You are on page 1of 25

Hilman Suhaili

LBM 3
Herbal

LBM 3
DESAIN UJI FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI PENGOBATAN HERBAL

STEP 1
Uji in vitro : Penelitian yang dilakukan pada tabung uji atau media kultur di
laboratorium, penelitian dilakukan di luar sistem tubuh,
Uji in vivo : penelitian yang dilakukan dalam sistem tubuh, memakai hewan coba,
atau di suatu sistem di dalam tubuh,
Bixin : Zat yang terkandung dalam selaput biji kesumba keling yang mengandung
tanin, steroid, terpenoid, flavonoid, dan zat pewarna
Desain penelitian: model atau rancangan bagaimana penelitian akan dilakukan

STEP 2
1.
2.
3.
4.

Apa kelebihan dan kekurangan uji in vitro dan in vivo?


Jelaskan cara merancang desain penelitian?
Berikan contoh dari uji in vitro dan uji in vivo
Bagaimana cara mempertimbangkan pemilihan subjek uji pada penelitian in vitro

dan in vivo
5. Bagaimana menentukan metode uji pada penelitian in vitro dan in vivo?
6. Apa saja faktor-faktor dari subjek uji yang berpengaruh dalam penelitian in vivo
dan in vitro
7. Apa saja model penelitian experimental pada uji farmakologi?
8. Apa saja parameter yang di ukur dalam penelitian in vitro dan in vivo?
9. Bagaimana mempertimbangkan uji analisa dari farmakologi dan toksikologi?
10. Apa tujuan dilakukannya uji farmokologi dan toksikologi?
11. Bagaimana cara pengambilan sample dalam uji in vitro ?
12. Apa saja zat aktif selain bixin yang dapat ditemukan dalam tanaman Kesumba
Keling berdasarkan golngannya?

STEP 3
1.

Apa kelebihan dan kekurangan uji in vitro dan in vivo?

In vivo :
Terletak di dalam tubuh manusia digunakan hewan utuh dan kondisi hidup (baik
sadar atau teranestesi)

Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal

dalam lingkungan yang terkendali


Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang jelas
harus dilakukan control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan
(mempengaruhi dosis)
harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent. Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia merupakan
perpaduan
antara
rodent
dan
non
rodent.
kekurangan
Kebutuhan sample yang digunakan lebih banyak
Mahal dan lama
Tidak bisa untuk menelititi farmakokinetik
In vitro :
Terletak di dalam suatu system tetapi di luar tubuh manusia
dilakukan mikroorganisme pada tidak hidup tetapi dalam lingkungan terkontrol,
misalnya di dalam tabung reaksi atau cawan Petri
Jenis penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari variabel
eksperimental pada subset dari bagian pokok suatu organisme. Hal ini cenderung
untuk memfokuskan pada organ , jaringan , sel , komponen sel, protein , dan / atau
biomolekul
tingkat penyederhanaan sistem yang diteliti lebih besar , sehingga peneliti dapat
fokus pada sejumlah komponen. Sebagai contoh , identitas protein dari sistem
kekebalan tubuh ( misalnya antibodi ) , dan mekanisme yang mengenali dan
mengikat antigen asing akan tetap sangat jelas jika tidak untuk penggunaan
ekstensif kerja in vitro untuk mengisolasi protein , mengidentifikasi sel-sel dan gen
yang memproduksi mereka , mempelajari fisik sifat interaksi mereka dengan
antigen , dan mengidentifikasi bagaimana interaksi mereka menyebabkan sinyal
seluler yang mengaktifkan komponen lain dari sistem kekebalan tubuh
Respon seluler adalah spesies - spesifik , lintas analisis - bermasalah spesies .
Metode baru spesies - sasaran yang sama - , studi multi- organ yang tersedia untuk
memotong hidup , pengujian lintas-spesies
kekurangan :
- Banyak percobaan biologi seluler dilakukan di luar organisme atau sel ; karena
kondisi pengujian mungkin tidak sesuai dengan kondisi di dalam organisme,
ini dapat mengakibatkan hasil yang tidak sesuai dengan situasi yang muncul
dalam organisme hidup. Akibatnya, hasil eksperimen tersebut sering dijelaskan
dengan in vitro, bertentangan dengan in vivo.
- Namun, kondisi yang terkendali hadir dalam sistem in vitro berbeda secara
signifikan dari yang in vivo, dan dapat memberikan hasil yang menyesatkan.
Oleh karena itu, dalam studi in vitro biasanya diikuti oleh studi vivo.
Contohnya termasuk:
-

Dalam biokimia, fisiologis stoikiometri konsentrasi non-aktif dapat


mengakibatkan enzim dalam arah terbalik, misalnya beberapa enzim dalam
siklus Krebs mungkin tampak memiliki tata-nama, salah.

Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal

DNA dapat mengadopsi konfigurasi lainnya, seperti A DNA .

Protein lipat mungkin berbeda seperti dalam sel ada kepadatan tinggi protein
lain dan ada sistem untuk membantu lipat, sementara in vitro, kondisi kurang
bergerombol dan tidak membantu.

Kelebihan
Kebutuhan sample yang digunakan lebih sedikit
Murah dan cepat
Dalam penelitian in vitro yang lebih cocok dibandingkan in vivo untuk
menyimpulkan tindakan mekanisme biologis. Dengan variabel yang lebih
sedikit dan perseptual diperkuat menyebabkan reaksi halus, hasil yang
umumnya lebih jelas.
in vitro lebih cocok untuk mengamati efek keseluruhan percobaan pada subjek
hidup
Contoh :
-

uji pada mikroba jika antibiotic;


pada sel kanker dari hewan utk obat anti kanker;
pada plasmodium utk obat anti malaria;
pada jamur missal candida pada obat anti keputihan/candidiasis;
pada cacing utk obat cacing;
pada virus utk obat antivirus;
pada bagian organ tertentu dari hewan contoh obat asma bronkodilator diuji
pada otot polos trachea marmot;
pada jantung hewan dalam chamber utk obat angina dan aritmia; dll.

Vignais, Paulette M.; Pierre Vignais (2010). Discovering Life, Manufacturing


Life: How the experimental method shaped life sciences. Berlin:
Springer. ISBN 90-481-3766-7

2. Jelaskan cara merancang desain penelitian?


1. Variabel dalam Penelitian Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel. Variabel adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan
yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen. Variabel yang berkaitan
secara langsung dan diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan tertentu dan
diharapkan

mendapatkan

dampak/akibat

dari

eksperimen

sering disebut

variabel eksperimental (treatment variable), dan variabel yang tidak dengan

Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal

sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel


noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti
bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh
varibel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan kontrol dikenakan
variabel eksperimen yang berbeda atau yang bervariasi.
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel kontrol atau controlled
variabel. Akan tetapi, sebagian lagi dari variabel non-eksperimen ada di luar
kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau dikendalikan. Jenis variabel ini disebut
variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam setiap eksperimen, hasil yang
berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan oleh variabel
eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu,
setiap peneliti yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya
variabel pengganggu ini.
Bentuk-bentuk Desain Penelitian Eksperimen
Menurut Sugiyono (2011:73) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitu: (1)
pre-experimental (nondesign), yang meliputi one-shot case studi, one group pretestposttest, intec-group comparison; (2) true-experimental, meliputi posttest only
control design, pretest-control group design; (3) factorial experimental; dan (4)
Quasi experimental, meliputi time series design dan nonequivalent control group
design.
Penjelasan mengenai bentuk-bentuk desain tersebut adalah sebagai berikut.
(a) preexperiments
Disebut preexperiments karena desain ini belum merupakan desain sungguhsungguh. Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya
variabel dependen. Hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu ukan
semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dikarenakan tidak adanya
variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.
Dalam preexperimental design terdapat tiga alternatif desain sebagai
berikut. (1) one-shot case study
Jenis

one-shot

case

study

dimaksudkan

untuk

menunjukkan

kekuatan

pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Adapun bagan dari one-

Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal

shot case study


adalah sebagai berikut.
X

O
Pengamatan atau pengukuran terhadap

Perlakuan terhadap variabel independen

variabel dependen (Observation or

(Treatment of independent variable)

measurement of dependent
variable)

Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O:


kejadian
pengukuran atau pengamatan.
Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang
diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa
(O).
(2) the
design

one

group

pretest-posttest

Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretest-posttest
design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui
dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan.
Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut.
O1

O2

Pretest

Treatment

Posttest

Pengaruh perlakuan: O1 O2.


Desain ini mempunyai beberapa kelemahan, karena akan menghasilkan beberapa
ukuran perbandingan. Kelemahan tersebut antara lain disebabkan oleh faktor historis
(tidak menghasilkan perbedaan O1 dan O2), maturitation (subjek penelitian dapat
mengalami kelelahan, kebosanan, atau kelaparan dan kadang enggan menjawab jika
dinilai

tidak

sesuai

instrument penelitian.

dengan

nilai

Kejelekannya

yang

berlaku),

yang paling fatal

serta

pembuatan

adalah

tidak akan

menghasilkan apapun.
(3)
the
comparison.

static-group

Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua, yang satu
memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak

Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal

mendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul
dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan
diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak.
Adapun bagan desain penelitian ini adalah sebagai berikut.
X

O1
O2

O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu
grup yang tidak diberi perlakuan.
Pengaruh perlakuan: O1 O2.
Ketiga bentuk desain preexperiment itu jika diterapkan untuk penelitian akan banyak
variabel luar masih berpengaruh dan sulit dikontrol, sehingga validitas internal
penelitian menjadi rendah.
(b) true experiments
Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol
semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal
(kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal
tersebut, tujuan dari true experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk
menyelidiki

kemungkinan

saling

hubungan

sebab

akibat

dengan

cara

mengenakan
perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi
perlakuan. True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan
untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari
populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok
kontrol dan pengambilan sampel secara random.
Selanjutnya, jenis penelitian yang termasuk dalam true experiments adalah: pretestposttes control group design, posttest-only control group design, extensions of true
experimental design, multigroup design, randomized block design, latin square
design, factorial design. Adapun penjelasan mengenai jenis-jenis penelitian tersebut
dapat dielaborasi sebagai berikut.
(1) pretest-posttes
design

control

group

Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian
diberi pretest

untuk

mengetahui

perbedaan

keadaan

awal

antara

group

eksperimen dan group kontrol. Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group
eksperimen tidak berbeda secara signifikan.

Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal

Bagan dari desain penelitian tersebut adalah sebagai berikut.


R

O1

O3

O2
O4

Pengaruh perlakuan adalah: (O2 - O1) - (O4 - O3).


(2) posttest-only control group design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random
(R). Grup pertama diberi perlakuan (X) dan grup yang lain tidak.
Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.
R
R

O1
O2

Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O 2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan
dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang
signifikan antara grup eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan
berpengaruh secara signifikan.
c.
Design

Factorial

Desain merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan


memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi
perlakuan terhadap hasil. Semua grup dipilih secara random kemudian diberi pretest.
Grup yang akan digunakan untuk penelitian dinyatakan baik jika setiap kelompok
memperoleh nilai pretest yang sama.
d. Quasiexperiments
Quasiexperiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini
merupakan pengembangan dari trueexperimental design yang sulit dilaksanakan.
Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya
untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain
digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang
berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya.
Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek
kesetaraan maupun grup kontrol.
Bentuk-bentuk quasiexperiments antara lain:
(1) Time Series Design
Ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih secara random.
Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest sampai empat kali, dengan
maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan grup sebelum diberi
perlakuan. Jika hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda,
berarti

grup tersebut dalam kondisi tidak stabil dan tidak konsisten. Setelah

kondisi tidak labil maka perlakuan dapat mulai diberikan.


(2) Nonequivalent control group design

Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, tetapi pada
desain ini group eksperimen maupun group kontrol tidak dipilih secara random

3. Berikan contoh dari uji in vitro dan uji in vivo?


In vitro
- uji pada mikroba jika antibiotic;
- pada sel kanker dari hewan utk obat anti kanker;
- pada plasmodium utk obat anti malaria;
- pada jamur missal candida pada obat anti keputihan/candidiasis;
- pada cacing utk obat cacing;
- pada virus utk obat antivirus;
- pada bagian organ tertentu dari hewan contoh obat asma bronkodilator
diuji pada otot polos trachea marmot;
- pada jantung hewan dalam chamber utk obat angina dan aritmia; dll.

http://chemedu09.wordpress.com/2012/05/23/apa-sih-bedanyaantara-in-vivo-in-vitro-dan-ex-vivo/
utk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague
Dowley/SD bukan Wistar atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD
memiliki anak banyak shg pengamatan akan lbh baik dg jumlah sample yg
banyak.
Utk uji painkiller digunakan mencit/mice jika utk menilai nyeri ringan
yakni dengan penyuntikan asam asetat glacial ke peritoneum mencit, tapi
jika sasarannya nyeri tekanan digunakan tikus bias Wistar atau SD, karena
tikus akan dijepit ekornya atau telapak jarinya dengan alat tertentu,
sementara kalo nyeri berupa panas, digunakan boleh mencit atau tikus krn
hewan akan diletakkan di hot plate.
Utk antidiabetika, seharusnya digunakan babi atau sapi yg pankreasnya
banyak kemiripan dg manusia, namun dengan tikus sudah cukup dengan
adanya keterbatasan subyek uji
Utk antiemetik/anti muntah digunakan burung merpati, krn bisa
dirangsang utk muntah berkali-kali sbg kuantifikasi, sementara hewan lain
hanya muntah sekali.
Utk obat antihipertensi, digunakan kucing atau anjing teranestesi, krn
system kardiovaskulernya paling mirip dg manusia
Utk obat antiinflamasi digunakan baik tikus yang disuntik karagenan di
bawah kulitnya shg melepuh atau telinga mencit disuntik croton oil,
bahkan kaki tikus sering dipotong utk menimbang udem yg terbentuk
utk antipiretik/penurun panas, digunakan kelinci utk diukur suhu
duburnya setelah disuntik pyrogen
Utk asam urat digunakan ayam/burung yg dikasih makan jus hati ayam
(ayam makan ayam) krn metabolisme asam urat pada manusia mirip dg yg
terjadi dg biokimiawi di keluarga burung.

Uji stamina digunakan tikus atau mencit, krn tubuhnya kuat dan tahan di
dalam air, hewan diuji dg berenang dan lari di treadmill.
Uji libido, digunakan tikus dalam keadaan estrus/siap menerima pejantan.
Utk uji kanker, digunakan punggung tikus yg diimplan dg sel kanker,
atau paru-paru tikus setelah dipejankan benzo(a)pirena
Hasilnya berupa : efek farmakologi, dosis terapi ED50=dosis yang
menghasilkan 50% efek maksimum.
4. Bagaimana cara mempertimbangkan pemilihan subjek uji pada penelitian
in vitro dan in vivo, sebutkan contohnya :

Spesies yang ideal untuk uji toksisitas sebaiknya memenuhi criteriakriteria sebagai berikut:
Berat badan lebih kecil dari 1 kg
Mudah di ambil darahnya dan jumlah darah yang dapat diambil cukup
banyak
Mudah dipegang dan dikendalikan
Pemberian materi mudah dilakukan dengan berbagai rute (oral,
subkutan)
Mudah dikembangbiakan dan mudah dipelihara di laboratorium
Lama hidup relative singkat
Fisiologi diperkirakan sesuai/identik dengan manusia/hewan yang
dituju
(Kusumawati.2004.Bersahabat
dengan
hewan
coba.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press)

Kesehatan hewan bebas dari penyakit


Disesuaikan dengan tujuan penelitian
Kebutuhan bahan makanan di sesuaikan berat badan
BB disesuaikan dengan rancangan penelitian
(Bersahabat dengan hewan coba UGM)
Prosedur pengujian dapat dibagi menjadi 4 tahapan kegiatan, yaitu
pemilihan hewan uji, pemberian perlakuan, pengamatan dan pelaporan.
1. Pemilihan Hewan Uji.
Paling tidak hal yang harus diperhatikan dalam memilih hewan uji,
yaitu :
a. species dan strain hewan yang akan digunakan,
b. usia,
c. jenis kelamin dan
d. jumlahnya.

Species mamalia yang umum digunakan adalah tikus, mencit dan


kelinci. Untuk unggas digunakan embrio ayam (percobaan in
ovo). Kemajuan teknik laboratorium yang ada sekarang dan reaksi
dari pemerhati hak binatang telah membuka kemungkinan
penggunaan hanya organ, jaringan atau sel saja menggantikan
hewan uji (kultur organ atau kultur sel melalui percobaan in vitro).
Teknik ini sangat penting terutama dalam upaya mengungkap
mekanisme teratogenesis suatu agensia. Di Indonesa hewan uji
yang populer digunakan adalah mencit dan tikus, karena itu
tulisan ini selanjutnya akan membicarakan pengujian dengan
menggunakan hewan uji tersebut.
Hewan betina yang digunakan adalah betina dara sedangkan untuk
jantan dipilih pejantan yang sudah terbukti baik fertilitasnya.
Hewan dikawinkan di malam hari dengan cara mencampur 1
jantan dengan 3 betina dalam satu kandang. Jika keesokan harinya
ditemukan adanya sumbat vagina (vaginal plug) atau adanya
sperma di vagina yang dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis
apusan vagina, maka itu pertanda perkawinan sudah berlangsung
dan hari tersebut dtentukan sebagai hari ke nol kebuntingan.
Jumlah hewan uji yang digunakan paling tidak sebanyak 20 ekor
betina bunting untuk tiap kelompok perlakuan. Karena kelompok
perlakuan biasanya terdiri atas paling tidak 3 taraf dan 1
kelompok kontrol, maka jumlah hewan bunting yang dibutuhkan
adalah 80 ekor.
2. Pemberian Perlakuan.
Untuk agensia berupa senyawa kimia, dosis tertinggi perlakuan
sebaiknya tidak > 1000 mg/kg berat badan per hari dengan
pemberian per oral atau subkutan, sedangkan untuk agensia lain
disesuaikan dengan besaran paparan yang mungkin diterima dari
lingkungan.
Dosis tertinggi sebaiknya lebih kecil dari angka LD-50 dan 2
kelompok dosis berikutnya ditata dengan interval sama di bawah
dosis tertinggi tadi (misalnya LD-50, 2/3 LD-50, 1/3 LD-50, dan
kontrol).
Kelompok kontrol disesuaikan dengan percobaan. Aturan yang
umum digunakan adalah apabila agensia dilarutkan dengan suatu
pelarut maka kepada kelompok kontrol diberikan pelarut saja
dengan cara pemberian yang persis sama dengan cara pemberian
pada kelompok perlakuan. Untuk kontrol positif dapat dipilih
agensia-agensia yang sudah dikenali memiliki efek teratogenik.
Penggunaan kontrol positip adalah untuk menilai kepekaan strain
yang digunakan.
Cara pemberian perlakuan yang paling umum adalah pemberian
per oral (pencekokan). Cara lain dapat dipilih dengan
pertimbangan khusus, seperti inhalasi, subkutan, intraperitoneal

atau intramuskuler. Pertimbangan utama dalam pemilihan caracara itu adalah kemiripannya dengan cara masuk agensia toksis
tadi ke dalam tubuh.
Durasi perlakuan disesuaikan dengan tujuan pengujian. Untuk
pengujian toksisitas perkembangan umum perlakuan dapat
diberikan selama masa kebuntingan. Dapat juga diberikan
perlakuan tunggal 1 kali saja pada titik waktu spesifik jika yang
akan diamati adalah efek suatu agensia terhadap perkembangan
organ tertentu.
Yang paling umum dilakukan adalah pemberian perlakuan dalam
beberapa hari saja, yaitu selama masa organogenesis (hari ke 6
hingga hari ke 15).
3. Pengamatan.
Meskipun pengujian ini disebut uji tokskologi perkembangan
ruang lingkup pengamatan tidaklah terbatas pada embrio yang
sedang berkembang itu saja melainkan juga mencakup beberapa
bagian pengamatan terhadap induk.
Induk hewan coba diamati kondisi kesehatannya setiap hari dan
hal-hal khusus seperti adanya gejala keracunan atau kematian
dicatat. Berat badan ditimbang paling tidak sekali 3 hari. Data
berat badan selain sebagai petunjuk efek toksik terhadap induk
juga digunakan untuk menentukan jumlah pemberian perlakuan
(mg/kg berat badan). Hewan coba dipelihara dengan baik selama
kebuntingan dan selanjutnya dikurbankan 1 hari sebelum
melahirkan (tikus hari ke-20/21; mencit hari ke-19). Betina tidak
dibiarkan sampai melahirkan karena jika itu terjadi ia akan
memakan anak-anaknya yang cacat. Hewan uji dibedah caesar
dengan membuat irisan di garis tengah ventral tubuh mulai dari
area bukaan genitalia hingga ke leher. Rongga perut dan rongga
dada dibuka dan organ dalam tubuh diamati. Uterus diangkat dan
ditimbang bersama-sama dengan embrio di dalamnya. Selanjutnya
uterus ditempatkan di dalam cairan fisiologis, lalu dibelah dan
embrionya dilepas.
Pada saat ini juga status implantasi dipastikan: fetus yang
berkembang penuh dan merespon sentuhan dikategorikan fetus
hidup; fetus yang berkembang penuh dan tidak ada tanda-tanda
autolisis tetapi tidak merespon sentuhan dikategorikan fetus mati;
implantasi yang menunjukkan adanya ciri-ciri fetus tetapi
mengalami autolisis digolongkan sebagai fetus yang diresorpsi
pada tingkat lanjut (late resorption); implantasi yang tidak
menunjukkan adanya karakteristik fetus digolongkan pada fetus
yang mengalami resorpsi dini (early resorption). Selanjutnya
ovarium diamati dan jumlah corpora lutea dihitung. Jumlah
corpora lutea umumnya bersesuaian dengan jumlah implantasi
karena corpora lutea adalah petunjuk folikel yang berovulasi dan

berubah menjadi badan hormonal yang berperan dalam


mempertahankan kebuntingan. Kehilangan sebelum implantasi
dapat dihitung berdasarkan selisih antara jumlah corpora lutea
dengan jumlah implantasi.
Tanda-tanda keracunan induk diamati pada organ-organ visceral.
Kelenjar timus diamati ukuran, warna dan adanya tanda-tanda
hemoragi. Pulmo diamati ukuran, warna dan jumlah lobusnya,
demikian juga hepar diamati ukuran, warna, tekstur dan jumlah
lobusnya. Lambung dibuka dengan sayatan sepanjang curvatura
besar dan permukaan mukosalnya diamati. Ginjal diamati bentuk,
ukuran, warna dan kelainan yang mungkin terlihat dari luar, dan
selanjutnya dibelah untuk mengamati struktur internalnya. Tiaptiap kelainan dicatat dan sedapat mungkin didokumentasikan
dengan fotografi dan jaringan yang mengalami kelainan tersebut
difiksasi dengan formalin atau larutan Bouin dan diproses melalui
metode parafin untuk pembuatan sediaan bagi pengamatan
histologis.
Pengamatan fetus dimulai dengan penimbangan berat badan.
Penimbangan hendaknya dilakukan ketika fetus masih segar
(segera setelah uterus dibuka, sebelum fetus difiksasi).
Pengamatan malformasi dimulai dari daerah kepala. Pertama-tama
diperhatikan bentuk dan ukuran kepala serta adanya tanda-tanda
gangguan penutupan (closure defect). Di kepala harus terdapat 2
tonjolan mata (masih tertutup), 2 nares, 5 papila fascialis,dan 2
pinnae. Mulut dan bibir diamati ukuran, betuk dan adanya
gangguan perkembangan. Mulut dibuka untuk mengamati dan
memastikan ada tidaknya celah di langit-langit mulut (cleft
palate). Kemudian aspek ventral dan dorsal tubuh diamati apakah
ada closure defect, dan dilanjutkan dengan pengamatan tungkai.
Pada tungkai diamati ukuran, kelengkapan ruas dan arah rotasi /
fleksi bahu, siku, telapak dan jemari. Jumlah jemari (masingmasing 5 depan dan 5 belakang) dihitung dan adanya kelainan
pada jumlah ukuran, fusi atau adanya selaput dicatat. Ekor juga
diamati keberadaan, ukuran dan pembengkokannya. Ekor
selanjutnya diangkat dan jarak antara bukaan anus dengan
genitalia diperkirakan untuk penentuan jenis kelamin (jarak
tersebut sangat dekat pada betina dan jauh pada jantan).
Selanjutnya kira-kira setengah bagian dari jumlah fetus yang
diperoleh difiksasi dengan alkohol 95 % dan setelah beberapa hari
dieviserasi dan dikuliti. Fiksasi dipertahankan hingga 2 mnggu,
kemudian fetus diwarnai dengan Alcian blue dan Alizarin Red S
dan selanjutnya dibuat transparan dalam gliserin. Dengan teknik
ini dapat diamati secara langsung komponen tulang (merah) dan
kartilago (biru) fetus dan kelainannya. Pengamatan rangka
meliputi adanya hambatan atau percepatan penulangan, kelainan
bentuk dan jumlah komponen rangka. Rangka diamati mulai dari

cranium, sternum, columna vertebralis, os pectoralis, os pelvis,


tulang-tulang tungkai dan terutama jemari. Jumlah komponen
tulang telapak dan jemari yang telah mengalami penulangan
dihitung. Kelainan struktur komponen rangka yang sering teramati
adalah hambatan osifikasi, penambahan atau pengurangan jumlah
costae, centrum vertebra berbentuk kupu-kupu, costae
menggelombang, fusi rusuk, fusi vertebra, tungkai pekuk dan lainlain
Sedangkan uji in vivo digunakan hewan utuh dan kondisi
hidup (baik sadar atau teranestesi). Syarat hewan yg
digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang
jelas harus dilakukan control terhadap galur/spesies,
jenis kelamin, umur, berat badan (mempengaruhi dosis),
dan harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni
rodent/hewan mengerat dan non rodent. Alasannya
krn system fisiologi dan patologi pada manusia
merupakan perpaduan antara rodent dan non rodent.
Selain itu pemilihan jenis hewan yg dipilih pun harus
tepat menggambarkan kondisi yg diinginkan. Contohnya :
- utk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur
Sprague Dowley/SD bukan Wistar atau jenis tikus lainnya,
krn tikus jenis SD memiliki anak banyak shg pengamatan
akan lbh baik dg jumlah sample yg banyak.
- Utk uji painkiller digunakan mencit/mice jika utk
menilai nyeri ringan yakni dengan penyuntikan asam
asetat glacial ke peritoneum mencit, tapi jika sasarannya
nyeri tekanan digunakan tikus bias Wistar atau SD,
karena tikus akan dijepit ekornya atau telapak jarinya
dengan alat tertentu, sementara kalo nyeri berupa panas,
digunakan boleh mencit atau tikus krn hewan akan
diletakkan di hot plate.
- Utk antidiabetika, seharusnya digunakan babi atau
sapi yg pankreasnya banyak kemiripan dg manusia,
namun dengan tikus sudah cukup dengan adanya
keterbatasan subyek uji
- Utk antiemetik/anti muntah digunakan burung

merpati, krn bisa dirangsang utk muntah berkali-kali sbg


kuantifikasi, sementara hewan lain hanya muntah sekali.
- Utk obat antihipertensi, digunakan kucing atau anjing
teranestesi, krn system kardiovaskulernya paling mirip dg
manusia
- Utk obat antiinflamasi digunakan baik tikus yang
disuntik karagenan di bawah kulitnya shg melepuh atau
telinga mencit disuntik croton oil, bahkan kaki tikus sering
dipotong utk menimbang udem yg terbentuk
- utk antipiretik/penurun panas, digunakan kelinci utk
diukur suhu duburnya setelah disuntik pyrogen
- Utk asam urat digunakan ayam/burung yg dikasih
makan jus hati ayam (ayam makan ayam) krn
metabolisme asam urat pada manusia mirip dg yg terjadi
dg biokimiawi di keluarga burung.
- Uji stamina digunakan tikus atau mencit, krn tubuhnya
kuat dan tahan di dalam air, hewan diuji dg berenang dan
lari di treadmill.
- Uji libido, digunakan tikus dalam keadaan estrus/siap
menerima pejantan.
- Utk uji kanker, digunakan punggung tikus yg diimplan
dg sel kanker, atau paru-paru tikus setelah dipejankan
benzo(a)pirena
Hasilnya berupa : efek farmakologi, dosis terapi
ED50=dosis yang menghasilkan 50% efek maksimum.
Penggunaan hewan percobaan untuk pengujian secara in
vivo biasanya menunjukkan hasil deviasi yang besar
dibandingkan dengan percobaan in vitro, karena adanya
variasi biologis. Supaya variasi tersebut minimal, hewanhewan yang mempunyai spesies yang sama atau strain
yang sama, usia yang sama, dan jenis kelamin yang

sama, dipelihara pada kondisi yang sama pula (Malole


dan Pramono 1989).

Setelah diketahui khasiatnya, obat harus aman. Maka


diuji TOKSIKOLOGI. Minimal obat harus menunjukkan
keamanan secara akut, sub kronik dan kronik=uji
toksisitas tak khas. Uji toksisitas kuncinya adalah
menemukan DOSIS TOKSIK, maka hanya bias dilakukan
pada hewan utuh, kecuali utk uji toksisitas spesifik spt
mutagenic, kanker, kulit, dll
5. Bagaimana menentukan metode uji pada penelitian in vitro dan in vivo?
2.3 Macam-Macam Bentuk Penelitian
Pada umumnya penelitian dapat dibedakan kedalam dua jenis, yaitu
penelitian menurut sifat masalahnya dan menurut tujuannya.
2.3.1 Menurut sifat masalahnya (Dirjen Dikti, 1981):
(1) Penelitian Historis; bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa
lampau, secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan,
mengevaluasi, memverifikasi, dan mensintesiskan bukti-bukti untuk
menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna memperoleh kesimpulan
yang akurat.
Contoh: * Studi tentang Praktek Bawon di Pulau Jawa.
(2) Penelitian Deskriptif; bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, dan sifat-sifat populasi daerah
tertentu. Apabila, diambil beberapa sampelnya saja, diseebut survey
deskriptif.
Contoh:
* Studi tentang kebutuhan pendidikan keterampilan di Daerah X.
* Survey Pendapat Umum Tentang Sikap Berhemat Masyarakat.
* Penelitian Tentang Daya Serap Siswa SMA dalam Pelajaran X.
(3) Penelitian Perkembangan
(Development
Research);
bertujuan untuk
menyelidiki pola urutan pertumbuhan atau perubahan sebagai fungsi waktu.
Contoh:
* Studi Longitudinal Pertumbuhan yang Mengukur Sifat-sifat
Perubahan X.
* Studi Cross-sectional Tentang Sifat-sifat Pertumbuhan X
* Studi Kecenderungan Tentang Pola-pola Perubahan X.
(4) Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study and Field Research);
bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: Individu,
kelompok dan masyarakat. Penelitian ini
cirinya bersifat mendalam tentang suatu unit sosial tertentu yang
hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisisir. Contoh:
* Studi Kasus yang dilakukan Piaget tentang Perkembangan Kognitif
pada Anak-anak
* Studi Kasus tentang Pola Konsumsi Masyarakat Kota dan Pola- pola
Kehidupannya.

Studi Lapangan yang tentang Kelompok Masyarakat Terpencil.

(5) Penelitian Eksperimen; bertujuan utnuk menyelidiki kemungkinan sebab


akibat dengan cara mengenakan kepada suatu atau lebih kondisi perlakukan
dan membandingkan hasilnya dengan sssuatu atau lebih kelompok kontrol.
Contoh: * Eksperimen tentang gejala-gejala alam

(6) Penelitian Korelasional,


bertujuan untuk meneliti sejauhmana variasivariasi pada suatu faktorberkaitan dengan variasi-variasi
faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.
Contoh: * Studi tentang Hubungan antara Pola Belajar dengan
Prestasi Belajar.
(7) Penelitian
Kausal Komparatif,
bertujuan
untuk
menyelidiki
kemungkinan sebab akibat terjadinya suatu fenomena.
Contoh:*Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas dan efisisensi perusahaan.
(8) Penelitian Tindakan (action research), yaitu bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan-keteraampilan baru atau cara-cara
pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan cara
penerapan langsung didunia kerja atau dunia aktual yang lain. Contoh:
* Penelitian tentang Program Inservice-Training untuk melatih para
Penyluh Pertanian Lapangan.
Penelitian Tindakan Kelas oleh Guru-Guru di SMU
2.3.2 Berdasarkan Tujuannya (Rusidi, 1991):
(1) Penelitian Penjajagan (Eksploratif), yaitu penelitian yang masih
terbuka dan masih mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat (UCS).
Penelitian ini biasanya
belum memiliki hipotesis dan kerangka
pemikiran. Untuk mengalirkan fikiran peneliti, biasanya digunakan
pendekatan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian, bukan
kerangka pemikiran.
(2) Penelitian Penjelasan (Eksplanatory) atau Confirmatory) , yaitu penelitian yang
menyoroti hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka
pemikiran terlebih dahulu , kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
(3) Penelitian Deskriptif
(Dvelopmental), yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi
terjadinya sesuatu aspek fenomena sosial tertentu, dan
untuk
mendeskripsikan fenomena
tertentu secara terperinci (Masri
Singarimbun,
1982).
Penelitian
ini
biasanya
tanpa
menggunakan hipotesis yang dirumuskan secara ketat, tetapi adakalanya
ada yang menggunakan hipotesis tetapi bukan untuk diuji secara
statistik.
2.3.3 Menurut Pendekatannya (Masri Singarimbun (1982):
(1) Penelitian Eksperimen
(2) Penelitian Evaluasi
(3) Penelitian Grounded Research
(4) Analisis data Sekunder.

BAB III METODE PENELITIAN


Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau lagkahlangkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode
penelitian adalah cara sistematis untuk menyususn ilmu pengetahuan. Sedangkan
teknik penelitian adalah cara untuk melaksanakan metode penelitian. Metode
penelitian biasanya mengacu pada bentuk-bentuk penelitian.
3.1 Macam-macam Metode Penelitian
Mengacu pada bentuk penelitian, tujuan, sifat masalah dan
pendekatannya ada empat macam metode penelitian :
(1) Metode Eksperimen(Mengujicobakan),
adalah penelitian untuk menguji
apakah variabel-variabel eksperimen efektif atau tidak. Untuk menguji
efektif tidaknya harus digunakan variabel kontrol. Penelitian
eksperimenadalah untuk menguji hi[potesis yang dirumuskan secara ketat.
Penelitian eksperimen biasanya dilakukan untuk bidang yang berssifat eksak.
Sedangkan untuk bidang sosaial bisanya digunakan metode survey
eksplanatory, metode deskriptif, dan historis.
(2) Metode Verifikasi (Pengujiaan), yaitu untuk menguji seberapa jauh tujuan yang
sudaah digariskan itu tercapai atau sesuaai atau cocok ddengan harapan atau
teori yang sudah baku. Tujuan daari penelitian verifikasi adalah untuk
menguji teori-teori yang sudah ada guna menyususn teori baru dan
menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru. Lebih mutaakhirnya, metode
verifikasi berkembang menjadi grounded research, yaitu metode yang
menyajikan suatu pendekatan baru, dengan data sebagai sumber teori (teori
berdasarkan data).
(3) Metode Deskriptif (mendeskripsikan), yaitu metode yang digunakan untuk
mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat suatu fenomena. Metode ini
dimulai dengan mengumpulkan data, mengaanalisis data dan
menginterprestasikannya.
Metode
deskriptif
dalam
pelaksanaannya dilakukan melalui: teknik survey, studi kasus (bedakan
dengan suatu kasus), studi komparatif, studi tentang waktu dan gerak,
analisis tingkah laku, dan analisis dokumenter.
(4) Metode Historis (merekonstruksi), yaitu suatu metode penelitian yang
meneliti sesuatu yang terjadi di masa lampau. Dalam
penerapannya, metode ini dapat dilakkan dengan suatu bentuk studi yang
bersifat komparatif-historis, yuridis, dan bibliografik. Penelitian historis
bertujuan untuk menemukan generaalisasi dan membuat rekontruksi masa
lampau, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta
mensintesiskan bukti-bukti untuk enegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti
guna memperoleh kesimpulan yang kuat.

Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal

6. Apa saja faktor-faktor dari subjek uji yang berpengaruh dalam penelitian in
vivo dan in vitro?

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan


diantaranya:
1. Faktor internal
Meliputi variasi biologik, yaitu usia (berpengaruh pada dosis yang
harus diberikan) dan jenis kelamin (ada obat-obat yang lebih peka
untuk jantan dan untuk betina). Kemudian ras dan sifat genetic, faktorfaktor tersebut sangat berpengaruh terhadap hewan yang akan di
jadikan percobaan karena akan memepengaruhi hasil dari percobaan
disebabkan oleh pengaruh dosis dan cairan tubuh hewan tersebut
sehingga hasil dari pengamatan akan berbeda-beda, sehingga
memepengaruhi efek farmakologinya. Selain itu, status kesehatan dan
nutrisi, bobot tubuh serta luas permukaan tubuh akan berpengaruh
pada dosis yang harus diberikan.
2. Faktor eksternal
Meliputi suplai oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan
kandang, suasana asing atau baru, pengalaman hewan dalam
penerimaan obat, keadaan ruangan tempat hidup seperti suhu,
kelembaban, ventilasai, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan),
pemilihan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ
untuk percobaan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil
percobaan, dan mempengaruhi efek farmakologinya, apabila hewan
yang sudah biasa di beri obat maka akan terlihat lebih rilex dan santai
berbeda dengan hewan percobaan yang masih baru dan masih asing
makan akan lebih berontak dan agresif, sehingga kita membutuhkan
penelitian dan perawatan yang baik terhadap hewan percobaan
sebelum melakukan percobaan.
7. Apa saja model penelitian experimental pada uji farmakologi?

In Silico Screenings
Non- physiological Assays
Biochemical or Mechanisms-Based Assays
In Vitro Assays
In experimental situation outside the organisms. Biological or
chemical work done in the test tube( in vitro is Latin for in
glass) rather than in living systems
1

Hilman Suhaili
LBM 3
Herbal

Examples include antifungal, antibacterial, organ-based assays,

cellular assays, etc


Cell based Bioassays
Tissue based Bioassays
In Vivo Bioassays
Test performed in a living system such as antidiabetic assays,

CNS assays, antihypertensive assays, etc.


Animal-based Assays/Preclinical Studies
Human trial/Clinical Trials
8. Apa saja parameter yang di ukur dalam penelitian in vitro dan in vivo?
9. Bagaimana mempertimbangkan uji analisa dari farmakologi dan toksikologi?

10. Apa tujuan dilakukannya uji farmokologi dan toksikologi ?


11. Bagaimana cara pengambilan sample dalam uji in vitro ?
tergantung dari jenis sample yang akan diteliti:
12. Apa saja zat aktif selain bixin yang dapat ditemukan dalam tanaman
Kesumba Keling (Bixa orellana L.) berdasarkan golongannya?

KONSEP MAPPING
uji farmakologi
dan toksikologi

uji in vitro

pemilihan metode
penelitian yang tepat

uji in vivo

pemilihan parameter

pemilihan hewan coba

pemilihan analisa data

You might also like