Professional Documents
Culture Documents
Step 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Froses defekasi ?
2. Mengapa pasien mengeluarkan BAB berdarah ?
Riwayat kurang suka makan sayur feses padat dan keras konstipasi
melewati anus dan merobek dinding mucosa daerah
anuspendarahan
-Ca Colon : terus menerus menetes saat BAB
Dari awal sampai akhir
-Pda hemoroid
Darah menetes pada akhir BAB (terjadi laserasi karena pasase feses
yg keras tidak berlendir dan tdk terlalus akit)
-Pada fisura ani :
Pendarahan tjd saat defekasi disertai nyeri yg sangat tajam oleh
karena perlukaan pada mukosa canalis analis
IPD JILID 1
3. Apa hubungan pasien tidak suka makan sayur dengan keluhan pasien ?
Di karenakan Pasien tidak suka makan sayur udah 5 tahun ini
menyebabkan Efeknya konstipasi dan proses kronik krena dalam sayuran
ada sel selulosanya berfungsi melacarkan
4. Mengapa pasien mengalami dieare dan konstipasi secara bergantian ?
Jika karsinoma terletak pada bagian distal, maka kemungkinan besar akan
ada gangguan pada kebiasaan buang air besar, serta adanya darah di feses.
Beberapa karsinoma pada transversa colon dan colon sigmoid dapat teraba
melalui dinding perut. Karsinoma sebelah kiri lebih cepat menimbulkan
obstruksi, sehingga terjadi obstipasi. Tidak jarang timbul diare
paradoksikal, karena tinja yang masih encer dipaksa melewati daerah
obstruksi partial.
Kolon mempunyai fungsi menerima bahan buangan dari ileum, kemudian mencampur, melakukan
fermentasi, dan memilah karbohidrat yang tidak diserap, serta memadatkannya menjadi tinja.
Fungsi ini dilaksanakan dengan berbagai mekanisme gerakan yang sangat kompleks. Pada
keadaan normal kolon harus dikosongkan sekali dalam 24 jam secara teratur . Diduga pergerakan
tinja dari bagian proksimal kolon sampai ke daerah rektosigmoid terjadi beberapa kali sehari,
lewat gelombang khusus yang mempunyai amplitudo tinggi dan tekanan yang berlangsung lama.
Gerakan ini diduga dikontrol oleh pusat yang berada di batang otak, dan telah dilatih sejak anakanak.
Proses sekresi di saluran cerna mungkin dapat megalami gangguan, yaitu kesulitan atau hambatan
pasase bolus di kolon atau rektum, sehingga timbul kesulitan defekasi atau timbul obstipasi.
Gangguan pasase bolus dapat diakibatkan oleh suatu penyakit atau dapat karena kelainan
psikoneuorosis. Yang termasuk gangguan pasase bolus oleh suatu penyakit yaitu disebabkan oleh
mikroorganisme (parasit, bakteri, virus), kelainan organ, misalnya tumor baik jinak maupun
ganas, pasca bedah di salah satu bagian saluran cerna (pasca gastrektomi, pasca kolesistektomi).
Untuk mengetahui bagaimana terjadinya konstipasi, perlu diingat kembali bagaimana mekanisme
kerja kolon. Begitu makanan masuk ke dalam kolon, kolon akan menyerap air dan membentuk
bahan buangan sisa makanan, atau tinja. Kontraksi otot kolon akan mendorong tinja ini ke arah
rektum. Begitu mencapai rektum, tinja akan berbentuk padat karena sebagian besar airnya telah
diserap. Tinja yang keras dan kering pada konstipasi terjadi akibat kolon menyerap terlalu anyak
air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu perlahan-lahan dan malas, menyebabkan
tinja bergerak ke arah kolon terlalu lama.
Konstipasi umumnya terjadi karena kelainan pada transit dalam kolon atau pada fungsi anorektal
sebagai akibat dari gangguan motilitas primer, penggunaan obat-obat tertentu atau berkaitan
dengan sejumlah besar penyakit sistemik yang mempengaruhi traktus gastrointestinal.
Konstipasi dapat timbul dari adanya defek pengisian maupun pengosongan rektum. Pengisian
rektum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltik kolon tidak efektif (misalnya, pada kasus
hipotiroidisme atau pemakaian opium, dan bila ada obstruksi usus besar yang disebabkan oleh
kelainan struktur atau karena penyakit hirschprung). Statis tinja di kolon menyebabkan proses
pengeringan tinja yang berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek dari rektum yang
normalnya akan memicu evakuasi. Pengosongan rektum melalui evakuasi spontan tergantung
pada reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rektum, serabut-serabut
aferen dan eferen dari tulang belakang bagian sakrum atau otot-otot perut dan dasar panggul.
Kelainan pada relaksasi sfingter ani juga bisa menyebabkan retensi tinja.
Konstipasi cenderung menetap dengan sendirinya, apapun penyebabnya. Tinja yang besar dan
keras di dalam rektum menjadi sulit dan bahkan sakit bila dikeluarkan, jadi lebih sering terjadi
retensi dan terbentuklah suatu lingkaran setan. Distensi rektum dan kolon mengurangi sensitifitas
refleks defekasi dan efektivitas peristaltik. Akhirnya, cairan dari kolon proksimal dapat menapis
disekitar tinja yang keras dan keluar dari rektum tanpa terasa. Gerakan usus yang tidak disengaja
(encopresis) mungkin keliru dengan diare.
Akibat dari konstipasi
Sebagaimana diketahui, fungsi kolon di antaranya melakukan absorpsi cairan elektrolit, zat-zat
organik misalnya glukose dan air, hal ini berjalan terus sampai di kolon descendens. Pada
seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan yang terus berlangsung,
maka tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan
makin susahnya defekasi, sehingga akan menimbulkan haemorrhoid.
Sisa-sisa protein di dalam makanan biasanya dipecahkan di dalam kolon dalam bentuk indol,
skatol, fenol, kresol dan hydrogen sulfide. Sehingga akan memberikan bau yang khas pada tinja.
Pada konstipasi juga akan terjadi absorpsi zat-zat tersebut terutama indol dan skatol, sehingga
akan terjadi intestinal toksemia. Bila terjadi intestinal toksemia maka pada penderita dengan
sirhosis hepatis merupakan bahaya. Pada kolon stasis dan adanya pemecahan urea oleh bakteri
mungkin akan mempercepat timbulnya hepatik encepalopati pada penderita sirhosis hepatis.
Bantalan hemoroid merupakan bagian normal anatomi manusia dan menjadi penyakit
patologis hanya ketika bagian ini mengalami perubahan abnormal. Terdapat tiga bantalan
utama dalam saluran anus normal. Biasanya bantalan ini terletak di posisi lateral kiri, anterior
kanan, dan posterior kanan. Semuanya tidak tersusun atas arteri atau vena tetapi pembuluh
darah yang disebut sinusoid, jaringan ikat, dan otot polos. Sinusoid tidak mempunyai jaringan
otot di dindingnya, seperti yang ada pada vena. Kelompok pembuluh darah ini dikenal
sebagai pleksus hemoroid.
Bantalan hemoroid penting untuk kontinensia. Bagian ini berperan dalam memberikan 15
20% tekanan penutupan anus saat istirahat dan melindungi otot sfingter ani selama
pengeluaran kotoran. Ketika seseorang mengejan, tekanan intra-abdomen meningkat, dan
bantalan hemoroid membesar membantu mempertahankan agar anus tetap tertutup.
Dipercaya bahwa gejala wasir terjadi ketika struktur vaskuler ini turun ke bawah atau ketika
tekanan vena meningkat secara berlebihan. Peningkatan tekanan sfingter ani juga dapat
berperan dalam gejala wasir. Ada dua jenis gejala wasir yang dapat timbul: internal dari
pleksus hemoroid superior dan eksternal dari pleksus hemoroid inferior. Garis dentata
membagi kedua daerah tersebut.
Jaringan nekrotik karena adanya masa lama dan membesar sehingga menutup dan di tbrak
oleh feses menyebabkan perdarahan.
Terjadi perbaikan jaringan sehingga terjadi jaringan nekrotik
Rapuh : terjadi perbedaan dinding epitelnya pda kanalis analis dia mengeluarkan mukus dari
sel goblet sehingga dia disini sering terjadi abrasi karena diskenario pasien tidak suka makan
sayuran
Sarung tangan berdarah :
7. Hubungan penyakit pasien dengan kanker ayahnya ?
Karena ada gen 821
8. Diagnosis dan dd dari skenario ?
DEFINISI :
Kanker colorectal ditujukan pada tumor ganas yang berasal dari mukosa colon
atau rectum. Kebanyakan kanker colorectal berkembang dari polip, oleh karena itu
polypectomy colon mampu menurunkan kejadian kanker colorectal.
ETIOLOGI
Hingga saat ini tidak diketahui dengan pasti apa penyebab kanker kolorektal.
Tidak dapat diterangkan, mengapa pada seseorang terkena kanker ini sedangkan
yang lain tidak. Namun yang pasti adalah bahwa penyakit kanker kolorektal
bukanlah penyakit menular. Terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan
seseorang akan rentan terkena kanker kolorektal yaitu:
Hemorrhoid Interna Grade II
DIAGNOSIS BANDING
1. Karsinoma kolorektum
Karsinoma rectum dijadikan diagnosis banding didasarkan pada
benjolan yang keluar dari anus. Pemeriksaan penunjang seperti
kolonoskopi maupun anuskopi dapat dilakukan untuk mengetahui letak
benjolan tersebut. Diagnose Karsinoma kolorekti ini disingkirkan karena
pada pemeriksaan rectal touch tidak teraba massa padat yang berbenjolbenjol serta pada anamnesa tidak ditemukan darah bercampur dengan
kotoran, feses seperti kotaran kambing, tidak terjadi penurunan berat
badan, tidak ada keluhan nyeri didaerah umbilicus maupun di epigastrium.
. Penyakit Divertikel Kolon
Penyakit divertikel dijadikan diagnosis banding didasarkan pada
benjolan yang keluar dari anus. Namun pada kasus ini diagnosis tersebut
disingkirkan karena pada pemeriksaan rectal touch tidak ditemukan
massa yang padat / keras, tidak ada keluhan diare, serangan akut,
maupun nyeri tekan local.
3. Polip
Polip dijadikan diagnosis banding didasarkan pada benjolan yang
keluar dari anus. Diagnosis ini disingkirkan karena pada pemeriksaan
rectal touche tidak ditemukannya bentukan tangkai yang khas pada polip.
-Diagnosis hemoroid tetapi masih kurang pas :
-diagnosis Fisura darah mentes
Dd sudah terjawab diatas
9. Etiologi dari skenario ?
Ca colon :
1. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
2. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing
serta tranfusi darah.
3. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang
meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
4. Obesitas.
5. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi
kendaraan umum
6. Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau
rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat
jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
7. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan
pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki
risiko yang lebih besar.
8. Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin tua.
Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas
Hemoroid
Bantalan hemoroid merupakan bagian normal anatomi manusia dan menjadi penyakit
patologis hanya ketika bagian ini mengalami perubahan abnormal. Terdapat tiga bantalan
utama dalam saluran anus normal. Biasanya bantalan ini terletak di posisi lateral kiri, anterior
kanan, dan posterior kanan. Semuanya tidak tersusun atas arteri atau vena tetapi pembuluh
darah yang disebut sinusoid, jaringan ikat, dan otot polos. Sinusoid tidak mempunyai jaringan
otot di dindingnya, seperti yang ada pada vena. Kelompok pembuluh darah ini dikenal
sebagai pleksus hemoroid.
Bantalan hemoroid penting untuk kontinensia. Bagian ini berperan dalam memberikan 15
20% tekanan penutupan anus saat istirahat dan melindungi otot sfingter ani selama
pengeluaran kotoran. Ketika seseorang mengejan, tekanan intra-abdomen meningkat, dan
bantalan hemoroid membesar membantu mempertahankan agar anus tetap tertutup.
Dipercaya bahwa gejala wasir terjadi ketika struktur vaskuler ini turun ke bawah atau ketika
tekanan vena meningkat secara berlebihan. Peningkatan tekanan sfingter ani juga dapat
berperan dalam gejala wasir. Ada dua jenis gejala wasir yang dapat timbul: internal dari
pleksus hemoroid superior dan eksternal dari pleksus hemoroid inferior. Garis dentata
membagi kedua daerah tersebut.
Pada umumnya, dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan adenokarsinoma usus besar sebelah kanan
dan kiri berbeda. Adenokarsinoma usus besar kanan (caecum, colon ascenden, transversum sampai
batas flexura lienalis), tumor cenderung tumbuh eksofitik atau polipoid. Pada permulaan, massa tumor
berbentuk sesil, sama seperti tumor colon kiri. Akan tetapi kemudian tumbuh progresif, bentuk
polipoid yang mudah iritasi dengan simtom habit bowel: sakit di abdomen yang sifatnya lama.
Keluhan sakit, sering berkaitan dengan makanan/minuman atau gerakan peristaltik dan kadangkadang disertai diare ringan. Berat badan semakin menurun dan anemia karena adanya perdarahan
kecil tersembunyi. Konstipasi jarang terjadi, mungkin karena volum colon kanan lebih besar. Suatu
saat dapat dipalpasi massa tumor di rongga abdomen sebelah kanan.
Karsinoma usus besar kiri (colon transversum batas flexura lienalis, colon descenden, sigmoid dan
rectum) tumbuh berbentuk cincin menimbulkan napkin-ring. Pada permulaan, tumor tampak seperti
massa berbentuk sesil, kemudian tumbuh berbentuk plak melingkar yang menimbulkan obstipasi.
Kemudian bagian tengah mengalami ulserasi yang menimbulkan simtom diare, tinja campur lendir
dan darah, konstipasi dan tenesmus mirip dengan sindrom disentri.
Ketika sel normal (A) rusak atau tua (2), mereka mengalami apoptosis(1); sel
kanker (B) menghindariapoptosis dan terus membelah diri
3 bentuk: biasa,trombosis,
Kronis :
Internus berada diatas linea pektinea dan di bawah anorectal dan pada
posisi litotomi ditemukan pda jrum jam arah 3,7,11
ada 4
-derajat 1 : adanya penonjolan di dalam rectum
2. Adanya tonjolan yang keluar dari anus saat defekasi dan masuk sendri
setelah defekasi
3. adanya tonjolan yang keluar harus di didorong senri
4. adanya tonjolan tdk bsa di dorong
Ditambah gambar
12.Komplikasi dari diagnosis?
13. Komplikasi
Pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2.
3.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
4.
5.
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau
sekitarnya
yang
menyebabkan
pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar
dan pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan
pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejalagejala tersebut tertutupi oleh kanker.
14.Penatalaksaan dan Pemeriksaan penunjang ?
. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar
hematokrit dan adanya anemia.
2.Pemeriksaan Anoskopi
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid
interna yang tidak menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan dan diputar
untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid internal terlihat sebagai
struktur vaskular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
3.Pemeriksaan Proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan di
tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai.