Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Dessy Mira Vitaloka
4151121405
Andyka Prasetiyo
4151121486
Zulfi Marieta
4151121488
BAB I
KASUS
: Irfandi
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 17 tahun
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
: Penglihatan buram
Anamnesis Khusus :
Sejak 1 tahun yang lalu pasien mengeluhkan penglihatan menjadi buram apabila
melihat jarak jauh pada kedua mata terutama sebelah kanan. Keluhan dirasakan timbul
berangsur-angsur semakin buram. Keluhan disertai mata menjadi cepat lelah dan kebiasaan
memicingkan mata supaya pandangan menjadi lebih jelas. Keluhan tidak disertai sakit kepala
dan silau. Pasien masih bisa melihat jelas dalam jarak dekat. Keluhan juga tidak disertai
dengan penglihatan seperti berasap, penglihatan seperti melihat teropong, dan sering
menabrak benda disekitarnya ketika berjalan pada malam hari.
Pasien mengatakan memiliki kebiasaan main game online setiap hari, terutama pada
hari libur
Pemeriksaan Subjektif
Visus dan Refraksi
VOD
: 5/30
VOS
: 5/15
Add
Add
:-
:-
OS
Muscle balance
Ortotropia
Palpebra superior
Tenang
Tenang
Palpebra inferior
Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Tenang
Konjungtiva Bulbi
Tenang
Tenang
Kornea
Jernih
Jernih
COA
Sedang
Sedang
Pupil
Direct/Indirect (+/+)
Direct/Indirect (+/+)
Jernih
Jernih
Silia
Konjungtiva
Tarsalis Superior
Konjungtiva
Tarsalis Inferior
Iris
Lensa
b) Palpasi
Tekanan Intra Okuler OD : Normal
Tekanan Intra Okuler OS : Normal
Funduskopi
USG
1.7 PENATALAKSANAAN
Kacamata dengan resep :
VOD
VOS
: 5/15 = S- 1,00
PD
: 61/59
= 5/5
1.8 PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penglihatan buram
Pada gangguan penglihatan mata buram harus di bedakan onsetnya. Bila mata buram
terjadi secara mendadak kemungkinan central retinal artery oclusion (CRAO), central retinal
vein oclusion (CRVO), ablasio retina, neurosis optik, iskemik optik neuropati, traumatik
optik neuropati atau toksik optik neuropati. Sedangkan apabila mata buram
terjadi
timbul berangsur-angsur pada usia remaja adalah gangguan refraksi. Gangguan refraksi
dapat berupa miopia, astigma dan hipermetropia. Pada pasien ditemukan gejala buram
apabila melihat jarak jauh, mata menjadi cepat lelah dan kebiasaan memicingkan mata yang
merupakan gejala klinis miopia. Hipermetropia disingkirkan karena pada pasien tidak ada
kelainan dalam penglihatan jarak dekat.
Keluhan juga tidak disertai dengan penglihatan seperti berasap, penglihatan seperti
melihat teropong, dan sering menabrak benda disekitarnya ketika berjalan pada malam hari.
Anamnesis tersebut dapat menyingkirkan kemungkinan terjadinya katarak, glukoma
simplek, ataupun retinitis pigmentosa.
Pasien mengatakan bahwa memiliki kebiasaan main game online setiap hari,
terutama pada hari libur 5 jam perhari. Ibu pasien diketahui memakai kacamata untuk
membantu penglihatan jarak jauh.
Pada pasien memiliki faktor risiko miopia berupa faktor herediter dan sering
melakukan kegiatan dalam jarak dekat. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua
miopia adalah 32,9%, sedangkan 18,2% pada anak dengan salah satu orang tua yang miopia
dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia. Dari penelitian terdahulu,
didapati seseorang yang bekerja dengan pekerjaan yang memerlukan untuk melihat objek
dengan jarak yang dekat mempunyai prevalensi miopia yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok pekerjaan lain.
Pasien baru pertama kali melakukan pemeriksaan mata dan belum pernah memakai
kacamata sebelumnya.
Hal menunjukkan bahwa pasien belum pernah melakukan koreksi visusnya.
: 5/30
VOS
: 5/15
Add
Add
:-
Pemeriksaan visus pada penglihatan buram merupakan hal yang penting karena bisa
melihat ketajam penglihatan sentral. Kemudian dilakukan pemeriksaan pinhole untuk
membedakan apakah penglihatan kabur disebabkan oleh kelainan refraksi atau oleh media
refraksi. Dan pada pasien setelah dipasang pin hole visusnya menjadi lebih baik, sehingga
kelainan yang terjadi adalah kelainan refraksi.
: 5/30
VOS
: 5/15
Pin Hole
: membaik
Pada visus dasar tersebut diberikan koreksi VOD=S-2,00 dan VOS=S-1,00 sehingga termasuk
ke klasifikasi miopia ringan (1-3 dioptri).
Miopia aksial dijadikan diagnosa kerja karena pada pasien tidak ditemukan salah satu gejala
pada miopia refraktif seperti katarak intumesen, dan miopia yang sering merupakan bentuk miopia
aksial.
2.7 PENATALAKSANAAN
Pada pasien dianjurkan memakai kacamata spheris negatif atas dasar :
Visus dasar mata kanan 5/30 dan mata kiri 5/15, dilakukan koreksi pada mata kanan
dengan lensa spheris negatif 2,00 dan pada mata kiri dilakukan koreksi dengan lensa spheris
negatif 1,00 sehingga didapatkan kedua visus menjadi membaik. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan pupil distance (menentukan jarak kedua refleks cahaya pada pupil) dengan hasil
59 mm (untuk penulisan resep hasil pupil distance ditambah 2 mm menjadi 61/59).
2.8 PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: ad bonam
Quo ad Functionam
: ad bonam
Pada tingkat ringan dan sedang pada miopia prognosisnya baik bila penderita miopia
memakai kacamata.