You are on page 1of 20

EVALUASI PERENCANAAN

KELOMPOK 4A

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kota Semarang merupakan salah satu kota metropolitan yang ada di Indonesia. Hal ini

ditunjukkan dari peningkatan jumlah penduduk setiap tahun. Jumlah penduduk yang meningkat
berdampak pada peningkatan jumlah sampah sebagai sisa dari pola konsumsi masyarakat.
Pertambahan jumlah dan pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis
sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai
oleh proses alam. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang
sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Pengelolaan sampah
belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Secara teknis, Dinas Kebersihan Dan Pertanaman (DKP) Kota Semarang menangani
permasalahan sampah dengan cara mengambil, menampung di tempat penampungan sampah (TPS)
dan membuangnya ke TPA Jatibarang. Dengan pola penanganan semacam ini, Kota Semarang masih
menghadapi kendala kurangnya tempat penampungan sampah, alat pengangkutan sampah dan
beberapa permasalahan sebagai akibat kompleksitasnya permasalahan perkotaan.
Saat ini, sistem pengelolaan sampah masih mengacu pada pendekatan akhir yaitu pengumpulan
sampah, pengangkutan sampah, dan pembuangan sampah ke TPA. Sistem yang berjalan tersebut
belum memperhitungkan dampak dari penimbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi TPA.
Hal ini harus ditindaklanjuti dengan sistem persampahan yang tepat yaitu mengolah sampah untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Sistem tersebut terdiri dari kegiatan
pengurangan dan penanganan sampah.
Untuk menangani masalah persampahan tersebut, Pemerintah kemudian menerbitkan
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Program yang
ditekankan dalam peraturan yaitu tentang pengurangan dan penanganan sampah di Kota Semarang.
Penanganan sampah di Kota Semarang terdiri dari pewadahan dan pemilahan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Diharapkan dengan adanya kebijakan ini,
system persampahan di Kota Semarang lebih efektif, efisien, relevansi, berdampak dan berkelanjutan.
1.2

Tujuan Evaluasi
Tujuan dari evaluasi program pengelolaan sampah adalah untuk mengetahui seberapa efektif

program tersebut dapat direalisasikan di Kota Semarang. Sehingga dapat diketahui pengaruh program
tersebut terhadap kebersihan Kota Semarang.

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

1.3

Sasaran Evaluasi
Berdasarkan penjelasan tujuan tersebut, kemudian dijabarkan beberapa sasaran yang akan

dilaksanakan antara lain:


1.

Mengidentifikasi program pengelolaan sampah Kota Semarang, khususnya pada program


penanganan sampah.

2.

Mengidentifikasi instrumen monitoring dan evaluasi program pengelolaan sampah

3.

Melakukan analisis monitoring dan analisis evaluasi program pengelolaan sampah

4.

Memberikan rencana tindak perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.

1.4

Metode Evaluasi
Jenis evaluasi berdasarkan bentuknya terdiri dari dua jenis yaitu formatif dan sumatif. Pada

kegiatan evaluasi ini, jenis evaluasi yang dipilih adalah formatif. Evaluasi formatif adalah proses
evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan yang menjadi sasaran evaluasi sedang berjalan. Evaluasi ini
bertujuan untuk memberikan kinerja yang lebih baik lagi pada sasaran evaluasi. Pemilihan evaluasi
formatif disebabkan oleh sasaran evaluasi adalah sebuah program yang sedang dilaksanakan saat ini
juga, selai itu juga disebabkan oleh adanya beberapa persoalan terkait program yang sedang
dilaksanakan tersebut.
Kemudian jenis evaluasi berdasarkan pendekatannya terdiri dari dua jenis yaitu eksperimental
dan naturalistik. Pada kegiatan evaluasi ini, jenis evaluasi yang dipilih adalah naturalistik. Evaluasi
naturalistik adalah proses evaluasi yang dilakukan dengan cara melibatkan evaluator dalam melakukan
evsluasi secara natural terhadap sasaran evaluasi. Pendekatan naturalistik akan memberikan
kemudahan kepada evaluator karena evaluator akan masuk ke dalam kegiatan-kegiatan atau aktivitasaktivitas yang menjadi sasaran evaluasi. Terdapat beberapa karakteristik evaluasi naturalistik antara
lain berdasar pada alasan-alasan induktif, menggunakan data yang beragam, tidak berdasarkan
rencana yang standar dan mencatat realitas yang beragam. Berdasarkan empat karakteristik tersebut
dapat disimpulkan bahwa evaluasi naturalistik merupakan evaluasi yang berdasar pada pemahaman
persoalan melalui observasi yang dilakukan oleh evaluator yang kemudian diinterpretasikan oleh
evaluator. Dengan demikian pemilihan evaluasi naturalistik dikarenakan evaluator akan dapat
memahami persoalan yang ada dan kemudian dapat merumuskan langkah-langkah evaluasi yang tepat
dan objektif.

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

1.5

Kerangka Pikir
Kerangka pikir bertujuan untuk menjelaskan skema atau alur pikir dari laporan tentang evaluasi

pengelolaan sampah di Kota Semarang. Berikut adalah kerangka pikir dari laporan pengelolaan
sampah di Kota Semarang.

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012


tentang Pengelolaan Sampah

Pengurangan Sampah

Pengeloaan Sampah

Pewadahan
dan
Pemilahan

Pengumpulan

Pengangkutan

Pengolahan

Pemprosesan
Akhir

INPUT
Analisis Monitoring dan Evaluasi Perencanaan
(Menggunakan Parameter Keberhasilan)

Efektivitas Peraturan Daerah Kota Semarang


Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah

Gambar 1.1 Kerangka Pikir


Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4A, 2014

Telaah
Dokumen
Wawancara

PROSES

OUTPUT

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

BAB II KERANGKA KERJA MONITORING EVALUASI


2.1

Logical Framework Approach


Berikut adalah logical framework dari evaluasi diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012 tentang

Pengelolaan Sampah.
Tabel II.1 Logical Framework
Pengumpul
Indikator
an Data

Deskripsi

Tujuan

Pengelolaan sampah
bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas
lingkungan

Kesehatan masyarakat
meningkat mencapai 85%

Terwujudnya pemilahan
sampah rumah tangga sesuai
dengan jenis sampah.

Tersedianya fasilitas tempat


sampah organik dan anorganik
di setiap rumah tangga,
kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas
umum, fasilitas sosial, dan
fasilitas lainnya.

Output

Terlaksananya pengumpulan
sampah

Lokasi tempat sampah rumah


tangga, TPS,TPST dan TPA

Telaah
dokumen,
Wawancara

Telaah
dokumen

Telaah
dokumen

Metode analisis

Asumsi dan Resiko

Analisis efektifitas
rute pengangkutan

Kesehatan masyarakat dan kualitas


lingkungan meningkat jika
pengelolaan sampah terlaksana
dengan baik

Analisis Kompilasi
Data

Tempat sampah organik dan


anorganik sudah tersebar di setiap
rumah tangga, kawasan permukiman,
kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum,
fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya,
jika dana tersedia

Analisis Kompilasi
Data

Terlaksananya pemindahan sampah


dari tempat sampah rumah tangga,
TPS, dan TPST ke TPA dengan tetap
menjamin terpisahnya sampah sesuai
jenis sampah, jika tersedia alat
pengangkutan sampah sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

Outcome

Deskripsi

Indikator

Terlaksananya
pengangkutan sampah

Tersedia alat pengangkutan


sampah berupa gerobak
sejumlah 17 unit, becak 25 unit,
viar sejumlah 10 unit, truk
hidrolik/armroll truck sejumlah
100 truk, dump truck sejumlah
20 truk, compactor 3 unit

Pengumpul
an Data

Telaah
dokumen

Metode analisis

Asumsi dan Resiko

Analisis Kompilasi
Data

Gerobak, becak, viar, truk


hidrolik/armroll truck, dump truk,
compactor tersedia sebagai alat
pengangkutan sampah jika tersedia
dana

90% wilayah Kota Semarang


terlayani dan memiliki rute
pengangkutan sampah

Telaah
dokumen

Analisis Kompilasi
Data

Sampah di seluruh wilayah Kota


Semarang dapat terangkut jika sarana
pengangkutan sampah berfungsi
dengan baik, tidak ada hambatan di
jalur pengangkutan

Terwujudnya pengolahan
sampah

25% sampah dapat diolah sesuai


jenisnya

Telaah
Dokumen,
Wawancara

Analisis Kompilasi
Data

Sampah terolah sesuai jenisnya jika


sampah telah dipilah dan
dikumpulkan sesuai jenisnya

Terlaksananya pemrosesan
akhir sampah

50% sampah dan/atau residu


hasil pengolahan dapat
dikembalikan ke lingkungan
secara aman

Observasi

Analisis Deskriptif

Pemrosesan akhir sampah terlaksana


jika sarana dan prasarana pemrosesan
akhir berakhir dengan baik

Sampah menjadi terpilah


sesuai dengan jenisnya.

90% sampah sudah terpilah


sesuai dengan jenisnya

Telaah
dokumen

Analisis Kompilasi
Data

Tempat sampah organik dan


anorganik sudah tersebar di setiap
rumah tangga, kawasan permukiman,
kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum,
social jika dana tersedia

Sampah menjadi lebih


mudah untuk diangkut

70 % TPS, dan TPST berfungsi


dengan optimal

Wawancara
, Observasi

Analisis Deskriptif

Sampah lebih mudah diangkut jika


pengumpulan sampah terlaksana
dengan baik

Sampah tidak menumpuk di


tempat sampah rumah
tangga, TPS, dan TPA

90% sampah terangkut setiap


harinya dari masing-masing
rumah tangga

Observasi

Analisis Kompilasi
Data

Sampah tidak menumpuk di tempat


sampah rumah tangga, TPS, dan TPA
jika kegiatan pengangkutan sampah
dilakukan secara rutin

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

Indikator

Pengumpul
an Data

Metode analisis

Sampah telah berhasil diolah

90% sampah telah diolah

Telaah
dokumen,
Observasi

Analisis Kompilasi
Data

Sampah dan/atau residu hasil


pengolahan dikembalikan ke
lingkungan secara aman

Sungai tidak tercemar, tidak


ada bau yang tidak sedap

Observasi

Analisis Deskriptif

Lingkungan terhindar dari


pencemaran

pencemaran air, udara dan


tanah yang disebabkan oleh
sampah berkurang 50%

Telaah
dokumen,
observasi

Analisis Kompilasi
Data

Penyediaan sarana
pemilahan sampah di TPS,
TPST, dan TPA

Tersedia tempat sampah


organik dan anorganik di setiap
rumah tangga, kawasan
permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas
umum, social dll

Telaah
dokumen

Analisis Kompilasi
Data

Telaah
dokumen

Analisis Kompilasi
Data

Sampah telah berhasil diolah jika


pemerintah melakukan kerja sama
dengan pihak ketiga dan dana
tersedia

Analisis Kompilasi
Data

Gerobak, beC12:H20cak, viar, truk


hidrolik/armroll truck, dump truk,
compactor tersedia sebagai alat
pengangkutan sampah jika tersedia
dana

Deskripsi

Impact

Input
Kegiatan

Penyediaan sarana dan


melakukan pengolahan
sampah di TPS, TPST dan TPA

Penyediaan sarana dan


melakukan pengangkutan
sampah dari TPS, TPST ke
TPA

Tersedia alat pengangkutan


sampah berupa gerobak 17
unit, becak 25 unit, viar 10 unit,
truk hidrolik/armroll truck 100
truk, dump truck 20 truk,
compactor 3 unit
Tersedia alat pengangkutan
sampah berupa gerobak
sejumlah 17 unit, becak 25 unit,
viar sejumlah 10 unit, truk
hidrolik/armroll truck sejumlah
100 truk, dump truck sejumlah
20 truk, compactor 3 unit

Sumber: Analisis Kelompok 4A, 2014

Telaah
dokumen

Asumsi dan Resiko


Sampah telah berhasil diolah dengan
sistem yang ramah lingkungan jika
pemerintah melakukan kerja sama
dengan pihak ketiga
Sampah dan/atau residu hasil
pengolahan berhasil dikembalikan ke
lingkungan secara aman jika
pengolahan dilakukan dengan baik,
dan menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan
Lingkungan terhindar dari
pencemaran jika pengolahan dan
pengangkutan dilakukan dengan baik
Tempat sampah organik dan
anorganik sudah tersebar di setiap
rumah tangga, kawasan permukiman,
kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum,
fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya,
jika dana tersedia dan ada kesadaran
masyarakat untuk memilah sampah

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG


3.1

Pengelolaan Sampah Di Kota Semarang


Produksi/komposisi timbuan sampah Kota Semarang paling besar berasal dari permukiman

rumah tangga yaitu 75% dari total sampah, diikuti sampah pasar 14%, kemudian diikuti sampah komersil,
sapuan jalan dan fasilitas umum 2%-3%, dan sampah paling sedikit timbunannya adalah saluran.
Sedangkan komposisi sampah di Kota Semarang yaitu sampah organic 62% dan sampah non organic
seperti kertas, kaca, plastic, logam sebesar 38%. Jenis pengangkutan sampah yang ada di Kota
Semarang ada 13 jenis yaitu truck hidrolik/arm roll, dump truck sampah, becak/gerobak sampah.
Container, road sweeper, truck ninja, tong sampah bin, crane, tong sampah, truck loader, back hoe,
trailer urinoir, container, bak, depo, dan landasan container. Menurut SK Walikota nomor 660 tahun
2001 tentang penyerahan sebagian tugas Dinas Kebersihan kepada Kecamatan se Kota Semarang,
maka peralatan pengangkutan tersebut diatas diserahkan kepada Kecamatan antara lain truck
hidrolic, dump truck sampah, becak/gerobak sampah dan container.

Penghitungan tempat

pembuangan sampah/TPS penduduk Kota Semarang di buat berdasarkan asumsi satu container
menampung sampah dengan jumlah penduduk 2000 penduduk/500 KK. Dimana satu container
mampu menampung sampah 6 m3. Sampah rumah tangga diangkut ke TPS dengan menggunakan
gerobak sampah kemudian sampah di tiap TPS dibuang ke TPA Jatibarang dengan menggunakan truk
sampah.

Gambar 3.1 Alat Pengangkut Sampah Truk dan Gerobak


Sumber: dkp.demarangkota.go.id, 2014

Berikut adalah daftar rincian jumlah volume sampah yang sudah ditangani oleh Pemerintah Kota
Semarang per kecamatan tahun 2012.

Tabel III.2

Rincian Volume Sampah yang Ditangani Pemerintah Kota Semarang


No
1

Kecamatan

Estimasi
327,35 m3/hari

Ngaliyan

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

No

Kecamatan

Estimasi
329,18 m3/hari

Banyumanik

Gajah Mungkur

Semarang Selatan

245,63 m3/hari

Candisari

244,63 m3/hari

Tembalang

325,29 m3/hari

Pedurungan

433,70 m3/hari

Genuk

198,29 m3/hari

Gayamsari

198,75 m3/hari

10

Semarang Timur

257,53 m3/hari

11

Semarang Utara

386,33 m3/hari

12

Semarang Tengah

243,03 m3/hari

13

Semarang Barat

461,61 m3/hari

14

Tugu

76,00 m3/hari

181,15 m3/hari

3853,78 m3/hari

JUMLAH

*Untuk Kecamatan Mijen dan Kecamatan Gunung Pati sementara yang terlayani adalah pasar.
Sumber: Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Semarang, 2012

Kecamatan yang memproduksi sampah paling besar adalah Kecamatan Semarang Tengah
dengan jumlah sampah 86 ton per hari dan penghasil sampah terkecil adalah Kecamatan Genuk
dengan produksi sampah perhari 18 ton.

Gambar 3.3 TPS Kalisari Baru dan TPS Singosari Timur


Sumber: dkp.demarangkota.go.id, 2014

Total sampah masuk ke TPA Jatibarang perhari adalah kurang lebih 800 ton. Saat ini Kota
Semarang bekerjasama dengan PT Petrokimia mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos,
namun jumlah sampah yang diolah hanya sedikit yaitu 20 ton/perhari. TPA Jatibarang memiliki Luas

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

sebesar 46,183 Ha terbagi atas 27.7098 Ha ( 60 % ) untuk lahan buang dan 18.4732 Ha (40 % ) untuk
infrastruktur kolam lindi (Leachete) sabuk hijau dan lahan cover.

Gambar 3.4 TPA Jatibarang Semarang


Sumber: dkp.demarangkota.go.id, 2014

Berikut adalah rute pengangkutan sampah dengan menggunakan truck oleh Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Semarang.

DARI
SELATAN
DARI
TIMUR
DARI
TIMUR
TENGAH
DARI
UTARA
TIMUR
DARI
UTARA
DARI
TENGAH
DARI
BARAT
TENGAH
DARI
BARAT

Setiabudi

Sultan
Agung

S Parman

Kaligaran
g

Simongan

Untung
Suropati

TPA

Kedungm
undu

Tentara
Pelajar

Majapahit

Sriwijaya

Kaligaran
g

Simongan

Untung
Suropati

TPA

Majapahit

Simpang
Lima

Pandanar
an

Dr
Sutomo

Kaligaran
g

Simongan

Untung
Suropati

TPA

Terboyo

Arteri

Abdulrah
man
Saleh

Untung
Suropati

TPA

Arteri

Abdulrah
man
Saleh

Untung
SUropati

TPA

Jenderal
Sudirman

Abdulrah
man
Saleh

Untung
Suropati

TPA

Johar

Depok

Thamrin

Pandanar
an

Dr
Sutomo

Kaligaran
g

Simongan

Untung
Suropati

Walisong
o

Ngaliyan

Siliwangi

Muradi

Abdulrah
man
Saleh

Untung
Suropati

TPA

Gambar 3.5 Rute Pengangkutan Sampah Kota Semarang


Sumber: Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Semarang, 2012

Dari rute tersebut dapat diketahui bahwa jarak tempuh terdekat pengangkutan sampah dari TPS
ke TPA adalah 6 km yaitu Kecamatan Semarang Barat, sedangkan jarak terjauh pengangkutan sampah
dari TPS ke TPA adalah 30 km yaitu Kecamatan Banyumanik.

TPA

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

BAB IV DESKRIPSI KEGIATAN DAN INDIKATOR MONITORING DAN EVALUASI


PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH
4.1

Instrumen Monitoring dan Evaluasi Program Pengelolaan Sampah


Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, menyebutkan bahwa monitoring merupakan

suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau
kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil
pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang
diperlukan. Tujuan Monitoring untuk mengamati/mengetahui perkembangan dan kemajuan,
identifikasi dan permasalahan serta antisipasinya/upaya pemecahannya. Evaluasi merupakan proses
menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi adalah rangkaian
kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap
rencana dan standar. Evaluasi merupakan merupakan kegiatan yang menilai hasil yang diperoleh
selama kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari itu, evaluasi juga menilai hasil atau produk yang
telah dihasilkan dari suatu rangkaian program sebagai dasar mengambil keputusan tentang tingkat
keberhasilan yang telah dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan.
Dalam melakukan monitoring evaluasi diperlukan instrumen berupa indikator indikator yang
terkait dengan kebijakan atau program. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi
penyimpangan rencana dengan implementasi yang ada, mengetahui perbedaan kondisi, sebagai
bahan umpan balik dan sarana untuk mencapai hasil kegiatan yang lebih baik. Indikator monitoring
yang dipakai dalam monev pengelolaan sampah focus pada penanganan sampah yang dijabarkan lagi
dalam 5 indikator yaitu pewadahan dan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah.
1.

Pemilahan
Indikator ini menjelaskan bahwa fasilitas tempat sampah yang disediakan pada berbagai

kawasan akan mendukung proses pemilahan sampah. Berdasarkan Pasal 25 dalam perda No. 6 Tahun
2012, pemilahan sampah dilakukan dengan memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis
sampah. Pemilahan sampah dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan
anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya.

10

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

2.

Pengumpulan
Indikator ini menjelaskan bahwa pengumpulan sampah dari hirarki yang paling kecil harus tetap

mempertimbangkan jenis sampah tersebut. Berdasarkan Pasal 26 dalam perda No.6 Tahun 2012,
pengumpulan sampah dilakukan dari pemindahan sampah yang ada di rumah tangga, TPS, TPST dan
TPA. Pengumpulan tersebut harus dilakukan dengan tetap menjamin terpilahnya jenis sampah.
3.

Pengangkutan
Indikator ini menjelaskan proses pengangkutan sampah mulai dari sistem persampahan dengan

hirarki paling kecil. Berdasarkan Pasal 27 dalam perda No.6 Tahun 2012, pengangkutan dilaksanakan
dengan urutan sebagai berikut:
a.

Pengangkutan sampah yang berasal dari rumah tangga menuju TPS/ TPST menjadi tanggung
jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/ RW atau Kelurahan.

b.

Pengangkutan sampah dari TPS/ TPST menuju TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah

c.

Pengangkutan sampah dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan
kawasan khusus menuju TPS/ TPST dan TPA menjadi tanggung jawab pengelola kawasan yang
difasilitasi oleh pemerintah daerah.

d.

Pengangkutan sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya menuju TPS, TPST
hingga TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

4.

Pengolahan
Indikator ini menjelaskan mengenai proses pengolahan sampah Kota Semarang yang dijelaskan

pada Pasal 28 Perda No.6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Proses pengolahan sampah yang
dimaksud adalah proses mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah yang ada yang
dilaksanakan di TPS, TPST, dan TPA. Pengolahan sampah dilakukan setelah sampah-sampah sudah
terkumpul dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Indikator yang ada berguna untuk
menilai apakah pada proses pengolahan sampah, sampah telah diolah sesuai jenisnya, dan apakah
sarana dan prasarana pengolahan sampah telah tersedia dan berfungsi sesuai dengan fungsinya.
5.

Pemrosesan Akhir
Indikator ini menjelaskan mengenai pemrosesan akhir sampah Kota Semarang yang dijelaskan

pada Pasal 29 Perda No. 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Pemrosesan akhir sampah adalah
proses pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sampah ke media lingkungan secara
aman. Indikator yang ada berguna untuk menilai apakah sungai di sekitar lokasi TPA tercemar, apakah
residu hasil pengolahan sampah dapat dikembalikan ke lingkungan secara aman.

11

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

BAB V HASIL EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG


5.1

Monitoring Program Pengelolaan Sampah


Monitoring berhubungan erat dengan evaluasi, monitoring merupakan proses pngumpulan dan

penganalisaan informasi (indicator) yang sistematis dan kontinyu tentang kegiatan proyek sehingga
dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan proyek itu selanjutnya. Subbab ini membahas
monitoring tentang Perda No. 6 Tahun 2012 yang membahas mengenai pengelolaan sampah Kota
Semarang. Berikut ini merupakan ukuran ketercapaian program berdasarkan indikator yang disusun.
Tabel V.1
Keterlaksanaan Program Pengelolaan Sampah Kota Semarang
Keterlaksanaan Program
Indikator

Keterangan

Realisasi

Tidak Ya
Tujuan
Kesehatan Masyarakat Meningkat

Identifikasi peningkatan kualitas kesehatan


masyarakat telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kota Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh
hingga tahun 2013 oleh Badan Pusat Statistik Kota
Semarang, Angka Harapan Hidup penduduk
mengalami peningkatan hingga skala 72,44. Nilai ini
menunjukkan bahwa kesehatan di Kota Semarang
cenderung baik dengan acuan standar skala 25 (nilai
minimum)-85 (nilai maksimum).

Output
Tersedianya fasilitas tempat sampah organik
dan anorganik

Tempat sampah organik dan anorganik hanya


tersedia di beberapa ruas jalan areteri dan kolektor
tepatnya hanya di beberapa kawasan saja

tersedianya lokasi tempat sampah pada


rumah tangga, TPS, TPST dan TPA

Terdapat 54 TPS yang tersebar di Kota Semarang,


terdapat 13 TPST yang tersebar di Kota Semarang
dan terdapat 1 TPA di Kota Semarang.

Tersedia alat pengangkutan sampah berupa


gerobak sejumlah 17 unit, becak sejumlah 25
unit, viar sejumlah 10 unit, truk hidrolik/
armroll truck sejumlah 100 unit, dump truck
sejumlah 20 unit, compactor sejumlah 3 unit
Kota Semarang terlayani dan memiliki rute
persampahan

Alat pengangkutan sampah Kota Semarang terdiri


dari 20 unit gerobak, 28 unit becak, 13 unit viar, 84
unit truck armroll/truk hidrolik, 2 unit dump truck, 4
unit truck compactor

Terdapat 16 rute pengangkutan sampah dari


masing-masing kecamatan ke TPA Jatibarang

Sampah dapat diolah sesuai jenisnya

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang


bekerjasama dengan PT. Petrokimia mengolah 20
ton sampah organik menjadi pupuk

12

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

Keterlaksanaan Program
Indikator
Sampah/ residu dapat dikembalikan ke
lingkungan secara aman

Keterangan
Tidak

Realisasi

Ya
Hanya 20 ton sampah organik yang dapat diolah
dari total sampah keseluruhan sebesar 800 ton

Outcome
Sampah sudah terpilah sesuai jenisnya

Sampah yang sudah dipilah di tempat sampah


organik dan anorganik, pada akhirnya disatukan
kembali pada TPA.
Tersedia TPS di masing-masing kecamatan di Kota
Semarang yang berbentuk container yang masingmasing container berfungsi untuk melayani 1.000
penduduk
Pengangkutan sampah Kota Semarang dilakukan
setiap hari dimulai dari pengangkutan sampah
rumah tangga, pengangkutan sampah di TPS dan
TPST baru kemudian ke TPA

TPS, TPST berfungsi secara optimal

Sampah rumah tangga terangkut setiap hari

Sampah telah berhasil diolah

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang


bekerjasama dengan PT. Petrokimia mengolah 20
ton sampah organik menjadi pupuk

Sungai tidak tercemar, tidak ada bau yang


tidak sedap

Sungai Kreo yang terletak di dekat lokasi TPA


Jatibarang tidak mengalami pencemaran, selain itu
air sungai juga masih berfungsi sebagai air baku
PDAM Kota Semarang

Impact
Berkurangnya pencemaran air, udara dan
tanah yang disebabkan oleh sampah

Kualitas udara Kota Semarang masih berada di


bawah ambang batas yaitu 7.000 microgram/Nm3.
Namun, pengolahan sampah di TPA Jatibarang yang
hanya sebanyak 20 ton dari 800 ton per harinya
menyebabkan pencemaran tanah karena
penmumpukan sampah yang tidak terolah akan
menyebabkan pencemaran tanah.
Input

Tersedia tempat sampah organik dan


anorganik di setiap rumah tangga, kawasan
permukiman, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya

Tersedia alat pengangkutan sampah berupa


gerobak sejumlah 17 unit, becak sejumlah 25
unit, viar sejumlah 10 unit, truk hidrolik/
armroll truck sejumlah 100 unit, dump truck
sejumlah 20 unit, compactor sejumlah 3 unit

Tempat sampah organik dan anorganik hanya


tersedia di beberapa ruas jalan areteri dan kolektor
tepatnya hanya di beberapa kawasan saja

Sumber: Analisis Kelompok 4A, 2014

13

Alat pengangkutan sampah Kota Semarang terdiri


dari 20 unit gerobak, 28 unit becak, 13 unit viar, 84
unit truck armroll/truk hidrolik, 2 unit dump truck, 4
unit truck compactor

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

5.2

Evaluasi Program Pengelolaan Sampah


Berdasarkan monitoring yang teah dilakukan terhadap kebijakan pemerintah dalam

pengelolaan sampah, maka dianalisis terhadap kriteria evaluasi yaitu efektivitas, efisiensi, relevansi,
dampak dan keberlanjutan. Berikut adalah analisis evaluasi kebijakan pemerintah terkait pengelolaan
sampah.

Output

Terwujudnya
pemilahan sampah
rumah tangga sesuai
dengan jenis sampah

Tabel V.2
Evaluasi Pengelolaan Sampah Kota Semarang
Kriteria Evaluasi
Keterangan
Pada pemilahan sampah yang ada di
pengelolaan sampah kota semarang ini
Relevansi
dikatakan tidak relevan dikarenakan sampah
yang sudah dipilah di tempat sampah organik
dan non organik, pada akhirnya disatukan
kembali di TPA
Pemilahan yang terdapat pada pengelolaan
sampah di semarang belum efisien
Efisiensi
dikarenakan tersedianya fasilitas tempat
sampah organik dan nonorganik tersedia di
beberapa ruas jalan arteri dan kolektor
tepatnya hanya di beberapa kawasan saja
Sistem pemilahan yang ada tidak efektif
karena sampah yang berhasil diolah hanya
Efektifitas
sampah organik saja sebesar 20 ton dari
sampah seluruhnya 800 ton dan sampah 20
ton tersebut diolah menjadi pupuk.
Akibat kurangnya pengelolaan sampah
organik dan non organik yang terdapat di
semarang ini menyebabkan berkurangnya
kualitas udara dibawah ambang batas / yaitu
7.000 microgram/Nm3 dan pencemaran
tanah.

Dampak

Keberlanjutan

Terlaksananya
pengumpulan sampah

Relevansi

14

Pewadahan dan pemilahan yang ada di


semarang ini tidak dapat berlanjut
dikarenakan efisiensi terhadap penyediaan
fasilitas tempat sampah masih kurang dan
efektivitas masih kurang baik yang
disebabkan sampah yang berhasil diolah
hanya 20 ton dari keseluruhannya yaitu 800
ton.
Tersedianya TPS di masing-masing kecamatan
dikota semarang yang berbentuk container

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

Output

Kriteria Evaluasi

Keterangan
yang masing-masing container berfungsi
untuk melayani 1.000 penduduk tidak relevan,
karena jumlah sampah yang terdapat di kota
semarang tidak dapat mengurangi
pencemaran udara dan tanah
Tempat sampah organik dan non organik
hanya tersedia di beberapa ruas jalan arteri
dan kolektor tepatnya hanya di beberapa
kawasan saja menjadi efisien jika tersedianya
fasilitas tempat sampah organik dan non
organik di lokasi rumah tangga dan
tersedianya TPS dan TPA.
Tersedianya fasilitas tempat sampah organik
dan non organik di lokasi rumah tangga dan
tersedianya TPS dan TPA sangat efektif ketika
TPS dan TPST berfngsi secara optimal
Fasilitas tempat sampah organik dan non
organik, TPS dan TPA tersedia belum
memberikan dampak pada pencemaran udara
yang masih berada di bawah ambang yaitu
7.000 microgram/Nm3 dan pencemaran
tanah.

Efisiensi

Efektifitas

Dampak

Keberlanjutan

Pengumpulan sampah belum terwujud karena


sampah tidak dipilah sampai titik akhir/hingga
ke TPA sehingga sampah yang sebelumnya
sudah dipilah pada pengumpulan sampah di
ruas jalan tidak optimal.
Pengangkutan sampah Kota Semarang
dilakukan setiap hari dimulai dari
pengangkutan sampah rumah tangga,
pengangkutan sampah di TPS dan TPST baru
kemudian ke TPA sehingga mempunyai
relevansi dalam mengurangi pencemaran
udara dan tanah yang disebabkan oleh
sampah.
Alat pengangkutan sampah Kota Semarang
yang terdiri dari 20 unit gerobak, 28 unit
becak, 13 unit viar, 84 unit truck armroll/truk
hidrolik, 2 unit dump truck, 4 unit truck
compactor dan terdapat 16 rute
pengangkutan sampah dari masing-masing

Relevansi

Terlaksananya
pengangkutan sampah

Efisiensi

15

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

Output

Kriteria Evaluasi

Efektifitas

Dampak

Keberlanjutan

Relevansi

Efisiensi

Terwujudnya
pengolahan sampah

Efektifitas

Dampak

16

Keterangan
kecamatan ke TPA Jatibarang cukup efisien
dalam terlaksananya pengangkutan sampah.
Pengangkutan sampah Kota Semarang cukup
efektif karena dilakukan setiap hari dimulai
dari pengangkutan sampah rumah tangga,
pengangkutan sampah di TPS dan TPST baru
kemudian ke TPA.
Pengangkutan sampah terlaksana dengan
baik memberikan dampak angka harapan
hidup penduduk mengalami peningkatan
hingga skala 72,44. Nilai ini menunjukkan
bahwa kesehatan di Kota Semarang
cenderung baik dengan acuan standar skala
25 (nilai minimum)-85 (nilai maksimum).
Pengangkutan sampah Kota Semarang
memiliki sisi keberlanjutan karena alat-alat
pengangkutan sampah dinilai efisien dalam
membuat proses pengangkutan sampah
rumah tangga, pengangkutan sampah di TPS
dan TPST baru kemudian ke TPA yang
dilakukan setiap hari cukup efektif.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Semarang bekerjasama dengan PT.
Petrokimia mengolah 20 ton sampah organik
menjadi pupuk mempunyai relevansi dalam
mengurangi pencemaran udara dan tanah
yang disebabkan oleh sampah.
Tempat sampah organik dan anorganik hanya
tersedia di beberapa ruas jalan arteri dan
kolektor tepatnya hanya di beberapa kawasan
saja sehingga efisiensi belum tercapai karena
sampah belum dapat diolah sesuai jenisnya
yang disebabkan sampah belum dipilah.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Semarang bekerjasama dengan PT.
Petrokimia mengolah 20 ton sampah organik
menjadi pupuk cukup efektif meskipun
diharapkan ditahun selanjutnya semakin
banyak sampah organik yang dapat diolah.
Pengolahan sampah di TPA Jatibarang hanya
sebanyak 20 ton dari 800 ton per harinya
menyebabkan pencemaran tanah karena
penumpukan sampah yang tidak terolah akan
menyebabkan pencemaran tanah. Selanjutnya

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

Output

Kriteria Evaluasi

Keberlanjutan

Relevansi

Efisiensi

Efektifitas
Terlaksananya
pemrosesan akhir
sampah
Dampak

Keberlanjutan

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4A, 2014

17

Keterangan
kualitas udara Kota Semarang masih berada di
bawah ambang batas yaitu 7.000
microgram/Nm3.
Pengolahan sampah Kota Semarang masih
belum menuju keberlanjutan karena kurang
efisiennya pemilahan sampah dan hanya baru
20 ton sampah yang mampu diolah dari 800
ton sam per harinya.
Sungai Kreo yang terletak di dekat lokasi TPA
Jatibarang tidak mengalami pencemaran,
selain itu air sungai juga masih berfungsi
sebagai air baku PDAM Kota Semarang
relevansi dengan pengurangan pencemaran
air yang disebabkan oleh sampah.
Efisiensi pemrosesan akhir sampah belum
tercapai karena hanya 20 ton sampah organik
yang dapat diolah dari total sampah
keseluruhan sebesar 800 ton tiap harinya.
Pemrosesan akhir sampah Kota Semarang
terbilang efektif karena air Sungai Kreo tidak
mengalami pencemaran dan masih berfungsi
sebagai air baku PDAM Kota Semarang.
Pemrosesan akhir sampah Kota Semarang
belum baik sehingga berdampak pada kualitas
udara Kota Semarang masih berada di bawah
ambang batas yaitu 7.000 microgram/Nm,
pencemaran tanah karena hanya sebanyak 20
ton dari 800 ton per harinya dan sisanya
terjadi penumpukan.
Keberlanjutan pemrosesan akhir sampah
belum terwujud karena hanya masih 20 ton
sampah organik yang dapat diolah dari total
sampah keseluruhan sebesar 800 ton tiap
harinya meskipun air Sungai Kreo tidak
mengalami pencemaran dan masih berfungsi
sebagai air baku PDAM Kota Semarang.

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

BAGIAN VI PENUTUP
6.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis monitoring dan evaluasi penanganan sampah di Kota Semarang pada

perda No. 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah dapat disimpulkan bahwa :
1.

Sebagian besar indikator yang terdapat pada kerangka logis sudah terlaksana antara lain
indikator pada input, outcome, output, dan tujuan. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
pelaksanaan program pengelolaan sampah sudah berlangsung dengan baik, namun terdapat
beberapa indikator yang belum tercapai antara lain indikator penyediaan fasilitas tempat
sampah organik dan anorganik, pengembalian sampah/ residu ke lingkungan secara aman,
pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya, serta pengurangan pencemaran udara dan tanah.
Tidak tercapainya indikator tersebut antara lain disebabkan oleh keterbatasan dana yang
menunjang penyedeiaan fasilitas, keterbatasan teknologi dan sumber daya dalam pengolahan
sampah.

2.

Dari hasil evaluasi berdasarkan kriteria evaluasi yaitu tingkat relevansi tercapai pada program
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan sampah, dan pemrosesan akhir sampah. Kriteria
efisiensi tercapai pada program pengumpulan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir sampah,
efektifitas tercapai pada program pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan
akhir sampah,. Kriteria dampak yang ditimbulkan dari kegiatan penanganan sampah Kota
Semarang secara umum masih belum memberikan dampak dalam pengurangan pencemaran
udara dan tanah seta keberlanjutan hanya tercapai pada program pengangkutan sampah saja.

6.2

Rekomendasi
Secara keseluruhan program penanganan di dalam perda pengelolaan sampah Kota Semarang

sudah berlangsung cukup baik, namun masih terdapat beberapa kekurangan di dalam pelaksanaan
berbagai tahapan yang ada di dalamnya yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas penanganan sampah, perlu
diadakan perbaikan dengan merumuskan rencana tindak sebagai berikut:

No
1

Tabel VI.1
Rencana Tindak Pengelolaan Sampah Semarang
Program Penanganan Sampah
Rencana Tindak
Pemilahan
Pemerintah Kota Semarang membuat kebijakan untuk
setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas

18

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

No

Program Penanganan Sampah

Pengumpulan

Pengangkutan

Pengolahan

Pemrosesan Akhir

Rencana Tindak
umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya untuk
menyediakan tempat sampah organik dan anorganik.
Kegiatan pemilahan sampah tersebut hars terus
berlangsung dari sistem persampahan dengan hirarki
terkecil sampai dengan sistem persampahan pada tahap
akhir, sehingga pada proses akhir sampah tetap terpisah
sesuai dengan jenisnya.
Pengoptimalan pelayanan pada kecamatan yang belum
terlayani antara lain Kecamatan Gunungpati dan
Kecamatan Mijen.
Penambahan armada alat angkut berupa truk hidrolik yang
berfungsi untuk mengoptimalkan proses pengangkutan
sampah dari TPS yang terletak pada Kecamatan
Banyumanik dan Kecamatan Tembalang yang terletak
cukup jauh yaitu 30km dari TPA
Pemerintah memberikan dana khusus bagi dinas
kebersihan dan pertamanan untuk pengadaan teknologi
dalam pengelahan sampah non organik
Pemerintah Kota Semarang mengadakan sosialisasi secara
berkala kepada masyarakat tentang pendaurulangan atau
pemanfaatan kembali sampah non organik, berupa plastik,
botol, kertas, dan lain lain.

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4A, 2014

19

EVALUASI PERENCANAAN
KELOMPOK 4A

DAFTAR PUSTAKA
Anita E. Woolfolk dan Larraine McCune-Nicolich. 1984. Educational Psychology for Teachers. New
Jersey: Prentice Hall Inc.

Data TPS Kota Semarang dalam dkp.semarangkota.go.id. 2014. Diunduh pada hari Senin, 15
Desember 2014.
Pelayanan Sampah Kota Semarang dalam dkp.semarangkota.go.id. 2014. Diunduh pada hari
Senin, 15 Desember 2014.
Pengertian Monitoring dan Evaluasi dalam https://www.academia.edu. 2014. Diunduh pada hari

Senin, 15 Desember 2014.


Suparlan. 1997. Paradigma Naturalistik dalam Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Penggunaannya.
Majalah Antropologi Indonesia No. 53 Vol 21. Jurusan Antropologi FISIP UI.
Scriven, M. 1991. Evaluation Thesaurus. Sage.

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Jatibarang dalam dkp.semarangkota.go.id. 2014. Diunduh


pada hari Senin, 15 Desember 2014.

20

You might also like