You are on page 1of 30

Modul I

Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

MODUL I
APLIKASI NILAI-NILAI PROFESIONAL DALAM
PRAKTIK KEPERAWATAN

I. DESKRIPSI MODUL
Modul ini membahas tentang nilainilai professional praktik keperawatan
dalam upaya meningkatkan citra diri pribadi, meliputi: prinsip dan nilai etik
serta aspek legal keperawatan, caring, holistic care yang dapat
diaplikasikan dalam upaya peningkatan mutu asuhan dan praktik
keperawatan professional.
Dalam pembahasan prinsip dan nilai etik keperawatan difokuskan untuk
memahami dilema etik ditekankan pada nilai-nilai praktik profesional dan
etika keperawatan seperti; respek, otonomi, kejujuran, kesetiaan,
akontabilitas, martabat, pilihan dalam praktik keperawatan, serta aplikasi
caring dalam pemberian asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan
kesehatan.
Modul ini bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan diri perawat,
dalam memberikan perlindungan bagi klien dan masyarakat penerima
asuhan keperawatan serta bagi perawat yang memberikan pelayanan
keperawatan terhadap mutu pelayanan keperawatan. Pengalaman belajar
yang diberikan meliputi; ceramah, diskusi, studi kasus, penugasan dan
simulasi.

II. KOMPETENSI
1. Mampu menerapkan prinsip etika dan legal dalam praktik keperawatan
2. Mampu bertanggung jawab dan bertanggunggugat gugat terhadap
keputusan dan tindakan praktik keperawatan profesional
3. Mampu menerapkan dan menyelesaikan masalah etika keperawatan
dalam pemberian asuhan keperawatan secara holistik.

III. TUJUAN
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah menyelesaikan pelatihan pada modul ini peserta dapat
mengaplikasikan prinsip dan nilai-nilai etik profesional dalam praktik
keperawatan.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta mampu:
1. Mampu menjelaskan pengertian keperawatan, praktik keperawatan
dan asuhan keperawatan
2. Mampu menjelaskan pengertian nilai keperawatan
3. Mampu menjelaskan pengertian prinsip dan nilai etik keperawatan
berdasarkan kode etik keperwatan
4. Mampu menjelaskan aspek legal dalam praktik keperawatan
5. Mampu menjelaskan isu-isu legal dalam praktik keperawatan
6. Mampu menganalisa masalah yang berkaitan dengan prinsip dan
nilai etik keperawatan
7. Mampu menganalisa dilema yang berkaitan dengan aspek legal
dalam keperawatan
8. Mampu mengaplikasikan caring sebagai suatu nilai praktik
keperawatan
9. Mampu menjelaskan pengertian asuhan keperawatan holistik
10. Mampu mengenal dan menganalisis isu yang terkait dengan
asuhan keperawatan holistik
11. Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan holistik dalam praktik
keperawatan
IV. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
1. Konsep Keperawatan:
Pengertian Keperawatan
Pengertian Praktik Keperawatan
Pengertian Asuhan Keperawatan
Pengertian Nilai- nilai Keperawatan
2. Konsep prinsip dan nilai etika keperawatan berdasarkan kode
etik keperawatan
Pengertian etika keperawatan
Prinsip dan nilai etik keperawatan:
1) Respek
2) Otonomi
3) Beneficence (kemurahan hati)
4) Non-Maleficence (tidak mencederai)
5) Konfidensialitas /Kerahasiaan
6) Keadilan /Justice
7) Kesetiaan
8) Kesehatan dan kesejahtraan
9) Pilihan
10) martabat
11) Akontabilitas
12) Lingkungan praktik yang bermutu

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

Masalah-masalah
yang
keperawatan
Pemecahan dilema etik

berkaitan

dengan

etika

4. Konsep aspek legal dalam praktik keperawatan:


Pengertian aspek legal dalam praktik keperawatan
Informed concent/ Persetujuan Tindakan
Hak pasien
Legal isu dalam keperawatan
Kelalian dalam praktik keperawatan
DNR ( Do Not Resucitation)/ Tidak dilakukan tindakan
Resusitasi
5. Konsep Caring:
Pengertian caring dalam asuhan keperawatan
Komponen caring
Hubungan interpersonal yang menunjukkan perilaku caring
Aplikasi caring sebagai nilai dalam praktik keperawatan
6. Konsep Asuhan Keperawatan Holistik :
Pengertian Asuhan Keperawatan holistik
Isu terkait Asuhan Keperawatan holistik
Aplikasi Asuhan Keperawatan holistik
keperawatan

dalam

praktik

7. Sosialisasi Profesional:
Pengertian
Model-model sosialisasi profesional
Sosialisasi pada tempat kerja
Langkah-langkah sosialisasi profesional
V. METODA
1. Ceramah
2. Studi kasus
3. Diskusi
4. Simulasi
5. Penugasan

VI. MEDIA
1. AVA
2. Flipchart/whiteboard

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

VII. EVALUASI
1. Pre test : pilihan ganda
2. Post test : uji tulis

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Ian E Thomson. 2003. Nursing Ethics. UK. Churchill Livingstone
International Council of Nursing. 2006. The ICN Code of Ethics for
Nurses. Geneva. Imprimerie Fonora.
Nancy J. Brent. 2001. Nurses and the Law A Guide to Principle and
Apllication. W.B Saunders Company.
Ginger Schafer Wlody. 2007. Legal and Etichal Aspects of Critical Care
Nursing. ,Philadephia. W.B Saunders Company.
PP-PPNI. 2008. RUU Keperawatan
Canadian Nurses Association. 2002. Position Statement. Code of
Ehichs for Registered Nurses. website: www.cna-alic.ca
Canadian Nurses Association. 2004. Position Statement. The value of
nursing history today. website: www.cna-alic.ca
Patria C. 2007. Legal issue in critical care
Wolter Kluwer. 2008. Holistic care issue. Philadephia Lippincott Williams
& Wilkins.
Euawas. 1994. The actualized caring-healing moment : the essense of
caring nursing practise
http://www.nic.edu/nursing/NIGO/nursing-value-ethics-outline.pdf

IX.

LAMPIRAN
1. Lembar Bacaan
2. Penugasan

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

LEMBAR BACAAN

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

KONSEP PRINSIP DAN NILAI ETIKA KEPERAWATAN


BERDASARKAN KODE ETIK KEPERAWATAN

Dalam materi konsep keperawatan akan dibahas secara singkat beberapa


pengertian keperawatan sebagai penyataan yang telah disepakati oleh para
pakar keperawatan di Indonesia (2007) tentang: pengertian keperawatan,
pengertian praktik keperawatan, pengertian asuhan keperawatan dan
pengertian nilai-nilai keperawatan.
Konsep nilai keperawatan dibahas berdasarkan kode etik keperawatan
Indonesia yang mengacu pada Internasional Council of Nursing (ICN).
Pembahahasan akan difokuskan pada pengertian etik keperawatan, prinsipprinsip etik, menganalisa masalah yang berkaitan dengan etika keperawatan.
Kode Etik Profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk
tugas dan pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan praktek dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan
klien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat, profesi, serta diri sendiri.
I.

PENGERTIAN KEPERAWATAN
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual
yang komprehensip, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh kehidupan
manusia.
Pelayanan keperawatan berupa upaya yang diberikan karena adanya
masalah keperawatan berupa kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurangnya kemampuan untuk berfungsi optimal, dan
kurangnya kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara
mandiri yang berorientasi pada kebutuhan objektif klien.

II.

PENGERTIAN PRAKTIK KEPERAWATAN


Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi
dengan sistem klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan
individual dan berkelompok.
Praktik keperawatan yang memenuhi kebutuhan dan harapan klien
beserta keluarganya dapat diselenggarakan pada semua sarana/tatanan

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit umum maupun khusus,


Puskesmas, praktik keperawatan di rumah (home care), praktik
keperawatan berkelompok/bersama (nursing home, klinik bersama), dan
praktik keperawatan perorangan, serta praktik keperawatan yang
mobile/ambulatory.
III.

PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN


Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan baik langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem
klien di sarana dan tatanan kesehatan lainnya, dengan menggunakan
pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar
praktik keperawatan.
Pendekatan proses keperawatan yang dinamis meliputi;
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

pengkajian,

Pengkajian keperawatan dilakukan secara komprehensif ditujukan untuk


mengenal masalah dan penyebab masalah kesehatan yang dihadapi
klien. Ketepatan mengenal masalah dan penyebabnya akan mendasari
penyusunan rencana untuk penanggulangan agar efektif dan efisien.
Rencana tindakan keperawatan disusun berdasarkan kebutuhan klien.
Pelaksanaan praktik keperawatan dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah disepakati bersama antara klien dan keluarganya dengan
perawat pelaksana. Pelaksanaan praktik keperawatan dilakukan oleh
perawat dengan tingkat kewenangan dan perpedoman pada kode etik
keperawatan.
Proses dan hasil asuhan keperawatan harus di evaluasi dan di monitor
secara terus menerus serta berkesinambungan, kemudian diadakan
perbaikan dan modifikasi sesuai dengan hasil evaluasi dan monitoring
serta tujuan yang telah ditetapkan bersama klien. Tujuan yang telah
ditetapkan berupa hilangnya gejala, menurunnya resiko, terhindar dari
komplikasi, meningkatnya pengetahuan dan atau keterampilan kesehatan
serta meninggalnya klien dengan damai dan bermartabat.
Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi harus dilakukan
bersama klien beserta keluarga, agar pelaksanaannya dapat dilakukan
sesuai dengan harapan, kemampuan klien dan keluarganya serta
ketersediaan sumber yang ada. Dengan terpenuhinya kebutuhan dan
harapan klien maka tingkat kepuasan klien diharapkan dapat tercapai.
IV.

PENGERTIAN NILAI- NILAI KEPERAWATAN


Nilai-nilai keperawatan merupakan keyakinan tentang suatu ide yang
meliputi; sikap, objek, perilaku, menjadi standar dan mempengaruhi

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

perilaku seseorang dalam menjalankan peran dan fungsinya dalam praktik


keperawatan. Dengan perkataan lain nilai menggambarkan cita-cita dan
harapan ideal dalam praktik keperawatan.
V.

PENGERTIAN ETIK KEPERAWATAN


Etik merupakan pengetahuan tentang moral, susila, sistem nilai,
kesepakatan, penilaian terhadap kebaikan dan keburukan, kebajikan dan
kejahatan, apa yang dikendaki dan apa yang ditolak.

VI.

PRINSIP DAN NILAI ETIK


Prinsip Etik
1. Respek
Respek diartikan sebagai perilaku perawat yang menghormati atau
menghargai pasien/klien dan keluarganya. Perawat harus menghargai
hak-hak pasien/klien seperti hak untuk pencegahan bahaya dan
mendapatkan penjelasan secara benar.
Penerapan informed concent secara tidak langsung menyatakan
suatu trilogi hak pasien yaitu, hak untuk dihargai, hak untuk menerima
dan hak untuk menolak pengobatan. Perawat juga harus menghargai
mitra kerjanya seperti; dokter, ahli gizi, petugas kesehatan lainnya.
Perawat adalah tenaga yang mempunyai kontak paling lama dengan
pasien, dituntut untuk dapat menjawab pertanyaan dengan cara yang
relevan, tepat, empati dan mudah dimengerti
2. Otonomi
Pada prinsipnya otonomi berkaitan dengan kemampuan individu untuk
membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memasak dan bertindak secara rasional. Dalam membuat keputusan
individu akan menggunakan konsep diri dalam menentukan, atau
mempertanggung jawabkan dirinya sendiri. Dalam praktek
keperawatan otonomi direfleksikan pada saat perawat menghargai
hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
3. Beneficence (kemurahan hati)
Kemurahan hati berkaitan dengan kewajiban untuk melakukan hal
yang baik dan tidak membahayakan orang lain. Kesulitan muncul pada
waktu menentukan siapa yang harus memutuskan hal yang terbaik
untuk seseorang. Permasalahan lain yang muncul berpusat pada apa
yang disebut baik dan apa yang disebut tidak baik.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

Sebagai contohnya adalah suatu keputusan yang harus diambil,


apakah lebih baik, menopang dan memperpanjang hidup dalam
menghadapi semua ketidakmampuan atau lebih baik memperbolehkan
seseorang untuk meninggal atau mengakhiri penderitaannya.
4. Non-Maleficence (tidak mencederai)
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak dengan
sengaja menimbulkan kerugian atau cidera. Kerugian atau cedera
dapat diartikan adanya kerusakan fisik seperti nyeri, kecacatan,
kematian atau adanya gangguan emosi atl adalah perasaan tidak
berdaya, merasa terisolasi dan adanya kesalahan. Kerugian juga dapat
berkaitan dengan ketidak adilan, pelanggaran atau berbuat kesalahan.
Prinsip nin maleficience atl adalah : jangan membunuh, menghilangkan
nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri atau penderitaan pada
orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan
orang lain.
5. Konfidensialitas /Kerahasiaan
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua
informasi tentang pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus
dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga
profesional kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan kepada
pihak lain secara tidak tepat.
Perlu dipahami bahwa
informasi yang disampaikan tentang
pasien/klien dengan anggota kesehatan lain yang ikut merawat pasien
tersebut merupakan informasi yang relevan dengan kasus yang
ditangani.
6. Keadilan /Justice
Keadilan berkenaan dengan kewajiban untuk berlaku adil kepada
semua orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak
berat sebelah. Azas ini bertujuan untuk melaksanakan keadilan dalam
transaksi dan pelayanan/perlakuan antar individu pasien/klien, berarti
setiap orang harus mendapatkan perlakuan yang sama sesuai dengan
kebutuhannya.
7. Kesetiaan
Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada
kesepakatan dan tanggung jawab yang telah dibuat. Setiap tenaga
keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan keperawatan kepada
individu, pemberi kerja, pemerintah dan masyarakat. Apabila terdapat
konflik diantara berbagai tanggungjawab, maka diperlukan penentuan
prioritas sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

10

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

VII. NILAI-NILAI ETIK


1. Kesehatan dan Kesejahteraan
Perawat peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan serta
membantu orang lain mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam
rentang situasi sehat normal, sakit, cedera atau dalam proses
menghadapi kematian.
Perawat harus peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat umum. Dalam perilaku kehidupan sehari-harinya berupaya
untuk mencegah terjadinya kondisi penyimpangan kesehatan dan
kesejahteraan melalui upaya pendidikan kesehatan, memanfaatkan
sumber daya yang ada di masyarakat. Perawat membantu memenuhi
kebutuhan dasar klien dalam rentang sehat dan sakit. Perawat
berupaya untuk mengurangi penderitaannya dan membimbing dalam
menghadapi kematian dengan damai dan bermartabat. Perawat
berpartisipasi secara aktif dalam penyelesaian masalah pelayanan
kesehatan
dan
kegiatan-kegiatan
lain,
khususnya
dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan melalui
riset.
2. Pilihan
Perawat mendukung dan menghargai otonomi klien serta
membantunya mengekspresikan kebutuhan dan nilai kesehatan serta
mendapatkan informasi pelayanan yang tepat.
Perawat bertanggung jawab untuk mencarikan dan memberikan
informasi yang lengkap tentang risiko dan keuntungan dari beberapa
alternatif tindakan yang ditawarkan serta memberikan kebebasan
untuk menentukan pilihan. Apabila klien tetap menolak semua alternatif
yang ditawarkan, perawat tetap berupaya agar menentukan pilihan
yang mempunyai dampak paling kecil.
3. Martabat
Perawat menghargai dan mengadvokasi martabat dan kehormatan diri
manusia. Perawat dalam melaksanakan asuhan bertanggung jawab
terhadap kebutuhan, nilai-nilai dan pilihan klien. Perawat juga
mempunyai perhatian terhadap kelompok risiko serta mengadvokasi
martabat klien dalam penggunaan teknologi di tatanan pelayanan
kesehatan. Perawat mengobservasi kondisi kesehatan dan sosial yang
memungkinkan seseorang hidup bermartabat sepanjang hidupnya dan
selama proses kematian.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

11

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

4. Akuntabilitas
Perawat bertindak secara konsisten sesuai dengan standar praktik dan
tanggung jawab profesi. Perawat klinik, manajer, pendidik maupun
peneliti, harus menyadari tanggung jawab profesinya dan akuntabel
dalam mengawal mutu asuhan keperawatan. Walaupun tanggung
jawabnya berbeda namun semua berorientasi pada praktik
keperawatan yang aman, kompeten dan berlandaskan etik profesi.
5. Lingkungan keperawatan yang kondusif
Lingkungan keperawatan yang kondusif diciptakan dalam upaya
meningkatkan mutu asuhan , keamanan, keselamatan klien dan
kesehatan perawat itu sendiri dan mendukung motivasi perawat dalam
meningkatkan produktivitas bekerja serta organisasi.
VIII. PEMECAHAN DILEMA ETIK
Berbagai masalah yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap prinsip
dan nilai etika dapat terjadi dalam melaksanakan praktik keperawatan
sehari-hari. Dengan demikian perawat harus memahami keyakinan dari
dirinya sendiri selain keyakinan dari pasien, keluarga dan masyarakat .
Adapun kerangka pengambilan keputusan etik dapat dilakukan sebagai
berikut:
A. Identifikasi masalah etik
1. Adakah sesuatu yang salah secara personal, interpersonal, atau
sosial? Apakah konflik, situasi, atau keputusan yang diambil
merusak / mengganggu orang lain atau masyarakat?
2. Apakah masalahnya memasuki/melewati masalah hukum atau
institusi? Apa dampaknya terhadap orang yang memiliki martabat,
hak-hak dan harapan untuk kehidupan bersama yang lebih baik?
B. Kumpulkan fakta-fakta
1. Apakah fakta-fakta yang relevan untuk masalah tersebut? Apa faktafakta yang tidak diketahui?
2. Apakah individu dan kelompok memiliki peran penting terhadap hasil
(keputusan yang dibuat)? Apakah sebagian dari mereka punya
peran lebih besar karena kebutuhan tertentu atau karena kita
memiliki kewajiban untuk mereka?
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan
Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

12

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

3. Alternatif tindakan apa yang akan dibuat? Apakah semua pihak


yang relevan telah dikonsultasikan? Jika Saudara memperlihatkan
daftar alternatif tindakan pada seseorang yang terlibat, apa yang
akan dia ungkapkan?
C. Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektif etik.
1. Alternatif tindakan mana yang akan menghasilkan paling banyak
manfaat dan paling sedikit bahaya? Pendekatan utilitarian:
Tindakan etik adalah tindakan yang akan menghasilkan
keseimbangan paling besar pada manfaat daripada bahaya.
2. Jika seseorang tidak memperoleh yang diinginkan !, Apakah hakhak dan martabat setiap orang tetap dihormati ? Pendekatan Hak:
tindakan etik adalah tindakan seseorang yang paling menghargai
hak-hak semua pihak yang terlibat.
3. Alternatif tindakan mana yang paling adil untuk semua pemangku
kepentingan? Pendekatan keadilan dan kejujuran : tindakan etik
dimana seseorang memperlakukan orang lain sama, atau jika tidak
sama, perlakukan secara proporsional dan jujur.
4. Alternatif tindakan mana yang dapat membantu semua pihak
untuk berpartisipasi lebih penuh dalam kehidupan sebagai bagian
dari sebuah keluarga, kelompok masyarakat, atau masyarakat
seluruhnya ?
Pendekatan umum yang lazim: Tindakan etik dimana seseorang
berkontribusi paling banyak terhadap pencapaian kehidupan
bersama yang berkualitas
5. Apakah saudara ingin menjadi seseorang yang bertindak sebagai
penyelesai masalah ? (misal; seseorang yang menjadi sumber
semangat atau kasih sayang)? Pendekatan by virtue: tindakan etik
dimana seseorang memiliki kebiasaan dan nilai2 kemanusiaan
pada tingkat terbaik.
D. Buat keputusan dan uji cobakan
1. Pertimbangkan semua perspektif ini, Alternatif tindakan mana yang
paling benar atau terbaik untuk dilakukan?
2. Jika menjelaskan pada seseorang ,mengapa memilih alternatif
tindakan ini, apa yang akan diungkapkan orang tersebut ? Jika
saudara harus menjelaskan keputusan didepan TV, senangkah
saudara melakukannya?

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

13

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

E. Lakukan tindakan, kemudian refleksikan keputusan tersebut.


1. Impelementasikan keputusan yang diambil. Bagaimana keputusan
dapat menyelesaikan masalah tersebut ? Jika Saudara mengalami
hal itu kembali, Apakah saudara akan bertindak berbeda seperti
sekarang?
IX. STUDI KASUS

Dibawah ini ada beberapa kasus yang berkaitan dengan


ketidakdasesuaian dari prinsip dan nilai etik keperawatan, dapat terjadi di
tatanan pelayanan kesehatan
Kasus 1
Ny A, dirawat di ruang A RS Citra Lestari. Dibesuk oleh keluarganya diluar
jam besuk. Keluarga tersebut memaksa perawat jaga untuk diizinkan
masuk. Tetapi perawat tidak mengizinkan. Akhirnya keluarga tersebut
langung masuk ke kamar pasien. Melihat situasi tersebut perawat
langsung menegur dengan kata-kata kasar dan membentak.ibu ini bukan
jam besuk, sudah diberitahukan berkali-kali ibu tetap tidak mau dengar.
Ibu tidak tahu aturan dan tidak tahu etika, pasien butuh. Istirahat,
dst....dst.....!!!
Kasus 2
Di suatu RS Cemerlang, perawat A, sedang serah terima di depan pasien
dan tiba-tiba perawat B menceritakan bahwa kemarin habis membeli baju
murah dan discountnya 75% murah banget. Perawat A menanggapi,
discountnya sampai kapan? Ada perhiasan nggak? Dan apalagi? Dan
pasien terus menyimak pembicaraan perawat tersebut. Perawat A,
kembali ke ruang jaga perawat dan bertanya kepada perawat C, bapak Z
yang akan di Chest X Ray yang mana ya? Perawat C menjawab, Itu
Bapak di bed 3 yang botak dan cerewet itu.
Saat pulang Perawat D menceritakan pasien di depan lift bahwa pasien
yang dirawatnya cerewet, punya istri lebih dari satu dst. Sehingga orang
disekitarnyapun mendengar tentang pasien tersebut.
Kasus 3
Tn B, 47 thn, dirawat di RS Sukasari dengan diagnosa Gagal Jantung
Kongestif. Sudah beberapa hari pasien tidak mau makan dan minum.
Pasien menolak semua makanan dan minuman dan intervensi yang
diberikan. Dan Dokter menganjurkan untuk memasang Naso Gastrik Tube
(NGT). Perawat tersebut akhirnya memaksa pasien untuk dipasang NGT.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

14

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

KONSEP ASPEK LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

I.

PENGERTIAN ASPEK
KEPERAWATAN

HUKUM/LEGAL

DALAM

PRAKTIK

Pengertian Hukum, dapat diartikan sebagai regulasi ketatalaksanaan


sosial yang dikembangkan untuk melindungi masyarakat. Suatu aturan
yang mengatur prilaku manusia dalam hubungannya dengan orang lain di
masyarakat dan dengan pemerintahan (Aikin, 2004)
Aspek legal dalam praktik keperawatan tercantum dalam UU No.36/ tahun
2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah No.32/ tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan dan Peraturan Menteri Kesehatan No.
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Registrasi dan Praktek Perawat.
II.

INFORMED CONCENT
Informed consent adalah dokumen yang legal dalam pemberian ijin atas
dasar pengertian terhadap prosedur tertentu dalam tatanan pelayanan
kesehatan (Aikin, 2004). informed concent dapat diartikan sebagai
persetujuan prosedur tindakan medik dan atau invasif yang bertujuan
untuk melindungi tenaga medik jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan
akibat dari tindakan tersebut. Selain itu dapat melindungi pasien terhadap
intervensi/tindakan yang akan dilakukan
Tindakan medik adalah tindakan yang bersifat diagnostik-teuraputik yang
dilakukan terhadap pasien. Tindakan invasif adalah tindakan medik
langsung yang dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh
Adapun tahapan dalam melakukan informed consent:
1. Dokter memberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan
dilakukan meliputi:
1. Manfaat/keuntungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Kemunginan kerugian
3. Pemberian alternatif tindakan lain
2. Melakukan evaluasi apakah informasi yang dijelaskan sudah dipahami
atau belum
3. Individu/pasien tersebut membubuhkan tanda tangan pada formulir
khusus
Ada beberapa peran dokter dan perawat dalam informed consent
1. Perawat sebagai advokasi :

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

15

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

Memastikan pasien sudah mengerti mengenai informasi yang


akan dilakukan
Melidungi pasien terhadap kelalaian
Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien
2. Dokter
Berperan sebagai pemberi penjelasan/informasi jika berhalangaan
dapat diwakilkan kepada dokter lain dengan sepengatahuannya
III. HAK PASIEN
Beberapa hak pasien secara umum adalah: mempunyai hak untuk
dinformasikan (to be informed) , mempunyai hak untuk didengarkan (to be
heard), mempunyai hak untuk memilih (to be choice) dan mempunyai hak
untuk diselamatkan (to be safety).
Dalam tatanan pelayanan kesehatan hak pasien berdasarkan UndangUndang Rumah Sakit No. 44 /2009, pasal 32 antara lain;
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yag berlaku
di RS
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi adil jujur dan tanpa diskriminasi.
4. Pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
5. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
6. Meminta konsultasi Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dan standar procedure operasional.
7. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
8. Mengajukan tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai surat izin praktik.(SIP) baik didalam maupun diluar RS.
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita, termasuk
data-data medisnya.
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnose dan tatacara tindakan,
resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta prakiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarga dalam keadaan kritis.
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau pepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

16

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam


perawatan di rumah sakit.
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya.
16. Menolak pelaynanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya.
17. Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata atau secara pidana.
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai
denganstandar peyananan melalui media cetak dan elektronik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

IV. ISU LEGAL/ ISU HUKUM DALAM KEPERAWATAN


Isu Legal/hukum dalam praktik keperawatan yang sering dijumpai seperti:
Kelalaian dalam praktik keperawatan dan DNR (Do Not Resucitation).
Kelalaian dalam praktik keperawatan disebabkan beberapa faktor seperti:
kompetensi perawat yang tidak memenuhi kualifikasi, jumlah ketenagaan
perawat yang tidak memenuhi standar (rasio pasien dan perawat), fasilitas
yang tidak lengkap, kebijakan, pedoman, standar praktik dan prosedur
yang tidak ada atau tidak di up to date dan lingkungan kerja yang tidak
kondusif.
DNR (Do Not Resucitation), adalah suatu pernyataan tertulis langsung
untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru pada pasien dalam
keadaan henti jantung.

V. STUDI KASUS

Kasus 1
Tn Z, 65 tahun, dirawat di RS Indah dengan diagnosa medis stroke non
hemoragik, dirawat sudah lebih dari satu bulan dengan berbagai terapi
dan terpasang beberapa alat bantu seperti ventilator, syringe pump
dengan obat titrasi intravena, dll. Namun tidak ada kemajuan dan diduga
harapan hidupnya sudah tidak ada, mungkin Brain Death? Keluarga
meminta apabila terjadi sesuatu tidak perlu dilakukan tindakan apapun.
Dalam instruksi dokter ditulis DNR.
Kasus 2
Ny A, 35 tahun, dirawat di RS Sabar Hati dengan diagnosa medis fracture
femur dextra/ Patah tulang paha kanan, dengan perdarahan hebat. Hb: 7

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

17

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

gr%. Rencana dilakukan transfusi darah 500 cc. Sementara ada pasien
Ny. A, 36 thn yang dirawat di rumah sakit tersebut yang mendapat tranfusi
darah juga. Perawat A, dengan terburu-buru langsung meminta darah ke
bank darah RS tanpa memberikan identifikasi yang lengkap seperti No.
Med Rec, dll hanya menyebutkan nama pasien saja. Darah lansung
diberikan karena setelah di darah cek namanya sesuai dengan nama
pasien. Namun setelah 50 cc darah tersebut masuk, pasien mengalami
reaksi anafilaktik.
Kasus 3
Seorang perawat pelaksana di ruang rawat Anak, memberikan cairan
tanpa memperhatikan kebutuhan cairan pada anak. Dalam catatan terapi
medik dituliskan kebutuhan cairan via intra vena 1200 cc/ 24 jam, tetapi
dalam pelaksanaannya anak tersebut mendapatkan cairan 2000cc/ 24
jam . Dari data catatan perawatan ditemukan catatan pemberian cairan
hanya ditulis jumlah cairan masuk selama 24 jam, tetapi tidak terdapat
catatan secara rinci seperti jumlah, waktu, jenis cairan dan cairan keluar.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

18

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

CARING DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN

Perawat merupakan kelompok profesi yang paling depan dan terdekat


dengan penderitaan orang lain, kesakitan, dan kesengsaraan yang dialami
masyarakat. Perawat merupakan anggota dari kelompok profesi yang
menggunakan ungkapan caring yang konsisten , sering dan terus menerus.
Praktik caring dalam keperawatan menunjukan bahwa perawat bekerja
dengan hati dan jiwa, tanpa caring keperawatan hanya kumpulan
keterampilan tinggi yang hanya mengenal fisik tanpa Jiwa. Menurut para
pakar keperawatan, apabila caring ditempatkan sebagai titik pusat praktik
keperawatan, maka profesi keperawatan akan memperoleh pengakuan yang
lebih tinggi dari klien
I.

PENGERTIAN
"Theory of Human Care" (Watson), mempertegas jenis hubungan dan
transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia yang
mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi
pada tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan
diri. Dia juga memperkenalkan sifat-sifat caring seperti sabar, jujur,
rendah hati.
Sobel mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan
menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari
kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir,
bertindak dan berperasaan. Caring juga sebagai suatu "affect" yang
digambarkan sebagai suatu emosi atau perasaan kasihan. atau empati
terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan bagi pasien. Caring juga sebagai suatu therapeutic
intervention. Dalam hal ini kondisi-kondisi pasien yang membutuhkan
tindakan caring perlu dijelaskan seperti mendengarkan dengan aktif,
mendidik pasien, menjadi penasehat pasien, menyentuh, menemani
pasien dan kemampuan teknik mengenai prosedur atau intervensi
keperawatan.
Apabila perawat dalam perannya menempatkan caring sebagai pusat
yang sangat mendasar, maka perawat dapat membedakan caring dari
curing tanpa mengabaikan kerja sama sebagai tim pelayanan kesehatan
dengan profesi kesehatan lainnya.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

19

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

II.

KOMPONEN CARING
(Roach, 1984 ) menjelaskan beberapa komponen caring meliputi 5 C
yaitu:
1. Compassion (bela rasa)
Compassion memiliki kepekaan terhadap kesulitan dan kepedihan
orang lain, membantu seseorang untuk tetap bertahan, memberikan
kesempatan untuk berbagi perasaan, memberikan dukungan secara
penuh.
2. Competence (kemampuan)
Competence
(kemampuan),
memiliki
ilmu
pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa
tanggung jawab terhadap profesi.
3. Confidence (kepercayaan diri)
Confidence (kepercayaan diri) suatu keadaan untuk memelihara
hubungan antar manusia dengan penuh percaya diri.
4. Concience (suara hati)
Concience (suara hati) perawat memiliki standar moral yang tumbuh
dari sistem nilai humanistik altruistik yang dianut dan direfleksikan
pada tingkah lakunya.
5. Commitment
Komitmen
dalam melakukan tugas secara konsekwen dan
berkualitas terhadap karier yang dipilih

III.

HUBUNGAN INTERPERSONAL YANG MENUNJUKAN PERILAKU


CARING
Hubungan interpersonal menunjukan perilaku caring yang dapat
diaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan, meliputi :
Memberi salam/menyapa orang lain terlebih dahulu saat bertemu
Memberikan perhatian
Berbagi perasaan dengan orang lain
Membantu orang tanpa pamrih
Menjadi seorang pemaaf
Membeikan dukungan / harapan pada orang lain
Dapat dipercaya
Menjadi pendengar yang baik
Mendampingi seseorang saat berduka
Memberikan rasa nyaman terhadap orang lain

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

20

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

IV.

APLIKASI
CARING
KEPERAWATAN

SEBAGAI

NILAI

DALAM

PRAKTIK

Ada sepuluh faktor karatif caring (Watson,1988) sebagai nilai yang


diterapkan dalam praktik keperawatan meliputi :
1. Membentuk dan menghargai sistem nilai humanistik dan altruistik,
merupakan sikap yang didasari nilai-nilai kemanusiaan dengan
menghargai otonomi dan kebebasan klien terhadap pilihan yang
terbaik menurutnya
2. Menanamkan sikap penuh pengharapan, membangun sikap klien
yang positif terhadap pengobatan yang diterimanya serta perilaku
sehat
3. Menanamkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain
4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu,
meningkatkan penerimaan dan perwujudan perasaan positif maupun
negatif
5. Meningkatkan dan menerima ekpresi perasaan positif maupun
negatif
6. Menggunakan metoda sistematis dalam penyelesaian masalah
caring untuk pengambilan keputusan secara kreatif dan individualistik
7. Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental sosial, dan spiritual yang
suportif, protektif dan korektif
9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh pengharapan
dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia
10. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensi fenomenologikal dan
spiritual, cara penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh
& ilmiah melalui pemikiran masyarakat modern
V.

STUDI KASUS

Kasus 1
Tn. A, 56 tahun dipindahkan dari ICU ke ruang kelas tiga. Saat ini
kondisi klien cukup tenang, sekitar jam 22.00 WIB istri klien datang
dengan membawa seperangkat peralatan tidur. Perawat jaga malam
menegur dengan nada tinggi, Apakah ibu tidak tahu peraturan Rumah
Sakit? Siapa yang mengijinkan ibu masuk ? Pasiennya marah pada
perawat jaga dengan ungkapan kasar, Suster tidak punya perasaan
dan menyebabkan perawat semakin marah serta memanggil keamanan
untuk mengusir istri pasien untuk segera membawa peralatan tidurnya
keluar dari ruang perawatan.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

21

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

Kasus 2
Ny. MM, 60 tahun, masuk ke Rumah Sakit karena keluhan kelumpuhan
pada sisi kanan tubuh. Selama ini pasien tinggal sendirian di rumahnya,
sementara anak-anaknya tinggal di luar kota. Setiap satu jam pasien
memanggil perawat dengan menggunakan bel. Perawat TT saat dinas
malam mendapat panggilan merasa kesal dan marah serta mematikan
bel, dan mengatakan seharusnya ibu saatnya tidur dengan nada tinggi.
Saat serah terima jaga pagi hari, pasien melaporkan bahwa bahwa
perawat TT tidak mau membantunya saat ingin BAK dan minum serta
marah-marah.
Kasus 3
Tn. DD, 38 tahun, di rawat diruang internal dengan kasus Kanker Paru
Stadium 4. Telah mendapat terapi kemo sebanyak 6 seri satu tahun yang
lalu. Kondisi pasien saat ini, kesadaran menurun, Tensi; 60/palpasi, Nadi;
120x/menit, RR; 30 x/menit, Suhu menurun, konjungtiva anemis, akral
dingin, keluarga tidak ada yang menunggu dan perawat ruangan sibuk
dengan HPnya. Saat perawat manajer melakukan supervisi; pasien
terlihat kotor, bau, sekret banyak, ngorok dan terlihat kegawatan
pernapasan.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

22

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HOLISTIK


(HOLISTIC CARE)

I.

PENGERTIAN
Perawatan holistik merupakan asuhan keperawatan komperhensif
didasarkan pada perawatan pasien secara total dan mempertimbangkan
kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan spiritual seseorang (Anderson
dan Glaze, 1994).
Praktik keperawatan holistik diberikan dalam upaya meningkatkan proses
penyembuhan pada manusia/individu sejak lahir hingga saat menghadapi
kematian. Pengertian holistik yang dimaksud mencakup dua kategori yaitu
dimensi yang mencakup hubungan antara bio- psiko- sosial , spiritual dan
budaya manusia/individu dan memahami bahwa manusia/individu
merupakan satu kesatuan secara utuh tanpa bisa dipisahkan.
Dalam memberikan asuhan keerawatan holistik perawat harus
mempertimbangkan respon pasien terhadap penyakitnya dan mengkaji
tingkat kemampuan manusia/individu untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Seorang perawat harus dapat menjadi teman yang dapat mendukung dan
memotivasi pasien, mendorong pasien agar pasien memahami arti
kehidupan sehingga pasien tetap bertahan dan memiliki kemampuan
dalam meningkatkan proses penyembuhannya.
Praktik keperawatan secara holistik terintegrasi antara perawatan mandiri
/self care, tanggung jawab diri/self responsibility, spiritual dan
direfeleksikan dalam kehidupannya. Hal tersebut merupakan standar
utama bagi seorang perawat untuk selalu secara terus menerus
mengembangkan diri pada ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
praktik keperawatan sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
holistik.
Beberapa nilai utama perawatan holistik terkait dengan:
1. Filosofi dan pendidikan
Menekankan bahwa asuhan yang holistik didasarkan pada suatu
kerangka filosofi serta komitmen terhadap pendidikan, refleksi dan
pengetahuan.
2. Holistik etik, teori keperawatan dan riset
Menekankan bahwa asuhan yang profesioanal didasarkan pada teori,
diinformasikan oleh penelitian dan didasarkan oleh prinsip etik sebagai
petunjuk praktik yang kompeten.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

23

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

3. Holistic nurse self care


Didasarkan pada keyakinan bahwa perawat harus terlibat dalam
perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan kesadaran pribadi
sehingga perawat dapat melayani orang lain sebagai suatu alat bagi
proses penyembuhan seseorang
4. Holistic communication, therapeutic environment and cultural
competency
Menekankan pada kebutuhan perawat untuk bekerja sama dengan
klien untuk menentukan tujuan bagi kesehatan penyembuhan
5. Holistic caring process
Menekankan pada perkembangan untuk memanfaatkan pengkajian
dan asuhan terapeutik yang mengacu pada pola, masalah, dan
kebutuhan klien dan suatu lingkungan yang mendukung proses
penyembuhan pasien.
II.

ISU TERKAIT ASUHAN KEPERAWATAN HOLISTIK/ HOLISTIC


CARE
Isu utama dalam perawatan holistik terkait dengan hubungan pasien dan
keluarga. Keluarga merupakan suatu sistem yang dinamik. Dalam
keadaan stress maka sistem keluarga cenderung mempertahankan
keseimbangan/ homeostasis. Efek utama yang mempengaruhi
keseimbangan tersebut antara lain disebabkan karena meningkatnya
stress pada anggota keluarga, takut terhadap kematian, reorganisasi
peran keluarga.
Perawat mempunyai tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa praktik
keperawatan diberikan dengan benar dan baik. Pasien dan anggota
keluarga memerlukan petunjuk atau penjelasan terhadap perawatan yang
diberikan dan memerlukan dukungan yang terus menerus selama pasien
dirawat di rumah sakit.
Perawat dapat membantu pasien dan anggota keluarga menyelesaikan
masalah melalui :
Melakukan komunikasi yang terapeutik untuk membantu menyelesaikan
masalah yang terjadi sesegera mungkin
Mengidentifikasikan support sistem keluarga
Mengetahui bagaimana pasien dan keluarga menyelesaikan stress
yang terjadi sebelumnya
Menginformasikan pelayanan yang tersedia di rumah sakit.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

24

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

Beberapa tips untuk menolong menyelesaikan masalah yang dihadapi


keluarga:

III.

Melakukan sentuhan langsung pada pasien-keluarga


Melakukan komunikasi dengan pasien-kelurga, dengan
menghindari sikap yang membuat pasien takut, tidak mau
mendengarkan, dan biarkan keluarga untuk memberikan
informasi langsung ke pasien
Memberikan kesempatan pasien mengetahui berbagai situasi
yang terjadi diluar rumah sakit seperti tentang keluarga,
binatang kesayangannya dll
Mengidentifikasi anggota keluarga yang bertanggung jawab
dalam menerima dan member informasi
Mempertimbangkan orang tepat yang harus menunggu pasien
jika diperlukan sewaktu-waktu
Meyakinkan bahwa support pelayanan tersedia jika pasien atau
keluarga memerlukan

APLIKASI HOLISTIK CARE DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN


Kasus 1:
An.K, 5 tahun dirawat sudah 6 hari perawatan dengan diagnosa Tetralogy
of Fallot/sakit jantung bawaan cyanotic. Rencana akan dilakukan tindakan
pembedahan jantung, dan saat ini sedang dilakukan persiapan operasi.
Anak terlihat sangat cemas dan rewel, menolak semua prosedur yang
akan dilakukan, tidak mau ditinggal oleh orang tuanya terutama dengan
ibunya, sehingga perawat merasa kesulitan untuk melakukan pendekatan
karena saat akan didekati anak sudah meronta menunjukan
ketakutannya.
Kasus 2 :
Tn R. 42 th pasca tindakan pembedahan Laparatomi hari perawatan ke20 di unit perawatan intensif care, saat ini pasien mengalami masalah
penurunan fungsi ginjal sehingga memerlukan terapi Hemodialisa.
Keluarga bingung, stress sehubungan dengan apakah terapi yang akan
dilakukan membuat keadaan pasien menjadi lebih baik? Disamping itu
kelurga pasien menghadapi dilema dalam finansial sedangkan untuk
terapi tersebut kemngkinannya tidak hanya sekali.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

25

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

SOSIALISASI PROFESIONAL

1.

PENGERTIAN
Sosialisasi profesional adalah proses internalisasi nilai-nilai keyakinan,
menerima pengetahuan, keterampilan, sikap, keyakinan, norma-norma,
budaya, dan standar etik dalam keperawatan serta membuat hal ini
sebagai bagian dari self image dan perilaku yang dimiliki dirinya
(Jacox, 1973). Sosialisasi profesional dimulai pada mahasiswa baru dan
diteruskan setelah lulus sampai memasuki dunia kerja sehingga tumbuh
sikap profesional
Sosialisasi professional ini dikenalkan kepada masyarakat melalui
media cetak dan elektronik, seperti; buku-buku, TV, gambar-gambar dan
masmedia lainnya. Dalam pelaksanaan sosialisasi professional juga
melibatkan teman sejawat dan profesi lain.
.

2.

MODEL-MODEL SOSIALISASI PROFESIONAL


Berfikir tentang sosialisasi profesional akan lebih mudah dengan
mempergunakan model-model yang dikembangkan oleh Hinsaw (1976)
dan Cotien (1981) yang menguraikan model untuk mahasiswa
keperawatan yang baru. Bandura (1977)menguraikan jenis sosialisasi
informal yang disebut modelling tepat untuk mempelajari perilaku baru.
Adapun penjabaran dari model-model sosialisasi professional dari
beberapa ahli adalah sebagai berikut;
1. Cohen Model (1981)
Dalam sosialisasi professional,mahasiswa harus mengalami setiap
tahap (ada 4 tahap) secara sekuen sehingga merasa nyaman dalam
peran profesionalnya. Hasil yang positive tiap tahap penting untuk
kepuasan mahasiswa.
Tahap I : ketergantungan unilateral, belum pengalaman dan kurang
pengetahuan, mahasiswa pada hidup ini mengandalkan keterbatasan
eksternal dan pengawasan yang dibangun oleh tampilan otoritas
seperti guru, mahasiswa tidak mungkin bertanya atau melakukan
analisa kritis karena keterbatasan latar belakang pengetahuan.
Tahap II : Negativity/independency, kemampuan berfikir kritis dan
pengetahuan dasar nilai berkembang dan meluas. Mereka mulai
mengatakan tidak, bebas dari pengawasan eksternal dan lebih pada

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

26

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

keputusan diri sendiri. Berfikir kritis tentang apa yang mereka


pikirkan.
Tahap III : Dependency/mutuality, mahasiswa lebih rasional dan
mengevaluasi ide orang lain. Mereka mengembangkan proses
penilian yang realistik dan belajar menguji konsep-konsep, fakta ideide dan model objektif, Mahasiswa pada tahap ini lebih jujur, adil dan
netral serta menerima beberapa ide-ide dan menolak yang lain.
Tahap IV : Interdependence mahasiswa perlu kedua-duanya
kemandirian dan mutuality (saling tukar menukar dan berhubungan
dengan yang lain) datang bersama-sama. Mereka mengembangkan
kapasitas membuat keputusan dalam berkolaborasi dengan orang
lain. Mahasiwa yang sukses bersosialisasi pada tahap IV dengan
konsep diri tercakup dalam identitas peran profesional. Secara
pribadi dan profesional mampu menerima dan rukun/harmonis
dengan peran-peran kehidupan orang lain.
2. Hinshaws Model (1976)
Tahap I : Initial Innonce, Karakteristik ideal image dan harapan
perawat. Mahasiswa keperawatan meningkatkan pemahaman
tentang image dari media dan pengalaman bekerja dengan perawat,
sebagai contoh; mahasiswa akan segera bekerja dengan pasien ,
yang mana perawat akan mendapat tindakan dengan respek oleh
tenaga kesehatan lain atau perawat akan melakukan pekerjaan lebih
baik untuk pasien.
Tahap II : Incongruitas, Mahasiswa menyadari bahwa mereka
memiliki keterbatasan terhadap citra diri mereka sebagai perawat.
Dari kondisi nyata di situasi tempat mereka bekerja dan merupakan
tantangan dalam melaksanakan pekerjaannya. Sebagai contoh;
mereka harus memiliki pengetahuan lengkap tentang; anatomi,
fisiologi, nutrisi dan mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum mereka
kontak dengan pasien atau mahasiswa mengharapkan mendapat
pengalaman dari perawat senior atau instrukturnya atau mereka
dihadapkan dengan pasien yang mengalami penyakit kronis dan
nyeri hebat. Ketidaksesuaian antara harapan dengan kondisi nyata
menyebabkan ketegangan dan frustasi pada tahap ini. Mahasiswa
mulai mencoba mendiskusikannya dengan mahasiswa lainnya. Pada
tahap ini mereka akan banyak mengajukan pertanyaan, apakah
mereka memilih melanjut atau berhenti.
Tahap III : Identification, Mahasiswa mulai memilih dengan cermat
dalam mengobservasi model-model peran. Model-model peran yang
di tampilkan oleh instruktur klinik di lahan praktik menjadi penting
bagi diri mahasiswa.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

27

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

Tahap IV : Role simulation, mahasiswa mempraktekan perilaku peran


yang mereka observasi, pada awal mencoba suatu perilaku
mahasiswa akan merasa asing atau pura-pura, kadang
menyebabkan bingung dan keraguan dirinya.
Tahap V : Vacillation, Keinginan berpegang teguh pada image dan
ide lama tentang keperawatan, ketika mengenal ide baru
berdasarkan kenyataan, image lama muncul dan konflik dengan
image profesional baru. Lulusan baru merasa bersalah ketika mereka
tidak mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien secara
intens karena banyaknya pasien, bebabn kerja dan keterbatasan
waktu.
Tahap VI : Internalization, menerima dan nyaman dengan peran,
baru terjadi setelah praktik beberapa waktu. Mengembangkan
keseimbangan antara harapan diri sebagai profesional, harapan
institusi,harapan pasien dan kehidupan lainnya.
3. Banduras Concept of Modelling
Mahasiswa belajar dengan mengobservasi model-model peran.
Terdapat 2 (dua) persyaratan agar modelling sukses:
Sebagai model harus kompeten, mahasiswa dengan sadar
mengidentifikasi dan memiliki model peran
Mahasiswa harus mempunyai peluang untuk praktik perilaku yang
mereka lihat dari model, model harus menunjukkan nilai-nilai
sikap dan perilaku yang dihargai oleh mahasiswa.
Proses modelling berlangsung dengan sadar dan termasuk bagian
dari belajar.

3.

SOSIALISASI PADA TEMPAT KERJA


Ketika mahasiswa perawat lulus, apakah sosialisasi profesional selesai?
Sebagian besar ahli menyatakan dan meyakini bahwa sosialisasi
professional adalah kegiatan belajar seumur hidup.
Sebagian besar lulusan baru merasa tidak siap dengan tanggung jawab
posisi pertamanya. Walaupun ada kegiatan orientasi, tetapi memerlukan
waktu, lulusan mungkin mempunyai harapan yang tidak realistik dari
dirinya dan orang lain. Selama beberapa hari praktik didapat perbedaan
dimana ideal pendidikan tidak mungkin semua dapat dicapai di praktik.
Hal ini menimbulkan konflik dan merasa bersalah.
Dalam proses sosialisasi,perawat juga harus beradaptasi, hal ini sangat
tergantung pada personil keperawatan lainnya seperti; pembantu
perawat dan personil perawat lainnya. Hal ini merupakan penyesuaian

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

28

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

yang sulit terutama untuk beberapa perawat yang tidak mampu


melakukan delegasi, tidak yakin terhadap kemungkinan orang lain, yakin
hanya pada mereka yang mampu memberikan asuhan keperawatan
berkualitas.
Kramer (1974) menyatakan bahwa perasaan tidak berdaya dan tidak
efektif dialami oleh lulusan baru yang mengalami syok realitas di tempat
kerja. Hal ini akan menurunkan kemampuan individu untuk koping
secara efektif dengan peran baru. Sangat disayangkan beberapa
perawat baru gagal pada tahap ini sebelum mereka lanjut pada tahap
berikutnya untuk menyelesaikan syok realitas.

4.

LANGKAH-LANGKAH SOSIALISASI PROFESIONAL


Agar sosialisasi profesional yang dimiliki perawat lulusan baru dapat
terlaksana selama praktik/bekerja di sarana kesehatan, beberapa
strategi dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1. Mengatasi syok realita di tempat kerja dengan tahapan:
Menguasai keterampilan profesional dari pelajaran di tatanan
nyata realitas
Integrasi sosial
Penghayatan moral, tidak semua tugas dan kemauan dapat
dilaksanakan, karena sudah komitmen dengan tempat kerja.
Hubungan perawat dengan profesi dan pasien menyebabkan
konflik, frustasi dan mengakibatkan marah. Untuk menyelesaikan
masalah ini perlu dibahas dalam rapat.
Penyelesaian konflik dilakukan dengan cara;
o Mengubah perilaku,
o Mempertahankan nilai-nilai,
o Meninggalkan nilai-nilai profesional,
o Menerima nilai-nilai birokrasi/berorientasi pada tugastugas/hanya untuk mencoba bertahan dalam sistem,
o Bekerja mengikuti arus saja untuk bertahan dan menjadi
perawat bicultural.
Rumah sakit menyediakan program precetorship dalam rangka
mempersiapkan perawat profesional.
2. Melakukan klarifikasi harapan peran dalam resosialisasi melalui
peran model, preceptor, dan mentor yang semuanya melalui interaksi
sosial dan proses pendidikan.
Mentoring adalah hubungan suportive dan nurturing antara lain
dengan pemula. Mentor menyediakan proses sosialisasi profesional
perawat menjadi manajer.Tidak semua perawat mendapat
kesempatan belajar dengan mentor untuk memfasilitasi setiap peran

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

29

Modul I
Aplikasi Nilai-nilai Profesional dalam Praktik Keperawatan

karir baru. Mentor memfasilitasi peralihan peran/model peran pada


semua perawat baru untuk meningkatkan tanggung jawab secara
baik.
Preseptor klinik adalah perawat staf dan praktisioner keperawatan
lain ditatanan klinik, dan sebagai peran model serta sebagai guru
untuk mahasiswa, lulusan baru dan perawat lain melalui hubungan
orang per orang (one-to-one). Hubungan preseptor ini didasarkan
pada konsep modelling.
Pengalaman bersama preseptor bagi lulusan baru akan
menggambarkan transisi dan peran mahasiswa ke perawat staf, serta
disosialisasikan ke dalam peran profesional.
Rumah sakit sebagai lahan praktik dan tempat mewujudkan
keperawatan sebagai profesi hendaknya membangun iklim
sosialisasi profesional dan pengembangan sumber daya perawat
sebagai ujung tombak pelayanan keperawatan.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan


Ditjen Bina Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI

30

You might also like