You are on page 1of 8

REFARAT

DESEMBER 2014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI

Oleh :

WAHYUNI M.R RUSENG


N 111 13 022

Pembimbing :

dr. Annisa A. M. SH, M. Kes, Sp. F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
DESEMBER
2014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI
I.

Pengertian
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber, sifat serta khasiat racun, gejala-

gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan pada korban hidup
dan

meninggal dunia. Pemeriksaan Toksikologi adalah pemeriksaan tambahan untuk

mengidentifikas bahan racun yang diduga ada dalam organ atau jaringan tubuh dan cairan
korban.

II.

Tujuan
a. membantu penyidik dalam pengusutan perkara yaitu : mencari, menghimpun,
menyusun dan menilai barang bukti di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
b. untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bahan/racun yang diduga ada dalam organ
atau jaringan tubuh dan cairan tubuh korban.

III.

Prosedur Pemeriksaan

1. Informasi kontak dengan racun dan olah tempat kejadian perkara

Pemeriksaan toksikologi dapat mengidentifikasi jenis racun yang terdapat di berbagai


masyarakat meliputi barbiturat, transquiliser, senyawa analgetik, sianida, zat korosif dan
pelarut bahan kimia untuk keperluan rumah tangga. Informasi sisa barang bukti yang
didapat harus dicocokan dengan tanda klinis yang dijumpai pada tubuh korban saat
pemeriksaan. Pada korban hidup perlu informasi kapan zat itu masuk dan keadaan
setelah kontak dengan racun.
Beberapa jenis racun dan gejala klinis yang ditimbulkan
Jenis Racun

Gejala klinis

Larutan asam (HCL, H2S04)

Seperti terbakar di sekitar mulut, bibir, dan hidung

Anilin

Kulit muka dan leher terlihat gelap

(hipnotik,nitrobenzene)
Arsen

Diare berat, nyeri perut

Atropin

Dilatasi pupil

Larutan basa

Seperti terbakar di sekitar mulu, bibir dan hidung

Asam karbol

Bau seperti disinfektan

Sianida

Mati cepat, kulit merah seperti buah peach

Karbon monoksida

Kulit merah terang

Racun makanan

Muntah, sakit perut

Metal

Diare, muntah, sakit perut

Nikotin

Kejang

Opiate

Miosis pupil

Asam oksalat

Bau seperti bawang

strychnine

Kejang, muka dan leher gelap

2. Mengidentifikasi jenis racun

Sesuai dengan aksinya racun dibedakan 7 kelompok


a. Korosif : asam atau basa kuat misalnya cresol, HCL, H2S04
b. Zat yang menyebabkan iritasi : logam ( As, Sb, Hg) dan fosfor, ammonia, dan SO2.

c. Hipnotik dan narkotik : barbiturat, morfin, kloral


d. Deliriant dan convulsant : kokain, strikhnin aconite
e. Paralitik dan anti kolinesterase : coniine, curane, nikotin
f. Gas atau uap yang beracun : misalnya CO, H2S, HCN, Arsine, tetrakholeran

3. Pengambilan dan pemeriksaan sampel serta intrepretasi hasil pemeriksaan


laboratorium

a. Pengambilan sampel
Sisa barang bukti darah, cairan viterus, muntahan, urin, feses, rambut untuk analisa
toksikologi. Jika segala jenis pemeriksaan terarah, tapi gejala tidak jelas maka perlu
dipikirkan cara masuk racun, metabolisme dan ekskresinya. Harus dipertimbangkan
kecurigaan terhadap jenis racun yang masuk ke dalam tubuh
a) Pada korban hidup
-

Darah merupakan bahan pemeriksaan yang terpenting, sampel darah yang


diambil dibagi 2 masing-masing sejumlah 5ml. Bagian pertama
ditambahkan serbuk Natrium Fenorida (Naf) sebagai bahan pengawet,
sehingga kadar Naf menjadi 1%, bagian ke dua tidak diberi bahan
pengawet

I.

semua urin yang didapat harus diambil.,

Bilasan lambung, semua cairan bilasan lambung harus diambil.


Pada jenazah
-

Lambung dengan isinya.

Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan


pada usus setiap jarak sekitar 60cm.

Darah yang diambil harus perifer (V, jugularis, v. Arillaris) pengambilan


darah dari v. Porta harus dihindarkan konsentrasi racun disini pada
umumnya lebih tinggi sehingga dapat menimbulkan penafsiran yang
salah. Darah yang diambil dibagi 2 sebanyak 25 mL, bagian pertama
diberi pengawet, bagian kedua tanpa pengawet. Darah dapat diambil dari
jantung untuk itu harus dipisahkan darah yang diambil dari jantung
sebelah kiri dan dari sebelah kanan, agar diperoleh kadar racun yang
sesungguhnya

Hati sebagai tempat detoksifikasi, hati yang diambil sebanyak 500 gram.

Ginjal diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan dengan logam


berat khususnya, dan bila urin tidak tersedia.

Otak diambil 500 gram, khusus untuk keracunan khloroform dan


keracunan sianida, hal tersebut dimungkinkan karena otak terdiri dari
jaringan lipoid yang mempunyai kemampuan untuk meretensi racun
walaupun telah mengalami pembusukan.

Urin diambil seluruhnya, penting oleh karena pada umumnya racun akan
dieksresikan melalui urin, khususnya untuk tes penyaring pada
keracunan narkotika, alcohol, dan stimulan.

Empedu sama halnya dengan urin diambil oleh karena tempat ekskesi
berbagai racun terutama narkotik.

b. Pemeriksaan langsung
Penanganan sampel untuk pemeriksaan alkohol, sianida, dan arsen dapat langsung
diperiksa dan dianalisis hasilnya

c. Pengawetan
Pemeriksaan sampel untuk zat lain perlu dirujuk, sampel organ perlu diawetkan
dengan pengawat

yang sesuai

(biasanya

alkohol

absolut/

95% dengan

mempertimbangkan zat yang akan diperiksa tidak rusak/terpengaruh terhadap


alkohol), sedangkan muntahan dan sisa barang bukti , tanpa bahan pengawet segera
dikirim untuk dirujuk.

d. Pembungkusan dan pengiriman barang bukti


Pembungkusan dan pengiriman barang bukti untuk pemeriksaan toksikologi,
disesuaikan dengan sampel yang akan dikirim ; untuk organ dimasukkan ke dalam
toples streril yang tertutup rapat, bahan/zat yang lain dapat pula dimasukkan ke
dalam plastik yang masih baru dan tertutup rapat, disertai label, berita acara dan
surat permohonan pemeriksaan, bahan pengawet yang diperlukan dengan wadah
tersendiri disertakan (sebagai kontrol)

e. Analisis hasil
Pemeriksaan toksikologi dikaitakan dengan hasil pemeriksaan tubuh korban dan
hasil pemeriksaan penunjang yang lain jika ada.

Unit yang terkait


1) Unit laboratorium Forensik
2) Penyidik

SKEMA PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI

Organ

Cairan
Tubuh

Isi Lambung

Pemeriksaan
Langsung

Sisa
Barang
Bukti

Muntahan

Pemeriksaan
Tidak
Langsung

Pengawetan

Uji
Laboratorium

Hasil
Pemeriksaan

Dirujuk

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Peranan Toksikologi dalam Pembuatan Visum Et Repertum Terhadap Pembuktian


Tindak Pidana Pembunuhan dengan Menggunakan Racun. 2009. Acsessed 23 December
2014 from http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20996/3/Chapter%20II.pdf

Budiyanto A., Widiatmaka W., Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Jakarta : Bagian
Kedokteran Forensik FKUI. 1997

Tim Penyusun Paduan Belajar FK UGM , Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal .
Yogyakarta : Bagian Forensik FK UGM. 2013

You might also like