Professional Documents
Culture Documents
LBM 3
Herbal
LBM 3
DESAIN UJI FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI PENGOBATAN HERBAL
STEP 1
Uji in vitro : Penelitian yang dilakukan pada tabung uji atau media kultur di
laboratorium, penelitian dilakukan di luar sistem tubuh,
Uji in vivo : penelitian yang dilakukan dalam sistem tubuh, memakai hewan coba,
atau di suatu sistem di dalam tubuh,
Bixin : Zat yang terkandung dalam selaput biji kesumba keling yang mengandung
tanin, steroid, terpenoid, flavonoid, dan zat pewarna
Desain penelitian: model atau rancangan bagaimana penelitian akan dilakukan
STEP 2
1.
2.
3.
4.
dan in vivo
5. Bagaimana menentukan metode uji pada penelitian in vitro dan in vivo?
6. Apa saja faktor-faktor dari subjek uji yang berpengaruh dalam penelitian in vivo
dan in vitro
7. Apa saja model penelitian experimental pada uji farmakologi?
8. Apa saja parameter yang di ukur dalam penelitian in vitro dan in vivo?
9. Bagaimana mempertimbangkan uji analisa dari farmakologi dan toksikologi?
10. Apa tujuan dilakukannya uji farmokologi dan toksikologi?
11. Bagaimana cara pengambilan sample dalam uji in vitro ?
12. Apa saja zat aktif selain bixin yang dapat ditemukan dalam tanaman Kesumba
Keling berdasarkan golngannya?
STEP 3
1.
In vivo :
Terletak di dalam tubuh manusia digunakan hewan utuh dan kondisi hidup (baik
sadar atau teranestesi)
Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal
Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal
Protein lipat mungkin berbeda seperti dalam sel ada kepadatan tinggi protein
lain dan ada sistem untuk membantu lipat, sementara in vitro, kondisi kurang
bergerombol dan tidak membantu.
Kelebihan
Kebutuhan sample yang digunakan lebih sedikit
Murah dan cepat
Dalam penelitian in vitro yang lebih cocok dibandingkan in vivo untuk
menyimpulkan tindakan mekanisme biologis. Dengan variabel yang lebih
sedikit dan perseptual diperkuat menyebabkan reaksi halus, hasil yang
umumnya lebih jelas.
in vitro lebih cocok untuk mengamati efek keseluruhan percobaan pada subjek
hidup
Contoh :
-
mendapatkan
dampak/akibat
dari
eksperimen
sering disebut
Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal
one-shot
case
study
dimaksudkan
untuk
menunjukkan
kekuatan
pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Adapun bagan dari one-
Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal
O
Pengamatan atau pengukuran terhadap
measurement of dependent
variable)
one
group
pretest-posttest
Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretest-posttest
design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui
dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan.
Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut.
O1
O2
Pretest
Treatment
Posttest
tidak
sesuai
instrument penelitian.
dengan
nilai
Kejelekannya
yang
berlaku),
serta
pembuatan
adalah
tidak akan
menghasilkan apapun.
(3)
the
comparison.
static-group
Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua, yang satu
memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak
Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal
mendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul
dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan
diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak.
Adapun bagan desain penelitian ini adalah sebagai berikut.
X
O1
O2
O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu
grup yang tidak diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan: O1 O2.
Ketiga bentuk desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak
variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal
penelitian menjadi rendah.
(b) true experiments
Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol
semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal
(kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal
tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk
menyelidiki
kemungkinan
saling
hubungan
sebab
akibat
dengan
cara
mengenakan
perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi
perlakuan. True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan
untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari
populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok
kontrol dan pengambilan sampel secara random.
Selanjutnya, jenis penelitian yang termasuk dalam true experiments adalah: pretestposttes control group design, posttest-only control group design, extensions of true
experimental design, multigroup design, randomized block design, latin square
design, factorial design. Adapun penjelasan mengenai jenis-jenis penelitian tersebut
dapat dielaborasi sebagai berikut.
(1) pretest-posttes
design
control
group
Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian
diberi pretest
untuk
mengetahui
perbedaan
keadaan
awal
antara
group
eksperimen dan group kontrol. Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group
eksperimen tidak berbeda secara signifikan.
Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal
O1
O3
O2
O4
O1
O2
Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O 2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan
dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang
signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan
berpengaruh secara signifikan.
c.
Design
Factorial
grup tersebut dalam kondisi tidak stabil dan tidak konsisten. Setelah
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, tetapi pada
desain ini group eksperimen maupun group kontrol tidak dipilih secara random
http://chemedu09.wordpress.com/2012/05/23/apa-sih-bedanyaantara-in-vivo-in-vitro-dan-ex-vivo/
utk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague
Dowley/SD bukan Wistar atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD
memiliki anak banyak shg pengamatan akan lbh baik dg jumlah sample yg
banyak.
Utk uji painkiller digunakan mencit/mice jika utk menilai nyeri ringan
yakni dengan penyuntikan asam asetat glacial ke peritoneum mencit, tapi
jika sasarannya nyeri tekanan digunakan tikus bias Wistar atau SD, karena
tikus akan dijepit ekornya atau telapak jarinya dengan alat tertentu,
sementara kalo nyeri berupa panas, digunakan boleh mencit atau tikus krn
hewan akan diletakkan di hot plate.
Utk antidiabetika, seharusnya digunakan babi atau sapi yg pankreasnya
banyak kemiripan dg manusia, namun dengan tikus sudah cukup dengan
adanya keterbatasan subyek uji
Utk antiemetik/anti muntah digunakan burung merpati, krn bisa
dirangsang utk muntah berkali-kali sbg kuantifikasi, sementara hewan lain
hanya muntah sekali.
Utk obat antihipertensi, digunakan kucing atau anjing teranestesi, krn
system kardiovaskulernya paling mirip dg manusia
Utk obat antiinflamasi digunakan baik tikus yang disuntik karagenan di
bawah kulitnya shg melepuh atau telinga mencit disuntik croton oil,
bahkan kaki tikus sering dipotong utk menimbang udem yg terbentuk
utk antipiretik/penurun panas, digunakan kelinci utk diukur suhu
duburnya setelah disuntik pyrogen
Utk asam urat digunakan ayam/burung yg dikasih makan jus hati ayam
(ayam makan ayam) krn metabolisme asam urat pada manusia mirip dg yg
terjadi dg biokimiawi di keluarga burung.
Uji stamina digunakan tikus atau mencit, krn tubuhnya kuat dan tahan di
dalam air, hewan diuji dg berenang dan lari di treadmill.
Uji libido, digunakan tikus dalam keadaan estrus/siap menerima pejantan.
Utk uji kanker, digunakan punggung tikus yg diimplan dg sel kanker,
atau paru-paru tikus setelah dipejankan benzo(a)pirena
Hasilnya berupa : efek farmakologi, dosis terapi ED50=dosis yang
menghasilkan 50% efek maksimum.
4. Bagaimana cara mempertimbangkan pemilihan subjek uji pada penelitian
in vitro dan in vivo, sebutkan contohnya :
Spesies yang ideal untuk uji toksisitas sebaiknya memenuhi criteriakriteria sebagai berikut:
Berat badan lebih kecil dari 1 kg
Mudah di ambil darahnya dan jumlah darah yang dapat diambil cukup
banyak
Mudah dipegang dan dikendalikan
Pemberian materi mudah dilakukan dengan berbagai rute (oral,
subkutan)
Mudah dikembangbiakan dan mudah dipelihara di laboratorium
Lama hidup relative singkat
Fisiologi diperkirakan sesuai/identik dengan manusia/hewan yang
dituju
(Kusumawati.2004.Bersahabat
dengan
hewan
coba.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press)
atau intramuskuler. Pertimbangan utama dalam pemilihan caracara itu adalah kemiripannya dengan cara masuk agensia toksis
tadi ke dalam tubuh.
Durasi perlakuan disesuaikan dengan tujuan pengujian. Untuk
pengujian toksisitas perkembangan umum perlakuan dapat
diberikan selama masa kebuntingan. Dapat juga diberikan
perlakuan tunggal 1 kali saja pada titik waktu spesifik jika yang
akan diamati adalah efek suatu agensia terhadap perkembangan
organ tertentu.
Yang paling umum dilakukan adalah pemberian perlakuan dalam
beberapa hari saja, yaitu selama masa organogenesis (hari ke 6
hingga hari ke 15).
3. Pengamatan.
Meskipun pengujian ini disebut uji tokskologi perkembangan
ruang lingkup pengamatan tidaklah terbatas pada embrio yang
sedang berkembang itu saja melainkan juga mencakup beberapa
bagian pengamatan terhadap induk.
Induk hewan coba diamati kondisi kesehatannya setiap hari dan
hal-hal khusus seperti adanya gejala keracunan atau kematian
dicatat. Berat badan ditimbang paling tidak sekali 3 hari. Data
berat badan selain sebagai petunjuk efek toksik terhadap induk
juga digunakan untuk menentukan jumlah pemberian perlakuan
(mg/kg berat badan). Hewan coba dipelihara dengan baik selama
kebuntingan dan selanjutnya dikurbankan 1 hari sebelum
melahirkan (tikus hari ke-20/21; mencit hari ke-19). Betina tidak
dibiarkan sampai melahirkan karena jika itu terjadi ia akan
memakan anak-anaknya yang cacat. Hewan uji dibedah caesar
dengan membuat irisan di garis tengah ventral tubuh mulai dari
area bukaan genitalia hingga ke leher. Rongga perut dan rongga
dada dibuka dan organ dalam tubuh diamati. Uterus diangkat dan
ditimbang bersama-sama dengan embrio di dalamnya. Selanjutnya
uterus ditempatkan di dalam cairan fisiologis, lalu dibelah dan
embrionya dilepas.
Pada saat ini juga status implantasi dipastikan: fetus yang
berkembang penuh dan merespon sentuhan dikategorikan fetus
hidup; fetus yang berkembang penuh dan tidak ada tanda-tanda
autolisis tetapi tidak merespon sentuhan dikategorikan fetus mati;
implantasi yang menunjukkan adanya ciri-ciri fetus tetapi
mengalami autolisis digolongkan sebagai fetus yang diresorpsi
pada tingkat lanjut (late resorption); implantasi yang tidak
menunjukkan adanya karakteristik fetus digolongkan pada fetus
yang mengalami resorpsi dini (early resorption). Selanjutnya
ovarium diamati dan jumlah corpora lutea dihitung. Jumlah
corpora lutea umumnya bersesuaian dengan jumlah implantasi
karena corpora lutea adalah petunjuk folikel yang berovulasi dan
Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal
6. Apa saja faktor-faktor dari subjek uji yang berpengaruh dalam penelitian in
vivo dan in vitro?
In Silico Screenings
Non- physiological Assays
Biochemical or Mechanisms-Based Assays
In Vitro Assays
In experimental situation outside the organisms. Biological or
chemical work done in the test tube( in vitro is Latin for in
glass) rather than in living systems
1
Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal
KONSEP MAPPING
uji farmakologi
dan toksikologi
uji in vitro
pemilihan metode
penelitian yang tepat
uji in vivo
pemilihan parameter