Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 4A
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kota Semarang merupakan salah satu kota metropolitan yang ada di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dari peningkatan jumlah penduduk setiap tahun. Jumlah penduduk yang meningkat
berdampak pada peningkatan jumlah sampah sebagai sisa dari pola konsumsi masyarakat.
Pertambahan jumlah dan pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis
sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai
oleh proses alam. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang
sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Pengelolaan sampah
belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Secara teknis, Dinas Kebersihan Dan Pertanaman (DKP) Kota Semarang menangani
permasalahan sampah dengan cara mengambil, menampung di tempat penampungan sampah (TPS)
dan membuangnya ke TPA Jatibarang. Dengan pola penanganan semacam ini, Kota Semarang masih
menghadapi kendala kurangnya tempat penampungan sampah, alat pengangkutan sampah dan
beberapa permasalahan sebagai akibat kompleksitasnya permasalahan perkotaan.
Saat ini, sistem pengelolaan sampah masih mengacu pada pendekatan akhir yaitu pengumpulan
sampah, pengangkutan sampah, dan pembuangan sampah ke TPA. Sistem yang berjalan tersebut
belum memperhitungkan dampak dari penimbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi TPA.
Hal ini harus ditindaklanjuti dengan sistem persampahan yang tepat yaitu mengolah sampah untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Sistem tersebut terdiri dari kegiatan
pengurangan dan penanganan sampah.
Untuk menangani masalah persampahan tersebut, Pemerintah kemudian menerbitkan
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Program yang
ditekankan dalam peraturan yaitu tentang pengurangan dan penanganan sampah di Kota Semarang.
Penanganan sampah di Kota Semarang terdiri dari pewadahan dan pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Diharapkan dengan adanya kebijakan ini,
system persampahan di Kota Semarang lebih efektif, efisien, relevansi, berdampak dan berkelanjutan.
1.2
Tujuan Evaluasi
Tujuan dari evaluasi program pengelolaan sampah adalah untuk mengetahui seberapa efektif
program tersebut dapat direalisasikan di Kota Semarang. Sehingga dapat diketahui pengaruh program
tersebut terhadap kebersihan Kota Semarang.
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
1.3
Sasaran Evaluasi
Berdasarkan penjelasan tujuan tersebut, kemudian dijabarkan beberapa sasaran yang akan
2.
3.
4.
1.4
Metode Evaluasi
Jenis evaluasi berdasarkan bentuknya terdiri dari dua jenis yaitu formatif dan sumatif. Pada
kegiatan evaluasi ini, jenis evaluasi yang dipilih adalah formatif. Evaluasi formatif adalah proses
evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan yang menjadi sasaran evaluasi sedang berjalan. Evaluasi ini
bertujuan untuk memberikan kinerja yang lebih baik lagi pada sasaran evaluasi. Pemilihan evaluasi
formatif disebabkan oleh sasaran evaluasi adalah sebuah program yang sedang dilaksanakan saat ini
juga, selai itu juga disebabkan oleh adanya beberapa persoalan terkait program yang sedang
dilaksanakan tersebut.
Kemudian jenis evaluasi berdasarkan pendekatannya terdiri dari dua jenis yaitu eksperimental
dan naturalistik. Pada kegiatan evaluasi ini, jenis evaluasi yang dipilih adalah naturalistik. Evaluasi
naturalistik adalah proses evaluasi yang dilakukan dengan cara melibatkan evaluator dalam melakukan
evsluasi secara natural terhadap sasaran evaluasi. Pendekatan naturalistik akan memberikan
kemudahan kepada evaluator karena evaluator akan masuk ke dalam kegiatan-kegiatan atau aktivitasaktivitas yang menjadi sasaran evaluasi. Terdapat beberapa karakteristik evaluasi naturalistik antara
lain berdasar pada alasan-alasan induktif, menggunakan data yang beragam, tidak berdasarkan
rencana yang standar dan mencatat realitas yang beragam. Berdasarkan empat karakteristik tersebut
dapat disimpulkan bahwa evaluasi naturalistik merupakan evaluasi yang berdasar pada pemahaman
persoalan melalui observasi yang dilakukan oleh evaluator yang kemudian diinterpretasikan oleh
evaluator. Dengan demikian pemilihan evaluasi naturalistik dikarenakan evaluator akan dapat
memahami persoalan yang ada dan kemudian dapat merumuskan langkah-langkah evaluasi yang tepat
dan objektif.
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
1.5
Kerangka Pikir
Kerangka pikir bertujuan untuk menjelaskan skema atau alur pikir dari laporan tentang evaluasi
pengelolaan sampah di Kota Semarang. Berikut adalah kerangka pikir dari laporan pengelolaan
sampah di Kota Semarang.
Pengurangan Sampah
Pengeloaan Sampah
Pewadahan
dan
Pemilahan
Pengumpulan
Pengangkutan
Pengolahan
Pemprosesan
Akhir
INPUT
Analisis Monitoring dan Evaluasi Perencanaan
(Menggunakan Parameter Keberhasilan)
Telaah
Dokumen
Wawancara
PROSES
OUTPUT
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
Pengelolaan Sampah.
Tabel II.1 Logical Framework
Pengumpul
Indikator
an Data
Deskripsi
Tujuan
Pengelolaan sampah
bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas
lingkungan
Kesehatan masyarakat
meningkat mencapai 85%
Terwujudnya pemilahan
sampah rumah tangga sesuai
dengan jenis sampah.
Output
Terlaksananya pengumpulan
sampah
Telaah
dokumen,
Wawancara
Telaah
dokumen
Telaah
dokumen
Metode analisis
Analisis efektifitas
rute pengangkutan
Analisis Kompilasi
Data
Analisis Kompilasi
Data
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
Outcome
Deskripsi
Indikator
Terlaksananya
pengangkutan sampah
Pengumpul
an Data
Telaah
dokumen
Metode analisis
Analisis Kompilasi
Data
Telaah
dokumen
Analisis Kompilasi
Data
Terwujudnya pengolahan
sampah
Telaah
Dokumen,
Wawancara
Analisis Kompilasi
Data
Terlaksananya pemrosesan
akhir sampah
Observasi
Analisis Deskriptif
Telaah
dokumen
Analisis Kompilasi
Data
Wawancara
, Observasi
Analisis Deskriptif
Observasi
Analisis Kompilasi
Data
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
Indikator
Pengumpul
an Data
Metode analisis
Telaah
dokumen,
Observasi
Analisis Kompilasi
Data
Observasi
Analisis Deskriptif
Telaah
dokumen,
observasi
Analisis Kompilasi
Data
Penyediaan sarana
pemilahan sampah di TPS,
TPST, dan TPA
Telaah
dokumen
Analisis Kompilasi
Data
Telaah
dokumen
Analisis Kompilasi
Data
Analisis Kompilasi
Data
Deskripsi
Impact
Input
Kegiatan
Telaah
dokumen
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
rumah tangga yaitu 75% dari total sampah, diikuti sampah pasar 14%, kemudian diikuti sampah komersil,
sapuan jalan dan fasilitas umum 2%-3%, dan sampah paling sedikit timbunannya adalah saluran.
Sedangkan komposisi sampah di Kota Semarang yaitu sampah organic 62% dan sampah non organic
seperti kertas, kaca, plastic, logam sebesar 38%. Jenis pengangkutan sampah yang ada di Kota
Semarang ada 13 jenis yaitu truck hidrolik/arm roll, dump truck sampah, becak/gerobak sampah.
Container, road sweeper, truck ninja, tong sampah bin, crane, tong sampah, truck loader, back hoe,
trailer urinoir, container, bak, depo, dan landasan container. Menurut SK Walikota nomor 660 tahun
2001 tentang penyerahan sebagian tugas Dinas Kebersihan kepada Kecamatan se Kota Semarang,
maka peralatan pengangkutan tersebut diatas diserahkan kepada Kecamatan antara lain truck
hidrolic, dump truck sampah, becak/gerobak sampah dan container.
Penghitungan tempat
pembuangan sampah/TPS penduduk Kota Semarang di buat berdasarkan asumsi satu container
menampung sampah dengan jumlah penduduk 2000 penduduk/500 KK. Dimana satu container
mampu menampung sampah 6 m3. Sampah rumah tangga diangkut ke TPS dengan menggunakan
gerobak sampah kemudian sampah di tiap TPS dibuang ke TPA Jatibarang dengan menggunakan truk
sampah.
Berikut adalah daftar rincian jumlah volume sampah yang sudah ditangani oleh Pemerintah Kota
Semarang per kecamatan tahun 2012.
Tabel III.2
Kecamatan
Estimasi
327,35 m3/hari
Ngaliyan
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
No
Kecamatan
Estimasi
329,18 m3/hari
Banyumanik
Gajah Mungkur
Semarang Selatan
245,63 m3/hari
Candisari
244,63 m3/hari
Tembalang
325,29 m3/hari
Pedurungan
433,70 m3/hari
Genuk
198,29 m3/hari
Gayamsari
198,75 m3/hari
10
Semarang Timur
257,53 m3/hari
11
Semarang Utara
386,33 m3/hari
12
Semarang Tengah
243,03 m3/hari
13
Semarang Barat
461,61 m3/hari
14
Tugu
76,00 m3/hari
181,15 m3/hari
3853,78 m3/hari
JUMLAH
*Untuk Kecamatan Mijen dan Kecamatan Gunung Pati sementara yang terlayani adalah pasar.
Sumber: Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Semarang, 2012
Kecamatan yang memproduksi sampah paling besar adalah Kecamatan Semarang Tengah
dengan jumlah sampah 86 ton per hari dan penghasil sampah terkecil adalah Kecamatan Genuk
dengan produksi sampah perhari 18 ton.
Total sampah masuk ke TPA Jatibarang perhari adalah kurang lebih 800 ton. Saat ini Kota
Semarang bekerjasama dengan PT Petrokimia mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos,
namun jumlah sampah yang diolah hanya sedikit yaitu 20 ton/perhari. TPA Jatibarang memiliki Luas
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
sebesar 46,183 Ha terbagi atas 27.7098 Ha ( 60 % ) untuk lahan buang dan 18.4732 Ha (40 % ) untuk
infrastruktur kolam lindi (Leachete) sabuk hijau dan lahan cover.
Berikut adalah rute pengangkutan sampah dengan menggunakan truck oleh Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Semarang.
DARI
SELATAN
DARI
TIMUR
DARI
TIMUR
TENGAH
DARI
UTARA
TIMUR
DARI
UTARA
DARI
TENGAH
DARI
BARAT
TENGAH
DARI
BARAT
Setiabudi
Sultan
Agung
S Parman
Kaligaran
g
Simongan
Untung
Suropati
TPA
Kedungm
undu
Tentara
Pelajar
Majapahit
Sriwijaya
Kaligaran
g
Simongan
Untung
Suropati
TPA
Majapahit
Simpang
Lima
Pandanar
an
Dr
Sutomo
Kaligaran
g
Simongan
Untung
Suropati
TPA
Terboyo
Arteri
Abdulrah
man
Saleh
Untung
Suropati
TPA
Arteri
Abdulrah
man
Saleh
Untung
SUropati
TPA
Jenderal
Sudirman
Abdulrah
man
Saleh
Untung
Suropati
TPA
Johar
Depok
Thamrin
Pandanar
an
Dr
Sutomo
Kaligaran
g
Simongan
Untung
Suropati
Walisong
o
Ngaliyan
Siliwangi
Muradi
Abdulrah
man
Saleh
Untung
Suropati
TPA
Dari rute tersebut dapat diketahui bahwa jarak tempuh terdekat pengangkutan sampah dari TPS
ke TPA adalah 6 km yaitu Kecamatan Semarang Barat, sedangkan jarak terjauh pengangkutan sampah
dari TPS ke TPA adalah 30 km yaitu Kecamatan Banyumanik.
TPA
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau
kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil
pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang
diperlukan. Tujuan Monitoring untuk mengamati/mengetahui perkembangan dan kemajuan,
identifikasi dan permasalahan serta antisipasinya/upaya pemecahannya. Evaluasi merupakan proses
menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi adalah rangkaian
kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap
rencana dan standar. Evaluasi merupakan merupakan kegiatan yang menilai hasil yang diperoleh
selama kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari itu, evaluasi juga menilai hasil atau produk yang
telah dihasilkan dari suatu rangkaian program sebagai dasar mengambil keputusan tentang tingkat
keberhasilan yang telah dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan.
Dalam melakukan monitoring evaluasi diperlukan instrumen berupa indikator indikator yang
terkait dengan kebijakan atau program. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi
penyimpangan rencana dengan implementasi yang ada, mengetahui perbedaan kondisi, sebagai
bahan umpan balik dan sarana untuk mencapai hasil kegiatan yang lebih baik. Indikator monitoring
yang dipakai dalam monev pengelolaan sampah focus pada penanganan sampah yang dijabarkan lagi
dalam 5 indikator yaitu pewadahan dan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah.
1.
Pemilahan
Indikator ini menjelaskan bahwa fasilitas tempat sampah yang disediakan pada berbagai
kawasan akan mendukung proses pemilahan sampah. Berdasarkan Pasal 25 dalam perda No. 6 Tahun
2012, pemilahan sampah dilakukan dengan memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis
sampah. Pemilahan sampah dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan
anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya.
10
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
2.
Pengumpulan
Indikator ini menjelaskan bahwa pengumpulan sampah dari hirarki yang paling kecil harus tetap
mempertimbangkan jenis sampah tersebut. Berdasarkan Pasal 26 dalam perda No.6 Tahun 2012,
pengumpulan sampah dilakukan dari pemindahan sampah yang ada di rumah tangga, TPS, TPST dan
TPA. Pengumpulan tersebut harus dilakukan dengan tetap menjamin terpilahnya jenis sampah.
3.
Pengangkutan
Indikator ini menjelaskan proses pengangkutan sampah mulai dari sistem persampahan dengan
hirarki paling kecil. Berdasarkan Pasal 27 dalam perda No.6 Tahun 2012, pengangkutan dilaksanakan
dengan urutan sebagai berikut:
a.
Pengangkutan sampah yang berasal dari rumah tangga menuju TPS/ TPST menjadi tanggung
jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/ RW atau Kelurahan.
b.
Pengangkutan sampah dari TPS/ TPST menuju TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah
c.
Pengangkutan sampah dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan
kawasan khusus menuju TPS/ TPST dan TPA menjadi tanggung jawab pengelola kawasan yang
difasilitasi oleh pemerintah daerah.
d.
Pengangkutan sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya menuju TPS, TPST
hingga TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
4.
Pengolahan
Indikator ini menjelaskan mengenai proses pengolahan sampah Kota Semarang yang dijelaskan
pada Pasal 28 Perda No.6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Proses pengolahan sampah yang
dimaksud adalah proses mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah yang ada yang
dilaksanakan di TPS, TPST, dan TPA. Pengolahan sampah dilakukan setelah sampah-sampah sudah
terkumpul dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Indikator yang ada berguna untuk
menilai apakah pada proses pengolahan sampah, sampah telah diolah sesuai jenisnya, dan apakah
sarana dan prasarana pengolahan sampah telah tersedia dan berfungsi sesuai dengan fungsinya.
5.
Pemrosesan Akhir
Indikator ini menjelaskan mengenai pemrosesan akhir sampah Kota Semarang yang dijelaskan
pada Pasal 29 Perda No. 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Pemrosesan akhir sampah adalah
proses pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sampah ke media lingkungan secara
aman. Indikator yang ada berguna untuk menilai apakah sungai di sekitar lokasi TPA tercemar, apakah
residu hasil pengolahan sampah dapat dikembalikan ke lingkungan secara aman.
11
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
penganalisaan informasi (indicator) yang sistematis dan kontinyu tentang kegiatan proyek sehingga
dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan proyek itu selanjutnya. Subbab ini membahas
monitoring tentang Perda No. 6 Tahun 2012 yang membahas mengenai pengelolaan sampah Kota
Semarang. Berikut ini merupakan ukuran ketercapaian program berdasarkan indikator yang disusun.
Tabel V.1
Keterlaksanaan Program Pengelolaan Sampah Kota Semarang
Keterlaksanaan Program
Indikator
Keterangan
Realisasi
Tidak Ya
Tujuan
Kesehatan Masyarakat Meningkat
Output
Tersedianya fasilitas tempat sampah organik
dan anorganik
12
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
Keterlaksanaan Program
Indikator
Sampah/ residu dapat dikembalikan ke
lingkungan secara aman
Keterangan
Tidak
Realisasi
Ya
Hanya 20 ton sampah organik yang dapat diolah
dari total sampah keseluruhan sebesar 800 ton
Outcome
Sampah sudah terpilah sesuai jenisnya
Impact
Berkurangnya pencemaran air, udara dan
tanah yang disebabkan oleh sampah
13
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
5.2
pengelolaan sampah, maka dianalisis terhadap kriteria evaluasi yaitu efektivitas, efisiensi, relevansi,
dampak dan keberlanjutan. Berikut adalah analisis evaluasi kebijakan pemerintah terkait pengelolaan
sampah.
Output
Terwujudnya
pemilahan sampah
rumah tangga sesuai
dengan jenis sampah
Tabel V.2
Evaluasi Pengelolaan Sampah Kota Semarang
Kriteria Evaluasi
Keterangan
Pada pemilahan sampah yang ada di
pengelolaan sampah kota semarang ini
Relevansi
dikatakan tidak relevan dikarenakan sampah
yang sudah dipilah di tempat sampah organik
dan non organik, pada akhirnya disatukan
kembali di TPA
Pemilahan yang terdapat pada pengelolaan
sampah di semarang belum efisien
Efisiensi
dikarenakan tersedianya fasilitas tempat
sampah organik dan nonorganik tersedia di
beberapa ruas jalan arteri dan kolektor
tepatnya hanya di beberapa kawasan saja
Sistem pemilahan yang ada tidak efektif
karena sampah yang berhasil diolah hanya
Efektifitas
sampah organik saja sebesar 20 ton dari
sampah seluruhnya 800 ton dan sampah 20
ton tersebut diolah menjadi pupuk.
Akibat kurangnya pengelolaan sampah
organik dan non organik yang terdapat di
semarang ini menyebabkan berkurangnya
kualitas udara dibawah ambang batas / yaitu
7.000 microgram/Nm3 dan pencemaran
tanah.
Dampak
Keberlanjutan
Terlaksananya
pengumpulan sampah
Relevansi
14
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
Output
Kriteria Evaluasi
Keterangan
yang masing-masing container berfungsi
untuk melayani 1.000 penduduk tidak relevan,
karena jumlah sampah yang terdapat di kota
semarang tidak dapat mengurangi
pencemaran udara dan tanah
Tempat sampah organik dan non organik
hanya tersedia di beberapa ruas jalan arteri
dan kolektor tepatnya hanya di beberapa
kawasan saja menjadi efisien jika tersedianya
fasilitas tempat sampah organik dan non
organik di lokasi rumah tangga dan
tersedianya TPS dan TPA.
Tersedianya fasilitas tempat sampah organik
dan non organik di lokasi rumah tangga dan
tersedianya TPS dan TPA sangat efektif ketika
TPS dan TPST berfngsi secara optimal
Fasilitas tempat sampah organik dan non
organik, TPS dan TPA tersedia belum
memberikan dampak pada pencemaran udara
yang masih berada di bawah ambang yaitu
7.000 microgram/Nm3 dan pencemaran
tanah.
Efisiensi
Efektifitas
Dampak
Keberlanjutan
Relevansi
Terlaksananya
pengangkutan sampah
Efisiensi
15
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
Output
Kriteria Evaluasi
Efektifitas
Dampak
Keberlanjutan
Relevansi
Efisiensi
Terwujudnya
pengolahan sampah
Efektifitas
Dampak
16
Keterangan
kecamatan ke TPA Jatibarang cukup efisien
dalam terlaksananya pengangkutan sampah.
Pengangkutan sampah Kota Semarang cukup
efektif karena dilakukan setiap hari dimulai
dari pengangkutan sampah rumah tangga,
pengangkutan sampah di TPS dan TPST baru
kemudian ke TPA.
Pengangkutan sampah terlaksana dengan
baik memberikan dampak angka harapan
hidup penduduk mengalami peningkatan
hingga skala 72,44. Nilai ini menunjukkan
bahwa kesehatan di Kota Semarang
cenderung baik dengan acuan standar skala
25 (nilai minimum)-85 (nilai maksimum).
Pengangkutan sampah Kota Semarang
memiliki sisi keberlanjutan karena alat-alat
pengangkutan sampah dinilai efisien dalam
membuat proses pengangkutan sampah
rumah tangga, pengangkutan sampah di TPS
dan TPST baru kemudian ke TPA yang
dilakukan setiap hari cukup efektif.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Semarang bekerjasama dengan PT.
Petrokimia mengolah 20 ton sampah organik
menjadi pupuk mempunyai relevansi dalam
mengurangi pencemaran udara dan tanah
yang disebabkan oleh sampah.
Tempat sampah organik dan anorganik hanya
tersedia di beberapa ruas jalan arteri dan
kolektor tepatnya hanya di beberapa kawasan
saja sehingga efisiensi belum tercapai karena
sampah belum dapat diolah sesuai jenisnya
yang disebabkan sampah belum dipilah.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Semarang bekerjasama dengan PT.
Petrokimia mengolah 20 ton sampah organik
menjadi pupuk cukup efektif meskipun
diharapkan ditahun selanjutnya semakin
banyak sampah organik yang dapat diolah.
Pengolahan sampah di TPA Jatibarang hanya
sebanyak 20 ton dari 800 ton per harinya
menyebabkan pencemaran tanah karena
penumpukan sampah yang tidak terolah akan
menyebabkan pencemaran tanah. Selanjutnya
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
Output
Kriteria Evaluasi
Keberlanjutan
Relevansi
Efisiensi
Efektifitas
Terlaksananya
pemrosesan akhir
sampah
Dampak
Keberlanjutan
17
Keterangan
kualitas udara Kota Semarang masih berada di
bawah ambang batas yaitu 7.000
microgram/Nm3.
Pengolahan sampah Kota Semarang masih
belum menuju keberlanjutan karena kurang
efisiennya pemilahan sampah dan hanya baru
20 ton sampah yang mampu diolah dari 800
ton sam per harinya.
Sungai Kreo yang terletak di dekat lokasi TPA
Jatibarang tidak mengalami pencemaran,
selain itu air sungai juga masih berfungsi
sebagai air baku PDAM Kota Semarang
relevansi dengan pengurangan pencemaran
air yang disebabkan oleh sampah.
Efisiensi pemrosesan akhir sampah belum
tercapai karena hanya 20 ton sampah organik
yang dapat diolah dari total sampah
keseluruhan sebesar 800 ton tiap harinya.
Pemrosesan akhir sampah Kota Semarang
terbilang efektif karena air Sungai Kreo tidak
mengalami pencemaran dan masih berfungsi
sebagai air baku PDAM Kota Semarang.
Pemrosesan akhir sampah Kota Semarang
belum baik sehingga berdampak pada kualitas
udara Kota Semarang masih berada di bawah
ambang batas yaitu 7.000 microgram/Nm,
pencemaran tanah karena hanya sebanyak 20
ton dari 800 ton per harinya dan sisanya
terjadi penumpukan.
Keberlanjutan pemrosesan akhir sampah
belum terwujud karena hanya masih 20 ton
sampah organik yang dapat diolah dari total
sampah keseluruhan sebesar 800 ton tiap
harinya meskipun air Sungai Kreo tidak
mengalami pencemaran dan masih berfungsi
sebagai air baku PDAM Kota Semarang.
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
BAGIAN VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis monitoring dan evaluasi penanganan sampah di Kota Semarang pada
perda No. 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah dapat disimpulkan bahwa :
1.
Sebagian besar indikator yang terdapat pada kerangka logis sudah terlaksana antara lain
indikator pada input, outcome, output, dan tujuan. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
pelaksanaan program pengelolaan sampah sudah berlangsung dengan baik, namun terdapat
beberapa indikator yang belum tercapai antara lain indikator penyediaan fasilitas tempat
sampah organik dan anorganik, pengembalian sampah/ residu ke lingkungan secara aman,
pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya, serta pengurangan pencemaran udara dan tanah.
Tidak tercapainya indikator tersebut antara lain disebabkan oleh keterbatasan dana yang
menunjang penyedeiaan fasilitas, keterbatasan teknologi dan sumber daya dalam pengolahan
sampah.
2.
Dari hasil evaluasi berdasarkan kriteria evaluasi yaitu tingkat relevansi tercapai pada program
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan sampah, dan pemrosesan akhir sampah. Kriteria
efisiensi tercapai pada program pengumpulan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir sampah,
efektifitas tercapai pada program pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan
akhir sampah,. Kriteria dampak yang ditimbulkan dari kegiatan penanganan sampah Kota
Semarang secara umum masih belum memberikan dampak dalam pengurangan pencemaran
udara dan tanah seta keberlanjutan hanya tercapai pada program pengangkutan sampah saja.
6.2
Rekomendasi
Secara keseluruhan program penanganan di dalam perda pengelolaan sampah Kota Semarang
sudah berlangsung cukup baik, namun masih terdapat beberapa kekurangan di dalam pelaksanaan
berbagai tahapan yang ada di dalamnya yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas penanganan sampah, perlu
diadakan perbaikan dengan merumuskan rencana tindak sebagai berikut:
No
1
Tabel VI.1
Rencana Tindak Pengelolaan Sampah Semarang
Program Penanganan Sampah
Rencana Tindak
Pemilahan
Pemerintah Kota Semarang membuat kebijakan untuk
setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
18
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
No
Pengumpulan
Pengangkutan
Pengolahan
Pemrosesan Akhir
Rencana Tindak
umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya untuk
menyediakan tempat sampah organik dan anorganik.
Kegiatan pemilahan sampah tersebut hars terus
berlangsung dari sistem persampahan dengan hirarki
terkecil sampai dengan sistem persampahan pada tahap
akhir, sehingga pada proses akhir sampah tetap terpisah
sesuai dengan jenisnya.
Pengoptimalan pelayanan pada kecamatan yang belum
terlayani antara lain Kecamatan Gunungpati dan
Kecamatan Mijen.
Penambahan armada alat angkut berupa truk hidrolik yang
berfungsi untuk mengoptimalkan proses pengangkutan
sampah dari TPS yang terletak pada Kecamatan
Banyumanik dan Kecamatan Tembalang yang terletak
cukup jauh yaitu 30km dari TPA
Pemerintah memberikan dana khusus bagi dinas
kebersihan dan pertamanan untuk pengadaan teknologi
dalam pengelahan sampah non organik
Pemerintah Kota Semarang mengadakan sosialisasi secara
berkala kepada masyarakat tentang pendaurulangan atau
pemanfaatan kembali sampah non organik, berupa plastik,
botol, kertas, dan lain lain.
19
EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A
DAFTAR PUSTAKA
Anita E. Woolfolk dan Larraine McCune-Nicolich. 1984. Educational Psychology for Teachers. New
Jersey: Prentice Hall Inc.
Data TPS Kota Semarang dalam dkp.semarangkota.go.id. 2014. Diunduh pada hari Senin, 15
Desember 2014.
Pelayanan Sampah Kota Semarang dalam dkp.semarangkota.go.id. 2014. Diunduh pada hari
Senin, 15 Desember 2014.
Pengertian Monitoring dan Evaluasi dalam https://www.academia.edu. 2014. Diunduh pada hari
20