You are on page 1of 9

REFLEKS SPINAL PADA KATAK

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Ajie Wicaksono AT
: B1J010186
: II
:6
: Devi Olivia Muliawati

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2012

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hewan Vertebrata dan beberapa hewan Avertebrata memiliki suatu sistem yang
mengatur koordinasi keseluruhan gerak tubuhnya. Tugas itu dilaksanakan oleh
sistem yang disebut sistem saraf. Sistem ini sangat kompleks perkembangannya
pada hewan Vertebrata dalam mengatur fungsi alat alat tubuh. Berdasarkan
letaknya sistem saraf terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf perifer (tepi).
Sistem saraf pusat memiliki peran dalam mengatur keseluruhan fungsi alat
tubuh serta dalam pengolahan berbagai respon dalam kehidupan serta efek yang
akan dilakukan diatur di sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan
batang spinal. Hewan Vertebrata telah memiliki otak yang terdapat di dalam tulang
kepalanya dan berfungsi dengan baik dalam pengolahan rangsang dan pemberian
efek dari rangsang tersebut secar sistematis.
Sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer merupakan simpul simpul saraf
perpenjangan dari sistem saraf pusat yang berfungsi untuk menerima respon secara
langsung dan penyaluran respon tersebut ke sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi
terdiri dari saraf kranial, saraf spinal, dan truncus simpaticus. Sistem saraf tepi
letaknya berlekatan dengan sistem gerak tubuh terutama otot sehingga efek yang
disalurkan dari respon yang diberikan langsung distimulus oleh otot sehingga
timbullah gerak. Gerak yang ditimbulkan dari stimulus yang diberikan oleh sistem
saraf terbagi menjadi dua bagian yaitu : gerak yang disadari dan gerak refleks.
Gerak yang disadari timbul dari rangkaian penyaluran respon dan pengolahan
di otak sehingga timbul ritme gerakan yang kita inginkan. Berbeda dengan gerak
yang disadari dalam gerak refleks biasanya hewan vertebrata terutama katak
melakukan gerak yang tidak seperti biasanya dilakukan karena rangkaian rangsang
yang ditimbulkan lebih ke arah cepat dan tanpa pengolahan respon di otak. Refleks
inilah yang sering disebut juga jawaban cepat terkait reaksi yang ditimbulkan oleh
rangsangan yang tidak biasa sehingga jalur penyalurannya tanpa melalui otak
hanya berakhir di medulla spinalis sehingga terkadang penyebutan untuk gerak
refleks ini ialah refleks spinal.
I.2

Tujuan

Untuk mengetahui terjadinya refleks pinal pada katak (Fejervarya cancrivora).


II.

MATERI DAN METODE

II.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah Katak (Fejervarya
cancrivora), larutan asam sulfat 1%. Alat alat yang digunakan ialah jarum, pinset,
gunting, tempat penggatung katak, baki preparat.
II.2

Metode

Cara kerja yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah:


1. Otak katak dirusak dengan jarum preparat

2. Refleks katak diamati spserti pembalikan tubuh, penarikan kaki depan dan
belakang kemudian dicelupakan kakinya pada H2SO4 1%.
3. Bagian medulla spinalis dirusak dari mulai , , , dan semua bagiannya
lalu refleks yang terjadi pada point sebelumnya diamati.
4. Hasil dimasukkan kedalam tabel.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil
Tabel Refleks Spinal pada Katak (Fejervarya cancrivora)
Pembalikan

Penarikan kaki

Penarikan kaki

H2SO4

tubuh

depan

belakang

1%

Perusakan otak

Perusakan

Perlakuan

tulang belakang
Perusakan
tulang belakang
Perusakan
tulang belakang
Perusakan total
Keterangan :
(+) ada reaksi (refleks)
(-) tidak ada reaksi (refleks)

III.2 Pembahasan
Praktikum kali ini memberi perlakuan terhadap katak berupa perusakan otak,
perusakan tulang belakang, tulang belakang tulang belakang dan total.
Berdasarkan tabel pengamatan di atas dapat diketahui respon pembalikan tubuh
hanya terjadi pada perusakan otak, sedangkan pada perlakuan dengan perusakan
tulang belakang, tulang belakang tulang belakang dan total. Selain itu juga
respon berupa penarikan ekor depan, penarikan ekor belakang dan pemberian
H2SO4 hanya terjadi pada perusakan otak. Menurut Rizzoli et al (2003),
penambahan H2SO4 pada keadaan tertentu dapat menyebabkan gerak reflek
karena H2SO4 merupakan zat kimia yang bersifat asam. Zat kimia yang bersifat
asam akan memberikan rangsangan terhadap saraf yang akan mengakibatkan
gerakan refleks, semakin tinggi kadar dari zat kimia tersebut maka akan semakin
cepat merusak sistim dari saraf. Perusakan fisik juga akan menyebabkan sistim
saraf rusak terutama otak dan sumsum tulang belakang.
Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang
bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap suatu stimulus tertentu. Respon
tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua neuron,
membentuk suatu busur refleks. Dua neuron yang penting dalam suatu busur
refleks adalah neuron afferen, sensoris, atau penghubung (interneuron) yang
terletak diantara neuron reseptor dan neuron efektor. Refleks spinal merupakan
refleks yang paling sederhana, meskipun refleks dapat melibatkan berbagai bagian
otak dan sistem saraf otonom. Refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang
digambarkan

dengan

refleks

pemukulan

ligamentum

partela,

sehingga

menyebabkan otot lutut terentang. Aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol
kesadaran (Frandson,1992).
Menurut Ville et al. (1988), sejumlah refleks melibatkan hubungan antara
banyak interneuron dalam sum-sum tulang belakang. Sum-sum tulang belakang
tidak hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi juga
berperan penting dalam memadukan gerak refleks. Mekanisme gerak refleks yaitu:
Stimulus

Respon

reseptor

efektor

neuro afferen

neuro

medulla

Mekanisme gerak reflek pada katak menurut Storer (1970), yaitu:


1. Adanya reseptor rangsangan dari luar
2. Induksi nervous impuls atau badan sel syaraf ke tulang belakang
3. Adanya sinapsis,
4. Terjadi penerimaan rangsangan oleh neuron motorik, terjadilah reflek oleh
efektor sebagai respon.
Menurut Gordon (1972), sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan
sistem saraf perifer. Sistem saraf terdiri dari beberapa akson atau serabut saraf
yang berasal dari bagian dasar otak. Sistem saraf bercabang dua, yaitu somatik
(terutama mengendalikan otot sadar) dan automatik (mengendalikan fungsi-fungsi
tak sadar). Unsur terkecil dalam sistem saraf baik secara struktural maupun
fungsional disebut neuron. Serangkaian neuron menghubungkan suatu reseptor
dengan suatu efektor. Neuron afferen merupakan bagian dari suatu saraf spinal dan
menjulur ke dalam sumsum tulang belakang, tempat neuron bersinaps dengan
interneuron. Selanjutnya interneuron meneruskan impuls neuron eferen yang
menjulur dari sumsum tulang belakang dan membawa impuls itu kembali melalui
saraf spinal ke sekelompok otot ekstensor (Ville et al.,1988). Reseptor ialah
bangunan dalam sistem saraf yang berfungsi menerima suatu stimulus tertentu.
Ujung yang panjang dari neuron bipolar atau neuron pseudounipolar dapat

bertindak sebagai reseptor (Haryadi,2003).


Gambar Sel Syaraf

Sistem syaraf sangat penting pada hewan tingkat tinggi yaitu sebagai sistem
komunikasi yang kompleks dan cepat. Komunikasi intrasel ditengahi oleh impuls
syaraf, impuls tersebut dapat berupa gelembung-gelembung berjalan yang
berbentuk arus ion. Transmisi sinyal antara neuron-neuron dan antara neuron otot
seringkali dimediasi secara kimiawi oleh neurotransmitter (Gunawan, 2002). Refleks
spinal melenturkan dan dibangkitkan oleh substansi elektrik yang digunakan dan
pertama kali di perlakukan pada jari kaki belakang. Posisi jarum di samping sebelah
dalam merupakan contoh dari rangsangan syaraf yang membentuk gelombang nadi
(Darren D et al, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi reflek spinal antara lain :
1. Ada tidaknya rangsangan atau stimulus
Rangsangan

dari

luar

contohnya

adalah

derivat

dari

temperatur,

kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari dalam yaitu
dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan langsung bereaksi
pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan-hewan mempunyai kepekaan yang
spesial. Somato sensori pada reflek spinal dimasukkan dalam urat spinal sampai
bagian dorsal. Sensori yang masuk dari kumpulan reseptor yang berbeda
memberikan pengaruh hubungan pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal
(Richard et al, 1989).
2. Berfungsinya sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk
mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya
sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap
reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang
belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon
terhadap stimulus atau rangsang (Ville et al., 1988).

IV.

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Katak merupakan salah satu hewan vertebrata yang memiliki reflek spinal,
yaitu merupakan reflek yang sederhana.
2. Perusakan otak tidak mengakibatkan kerusakan reflek spinal karena pusat
refleks terdapat pada medulla spinalis.
3. Perusakan , ,

dan total tulang belakang menunjukkan respon

negative, yaitu tidak terjadinya reflex spinal.


4. Perusakan awal menyebabkan terjadinya gerak refleks pada katak, dan
perusakan yang bertingkat menyebabkan sedikit demi sedikit lemahnya
kemampuan katak untuk melakukan gerak refleks dan menyebabkan
hubungan antara satu sisi dengan sisi yang lain dari korda spinal terputus.

1.2 Saran
Praktikan sebelumnya seharusnya diberitahu dahulu bagian-bagian yang tidak
langsung menusuk bagian organ dalam katak yang dapat melumpuhkan katak
secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA
Bevelander, G. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga, Jakarta.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Gordon, M. S. 1979. Animal Physiology. Mc Millan Publishing Co. Ltd, New York
Haryadi, B. 2003. Fisiologi Hewan I. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Gunawan, A. 2002. Mekanisme Penghantaran Dalam Neuron ( Neurotransmisi).
Integral, 7 (1) : 38.
ORielly, Darren D. and Christopher W. Loomis. 2007. Spinal Prostaglandins
Facilitate Exaggerated A and C-fibermediated Reflex Responses and Are
Critical to the Development of Allodynia Early after L5L6 Spinal Nerve
Ligation. the American Society of Anesthesiologists, USA.
Rizzoli, S. O dan Richads, D. A. 2003. Monitoring Synaptic Vesicle Recycling In
Frog Motor Nerve Terminal With FM dyes. Ijournal of Neurocytology. 32, 539549.
Storer, T. I, W.F. Walker dan R.D. Barnes. 1970. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta
Villee, C.A, Walker dan D.Barnes.1988. Zoologi Umum edisi keenam. Erlangga,
Jakarta.

You might also like