You are on page 1of 12

Step 1

Step 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anatomi, fisiologi, histologi kanalis analis ?


Mengapa pasien mengeluarkan BAB berdarah ?
Apa hubungan pasien tidak suka makan sayur dengan keluhan pasien ?
Mengapa pasien mengalami dieare dan konstipasi secara bergantian ?
Diagnosis dan dd dari skenario ?
Mengapa pada pemeriksaan anorectal didapatkan mukosa anoperianal
berbenjo-benjol ?
7. Etiologi?
8. Penatalaksaan dan Pemeriksaan penunjang ?
9. dari skenario ?
10.Patogenesis dari skenario ?
11.Klasifikasi dari diagnosis dan derajatnya ?
12.Hubungan penyakit pasien dengan kanker ayahnya ?
13.Komplikasi dari diagnosis?
Step 3;

1. Anatomi, fisiologi, histologi kanalis analis?


Anatom:
Bagian akhir dari usus besar panjangnya 4cm dri rectum sampai orifisum
anal, setengah bagian bawah dari canalis analis dilapisi oleh skuamous
komplek dan setengah bagian atas di lapisi oleh epitel kolumner simplek.
Ada 2 muskulus : spingterani internus dan externus
Internus: involenter dan mempersyarafi n. Splenikus pelvis. Meliputi
lapisan otot lurik yang menjadi m. Spingter ani externus
Exrternus: volunter di persyarafi n. Pudenedus dan di bagi 3 pars
Profunda, superficialis dan kutanea.
Vaskularisasi:
Pembuluh rectal superior memeperdarahi canalis analis bagian atas
sedangkan bagian bawahnya pembuluh rectal inferior. Dari kedua
pembuluh darah ini percabangan dari pembuluh rectal dari arteri pudendel
interna. Dari arteri ini adalah cabang dari arteri iliaka interna.
Vena : setengah atas di vaskularisasi oleh v.rectalis superior ke
v.mesentrika inferior dan setengah bawah di vaskularisasi v. Rectalis
inferior yg bermuara ke v. Pudenda interna.
Fisologi :
Mengeluarkan masa feses terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan
melakukan hal tersebut dengan cara yang terkontrol kanalis analis
menyerap sedikit cairan dan sel goblet mengeluarkan mukus dan
berfungsi melicinkan, dan rectum tdk setiap waktu berisi feses ini
menyebabkan adanya spingter yg tdak begitu kuat.
Histologi :
-

Froses defekasi ?
2. Mengapa pasien mengeluarkan BAB berdarah ?
Riwayat kurang suka makan sayur feses padat dan keras konstipasi
melewati anus dan merobek dinding mucosa daerah
anuspendarahan
-Ca Colon : terus menerus menetes saat BAB
Dari awal sampai akhir
-Pda hemoroid
Darah menetes pada akhir BAB (terjadi laserasi karena pasase feses
yg keras tidak berlendir dan tdk terlalus akit)
-Pada fisura ani :
Pendarahan tjd saat defekasi disertai nyeri yg sangat tajam oleh
karena perlukaan pada mukosa canalis analis
IPD JILID 1
3. Apa hubungan pasien tidak suka makan sayur dengan keluhan pasien ?
Di karenakan Pasien tidak suka makan sayur udah 5 tahun ini
menyebabkan Efeknya konstipasi dan proses kronik krena dalam sayuran
ada sel selulosanya berfungsi melacarkan
4. Mengapa pasien mengalami dieare dan konstipasi secara bergantian ?
Jika karsinoma terletak pada bagian distal, maka kemungkinan besar akan
ada gangguan pada kebiasaan buang air besar, serta adanya darah di feses.
Beberapa karsinoma pada transversa colon dan colon sigmoid dapat teraba
melalui dinding perut. Karsinoma sebelah kiri lebih cepat menimbulkan
obstruksi, sehingga terjadi obstipasi. Tidak jarang timbul diare
paradoksikal, karena tinja yang masih encer dipaksa melewati daerah
obstruksi partial.

Sering terjadi gangguan defekasi, misalnya konstipasi atau


diare. Sering terjadi perdarahan yang segar dan sering
bercampur lendir, berat badan menurun. Perlu diketahui bahwa
rasa nyeri tidak biasa timbul pada kanker rectum. Kadangkadang menimbulkan tenesmus dan sering merupakan gejala
utama
Konstipasi jarang terjadi, mungkin karena volum colon kanan
lebih besar.
Universitas Sumatera Utara.

Diare dan konstipasi secara bergantian dapat menyebabkan sphincter


ani/lubang anus tak elastis lagi dan lebih mudah menderita hemoroid

Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakukan
fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja.
Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada
keadaan normal kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam secara teratur . Diduga pergerakan
tinja dari bagian proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari,
lewat gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung lama.

Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak anakanak.
Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami gangguan, yaitu kesulitan atau hambatan
pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul kesulitan defekasi atau timbul obstipasi.
Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau dapat karena kelainan
psikoneuorosis. Yang termasuk gangguan pasase bolus oleh suatu penyakit yaitu disebabkan oleh
mikroorganisme (parasit, bakteri, virus), kelainan organ, misalnya tumor baik jinak maupun
ganas, pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna (pasca gastrektomi, pasca kolesistektomi).
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat kembali bagaimana mekanisme
kerja kolon. Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon akan menyerap air dan membentuk
bahan buangan sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon akan mendorong tinja ini ke arah
rektum. Begitu mencapai rektum, tinja akan berbentuk padat karena sebagian besar airnya telah
diserap. Tinja yang keras dan kering pada konstipasi terjadi akibat kolon menyerap terlalu anyak
air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu perlahan-lahan dan malas, menyebabkan
tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama.
Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal
sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan
dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal.
Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan rektum. Pengisian
rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif (misalnya, pada kasus
hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada obstruksi usus besar yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau karena penyakit hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan proses
pengeringan tinja yang berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang
normalnya akan memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi spontan tergantung
pada reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rektum, serabut-serabut
aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-otot perut dan dasar panggul.
Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi tinja.
Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya. Tinja yang besar dan
keras di dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi lebih sering terjadi
retensi dan terbentuklah suatu lingkaran setan. Distensi rektum dan kolon mengurangi sensitifitas
refleks defekasi dan efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan dari kolon proksimal dapat menapis
disekitar tinja yang keras dan keluar dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus yang tidak disengaja
(encopresis) mungkin keliru dengan diare.
Akibat dari konstipasi
Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan elektrolit, zat-zat
organik misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di kolon descendens. Pada
seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan yang terus berlangsung,
maka tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan
makin susahnya defekasi, sehingga akan menimbulkan haemorrhoid.
Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol,
skatol, fenol, kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja.
Pada konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol, sehingga
akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka pada penderita dengan
sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada kolon stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri
mungkin akan mempercepat timbulnya hepatik encepalopati pada penderita sirhosis hepatis.

At a glance ilmu beda


Kosnstipasi bergantian di karenakan : ?
Diare : tekanan sigmoid tinggi di atas. Dan tergantung tubuh penderita

5. Mengapa di temukan tanda anemia + ?


Anemia due to chronic blood loss. Growth in the sigmoid or rectum to the root nerves,
lymph vessels, veins, causing symptoms in the legs and perineum
Terjadi anemia karena akibat kehilangan darah kronis. Pertumbuhan pada sigmoid
atau rektum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe, pembuluh vena,
menimbulkan gejala pada tungkai dan perineum.
Sesuai asal katanya [Yunani, haem = blood (darah), rhoos = flowing (mengalir)], maka darah
yang mengalir pada waktu defekasi maupun sesudahnya menjadi gejala yang paling sering
dikeluhkan oleh penderita hemoroid. Darah berwarna merah segar itu bisa menetes, bisa pula
menyemprot. Terlebih lagi, feses yang keras dapat menyebabkan robekan sehingga
terjadi perdarahan yang lebih hebat hingga kadar hemoglobin dapat mencapai dibawah
4 g/dl.
Patofisiologi sylvia volume 1
Normal hb 12, hb berkurang pengangkutan berkurang dapat
menyebabkan anemia.
6. Mengapa pada pemeriksaan anorectal didapatkan mukosa anoperianal
berbenjo-benjol dan rapuh serta sarung tangan di dapat lendir,darah dan
jaringan nekrotik ?

Bantalan hemoroid merupakan bagian normal anatomi manusia dan menjadi penyakit
patologis hanya ketika bagian ini mengalami perubahan abnormal. Terdapat tiga bantalan
utama dalam saluran anus normal. Biasanya bantalan ini terletak di posisi lateral kiri, anterior
kanan, dan posterior kanan. Semuanya tidak tersusun atas arteri atau vena tetapi pembuluh
darah yang disebut sinusoid, jaringan ikat, dan otot polos. Sinusoid tidak mempunyai jaringan
otot di dindingnya, seperti yang ada pada vena. Kelompok pembuluh darah ini dikenal
sebagai pleksus hemoroid.
Bantalan hemoroid penting untuk kontinensia. Bagian ini berperan dalam memberikan 15
20% tekanan penutupan anus saat istirahat dan melindungi otot sfingter ani selama
pengeluaran kotoran. Ketika seseorang mengejan, tekanan intra-abdomen meningkat, dan
bantalan hemoroid membesar membantu mempertahankan agar anus tetap tertutup.
Dipercaya bahwa gejala wasir terjadi ketika struktur vaskuler ini turun ke bawah atau ketika
tekanan vena meningkat secara berlebihan. Peningkatan tekanan sfingter ani juga dapat
berperan dalam gejala wasir. Ada dua jenis gejala wasir yang dapat timbul: internal dari
pleksus hemoroid superior dan eksternal dari pleksus hemoroid inferior. Garis dentata
membagi kedua daerah tersebut.
Jaringan nekrotik karena adanya masa lama dan membesar sehingga menutup dan di tbrak
oleh feses menyebabkan perdarahan.
Terjadi perbaikan jaringan sehingga terjadi jaringan nekrotik

Rapuh : terjadi perbedaan dinding epitelnya pda kanalis analis dia mengeluarkan mukus dari
sel goblet sehingga dia disini sering terjadi abrasi karena diskenario pasien tidak suka makan
sayuran
Sarung tangan berdarah :
7. Hubungan penyakit pasien dengan kanker ayahnya ?
Karena ada gen 821
8. Diagnosis dan dd dari skenario ?
DEFINISI :
Kanker colorectal ditujukan pada tumor ganas yang berasal dari mukosa colon
atau rectum. Kebanyakan kanker colorectal berkembang dari polip, oleh karena itu
polypectomy colon mampu menurunkan kejadian kanker colorectal.
ETIOLOGI
Hingga saat ini tidak diketahui dengan pasti apa penyebab kanker kolorektal.
Tidak dapat diterangkan, mengapa pada seseorang terkena kanker ini sedangkan
yang lain tidak. Namun yang pasti adalah bahwa penyakit kanker kolorektal
bukanlah penyakit menular. Terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan
seseorang akan rentan terkena kanker kolorektal yaitu:
Hemorrhoid Interna Grade II
DIAGNOSIS BANDING
1. Karsinoma kolorektum
Karsinoma rectum dijadikan diagnosis banding didasarkan pada
benjolan yang keluar dari anus. Pemeriksaan penunjang seperti
kolonoskopi maupun anuskopi dapat dilakukan untuk mengetahui letak
benjolan tersebut. Diagnose Karsinoma kolorekti ini disingkirkan karena
pada pemeriksaan rectal touch tidak teraba massa padat yang berbenjolbenjol serta pada anamnesa tidak ditemukan darah bercampur dengan
kotoran, feses seperti kotaran kambing, tidak terjadi penurunan berat
badan, tidak ada keluhan nyeri didaerah umbilicus maupun di epigastrium.
. Penyakit Divertikel Kolon
Penyakit divertikel dijadikan diagnosis banding didasarkan pada
benjolan yang keluar dari anus. Namun pada kasus ini diagnosis tersebut
disingkirkan karena pada pemeriksaan rectal touch tidak ditemukan
massa yang padat / keras, tidak ada keluhan diare, serangan akut,
maupun nyeri tekan local.
3. Polip
Polip dijadikan diagnosis banding didasarkan pada benjolan yang
keluar dari anus. Diagnosis ini disingkirkan karena pada pemeriksaan
rectal touche tidak ditemukannya bentukan tangkai yang khas pada polip.
-Diagnosis hemoroid tetapi masih kurang pas :
-diagnosis Fisura darah mentes
Dd sudah terjawab diatas
9. Etiologi dari skenario ?

Ca colon :
1. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
2. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing
serta tranfusi darah.
3. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang
meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
4. Obesitas.
5. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi
kendaraan umum
6. Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau
rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat
jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
7. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan
pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki
risiko yang lebih besar.
8. Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin tua.
Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas
Hemoroid

10.Patogenesis dari skenario ?

Bantalan hemoroid merupakan bagian normal anatomi manusia dan menjadi penyakit
patologis hanya ketika bagian ini mengalami perubahan abnormal. Terdapat tiga bantalan
utama dalam saluran anus normal. Biasanya bantalan ini terletak di posisi lateral kiri, anterior
kanan, dan posterior kanan. Semuanya tidak tersusun atas arteri atau vena tetapi pembuluh
darah yang disebut sinusoid, jaringan ikat, dan otot polos. Sinusoid tidak mempunyai jaringan
otot di dindingnya, seperti yang ada pada vena. Kelompok pembuluh darah ini dikenal
sebagai pleksus hemoroid.
Bantalan hemoroid penting untuk kontinensia. Bagian ini berperan dalam memberikan 15
20% tekanan penutupan anus saat istirahat dan melindungi otot sfingter ani selama
pengeluaran kotoran. Ketika seseorang mengejan, tekanan intra-abdomen meningkat, dan
bantalan hemoroid membesar membantu mempertahankan agar anus tetap tertutup.
Dipercaya bahwa gejala wasir terjadi ketika struktur vaskuler ini turun ke bawah atau ketika
tekanan vena meningkat secara berlebihan. Peningkatan tekanan sfingter ani juga dapat
berperan dalam gejala wasir. Ada dua jenis gejala wasir yang dapat timbul: internal dari
pleksus hemoroid superior dan eksternal dari pleksus hemoroid inferior. Garis dentata
membagi kedua daerah tersebut.
Pada umumnya, dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus besar sebelah kanan
dan kiri berbeda. Adenokarsinoma usus besar kanan (caecum, colon ascenden, transversum sampai
batas flexura lienalis), tumor cenderung tumbuh eksofitik atau polipoid. Pada permulaan, massa tumor

berbentuk sesil, sama seperti tumor colon kiri. Akan tetapi kemudian tumbuh progresif, bentuk
polipoid yang mudah iritasi dengan simtom habit bowel: sakit di abdomen yang sifatnya lama.
Keluhan sakit, sering berkaitan dengan makanan/minuman atau gerakan peristaltik dan kadangkadang disertai diare ringan. Berat badan semakin menurun dan anemia karena adanya perdarahan
kecil tersembunyi. Konstipasi jarang terjadi, mungkin karena volum colon kanan lebih besar. Suatu
saat dapat dipalpasi massa tumor di rongga abdomen sebelah kanan.

Karsinoma usus besar kiri (colon transversum batas flexura lienalis, colon descenden, sigmoid dan
rectum) tumbuh berbentuk cincin menimbulkan napkin-ring. Pada permulaan, tumor tampak seperti
massa berbentuk sesil, kemudian tumbuh berbentuk plak melingkar yang menimbulkan obstipasi.
Kemudian bagian tengah mengalami ulserasi yang menimbulkan simtom diare, tinja campur lendir
dan darah, konstipasi dan tenesmus mirip dengan sindrom disentri.

Ketika sel normal (A) rusak atau tua (2), mereka mengalami apoptosis(1); sel
kanker (B) menghindariapoptosis dan terus membelah diri

Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel


kanker adalah hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah
keadaan saat sel normal dalam jaringan bertumbuh dalam jumlah yang
berlebihan. Displasia merupakan kondisi ketika sel berkembang tidak normal
dan pada umumnya terlihat adanya perubahan pada nukleusnya. Pada
tahapan ini ukuran nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan tidak
ada ciri khas sitoplasma yang berhubungan dengan diferensiasi sel pada

jaringan. Neoplasia merupakan kondisi sel pada jaringan yang sudah


berproliferasi secara tidak normal dan memiliki sifat invasif.[6]

Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA,


menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa
mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker.
Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang
disebut karsinogen

11.Klasifikasi dari diagnosis dan derajatnya ?


Karsinoma yang berkembang pada colon atau rectum yg di mana tumbuh selsel ganas pada
lapisan permukaan usus besar atau colon dan rectum.
Etiologi
Diet : konsumsi makanan rendah serat, lemak tinggi
Kelainan colon : adenoma di colon, familial poliposis, kondisi ulseratif
Genetik : anak yang berasal dri penderita Ca colon mempunyai frekuensi 3,5 lebih banyak
daripada anak yang orang tuanya sehat.
Faktor risiko
Usia : pada usia 60-70, di bawah usia 50 bila terdapat faktor genetik.
Genetik : khususnya pada keluarga yang dekat.
Kebiasaan makan : jarang makan buah, sayur
Sedikit aktivitas atau aktivitas berlebih
Infeksi virus HPV
Patogenesis dan Patofisiologi
Ptofisiologi
Ada polip jinak pada colon atau rectum berubah menjdi ganas menyusup dan merusak
jaringan lunak colon meluas ke jaringan sekitar metastasis dan dapat terlepas dari
tumor primer menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Klasifikasi (Derajat)
St I : kanker di dalam dinding colon
St II : menyebar hingga lapisan otot colon
St III : menyebar ke kelenjar limfe
St IV : menyebar ke organ lain
Penegakan diagnosis
PP :
Rectal Toucher : tonus sphincter ani keras atau lembek, mucosa kasar, kaku dan biasanya tidak
dapat digeser, ampulla recti kolaps
Sinar X px radiologis dengan bari enema : tampak dinding usus rigid dan gambaran mucosa
rusak.
Colonoscopy bila perlu.
CT untuk melihat apakah ada metastasis.
Penatalaksanaan

Chemotherapy, radiasi dan atau Immunotherapy

3 bentuk: biasa,trombosis,
Kronis :
Internus berada diatas linea pektinea dan di bawah anorectal dan pada
posisi litotomi ditemukan pda jrum jam arah 3,7,11
ada 4
-derajat 1 : adanya penonjolan di dalam rectum
2. Adanya tonjolan yang keluar dari anus saat defekasi dan masuk sendri
setelah defekasi
3. adanya tonjolan yang keluar harus di didorong senri
4. adanya tonjolan tdk bsa di dorong
Ditambah gambar
12.Komplikasi dari diagnosis?

13. Komplikasi
Pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2.

Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.

3.

Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.

4.

Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.

5.

Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau

melelui penyebaran metastase yang termasuk :


Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan

sekitarnya

yang

menyebabkan

pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar
dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan
pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejalagejala tersebut tertutupi oleh kanker.
14.Penatalaksaan dan Pemeriksaan penunjang ?
. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar
hematokrit dan adanya anemia.
2.Pemeriksaan Anoskopi
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid
interna yang tidak menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan dan diputar
untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid internal terlihat sebagai
struktur vaskular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
3.Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan di
tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai.

Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test


FOBT): Terkadang kanker atau polip mengeluarkan darah, dan
FOBT dapat mendeteksi jumlah darah yang sangat sedikit dalam
kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes lain
dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut. Kondisi
jinak (seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah dalam
kotoran.
Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum Anda dan bagian
bawah kolon dengan tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika
ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi
kanker), maka polip bisa diangkat.
Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon
dengan menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop).
Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi
kanker), maka polip bisa diangkat.
Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema):
Prosedur ini mencakup pengisian kolon dan rektum dengan
bahan cair putih (barium) untuk meningkatkan kualitas gambar
sinar X. Dengan demikian, ketidaknormalan (seperti polip) dapat
terlihat dengan jelas.
Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali
menjadi bagian pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan
memasukkan jari dengan sarung tangan yang telah dilumasi ke
dalam rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.
Sumber artikel: PPC Parkway Cancer Centre

You might also like