam rumah.
Sampah dibuang ke depan rumah sebagian dan
dibakar sebagian dan kadang membuang sampah
ke laut.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain

34

1.2.5 Keluarga Binaan Ny. Sumini


1.2.5.1 Data Dasar Keluarga Ny. Sumini
Keluarga binaan adalah keluarga Ny. Sumini yang memiliki lima orang anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah. Kelima anggota keluarga tersebut adalah :
Tabel 1.22 Data Dasar Keluarga Ny. Sumini

Nama

Status
Keluarga

Jenis
Kelamin

Usia
(Tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan

Ny. Sumini

Kepala
Keluarga

Perempuan

57 tahun

SD

Guru
mengaji

Rp. 100.000,-

Tn. Oeng
Bukhori

Anak
Kandung

Laki-laki

35 tahun

SMP

Nelayan

Rp. 600.000,-

Tn. Romadoni

Anak
Kandung

Laki-laki

29 tahun

SMP

Nelayan

Rp. 600.000,-

Tn. Juliardi

Anak
Kandung

Laki laki

27 tahun

SMP

Nelayan

Rp. 600.000,-

Ny.Ramina

Menantu

Perempuan

23 tahun

SD

Ibu Rumah
Tangga

1.2.5.2 Bangunan tempat tinggal


Keluarga Ny. Sumini tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan sekitar 5 x 8
meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 5 x 1,5 meter.
Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, samping kanan dan kiri, sedangkan
pada dinding rumah bagian belakang terbuat dari anyaman bambu. Lantai rumah terbuat ubin.
Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan tidak mempunyai plafon. Rumah Ny.
Sumini terdiri dari 6 ruangan yang terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 2,5 x 3 meter,
dua buah kamar tidur dengan masing masing luas 2,5 x 2,5 meter, ruamg keluarga dengan
luas 2,5 x 4 meter, sebuah dapur dengan luas sekitar 3 x 2 meter dan kamar mandi dengan
luas 1 x 2 meter.
Sistem ventilasi rumah Ny. Sumini sudah memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik
karena luas ventilasi rumahnya mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di rumah Ny.
Sumini berupa dua buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada bagian depan rumah
dengan ukuran masing masing 1,5 x 0,5 meter dan 1 x 0,5 meter, pada kamar pertama
terdapat dua buah jendela dengan ventilasi angin berukuran 1 x 0,5 meter, kamar kedua
memiliki jendela dengan ukuran 1 x 0,8 meter, pada ruang keluarga terdapat jendela yang

35

berukuran 1 x 0,8 meter dan pada dapur terdapat sebuah pintu yang biasanya di buka bagian
atasnya yang dapat digunakan sebagai ventilasi. Di dalam rumah Ny. Sumini terdapat 2 buah
lampu dengan 40 watt pada ruang tamu, dan ruang keluarga, 3 buah lampu 5 watt pada
masing-masing kamar sehingga rumah Tn. Asa kurang dalam pencahayaan. Keluarga Ny.
Sumini harus membeli air setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan masak.

Gambar 1.8 Denah Rumah Keluarga Ny. Sumini

1.2.5.3 Lingkungan pemukiman


Rumah keluarga Ny. Sumini terletak di lingkungan yang padat penduduk, tidak ada jarak
antara rumah Ny. Sumini dan tetangganya. Keluarga Ny. Sumini memiliki kebiasaan
membakar sampah di samping rumah. Untuk pembuangan limbah, keluarga Ny. Sumini
membuang limbah rumah tangga ke penampungan di samping rumah melalui pipa paralon.
1.2.5.4 Pola Makan
Keluarga Ny. Sumini mempunyai pola makan sebanyak dua sampai tiga kali dalam
sehari. Ny. Sumini sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan
menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Ny. Sumini biasanya
memasak dibantu oleh menantunya. Makanan yang disajikan berupa makanan sederhana
seperti nasi dengan lauk tahu / tempe, sayur mayur dan ikan. Keluarga Ny. Sumini mengaku
seminggu sekali namun rutin makan daging. Keluarga Ny. Sumini jarang mengkonsumsi
36

buah-buahan. Biasanya keluarga Ny. Sumini berkumpul di ruang keluarga untuk makan
bersama.
Alat-alat makan yang digunakan keluarga Ny. Sumini terdiri dari piring yang terbuat dari
kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Ny. Sumini sering makan
tanpa menggunakan sendok, sendok hanya digunakan ketika makan makanan berkuah. Ny.
Sumini masak menggunakan kompor minyak tanah.
1.2.5.5 Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Kelahiran anak pertama Ny. Sumini (Tn. Oeng Bukhori) terjadi pada tahun 1979. Anak
pertama lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri.
Pada saat hamil, Ny. Sumini hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di praktik
bidan dan Ny. Sumini

pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa

kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3,3
kg, mendapatkan ASI eksklusif dan mendapatkan imunisasi lengkap. Saat ini Tn. Oeng
tinggal bersama Ny. Sumini di Tanjung Pasir.
Kelahiran anak kedua Ny. Sumini (Tn. Romadoni) terjadi pada tahun 1985. Anak kedua
lahir secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat
hamil, Ny. Sumini sering memeriksakan kehamilannya ke bidan sesuai dengan anjuran bidan.
Ny. Sumini pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak
kedua lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 3,4 kg, mendapatkan ASI
eksklusif dan mendapatkan imunisasi lengkap. Saat ini Tn. Romadoni tinggal bersama Ny.
Sumini di Tanjung Pasir.
Kelahiran anak ketiga Ny. Sumini (Tn. Juliardi) pada tahun 1987. Anak ketiga lahir
dengan bantuan dukun di rumahnya. Pada saat hamil, Ny. Sumini sering memeriksakan
kehamilannya bidan. Ny. Sumini pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama
masa kehamilan. Anak ketiga lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir
4,2 kg, mendapatkan ASI eksklusif dan mendapatkan imunisasi lengkap. Saat ini Tn. juliardi
tinggal bersama Ny. Sumini di Tanjung Pasir.
1.2.5.6 Perilaku
Anggota keluarga Ny. Sumini yaitu kedua orang anak laki-lakinya memiliki kebiasaan
merokok sudah sejak lama. Ny. Sumini mengaku biasanya setiap pagi sering berolahlaga
jalan kaki ke dermaga. Keluarga Ny. Sumini juga memiliki kebiasaan mencuci tangan setiap
akan makan dan setiap setelah melakukan kegiatan. Ny. Sumini memiliki kegiatan menabung
sebulan sekali di koperasi minimal Rp. 50.000.

37

1.2.5.7 Kebiasaan berobat


Apabila sakit, keluarga Tn. Sumini biasanya pergi ke puskesmas atau ke klinik dokter
swasta setempat. Namum sesekali juga membeli obat warung jika sakit.

1.2.5.8

Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Tabel 1.23 Faktor Internal Keluarga Ny. Sumini

No

Kriteria

Kebiasaan Merokok

Olah Raga

Pola Makan

Pola Pencarian Pengobatan

Menabung

Aktivitas Sehari hari

Permasalahan
Kedua anak Ny. Sumini memiliki kebiasaan
meroko, biasanya dapat menghabiskan masingmasing sebungkus rokok perhari.
Ny. Sumini sering jalan-jalan pagi ke dermaga,
sedangkan anggota keluarga yang lain tidak pernah
berolah raga.
Makan 2 3 kali sehari, makanan pokok berupa
nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur serta ikan
pada umumnya. Mengkonsumsi daging merah 1-2
kali dalam seminggu.
Berobat ke puskesmas ataupun dokter praktik
setempat, namun kadang juga membeli obat di
warung.
Menabung seminggu sekali di koperasi Rp. 50.000
Ny. Sumini sebagai kepala keluarga menggantikan
suaminya yang telah meninggal, Ny. Sumini
mengajar mengaji anak-anak, sedangkan anak-anak
Ny. Sumini bekerja sebagai nelayan.

Tabel 1.24 Faktor Eksternal Keluarga Ny. Sumini

No

Kriteria

Luas Bangunan

Ruangan Dalam Rumah

Ventilasi

Pencahayaan

MCK

Sumber Air

Saluran Pembuangan Limbah

Tempat Pembuangan Sampah

Lingkungan Sekitar Rumah

Permasalahan
5 x 8 meter.
Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi.
Terdapat 4 ventilasi di depan rumah berukuran 0,8
meter x 30cm dan 2 ventilasi di masing-masing
kamar berukuran 1 meter x 30 cm.
Jendela hanya terdapat di depan rumah dan di
samping kanan kiri rumah. Terdapat 2 buah lampu
40 watt di ruang tamu dan ruang keluarga.
Keluarga ini memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari membeli air bersih isi
ulang
Limbah dialirkan ke belakang rumah ke dalam
sebuah lubang.
Sampah selalu dibakar di samping rumah.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain, dan dekat
dengan tower pemancar
38

1.2.6 Keluarga Binaan Tn. Leman


1.2.6.1 Data Dasar Keluarga Tn. Leman
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Leman yang memiliki empat orang anggota keluarga
yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.25 Data Dasar Keluarga Tn. Leman

Nama

Status
Keluarga

Jenis
Kelamin

Usia
(Tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan
Perbulan

Tn. Leman

Kepala
Keluarga

Laki laki

41

SD

Nelayan

Rp.3.000.000,-

Ny. Marna

Istri

Perempuan

31

SD

IRT

Heni

Anak
Kandung

Perempuan

15

SMP

Nur Ilma

Anak
Kandung

Laki laki

SD

1.2.6.2 Bangunan tempat tinggal


Keluarga Tn. Leman tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan sekitar 6 x 10
meter dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 3 x 2 meter.
Dinding rumah terbuat dari tembok pada bagian depan, belakang, samping kanan dan kiri.
Lantai rumah terbuat dari coran semen. Atap rumah terbuat dari genteng yang disusun dan
tidak mempunyai plafon.
Rumah Tn. Leman terdiri dari 3 ruangan yang terdiri dari dua buah kamar tidur dengan
masing-masing luas 3 x 3 meter dan 3 x 2 meter, dan sebuah ruangan serbaguna yang berupa
ruang cuci dapur, dan tempat mandi dengan luas sekitar 2 x 2 meter dan sebuah. Sistem
ventilasi rumah Tn. Leman belum memenuhi standar kriteria ventilasi yang baik karena luas
ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari luas lantai rumah. Ventilasi di rumah Tn. Leman
hanya berupa empat buah jendela dengan ventilasi angin di atasnya pada bagian depan rumah
dengan ukuran masing masing 1 x 0,3 meter dan 1 x 0,3 meter, di kamar bagian depan
terdapat jendela dan ventilasi angin yang berukuran 1 x 0,3 meter, sedangkan di kamar
belakang hanya terdapat ventilasi udara yang berukuran 1 x 0,2 meter dan pintu. Di dalam
rumah Tn. Leman terdapat 5 buah lampu dengan 20 watt pada ruang keluarga, kamar dan
dapur.
Di rumah Tn. Leman tidak terdapat fasilitas jamban di dalam rumah sehingga untuk
buang air besar (BAB) keluarga Tn. Leman harus pergi ke empang. Keluarga Tn. Leman
39

memiliki sebuah sumur yang dipergunakan setiap hari untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan
masak.

Gambar 1.9 Denah Rumah Keluarga Tn. Leman

1.2.6.3 Lingkungan pemukiman


Rumah keluarga Tn. Leman terletak di lingkungan yang padat penduduk, tidak ada jarak
antara rumah Tn. Leman dan tetangganya. Keluarga Tn. Leman memiliki kebiasaan
membakar sampah di depan rumah, dan membuangnya ke laut.
Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Leman membuang limbah rumah tangga ke laut.
Apabila musim hujan tiba, pekarangan di depan dan belakang rumah Tn. Leman selalu becek
karena kondisi tanah yang lembek.
1.2.6.4 Pola Makan
Keluarga Tn. Leman mempunyai pola makan sebanyak tiga kali dalam sehari. Ny. Marna
sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam memasak dan menyiapkan makanan
untuk seluruh anggota keluarganya setiap hari. Makanan yang disajikan berupa makanan
sederhana seperti nasi dengan lauk tahu/tempe, sayur mayur, telur, dan ikan. Keluarga Tn.
Leman hanya sesekali memakan daging. Keluarga Tn. Leman sering mengkonsumsi buah.
Biasanya keluarga Tn. Leman berkumpul di ruang makan untuk makan bersama.
Alat-alat makan yang diigunakan keluarga Tn. Leman terdiri dari piring yang terbuat dari
kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Leman sering makan
tanpa menggunakan sendok, sendok hanya digunakan ketika makan makanan berkuah. Ny.
Marna masak menggunakan kompor gas.

40

1.2.6.5 Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu Dan Anak


Kelahiran anak pertama Ny. Marna (An. Heni) pada tahun 1998. Anak pertama lahir
prematur yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny.
Marna hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny.
Marna jarang mengkonsumsi makanan bergizi saat hamil. Ny. Marna tidak pernah
mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak pertama lahir pada saat usia
kandungan 7 bulan dengan BB lahir 1 kg, pada 6 bulan pertama mendapat ASI eksklusif,
selanjutnya mulai diberikan makanan pendamping. Ny. Marna hanya tidak pernah membawa
anaknya Heni untuk imunisasi.
Kelahiran anak kedua Ny. Samka (An. Nur Ilma) pada tahun 2005. Anak kedua lahir
secara normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil,
Ny. Marna hanya beberapa kali memeriksakan kehamilan di puskesmas dan posyandu. Ny.
Marna pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak kedua
lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 1,8 kg, mendapatkan ASI
selama 2 tahun, selanjutnya mulai diberikan makanan pendamping. Ny. Marna membawa An.
Nur Ilma imunisasi lengkap di posyandu dan puskesmas. Saat ini An. Nur diberi makan dua
kali dalam satu hari dan biasanya dengan lauk berupa tempe, tahu atau telor, sayur, buahbuahan.
1.2.6.6 Perilaku
Tn. Leman memiliki kesibukan kerja yang tidak teratur karena beliau adalah seorang
nelayan, terkadang tidak pulang dalam beberapa hari. Tn. Leman jarang menyempatkan
untuk berolahraga. Tn. Leman juga mempunyai kebiasaan merokok sebungkus sehari yang
sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu. Ny. Marna juga tidak pernah melarang akan
kebiasaan suaminya tersebut. Keluarga ini juga memiliki kebiasaan jarang mencuci tangan
sebelum makan ataupun setelah beraktivitas. Ny. Marna selaku istri yang menyiapkan
makanan juga sangat jarang mencuci tangan saat menyiapkan makanan. Ny. Marna kerap
menabung ketika diberikan uang oleh suaminya. Ny. Marna setiap kali bersalin selalu datang
ke dukun, bila dirasa persalinan tidak lancar dibawa oleh dukun ke tenaga medis terdekat.
1.2.6.7 Kebiasaan berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Leman jarang berobat ke puskesmas atau posyandu Tegal
Angus. Keluarga Tn. Leman memilih membeli obat ke warung. Jika penyakitnya dirasa
cukup berat, maka keluarga Tn. Leman biasa berobat ke Puskesmas.

41

1.2.6.8

Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Tabel 1.26 Faktor Internal Keluarga Tn. Leman

No

Kriteria

Olah Raga

Pola Makan

Pola Pencarian Pengobatan

Menabung

Aktivitas Sehari hari

Permasalahan
Tidak ada anggota keluarga yang melakukan
kegiatan olah raga.
Makan 2 3 kali sehari, makanan pokok berupa
nasi, lauk pauk seperti tahu tempe, telur, sayur.
Mengkonsumsi daging merah biasanya sebulan
sekali
Mengkonsumsi obat warung terlebih dahulu, jika
tidak kunjung sembuh berobat ke puskesmas.
Ny. Marna menabung setiap diberikan uang oleh
suaminya.
Ayah bekerja sebagai nelayan dan Ny. Marna
sebagai Ibu Rumah Tangga.

Tabel 1.27 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Leman

No
1

Kriteria
Luas Bangunan

Ruangan Dalam Rumah

Ventilasi

Pencahayaan

MCK

Sumber Air

Saluran Pembuangan Limbah

Tempat Pembuangan Sampah

Lingkungan Sekitar Rumah

Permasalahan
6 x 10 meter.
Terdapat 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang
makan, 1 ruang serbaguna (mencuci, mandi,
memasak)
Terdapat 2 ventilasi di depan rumah berukuran 1
meter x 30cm, kamar depan 2 ventilasi 1 meter x
30cm, dikamar belakang terdapat satu ventilasi
berukuran 1 meter x 20 cm
Jendela hanya terdapat di depan rumah dan di
kamar depan. Terdapat 5 buah lampu: di ruang
keluarga, dapur, ruang makan dan 1 masing masing kamar tidur.
Keluarga ini tidak memiliki jamban.
Air bersih didapatkan dari air sumur yang berada
di ruang serbaguna
Limbah dibuang keluar
Sampah selalu dibakar di depan rumah dan
dibuang ke laut.
Rumah berhimpitan dengan rumah lain.

1.2.7 Keluarga Binaan Tn.Burhanudin


1.2.7.1 Data Dasar Keluarga Tn.Burhanudin
Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Burhanuddin yang memiliki lima orang anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:

42

Tabel 1.27 Data Dasar Keluarga Tn. Burhanudin

Status
Keluarga

Jenis
Kelamin

Tn.Burhan
udin
Ny.Amsia
h

Kepala
Keluarga

Ny.Bosa

Ibu Mertua

Silvia
Yanti

Anak
Kandung
Anak
Kandung

Laki
Laki
Perempua
n
Perempua
n
Perempua
n

Nama

Silvan

Istri

Laki-laki

Usia
(Tahun)

Pendidikan

Pekerjaa
n

Penghasilan
Perbulan

37

SD

Buruh
serabutan

Rp1.500.000

34

SD

IRT

65

SD

Pedagang

Rp.600.000,-

17

SMA

Pelajar

1.2.7.2 Bangunan tempat tinggal


Keluarga Tn. Burhanudin tinggal di rumah milik sendiri dengan luas bangunan sekitar 70
m2 dan tidak bertingkat. Di depan rumah terdapat teras dengan luas sekitar 2 x 3 meter.
Seluruh dinding rumah terbuat dari tembok. Sebagian besar lantai rumah dilapisi oleh ubin,
dan dibagian belakang rumah dilapisi oleh coran semen. Atap rumah terbuat dari genteng dan
ditutup dengan plafon.
Rumah Tn. Burhanudin terdiri dari 7 ruangan yang terdiri dari 1 ruang tamu (2x3m), 2
kamar tidur (3x3m), 1 ruang keluarga (4x5m), 1 tempat cuci (2x2m), 1 kamar mandi
(1.5x1.5m), 1 dapur (2x3m). Sistem ventilasi rumah Tn. Burhanudin belum memenuhi
standar kriteria ventilasi yang baik karena luas ventilasi rumahnya tidak mencapai 10% dari
luas lantai rumah. Ventilasi di rumah Tn. Burhanudin hanya berupa dua buah jendela dengan
ventilasi angin di atasnya pada bagian depan rumah dan samping rumah dengan ukuran
masing-masing 1 x 0,5 meter dan 1 x 1 meter, sedangkan di setiap kamar tidak terdapat
jendela dan ventilasi angin. Di dalam rumah Tn. Burhanudin terdapat 2 buah lampu pada
ruang keluarga dan di setiap kamar sehingga rumah Tn. Burhanudin kurang pencahayaan. Di
dalam rumah terdapat kamar mandi yang terdapat bak mandi dan jamban.

43

Gambar 1.10 Denah Keluarga Tn.Burhanudin

1.2.7.3 Lingkungan pemukiman


Rumah keluarga Tn. Burhanudin berada diantara rumah yang padat penduduk, jarak
antara rumah tidak mencapai 1 meter untuk pembuangan sampah. Keluarga mengaku tidak
terdapat pembuangan sampah khusus, setiap hari membuang sampah ke laut tanpa dibakar
terlebih dahulu. Untuk pembuangan limbah, keluarga Tn. Burhanudin membuang limbah
rumah tangga ke saluran air melalui sebuah pipa paralon. Dan juga apabila musim hujan atau
terdapat air laut sedang pasang, terkadang terjadi banjir.
1.2.7.4 Pola Makan
Keluarga Tn. Burhanudin memasak makanan sendiri, makan 2-3 kali dalam sehari, dengan
menu nasi, sayur, ikan, tempe, dan tahu. Keluarga Tn. Burhanudin jarang mengkonsumsi
daging dikarenakan harga daging yang mahal. Keluarga ini juga jarang mengkonsumsi buahbuahan. Biasanya keluarga Tn. Burhanudin berkumpul di ruang keluarga untuk makan
bersama.
Alat-alat makan yang digunakan keluarga Tn. Burhanudin terdiri dari piring yang terbuat dari
kaca, sedangkan sendok dan garpu terbuat dari logam. Keluarga Tn. Burhanudin sering
makan tanpa menggunakan sendok, dan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
menggunakan sabun cuci tangan. Ny. Amsiah memasak menggunakan kompor gas 3 kg.

44

1.2.7.5 Perilaku
Setiap kali makan keluarga ini mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah
makan. Keluarga Tn. Burhanudin ini juga mengaku tidak sempat untuk berolahraga. Tn.
Burhanudin mempunyai kebiasaan merokok, dan bisa menghabiskan 1 bungkus rokok dalam
sehari. Tn. Burhanudin juga sering merokok di depan anaknya yang masih balita. Keluarga
ini juga tidak mempunyai kebiasaan menabung karena keterbatasan biaya yang diperoleh dari
pekerjaannya.
1.2.7.6 Riwayat Obstetri dan Pola Asuh Ibu Dan Anak
Kelahiran anak pertama Ny. Amsiah (Silvia Yanti) pada tahun 1997. Anak pertama lahir
normal yang dibantu oleh dukun yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny.
Amsiah hanya beberapa kali memeriksakan kehamilannya di puskesmas dan posyandu. Ny.
Amsiah tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak pertama
lahir pada saat usia kandungan 9 bulan dengan BB lahir 3 kg, pada 1 tahun pertama mendapat
ASI eksklusif, selanjutnya mulai diberikan makanan pendamping. Ny. Amsiah rajin
membawa anaknya, Silvia Yanti untuk imunisasi.
Kelahiran anak kedua Ny. Amsiah (Silvan) pada tahun 2012. Anak kedua lahir secara
normal yang dibantu oleh bidan yang bertempat dirumahnya sendiri. Pada saat hamil, Ny.
Amsiah hanya beberapa kali memeriksakan kehamilan di puskesmas dan posyandu. Ny.
Amsiah pun tidak pernah mengeluhkan sakit yang berat selama masa kehamilan. Anak kedua
lahir pada saat usia kandungan cukup bulan dengan BB lahir 2.8 kg, mendapatkan ASI
selama 6 bulan, selanjutnya mulai diberikan makanan pendamping. Ny. Amsiah membawa
Anak keduanya, Silvan imunisasi di posyandu sampai umur 7 bulan. Selanjutnya Ny. Amsiah
tidak melanjutkan imunisasinya lagi oleh karena anak Silvan punya penyakit kejang demam,
sehingga dilarang untuk melanjutkannya.
1.2.7.7 Kebiasaan berobat
Apabila sakit, keluarga Tn. Burhanudin mengaku sering berobat ke puskesmas atau
posyandu Tegal Angus. Keluarga Tn. Burhanudin tidak pernah membeli obat warung apabila
sakit.

45

1.2.7.8 Faktor Internal dan Faktor Eksternal


Tabel 1.28 Faktor Internal Keluarga Tn. Burhanudin
No

Kriteria

Permasalahan

Kebiasaan Merokok

Tn. Burhanudin mempunyai kebiasaan merokok 1 bungkus


dalam sehari.

Olah Raga

Tidak ada satupun anggota keluarga Tn. Burhanudin yang


memiliki kebiasaan berolahraga.

Pola Makan

Keluarga ini mempunyai kebiasaan memasak sendiri dan


makan 2-3 kali dalam sehari, biasanya terdapat menu nasi,
ikan, sayur, tahu atau tempe, jarang mengkonsumsi daging
dan buah-buahan.

Pola Pencarian
Pengobatan

Jika sakit berobat ke puskesmas terdekat.

Menabung

Keluarga tidak mempunyai kebiasaan menabung karena


keterbatasan biaya yang diperoleh dari pekerjaannya.

Aktivitas Sehari hari

Tn. Burhanudin bekerja sebagai buruh serabutan, Ny.


Amsiah tidak bekerja.

Kriteria

No

Tabel 1.29 Faktor Eksternal Keluarga Tn.Burhanudin


Permasalahan

Luas rumah Tn. Burhanudin sekitar 70 m2. Terdiri dari 1


ruang tamu, 2 kamar tidur , 1 ruang keluarga, 1 kamar
mandi, 1 dapur.
Terdapat 2 ventilasi disamping rumah bagian atas, dan 2
jendela didepan rumah berukuran 1 x 0,5 meter dan 1 x 1
meter

Luas Bangunan

Ventilasi

MCK

Terdapat jamban di dalam kamar mandi, dan tempat khusus


mencuci baju dan piring.

Sumber Air

Terdapat sumur buatan di dalam rumah. Kegiatan mencuci


pakaian, piring, dan mandi menggunakan air PAM untuk
masak sehari-hari. Minum menggunakan air isi ulang.

Tempat
Sampah

Lingkungan
Rumah

Pembuangan

Langsung dibuang ke laut.

Sekitar Daerah lingkungan padat, jarak antara rumah 1 dengan yang


lain kira-kira < 1 meter.

46

1.3 Penentuan Area Masalah


Berdasarkan wawancara dan observasi pada tujuh keluarga binaan di RT/RW 005/001
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, didapatkan berbagai
macam permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu:
A. Masalah Non Medis
1. Kurangnya pengetahuan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga pada
keluarga binaan.
2. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya sirkulasi udara dan pencahayaan yang
cukup untuk rumah sehat pada keluarga binaan.
3. Kurangnya kesadaran keluarga binaan untuk mencuci tangan dengan sabun
setelah BAB maupun sebelum makan.
4. Ketidaktersediaan air bersih pada rumah keluarga binaan.
5. Kurangnya kesadaran akan bahaya merokok baik untuk dirinya maupun orang
lain.
6. Tidak tersedianya jamban dirumah.
7. Penggunaan obat warung saat sakit.
8. Kurangnya pengetahuan tentang imunisasi pada keluarga binaan.
9. Kurangnya aktivitas berolahraga pada keluarga binaan.
10. Kurangnya mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.

B. Masalah Medis
1. ISPA
2. Diare
3. Gatal gatal
4. Diabetes Mellitus
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut, diputuskan untuk
mengangkat permasalahan Kurangnya Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
pada Keluarga Binaan RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Tegal Angus,
Kabupaten Tangerang. Dalam pengambilan sebuah masalah kelompok kami menggunakan
Metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu
kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan diputuskan.
Proses penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari
penyelesaiannya.
47

Gambar 1.11 Metode Delphi

Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui berbagai
pertimbangan yaitu :
1. Dari hasil wawancara dengan keluarga binaan terdapat kesamaan permasalahan yang
ada berupa kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan sampah rumah tangga,
sehingga dapat timbulnya perilaku membakar sampah serta pembuangan sampah di
laut.
2. Dari hasil wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa pada keluarga binaan belum
pernah mendapatkan penyuluhan mengenai pengelolaan tentang sampah rumah
tangga.
3. Pada pengamatan kami di lingkungan keluarga binaan terdapat sampah berserakan
serta kurang tersedianya tempat sampah yang mengindikasikan bahwa kurangnya
kepedulian tentang pengelolaan sampah rumah tangga.
4. Dari data-data Angka kejadian 10 penyakit terbanyak Puskesmas Tegal Angus,
didapatkan angka kejadian ISPA menempati urutan pertama dalam 10 penyakit
terbanyak di Puskesmas Tegal Angus yang salah satunya dapat diakibatkan dari
kebiasaan membakar sampah.

48

Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, memutuskan untuk mengangkat
permasalahan Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga
Binaan di RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten.

49

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


2.1.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya
suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di
lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada.
Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu
kedokteran komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas
perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang
sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu
kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan,
promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).

2.1.2 Teori Pengetahuan


2.1.2.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil Tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu subyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan raba.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat berperan untuk terbentuknya suatu
tindakan seseorang.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu
berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena
kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi.
Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari
berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik,
buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan
tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut.
2.1.2.2 Cara Mendapatkan Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
50

a. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan. Cara-cara penemuan pengetahuan


pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :
1) Cara Coba Salah (Trial Dan Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil,
dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang
lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas
pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang
digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula
menggunakan cara tersebut.
4) Melalui Jalan Pikiran
Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan
jalan fikiran.
b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan. Cara baru atau modern dalam
memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini
disebut metode penelitian ilmiah.

2.1.2.3 Tingkat Pengetahuan


Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall). Menurut
Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, Tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain:
menyabutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

51

2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar mengenai
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan meteri tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh
menyimpulkan, merencanakan, dan sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks dan
situasi yang lain. Dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam
komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitanya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata - kata kerja. Dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkatan Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Sukmadinata, bahwa pengetahuan
yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a. Faktor internal
Faktor internal meliputi jasmani dan rohani. Faktor jasmani adalah tubuh orang itu sendiri,
sedangkan faktor rohani adalah psikis, intelektual, psikomotor, serta kondisi afektif dan
kognitifnya.
52

b. Faktor eksternal

Tingkat pendidikan

Pendidikan berpengaruh dalam memberi respon yang datang dari luar. Orang
berpendidikan tinggi akan memberi respon lebih rasional terhadap informasi yang datang.
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan diklasifikasikan menjadi :
1. Pendidikan tinggi: akademi/ PT
2. Pendidikan menengah: SLTP/SLTA
3. Pendidikan dasar : SD
Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi baik dari orang lain maupun dari media massa, sebaliknya tingkat pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan. Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang
dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna
pesan,dan informasi yang disampaikan.
Menurut Wiet Hary dan Notoatmodjo menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuannya.

Papan media massa

Media massa, baik cetak maupun elektronik merupakan sumber informasi yang dapat
diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering mendengar atau melihat
media massa (tv, radio, dan majalah) akan memperoleh informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mendapat informasi dari media massa.

Ekonomi

Keluarga dengan status ekonomi tinggi lebih mudah mencukupi kebutuhan primer
maupun kebutuhan sekunder dibandingkan dengan keluarga status ekonomi rendah. Hal ini
akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.

Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu
dengan yang lain. Individu yang berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar
informasi. Faktor hubungan social juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai
komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi.

53

Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal diperoleh dari lingkungan kehidupan
dalam proses perkembangannya. Orang yang berpengalaman mudah menerima informasi dari
lingkungan sekitar sehingga lebih baik dalam mengambil keputusan. Pengetahuan yang
dipengaruhi oleh faktor tersebut di atas merupakan hal yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengaruh dari intelektual, afektif, kognitif dan pengalaman
manusia sebagai subjek akan mempengaruhi pengetahuannya terhadap suatu objek yang
terjadi melalui pengindraan.

2.1.2.5 Sumber Pengetahuan


Menurut Istiarti, pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam sumber,
misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster,
kerabat dekat, dan sebagainya. Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal ahli agama, pemegang pemerintahan, dan
sebagainya.

2.1.2.6 Pengukuran Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner)
yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui
status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. (Notoatmodjo,
2005).

2.1.3 Teori Pengelolaan Sampah


2.1.3.1 Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih
mungkin digunakan kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap
merupakan bahan/ material yang tidak dapat digunakan kembali.
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau
hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang,
sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat
54

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak
dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena
human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak
termasuk didalamnya).

2.1.3.2 Jenis dan Karakteristik Sampah


2.1.3.2.1 Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam
bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1.

Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya


a. Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik
b. Sampah organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya

2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar


a. Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu
b. Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas
3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
a. Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging
b. Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca.

2.1.3.2.2 Karakteristik Sampah


1.

Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayuran dari
hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk,
lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.

2.

Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar yang
berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi yang tidak
termasuk garbage.

3.

Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik di rumah,
di kantor, industri.

4.

Street Sweeping (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik
dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas,
daun-daunan.

5.

Dead Animal (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena alam,
penyakit atau kecelakaan.
55

6.

Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang berasal
dari perumahan.

7.

Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai-bangkai mobil, truk, kereta


api.

8.

Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri, pengolahan
hasil bumi.

9.

Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.

10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan
pembaharuan gedung-gedung.
11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan
pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.
12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya kalengkaleng cat, zat radiokatif.

2.1.3.3 Sumber-Sumber Sampah


Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut :
1.

Pemukiman Penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang

tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota. Jenis sampah
yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau
sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), perabotan rumah tangga, abu atau sisa
tumbuhan kebun.
2.

Tempat Umum Dan Tempat Perdagangan


Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan

melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari
tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa
bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
3.

Sarana Layanan Masyarakat Milik Pemerintah


Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain: tempat hiburan, jalan

umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas),
kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain.
Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.

56

4.

Industri berat dan ringan


Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri

kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri
lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang
dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan,
sampah khusus dan sampah berbahaya.
5.

Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang

ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk,
sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

2.1.3.4 Pengelolaan Sampah Padat


Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya:
1.

Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber


Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya)

ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah
basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk
memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah)
yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut berikut ini :
a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.
b. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo
(rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah
rumah tangga. Pengelolaanya dapat diserahkan pada pihak pemerintah. Untuk membangun
suatu dipo, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya :
- Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan
pengangkut sampah.
- Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah.
- Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk mencegah lalat dan binatang
lain masuk ke dalam dipo.
- Ada kran air untuk membersihkan
- Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat atau tikus.
- Mudah dijangkau masyarakat
57

Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode :


a.

Sistem duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah

b.

Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan tidak mudah terbakar.

2. Tahap pengangkutan
Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan
mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota.
3. Tahap pemusnahan
Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan,
antara lain :
a. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini,
pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan cara menimbun
sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak
berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang
pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyatatan yaitu tersedia tempat yang
luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, tersedia alat-alat besar. Semua jenis sampah
diangkut dan dibuang ke suatu tempat yang jauh dari lokasi pemukiman. Ada 3 metode yang
dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary landfill ini, yaitu:
1) Metode galian parit (trench method)
Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian digunakan
untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah penutup dipadatkan dan
diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh, dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.
2) Metode area
Sampah yang dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, atau pada lereng
bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari tempat tersebut.
3) Metode ramp
Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas. Prinsipnya adalah
bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan tebal lapisan sekitar 15 cm di
atas tumpukan sampah. Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga, tempat
rekreasi, tempat parkir, dan sebagainya.

58

b. Incenaration
Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara
membakar sampah secara besar-besaran dengn menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem
ini, antara lain :
-

Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.

Tidak memerlukan ruang yang luas.

Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.

Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan.

Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini : biaya besar, lokalisasi
pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk. Peralatan yang digunakan
dalam insenarasi, antara lain :
1) Charging apparatus
Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari kendaraan
pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk.
2) Furnac
Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan jeruji besi yang
berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan
sampah yang belum terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh.
3) Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih panas dan
berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama.
4) Chimmey atau stalk
Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan
mengalirkan udara ke dalam
5) Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang terbentuk,
yang kemudian diambil dan dibuang (Chandra, 2007).
c. Composting
Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman
pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk
hijau. Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos:
1. Pemisahan benda-benda yang tidak dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi
dan sebagainya.
59

2. Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (minimal berukuran


5 cm)
3. Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling
baik (C:N = 1:30)
4. Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan
terbuka agar terjadi proses aerobik.
5. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk
dengan baik.
d. Hog Feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misalnya: babi). Perlu diingat bahwa
sampah basah harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan
penyakit cacing dan trichinosis.
e. Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air limbah. Metode
ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang baik.
f. Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang atau tempat sampah.
g. Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan
pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
h. Individual Incenaration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk terutama di daerah
pedesaaan.
i. Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai atau di daur ulang.
Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang, antara lain plastik, kaleng, gelas, besi, dan
sebagainya.
j. Reduction
Metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage)
sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian di olah untuk menghasilkan lemak.
k. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dipakai kembali misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah bahwa
metode ini dapat menularkan penyakit.

60

2.1.3.5 Hubungan Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan


Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat maupun
lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga yang
negatif.
2.1.3.5.1 Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap masyarakat
maupun lingkungannya, seperti berikut :
- Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran
rendah.
- Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
- Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan
yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut
terhadap ternak.
- Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak
serangga dan binatang pengerat.
- Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan sampah.
- Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup masyarakat.
- Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat.
- Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan suatu
negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain.

2.1.3.5.2 Pengaruh Negatif


Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan,
lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut.
- Pengaruh terhadap kesehatan
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat
perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga, jamur.
2. Penyakit demam berdarah meningkatkan insidensinya disebabkan vektor Aedes
Aegypty yang hidup berkembang biak di lingkungan, pengelolaan sampahnya
kurang baik (banyak kaleng, ban bekas dan plastik dengan genangan air).
3. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang menyengat
yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan Metylmercaptan.
4. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya lalat
yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah.
61

5. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan


berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang
baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun melalui udara.
6. Penyakit kecacingan
7. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka
akibat benda tajam seperti kaca, besi, dan sebagainya
8. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain.
- Pengaruh terhadap lingkungan
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan menjadi
tidak indah dipandang mata misalnya banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga
mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat.
2. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran
air akan terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal.
3. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas
tertentu yang menimbulkan bau busuk.
4. Adanya asam organic dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir maka akan
cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan masyarakat antara lain jalan,
jembatan, saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain.
5. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran
lebih luas.
6. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat menyebabkan banjir
dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.
7. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti jalan,
jembatan, dan saluran air.
- Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat
1. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya
masyarakat setempat.
2. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan
hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.
3. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan pihak
pengelola
4. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga produktifitas
masyarakat menurun.

62

5. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga
dana untuk sektor lain berkurang.
6. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan yang
diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat.
7. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan tidak
memiliki nilai ekonomis.
8. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang
dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.

2.1.3.6 Petugas Pengelola Sampah


Petugas pengelola sampah adalah orang yang melakukan pekerjaan pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah.
Material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk
mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan
sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk
masing masing jenis zat .

2.1.3.7 Pembiayaan Dan Kompensasi Menurut Undang-Undang 18 Tahun 2008


Tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 24
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan
pengelolaan sampah.
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan
daerah.

Pasal 25
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri ataubersama-sama
dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif
yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan
akhir sampah.
63

(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:


a. relokasi;
b. pemulihan lingkungan;
c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau
d. kompensasi dalam bentuk lain.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dampak negatif dan kompensasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi oleh pemerintah
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah dan/atau peraturan daerah.

2.1.3.8 Penyelenggaraan Dan Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang 18


Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 19
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri atas:
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah.

Pasal 20
(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi
kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah; dan/atau
c. pemanfaatan kembali sampah.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu;
b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

64

(3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit
mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.
(4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur
ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat(4) diatur dengan peraturan
pemerintah.

Pasal 21
(1) Pemerintah memberikan:
a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah; dan
b. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan
sampah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, dan tata cara pemberian
insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan pemerintah.

Pasal 22
(1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b
meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah; dan/atau

65

e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau


residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah atau
dengan peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 23
(1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

2.1.3.9 Kerjasama dan Kemitraan Dalam Melakukan Pengelolaan Sampah Menurut


Undang-Undang 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 26
(1) Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah dalam
melakukan pengelolaan sampah.
(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam
bentuk kerja sama dan/atau pembuatanusaha bersama pengelolaan sampah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman kerja sama dan bentuk usaha
bersama antardaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

Pasal 27
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
dapat

bermitra

dengan

badan

usaha

pengelolaan

sampah

dalam

penyelenggaraan pengelolaan sampah.


(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk
perjanjian antara pemerintah daerah kabupaten/kota dan badan usaha yang
bersangkutan.
(3) Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

66

2.1.3.10 Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang 18


Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 28
(1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan
oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
(2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui:
a. pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah;
b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau
c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketapersampahan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan
pemerintah dan/atau peraturan daerah.

2.1.3.11 Larangan-Larangan Mengenai Sampah menurut Undang-Undang 18 Tahun


2008 tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 29
(1) Setiap orang dilarang:
a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. mengimpor sampah;
c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;
d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan;
f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir; dan/atau
g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis
pengelolaan sampah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, huruf c, dan huruf d diatur dengan peraturan pemerintah.

67

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e, huruf f, dan huruf g diatur dengan peraturan daerah
kabupaten/kota.
(4) Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
menetapkan sanksi pidana kurungan atau denda terhadap pelanggaran
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g.

2.1.3.12 Pengawasan Terhadap Kebijakan Pengelolaan Sampah menurut UndangUndang 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Pasal 30
(1) Pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan sampah oleh pemerintah daerah
dilakukan oleh Pemerintah
(2) Pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah pada tingkat kabupaten/kota
dilakukan oleh gubernur.

Pasal 31
(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh
pengelola sampah dilakukan oleh pemerintah daerah, baik secara sendirisendiri maupun secara bersamasama.
(2) Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didasarkan pada norma, standar, prosedur, dan kriteria
pengawasan yang diatur oleh Pemerintah.
(3) Ketentuan

lebih

lanjut

mengenai

pengawasan

pengelolaan

sampah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah.

2.1.3.13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah
Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola
konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah
yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau
sulit diurai oleh proses alam. Selama ini sebagian besar masyarakat masih
memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai
sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah
68

masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan,


diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan
sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah
berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah
kaca dan 31 memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan
sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan
diperlukan penanganan dengan biaya yang besar. Paradigma pengelolaan sampah
yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti
dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang
sampahsebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku
industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif
dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi
sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga
menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan
pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan
pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan
penanganan

sampah

meliputi

pemilahan,

pengumpulan,

pengangkutan,

pengolahan, dan pemrosesan akhir. Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang
untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat UndangUndang Dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib
memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal itu membawa
konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan
bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara operasional
pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi
persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan
dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah. Dalam rangka
menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif,
pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah
dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan
payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan
sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas
69

berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Berdasarkan pemikiran
sebagaimana diuraikan di atas, pembentukan Undang-Undang ini diperlukan
dalam rangka:
a. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayananpengelolaan
sampah yang baik dan berwawasan lingkungan;
b. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan pemerintahan
daerah dalam pengelolaan sampah; dan
e. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undangundangini dan
pengertian limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2.2 Kerangka Teori


Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori Notoatmodjo (2003),
yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengetahuan, yaitu:

Bagan 2.1 Kerangka Teori (Teori Pengetahuan, Notoatmojo 2003)

Tingkat
Pendidikan
Paparan Media
Massa
Tingkat
Ekonomi

Pengetahuan

Hubungan
Sosial
Pengalaman

70

2.3 Kerangka Konsep


Berdasarkan pembuatan kerangka teori sebelumnya maka dapat dibuat suatu kerangka
konsep yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan RT
005/RW 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi
Banten.
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
Tingkat Pendidikan
Responden

Paparan Media Seputar


Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga

Tingkat Ekonomi yang


Mendukung Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga

Hubungan Sosial yang


Mendukung Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga

Pengetahuan Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga
keluarga binaan RT
005/RW 001 Desa
Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang,
Propinsi Banten

Pengalaman Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga

2.4 Definisi Operasional


Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau
diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional ialah
suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati
dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Pada definisi operasional
terdapat beberapa komponen, meliputi : definisi, hasil ukur, skala data, cara ukur.

71

Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional Diagnosis Dan Intervensi Komunitas Area Masalah
Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Daerah Keluarga Binaan RT 005/RW 001
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten
No VARIABEL
DEFINISI
ALAT
CARA
HASIL
SKALA

1.

Pengetahuan
Pengelolaan
Sampah
Yang
Baik

2.

Pendidikan

3.

Penghasilan

OPERASIONAL

UKUR

UKUR

Pemahaman
responden
tentang pengertian sampah;
suatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi
yang berasal sari kegiatan
manusia. Tempat pembuangan
sampah
yang
baik;
mempunyai tutup, dan ada
tempat
khusus
untuk
membuang sampah bahan
berbahaya dan beracun. Dapat
mengenali sampah organik
adalah sampah yang dapat
membusuk beserta contohnya
dan anorganik sampah yang
tidak dapat membusuk beserta
contohnya, cara mengelola
sampah yang baik yaitu
dengan memilahnya, dan
memanfaatkan sampah yang
masih dapat digunakan serta
Penyakit
yang
dapat
ditimbulkan
akibat
pengelolaan sampah yang
tidak baik yakni, demam
berdarah, ISPA, penyakit
saluran pencernaan (diare,
kolera,
tifoid),
cacingan,
penyakit kulit.
Jenjang pendidikan formal
terakhir yang ditamatkan oleh
keluarga binaan.

Kuesioner

Kuesioner

Wawancara

Tinggi
Sedang
Rendah

Ordinal

Penghasilan atau pendapatan


yang diterima oleh kelurga
binaan selama sebulan sesuai
dengan UMR Kota Tangerang
tahun 2014

Kuesioner

Wawancara

>Rp.2.240.000,
-

Ordinal

Wawancara

Baik

Ordinal

Buruk

<Rp.2.240.000,
-

72

4.

5.

6.

Hubungan
Sosial

Paparan
Media Massa

Pengalaman

Hubungan sosial yang saling


mempengaruhi
keluarga
binaan dengan keluarga lain
di
lingkungan
sekitar
menyangkut
dalam
hal
pengetahuan tetangga sekitar
tentang pengelolaan sampah
rumah tangga.

Kuesioner

Sumber
informasi
yang
didapatkan tentang informasi
mengenai
pengelolaan
sampah rumah tangga yang
baik. Paparan media massa
dapat melalui poster yang
tersedia di puskesmas, leaflet
yang dibagikan kepada warga,
televisi ataupun radio.
Pengalaman keluarga binaan
dalam pengelolaan sampah
rumah tangga. Kebiasaan
membuang sampah rumah
tangga di lapangan atau
halaman rumah. Kebiasaan
sejak lama masyarakat sekitar
dalam menggunakan lapangan
atau halaman rumah sebagai
tempat membuang sampah
rumah tangga, serta anggapan
bahwa membuang sampah
rumah tangga di laut dan
membakarnya
merupakan
tindakan
yang
dapat
dibenarkan.

Kuesioner

Wawancara

Iya

Ordinal

Tidak

Wawancara

Baik

Ordinal

Buruk

Kuesioner

Wawancara

Baik

Ordinal

Buruk

73

BAB III
METODE
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkahlangkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional.

3.1 Populasi Pengumpulan Data


Dalam setiap kegiatan, baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu
dilakukan pembatasan populasi dan pengambilan sampel. Populasi merupakan keseluruhan
unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Dalam hal ini yang menjadi
populasi adalah keluarga di RT/ RW 005/ 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
3.2 Sampel Pengumpulan Data
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan
keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri- ciri dan keberadaan
populasi yang sebenarnya. Suatu sampel yang baik akan dapat memberikan gambaran yang
sebenarnya tentang populasi.
Pengambilan sampel adalah suatu proses yang dilakukan untuk memilih dan mengambil
sampel secara benar dari suatu populasi, sehingga dapat digunakan sebagi wakil yang dapat
mewakili populasi tersebut. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah tujuh keluarga binaan
di RT/ RW 005/ 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten.
3.3 Responden Pengumpulan Data
Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga binaan yang
kooperatif, usia diatas 17 tahun, bisa membaca dan menulis, sehat jasmani dan rohani yaitu
sebanyak 20 orang.
3.4 Jenis Dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka. Data
kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data, misalnya wawancara,
74

analisis, observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data
kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
Data Kualitatif Yang Didapatkan
-

Aspek pengetahuan responden kurang mengenai pengelolaan sampah rumah tangga pada
7 keluarga binaan masih kurang baik.
1. Pada 7 keluarga binaan, tidak memiliki tempat sampah yang baik dan benar.
2. Kurangnya kesadaran pada keluarga binaan akan pentingnya pengelolaan sampah
rumah tangga yang baik, dalam hal ini dapat diakibatkan karena pengetahuan mereka
yang rendah tentang pengelolaan sampah rumah tangga.
3. Kurangnya peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan terhadap
pengelolaan sampah rumah tangga.
4. Kurangnya peran aktif tokoh masyarakat dalam hal memberikan fasilitas tentang
pengelolaan sampah rumah tangga yang baik pada 7 keluarga binaan.

Aspek perilaku pembuangan sampah rumah tangga pada 7 keluarga binaan adalah tidak
baik karena pada 20 responden memperlihatkan pembuangan sampah rumah tangga yang
sembarangan (dengan cara dibakar dan dibuang ke laut).

2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan
matematika atau statistika. Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data
kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu:
-

Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh dengan cara
membilang. Contoh data diskrit misalnya : jumlah perempuan dan laki-laki, jumlah orang
yang menyelesaikan pendidikan terakhir. Karena diperoleh dengan cara membilang, data
diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).

Data kontinyu adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengukuran. Data kontinyu dapat berbentuk bilangan pecahan, contohnya adalah
umur.

Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan data harus dilengkapi
dengan:
-

Nama pengumpul data.

Nama peserta yang datanya diambil.

Tanggal dan waktu pengumpulan data.


75

Lokasi pengumpulan data.

Keterangan-keterangan tambahan data.

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan
penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan sebagainya.
Berdasarkan uraianuraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan data berupa
wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan
kuesioner bersifat objektif dan jujur karena berasal dari sumber data (responden) secara
langsung, diharapkan dapat lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari
responden secara langsung sehingga secara tercipta hubungan yang baik antara pewawancara
dan responden, selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas,
serta cukup efisien dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan data.
Sumber data yaitu tujuh keluarga binaan di RT 005/RW 001, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
Data Kuantitatif Yang Didapat
1. Aspek pendapatan keluarga binaan pada 20 responden berpenghasilan dibawah dari Upah
Minimum Regional kota Tangerang (< Rp. 2.440.000,00).
2. Pada tingkat pendidikan dari dua puluh responden terdapat 70% responden yang memiliki
tingkat pendidikan rendah (< 9 tahun) tidak sesuai dengan peraturan sekolah wajib 9
tahun.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data merupakan sumber subjek dari tempat mana data bisa diperoleh. Sumber
data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu 7 keluarga binaan di RT 005/
RW 001, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.
a. Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner semua anggota warga binaan di Desa
Tanjung Pasir, Teluk Naga melalui wawancara terpimpin dan observasi.
b. Data sekunder
Data yang didapat bersumber dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus, berupa
data ketersediaan tempat pembuangan sampah pada tahun 2014.

76

c. Data tersier
Data yang didapat dari buku dan internet mengenai teori permasalahan pengelolaan sampah
tumah tangga.

3.5

Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
mudah. Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan sarana
yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list, kuisioner, perangkat tes,
pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan sebagainya.
Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, dengan kuesioner sebagai instrumen
untuk mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga observasi langsung ke lapangan untuk
memperoleh data yang lebih lengkap.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi
sampel adalah 7 keluarga binaan di RT 005/RW 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-langkah diagnosis
komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan beberapa metode
dalam proses pengumpulan data. Metode yang dipakai dalam mengumpulkan data pada
penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat
untuk mengumpulkan data-data.
Pengumpulan data dilakukan di RT 005/RW 001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan selama 6 hari, mulai dari
tanggal 29 April 2014 - 04 Mei 2014.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan
berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya.
Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup
variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya. Keuntungan dari wawancara terpimpin
ini antara lain:
-

Pengumpulan dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti.

Hasilnya dapat disajikan kualitatif maupun kuantitatif.


77

Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaanpertanyaan yang uniform.

Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain : pelaksanaan wawancara kaku,
interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun. Disamping itu
interviewer menjadi terlalu formal, sehingga hubungannya dengan responden kurang
fleksibel.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
-

Bersedia untuk menjadi informan

Merupakan anggota keluarga binaan

Usia diatas 17 tahun

Sehat jasmani dan rohani

Bisa membaca dan menulis

b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
2. Berusia diatas 65 tahun
3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
4. Memiliki gangguan mental
5. Tidak bisa membaca dan menulis

78

Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:


Tabel 3.1. Pengumpulan Data
Kegiatan

No.

Tanggal

1.

Selasa, 29/4/2014

Perkenalan
binaan.

2.

Rabu, 30/4/2014

Sambung rasa dengan masingmasing anggota keluarga binaan.

3.

Kamis, 01/4/2014

Pengumpulan data dari Puskesmas.

4.

Jumat, 02/5/2014

Pengumpulan data dasar dari


masing-masing keluarga binaan
dilanjutkan dengan penentuan area
masalah.

5.

Sabtu, 03/5/2014

Dokumentasi
rumah
keluarga
binaan, lingkungan sekitar, dan
pengelolaan sampah rumah tangga
masing-masing keluarga binaan.

6.

Minggu, 04/5/2014

Penentuan
dan
pembuatan
instrumen pengumpul data.

dengan

keluarga

3.6 Pengolahan Dan Analisa Data


Untuk pengolahan data tentang Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Keluarga Binaan RT/RW 005/001 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data
menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah
didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan
tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas
ini, variabel yang diukur adalah :
-

Pengetahuan pengelolaan sampah rumah tangga

Tingkat pendidikan

Pendapatan

Paparan media massa

Hubungan sosial

Pengalaman
79

BAB IV
HASIL

4.1 Karakteristik Keluarga Binaan


Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram dan tabel yang diambil dari data
karakteristik responden yang terdiri dari tujuh keluarga binaan di RT 05/RW 01, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, yaitu:
keluarga Tn. Sirat (4 anggota keluarga), Tn. Arsum (3 anggota keluarga), Tn. Safrudin (6
anggota keluarga), Tn. Sholeh (4 anggota keluarga), Ny. Sumini (5 anggota keluarga), Tn.
Leman (4 anggota keluarga), dan Tn. Burhanudin (5 anggota keluarga). Total jumlah anggota
pada keluarga binaan berjumlah 31 orang.
Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 005/RW 001
Desa Tanjung Pasir, April 2014

Umur
6%
16%

34%

< 20 tahun
20-40 tahun
41-60 tahun
> 60 tahun

44%

Berdasarkan diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan didapatkan jumlah
anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia 21 - 40 tahun (44%).
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Pada Keluarga Binaan
RT 005/RW 001, Desa Tanjung Pasir, April 2014
No.
1
2
3
4
5

Tingkat Pendidikan
SD
Tidak sekolah
SMP
SMA
Sarjana

Jumlah
12
0
5
3
0

Persentase
60%
0%
25 %
15%
0%

Berdasarkan dari tabel 4.1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga binaan adalah SD
(60%).

80

4.2

Analisis Univariat

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel dalam
kuisioner yang dijawab 20 responden pada bulan Mei 2014.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Informasi Keluarga Binaan Terhadap Pengetahuan
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengetahuan

Jumlah Responden

Baik

35%

Buruk

13

65%

Total

20

100 %

Dari Tabel 4.2 didapatkan bahwa sebagian besar responden (65%) memiliki pengetahuan yang buruk.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Keluarga Binaan


Terhadap Pengetahuan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Tingkat Pendidikan

Jumlah Responden

Tinggi

0%

Sedang

15%

Rendah

17

85%

Total

20

100%

Dari Tabel 4.3 didapatkan bahwa sebagian besar responden (85%) memiliki tingkat pendidikan
rendah.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Ekonomi Terhadap Pengetahuan


Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pendapatan

Jumlah Responden

Tinggi

45%

Rendah

11

55%

Total

20

100%

Dari Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebagian besar responden (55%) memiliki tingkat ekonomi rendah
berdasarkan UMR Tangerang 2014

81

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Paparan Media Massa


Terhadap Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Paparan social

Jumlah Responden

Baik

25%

Buruk

15

75%

Total

20

100%

Dari Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden (75%) memiliki paparan media massa
yang buruk

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengalaman


Terhadap Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengalaman

Jumlah Responden

Baik

20%

Buruk

16

80%

Total

20

100%

Dari Tabel 4.6 didapatkan bahwa sebagian besar responden (80%) memiliki pengalaman yang buruk
terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hubungan Sosial


Terhadap Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Hubungan Sosial

Jumlah Responden

Ya

20%

Tidak

80%

Total

100%

Dari Tabel 4.7 didapatkan bahwa sebagian besar responden (80%) memiliki hubungan sosial yang
buruk mengenai pengelolaan sampah rumah tangga.

4.3 Rencana Intervensi


Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana intervensi
pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu
untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar - akar penyebab masalah sehingga
dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah
tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut :

82

PENDIDIKAN

PENDAPATAN
Tidak sanggup untuk
membayar iuran

Kurangnya kepedulian
terhadap pendidikan

Untuk memenuhi
Kebutuhan sehari hari tidak terpenuhi

Latar belakang pendidikan orang


tua responden juga rendah
Keluarga tidak memiliki
pengetahuan akan pentingnya
pendidikan

Kebiasaan membuang sampah di laut


atau membakar sampah di halaman
rumah
Tidak adanya tempat pembuangan
sampah akhir

Kurangnya kepedulian tokoh


masyarakat mengenai masalah
pengelolaan sampah

PENGALAMAN

Pendapatan bulanan yang masih di


bawah UMR

Tidak adanya sosialisasi tentang


pengelolaan sampah
Tidak ada penyuluhan dari petugas
kesehatan
Masyarakat setempat acuh
terhadap sosialisasi yang
dilakukan oleh petugas
kesehatan
Kurangnya kesadaran akan
pentingnya pengelolaan
sampah rumah tangga

Melihat tetangga membakar


dan membuang sampah di laut

PENGETAHUAN
TENTANG
PENGELOLAAN
SAMPAH
RUMAH
TANGGA

Interaksi dengan masyarakat


sekitar dengan tetangga
seikitar rumah
Karena sering
bersosialisasi dengan
tetangga yang tidak
mengerti mengelola
sampah

HUBUNGAN SOSIAL

PAPARAN MEDIA MASSA

83

Gambar 12. Kerangka Fishbone Pengetahuan Pengelolaan Sampah


Rumah Tangga

Berdasarkan hasil analisis fishbone, dilakukan rencana intervensi pada masing-masing


akar penyebab permasalahan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan intervensi yang paling
sesuai dan dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh keluarga binaan
di RT 005 / RW 001, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan kepada individu,
masyarakat dan komunitas. Dalam hal ini menunjukkan kondisi saat seseorang dapat
berperan sebagaimana seharusnya. Tujuan intervensi adalah membawa perubahan ke arah
yang lebih baik sehingga tindakan sesuai dengan peran yang dimilikinya.
Merujuk dari beberapa akar penyebab masalah yang telah diuraikan didapatkan pada
perencanaan intervensi pemecahan masalah, dipilih beberapa akar penyebab masalah yang
diprioritaskan untuk dilakukan pemecahan masalah terhadap pengetahuan tentang
pengelolaan sampah rumah keluarga binaan. Dalam hal ini pada 7 keluarga binaan.
Pertimbangannya adalah intervensi yang berupa tindakan nyata yang mampu dilakukan untuk
memecahkan akar penyebab permasalahan.
Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Keluarga tidak memiliki pengetahuan akan pentingnya pendidikan
2. Pendapatan bulanan yang masih di bawah UMR
3. Kurangnya kepedulian tokoh masyarakat mengenai masalah pengelolaan sampah
4. Karena sering bersosialisasi dengan tetangga yang tidak mengerti mengelola
sampah
5. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga
Tabel 4.8 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi
No.

1.

Akar Penyebab

Alternatif

Masalah

Pemecahan Masalah

Keluarga tidak
memiliki
pengetahuan akan
pentingnya
pendidikan.

Memberikan informasi
kepada keluarga binaan
tentang pentingnya
pendidikan.

Rencana Intervensi

Intervensi Yang
Dilakukan

Memotivasi
keluarga
Jangka pendek
binaan untuk mengikuti penyuluhan tentang
program wajib belajar pentingnya pendidikan
12 tahun.
serta manfaatnya bagi
kehidupan sehari-hari.
Jangka menengah
memberikan informasi
mengenai
beasiswa
pendidikan
berupa
BOS.
Jangka panjang
memberikan informasi
mengenai pendidikan
84

2.

Pendapatan
Meminta
pemerintah
bulanan masih di untuk
memberikan
bawah UMR
lapangan
pekerjaan
pada daerah warga
setempat.

Memberikan
keterampilan mengelola
sampah rumah tangga
untuk dijadikan sebagai
penghasilan tambahan.

Kurangnya
kepedulian tokoh
masyarakat
mengenai masalah
pengelolaan
sampah rumah
tangga.

Melakukan pendekatan
pada tokoh masyarakat
agar lebih memerhatikan
pengelolaan
sampah
rumah tangga.

Melakukan diskusi
antara warga dan tokoh
masyarakat sekitar agar
meningkatkan
kepedulian terhadap
pengelolaan sampah
rumah tangga.

tingkat lanjut serta


informasi universitas
yang
memberikan
beasiswa
sehingga
tingkat
pendidikan
masyarakat
sekitar
dapat meningkat
Jangka Pendek
tiap keluarga binaan
melakukan
pengumpulan sampahsampah yang masih
bisa dimanfaatkan dan
di jual kembali.
Jangka Menengah
penyuluhan mengenai
cara
membuat
kerajinan dari sampah
yang sudah tidak
terpakai dan masih
bisa dimanfaatkan.
Jangka panjang
tiap keluarga binaan
melakukan
pemberdayaan UKM
Jangka Pendek
melakukan
temu
wicara antara warga
dan tokoh masyarakat
untuk berdiskusi dan
mencari solusi terbaik
bersama.
Jangka Menengah
mengaktifkan kembali
sistem pengangkutan
sampah warga yang
sempat
tidak
terlaksana
sehingga
sampah
tidak
menumpuk
di
lingkungan
rumah
warga
Jangka Panjang
tokoh
masyarakat
mengkoordinasi
sampah-sampah warga
sekitar untuk dibuang

85

ke TPA

4.

Karena
sering
bersosialisasi
dengan tetangga
yang
tidak
mengerti
mengelola
sampah.

Menjelaskan informasi Memberikan


bagaimana
cara penyuluhan dengan alat
mengelola
sampah bantu sehingga warga
rumah tangga yang baik sekitar
mengerti
dan benar.
bagaimana mengelola
sampah rumah tangga
yang baik dan benar.

5.

Kurangnya
kesadaran akan
pentingnya
pengelolaan
sampah rumah
tangga

Memberikan
contoh
kerajinan tangan yang
terbuat dari sampah
yang bernilai jual tinggi
agar
masyarakat
termotivasi
untuk
membuat
hasil
kerajinan dari bahan
sampah bekas.

Memberikan
penyuluhan mengenai
pengelolaan
sampah
rumag tangga yang baik
dan benar, serta manfaat
dari pengelolaan sampah
tersebut
sehingga
masyarakat sadar akan
pentingnya mengelola
sampah.

Jangka pendek
penyuluhan
kepada
warga setempat cara
mengelola
sampah
yang baik dan benar
sehingga pengetahuan
mereka bertambah dan
diharapkan
akan
mempengaruhi
tetangga sekitarnya
Jangka menengah
tiap keluarga binaan
secara bersama-sama
melakukan
pengelolaan sampah
organik sebagai pupuk
kompos atau sampah
anorganik
sebagai
kerajinan tangan.
Jangka panjang
memasarkan
hasil
karya kerajinan tangan
tersebut ke berbagai
daerah dan jika bisa
sampai
ke
pasar
international.
Jangka Pendek
penyuluhan
cara
mengelola
sampah
yang baik dan benar
dengan memisahkan
sampah organik dan
non organik, serta
tindak lanjut mau
diapakan sampah itu
selanjutnya.
Jangka Menengah
mengadakan
lomba
mengelola
sampah
sehingga masyarakat
sekitar tertarik untuk
mengelola sampah dan
merasakan
manfaat
86

dari kegiatan tersebut


Jangka panjang
membentuk
kader
pengelola sampah dari
setiap warga binaan
agar
menyebarkan
ilmu
pengetahuan
tentang pengelolaan
sampah.

4.4

Intervensi Pemecahan Masalah Yang Terpilih

Intervensi yang tepilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :


-

Memberi

penyuluhan

tentang

pengelolaan

sampah

rumah

tangga

dengan

menggunakan poster, serta demontrasi pemilahan sampah rumah tangga secara


sederhana (organik dan anorganik).
-

Pemberian tempat sampah (organik dan anorganik) sehingga sampah dapat dibuang
ditempat yang semestinya.

Memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan pada keluarga binaan.

Memberi saran kepada keluarga binaan untuk memanfaatkan sampah untuk dijadikan
hasil kerajinan, serta pengumpulan sampah anorganik untuk bisa dijual kembali.

Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat dalam hal ini ketua RT untuk
mendukung program pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.

Terpilihnya intervensi tersebut diatas karena salah satu cara yang cukup efektif dan
efisien untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat keluarga binaan tentang
pengelolaan sampah rumah tangga dengan baik dan benar.

87

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan wawancara serta observasi pada kegiatan pengumpulan data dari kunjungan
ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di RT 005 / RW 001, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, maka dilakukanlah diskusi
kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu Pengetahuan
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga Binaan RT/RW 005/001 Desa
Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.

5.1.2 Akar Penyebab Masalah


Akar penyebab masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Keluarga tidak memiliki pengetahuan akan pentingnya pendidikan.
2. Pendapatan bulanan yang masih di bawah UMR.
3. Kurangnya kepedulian tokoh masyarakat mengenai masalah pengelolaan sampah.
4. Karena sering bersosialisasi dengan tetangga yang tidak mengerti mengelola sampah.
5. Kurangnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga.

5.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah


1. Memberikan informasi kepada keluarga binaan tentang pentingnya pendidikan.
2. Meminta pemerintah untuk memberikan lapangan pekerjaan pada daerah warga
setempat.
3. Melakukan diskusi antara warga dan tokoh masyarakat sekitar agar meningkatkan
kepedulian terhadap pengelolaan sampah rumah tangga.
4. Menjelaskan informasi bagaimana cara mengelola sampah rumah tangga yang baik
dan benar.

88

5.1.4 Intervensi yang Dilakukan


-

Memberi

penyuluhan

tentang

pengelolaan

sampah

rumah

tangga

dengan

menggunakan poster, serta demontrasi pemilahan sampah rumah tangga secara


sederhana (organik dan anorganik).
-

Pemberian tempat sampah (organik dan anorganik) sehingga sampah dapat dibuang
ditempat yang semestinya.

Memberikan sosialisasi tentang pentingnya pendidikan pada keluarga binaan.

Memberi saran kepada keluarga binaan untuk memanfaatkan sampah untuk dijadikan
hasil kerajinan, serta pengumpulan sampah anorganik untuk bisa dijual kembali.

Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat dalam hal ini ketua RT untuk
mendukung program pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.

5.2

Saran
5.2.1 Bagi Masyarakat
a. Hendaknya mengajak tokoh masyarakat agar lebih memperhatikan tentang
pengelolaan sampah rumah tangga sehingga tidak terjadi lagi pencemaran laut dan
lingkungan sekitar.
b. Diharapkan tokoh masyarakat menyediakan fasilitas TPA agar masyarakat dapat
membuang sampah secara baik dan benar.

5.2.2 Bagi Puskesmas Tegal Angus


a. Meningkatkan pembinaan kader agar lebih optimal dalam hal kegiatan penyuluhan
mengenai pengelolan sampah rumah tangga yang baik dan benar.
b. Memberikan penyuluhan rutin dan menjangkau masyarakat yang belum pernah
mendapat penyuluhan agar seluruh masyarakat dapat mengerti cara pengelolaan
sampah rumah tangga yang baik dan benar.

89

DAFTAR PUSTAKA

1. Pemerintah Kabupaten Tangerang Dinas Kesehatan. 2012. Profil Puskesmas Tegal


Angus Tahun 2012. Tangerang: Dinas Kesehatan Tangerang.
2. Kartikawatie T, Yusnita, dan Yanto D. 2012. Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang: Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus 2012. Tangerang:
Puskesmas Tegal Angus.
3. Puskesmas Tegal Angus. 2013. Laporan Tahunan PHBS. Tangerang : Puskesmas
Tegal Angus.
4. Puskesmas Tegal Angus. 2014. Laporan Rekapitulasi Triwulan 1 Sanitasi Dasar.
Tangerang : Puskesmas Tegal Angus.
5. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas YARSI. 2012. Modul
Kepaniteraan Kedokteran Komunitas & Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Ed. Juli 2012. Jakarta
: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas YARSI.
6. Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
7. Azwar, Azrul. 1999. Pengantar epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa aksara
8. Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan Cetakan Pertama.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
9. Slamet J.S. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
10. Notoatmodjo, S. 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
11. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
12. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Profil Bank Sampah Indonesia 2012.
Available at: http://www.menlh.go.id/DATA/Data-250-Bank-Sampah-di-50-Kota.pdf
13. UU RI No.18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
14. Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan
Bidang Persampahan. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
15. Kementerian Lingkungan Hidup. 2014. Available at: http://www.menlh.go.id/klhdan-pkk-kerjasama-pengelolaan-sampah-rumah-tangga/

90

LAMPIRAN 1
KUESIONER
Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Keluarga Binaan
RT/RW 05/01 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten
IDENTITAS RESPONDEN
Nama

Jenis Kelamin

Umur

Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan

Alamat

Jawablah pertanyaan berikut dengan cara melingkari jawaban yang saudara anggap
benar!
A. PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
1. Apakah pengertian sampah yang benar ?
a. Daun kering, ranting, cangkang telur,
b. Kaleng bekas, botol bekas, plastik bekas
c. Sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi yang berasal
dari kegiatan manusia
2. Tempat membuang sampah yang baik adalah sebagai berikut?
a. Tempat cukup sehingga tidak berserakan, mempunyai tutup, dan ada
tempat khusus untuk membuang sampah bahan berbahaya dan beracun
b. Tidak tahu
c. Semua salah
3. Apakah yang dimaksud dengan sampah organik?
a. Sampah yang tidak dapat membusuk
b. Sampah yang terbuat dari plastik, logam, keramik
c. Sampah yang dapat membusuk
4. Manakah dibawah ini yang merupakan contoh sampah organik?
91

a. Sampah yang terbuat dari benda padat


b. Kaleng bekas, botol minuman, logam, kaca, plastik
c. Kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan
5. Apakah yang dimaksud dengan sampah anorganik?
a. Kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan
b. Sampah yang dapat membusuk.
c. Sampah yang tidak dapat membusuk.
6. Manakah dibawah ini yang merupakan contoh sampah anorganik?
a. Otak, jantung, hati.
b. Kaleng bekas, botol minuman, logam, kaca, plastik
c. Kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan
7. Bagaimanakah cara mengelola sampah dengan baik?
a. Memisahkan antara sampah organik dan anorganik
b. Membuang sampah ke dalam satu tempat agar lebih efisien
c. Disatukan dan dibakar
8. Bagaimanakah cara memanfaatkan sampah organik?
a. Membuat pupuk kompos dari sampah tersebut
b. Membakar sampah-sampah tersebut
c. Membuangnya ke laut atau ke sungai.
9. Bagaimana cara memusnahkan sampah-sampah anorganik?
a. Membuangnya ke tempat sampah dan dibiarkan begitu saja
b. Tidak Tahu
c. Membakar sampah-sampah plastik yang sudah tidak bisa dipakai lagi dan
membuat kerajinan dari sampah anorganik tersebut
10. Manakah penyakit di bawah ini yang dapat ditimbulkan oleh pengelolaan sampah
yang tidak baik?
a. Diare, demam berdarah, cacar
b. Demam berdarah, cacar, tifus
c. Diare, demam berdarah, cacingan, tifus

B. PENGALAMAN
1. Selama ini, di manakah Anda membuang sampah ?
a. Di tempat sampah
b. Di belakang rumah
92

2. Apakah orang-orang di sekitar Anda pernah membakar sampah ?


a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda pernah mendengar tentang pengelolaan sampah rumah tangga yang
baik ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah masyarakat di sekitar rumah Anda sudah terbiasa membuang sampah di
laut atau saluran pembuangan air?
a. Ya
b. Tidak

C. EKONOMI
1. Apakah Anda mempunyai pekerjaan yang tetap ?
a. Ya
b. Tidak
2.

Berapakah pendapatan Anda per bulan ?


a. <Rp 2.400.000,00
b. >Rp 2.400.000,00

3. Apakah kebutuhan rumah tangga Anda tercukupi ?


a. Ya
b. Tidak
D. PAPARAN MEDIA MASSA
1. Apakah anda pernah melihat brosur atau poster mengenai pengelolaan sampah
rumah tangga di lingkungan rumah Anda ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah Anda pernah melihat dan mendengar sosialisasi pengelolaan sampah
rumah tangga melalui televisi?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda pernah mendapat penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang
pengelolaan sampah rumah tangga yang baik ?
a. Ya
93

b. Tidak
4. Bila Ya, apa saja yang sudah Anda lakukan setelah mendapatkan penyuluhan
tersebut?
.
5. Menurut Anda seberapa penting dilakukannya penyuluhan pengelolaan sampah
bagi masyarakat?
a. Penting
b. Tidak penting
c. Tidak tahu
E. TINGKAT PENDIDIKAN
1. Apakah tingkat pendidikan terakhir Anda yang ditamatkan ?
a. Sarjana
b. SMA
c. SMP
d. SD
e. Tidak sekolah
F. HUBUNGAN SOSIAL
1. Apakah masyarakat di sekitar Anda mempunyai tempat sampah di rumahnya
masing-masing ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah masyarakat sekitar rumah Anda membuang sampah rumah tangga di laut?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda pernah mengikuti kerja bakti untuk membersihkan sampah
bersama-sama ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah masyarakat di sekitar rumah Anda pernah melakukan kerja bakti untuk
membersikan sampah bersama-sama?
a. Ya
b. Tidak

94

5. Apakah di sekitar rumah Anda terdapat tempat pembuangan sampah umum yang
digunakan oleh seluruh warga ?
a. Ya
b. Tidak

95

LAMPIRAN II
SKORING KUESIONER

VARIABEL PENGETAHUAN
1. Jika responden menjawab daun kering, ranting, cangkang telur , diberikan poin 0
Jika responden menjawab kaleng bekas, botol bekas, plastik bekas, diberikan poin 1
Jika responden menjawab sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
yang berasal dari kegiatan manusia, diberikan poin 2
2. Jika responden menjawab dibakar tempat cukup sehingga tidak berserakan,
mempunyai tutup dan ada tempat khusus untuk membuang sampah bahan berbahaya
dan beracun, diberikan poin 2
Jika responden menjawab tidak tahu, diberikan poin 1
Jika responden menjawab dibakar semua salah, diberikan poin 0
3. Jika responden menjawab sampah yang tidak dapat membusuk, diberikan poin 1
Jika responden menjawab sampah yang terbuat dari plastik, diberikan poin 0
Jika responden menjawab sampah yang dapat membusuk, diberikan poin 2
4. Jika responden menjawab sampah yang terbuat dari benda padat , diberikan poin 1
Jika responden menjawab kaleng bekas, botol minuman, logam, kaca, plastik,
diberikan poin 0
Jika responden menjawab kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan, diberikan
poin 2
5. Jika responden menjawab kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan, diberikan
poin 1
Jika responden menjawab sampah yang dapat membususk, diberikan poin 2
Jika responden menjawab sampah yang tidak dapat membususk, diberikan poin 1
6. Jika responden menjawab otak, jantung hati, diberikan poin 0
Jika responden menjawab kaleng bekas, botol minuman, logam, kaca, plastik,
diberikan poin 2
Jika responden menjawab kertas, sisa sayuran, daun kering, sisa makanan, diberikan
poin 1

7. Jika responden menjawab memisahkan antara smpah organik dan anorganik, diberikan
poin 2
96

Jika responden menjawab membuang sampah ke dalam satu tempat agar lebih efisien
diberikan poin 1
Jika responden menjawab disatukan dan dibakar, diberikan poin 0

8. Jika responden menjawab membuat pupuk kompos dari sampah tersebut, diberikan
poin 2
Jika responden menjawab membakar sampah-sampah tersebut, diberikan poin 1
Jika responden membuang kelaut atau ke sungai, diberikan poin 0

9. Jika responden menjawab membuangnya ke tepat sampah dan dibiarkan begitu saja,
diberikan poin 1
Jika responden menjawab tidak tahu, diberikan poin 0
Jika responden menjawab membakar sampah-sampah plastik yang dipakai lagi dan
membuat kerajinan dari sampah anorganik tersebut, diberikan poin 2

10. Jika responden menjawab diare, demam berdarah, cacar, diberikan poin 1
Jika responden menjawab demam berdarah, cacar, tifus, diberikan poin 0
Jika responden menjawab diare, demam berdarah, cacingan, tifus, diberikan poin 2

VARIABEL PENGALAMAN
1. Jika responden menjawab ditempat sampah, diberikan poin 1
Jika responden menjawab dibelakang rumah, diberikan poin 0

2. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 0


Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 1

3. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1


Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0

4. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 0


Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 1

97

VARIABEL EKONOMI
1. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1
Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0

2. Jika responden menjawab lebih dari Rp 2.400.000, diberikan poin 1


Jika responden menjawab kurang dari Rp 2.400.000, diberikan poin 0

3. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1


Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0
VARIABEL PAPARAN MEDIA MASSA
1. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1
Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0

2. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1


Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0

3. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1


Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0

4. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1


Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0

5. Jika responden menjawab penting, diberikan poin 2


Jika responden menjawab tidak penting, diberikan poin 0
Jika responden menjawab tidak penting, diberikan poin 1
VARIABEL TINGKAT PENDIDIKAN
1. Jika responden menjawab sarjana, diberikan poin 4
Jika responden menjawab SMA, diberikan poin 3
Jika responden menjawab SMP, diberikan poin 2
Jika responden menjawab SD, diberikan poin 1
Jika responden menjawab tidak sekolah, diberikan poin 0
98

VARIABEL HUBUNGAN SOSIAL


1. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1
Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0

2. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 0


Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 1

3. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1


Jika responden menjawabtidak, diberikan poin 0

4. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1


Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0

5. Jika responden menjawab ya, diberikan poin 1


Jika responden menjawab tidak, diberikan poin 0

99

LAMPIRAN III
POSTER

100

LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI
Rumah Keluarga Tn. Sirat

101

Rumah Keluarga Tn. Sholeh

102

Rumah Keluarga Tn. Burhanuddin

103

Rumah Keluarga Tn. Arsum

104

Rumah Keluarga Tn. Safrudin

105

Rumah Keluarga Tn. Leman

106

Rumah Keluarga Ny. Sumini

107

You might also like