You are on page 1of 22

JOURNAL READING

DETECTION OF BACTERIAL DNA IN SERUM FROM COLON


CANCER PATIENTS: ASSOCIATION WITH CYTOKINE LEVELS AND
CACHEXIA

PEMBIMBING:
dr. Bakri B Hasbullah, Sp. B, FINACS

DISUSUN OLEH
RohmiliaKusuma, S.Ked
J500080009

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

BAB I
BAHAN DAN CARA

A. Sumber
Jurnal ini diambil dari Herbert Open Acces Journal dengan judul
Detection of Bacterial DNA in Serum from Colon Cancer Patients:
Association with Cytokine Levels and Cachexia tanggal 22 Mei 2012,
halaman 1-5.

B. Judul dan Penulis


Judul jurnal ini adalah, Detection of Bacterial DNA in Serum from Colon
Cancer Patients: Association with Cytokine Levels and Cachexia. Artikel ini
ditulis oleh Jian Zhang, Lei Mi, Yongjie Wang, dan Dianliang Zhang.
Department of General Surgery, the Affiliated Hospital of Medical College
Qingdao University; Department of General Surgery, the Central Hospital of
TaiAn City; dan Department of Thoracic Surgery, the Affiliated Hospital of
Medical College Qingdao University.

C. Abstrak
1.

Latar Belakang
Semakin banyak bukti bahwa pasien kanker cachexia memiliki tingkat
sitokin tinggi, dan translokasi bakteri (BT) dapat meningkatkan sekresi
sitokin.

2.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah
translokasi bakteri berhubungan dengan kanker cachexia pada pasien
kanker kolon.

3.

Metode
Penelitian ini menggunakan studi kohort eksperimental. Sampel
diambil dari pasien dengan kanker colon yang dirawat di rumah sakit
untuk pengobatan bedah selama 12 bulan dan pasien rawat jalan. Pasien

dikatakan

memiliki

adenokarsinoma

kolon

dengan

pemeriksaan

histopatologi.
Kemudian diambil sampel darah perifer pasien sebelum pengobatan
dan setelah pengobatan, serta pasien rawat jalan yang telah sembuh, untuk
studi hematologi dan biokimia. DNA bakteri dideteksi dengan PCR
(Polymerase Chain Reaction), sedangkan deteksi sitokin dalam serum
menggunakan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Pasien
kanker dianggap cachexia jika kehilangan >10% dari berat badan sebelum
sakit dalam waktu 6 bulan dan memiliki serum CRP >10 mg/L.
4.

Hasil
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada jenis kelamin, usia, atau
lokasi antara pasien kanker cachexia dan non-cachexia.
Translokasi bakteri dapat menyebabkan kanker cachexia. Faktor
utama

yang

mendorong

translokasi

bakteri

mungkin

termasuk

ketidakseimbangan dalam mikroflora usus, disfungsi barier mukosa usus,


dan penurunan imun host.
Fragmen DNA bakteri terdeteksi pada 12 dari 50 pasien kanker
cachexia (24,0%) dan 4 dari 50 pasien non-cachexia (8,0%). Tak satu pun
dari pasien rawat jalan yang sehat memiliki fragmen DNA bakteri dalam
serum.
5.

Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa
translokasi bakteri dapat menyebabkan kanker cachexia.

BAB II
PEMBAHASAN
Jurnal Detection of Bacterial DNA in Serum from Colon Cancer Patents:
Association with Cytokine Levels and Cachexia dikritisi sesuai dengan pedoman
epidemiologi

klinik.

Tujuan

dari

epidemiologi

klinik

adalah

untuk

mengembangkan dan menerapkan metode epidemiologi berdasar pengamatan


klinik yang akan menghasilkan kesimpulan yang sahih.

A. Kritisi jurnal faktor risiko dari sudut pandang epidemiologi klinik


1.

Apakah desain studi yang digunakan cukup kuat?


Cukup kuat, studi kohort merupakan desain studi yang baik dalam
menerangkan dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek yang
ditimbulkan. Perlu diketahui urutan desain studi dengan urutan kekuatan
yang paling tinggi sampai yang paling rendah adalah sebagai berikut :

2.

a.

Clinical Trial

b.

Cohort

c.

Case Control

d.

Cross Sectional

e.

Case Series

f.

Case Report
Apakah ada hubungan yang bermakna secara statistik?
Ada, translokasi bakteri dapat berkontribusi pada terjadinya dan

berkembangnya kanker cachexia.


3.

Apakah hubungan yang diteliti konsisten dengan penelitian yang lain?


Penelitian ini adalah yang pertama kali dilakukan untuk menganalisis
hubungan antara translokasi bakteri dan kanker cachexia.

B. Deskripsi umum
1.

Desain penelitian apakah yang digunakan?


Studi kohort eksperimental

2.

Manakah populasi target, populasi terjangkau, dan sampel pada


penelitian?
Pasien penderita kanker usus Semua kasus dari etnis Cina Han.
a.

Populasi target
Pasien penderita atau yang pernah menderita kanker kolon

b.

Populasi terjangkau
Pasien penderita atau yang pernah menderita kanker kolon dari
etnis Cina Han

c.

Sampel
Pasien penderita atau yang pernah menderita kanker kolon dari
etnis Cina Han yang dirawat di rumah sakit untuk pengobatan bedah
selama 12 bulan.
Sebanyak 50 pasien cachexia dan 50 pasien non-cachexia, serta
89 pasien rawat jalan yang sudah sembuh.
Kriteria inklusi

1. Pasien penderita atau yang pernah menderita kanker kolon dari


etnis Cina Han yang dirawat di rumah sakit untuk pengobatan
bedah selama 12 bulan.
Adapun kriteria eksklusi antara lain:
1. Anorexia nervosa
2. Penyakit gastrointestinal mayor, gagal jantung kronis, gagal hati
dan gagal ginjal, diabetes yang tidak terkontrol, infeksi, atau HIV
3. Pengobatan antibiotik dalam 2 minggu sebelum operasi
4. Infeksi atau kontaminasi abdomen
5. Operasi,

radioterapi,

atau

sebelumnya
6. Obstruksi intestinal.
3. Bagaimanakah pemilihan sampel?
Total Sampling
4. Manakah variabel bebas?
DNA bakteri

kemoterapi

selama

minggu

5. Manakah variabel tergantung?


Tingkat sitokin dan cachexia
6. Apakah analisa statistika yang digunakan?
Perbedaan statistik pada karakteristik dasar antara kelompok yang
dianalisis menggunakan uji 2 untuk data kategorikal dan twosample Ttest untuk data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan 2 uji Pearson
untuk membandingkan rasio translokasi bakteri dalam kelompok yang
berbeda. Perbedaan statistik antara sitokin dianalisis dengan menggunakan
analisis varians (ANOVA) test dengan koreksi LSD-t untuk beberapa
perbandingan. Nilai P <0,05 dianggap memiliki hubungan yang signifikan.
Semua analisis diolah menggunakan software SPSS.
7. Apakah hasil utama penelitian?
Translokasi bakteri dapat menyebabkan kanker cachexia.

B. Validitas Internal
1.

Apakah subyek penelitian cukup representatif?


Ya, subyek pada penelitian ini representatif karena menggunakan total
sampling.

2. Apakah subyek dipengarungi faktor peluang?


Tidak, karena semua pasien dengan kanker kolon diikutsertakan
dalam penelitian.
3. Apakah hubungan waktu benar?
Ya, karena penelitian ini menggunakan studi kohort yang baik dapat
menerangkan hubungan antara faktor risiko dengan efek yang ditimbulkan.
4. Apakah observasi dipengaruhi perancu?
Ya, karena pasien yang terdaftar dalam penelitian ini tidak memiliki
kejelasan infeksi eksogen, infeksi endogen, atau translokasi bakteri yang
mngkin memainkan peran penting dalam sekresi sitokin.
5. Apakah asosiasi kuat?
Tidak cukup kuat, karena pada penelitian ini tidak didapatkan OR
(odds ratio) untuk menentukan kekuatan hubungan.

6. Adakah hubungan dosis?


Tidak ada
7. Apakah hasil konsisten dalam penelitian ini?
Ya, hipotesis penelitian sesuai dengan hasil penelitian.
8. Apakah hubungan bersifat spesifik?
Ya, karena translokasi bakteri berhubungan dengan kejadian kanker
cachexia
9. Apakah ada koherensi?
Ya, karena ada ada hubungan antara translokasi dan kanker cachexia

C. Validitas Eksternal
1. Apakah hasil dapat diterapkan pada subjek terpilih?
Ya
2.

Apakah hasil dapat diterapkan pada subjek terjangkau?


Ya

3.

Apakah hasil dapat diterapkan pada populasi yang lebih luas?


Ya

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
a. Jurnal Detection of Bacterial DNA in Serum from Colon Cancer Patients:
Association with Cytokine Levels and Cachexia sesuai dengan pedoman
epidemiologi klinik.
b. Hasil penelitian ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa translokasi
bakteri dapat menyebabkan kanker cachexia.
B. Saran
a. Perlu dilakukan penelitian dengan ukuran sampel yang lebih besar
b. Perlu penelitian lebih lanjut untuk memeriksa rute translokasi bakteri
untuk menentukan peran translokasi bakteri pada kanker cachexia

Deteksi DNA bakteri di Serum dari Pasien Kanker Kolon: Hubungan


dengan Tingkat Sitokin dan Cachexia
Abstrak
Latar Belakang: Ada semakin banyak bukti bahwa pasien kanker dengan
penurunan berat badan (cachexia) memiliki tingkat sitokin tinggi, dan translokasi
bakteri (BT) dapat meningkatkan sekresi sitokin. Dengan demikian, kami
berusaha untuk menyelidiki hubungan antara BT dan kanker cachexia.
Metode: Kami mempelajari pasien kanker usus besar di lingkungan kami dan
kontrol rawat jalan. Pasien kanker dianggap mengalami penurunan berat badan
jika mereka telah kehilangan >10% dari berat sebelum penyakit mereka dalam
waktu 6 bulan dan memiliki serum CRP >10 mg / L. Polymerase chain reaction
(PCR) digunakan untuk mendeteksi DNA bakteri dalam serum dari pasien kanker
dan kontrol. Tingkat sitokin dinilai dengan menggunakan enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA).
Hasil: Fragmen DNA bakteri yang terdeteksi di 12 dari 50 pasien cachexia
(24,0%) dan di 4 dari 50 pasien non-cachectic (8,0%). Tak satu pun dari 89
kontrol yang sehat memiliki fragmen DNA bakteri dalam serum mereka. Sebuah
perbedaan yang signifikan yang ditemukan antara pasien cachectic dan noncachectic (p = 0,037, <0,05) dan kontrol sehat (p = 0,62 10-5, <0,05). BT (+)
pasien cachectic memiliki tingkat jauh lebih tinggi dari IL-1, IL-6, IL-8, dan
TNF- dari kontrol sehat dan BT (-) pasien kurus. CD3 + T, CD4 + T, CD4 +
T/CD8 + T, dan jumlah sel NK secara signifikan lebih rendah pada pasien kanker
usus besar daripada kelompok kontrol (p <0,05), tetapi CD8+ jumlah sel secara
signifikan lebih tinggi pada kontrol sehat dibandingkan pada pasien kanker.

Kesimpulan: Hasil penelitian kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa


translokasi bakteri dapat menyebabkan kanker cachexia.
Kata kunci: cachexia, translokasi bakteri, kanker usus besar, sitokin, DNA

Latar belakang
Kanker cachexia adalah sindrom metabolisme yang kompleks ditandai
dengan hilangnya berat badan, anoreksia, asthenia dan anemia, peradangan,
hypoimmunity, dan resistensi insulin. Cachexia berperan sekitar 25% kematian
pada pasien kanker. Hal ini menyebabkan tidak hanya kualitas hidup yang buruk
dan respon yang buruk terhadap kemoterapi, tetapi juga waktu hidup lebih
pendek, terlepas dari massa tumor atau adanya metastasis, tetapi juga
mengganggu terapi kanker.
Mekanisme kanker cachexia masih belum diketahui. Pada manusia, terdapat
bukti peningkatan sitokin proinflamasi, termasuk tumor necrosis factor alpha
(TNF-), interleukin (IL-1, IL-6, IL-8), dan interferon gamma (IFN-), berperan
penting pada kanker cachexia. Banyak etiopathogenisises dapat meningkatkan
sekresi sitokin, seperti obstruksi saluran pencernaan, operasi perut, radioterapi,
dan kemoterapi. Namun, kami melihat bahwa beberapa pasien mengalami
penurunan berat badan yang signifikan dan tingkat sitokin yang tinggi, tetapi
mereka tidak memiliki faktor-faktor yang tercantum di atas. Dalam kasus tersebut,
kami menganggap bahwa infeksi endogen atau translokasi bakteri dari saluran
pencernaan mungkin memainkan peran penting dalam terjadinya dan / atau
perkembangan kanker cachexia.
Istilah "translokasi bakteri" (BT) dapat didefinisikan sebagai bagian atau
produk dari bakteri lumen usus melintasi lamina propria ke kelenjar getah bening
mesenterika lokal, dan, ke tempat yang jauh. Beberapa faktor yang dianggap
sebagai pencetus BT, termasuk perubahan dalam mikroflora saluran cerna,
gangguan fungsi barier usus, dan defisiensi imun.
Terdapat banyak bukti bahwa pasien kanker usus besar memiliki
ketidakseimbangan dalam mikroflora usus, disfungsi barier mukosa, dan
gangguan imunitas. Jika BT terjadi, kemampuan imun yang terganggu tidak dapat

melakukan clearence terhadap translokasi bakteri, dan bakteri yang masih hidup
akan menyebar dan sekresi sitokin diharapkan akan meningkat.
Mengingat bahwa BT dapat menginduksi sekresi sitokin yang lebih tinggi
dan peningkatan sitokin memainkan peran penting dalam kanker cachexia, tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah BT berhubungan dengan
kanker cachexia pada pasien kanker kolon.
Pasien dan Metode
Pasien
Komite etika rumah sakit menyetujui protokol penelitian. Informed consent
diperoleh dari masing-masing pasien. Informed consent juga diperoleh dari setiap
kontrol yang sehat. Pasien penderita kanker usus dirawat di rumah sakit untuk
pengobatan bedah selama 12 bulan. Semua kasus dari etnis Cina Han. Pasien
dibagi menjadi dua kelompok, sesuai dengan tingkat penurunan berat badan dan
tingkat C-esponse protein (CRP): pasien cachectic dan pasien non-cachectic.
Pasien dianggap cachectic jika telah kehilangan >10% dari berat sebelum sakit
dalam waktu 6 bulan dan serum CRP >10 mg / L. Pasien dikatakan memiliki
adenokarsinoma kolon dengan pemeriksaan histopatologi. Kriteria eksklusi
adalah: (1) anorexia nervosa, (2) penyakit gastrointestinal mayor, gagal jantung
kronis, gagal hati dan gagal ginjal, diabetes yang tidak terkontrol, infeksi, atau
HIV, (3) pengobatan antibiotik dalam 2 minggu sebelum operasi, (4) infeksi atau
kontaminasi abdomen, (5) operasi, radioterapi, atau kemoterapi selama 4 minggu
sebelumnya, atau (6) obstruksi intestinal. Kami mendapatkan kontrol sehat dari
pasien rawat jalan, sesuai dalam hal usia dan jenis kelamin. Kami mendapat
sampel darah dari pasien setelah mereka dirawat dan sebelum pengobatan apapun
dan dari kontrol sehat untuk studi hematologi dan biokimia.

Isolasi DNA, Amplifikasi, Sequencing


Kami mendeteksi DNA bakteri sesuai dengan metode yang dijelaskan
sebelumnya. Secara singkat, 200 uL plasma diinkubasi dalam lisozim-proteinase
K buffer 2h dan ditempatkan ke QIAamp spin Kolom (Qiagen, Hilden, Jerman).
Broad-range polymerase untuk amplifikasi daerah konservatif dari 16S ribosomal
gen prokariotik RNA dilakukan menggunakan universal primer berikut: 5'AGAGTTTGATCATGGCTCAG-3 'dan 5'-ACCGCGACTGCTGCTGGCAC-3'.
Primer berada pada posisi 7-27 dan 531-514. Total volume polymerase chain
reaction disaring dengan QIAquick spin Kolom (Qiagen) untuk menghapus
primer yang tersisa dan dianalisis dengan 2% agarose gel elektroforesis dan
visualisasi UV. Produk akhir dimurnikan dengan presipitasi menggunakan etanolasetat dan dianalisis dengan ABI PRISM 310 sequencer otomatis (Terapan
Biosystems). Urutan yang diperoleh dibandingkan dengan database dari Pusat
Biotechnology Information Nasional (NCBI, www.ncbi.nih.gov) menggunakan
BLAST alat pencarian canggih.
DNA diekstraksi dari E. coli sebagai kontrol positif digunakan dalam reaksi
PCR untuk menentukan apakah reaksi PCR berhasil. Selain itu, air steril dan
campuran PCR (tanpa template) digunakan sebagai kontrol negatif.
Batas deteksi metode ini dievaluasi. Satu koloni dari kultur E. coli
diencerkan sampai 100.000 kali lipat dalam air steril. Isolasi DNA dari 200 uL
masing-masing dilakukan pengenceran. Hasil DNA dan kemurnian diukur dengan
membaca densitas optik pada 260 nm dan 260/280 nm. Masing-masing sampel,
2L termasuk dalam reaksi PCR.
Kuantifikasi tingkat sitokin serum
Kami menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk
mendeteksi sitokin dalam serum yang diperoleh dari pasien kanker dan kontrol
yang sehat menggunakan Quantikine kit Manusia (R & D Systems, Abingdon,
Inggris), menurut protokol pabrik. Semua sampel diuji dalam rangkap tiga dan

dibaca pada 490 nm dengan Thermomax microplate reader (Perangkat Molekuler,


Sunnyvale, CA). Batas bawah deteksi semua tes sitokin yaitu 5-10 pg / mL.
Kuantifikasi sel T subset dan sel NK darah perifer
Kami mengumpulkan darah perifer (2 mL) dari semua pasien kanker dan
kontrol yang sehat, sampel darah diberi anti-koagulasi dengan EDTA. Antibodi
monoklonal terhadap CD3

+,

CD4

+,

CD8

+,

dan CD56

(sel NK) diperoleh dari

BD Company (USA). Flow cytometry dilakukan dan software CellQuest


digunakan untuk menganalisis data.
Stastical analisis
Variabel kontinyu dinyatakan sebagai SE dan variabel kategori sebagai
frekuensi atau persentase. Perbedaan statistik pada karakteristik dasar antara
kelompok yang dianalisis menggunakan uji 2 untuk data kategorikal dan
twosample t-test untuk data kuantitatif. Kami menggunakan 2 uji Pearson untuk
membandingkan rasio BT dalam kelompok yang berbeda. Perbedaan statistik
antara sitokin dianalisis dengan menggunakan analisis varians (ANOVA) test
dengan koreksi LSD-t untuk beberapa perbandingan. Nilai P <0,05 dianggap
memiliki hubungan yang signifikan. Semua analisis diolah menggunakan software
SPSS.
Hasil
Karakteristik pasien
Fitur dari pasien cachectic dan non-cachectic ditunjukkan pada Tabel 1 .
Semua pasien berada dalam stadium III. Tidak ada perbedaan yang signifikan
pada jenis kelamin, usia, atau lokasi antara pasien dengan cachexia dan mereka
yang tidak. Albumin serum secara signifikan berbeda antara kedua kelompok
(p<0,05).

Tingkat BT dalam kelompok yang berbeda


Fragmen DNA bakteri terdeteksi pada 12 dari 50 pasien dengan cachexia
(24,0%) dan 4 dari 50 pasien non-cachexia (8,0%). Tak satu pun dari 89 kontrol
sehat memiliki fragmen DNA bakteri dalam serum. Perbedaan statistik yang
signifikan ditemukan antara pasien cachexia dan non-cachexia (p = 0,037, <0,05)
dan kontrol sehat (p=0,62x10-5, <0,05). Mikroorganisme yang teridentifikasi
termasuk E. Coli (n=6), staphylococcus aureus (n=3), Klebsiella (n=1), dan
Enterococcus faecalis (n=2) pada pasien cachectic, dan E. Coli (n=3) dan
Streptococcus pneumonia (n=1) pada pasien non-cachectic. Photograph
representatif dari gel elektroforesis agarose DNA ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1: Agarose gel hasil elektroforesis dari PCR. M: DNA penanda, jalur 1:
kontrol positif (E. coli), jalur 2-8 menunjukkan sekitar 530-base Band pasangan
sesuai dengan jalur 2-4: E. coli, jalur 5: Staphylococcus aureus, jalur 6: Klebsiella,
lane 7: Streptococcus pneumoniae, jalur 8: Enterococcus facealis, jalur 9: air
steril, dan jalur 10: Campuran PCR (tanpa template).
Tingkat sitokin dalam kelompok yang berbeda

Tabel 2 menunjukkan tingkat sitokin pada pasien kanker usus besar dan kontrol
yang sehat. Seperti yang terlihat dalam tabel, semua sitokin kecuali IL-1 dalam
BT (+) pasien cachectic (BT (+) CP) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol sehat (HV, p<0,001), BT (+) pasien non-cachectic (BT(+)NCP,
p<0,001), dan BT (-) pasien cachectic (BT(-) CP, p<0,001).
Indikator imunologi pada pasien kanker dan kontrol yang sehat

Tabel 3 menunjukkan tingkat subset sel T dan sel NK pada pasien kanker dan
kontrol yang sehat. Kami menemukan bahwa CD3 + T, CD4 + T, CD4 + T / CD8 +
T, dan sel NK secara signifikan lebih rendah pada semua pasien kanker usus besar
daripada kelompok kontrol sehat (p<0,05). Tingkat sel CD8+T secara signifikan
rendah pada pada kontrol yang sehat dibandingkan pada pasien kanker usus besar.
Diskusi
Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa pasien cachectic memiliki
tingkat signifikan lebih tinggi dari BT dibandingkan pasien non-cachectic dan
kontrol sehat. Selanjutnya, BT (+) pasien cachectic memiliki kadar IL-1, IL-6,
IL-8, dan TNF- dari BT (+) noncachectic, BT (-) pasien cachectic, dan kontrol
sehat. Tingkat CD3

T, CD4

T, CD4

T / CD8

T, dan sel NK pada pasien

kanker usus besar lebih rendah daripada kelompok kontrol sehat. Untuk
pengetahuan kita, ini adalah laporan pertama bahwa BT dapat berkontribusi pada
kanker cachexia.

Sampai saat ini, mekanisme BT tidak sepenuhnya dipahami. Faktor utama


yang mendorong BT mungkin termasuk ketidakseimbangan dalam mikroflora
usus, disfungsi barier mukosa usus, dan penurunan imun host. Penentu BT harus
dipandang sebagai saling terkait, berinteraksi satu sama lain. Dalam penelitian
kami, meskipun kami tidak menyelidiki perubahan dalam mikroflora usus atau
disfungsi barier mukosa, telah dilaporkan bahwa pasien kanker usus menampilkan
peningkatan bakteri aerobik dan penurunan spesies anaerobik. Disfungsi barier
mukosa pada pasien kanker usus besar juga telah dilaporkan. Mengenai faktor
ketiga, kami menemukan bahwa tingkat CD3 + T, CD4 + T, CD4 + / CD8 + T, dan
sel NK secara signifikan lebih rendah pada pasien kanker usus besar,
menunjukkan disfungsi imun pada pasien, konsisten dengan laporan sebelumnya.
Selain itu, kami menemukan bahwa rasio BT secara signifikan lebih tinggi pada
pasien cachexia dibandingkan pasien non-cachexia dan kontrol sehat. Selain itu,
kadar IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF- secara signifikan lebih tinggi di BT (+) pasien
cachexia dibandingkan BT (-) pasien cachexia, BT (+) pasien non-cachexia, dan
sehat kontrol.
Menimbang pasien yang terdaftar dalam penelitian kami tidak memiliki
kejelasan infeksi eksogen, infeksi endogen atau translokasi bakteri mungkin
memainkan peran penting dalam sekresi sitokin. Perlu dicatat bahwa ada
perbedaan antara invasi bakteri terbatas dan septikemia, yang merupakan kondisi
medis serius yang dapat mengancam jiwa. Septikemia yang disebabkan oleh
bakteri yang masuk ke aliran darah, memicu respon imun, mengakibatkan
peradangan

dan

perlambatan

sistem

tubuh

untuk

menangani

infeksi.

Mikroorganisme biasanya menyebar ke organ lain, seperti paru-paru, hati, dan


otak. Namun, pasien yang terdaftar dalam penelitian ini tidak memiliki infeksi
eksogen klinis, seperti infeksi paru-paru, saluran kemih, sistem saraf pusat, atau
jantung. Di atas semua, tidak ada gejala sistemik septikemia pada pasien ini.
Dengan demikian, kita tidak bisa membuat diagnosa septikemia meskipun DNA
bakteri terdeteksi dalam darah. Juga, kita tidak melakukan kultur bakteri karena
gejala infeksi tidak terlihat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa invasi bakteri

dapat menyebabkan cachexia. Dengan demikian, sangat mungkin bahwa


translokasi bakteri (invasi bakteri tertentu) terjadi karena pasien dengan kanker
tidak jelas karena kekebalan yang rendah, kemudian mereka bisa menyebar dan
menyebabkan sekresi sitokin meningkat. Sitokin proinflamasi meningkatkan laju
metabolisme dan menekan nafsu makan, sehingga berat badan pasien menurun
secara bertahap dan cachexia terjadi.
Ada beberapa keterbatasan dan kelebihan untuk penelitian ini. Saat ini,
teknik untuk mendeteksi translokasi bakteri terutama mencakup kultur bakteri dari
kelenjar getah bening mesenterika dan PCR untuk deteksi DNA bakteri. Reddy
dan rekan menggunakan kultur bakteri untuk mengidentifikasi asal-usul dan sifat
bakteri translokasi. Metode ini dapat melihat bakteri yang hidup tetapi dapat
memberikan hasil negatif palsu, sampai batas tertentu, dan memakan waktu.
Dalam penelitian ini, kami menggunakan PCR untuk mendeteksi DNA bakteri
dan menemukan bahwa rasio BT adalah hingga 24% pada pasien cachexia.
Meskipun pendekatan PCR dapat menyebabkan hasil positif palsu dan
membutuhkan kontrol laboratorium yang ketat, itu adalah metode yang sangat
sensitif dan spesifik untuk mendeteksi DNA bakteri, seperti yang ditangani oleh
Ono et al. Tentu saja, metode yang lebih baik perlu dieksplorasi di masa depan.
Kesimpulan
Singkatnya, penelitian ini, dalam populasi Cina, menunjukkan bahwa BT
dapat berkontribusi pada terjadinya dan berkembangnya kanker cachexia. Studi
dengan ukuran sampel yang lebih besar dan memeriksa rute (s) translokasi bakteri
diperlukan untuk lebih menentukan peran BT pada kanker cachexia.

DAFTAR PUSTAKA
1. Muscaritoli M, Bossola M, Aversa Z, Bellantone R, Rossi Fanelli F:
Prevention and treatment of cancer cachexia: new insights into an old
problem. Eur J Cancer 2006; 42;(1.);31-41.
2. Lelbach A, Muzes G, Feher J: Current perspectives of catabolic mediators of
cancer cachexia. Med Sci Monit 2007; 13;(9.);RA168-73.
3. Tisdale MJ: Biomedicine. Protein loss in cancer cachexia. Science 2000;
289;(5488.);2293-4.
4. Argiles JM, Busquets S, Garcia-Martinez C, Lopez-Soriano FJ: Mediators
involved in the cancer anorexia-cachexia syndrome: past, present, and
future. Nutrition 2005; 21;(9.);977-85. | J. Zhang et al. Journal of Cancer
Therapeutics & Research 2012, http://www.hoajonline.com/journals/pdf/20497962-1-19.pdf 5
5. Saini A, Al-Shanti N, Stewart CE: Waste management - cytokines, growth
factors and cachexia. Cytokine Growth Factor Rev 2006; 17;(6.);475-86.
6. Tisdale MJ: Metabolic abnormalities in cachexia and anorexia. Nutrition
2000; 16;(10.);1013-4.
7. Stephens NA, Skipworth RJ, Fearon KC: Cachexia, survival and the acute
phase response. Curr Opin Support Palliat Care 2008; 2;(4.);267-74.
8. Penna F, Minero VG, Costamagna D, Bonelli G, Baccino FM, Costelli P: Anticytokine strategies for the treatment of cancerrelated anorexia and cachexia.
Expert Opin Biol Ther 2010; 10;(8.);1241-50. |
9. Kemik O, Sumer A, Kemik AS, Hasirci I, Purisa S, Dulger AC, et al.: The
relationship among acute-phase response proteins, cytokines and hormones
in cachectic patients with colon cancer. World J Surg Oncol 2010; 8;(85.

10. Johnen H, Lin S, Kuffner T, Brown DA, Tsai VW, Bauskin AR, et al.:
Tumor-induced anorexia and weight loss are mediated by the TGF-beta
superfamily cytokine MIC-1. Nat Med 2007; 13;(11.);1333-40.
11. Gencay C, Kilicoglu SS, Kismet K, Kilicoglu B, Erel S, Muratoglu S, et al.:
Effect of honey on bacterial translocation and intestinal morphology in
obstructive jaundice. World J Gastroenterol 2008; 14;(21.);3410-5.
12. Gatt M, Reddy BS, MacFie J: Review article: bacterial translocation in the
critically ill--evidence and methods of prevention. Aliment Pharmacol Ther
2007; 25;(7.);741-57.
13. DeMeo MT, Mutlu EA, Keshavarzian A, Tobin MC: Intestinal permeation
and gastrointestinal disease. J Clin Gastroenterol 2002; 34;(4.);385-96.
14. Wiest R, Rath HC: Gastrointestinal disorders of the critically ill. Bacterial
translocation in the gut. Best Pract Res Clin Gastroenterol 2003; 17;(3.);397425.
15. Frances R, Gonzalez-Navajas JM, Zapater P, Munoz C, Cano R, Pascual S, et
al.: Translocation of bacterial DNA from Grampositive microorganisms is
associated with a species-specific
inflammatory response in serum and ascitic fluid of patients with cirrhosis.
Clin Exp Immunol 2007; 150;(2.);230-7.
16. Such J, Frances R, Munoz C, Zapater P, Casellas JA, Cifuentes A, et al.:
Detection and identification of bacterial DNA in patients with cirrhosis and
culture-negative, nonneutrocytic ascites. Hepatology 2002; 36;(1.);135-41.
17. Wiest R. Bacterial Translocation. Bios Micro 2005; 24; 61-90.
18. Niu H, Bao W, Gong KM, Liu WJ, Hu DC, et al. The Comparative
Research on Intestinal Flora Population of Patients with Colorectal Cancer
and Normal People. J Kunming Medi Colle 2009; 12: 97-100.

19. Soler AP, Miller RD, Laughlin KV, Carp NZ, Klurfeld DM, Mullin JM:
Increased tight junctional permeability is associated with the development of
colon cancer. Carcinogenesis 1999; 20;(8.);1425-31.
20. Qiu HB, Wu XJ, Zhou ZW, Wan DS, Chen G, Lu ZH, et al. Change and
significance of T-cell subgroup and Nk-cell in peripheral blood of patients
with colorectal cancer. Guangdong Medi J 2009; 30; 447-9.
21. Enarsson K, Lundin BS, Johnsson E, Brezicka T, Quiding-Jarbrink M: CD4+
CD25high regulatory T cells reduce T cell transendothelial migration in
cancer patients. Eur J Immunol 2007; 37;(1.);282-91.
22. Reddy BS, MacFie J, Gatt M, Macfarlane-Smith L, Bitzopoulou K, Snelling
AM: Commensal bacteria do translocate across the intestinal barrier in
surgical patients. Clin Nutr 2007; 26;(2.);208-15.
23. Ono S, Tsujimoto H, Yamauchi A, Hiraki S, Takayama E, Mochizuki H:
Detection of microbial DNA in the blood of surgical patients for diagnosing
bacterial translocation. World J Surg 2005; 29;(4.);535-9.

You might also like