Professional Documents
Culture Documents
Pokok Bahasan
: Imunisasi
Sasaran
Waktu
: 45 menit
Tempat
Penyuluh
1. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan ibu yang memiliki
anak berusia < 1 tahun mengerti tentang imunisasi.
1.2 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang imunisasi, diharapkan ibu
yang memiliki anak berusia < 1 tahun dapat :
Menyebutkan pengertian imunisasi dan imunisasi dasar
Menyebutkan manfaat imunisasi
Menyebutkan macam-macam imunisasi dan penyakit apa saja yang dapat
dicegah pada imunisasi
Menyebutkan jadwal imunisasi
2. Materi (terlampir)
Pengertian imunisasi dan imunisasi dasar
Manfaat imunisasi
Macam-macam imunisasi dan penyakit apa yang dapat dicegah pada imunisasi
Jadwal imunisasi
3. Metode
a) Ceramah
b) Tanya jawab
4. Media
a) Flip chart
1
b) Leaflet
5. Kegiatan
No.
Tahap
Kegiatan
Kegiatan Ibu
1.
Pembukaan
*Salam
Memberikan
Menjawab
*Perkenalan
salam
Memperkenalkan
salam
Menyimak
*Tujuan
diri
Menjelaskan
Menyimak
Penyuluhan
tujuan
*Kontrak/strategi
penyuluhan
Menjelaskan
Penyuluhan
kontak/strategi
Waktu
Penyuluhan
5 menit
Menyimak
penyuluhan
2.
3.
Kegiatan Inti
*Pengertian
Menjelaskan
Imunisasi dan
pengertian
Imunisasi Dasar
imunisasi dan
*Manfaat
imunisasi dasar
Menjelaskan
Imunisasi
manfaat
*Macam-macam
imunisasi
Menjelaskan
imunisasi dan
macam-macam
penyakit yang
imunisasi dan
dapat dicegah
penyakit yang
pada imunisasi
dapat dicegah
*Jadwal
pada imunisasi
Menjelaskan
imunisasi
Penutup
*Tanya jawab
20 menit
Menyimak
Menyimak
Menyimak
Menyimak
jadwal imunisasi
10 menit
Memberikan
Bertanya
kesempatan pada
dengan aktif
ibu untuk
bertanya dan
menjawab
2
pertanyaan yang
telah diajukan
Memberikan
Menjawab
pertanyaan pada
pertanyaan
ibu
Mengucapkan
Menjawab
salam
salam
*Evaluasi
*Salam
6. Evaluasi
Bentuk
Prosedur
Butir soal
: Pertanyaan
: Langsung
: 1. Jelaskan pengertian imunisasi dan imunisasi dasar?
2. Sebutkan manfaat imunisasi?
3. Sebutkan macam-macam imunisasi serta penyakit yang dapat
dicegah pada imunisasi?
4. Sebutkan jadwal imunisasi?
IMUNISASI
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan,
yaitu kekebaln pasif dan kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang
diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh tubuh itu sendiri. Contohnya adalah
kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan immunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena
akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG 28 hari, sedangkan waktu paruh
immunoglobulin lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat
oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan
secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif
karena adanya memori imunologik.1
3
sebagainya.
Mereka yang sedang menderita TBC.
Koch phenomen - reaksi lokal BCG berjalan cepat (2 - 3 hari sesudah imunisasi), 4 - 6
minggu timbul scar.
< 5 mm
: negatif
6- 9 mm
: meragukan
> 10 mm
: positif
b) Hepatitis B
Program vaksin hepatitis B (hepB) segera setelah lahir perlu lebih digalakkan,
mengingat vaksinasi ini merupakan upaya yang sangat efektif untuk memutuskan
rantai transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
Gambar
Kemasan Vaksin
Hep B
Deskripsi :
Vaksin
hepatitis
adalah
vaksin
virus
yang
telah
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B.
Kontra indikasi :
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat
Efek Samping :
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan disekitar tempat penyuntikan.
Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
c) DTwP dan DTaP
Gambar
Vaksin DPT
Deskripsi :
Vaksin jerap DPT (DifteriPertusis Tetanus) adalah vaksin yang
terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta
bakteri pertusis yang telah diinaktivasi.
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
Cara pemberian dan dosis :
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan
interval paling cepat 4 minggu (1 bulan).
Kontra indikasi :
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius
keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejalagejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua,
dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
Efek Samping :
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan, pada tempat
penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan
merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
d) HiB
Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB
(Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga
terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya
karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian. Selain
mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru
dan radang epiglotis.
Terdapat dua jenis vaksin Hib konjungat yang beredar di Indonesia yaitu
vaksin Hib yang berisi PRP-T (capsular polysaccharide polyriibosyl ribitol
7
phosphate- konjugasi dengan protein tetanus) dan PRP-OMP (PRP berkonjugasi outer
membrane protein complex).
e) Polio
Gambar
Vaksin Polio
Deskripsi :
Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang
terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain
Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan
ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
(Vademecum Bio Forma Jan 2002)
Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
(OPV)
(IPV)
Kontra indikasi :
Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada
keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah
sembuh.
Efek Samping :
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralis yang disebabkan
oleh vaksin sangat jarang terjadi.
8
Pada saat ini telah beredar di Indonesia IPV (Inactivated Polio Vaccine) disamping OPV
(Oral Polio Vaccine) yang telah kita kenal selama ini. Vaksin IPV berisi antigen polio
(polio 1,2, dan 3) yang telah mati, sedangkan OPV berisi virus polio hidup. Kedua vaksin
polio tersebut dapat dipakai secara bergantian. Vaksin IPV dapat diberikan pada anak sehat,
maupun yang menderita imunokompromais. Dapat pula diberikan dalam waktu bersamaan
dengan vaksin DTP.
f) Campak
Deskripsi :
Vaksin campak merupakan vaksin virus yang dilemahkan.
Gambar
Vaksin Campak
dan Pelarut
Kontra indikasi :
Individu yang mengidap penyakit Immune deficiency atau individu yang
diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Efek Samping :
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8 12 hari setelah vaksinasi.
F. Jadwal imunisasi
a) Imunisasi BCG
Diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya untuk mencapai
cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG, pada umur 0 12
bulan, tetap disetujui.
Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml,
diberikan secara intrakutan di daerah insersio M.deltoidus kanan. WHO tetap
menganjurkan pemberian vaksin BCG di insersio M.deltoidus kanan dan tidak di
tempat lain (bokong. paha), penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih
mudah dilakukan (tidak tepat lemak subkutis yang tebal), ulkus yang terbentuk tidak
membantu struktur otot setempat (dibandingkan pemberian di daerah gluteal lateral
atau paha anterior), dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabi!a
diperlukan.
Vaksin BCG ulang tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan
mengingat efektivitas perlindungan hanya 40%, sekitar 70% kasus Tuberkulosis berat
(meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan kasus dewasa dengan BTA (bakteri
tahan asam) positif di Indonesia cukup tinggi (23-36%) walaupun mereka telah
mendapat BCG pada masa kanak-kanak. Saat ini sedang dikembangkan vaksin BCG
baru yang lebih efektif.
Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, mereka tidak diberikan pada pasien
munokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada
infeksi HIV). Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya
dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.
b) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling
tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi maternal
kurang lebih sebesar 45%.
Hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari hep B-1 (saat bayi
berumur 1 bulan). Untuk mendapatkan respons imun optimal interval hepB-2 dan
hepB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka hepB-3 diberikan 2-5 bulan setelah
hepB-2 yaitu pada umur 3-6 bulan.
10
Jadwal pemberian hepB-l saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status HbsAG
positif yaitu ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, ibu HbsAG positif atau
ibu HbsAG negatif.
Departemen Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepB-1
monoivalen (uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/HepB
pada umur 2-3-4 bulan.
Hepatitis B saat bayi lahir :
Baru lahir dari ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, hepB-1 harus
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada umur 1 dan atara
umur 3-6 bulan. Apabila semula status HbaAG ibu tidak diketahui dan ternyata dalam
perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAG positif maka dapat diberikan
HBIg (hepatitis B imunoglobulin) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAG-B ibu positif, dalam waktu 24-48 jam
setelah lahir bersamaan dengan vaksin HepB-I diberikan juga HBIg 0,5 ml.
Ulangan vaksinasi hepatitis B
Telah dilakukan suatu penelitian multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap
anak dari ibu pengidap hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar 3x pada
masa bayi. Pada umur 5 tahun, sejumlah 90,7% diantaranya masih memiliki titer
antibodi anti HBs yang protektif (titer anti HBs>10ug/ml). Mengingat pola
epidemiologi hepatitis B di Indonesia mirip dengan pola epidemiologi di Thailand,
maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun tidak
diperlukan. Idealnya, pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti HBs.
Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh
imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan (catch-up vaccination).
Ulangan imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun.
apabila titer pencegahan tercapai (catch-upimmunization).
c) Imunisasi DTwP dan DTaP
Imunisasi DTwP dan DTaP dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DTwP
atau DTaP tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-6
minggu, DTwP atau DTaP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTwP atau DTaP-2 pada
umur 3 bulan dan DTwP atau DTaP-3 pada umur 4 bulan. Ulangan selanjutnya (DTwP
atau DTaP-4) diberikan satu tahun setelah DTwP atau DTaP-3 yaitu pada umur 18-24
bulan dan DTwP atau DTaP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun.3
11
Vaksinasi ulangan
-
Vaksin Hib baik PRT-P ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur 18
bulan
Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan satu
kali
e) Imunisasi Polio
Polio-O diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah endemik
polio maka sesuai pedoman program imunisasi nasional untuk mendapatkan cakupan
imunisasi yang lebih tinggi diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan
12
setelah lahir. Mengingat OPV berisi virus polio hidup maka dianjurkan diberikan saat
bayi meninggalkan rumah sakit/ rumah bersalin agar tidak mencemari bayi lain
karena virus polio vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Untuk keperluan ini , IPV
dapat menjadi alternatif.
Untuk imunisasi dasar polio (polio 2,3,4), interval diantaranya tidak kurang dari 4
minggu. Dosis OPV, 2 tetes per-oral sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml,
intramuskular. Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4,
selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun).
f) Imunisasi Campak
Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan,
pada umur 9 bulan.
Hasil penelitian litbangkes Depkes 2000, didapatkan bahwa titer antibodi
campak pada anak usia sekolah 10-12 tahun hanya tinggal 50% diantaranya yang
masih mempunyai antibodi campak diatas ambang pencegahan. Sedangkan 28,3%
diantara kelompok usia 5-7 tahun pernah menderita campak walaupun sudah
diimunisasi saat bayi. Berdasarkan hal tersebut dianjurkan pemberian imunisasi
campak ulang pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun). Namun apabila telah
mendapat vaksinasi MMR pada usia 15-18 bulan, ulangan campak umur 5 tidak
diperlukan.
B. Hepatitis B
Definisi: Penyakit hati yang menyebabkan peradangan hati dan dapat terjadi secara
menahun dan berlanjut menjadi pengerutan hati (sirosis hepatis) atau keganasan
(kanker hati)
Penyebab: Virus Hepatitis B
Gejala Klinis:
Demam ringan
C. Difteri
Definisi: Penyakit akibat terjangkit bakteri yang dapat menyebabkan kematian
Penyebab: Corynebacterium diphtheriae
Gejala Klinis:
Demam
Sakit tenggorokan
Sangat lemah
Terasa sakit
Demam ringan
Hidung berair
14
Bersin-bersin
Batuk ringan
Gejala lanjut
E. Tetanus
Definisi: Keadaan infeksi dimana gangguan saraf yang ditandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh racun dari bakteri.
Penyebab: Clostridium tetani
Gejala Klinis:
Gejala awal
Nyeri punggung
Kekakuan otot
Sulit menelan
Gejala lanjut
Kaku rahang
Wajah menyeringai
Sulit bergerak
Sulit bernapas
F. Pneumonia
Definisi: Infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai jaringan paru
Penyebab: Haemophilus influenzaei
Gejala Klinis:
Sakit kepala
Gelisah
Lemas
Mual, muntah
Sesak nafas
Batuk
G. Polio
Definisi: Penyakit kelumpuhan yang disebabkan virus yang menyebabkan lemahnya
otot.
Penyebab: Poliovirus
Gejala Klinis:
Sakit tenggorokan
Leher kaku
Sakit kepala
Demam
Nyeri otot
Kelumpuhan
H. Campak
Definisi: Infeksi virus yang sangat menular ditandai demam, batuk, sakit mata dan
ruam kulit.
Penyebab: Paramyxovirus
Gejala Klinis:
Demam
Nyeri tenggorokan
Hidung meler
Batuk
Nyeri otot
Mata merah
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar SP. Imunisasi pada keadaan tertentu. Hot topics in pediatrics II. Jakarta: Balai
penerbit FKUI; 2002.
2. Australian Department of Health and Ageing. Understand childhood immunusation
[pamphlet]. Sydney: Australian Department of Health and Ageing; 2005.
3. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Informasi dasar imunisasi rutin
serta kesehatan ibu dan anak bagi kader, petugas lapangan dan organisasi
kemasyarakatan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009.
4. Jadwal imunisasi anak umur 0 18 tahun. Sari pediatri. 2011;13(1).
17