You are on page 1of 7

BELLS PALSY

Bells palsy atau Prosoplegia merupakan kelumpuhan fasialis perifer tipe lower motor neuron yang paling sering
mempengaruhi nervus kranialis akibat proses non-supuratif, non-neoplasmatik, non-degeneratif primer atau
adanya keterlibatan saraf fasialis idiopatik di luar sistem saraf pusat tanpa adanya penyakit neurologik lainnya.
Sangat memungkinkan akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau sedikit
proksimal dari foramen tersebut
Dapat juga disebabkan karena adanya edema jinak pada nervus fasialis
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun secara umum terbagi dua, yaitu kongenital dan dapatan
Gangguan ini berupa paresis atau paralisis nervus fasial perifer yang terjadi tiba-tiba atau bersifat akut
Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa disertai adanya penyakit
neurologis lainnya, serta dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Kelumpuhan Nervus Fasialis dapat disebabkan oleh bawaan lahir (kongenital, neoplasma, trauma, infeksi,
paparan toksik ataupun penyebab iatrogenik).

Saraf fasialis (N.VII) atau kranialis mengandung sekitar 10.000 serabut saraf yang terdiri dari 7.000 serabut saraf
motorik untuk otot-otot wajah dan 3.000 serabut saraf lainnya membentuk saraf intermedius (Nerve of Wrisberg)
yang berisikan serabut sensorik untuk pengecapan 2/3 anterior lidah dan serabut parasimpatik untuk kelenjer
parotis, submandibula, sublingual dan lakrimal. Saraf fasialis terdiri dari 7 segmen yaitu :
1. Segmen supranuklear
2. Segmen batang otak
3. Segmen meatal
4. Segmen labirin
5. Segmen timpani
6. Segmen mastoid
7. Segmen ekstra temporal
Saraf otak ke VII mengandung 4 macam serabut, yaitu:
Serabut stomatomotorik
Serabut visero-motorik
Serabut visero-sensorik

Serabut somato-sensorik

Nucleus (inti) motorik Nervus VII terletak di ventral lateral nucleus abdusens, dan serabut Nervus Fasialis
dalam pons sebagian melingkari dan melewati bagian ventro lateral nucleus abdusens sebelum keluar dari
pons dibagian lateral traktus kortikospinal.
Nervus Fasialis berjalan melalui kanalis fasialis tepat dibawah ganglion genikulatum untuk memberikan
percabangan ke ganglion pterigopalatina, yaitu Nervus Petrosus superfisial major, dan disebelah yang lebih
distal memberi persyarafan ke m.stapedius yang dihubungkan oleh korda timpani. Lalu nervus Fasialis keluar
dari cranium melalui foramen stilomastoideus kemudian melintasi kelenjar parotis dan terbagi menjadi 5
cabang yang melayani otot-otot wajah, m.stilomastoideus, platisma, dan m.digastrikus venter posterior.
ETIOLOGI
A. Idiopatik
B. Kongenital
a.
anomali kongenital (sindroma Moebius)
b. trauma lahir (fraktur tengkorak, perdarahan intrakranial .dll.)
C. Didapat
Trauma Penyakit tulang tengkorak (osteomielitis)
Trauma (fraktur pada ramus mandibula)
Penyakit tulang tengkorak
Proses intrakranial (tumor, radang, perdarahan dll)
Proses di leher yang menekan daerah prosesus stilomastoideus) (iskhemia dari saraf)
Infeksi tempat lain (otitis media, herpes zoster dll)
Sindroma paralisis n. fasialis familial

Banyak kontroversi mengenai etiologi dari Bells palsy, tetapi ada 4 teori yang dihubungkan dengan etiologi Bells
palsy yaitu :
1.Teori Iskemik vaskuler
Nervus fasialis dapat menjadi lumpuh secara tidak langsung karena gangguan regulasi sirkulasi darah di kanalis
fasialis.
2.Teori infeksi virus
Virus yang dianggap paling banyak bertanggungjawab adalah Herpes Simplex Virus (HSV), yang terjadi karena
proses reaktivasi dari HSV (khususnya tipe 1)
3.Teori herediter
Bells palsy terjadi mungkin karena kanalis fasialis yang sempit pada keturunan atau keluarga tersebut, sehingga
menyebabkan predisposisi untuk terjadinya paresis fasialis.
4.Teori imunologi
Dikatakan bahwa Bells palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi virus yang timbul sebelumnya atau
sebelum pemberian imunisasi

FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PARALISIS NERVUS FACIALIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KG


1. Komplikasi sesudah penyuntikan anestesi lokal pada waktu pencabutan gigi
a) Infiltrasi obat anestesi yang berlebihan pada anestesi blok infraorbital menyebabkan paralysis
otot ekstra okular
b) Jarum suntik melewati daerah batas posterior, mengenai kelenjar parotis memblokir daerah
serviko fasial atau kortiko temporal dari nervus fasialis
c) Kesalahan penyuntikan yang menyebaban terblokirnya serabut motoris pada quadratus labii
inferior dan otot triangularis, menyebabkan paralysis bibir bawah
2. Adanya sumber infeksi di daerah mulut (radang parotis/mumps)
3. Trauma pada waktu operasi sendi temporomandibula
4. Trauma sewaktu pembuangan tumor glandula parotis ( terpotongnya nervus fasialis) dimana terjadi
gangguan pada pleksus saraf fasialis bagian bawah
5. Fraktur pada ramus mandibula yang dapat mengakibatkan putusnya saraf fasialis

Perbedaan lokasi kerusakan saraf fasialis dapat menimbulkan gejala yang berbeda, yaitu
1. Paralisis perifer
a. Lesi diluar foramen stilomastoideus
b. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)
c. Lesi di kanalis fasialis (melibatkan muskulus stapedium)
d. Lesi yang melibatkan ganglion genikulatum
e. Lesi di meatus akustikus internus
f. Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons
2. Paralisis Nuklear
3. Paralisis Supranuklear

PATOFISIOLOGI

Salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi pada Nervus Fasialis yang menyebabkan
peningkatan diameter Nervus Fasialis sehingga terjadi kompresi dari syaraf tersebut pada saat melalui
tulang temporal.
Perjalanan Nervus Fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang mempunyai bentuk
seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mentale.
Pada intinya bells palsy terjadi karena kompresi nervus fasialis
Gangguan pertama adalah saat endotelium dari kapiler menjadi edema dan permeabilitasnya meningkat,
sehingga kapiler bisa bocor lalu edema terjadi di jaringan sekitarnya, lalu aliran darah tergganggu sehingga
terjadi hipoksia dan asidosis sehingga terjadi kematian sel.
Dengan bentuk kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinasi atau iskemik dapat
menyebabkan gangguan dari konduksi.
Impuls motorik yang dihantarkan oleh Nervus Fasialis bisa mendapat gangguan di lintasan supra nuclear,
nuclear dan infra nuclear. Lesi supra nuclear bisa terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau
jaras kortikobulbar atau pun di lintasan asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di
korteks motorik primer.

Paparan udara dingin seperti angina kencang, AC, diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bells
Palsy. Karena Nervus fasialis bisa sembab, terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan
kelumpuhan fasialis LMN.

GEJALA KLINIS

Kelumpuhan perifer N. VII memberikan ciri yang khas hingga dapat didiagnosa dengan inspeksi.
Kelumpuhan pada Bells Palsy akan terjadi bagian atas dan bawah dari otot wajah seluruhnya lumpuh.
Dahi tidak dapat dikerutkan, fisura palpebral tidak dapat ditutup dan pada usaha untuk memejamkan
mata terlihatlah bola mata yang berbalik ke atas.
Sudut mulut tidak bisa diangkat.
Bibir tidak bisa dicucurkan dan platisma tidak bisa digerakkan.
Karena lagoftalmos, maka air mata tidak bisa disalurkan secara wajah sehingga tertimbun.
Gejala-gejala pengiring seperti ageusia dan hiperakusis tidak ada karena bagian Nervus Fasialis yang
terjepit di foramen stilomastoideum sudah tidak mengandung lagi serabut korda timpani dan serabut
yang mensyarafi muskulus stapedius.

Jika lesi terjadi pada foramen stylomastoideus, dapat terjadi paralisis seluruh otot ekspresi wajah
Lesi pada kanalis fasialis menimbulkan manifestasi yang sama namun ditambah dengan hilangnya
pengecapan pada 2/3 anterior lidah pada sisi yang sama
Lesi pada saraf yang menuju muskulus stapedius dapat terjadi hiperakusis.
Lesi pada ganglion genikulatum menimbulkan lakrimasi dan berkurangnya salivasi
Tanda dan gejala bells palsy dapat berupa kelumpuhan otot- otot wajah pada satu sisi yang terjadI
secara tiba-tiba, beberapa jam sampai beberapa hari (maksimal 7 hari).

1. nyeri di sekitar telinga, rasa bengkak atau kaku pada wajah


2. Kadang- kadang diikuti oleh hiperakusis, berkurangnya produksi air mata, hipersalivasi dan
berubahnya pengecapan
3. kesulitan melakukan gerakan-gerakan volunter, seperti saat gerakan aktif maupun pasif,
4. tidak dapat mengangkat alis dan menutup mata
5. sudut mulut tertarik ke sisi wajah yang sehat, sulit bersiul, sulit mengembangkan cuping hidung
dan otot-otot yang terkena
Bells palsy hampir selalu unilateral.
hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total
lipatan nasolabialis akan menghilang
sudut mulut menurun
bila minum atau berkumur air menetes dari sudut bibir
kelopak mata tidak dapat dipejamkan
dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung
makanan cenderung terkumpul diantara pipi dan gusi sisi yang lumpuh

BELLS PALSY DIBEDAKAN MENJADI 3 FASE


1. Fase akut (0-3 minggu)
2. Fase sub akut (4-9 minggu)
3. Fase kronik (> 10 minggu)
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Hampir semua pasien yang dibawa ke ruang gawat darurat merasa bahwa mereka menderita stroke atau
tumor intracranial. Hampir semua keluhan yang disampaikan adalah kelemahan pada salah satu sisi
wajah.
B. Pemeriksaan fisik
Gambaran paralisis wajah mudah dikenali pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang lengkap dan tepat
dapat menyingkirkan kemungkinan penyebab lain paralisis wajah. Pikirkan etiologi lain jika semua cabang
nervus facialis tidak mengalami gangguan.
C. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis Bells palsy. Namun
pemeriksaan kadar gula darah atau HbAIc dapat dipertimbangkan untuk mengetahui apakah pasien
tersebut menderita diabetes atau tidak. Pemeriksaan kadar serum HSV juga bisa dilakukan namun ini
biasanya tidak dapat menentukan dari mana virus tersebut berasal
D. Pemeriksaan radiologi
MRI mungkin dapat menunjukkan adanya tumor (misalnya Schwannoma, hemangioma, meningioma). Bila
pasien memiliki riwayat trauma maka pemeriksaan CT-Scan harus dilakukan.

PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
Mengerutkan dahi: lipatan hanya terjadi pada sisi yang sehat
Mengangkat alis: sisi yang sakit tidak dapat diangkat
Memejamkan mata dengan kuat: sisi yang sakit kelopaknya tidak dapat menutupi bola mata dan bola
mata berputar ke atas (Bells phenomenon)
Mengembungkan pipi: hanya sisi yang sehat yang dapat dikembungkan
Menyeringai: sisi yang sakit sudut mulutnya lumpuh tidak dapat diangkat sehingga mulut mencong
2. PEMERIKSAAN SENSORIK
Memeriksa pengecapan dengan berbagai rasa: manis pada ujung lidah, dan asam pada bagian tengah
lidah
Pengecapan pada sisi yang sakit tidak tajam
3. PEMERIKSAAN REFLEKS
Memeriksa refleks kornea
Pengetukan ujung jari pada alis, yang jika sehat, akan direspon dengan menutupnya kelopak mata
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
MRI, dapat terlihat kelainan pada nervus fasialis
DIAGNOSA BANDING
Oritis media supurativa
Herpes zoster oticus
Trauma kapitis
Sindroma Guilain - barre dan myastenia gravis
Tumor intrakranialis
Leukimia
Facial palsy tipe sentral
Kelainan sentral Stroke
Kelainan tumor onset gradual dan disertai perubahan mental status
Kelainan neurologis sklerosis multipel
Kelainan perifer otitis media supuratif dan mastoiditis
herpes zoster otikus bila ditemukan adanya tuli perseptif
PENATALAKSANAAN
1. Istirahat terutama pada keadaan akut
2. Medikamentosa
Pemberian kortikosteroid
Agen antiviral
Kortikosteroid
Perawatan mata
konsultasi
3. Istirahat
4. Pengbatan secara fisioterapi

PENGOBATAN
FARMAKO
Kortikosteroid, vitamin B1, B6, B12, Botox, Aciclovir
NON FARMAKO
Pemijatan, fisioterapi, operasi
KOMPLIKASI
Kontraktur otot wajah
Sinkenesis
Hemifacial spam
Crocodile Tears Syndrome

You might also like