You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN DEMAM TYPOID

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak II

Disusun Oleh :
Gitta Nourma Puspita
P.17420112096

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2014

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TYPHOID


A. DEFINISI
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut disebabkan oleh
salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau
endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit
monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan peyers patch dan
dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang
terkontaminasi. (sumarmo, 2002)

Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai


saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu ,
gangguan pada pencernaan dan gangguan pada kesadaran (nursalam dkk,
2005 : 152)
Febris typhoid adalah merupakan salah satu penyakit infeksi akut usus
halus

yang

menyerang

saluran

pencernaan

disebabkan

oleh

kuman salmonella typhi dari terkontaminasinya air / makanan yang biasa


menyebabkan enteritis akut disertai gangguan kesadaran (Suriadi dan
Yuliani, R., 2001).

B. ETIOLOGI
Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri
gram- negatif, mempunyai flagella , tidak berkapsul , tidak mempunyai
spora, fakultatif anaerob. Memiliki antigen somatic (O)yang terdiri dari
oligosakarida , flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromokuler
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel

yang dinamakan endotoksin.salmonella typhi juga dapat memperoleh


plasmid factor R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple
antibiotic (NANDA, 2013)

Penyebab utama dari penyakit ini adalah kuman sallmonela


thyphosa, sallmonella typhi A, B dan C. Kuman ini banyak terdapat di
kotoran, tinja manuasia dan makanan atu minuman yang terkena kuman
yang dibawa oleh lalat. Sebenarnya sumber utama dari penyakit ini adalah
lingkungan yang kotor dan tidak sehat. (Ngastiyah, 2005)

C. PATOFISIOLOGI
Mengemukakan bahwa kuman salmonella typhi masuk ke dalam tubuh
manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus dan mencapai jaringan limfoid plaque pleyeri di liteum terminalis
yang mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan
perforasi intestinal dapat

terjadi.

Kuman salmonella

typhi kemudian

menembus ke dalam lamina profia, masuk aliran limfe dan mencapai


kelenjar

limfe

mesentrial

yang

juga

mengalami

hipertropi.

Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini, salmonella typhi masuk


aliran

darah

melalui

duktus

toracicus.

Kuman-kuman salmonella

typhi mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella


typhi bersarang di plaque pleyeri, limfe, hati dan bagian-bagian lain dari
sistem retikulo endotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala
syoksemia pada demam typhoid disebabkan oleh endotoksemia, tetapi
kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia
pada

demam

typhoid.

Endotoksin salmonella

typhi salmonella

typhi berperan dalam patogenesis demam typhoid, karena membantu


proses terjadinya inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella

typhi berkembang

biak.

Demam

pada

typhoid

disebabkan

karena salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan


pelepasan septi pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
(Cowrin, 2000)

D. PATHWAYS
Lampiran

E. MANIFESTASI KLINIS
1

Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14
hari

Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak


tertangani akan menyebabkan shock, stupor dan koma.

Ruam munail pada hari ke 7-10 dan bertahan 2-3hari

Nyeri kepala

Nyeri perut

Kembung

Mual , muntah

Diare

10 Konstipasi
11 Pusing
12 Nyeri otot
13 Batuk
14 Epistaksis
15 Bradikardi
16 Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta
tremor)
17 Hepatomegali
18 Spenomegali
19 Meterosimus

20 Gangguan mental berupa somnolen


21 Delirium atau psikosis
22 Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi
muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan
hipotermia
(Sudoyo Aru, dkk 2009)

Periode infeksi demam typoid, gejala dan tanda


Minggu

Keluhan

Gejala

Patologi

Minggu

Panas

Gangguan

Bakteremia

Pertama

berlangsung

saluran cerna

insidious, tipe
panas
stepladder
yang mencapai
39-40oC

menggigil,
nyeri kepala
Minggu

Rash,

nyeri Rose

sport, Vaskulitis,

kedua

abdomen, diare spenomegali,

hiperplasi pada

atau konstipasi, hepatomegali

peyers

delirium

patches, nodul
typhoid

pada

limfa dan hati


Minggu

Komplikasi,

Melena , ileus , Ulserasi pada

ketiga

peradangan

ketegangan

saluran cerna, abdomen


preforasi , syok koma

peyers
, patches, nodul
typoid

pada

limpa dan hati

Minggu

Keluhan

Tampak

keempat

menurun,

berat, kakeksia

relaps

sakit Koletiasis

carrier kronik.

penurunan
berat badan
(penyakit infeksi di Indonesia hal 197)

F. PENATALAKSANAAN
1

Secara Fisik

a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara


berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau
mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke
atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang.
Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak
mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya
sel-sel otak.
Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.

b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan


c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai
oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknya
f. Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak
diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah

agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh


memperoleh gantinya.
g. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
h. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha.
Tujuannya untuk menurunkan uhu tubuh dipermukaan
tubuh anak.
Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi
karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada
kain kompres.
Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat
pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi (keracunan).
i. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat
suam-suam kuku.
Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di
luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan
bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur
suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu
tubuh lagi.
Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka
sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.

Obat-obatan Antipiretik

Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat


pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas
normal dan mengurangi pengeluaran
panas tidak ada lagi.

Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar


penyakit ini tidak menular ke orang lain). Penderita harus istirahat
total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah
terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah
makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat
kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar
dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus
menjalani

Pengobatan

upaya

yang

diberikan

adalah antibiotika golongan

penyembuhan.

untuk

pasien

febris

typoid

Chloramphenicol dengan dosis 3-4

x 500 mg/hari; pada anak dosisnya adalah 50-100 mg/kg berat


badan/hari. Jika hasilnya kurang memuaskan dapat memberikan
obat seperti :

Tiamfenikol, dosis dewasa 3 x 500 mg/hari, dosis anak: 3050 mg/kg berat badan/hari.

Ampisilin, dosis dewasa 4 x 500 mg, dosis anak 4 x 500100 mg/kg berat badan/hari.

Kotrimoksasol ( sulfametoksasol 400 mg + trimetoprim 80


mg ) diberikan dengan dosis 2 x 2 tablet/hari.

Dan untuk pencegahan agar tidak terjangkit penyakit febris typoid


perlu memperhatikan beberpa hal sebagai berikut :

Harus menyediakan air yang memenuhi syarat. Misalnya,


diambil dari tempat yang higienis, seperti sumur dan produk
minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang sudah
tercemar. Apabila menggunakan air yang harus dimasak
terlebih dahulu maka dimasaknya harus 1000C.

Menjaga kebersihan tempat pembuangan sampah.

Upayakan tinja dibuang pada tempatnya dan jangan pernah


membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang
lalat karena lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi.

Bila di rumah banyak lalat, basmilah hingga tuntas.

Daya tahan tubuh juga harus ditingkatkan ( gizi yang cukup,


tidur cukup dan teratur, olah raga secara teratur 3-4 kali
seminggu). Hindarilah makanan yang tidak bersih. Belilah
makanan

yang

masih

panas

sehingga

menjamin

kebersihannya. Jangan banyak jajan makanan/minuman di


luar rumah. (Soedarto, 2007)

G. PROSES KEPERAWATAN
1

Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan febris typhoid adalah :
a. Aktivitas atau istirahat

Gejala yang ditemukan pada kasus febris typhoid antara lain


kelemahan, malaise, kelelahan, merasa gelisah dan ansietas,
cepat lelah dan insomnia.

b. Sirkulasi

Tanda takikardi, kemerahan, tekanan darah hipotensi, kulit


membrane mukosa kotor , turgor buruk, kering dan lidah
pecah-pecah akan ditemukan pada pasien febris typhoid.
c. Integritas ego

Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta


tanda seperti menolak dan depresi juga akan ditemukan
dalam pengkajian integrits ego pasien.
d. Eliminasi

Pengkajian eiminasi akan menemukan gejala tekstur feses


yang bervariasi dari lunak sampai bau atau berair, perdarahan
per rectal dan riwayat batu ginjal dengan tanda menurunnya
bising usus, tidak ada peristaltik dan ada haemoroid.
e. Makanan dan cairan

Pasien akan mengalami anoreksia, mual, muntah, penurunan


berat badan dan tidak toleran terhadap diet. Dan tanda yang
ditemukan berupa penurunan lemak sub kutan, kelemahan
hingga inflamasi rongga mulut.
f.

Hygiene
Pasien akan mengalami ketidakmampuan mempertahankan
perawatan diri dan bau badan.

g. Nyeri atau ketidaknyamanan

Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien


dengan titik nyeri yang dapat berpindah.
h. Keamanan

Pasien mengalami anemia hemolitik, vaskulotis, arthritis dan


peningkatan suhu tubuh dengan kemungkinan muncul lesi
kulit.
( Doenges, 2002 )

Diagnosa keperawatan
(NANDA (2001-2002))

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella


typhi.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat
ditempat tidur/ tirah baring.
c. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan
yang kurang,

mual, muntah/pengeluaran yang berlebihan,

diare, panas tubuh.


d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah,
anoreksia atau output yang berlebihan akibat diare.
e. Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus
halus.
f. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan
pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang
informasi atau informasi yang tidak adekuat.

Perencanaan asuhan keperawatan


1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella
typhi.
Intervensi:
a. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
Rasional: Mengetahui perubahan suhu, suhu 38,9-41,1C
menunjukkan proses inflamasi.
b. Jelaskan upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu klien/
keluarga dalam

melaksanakan upaya tersebut, seperti:

dengan memberikan kompres dingin pada daerah frontal,


lipat paha dan aksila, selimuti pasien untuk mencegah

hilangnya kehangatan tubuh, tingkatkan intake cairan


dengan perbanyak minum.
Rasional: Membantu mengurangi demam.
c. Observasi tanda-tanda vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi dan
Respirasi) setiap 2-3 jam.
Rasional: Tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran
keadaan umum klien.
d. Monitor penurunan tingkat kesadaran.
Rasional:

Menentukan

intervensi

selanjutnya

untuk

mencegah komplikasi lebih lanjut


e. Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien.
Rasional: Untuk mempercepat proses penyembuhan.
f. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat
antipiretik dan antibiotik.
Rasional: Obat antiperitik untuk menurunkan panas dan
antibiotik mengobati infeksi basil salmonella typhi.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di


tempat tidur/ tirah baring.
Intervensi:
a. Berikan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
berupa makanan, minuman, ganti baju dan perhatikan
kebersihan mulut, rambut, genetalia dan kuku.
Rasional: Pemberian bantuan pada klien dapat menghindari
timbulnya

komplikasi

yang

berhubungan

dengan

pergerakan yang melanggar program tirah baring.


b. Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL.
Rasional:

Partisipasi keluarga sangat penting untuk

mempermudah

proses

komplikasi lebih lanjut.

keperawatan

dan

mencegah

c. Jelaskan tujuan tirah baring untuk mencegah komplikasi


dan mempercepat proses penyembuhan
Rasional:

Istirahat menurunkan mobilitas usus juga

menurunkan laju metabolisme dan infeksi.

3) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang


kurang, mual, muntah/ pengeluaran yang berlebihan, diare, panas
tubuh.
Intervensi:
a. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa,
turgor kulit, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika
diperlukan.
Rasional: Perubahan status hidrasi, membran mukosa,
turgor

kulit

menggambarkan

berat

ringannya

kekurangan cairan.
b. Monitor tanda-tanda vital
Rasional: Perubahan tanda vital dapat menggambarkan
keadaan umum klien.
c. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori
harian.
Rasional:

Memberikan pedoman untuk menggantikan

cairan.
d. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
Rasional:

Keluarga

sebagai

pendorong

pemenuhan

kebutuhan cairan klien


e. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian cairan
IV.
Rasional:

Pemberian

kebutuhan cairan.

cairan

IV

untuk

memenuhi

4) Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah,


anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.
Intervensi:
a. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Rasional: Mengetahui penyebab pemasukan yang kurang
sehingga dapat menentukan intervensi yang sesuai dan
efektif.
b. Monitor adanya penurunan berat badan.
Rasional: Kebersihan nutrisi dapat diketahui melalui
peningkatan berat badan 500 gr/minggu.
c. Monitor lingkungan selama makan.
Rasional: Lingkungan yang nyaman dapat menurunkan
stress dan lebih kondusif untuk makan.
d. Monitor mual dan muntah.
Rasional: Mual dan muntah mempengaruhi pemenuhan
nutrisi.
e. Libatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi klien.
Rasional: Meningkatkan peran serta keluarga dalam
pemenuhan

nutrisi

untuk

mempercepat

proses

penyembuhan.
f. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
C.
Rasional:

Protein dan vitamin C dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi.
g. Berikan makanan yang terpilih.
Rasional:

Untuk membantu proses dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi.
h. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Rasional: Membantu dalam proses penyembuhan.

5) Diare berhubungan dengan peradangan pada dinding usus halus.


Intervensi:
a) Monitor tanda dan gejala diare.
Rasional:

Untuk menentukan intervensi yang akan

dilakukan.
b) Identifikasi faktor penyebab diare.
Rasional: Mengetahui penyebab diare sehingga dapat
menentukan intervensi selanjutnya.
c) Observasi turgor kulit secara rutin.
Rasional:

Turgor kulit jelek dapat menggambarkan

keadaan klien.
d) Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare.
Rasional: Untuk membantu dalam proses penyembuhan.
e) Anjurkan pasien untuk makan makanan rendah serat, tinggi
protein dan tinggi kalori jika memungkinkan.
Rasional: Makanan rendah serat dan tinggi protein dapat
membantu mengatasi diare.
f) Evaluasi

efek

samping

pengobatan

terhadap

gastrointestinal.
Rasional: Untuk melanjutkan intervensi dan pemberian
obat berikutnya.
g) Evaluasi intake makanan yang masuk.
Rasional: Untuk mengetahui tingkat perkembangan klien.
h) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian cairan
IV.
Rasional:

Untuk

penyembuhan.

membantu

mempercepat

proses

6) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.


Intervensi:
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, lamanya, intensitas dan
karakteristik nyeri.
Rasional: Perubahan

pada karakteristik nyeri dapat

menunjukkan penyebaran penyakit/ terjadi komplikasi.


2. Kaji

ulang

faktor

yang

meningkatkan

nyeri

dan

menurunkan nyeri.
Rasional: Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau
faktor yang memperberat (seperti stress, tidak toleran
terhadap

makanan)

atau

mengidentifikasi

terjadinya

komplikasi, serta membantu dalam membuat diagnosis dan


kebutuhan terapi.
3. Beri kompres hangat pada daerah nyeri.
Rasional: Untuk menghilang nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian
obat analgetik.
Rasional: Analgetik dapat membantu menurunkan nyeri.

7) Kurang

pengetahuan

tentang

kondisi

penyakit,

kebutuhan

pengobatan dan prognosis berhubungan dengan kurang informasi


atau informasi yang tidak adekuat.
Intervensi:
1. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien
tentang penyakit anaknya.
Rasional: Mengetahui pengetahuan ibu tentang penyakit
demam typoid.
2. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan
klien.

Rasional: Agar ibu klien mengetahui tentang penyakit


demam typoid,

penyebab, tanda dan gejala, serta

perawatan dan pengobatan penyakit demam typoid.


3. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya bila ada yang
belum dimengerti.
Rasional:

Supaya keluarga lebih memahami tentang

penyakit tersebut.

Evaluasi keperawatan

a) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhi.


Evaluasi:
Suhu tubuh dalam batas normal (36,6-37,5 C).
Klien tidak demam lagi.
Klien tidak gelisah.
Turgor kulit baik.
Kesadaran compos mentis.

b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keharusan istirahat di


tempat tidur/ tirah baring.
Evaluasi:
Kebutuhan mandi, makan, minum, eleminasi, ganti pakaian,
kebersihan mulut, rambut, kuku dan genetalia terpenuhi.
Klien berpartisipasi dalam tirah baring.
Klien mobilisasi secara bertahap

c) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan


yang kurang, mual, muntah/ pengeluaran yang berlebihan, diare,
panas tubuh.
Evaluasi:
Masukan dan haluaran cairan seimbang.

Turgor kulit baik, membran mukosa lembab.


Tanda-tanda vital dalam batas normal.

d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake kurang akibat mual, muntah,
anoreksia, atau output yang berlebihan akibat diare.
Evaluasi:
Klien dapat menghabiskan makanan yang disediakan.
Klien tidak lagi mual, dan muntah.
Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat
badan sesuai saran dengan nilai laboratorium normal dan
tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.

e) Diare berhubungan dengan peradangan pada usus halus.


Evaluasi:
Tidak mengalami diare.
Turgor kulit baik.

f) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada usus halus.


Evaluasi:
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
Tampak rileks dan mampu tidur atau istirahat secara
adekuat.

g) Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan


pengobatan dan

prognosis berhubungan dengan kurang

informasi atau informasi yang tidak adekuat.


Evaluasi:
Keluarga klien mengerti tentang penyakit anaknya.

H. REFERENSI
Corwin, 2000, Hand Book Of Pathofisiologi, EGC, Jakarta.
Doenges,

M.E.

Geisler,

A.C.

Moorhouse,

M.F.,

2000, Rencana

Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian


Keperawatan, (terjemahan), Edisi VIII, EGC, Jakarta.Hidayat, A. A.,
2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Salemba Medika, Jakarta.
Nanda, 2013, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi, Prima Medika, Jakarta.
Nanda, 2001-2002, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi
dan Klasifikasi, Prima Medika, Jakarta.

Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.


Soedarto, 2007, Sinopsis Kedokteran Tropis, Airlangga Universitas Press,
Surabaya.
Suriadi dan Yuliani, R., 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak, CV.
Sagung Seto, Jakarta.

PATHWAYS (NANDA, 2013)


Dimusnahkan oleh
asam lambung

Salmonella typhi yang masuk


ke saluran gastrointestinal

Lolos dari asam lambung


Pembuluh limfe

Peredaran darah
(bakteremia primer)

Bakteri masuk ke usus halus

Masuk Retikulo endhotelial


(RE) terutama hati dan limfa

Berkembangbiak di hati dan


limfa

Masuk ke aliran darah


(bakteremia sekunder)

Empedu

Endotoksin

Rongga usus pada


kelemjar limfoid halus

Terjadi kerusakan sel

Pembesaran hati

Pembesaran limfa

Hepatomegali

Spennomegali

Lase palk peyer

Merangsang melepas
zat epirogen oleh
leukosit
Mempengaruhi pusat
thermoregulator di
hipotalamus

Penurunan/peningkatan
mobilitas usus

Ketidakefektifan
thermoregulasi

Penurunan/peningkatan
peristaltik usus

Resiko kekurangan
volume cairan

Erosi
nyeri
Perdarahan
masif

Konstipasi
atau diare

Peningkatan asam lambung


Anoreksia mual muntah

Komplikasi perforasi
dan perdarahan usus

Ketidak seimbanagn nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh

You might also like