Professional Documents
Culture Documents
STEP 1
-
STEP 2
1. Bagaimana hubungan antara anak diberi sapihan mulai usia 2 bulan
dengan keluhan scenario?
2. Kapan seharusnya anak boleh diberikan makanan pendamping dan
apa saja makanan yang bolh diberikan?
3. Bagaimana hubungan anak diberikan susu formula dengan keluhan
pada scenario
4. Apa interpretasi dari KMS anak tersebut?
5. Apa hubungan KEP dengan sering diare dan batuk pilek ?
6. Mengapa terjadi hipoglikemi, hipotermi dan dehidrasi pada anak
tersebut?
7. Mengapa kedua kaki atau tungkai bengkak tetapi tubuh lain tampak
kurus?
8. Apa hubungan tidak pernah makan daging, ikan dan telur terhadap
keluhan?
9. Mengapa anak Nampak kurus, lemah dan napsu makan kurang dan
hanya suka minum air putih?
10.
Apa saja komplikasi pemberian MP ASI yang terlalu dini?
11.
Sebut dan jelaskan klasifikasi dari KEP?
12.
Jelaskan cara penilian status gizi pada anak?
13.
Bagaimana penatalaksanaan gizi buruk menurut fase nya?
14.
Apa saja komplikasi apabila pemberian ASI terlalu lama?
15.
Bagaimana pertumbuhan anak sehat?
16.
Apa yang dimaksud dengan growth faltering
17.
Bagaimana tahapan pemberian MP ASI
18.
Apa yang dimaksud dengan gizi buruk?
Bagaimana klasifikasi gizi buruk
19.
Bagaimana perbedaan klinisinya?
20.
Bagaimana patofisiologi terhadap system organ?
21.
Bagaimana penegakan diagnosis gizi buruk?
22.
Bagaimana mencegah komplikasi kematian gizi buruk?
STEP 3
Hal ini disebabkan sistem imun bayi < 6 bl belum sempurna. Pemberian MPASI dini sama saja dg membuka
pintu gerbang masuknay berbagai jenis kuman. Belum lagi jika tidak disajikan higienis. Hasil riset terakhir dari
peneliti di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yg mendapatkan MPASI sebelum ia berumur 6 bl, lebih banyak
terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yg hanya mendapatkan ASI eksklusif.
Belum lagi penelitian dari badan kesehatan dunia lainnya.
2. Saat bayi berumur 6 bl keatas, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MPASI.
Beberapa enzim pemecah protein spt asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase, dsb baru akan diproduksi
sempurna pada saat ia berumur 6 bl.
3. Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan
Saat bayi berumur < 6 bl, sel2 di sekitar usus belum siap utk kandungan dari makanan. Sehingga makanan yg
masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi.
4. Menunda pemberian MPASI hingga 6 bl melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Proses pemecahan
sari2 makanan yg belum sempurna.
Pada beberapa kasus yg ekstrem ada juga yg perlu tindakan bedah akibat pemberian MPASi terlalu dini. Dan banyak
sekali alasan lainnya mengapa MPASI baru boleh diperkenalkan pada anak setelah ia berumur 6 bl.
Masih banyak yg mengenalkan MPASI < 6 bl
Kalo begitu kenapa masih banyak orangtua yg telah memberikan MPASI ke anaknya sebelum berumur 6 bl ?
Banyak sekali alasan kenapa ortu memberikan MPASI < 6 bl. Umumnya banyak ibu yg beranggapan kalo anaknya
kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski gak ada relevansinya banyak yg beranggapan ini benar.
Kenapa ? Karena belum sempurna, sistem pencernaannya harus bekerja lebih keras utk mengolah & memecah
makanan. Kadang anak yg menangis terus dianggap sbg anak gak kenyang. Padahal menangis bukan semata2 tanda
ia lapar.
Belum lagi masih banyak anggapan di masyarakat kita spt ortu terdahulu bahwa anak saya gak papa tuh dikasih
makan pisang pas kita umur 2 bl. Malah sekrg jadi orang.
Alasan lainnya juga bisa jadi juga tekanan dari lingkungan dan gak ada dukungan spt alasan di atas. Dan gencarnya
promosi produsen makanan bayi yg belum mengindahkan ASI eksklusif 6 bl.
Aturan MPASI setelah 6 bulan : Karena < 6 bl mengandung resiko
Sekali lagi tidak mungkin ada saran dari WHO & IDAI jika tidak dilakukan penelitian panjang. Lagipula tiap anak
itu beda. Bisa jadi gak jadi masalah utk kita tapi belum tentu utk yg lain.
Misalkan, ilustrasinya sama spt aturan cuci tangan sebelum makan. Ada anak yg dia tidak terbiasa cuci tangan
sebelum makan. Padahal ia baru bermain2 dengan tanah dsb. Tapi ia tidak apa2. Sedangkan satu waktu atau di anak
yg lain, begitu ia melakukan hal tsb ia langsung mengalami gangguan pencernaan karena kotoran yg masuk ke
makanan melalui tangannya. Demikian juga dengan pemberian MPASI pada anak terlalu dini. Banyak yang merasa
anak saya gak masalah tuh saya kasih makan dari umur 3 bulan. Sehingga hal tsb menjadi excuse atau alasan
utk tidak mengikuti aturan yg berlaku. Padahal aturan tsb dibuat karena ada resiko sendiri. Lagipula penelitan ttg hal
ini terus berlanjut. Saat ini mungkin pengetahuan dan hasil riset yg ada masih terbatas dan kurang bagi beberapa
kalangan. Tapi di kemudian hari kita tidak tahu. Ilmu terus berkembang.
Dan satu hal yg penting. Aturan agar menunda memberikan MPASi pada anak < 6 bulan bukan hanya berlaku utk
bayi yg mendapatkan ASI eksklusif. Tetapi juga bagi bayi yg tidak mendapatkan ASI (susu formula atau mixed).
Semuanya akan kembali kepada ayah & ibu. Jika kita tahu ada resiko dibalik pemberian MPASI < 6 bl, maka
mengapa tidak kita menundanya. Apalagi banyak sekali penelitian & kasus yang mendukung hal tsb.
Apapun keputusan ibu & ayah, apakah mau memberikan MPASi < 6 bl ataupun > 6bl, alangkah baiknya
dipertimbangkan dg baik untung ruginya bagi anak, bukan bagi orang tuanya. Sehingga keputusan yg diambil adalah
yg terbaik utk sang anak.
Sumber :
Solid Food in Early Infancy increases risk of Eczema, from original source : Fergusson DM et al Early solid
feeding and recurrent childhood eczema: a 10-year longitudinal study Pediatrics 1990 Oct; 86:541-546.
[Medline abstract][Download citation]
N
o
1
Indeks yang
dipakai
BB/U
TB/U
BB/TB
Batas
Pengelompokan
Sebutan Status
Gizi
< -3 SD
Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD
Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD
Gizi baik
> +2 SD
Gizi lebih
< -3 SD
Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD
Pendek
- 2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Tinggi
< -3 SD
Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD
Kurus
- 2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Gemuk
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi
yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z).
Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative
baik (well-nourished), sebaiknya digunakan presentil, sedangkan dinegara untuk
anak-anak
yang
populasinya
relative
kurang
(under
nourished)
lebih
baik
menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku
rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Rendah
TB/U
BB/TB
Rendah
Normal
Interpretasi
Rendah
Tinggi
Rendah
Sekarang kurang ++
Rendah
Normal
Rendah
Sekarang kurang +
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Tinggi
Rendah
Sekarang kurang
Normal
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Normal
Tinggi, normal
Tinggi
Rendah
Tinggi
Obese
Tinggi
Normal
Tinggi
serta
di
interpretasikan
berdasarkan
gabungan
tiga
indeks
+3sd
94.1
+3sd
55.4
+3sd
193.2
pengertian dan
pemahaman dari status gizi anak, selanjutnya ketika mengunjungi klinik gizi
hasilnya dapat segera diketahui termasuk upaya-upaya mempertahankan status
gizi yang baik.
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat
kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan
yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan
dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan
BB/TB
Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :
1.
berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan
timbangan berat badan dan meteran tinggi badan (mikrotoise)
2.
Dimana : NIS
NIS NMBR
NSBR
NMBR
NSBR
Untuk BB/U
Gizi Kurang
Gizi Baik
Gizi Lebih
TB/U
Pendek
Normal
Tinggi
BB/TB
a.
b.
c.
Kurus
Normal
Gemuk
TB/U
BB/TB
Rendah
Rendah
Normal
Sekarang kurang ++
Rendah
Tinggi
Rendah
Sekarang kurang +
Rendah
Normal
Rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Sekarang kurang
Normal
Tinggi
Rendah
Normal
Rendah
Tinggi
Tinggi, normal
Tinggi
Tinggi
Normal
Obese
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Normal
Tinggi
6. Mengapa kedua kaki atau tungkai bengkak tetapi tubuh lain tampak
kurus?
KEP ALBUMIN MENURUN TEKANAN ONKOTIK MENURUN
TEKANAN HIDROSTATIK MENINGKAT EKSRAVASASI CAIRAN KE
JARINGAN EDEMA
Didaerah tungkai berkaitan dengan gaya gravitasi
Sumber :
http://medicastore.com/artikel/247/Mengetahui_Status_Gizi_Balita_And
a.html
7. Mengapa anak Nampak kurus, lemah dan napsu makan kurang dan
hanya minum air putih?
Sumber : IDAI
12.
-
b. Marasmus:
KEP ringan
KEP sedang
14.
Yang dimaksud dengan gizi buruk pada buku ini adalah terdapatnya edema pada kedua kaki atau
adanya severe wasting (BB/TB < 70% atau < -3SD*), atau ada gejala klinis gizi buruk (kwashiorkor,
marasmus atau marasmik-kwashiorkor)
Walaupun kondisi klinis pada kwashiorkor, marasmus, dan marasmus kwashiorkor berbeda tetapi
tatalaksananya sama.
Catatan: isi buku Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk (TAGB), Buku I dan II Departemen
Kesehatan Republik Indonesia (2003, 2005, 2006) tidak bertentangan dengan isi bab ini.
*) SD = skor Standard Deviasi atau Z-score. Berat badan menurut tinggi atau panjang badan (BB/TB-PB)
-2 SD menunjukkan bahwa anak berada pada batas terendah dari kisaran normal, dan < -3SD
menunjukkan sangat kurus (severe wasting). Nilai BB/TB atau BB/PB sebesar -3SD hampir sama dengan
70% BB/TB atau BB/PB rata-rata (median) anak. (Tentang cara menghitung dan tabel, lihat Lampiran 5).
15.
Bagaimana klasifikasi gizi buruk dan Bagaimana perbedaan
klinisinya?
a.
Kwashiorkor
-
diare
e. Marasmik-Kwashiorkor:
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klnik
Kwashiorkor dan Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHONCHS disertai edema yang tidak mencolok.
1.
KEP ringan
KEP sedang
17.
Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Anamnesis terdiri dari anamnesis
awal dan anamnesis lanjutan.
Anamnesis awal (untuk kedaruratan):
Pemeriksaan fisis
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki. Tentukan status
gizi dengan menggunakan BB/TB-PB (lihat lampiran 5).
Tanda dehidrasi: tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati menentukan status dehidrasi
pada gizi buruk).
Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi lemah dan cepat),
kesadaran menurun.
Demam (suhu aksilar 37.5 C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5 C).
o
o
o
o
o
o
o
Anak dengan defisiensi vitamin A seringkali fotofobia. Penting untuk memeriksa mata dengan
hati-hati untuk menghindari robeknya kornea.
Pemeriksaan laboratorium terhadap Hb dan atau Ht, jika didapatkan anak sangat pucat.
Pada buku Pedoman TAGB untuk memudahkan penanganan berdasarkan tanda bahaya dan
tanda penting (syok, letargis, dan muntah/diare/ dehidrasi), anak gizi buruk dikelompokkan menjadi 5
kondisi klinis dan diberikan rencana terapi cairan dan makanan yang sesuai.
DIAGNOSIS
Ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antropometri. Anak didiagnosis gizi
buruk apabila:
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus
(visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu,
lengan, pantat dan paha; tulang iga terlihat
jelas, dengan atau tanpa adanya edema (lihat gambar).
Anak-anak dengan BB/U < 60% belum tentu gizi buruk, karena mungkin anak tersebut pendek, sehingga
tidak terlihat sangat kurus.
Anak seperti itu tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, kecuali jika ditemukan penyakit lain yang
berat.
(1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau pipa naso-gastrik.
2. Selanjutnya berikan larutan tsb. setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali
berikan bagian dari jatah untuk 2 jam)
3. Berikan antibiotika (lihat langkah 5)
4. Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah
6)
Pemantauan :
-
Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah dengan
darah dari ujung jari atau tumit setelah 2 jam.
Sekali diobati, kebanyakan anak akan stabil dalam 30 menit
Bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, ulangi pemberian 50 ml
(bolus) larutan glukosa 10% atau sukrosa, dan teruskan pemberian setiap
30 menit sampai stabil.
Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu aksila <36C dan/atau
kesadaran menurun.
Pencegahan :
-
Catatan :
Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP
berat/gizi buruk menderita hipoglikemia dan atasi segera dengan
ditatalaksana seperti tersebut di atas.
LANGKAH KE-2: PENGOBATAN/PENCEGAHAN HIPOTERMIA
Bila suhu ketiak <36C :
periksalah suhu dubur dengan menggunakan termometer suhu rendah. Bila
tidak tersedia termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada
pemeriksaan dengan termometer biasa, anggap anak menderita hipotermia.
Bila suhu dubur <36C :
- Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila
perlu)
- Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala,
letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas)
atau peluk anak di dada ibu, selimuti (metoda kanguru).
- Berikan antibiotika (lihat langkah 5).
Pemantauan:
- Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai >36,5C, bila
memakai pemanas ukur setiap 30 menit
- Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama
malam hari
- Raba suhu anak
- Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia.
Pencegahan:
- Segera beri makan / formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6).
- Sepanjang malam selalu beri makan
- Selalu diselimuti dan hindari keadaan basah (baju, selimut, alas tempat
tidur)
- Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis
terlalu lama).
Selanjutnya beri 510 ml/kg/jam untuk 410 jam berikutnya; jumlah tepat
yang harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya
dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula
khusus sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik dan
anak mulai kencing.
Pemantauan
Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap -1 jam selama 2
jam pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam selanjutnya.dengan
memantau:
-
denyut nadi
pernafasan
frekwensi kencing
frekwensi diare/muntah.
Adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang
berkurang, perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa rehidrasi telah
berlangsung, tetapi pada KEP berat/gizi buruk perubahan ini seringkali tidak
terlihat, walaupun rehidrasi sudah tercapai. Pernafasan dan denyut nadi
yang cepat dan menetap selama rehidrasi menunjukkan adanya infeksi atau
kelebihan cairan.
Tanda kelebihan cairan: frekwensi pernafasan dan nadi meningkat, edema
dan pembengkakan kelopak mata bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut,
hentikan segera pemberian cairan dan nilai kembali setelah 1 jam.
Pencegahan:
-
Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik,
tetapi pada penderita dengan edema BB-nya akan menurun dulu bersamaan
dengan menghilangnya edema, baru kemudian BB mulai naik.
Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun pemberian nutrisi sudah
berhati-hati, lihat bab diare persisten.
LANGKAH KE-7: FASILITASI TUMBUH KEJAR
Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar
tercapai masukan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan 50
g/minggu.
Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan,
biasanya 1-2 minggu setelah dirawat. Transisi secara perlahan dianjurkan
untuk menghindari risiko gagal jantung dan intoleransi saluran cerna yang
dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara
mendadak.
Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari
formula khusus awal ke formula khusus lanjutan :
-
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100
ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9
gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan
keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein
yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula
tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200
ml/kgBB/hari).
frekwensi nafas
frekwensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit
dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian
formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi:
-
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena
energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
Suplementasi multivitamin
Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama)
Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
Tembaga (Cu) 0.2 mg/kgBB/hari
Bila BB mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10
mg/kgBB/hari
Vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan :
100.000 SI, < 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak
sudah mendapat suplementasi vit.A pada 1 bulan terakhir. Bila ada
tanda/gejala defisiensi vit.A, berikan vitamin dosis terapi.
Kasih sayang
Sarankan:
-